Pages

Selasa, 12 Juni 2012

17. DENGAN USAHA DAKWAH, AMAL AGAMA AKAN SEMPURNA



Allah menciptakan makhluk dalam bentuk, jenis, warna, rasa dan rupa yang tidak sama, dimana ketidaksamaan tersebut merupakan wujud dari kesempurnaan ciptaan Allah subhaanahuu wa ta'aalaa. Allah menciptakan mahluk didunia yaitu :
a.  Manusia
b.  Binatang
c.  Tumbuhan
yang mana ketiga makhluk tersebut mempunyai tiga persamaan sifat, yaitu :
1.  Mempunyai sifat ingin mempertahankan kehidupan
2.  Mempunyai sifat untuk berkembang biak
3.  Mempunyai sifat/menginginkan rasa aman dan nyaman.
Ketiga sifat tersebut merupakan sifat hewaniah, apabila manusia hanya mementingkan sifat-sifat itu dalam kehidupannya di dunia, maka derajatnya menyerupai tumbuhan atau hewan (sifat hewaniah).
Manusia diciptakan dari tanah, dimana didalam tanah terdapat ± 18 unsur tanah, maka ulama tamsilkan bahwa hati manusia seperti tanah. Apabila tanah tidak diolah atau digarap, maka yang pertama kali akan tumbuh adalah rerumputan, dimana tanah yang telah ditumbuhi rerumputan tersebut akan didatangi oleh hewan temak seperti sapi dan kambing. Sifat dari hewan ini adalah egois/tidak mempunyai kepedulian terhadap sesamanya. Yang penting dirinya makan enak, yang lain kurang diperhatikan. Hewan jenis ini masih banyak manfaatnya misalnya daging, susu dan kulitnya.
Selanjutnya tanah tadi yang telah ditumbuhi oleh rerumputan apabila dibiarkan, maka akan menjadi semak belukar, dimana hewan yang menempatinya misalnya hewan yang berbisa seperti ular dan kalajengking. Sifat dari hewan ini merugikan dan sedikit diperoleh manfaat. Kemudian tanah yang telah menjadi semak belukar tadi, apabila tidak diolah atau digarap, lama kelamaan akan menjadi hutan belantara, yang akan dihuni oleh binatang buas seperti singa dan srigala. Sifat binatang buas ini lebih banyak merugikan dan sedikit manfaatnya. Sifatnya mau menang sendiri, suka merampas milik yang lainnya walaupun dengan membunuh sekalipun. 
Untuk merubah sifat hewaniah pada manusia, maka Allah subhaanahuu wa ta'aalaa menghantarkan manusia pilihanNya yaitu para Nabi dan Rasul. Allah telah menghantarkan 124.000 Nabi ke muka bumi ini yang semuanya berdakwah, mengajak atau menyeru kaumnya agar meng-amalkan agama, sehingga hidup bahagia di dunia dan akhirat. Usaha yang dilakukan para Nabi dan Rasul ini dikenal dengan “usaha dakwah”.
Usaha dakwah disebut juga usaha agama atau usaha atas hidayah atau USAHA IMANA DAN AMAN SHALEH. Jika usaha dakwah dilakukan, maka ummat manusia akan mendapatkan hidayah. Manusia akan menjalankan kehidupannya dengan berlandaskan agama sesuai dengan hidayah yang Allah berikan. Sedangkan hidayah dari Allah dapat diperoleh menurut peringkat usaha yang dilakukan. Jika usaha dakwah terhenti, hidayah mulai keluar dari kehidupan masyarakat Islam. Hidayah pertama kali keluar dari perniagaan dalam masyarakat. Hukum-hukum agama akan ditinggalkan perniagaan dan cara-cara perniagaan selain dari cara agama akan berlaku. Kemudian hukum  fardhu (misalnya shalat) akan diting-galkan. Selepas itu berbagai keburukan akan masuk dalam masyarakat Islam, sehingga orang Islam mulai keluar dari agama Islam.
Kita selalu mengatakan manusia sudah tidak patuh pada agama, dikatakan mereka telah meninggalkan agama dan bahkan menentang agama. Sebabnya karena usaha dakwah berhenti. Kini banyak orang telah menjalankan usaha dakwah ini, dan mengikuti tingkat usaha yang telah dilakukan, maka Allah memberikan hidayah, sehingga agama mulai diamalkan. Sesuai dengan kadar/tingkatan hidayah, sejauh itu pulalah agama dapat diamalkan. Tempat yang dulunya tidak ada orang yang mengerjakan shalat, kini sudah mulai didirikan shalat. Tempat yang mana tidak ada taklim, maka taklimpun dijalankan istiqomah. Tetapi hidayah belum cukup, karena syariat Islam belum dijalankan dalam sumber pendapatan. Misalnya uang yang didapatkan dari hasil bekerja yang benar (halal-haram) dan pengeluaran uang dengan cara Rasulullah belum diamalkan. Demikian juga dari segi makanan dan bentuk (keadaan) rumah dan keluarga belum seperti yang dicontohkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Untuk mewujudkan suasana agama sebagaimana zaman Rasulullah, kita harus mengusahakan dua perkara, yaitu meningkatkan kuantitas (jumlah) orang yang menjalankan usaha dakwah dan meningkatkan kualitas (kadar usaha) setiap individu yang ambil bagian dalam usaha dakwah itu sendiri. Usaha dakwah ini akan meningkat apabila setiap orang memberikan pengorbanan sebagaimana pengorbanan yang telah diberikan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Maulana Umar rahmatullaah ‘alaih mengatakan Usaha Dakwah adalah sarana tarbiyah/ pendidikan ummat untuk mencapai kesempurnaan sifat ummat di seluruh alam yang dikerjakan secara bertahap-tahap sehingga ummat ini layak atau siap untuk meneruskan risalah kenabian (tugas Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam).
Para nabi ‘alaihimush shalaatu wassalaam berdakwah hanya kepada kaumnya (tidak kepada seluruh manusia), sehingga kaum tersebut ada yang beriman dan ada pula yang menolak. Orang yang menolak seruan nabinya diadzab oleh Allah sampai musnah semuanya, sedangkan orang yang beriman akan diselamatkan oleh Allah dan hidup bersama nabinya. Namun setelah nabinya wafat, berangsur-angsur orang yang beriman tadi menjadi musyrik kembali, sehingga tidak tersisa satupun orang yang taat. Kemudian Allah mengutus nabi lagi, lalu ia menjalankan usaha dakwah kepada kaum yang rusak tadi, sehingga tatanan masyarakat pun kembali baik. Tetapi ada juga yang menolak dakwah nabinya.  Orang yang menolak seruan nabi diadzab oleh Allah, sedangkan orang yang menerima atau beriman akan diselamatkan oleh Allah dan hidup bersama nabi tersebut. Demikianlah seterusnya, nabi berganti nabi, tetapi ketika nabinya meninggal perlahan-lahan amal agama berkurang sampai anak cucu mereka. Sebab usaha dakwah para nabi sebelum Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berhenti ketika nabinya wafat, sedangkan tugas dakwah hanya menjadi tugas nabinya, tidak dibebankan kepada kaumnya/ ummatnya.
Berbeda dengan Rasulullah, dimana beliau adalah nabi terakhir, yang tidak ada lagi nabi sesudahnya. Allah berfirman :
وَ ما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشيراً وَ نَذيراً وَ لكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS Saba’ : 28)
Dari ayat di atas kita mengetahui bahwa Rasulullah diutus untuk seluruh ummat manusia sampai hari kiamat. Rasulullah diutus untuk mengajak (dakwah) dan menyampaikan (tabligh) berita gembira dengan syurga bagi orang yang mau taat kepada Allah dan RasulNya, dan memberi peringatan dengan ancaman akan dimasukkan atau diadzab dengan neraka bagi orang yang tidak mau atau enggan untuk taat kepada Allah dan RasulNya. Dan dikatakan pada akhir ayat BAHWA KEBANYAKAN MANUSIA TIDAK MENGETAHUI. Sekarang kita bertanya saat ini juga pada diri kita sendiri, apakah kita termasuk yang mengetahui perkara ini atau tidak ?  
Akan tetapi dalam kenyataannya Rasulullah tidak mendatangi semua manusia dan tidak hidup sampai hari kiamat. Hal ini bermakna bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berkehendak menjadikan ummatnya untuk meneruskan kerja Rasulullah, sehingga ummat ini disebut juga dengan ummat utusan, yang menjadikan ummat ini menjadi ummat yang terbaik dari ummat sebelumnya. Allah telah berjanji bahwa syurga diharamkan dimasuki oleh ummat, sebelum ummat ini yaitu ummatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  memasuki syurga. Allahu akbar...
Supaya usaha dakwah ini yang menjadi kerja tetap Rasulullah  sampai akhir hayat beliau berlanjut sampai hari kiamat dan ada pada setiap ummat dimana saja di dunia ini, maka para sahabat semuanya telah dibentuk oleh Rasulullah untuk ambil bagian dalam usaha dakwah. Tidak semua sahabat hafidz Al-Qur’an, tetapi Rasulullah telah membentuk seluruh para sahabat menjadi da’i (pendakwah). Semua sahabat menjadi mulia karena telah dibentuk oleh Rasulullah menjadi manusia yang mempunyai sifat yang mulia, yaitu menjadikan dakwah dan tabligh sebagai kerja mereka dengan pengorbanan harta dan diri mereka untuk agama. Jadi “Usaha Dakwah” ini tidak hanya khusus bagi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tetapi juga kepada ummatnya. Walaupun ummat akhir zaman ini rusak, Allah telah menetapkan tidak akan menurunkan lagi nabi.
Nah sekarang apakah kita telah mengetahui atau masih belum paham juga perkara ini sebagaimana disampaikan oleh Allah dalam ayat di atas. Kalau sudah paham berarti kita tidak ada jalan lain kecuali dalam kehidupan kita hari demi hari setiap saat juga usaha dakwah menjadi maksud hidup sebagai Rasulullah dan para sahabat, agar diri kita juga mempunyai sifat yang mulai sebagaimana sifat mulianya para sahabat. Kalau kita masih belum mengamalkan atau ambil bagian dalam usaha dakwah, maka saat ini juga berusaha mencari rombongan dakwah dan bergabunglah bersama mereka, latihan menjadikan dakwah menjadi maksud hidup, secara bertahap, sehingga kita memahami dan menyadari betul bahwa tugas dakwah ini telah dijadikan oleh Allah sebagai tanggungjawab kita juga. Semoga Allah memberikan kepahaman kepada kita semua. Amin...
Ketahuilah, sekali lagi bahwa kemuliaan ummat akhir zaman, bukan karena ibadahnya, tetapi karena ummat ini mendapat tugas meneruskan kerja kenabian atau meneruskan kerja Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Kalau kemuliaan ummat ini karena ibadahnya, maka ummat kalah dengan ummat sebelumnya, yang umurnya ratusan tahun digunakan beribadah kepada Allah subhaanahuu wa ta'aalaa.
Nilai manusia adalah pada hatinya. Hati manusia sesuai dengan pengorbanannya dalam usaha dakwah terbagi empat tingkatan, yaitu :
1. Sesungguhnya Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk. Dalam hal tertentu manusia diciptakan sama seperti binatang yaitu ada keperluan hidup. Allah memberikan kepada setiap manusia di dunia ini dengan sedikit harta dan waktu, baik dia kaya atau miskin; dia tinggal di istana yang megah ataupun di rumah gubuk yang sederhana. Jika manusia menggunakan waktu dan harta hanya untuk keperluan hidup saja, berarti manusia yang demikian masih sama dengan hewan dan hatinya belum mendapat petunjuk atau hidayah dari Allah. Allah menyebut orang ini dengan jahil dan sesat, dan disisi Allah kedudukannya lebih rendah daripada hewan. Hati manusia seperti ini tidak mengenal kepada Allah yang menciptakan dirinya dan tidak tahu aturan hidup sebagaimana yang dikehendaki oleh penciptanya. Sifatnya egois (mementingkan dirinya sendiri), suka mengganggu orang lain tanpa ada perasaan bersalah bahkan yang lebih parah lagi kadang mengambil milik orang lain tanpa hak. Hati seperti ini dikatakan bersifat Hewaniah, karena hanya mengikuti keinginan hawa nafsunya. Jalan hidupnya lahir-batin ingkar (kafir) kepada Allah subhaanahuu wa ta'aalaa.
2. Hati manusia yang bersifat hewaniah apabila digarap dengan usaha dakwah akan berubah dan meningkat menjadi sifat Malaikat, yaitu sifat ta’at atau senang beribadah kepada Allah subhaanahuu wa ta'aalaa, namun ibadahnya hanya untuk diri sendiri. Waktunya siang-malam bertawajjuh hanya mengabdi kepada Allah. Allah dan RasulNya menyebut manusia yang demikian dengan ‘abid (ahli ibadah). Manusia beribadah dengan mujahadah, tetapi malaikat beribadah tanpa mujahadah. Inilah perbedaan ibadah antara manusia dan malaikat. Tanpa menekan keperluan diri (egoisme), maka manusia tidak dapat taat untuk beribadah kepada Allah. Inilah yang dinamakan korban. Jika manusia dapat berkorban waktu, diri dan harta untuk beribadah kepada Allah, maka kedudukannya lebih tinggi dari malaikat.
3. Apabila hati tersebut lebih digarap lagi dengan usaha dakwah, yaitu dengan meningkatkan pengorbanan harta dan diri untuk membantu orang lain dan sama-sama menanggung kesusahan orang lain karena Allah, maka sifat malaikat akan meningkat menjadi sifat Khalifah. Sifat ini adalah sebagaimana maksud Allah saat bermusyawarah dengan malaikat, akan menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Sifat ini lebih tinggi dari ‘abid, karena disamping sibuk beribadah kepada Allah, juga mengatur alam dan penghuninya sesuai kehendak dan perintahNya. Dalam ber-mu’amalah dan mu’asyarah dengan sesama manusia dilakukan dengan cara yang baik. Menjadi khalifah bermaksud dia menutup kelemahan orang lain, menunjukkan kasih sayang, memberI makan pada yang lapar, memberi pakaian pada yang telanjang, suka membantu dan menghargai orang lain serta menjauhi mengganggu dan menyakiti perasaan orang lain. Sifat hatinya cocok dengan kebanyakan orang. Jika manusia membuat suatu kesalahan, maka dia menegur mereka. Sedangkan dalam hubungan dengan alam lingkungannya dilakukan dengan semestinya, tidak merusak lingkungan tetapi mengambil sesuai keperluannya.
4. Pada akhirnya hati yang digarap dengan usaha dakwah yang sempurna adalah seperti dicontohkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, yaitu mengorbankan waktu, diri dan hartanya hanya semata-mata untuk meninggikan kalimah Allah dan bagaimana agama bisa diamalkan secara sempurna. Pada tahapan ini dakwah telah menjadi maksud hidup atau seumur hidupnnya hanya untuk mendakwahkan agama dan mengusahakan orang lain untuk menjadi da’i (bukan semata-mata ‘abid, tetapi da’i yang abid). Inilah yang disebut dengan sifat Nubuwah (kenabian) yang merupakan sifat paling sempurna sebagai manusia. Sebagai-mana kita ketahui manusia yang paling tinggi kedudukannya disisi Allah adalah para Nabi dan Rasul, dan dari seluruh para Nabi dan Rasul yang paling tinggi kedudukannya adalah  Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sehingga beliau disebut “insaanul kamiil”  (manusia sempurna), “choirul makhluuqot” (sebaik-baik makhluk ciptaan Allah) dan  “Imamul Ambiya’i wal Mursalin wal malaaikatul muqorrabiin” (imam seluruh para Nabi dan Rasul dan malaikat yang dekat dengan Allah)
Semua manusia suka akhlak yang baik. Polisi, hakim dan penjara adalah merupakan usaha untuk menjadikan manusia berakhlak baik, agar manusia menjadi manusia. Namun apa yang terjadi dalam kenyataan, walaupun jabatan-jabatan itu ada dimana-dimana dalam setiap tempat di dunia ini, pada hakekatnya tidak nampak keadilan, kedamaian, dan akhlak yang baik. Akhlak yang baik hanya datang, jika manusia usaha ikut cara Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Jadi satu-satunya jalan untuk merubah hati manusia menjadi sempurna hanya dengan usaha dakwah. Usaha dakwah inilah yang mampu merubah sifat-sifat para sahabat, yang awalnya bersifat hewaniah (jahiliyah) menjadi sifat Nubuwah (sifat kenabian yang mulia). Para sahabat adalah manusia biasa, namun dakwah telah menjadi maksud hidup mereka semuanya. Mereka dengan ikhlas korbankan apa yang diberikan Allah untuk mereka, yaitu harta, diri, waktu dan bahkan nyawapun dengan senang hati mereka korbankan. Mereka sampai pada puncak pengorbanan karena mendapatkan arahan langsung dari Rasulullah, menyebabkan mereka mampu mengamalkan agama secara sempurna dan berakhlak mulia. Allah terima korban mereka, memberikan pertolongan dan senang (ridha) kepada mereka. Allahpun memberi gelar tertinggi kepada para sahabat yaitu radhiyallahu ‘anhum ajma’in (Allah ridha kepada para sahabat semuanya).
Peringatan :
Kitapun akan mendapatkan kemuliaan seperti para sahabat, manakala kita juga mengerjakan seperti para sahabat, yaitu menjadikan dakwah menjadi maksud hidup, dengan pengorbanan diri dan harta karena untuk meninggikan kalimah Allah, yaitu memikirkan dan berusaha bagaimana semua manusia mengamalkan agama Allah, bagaimana manusia masuk ke syurganya Allah, dan bagaimana manusia selamat dari adzab Allah. Karena inilah yang hari demi hari, setiap waktu diusahakan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Asbab usaha dakwah ini maka secara bertahap Allah akan menyempurnakan agama pada setiap orang, sebagaimana dahulu agama telah sempurna ada pada para sahabat. Insya Allah......bersedia!

16. TEGAKNYA ISLAM HANYA DENGAN USAHA DAKWAH


Ketika Siti Khadijah radhiyallahu ‘anha menemui suaminya Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau (Khadijah radhiyallahu ‘anha) baru saja pulang dari rumah Waraqah bin Naufal. Ia menanyakan tentang tanda-tanda kenabian yang ada pada suaminya, pada saat itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menerima wahyu ke-dua awal surah Al-Muddatstsir. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bersabda kepada istrinya "Tidak ada waktu lagi untuk istirahat... Jibril ‘alaihis salam telah menyampaikan perintah Allah subhanahu wa ta’ala kepadaku agar aku menjumpai setiap orang untuk mengajaknya kepada Islam, wahai istriku siapakah orang yang akan mengikutiku". "Aku ya Rasulullah, aku mengimani bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tiada tuhan selain Dia dan engkau adalah Rasulullah" Jawab Khadijah radhiyallahu ‘anha.
Demikianlah awal pengorbanan Rasulullah yang terus berlanjut hari demi hari tiada henti sehingga segala keperluan diri dihiraukan hanya untuk kemuliaan Islam, bagaimana ummatnya semua menerima Islam Dan selamat dari adzab api neraka. Hingga di akhir hayatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditemani oleh Jibril ‘alaihis salam yang datang untuk menghiburnya, Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya "bagaimana keadaan ummatku sepeninggalanku?". Inilah tanda tanggungjawab sebagai utusan Allah dan sayangnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada ummatnya, sehingga keadaan ummatnya saja yang terfikir hingga akhir hayatnya.
Menjelang akhir hayatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengirim satu jama'ah besar keluar kota Madinah dipimpin seorang panglima yang masih sangat muda, anak dari seorang bekas budak hamba sahaya yang kemudian menjadi anak angkat Beliau, yaitu Usamah bin Zaid radhiyallahu anhuma. Belum sampai ke tujuan Jama'ah tersebut mendapat berita tentang wafatnya Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Akhirnya diputuskan jama'ah tersebut kembali ke Madinah.
Di Madinatul Munawwarah keadaan pun sedikit kacau, karena begitu sedih dan bingung banyak dari sahabat radhiyallahu anhum yang tidak tahu harus berbuat apa pada saat itu. Umar radhiyallahu anhu menghunuskan pedang berkeliling sambil berkata tidak mungkin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, Utsman radhiyallahu anhu hanya diam tidak tahu berbuat apa.. Sehingalah Abu Bakar radhiyallahu anhu, setelah menjenguk jasad Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam, tampil ke depan menenangkan.
Singkat cerita... Usaha da'wah terhenti sebentar (dalam satu riwayat 7 hari), jama'ah yang dipimpin Usamah radhiyallahu anhu belum diberangkatkan. Apa yang terjadi? Alim ulama menerangkan ketika da'wah terhenti sebentar ada 3 perkara besar terjadi:
1.    Diangkatnya ketakutan dari hati orang kafir terhadap orang Islam
2.    Banyak orang yang baru masuk Islam kembali murtad dan sebagian tidak mau lagi membayar zakat.
3.    Munculnya Nabi palsu, Musailamah al Kadzdzab.
Tentara Romawi dan sekutu-sekutunya mengirim suatu kekuatan besar untuk membumi hanguskan Madinah dan seluruh orang Islam. Abu Bakar radhiyallahu anhu memutuskan untuk segera mengirim kembali jama'ah yang sempat tertunda untuk menghadapi tentara kafir dengan tetap dipimpin oleh Usamah radhiyallahu anhu. Ada sebagian sahabat yang merasa keberatan dan ingin agar Usamah radhiyallahu anhu dapat diganti dengan sahabat yang lebih berpengalaman tapi Abu Bakar radhiyallahu anhu berkata, "Belum lama jasad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dikebumikan, sekarang kalian hendak mengubah satu Sunnahnya"!
J
ama'ah tersebut tetap dipimpin oleh Usamah bin Zaid radhiyallahu anhuma. Semua sahabat yang tidak ada udzur diperintahkan untuk menyertai jama'ah tersebut. Kalifah Abu Bakar radhiyallahu anhu meminta kesediaan Usamah radhiyallahu anhuma untuk membolehkan beberapa sahabat tetap tinggal di Madinah untuk tugas-tugas lain. Khalid bin Walid ra. ditugaskan memimpin 500 orang untuk menghancurkan Musailamah al Kahzab, Umar radhiyallahu anhu ditugaskan memimpin 50 orang untuk menhadapi mereka yang tidak mau membayar zakat. Seorang sahabat lagi bertanya kepada Abu Bakar radhiyallahu anhu  berkata "Wahai Khalifah kalau semua kita menyertai jama'ah ini bagaimana keadaan kota Madinah yang di dalamnya ada Ummahatul mukminiin, istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam". Abu Bakar radhiyallahu anhu berkata,"Aku rela istri-istri nabi diserang musuh dan bangkainya dicabik-cabik serigala daripada agama dan usaha agama ini terhenti". Sehingga tinggallah di kota Madinah orang-orang tua dan wanita dan anak-anak.
Akhirnya Jama'ah tersebut diberangkatkan dengan dilepas sendiri oleh Khalifah Abu Bakar radhiyallahu anhu. Di Madinah, semua sahabat yang uzur diperintahkan untuk membuat 'amalan masjid. Mengisinya dengan Da'wah menjumpai orang-orang di Madinah yang keyakinannya goyah atau telah keluar dari Islam untuk dapat kembali kepada Islam. Mereka kemudian diajak ke Masjid Nabawi untuk duduk di dalam majelis dan dibangkitkan semangatnya kembali serta memperbanyak 'amal ibadah dan berdo'a memohon bantuan Allah subhanhu wa ta’ala. Sebagaian lagi diberi tugas untuk melayani tamu-tamu yang datang dan menyiapkan segala keperluan jama'ah masjid.
Dari usaha dan kerja di Masjid Nabawi tersebut alim ulama menerangkan terbentuk beberapa jama'ah da'wah yang dikirim ke kawasan yang berdekatan dengan Madinah, menjumpai setiap orang yang berada di kabilah terdekat untuk kembali kepada Islam dan Iman. Sehingga di dalam suatu riwayat selama tiga hari-tiga malam di kota Madinah tidak terdengar suara adzan.
Kembali kepada Jama'ah yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid radhiyallahu anhuma. Selama perjalanan untuk menghadapi tentara kafir mereka telah berhenti beberapa kali. Alim ulama menerangkan bahwa Usamah radhiyallahu anhuma telah memerintahkan jama'ah tersebut untuk berhenti dan membongkar segala perlengkapan dan memasang tenda dan berbagai keperluan lainnya. Ketika semua telah selesai, Usamah radhiyallahu anhuma memerintahkan untuk melanjutkan perjalanan. Semua sahabat radhiyallahu anhum tha'at. Mereka segera membongkar tenda mengumpulkan segala perbekalan dan sebagainya. Di tempat yang lain Usamah radhiyallahu anhuma memberikan perintah yang sama sehingga beberapa kali jama'ah tersebut membongkar memasang dan membongkar lagi perbekalan serta tenda mereka.
Alim ulama menerangkan bahwa walaupun pada zhahirnya terlihat seperti tidak teratur dan tidak terorganisir akan tetapi dengan ketha'atan kepada Amir dan bergeraknya mereka tersebut fii sabilillaah
maka Allah subhanahu wa ta’ala telah tanamkan kembali di dalam hati musuh Islam ketakutan terhadap ummat Islam. Tentara Romawi dan sekutunya menjumpai bekas-bekas perkemahan dan barang-barang perbekalan sahabat radhiyallahu anhum dapat menghitung berapa kekuatan pasukan Muslimin. Di tempat yang lain mereka menjumpai tanda-tanda bahwa di tempat itu juga sepasukan yang besar pernah berkemah. Sehingga akhirnya tentara musuh Islam tersebut berkesimpulan kalau dengan jumlah sahabat radhiyallahu anhum sedemikian besar yang berada di luar Madinah maka pasti jumlah yang lebih besar lagi ada di dalam Madinah. Dan mereka memutuskan untuk mundur karena mereka yakin mereka tidak akan menang menghadapi orang Islam. Begitu juga Musailamah al Kahzab dan pengikutnya beserta benteng di Yamamah yang telah didirikannya akhirnya dapat di hancurkan.

Perhatian :
Tiga perkara besar yang terjadi akibat usaha da'wah terhenti :
1.    Diangkatnya ketakutan dari hati orang kafir terhadap orang Islam
2. Banyak orang yang baru masuk Islam kembali murtad dan sebagian tidak mau lagi membayar zakat.
3.    Munculnya Nabi palsu, yaitu Musailamah al Kadzdzab.

Tiga perkara besar yang terjadi akibat usaha da'wah dijalankan :
1. Allah subhanahu wa ta’ala menanamkan ketakutan di dalam hati musuh Islam atau orang kafir
2. Orang-orang yang murtad kembali kepada Islam dan orang yang tidak mau bayar zakat akhirnya membayar zakat,
3.  Allah subhanahu wa ta’ala hancurkan nabi palsu.

15. PENGORBANAN NABI DAN SAHABAT DALAM DAKWAH


Hubungan kita dengan Allah subhanahu wa ta’ala hanya dapat dilakukan dalam Agama. Agama adalah hal-hal yang di inginkan Allah Ta’ala pada diri manusia dalam setiap waktu, tempat, dan keadaan. Dengan Dakwah maka kita dapat mewujudkan Agama dalam diri kita. Target dari dakwah adalah membuat sifat dan membentuk Iman dalam diri kita. Sebagaimana sahabat mendapat sifat dan Iman melalui dakwah yang penuh pengorbanan, sehingga Iman dan sifat Mereka terbentuk sesuai dengan yang Allah subhanahu wa ta’ala inginkan. 13 tahun sahabat berdakwah atas perkara Iman saja, sebelum syariat diturunkan. Pengorbanan yang mereka lakukan membuat Iman mereka menjadi kuat. Sehingga setiap perintah yang turun dapat dengan mudah dilaksanakan oleh sahabat.
Para sahabat disiksa hanya untuk mempertahankan Iman. Bilal radhiyallahu ‘anhu dipanggang dan ditiban batu yang melebihi bobot badannya ditengah terik panas matahari namun Imannya tidak goyang. Khabab radhiyallahu ‘anhu dipanggang punggungnya di atas bara namun Imannya tidak goyah. Ammar radhiyallahu ‘anhu disiksa dengan ayah ibunya dipasir yang panas sehingga orang tuanya Syahid. Namun demi yang namanya Iman mereka bersabar atas penderitaan. Inilah kesabaran para Sahabat radhiyallahu ‘anhum dalam memperjuangkan Agama.
Begitu pula penderitaan yang dialami Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam semenjak kecil. Ketika lahir ayahnya telah tiada. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hanya merasakan kasih sayang seorang ibu dalam 2 bulan saja. Baru merasakan sedikit kebahagiaan dengan kakeknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam harus bersabar melihat kakeknya meninggal hanya dalam waktu kurang dari setahiun. Tarbiyah demi tarbiyah Allah berikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  supaya siap menerima tanggung jawab kenabian. Tarbiyah yang Allah berikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini telah membentuk sifat dalam diri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Setelah ayat pertama turun yaitu ayat Iqro : “Bacalah”, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dituntut untuk membaca keadaan ummat. Namun karena takutnya menerima wahyu pertama kali, untuk beberapa saat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berusaha menenangkan diri. Lalu turunlah perintah “Ya hayyuhal Mudatsir Kum Fa Anzir Farabbaka Fakabbir.” Artinya : “Wahai orang yang berselimut bangunlah dan besarkanlah nama tuhanmu.” Inilah awal dari perintah Allah subhanahu wa ta’ala kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memulai dakwah. Jadi kita berdakwah bukan karena nafsu kita tetapi ini karena perintah Allah sebagaimana yang Allah perintahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Setelah turun ayat ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada istrinya, “Mulai hari ini tidak ada waktu untuk istirahat lagi.” Semenjak itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah berhenti dari kerja dakwah. Pergi pagi baju bersih pulang petang baju sudah kotor. Pernah suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam asbab keletihan dari menyampaikan agama pada orang, beliau hendak beristirahat sebentar. Namun belum sempat tertidur turunlah ayat : “Ya Ayyuhal Muzammil Kumillaila illa qollila…” Ketika itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diperintahkan untuk bangun malam menghadap Allah, mendirikan ibadah malam, sehingga hilanglah waktu untuk istirahat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Inilah kerja Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang tidak mengenal waktu dan lelah. Cobaan dan kepayahan dilewati oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sampai-sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata mahfum : “Tidak ada satu manusiapun yang penderitaannya melebihi aku”.
Pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membawa Siti Fatimah radhiyallahu ‘anha ke Masjidil Haram, ketika dalam keadaan sujud Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam badannya di lempari kotoran onta oleh orang kafir Quraish, sehingga membuat Siti Fatimah yang masih kecil menangis melihat keadaan ayahnya.  Melihat kotoran yang menempel pada badan ayahnya, Siti Fatimah radhiyallahu ‘anha sambil menangis berusaha membersihkan kotoran onta tersebut dari ayahnya. Ketika beliau berdakwah, orang-orang yang memberikan beliau gelar Al-Amin, berbalik menghina beliau dengan panggilan Al Majnun (orang gila). Kehidupan beliau diboikot sehingga beliau berhari-hari dengan istrinya tidak makan apapun selain biji korma dan air putih. Selama 3 bulan dapur nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengeluarkan asap, tidak ada masakan atau makanan.
Belum lagi ketika beliau ke Thaif dengan penuh harapan penduduk Thaif mau memeluk Islam, ternyata yang diterimanya adalah siksaan. Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam dihina dan dilemparkan batu, sampai keluar kotapun masih dihajar. Darah segar Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengalir dari kepala beliau SAW banyak sekali. Disinilah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam shallallahu ‘alaihi wasallam  berdoa yang doanya menggetarkan hati seluruh penduduk langit. Ketika itu seluruh penduduk langit murka dan Allah Ta’ala telah memerintahkan malaikat untuk siap menerima perintah apapun dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkeinginan menghancurkan Thaif. Tetapi apa yang dikatakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab kesediaan para malaikat tersebut yaitu  Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa yang bunyinya : “Ya Allah bukan ini yang aku mau, aku berdoa karena kelemahanku dalam berdakwah, karena ketidak mampuanku dalam menyampaikan “. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam malah mendoakan kebaikan untuk para penduduk Thaif agar suatu saat nanti mereka mau memeluk Islam. Inilah yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu membalas keburukan dengan kebaikan. Inilah kesabaran Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menghadapi cobaan. Ketika semua malaikat telah siap untuk menghancurkan Thaif yang telah menyiksa beliau, tetapi beliau malah mendoakan kebaikan buat mereka yang telah menyiksa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun cobaan dan ujian kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak hanya berhenti sampa di Thaif saja, masih banyak lagi cobaan dan penderitaan yang harus dilewati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Di saat puncak perhatiannya  dalam dakwah di Mekkah, berturut-turut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diuji dengan kehilangan 2 orang yang sangat dicintai dan mendukungnya dalam usaha dakwah yaitu istrinya, Khadijah radhiyallahu ‘anha, yang selalu menghiburnya ketika sedih dan pamannya Abu Thalib yang selalu membelanya dari siksaan orang kafir Quraisy. Cobaan demi cobaan, kesusahan demi kesusahan, terus di alami Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hingga akhir hayatnya. Menjelang ajalnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam barulah bisa berkata, “Tidak akan ada lagi kesusahan setelah hari ini.”
Sahabat radhiyallahu ‘anhum sangat mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, melebihi cinta mereka pada keluarganya, pada orang tuanya, bahkan melebihi kecintaan mereka pada dirinya sendiri. Sahabat untuk bersabar ketika harus meninggalkan anak, istri dan mendapat berbagai macam siksaan, ini mudah saja bagi mereka. Tetapi Tidaklah mudah bagi sahabat menahan kesabaran ketika mereka melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dihina dan disiksa. Ini karena mereka. sahabat dahulu adalah seorang yang pemberani dan pendekar-pendekar perang. Ketika Hamzah radhiyallahu ‘anhu mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditimpuki kotoran oleh Abu Jahal, maka Hamzah radhiyallahu ‘anhu langsung menyampiri Abu Jahal dan memukulnya hingga jatuh dan berdarah, didepan para petinggi quraisy pada waktu itu. Padahal waktu itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  tidak pernah menyuruh mereka mambalas atau menyatakan perang kepada orang kafir Quraish atas perlakuan mereka. Justru beliau malah menyuruh mereka, para sahabat radhiyallahu ‘anhum, untuk bersabar atas orang kafir quraisy. Para sahabat radhiyallahu ‘anhum rela bersabar diatas segala penderitaan demi Agama Allah. Mereka disiksa, keluarga mereka dibunuh, dihina dan dicaci maki, tetapi apa yang nabi anjurkan kepada mereka, yaitu bersabar, bukan membalas dengan nafsu dan dendam.
Allah Ta’ala menguji kesabaran para sahabat ketika susah dan sempit yaitu ketika di Mekkah, dan Allah Ta’ala menguji mereka ketika senang dan lapang ketika di Madinah. Ketika perjanjian Hudaiybiyah, para sahabat radhiyallahu ‘anhum ditest kehormatannya oleh Allah Ta’ala. Sejauh mana mereka siap mengorbankan kehormatan mereka untuk Agama. Ketika perjanjian Hudaibiyah, saat itu para sahabat radhiyallahu ‘anhum sudah dalam posisi siap tempur, dan keuntungan keadaan berpihak pada sahabat radhiyallahu ‘anhum ketika itu. Namun apa yang terjadi disaat sahabat sudah merasa ini waktunya bagi mereka untuk membalas semua kekejaman kaum Quraish kepada mereka dan keluarga mereka. Justru keadaan yang menguntungkan itu ditolak mentah-mentah oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam . Bahkan Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam  menerima tawaran kafir quraisy yang tidak seimbang dan merugikan posisi mereka pada waktu itu. Secara logika apa yang diputuskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  tidak dapat diterima oleh akal dan nalar para sahabat radhiyallahu ‘anhum ketika itu. Hal ni membuat harga diri para sahabat ketika itu tercabik-cabik. Namun karena ini sudah menjadi keputusan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam , maka mereka harus taat. Inilah kesabaran sahabat ketika mereka telah telah diujung kesabaran mereka untuk menggempur kafir quraisy, mereka masih tetap taat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam . Tetapi kejadian ini diabadikan oleh Allah Ta’ala dalam Al-Quran sebagai kemenangan umat Islam, walaupun para sahabat mengalami kekecewaan.
Bagaimana diceritakan ketika penaklukan kota Mekkah, orang kafir quraisy ketakutan melihat kekuatan umat Islam ketika itu. Abu Sofyan, Jendral orang quraisy yang ikut diberbagai pertempuran  melawan umat Islam, Hindun yang memakan hati paman Nabi, semua orang yang pernah menyiksa sahabat orang yang sama ketika itu sangat ketakutan. Namun apa yang terjadi, ketika Nabi berbicara di depan ka’bah kepada orang kafir Quraish, ”Tahukah kalian apa yang akan aku lakukan kepada kalian?” mereka menjawab dengan ketakutan, “tidak ya Rasulullah” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda, “Aku akan membebaskan kalian sebagaimana saudaraku Yusuf ‘alaihis salam membebaskan saudara-saudaranya.” Inilah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  kepada orang yang sama yang telah menyiksa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam  dan para sahabatnya.
Inilah kesabaran yang harus dipunyai seorang beriman. Sedangkan hari ini kita sudah merasa kehilangan kesabaran terhadap saudara sendiri, keluarga sendiri, teman sendiri, terhadap lingkungan sendiri. Bagaimana kita bisa menjadi seperti mereka, Nabi dan para Sahabat radhiyallahu ‘anhum, jika kita tidak mempunyai kesabaran seperti yang mereka miliki.
Para sahabat juga dihina ketika sedang berdakwah, tetapi mereka bisa bersabar diri. Keadaan kita dibandingkan para sahabat sangatlah jauh berbeda. Karena pengorbanan yang mereka lakukan dalam berdakwah berbeda dengan kita, sehingga tingkat kesabaran yang kita punya juga berbeda dengan mereka. Asbab kesabaran dan pengorbanan mereka, hidayah tersebar. Masalah sahabat dibandingkan dengan masalah yang kita hadapi sangatlah tidak sebanding, karena kita tidak melalui penyiksaan-penyiksaan, pembunuhan massal terhadap orang yang kita cintai, ditimpuki batu dan kotoran binatang, dan lain-lain. Untuk itu penting kita keluar di jalan Allah untuk melatih diri kita agar bisa mendapatkan sifat para sahabat.
Dengan tarbiyah yang kita dapati ketika berdakwah, ini dapat membentuk sifat-sifat mulia dalam diri kita. Inilah yang dilakukan para Anbiya ‘alaihimus shalatu wassalam dan para sahabat radhiyallahu anhum ajma’in dalam menjalankan usaha atas agama, “The Efforts of Deen”, atau dalam Dakwah. Mereka harus melakukan total pengorbanan sebagai bukti kecintaan mereka kepada Allah Ta’ala dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam .

Pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan keluarganya
Contoh 1
Nabi Ibrahim ‘alaihis salam baru bisa mempunyai anak ketika beliau berumur 98 tahun. Ketika itu beliau diuji 2 kali oleh Allah Ta’ala. Pertama ketika beliau harus meninggalkan anak yang baru ia punya dan yang ia dambakan, dan istrinya  dipadang pasir. Disini terlihat bahwa Allah hendak menguji Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dengan perintahNya, agar Nabi Ibrahim ‘alaihis salam ini hatinya senantiasa terpaut pada Allah.
Hari ini seseorang yang pulang kerja saja tidak sabar buru-buru pulang ingin bertemu dengan anak dan istrinya, tetapi lihat bagaimana Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bahkan diperintahkan untuk meninggalkan anak dan istrinya. Dengan penuh kesedihan dan kesabaran dalam menjalankan perintahNya, Ibrahim ‘alaihis salam tinggalkan anak dan istrinya di padang pasir. Demi menjalankan perintah Allah, keluarga Nabi Ibrahim ‘alaihis salam rela bersabar dengan penuh keihlasan. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam di test kesabaran dan keyakinannya oleh Allah untuk meninggalkan anak dan istrinya di padang pasir.
Setelah Siti Hajar mengetahui bahwa itu adalah perintah Allah maka dia pun Ridho di tinggal Nabi Ibrahim ‘alaihis salam ditengah padang pasir. Inilah keyakinan siti hajar dan ketaatannya terhadap perintah Allah. Hari ini orang jika melihat suami meninggalkan anak dan istri untuk mendekatkan diri kepada Allah, orang-orang sudah mencapnya sebagai orang yang tidak bertanggung jawab. Jika suami pergi untuk mencari keduniaan di anggap sebagai orang yang penuh tanggung jawab. Inilah kesalah fahaman kita hari ini, kita mengira suami yang menghidupkan keluarganya. Orang yang mau berkorban untuk agama di jelekkan dan orang yang buat usaha atas dunia di muliakan.
Allah telah buktikan bahwa Allah tidak perlu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, uang, atau mahluk apapun dalam memelihara Siti Hajar dan Ismail ‘alaihis salam dipadang pasir yang tandus. Allahlah yang memelihara segala-galanya, mahluk tidak dapat memberikan manfaat dan mudharat tanpa seizin Allah. Asbab keyakinan dan ketaatan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan keluarganya yaitu Siti Hajar dan Ismail ‘alaihis salam, Allah telah buat Mekkah daerah yang tandus dan tidak ada manusia yang mau datang menjadi daerah yang berkah keluar air zam zam dan ramai pengunjung.
Setelah beberapa lama tidak bertemu, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam Allah mengizinkan untuk bertemu dengan Siti Hajar dan Ismail ‘alaihis salam, dengan syarat tidak boleh turun dari kudanya dan tidak boleh berbicara. Setelah itu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam harus balik lagi ke Palestina tempat dia harus berdakwah. Hari jika kita diposisi Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, sudah lama di jalan Allah rindu pada keluarga, sekalinya bertemu tidak boleh turun dari kuda, tidak boleh memeluknya, dan tidak boleh berbicara. Inilah kesabaran seorang Nabi dan seorang Da’inya Allah. Setelah lolos dari ujian ini baru Allah mengizinkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berkumpul dengan Siti Hajar dan Ismail ‘alaihis salam.
Ujian kedua, ketika Nabi Ibrahim ‘alaihis salam lagi senang-senangnya bermain bersama Ismail ‘alaihis salam, turun perintah untuk menyembelih Ismail ‘alaihis salam. Inilah pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dalam membuktikan kecintaannya terhadap Allah Ta’ala, bahwa tidak ada yang lebih besar dari Allah di hatinya. Ini adalah ujian dari Allah untuk membuktikan bahwa hati Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tidak mendua kepada Allah dan kepada selain Allah walaupun itu keluarga. Ketaatan kepada Allah Ta’ala bagi Nabi Ibrahim ‘alaihis salam lebih berharga dibanding keluarganya. Inilah kesiapan dan kesabaran seorang Nabi dan seorang da’i dalam menjalankan perintah Allah.
Begitupula kepada Siti Hajar dan Ismail ‘alaihis salam ketika mendapatkan perintah ini. Nabi Ibrahim‘alaihis salam dan Ismail ‘alaihis salam digoda setan dengan perkataan, “Wahai Ibrahim ini adalah anakmu bagaimana kamu bisa membunuh darah dagingmu sendiri, apakah kamu tega.” Mendengar godaan dari syetan ini maka Ismail ‘alaihis salam mengusir setan itu dengan melemparkan batu. Lalu Ismail ‘alaihis salam berkata kepada ayahnya, ”wahai ayah jika ini perintah Allah jalankanlah, saya ikhlas menerimanya.” Begitu juga Siti Hajar yang di goda oleh syetan yang mengatakan bahwa saat ini Ibrahim ‘alaihis salam akan membunuh anaknya. Siti Hajar terperanjat kaget saakan-akan tidak percaya. Lalu Siti Hajar bertanya, “Apakah ini adalah perintah dari Allah ?” si syetan menjawab,”benar.” Mendengar ini Siti Hajar menimpuk syetan itu dengan batu dan berkata, “Kalau begitu kamu ini setan, masa Ibrahim ‘alaihis salam harus melanggar perintah tuhannya.” Inilah keyakinan dan kesabaran keluarganya seorang Nabi dan Da’inya Allah dalam menjalankan perintah Allah. Ini berlaku bagi siapa saja yang siap berkorban di jalan Allah maka nanti Allah akan menjadikan keluarganya mempunyai keyakinan dan ketaatan seperti keluarganya Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.

Contoh 2
Keadaan ini tidak hanya Allah berikan kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tetapi juga kepada para sahabat radhiyallahu ‘anhum seperti Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Asbab pengorbanan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, anak-anaknyapun mempunyai keyakinan yang sama seperti ayahnya. Suatu ketika Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu hendak keluar di jalan Allah, ia telah korbankan seluruh hartanya untuk digunakan di jalan Allah. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya apa yang telah kamu tinggalkan untuk rumahmu, dia menjawab, “Saya tinggalkan Allah dan RasulNya.” Ketika ayah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu yang buta dan masih dalam keadaan Kafir berkunjung kerumahnya Abu Bakar, dia berkata dengan nada marah kepada cucunya, “Pasti Abu Bakar telah meninggalkan kalian pergi tanpa meninggalkan apapun.” Lalu Siti Aisyah radhiyallahu ‘anha beserta adiknya Asma radhiyallahu ‘anha membimbing kakeknya ke arah meja dan berkata, “Tidak kakek, ayah telah meninggalkan kita batu emas ini.” Seraya membimbing tangan kakeknya ke meja memegang batu yang dikira emas oleh kakekanya. Inilah keyakinan yang ditanamkan Allah kedalam anaknya Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, sehingga mereka rela ditinggalkan oleh ayahnya tanpa ditinggali apapun.
Nusrottulloh, pertolongan Allah Ta’ala, akan datang kepada orang yang melakukan total pengorbanan dan mempunyai kecintaan terhadap agama seperti sahabat radhiyallahu ‘anhum. Suatu ketika anak laki-laki Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu berkata kepada ayahnya, “wahai Ayah, ketika perang Badr, saya mempunyai kesempatan 3 kali untuk membunuhmu, tetapi setiap saya hendak melakukannya, rasa cintaku kepadamu menghalangiku untuk melakukannya “. Lalu Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menjawab, ”wahai anakku, jika saat itu aku mendapatkan kesempatan untuk memenggal kepalamu, pasti aku akan melakukannya tanpa ragu-ragu karena aku lebih mencintai Allah Ta’ala dan RasulNya daripada kamu.”
Inilah cinta sahabat radhiyallahu ‘anhum terhadap Allah Ta’ala, dan inilah kecintaan yang Allah Ta’ala mau, tidak mendua kepada yang lain. Seorang sahabat ditanya oleh Rasulullah. ”Apakah yang akan engkau lakukan jika engkau malihat istri engkau berduaan dengan lelaki lain dalam kamarmu.” Sahabat menjawab, “Akan saya penggal leher lelaki itu.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda mahfumnya, ”Saya lebih pencemburu dari kamu, dan Allah lebih pencemburu dari saya. Begitu pula cemburunya Allah Ta’ala terhadap hambanya jika dapatiNya dalam hati hambanya kebesaran mahkluk selain kebesaran Allah Ta’ala”.
Ada seorang sahabat yang tidak bisa tidur sebelum melihat wajah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam karena sangat cintanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Seorang sahabat berkata, “Sebelum aku memeluk Islam tidak ada seorangpun yang kubenci melebihi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, tetapi setelah aku memeluk Islam tidak ada satu manusiapun yang lebih aku cintai daripada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam”. Sahabat sangat cintanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga rela mengorbankan anak, istri, pekerjaan, jabatan, harta, dan harga diri. Tetapi jika takaza/tawaran agama dibentangkan maka mereka rela meninggalkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam demi agama. Sebagaimana perpisahan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan Muadz yang akan pergi berdakwah ke Yaman. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya bahwa ini adalah pertemuan mereka yang terakhir, namun Muadz radhiyallahu ‘anhu dengan hati yang hancur dan kesedihan yang luar biasa karena harus berpisah dengan orang yang paling dicintainya tetap melanjutkan perjalanan demi kepentingan agama.
Para sahabat radhiyallahu ‘anhum ketika takaza/tawaran jihad dibentangkan maka mereka langsung meninggalkan segala yang mereka cintai seperti istri yang baru dinikahi pada malam pertama, kebun korma yang siap dipanen, seluruh harta bendanya untuk agama. Bahkan keluarga merekapun diberi semangat oleh anggota istri dan anak mereka sendiri untuk berjihad di jalan Allah. Namun karena lemahnya iman kita maka kita belum mampu melakukan pengorbanan seperti mereka.
Kesalah fahaman yang terjadi saat ini adalah kita menyangka bahwa diri dan harta kita adalah milik kita. Padahal semua yang merasa kita telah memiliki dan yang kita lihat ini adalah milik Allah Ta’ala. Untuk meluruskan kesalahfahaman ini maka kita harus keluar dijalan Allah subhanahu wa ta’ala belajar berkorban seperti para Nabi ‘alaihimus shalatu wassalam dan para sahabat radhiyallahu anhum ajma’in, yaitu 2,5 jam setiap hari dakwah jumpa ummat, 3 hari setiap bulan, 40 hari setiap tahun, dan 4 bulan seumur hidup...Insya Allah.....NIAT