Pages

Kamis, 15 Agustus 2013

179. KISAH ZAINAL NUR RIZKI, PUTRA WIRANTO, MENINGGAL DI AFRIKA SELATAN.


Meninggalnya putra angkat Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto, yang bernama Zainal Nur Rizki di Afrika Selatan membawa berbagai informasi mengenai dakwah Jamaah Tabligh di Benua Hitam tersebut. Zainal yang menimba ilmu keislaman belajar di Darul Uloom Zakariyya, sebuah pesantren yang berafiliasi pada Jamaah Tabligh asal India.
Diberitakan Hidayatullah, Darul Uloom Zakariyya, Johanesburg, Afrika Selatan didirikan oleh  ulama hadits, Syaikh Maulama Muhammad Zakariya Kandhalawi  pada tahun 1981 (1402 H), saat kunjungannya ke Afrika.
Syaikh Maulana Muhammad Zakariya Kandhalawi rahmatullah ‘alaih adalah seorang ulama Sunni bermadzhab Hanafi, lahir 2 Februari 1898 di Kandahla dan meninggal 24 Mei 1982 di Madinah. Ia merupakan keponakan dari pendiri Jamaah Tabligh, Syaikh Maulana Muhammad Ilyas rahmatullah ‘alaih. Jalur nasabnya bersambung hingga Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.
Karya tulisnya yang terkenal adalah kitab Fadhilah Amal, Fadhilah Ramadhan, Fadhilah Shadaqah, Fadhilah Shalat, Syarah Muwatha’ Imam Malik, Syarah Syamail Imam At Tirmidzi, Hayatush Shahabat, dan kumpulan tulisan Aujaz Masalik (fiqih dalam Madzhab Maliki).
Sebagaimana dikutip laman darulfiqh.com, di tanah seluas 24 hektar di di pinggiran Lenasia saat ini Darul Uloom memiliki 715 siswa, dengan 300 siswa lokal dan sisanya dari 56 negara. 300 siswa belajar untuk menjadi hafidz sementara sisa siswa belajar untuk menjadi ulama.
Lembaga Darul Uloom yang berafiliasi pada Jamaah Tabligh ini memiliki 5 jurusan;
1.  Hifdhul-Qur’an (Menghafal Al-Qur’an)
2.  Aalimiyah (Studi Fikih dan Ilmu Islam)
3.  Tajwid dan Qira’aat (Ilmu Al Quran, Qira’aah Sab’ah dan Asyarah)
4.  Ifta’ (Spesialisasi dalam Ilmu Fikih dan Penelitian Islam)
5.  Adab
Selain belajar klasikal, Darul Uloom juga mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam Tabligh dan Jaula Maqamiyah (kunjungan lokal) yang dilakukan setiap hari Kamis setelah Ashar, Jaula Intiqaliyah (kunjungan ke lingkungan sekitar) berlangsung pada hari Ahad dan siswa juga didorong untuk pergi keluar selama akhir pekan untuk jangka waktu 24 jam serta selama liburan untuk waktu yang cukup lama.
Putra Angkat Wiranto Menghafal Al Quran di Pesantren Jamaah Tabligh Afrika Selatan
Zainal Nur Rizki, putra angkat Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto, yang meninggal Rabu 29 Mei 2013, berangkat ke Afrika Selatan untuk belajar Islam di pondok pesantren milik Jamaah Tabligh.
Diceritakan Wiranto, putranya itu pernah  kuliah satu semester di Fakultas Hukum UGM (Universitas Gadjah Mada) Yogyakarta. Tapi tidak melanjutkan karena tertarik untuk belajar agama.
“Akhirnya Ia ambil keputusan bahwa Ia lebih baik mendalami agama dulu, merasa ada yang salah selama ini dalam hidupnya. Ia minta izin untuk pindah ke sekolah agama. Lalu mencari tempat belajar agama terbaik untuk pendalamam Al Quran,” kata Wiranto, seperti dilansir Detik.
Zainal pergi ke Afrika Selatan untuk menghafal Al Quran dan memilih pesantren Darul Ulum Zakariyya. Dia baru belajar selama dua tahun disana. Darul Ulum Zakariyya adalah salah satu tempat terbesar pusat pengajaran Islam Jamaah Tabligh. Pendiri pesantren tersebut adalah seorang warga Afrika Selatan keturunan India.
Menurut politisi Yuddy Chrisnandi, Zainal baru saja menikah bulan Maret 2013 yang lalu.
“Zainal Nur Rizki putra bungsu Pak Wiranto usianya masih 23 tahun dan baru menikah Maret lalu di Afrika Selatan. Dinikahkan oleh Pak Wiranto dan Ibu,” kata Yuddy.
Sementara itu KH. Yusuf Supendi menyatakan bahwa almarhum Zainal yang sedang dalam proses belajar Al Quran berarti wafat fi sabilillah.
“Almarhum Zainal Nur Rizki wafat fi Sabilillah, karena almarhum berada di Afrika Selatan dalam rangka menuntut ilmu dan mendalami Al Quran al Karim dengan bimbingan umat Islam keturunan India,” jelas Yusuf Supendi kepada itoday.
Menurut Yusuf Supendi, almarhum Zainal, baru menjalani studi Al Quran di Johanesburg, Afrika Selatan, selama dua tahun. “Masih perlu waktu lima tahun lagi bagi almarhum untuk menyelesaikan studinya,” ungkap Yusuf Supendi.
Sosok Putra Angkat Wiranto di Mata Ibundanya
 
 itoday.co.id
Kehilangan anak untuk selama-lamanya menimbulkan kesedihan tersendiri bagi seorang ibu. Rughaiyah Usman kini hanya bisa mengenang dan menceritakan kembali sosok putra satu-satunya yang baru saja meninggal.
“Dia sebagai anak apalagi laki-laki tentunya baik, kadang-kadang bandel, kan biasa. Tapi pada akhirnya dia memilih untuk sekolah di UGM dan ikut kakak iparnya siar agama. Dia tertarik mendalami agama, ” ujar Rughaiyah Usman yang akrab disapa Uga Wiranto selepas acara pengajian di kediamannya di Jl Palem Kartika 21, Bambu Apus, Jakarta Timur, Rabu (29/05/2013), seperti dikutip Detik.
Dua minggu yang lalu, Zainal sempat pulang untuk mengurus perpanjangan paspornya. Saat itu tiba-tiba Inal –sapaan akrab Zainal– meminta untuk mencucikan kaki bapak dan ibunya. Tanpa menaruh perasaan apa-apa, Uga dan Wiranto mengizinkan putranya untuk mencuci kaki mereka.
“Pada saat dia memilih menikah, istrinya usia 15 tahun, mereka belum pernah bertemu, belum pernah melihat mukanya, rela untuk dimintakan orang tua melamar istrinya. Baru saja menikah kemarin. Itu yang membuat saya terhibur, dia sudah sempurna, dari kecil dewasa dan sempat melaksanakan menikah,” jawab Uga ketika ditanya kenangan yang paling membekas tentang Zainal.
Zainal menikah pada 13 Maret 2013. Dia menikahi Salsabila yang saat itu baru berusia 15 tahun. Mereka melangsungkan pernikahan di Afrika Selatan.
“Dia senang nyanyi, baca puisi dan baca Al Qur’an. Meski belum hafal Al Qur’an, dia setiap hari menghafal hadits-hadits, dia juga belajar bahasa Urdu dan Arab,” kenang istri purnawirawan TNI itu.
Zainal  kecil belajar di SD Al Azhar, setelah itu dia melanjutkan ke SMP Sudirman.  Di tengah perjalanan masa SMP, Zainal pindah ke Sentul Boarding School. Masa SMA dihabiskannya untuk bersekolah di SMA Lab School Rawamangun.
Inal pernah mengenyam pendidikan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Selama 1 semester dia belajar Ilmu Hukum Internasional. Akhirnya Zainal Nur Rizki memutuskan untuk memperdalam ilmu agama di Perguruan Tinggi Ilmu Agama Islam Darul Uloom Zakariyya, Johanesburg, Afrika Selatan, milik Jamaah Tabligh.
Putra Wiranto Meninggal di Afrika Selatan
 
 liputan6.com
Putra ketiga Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, Zainal Nurrizki (23) meninggal dunia hari ini di Afrika Selatan, demikian diberitakan Inilah.
“Iya saya juga dapat SMS dari Sekretaris Pak Wiranto, katanya meninggal di Afrika Selatan,” kata Ketua DPP Partai Hanura, Syarifudin Suding saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu (29/5/2013).
Suding mengaku sudah mendapatkan informasi itu dari rekan-rekannya di DPP Hanura. Namun dia belum mengetahui secara pasti penyebab meninggalnya anak ketiga Wiranto tersebut. “Saya belum dapat informasi lebih detail, sakit apa dan bagaimana,” ujarnya.
Yusuf Supendi, yang kini bergabung ke Partai Hanura menyatakan bela sungkawa atas meninggalnya salah satu anak Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, Jumat 29 Mei 2013. Almarhum yang bernama Zainal Nurrizki wafat dalam usia yang masih muda, yakni 23 tahun.
“Inna lillahi wainna ilaihi raji’un. Turut berduka. Semoga amal ibadah almarhum, putra ketiga Bapak H Wiranto dan Ibu Hj Uga diterima Allah subhanahu wa ta’ala dengan balasan surga di sisi-Nya,” kata Supendi. Zainal meninggal di Afrika Selatan, dan saat ini telah dimakamkan di sana.
Supendi menyatakan, “Zainal berada di Afsel dalam rangka menuntut ilmu. “Ia mendalami Alquran dengan bimbingan umat Islam keturunan India di sana. Studinya baru berjalan dua tahun. Perlu lima tahun lagi untuk tamat. Namun Allah berkehendak lain,” kata Supendi.
Ia yakin Allah memberikan jalan yang terbaik bagi putra bungsu Wiranto itu. “Semoga almarhum menjadi aset pemberi syafaat bagi kedua orangtua almarhum. Semoga keluarga sabar dan meyakini bahwa syafaat akan diberikan almarhum pada hari pembalasan kelak,” ujar Supendi.
Supendi meminta semua pihak memaafkan kesalahan Zainal semasa hidupnya. Ia juga meminta Wiranto dan keluarga untuk ikhlas melepas kepergian Zainal.
Mengintip Pesantren Tempat Putra Wiranto Berguru

Darul Uloom Zakariyya jadi tempat belajar anggota Jamaah Tabligh.

 
Pesantren Darul Uloom Zakariyya, Afrika Selatan (Wikipedia)
VIVAnews - Zainal Nur Rizky, putra bungsu Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, meninggal dunia di Johanesburg, Afrika Selatan, Rabu 29 Mei 2013. Dia menghadap Yang Kuasa saat sedang menuntut ilmu agama di Perguruan Tinggi Agama Islam Darul Uloom Zakariyya, Afrika Selatan.
Perguruan Tinggi ini adalah satu dari banyak tempat para pengikut Jamaah Tabligh memperdalam ilmu agama mereka, selain di India dan Pakistan. Pesantren modern dengan luas 9,7 hektar ini terletak di tengah bekas lahan pertanian yang sejuk di Lenasia.
Melansir dari darulfiqh.com, pesantren ini pertama kali didirikan pada tahun 1983. Nama Zakariyya diambil dari nama ulama Tabligh yang terkenal kala itu Sheikh Maulana Muhammad Zakariyya Kandhelwi. Sheikh Zakariyya mengunjungi Afrika Selatan pada tahun 1981 dan meminta doa dari para
pengikut Tabligh untuk mendoakan pembangunan Darul Uloom di negara itu.
Awal berdiri perguruan tinggi ini dipimpin oleh Qori Addul Hamid dari Panoli, India, tahun 1986. Tahun pertama, hanya ada 35 santri. Karena belum lengkapnya fasilitas, kala itu para santri belajar di bawah pohon dan tidur di sebuah rumah besar. Perkembangan perguruan ini sangat pesat, seiring bertambahnya pengikut Jamaah Tabligh di seluruh dunia.
Menurut data tahun 2011 lalu, ada sekitar 715 santri di perguruan tinggi ini. Hanya 300 yang berasal dari Afsel, sisanya dari 56 negara yang berbeda, termasuk Indonesia. Ada lima fakultas yang tersedia, yaitu Hifdhul-Qur'an (Menghafal Al-Qur'an), Aalimiyah (Studi Fikih dan Ilmu Islam), Tajwid dan Qira'aat (Ilmu al-quran, Qira’aah Sab’ah dan Asyarah), Ifta' (Spesialisasi
dalam Ilmu Fikih dan Penelitian Islam) serta Sastra Arab.
Sejak didirikan hingga 2011, perguruan tinggi ini telah melahirkan ribuan tahfidz (penghafal Al-Quran), 619 ulama, 137 qori.
Sekilas Mengenai Jamaah Tabligh
Jamaah Tabligh adalah salah satu organisasi keagamaan terbesar dengan anggota lebih dari 10 juta orang di 200 negara. Gerakan ini didirikan tahun 1926 oleh Muhammad Ilyas bin Muhammad Isma'il Al-Hanafi Ad-Diyubandi Al-Jisyti Al-Kandahlawi di Mewat, India.
Markas besar mereka terletak di daerah Nizhamuddin, Delhi, India. Markas kedua di Raywind, sebuah desa di Lahore, Pakistan. Markas ketiga di kota Dakka, Bangladesh. Misi mereka adalah menyebarkan dakwah Islam dan mengajak masyarakat mengamalkan ajaran Islam.
Ada enam asas dan landasan gerakan ini. Pertama, merealisasikan kalimat 'Laa Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah'. Kedua, Shalat dengan Penuh Kekhusyukan dan Rendah Diri. Ketiga, keilmuan yang Ditopang dengan Dzikir. Keempat, menghormati Setiap Muslim. Kelima, memperbaiki niat. Dan keenam, dakwah dan khuruj (keluar berdakwah) di jalan Allah.
Di Indonesia, gerakan ini bisa dikenali dengan surban dan gamisnya. Mereka biasa mengunjungi mesjid-mesjid di tanah air untuk berdakwah ketika khuruj (keluar berdakwah).
Khuruj versi jamaah Tabligh biasanya dilakukan selama empat bulan untuk seumur hidup, 40 hari pada tiap tahun, tiga hari setiap bulan, atau dua kali berkeliling pada tiap minggu. Yang pertama dengan menetap pada suatu daerah dan yang kedua dengan cara berpindah-pindah dari suatu daerah ke daerah yang lain.
Sumber  http://dunia.news.viva.co.id

Selasa, 13 Agustus 2013

172. KISAH AWALNYA JAMAAH TABLIGH DI PONDOK AL FATAH TEMBORO JAWA TIMUR INDONESIA

Pondok Pesantren Al Fatah Temboro
 
 
Kisah Kiyai Mahmud (Temboro) dan Maulana Inamul Hasan (India)

Kiyai Uzairon hafidzahullah telah menceritakan bagaimana Jemaah dakwah pertama di bumi Temboro, kemudian kiyai berkata bahwa Jemaah pertama yang sampai ke Temboro ialah Jemaah Ulama dari Pakistan, jika tidak salah lewat 80-an.
Kemudian, jemaah ini singgah di Pondok Kiyai Mahmud (sekarang pondok al-Fatah), dan kemudian ketika itu waktu shalat Zuhur telah pun masuk, ketika itu, santri/pelajar-pelajar pondok dan Kiyai Mahmud sedang shalat Zuhur dimana Kiyai Mahmud sendiri menjadi Imam kepada shalat berjemaah tersebut, jemaah ini kemudian turut bershalat bersama di belakang Kiyai Mahmud (masbuk).
Kemudian, setelah selesai shalat Zuhur tersebut, Kiyai Mahmud ketika itu merupakan mursyid Tariqat Naqsabandiyah Al Mujaddadiyah Al Khalidiyah di Indonesia, merasakan sesuatu yang luar biasa dari makmunnya ketika sedang sholat tadi, (satu rohaniat yang luar biasa). kemudian kiyai memanggil santrinya dan bertanya siapakah yang menjadi makmun tadi, kemudian santri beliau menjawab bahwa yang menjadi makmun kepada kiyai dalam shalat Zuhur tadi ialah Jemaah dakwah dari Pakistan yang datang singgah beristirahat di pondok mereka.
Kiyai begitu terkejut dengan khabar tersebut, lantas bersilaturrahim dengan mereka, kemudian jemaah ini di jadikan tetamu di pondok kiyai. setelah lama berbincang ,kiyai pun bertanya apakah amalan kamu (Jemaah dakwah) sehingga saya merasakan sesuatu yang luar biasa, (telah berkata Kiyai Ubaidillah, yaitu adik kiyai Uzairon, perkara ini merupakan perkara biasa yang mana kebiasaan kepada ahli zikir karena dapat merasai rohaniat orang lain ).
Kemudian jemaah ini memberitahu bahwa mereka mempunyai maksud besar di mana mereka (Jemaah) ini di utuskan oleh Hadrat ji (Amir Jemaah Dakwah) Maulana Inamul Hasan rahmatullah ‘alaih supaya datang ke pondok Kiyai untuk mengajak kiyai bergabung dalam usaha dakwah, kata jemaah ini lagi, sebelum mereka di putuskan ke sini (pondok kiyai), mereka telah diberikan bayan hidayah (penerangan) khas dan amalan khusus dari hadratji, katanya (Jemaah) mereka kata hadratji telah mengijazah beberapa amalan khas kepada mereka.
Kemudian, kiyai begitu terkejut karena menyangka bahwa yang dirasakan rohaniat yang hebat itu datang dari jemaah ini, dan kiyai beranggapan bahwa pasti yang mengijazahkan amalan ini lagi hebat amalannya, kemudian setelah lama berbincang dengan Jemaah, Jemaah ini membuat tashkilan/ajakan kepada Kiyai Mahmud untuk datang menziarahi sendiri hadrat ji Maulana Inamul Hasan.
Kemudiannya, setelah keberangkatan Kiyai Mahmud ke India (Markaz Masjid Banglawali), hadratji (Maulana Inamul Hasan) telah menyambut kiyai dengan mesra sekali seakan sudah lama mereka bertemu, sedangkan itu merupakan safar pertama Kiyai Mahmud ke Markaz Masjid Banglawali. Setelah, menetap beberapa hari di markaz, Kiyai Mahmud pun berangkat pulang ke Indonesia dengan membawa amanah besar (kerja tabligh) daripada hadratji (Maulana Inamul Hasan).
Alhamdulillah, berkat dengan perjuangan Kiyai Mahmud dalam memimpin gerakan dakwah ini, kini bumi Temboro kian subur di sinari amalan dakwah yang kelihatan begitu umum dalam masyarakatnya. Kita akan begitu terkejut jika kita berada di sana, kita menaiki teksi atau beca, maka kita akan di dakwah perkara agama oleh pemandu teksi atau beca ini. Kawasan ini kini mendapat julukan perkampungan Madinah.
Begitu juga kemajuan pusat pengajiannya yaitu Pondok Al-Fatah yang kini di uruskan oleh anak Kiyai Mahmud sendiri iaitu Kiyai Uzairon At Thaifury, bahkan pondok ini juga mempunyai ribuan santri/pelajar agama dari seluruh pelosok negara di asia tenggara bahkan pondok ini telah melahirkan ilmuan-ilmuan agama yang telah berkhidmat di halaman masing-masing.