Ummat Islam
atau ummat akhir zaman atau ummatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
adalah ummat dakwah.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ
الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya : “Kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Ali Imran
110).Pujian Dari Allah subhanahu wa ta’ala untuk Ummat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam
Firman Allah subhanahu wa ta’ala
di atas merupakan pernyataan dari Allah subhanahu wa ta’ala bahwa umat
Sayyidina Muhammad saw., yakni kaum muslimin, sebagai umat yang terbaik di
antara umat manusia di muka bumi. Imam Al Qurthubi dalam tafsirnya mengutip sebuah
hadits dari Bahz bin Hakim bahwa tatkala membaca ayat ini Rasulullah saw.
bersabda:
أنتم تتمون سبعين أمة أنتم خيرها و أكرمها عند الله
Artinya : “Kalian adalah
penyempurna dari 70 umat, kalian yang terbaik di antara mereka dan termulia di
sisi Allah” (HR. At Tirmidzi).
Menurut Imam Qurthubi dan Imam Ibnu Katsir, predikat
tersebut sama dengan predikat “ummatan wasathan” yang Allah subhanahu wa ta’ala sebut dalam
firman-Nya:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا
شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Artinya : “Dan demikian
(pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar
kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi
saksi atas (perbuatan) kamu.” (QS. Al-Baqarah 143)
Berkaitan dengan kondisi umat yang terpuruk sekarang
ini, ada yang bertanya apakah predikat tersebut hanya untuk kaum muslimin
terdahulu, yakni di masa shahabat, ataukah berlaku hingga hari kiamat?
Menurut Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, sebagaimana
dikutip Imam Al Qurthubi, kelompok orang yang berpredikat umat terbaik yang
dimaksud dalam ayat tersebut adalah orang-orang yang berhijrah dari Mekkah ke
Madinah, yang ikut dalam perang Badar, dan ikut dalam perjanjian Hudaibiyah.
Namun Umar bin Khaththab mengatakan bahwa siapa saja yang beramal seperti
mereka, akan mendapatkan kemuliaan seperti mereka.
Dalam lafazh كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ, ungkapan
tersebut ditujukan kepada umat Nabi Muhammad saw. Lafazh كُنْتُمْ
(fi’il madli) tidak dimaksudkan untuk menyatakan keadaan kaum muslimin pada
masa lalu, melainkan bermakna (antum), artinya: demikianlah Allah subhanahu wa ta’ala membentuk
kalian. Hal ini sama seperti firman Allah subhanahu wa ta’ala.: “wa kaana
Allaahu samii’an bashiira.” Yang tentu tidak diartikan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala dulu Maha
Mendengar dan Maha Melihat, sedangkan sekarang sudah tidak demikian keadaannya.
Maha suci Allah dari yang demikian! Oleh karena itu, Imam Az Zamakhsyari dalam
tafsirnya Al Kasysyaf Juz I/392 menyebut dikatakan bahwa dalam ilmu Allah
kalian adalah umat terbaik. Juga, kata beliau, bisa diartikan bahwa kalian
disebut-sebut di kalangan umat-umat terdahulu sebagai khairu ummah.
Tentang tak perlu dipertentangkannya apakah yang
terbaik di antara umat Islam ini, yang awal ataukah yang akhir, Imam Al
Qurthubi dalam tafsirnya mengutip sebuah riwayat hadits bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
أمتي كالمطر لا يدري أوله خير أم آخره
Artinya : “Umatku
bagaikan hujan, tak diketahui, yang lebih baik itu yang pertama ataukah yang
terakhir” (HR. Abu Dawud
At Thayalisi dan Abu Isa At Tirmidy).
Lafazh أُخْرِجَتْ لِلنَّاس
merupakan sifat dari khairu ummah, yang artinya ditampilkan atau dimenangkan
atas manusia. Ini menunjukkan bahwa kaum muslimin bukan dibangkitkan untuk umat
Islam semata, melainkan untuk seluruh umat manusia. Sebagaimana Rasulullah saw
diutus untuk seluruh umat manusia, kaum muslimin pun mengikuti perjuangan
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, yakni mengemban risalah Islam ke seluruh umat
manusia.
Keunggulan umat Terbaik
Keunggulan kaum muslimin yang menjadi umat terbaik ini
di antara umat manusia disebut oleh Abu Hurairah r.a. (lihat Al Qurthubi, idem)
dalam ucapannya:
نحن خير الناس نسوقهم بالسلاسل إلى الإسلام
Artinya : “Kami adalah
yang terbaik di antara manusia, kami mengarahkan mereka untuk menapaki jalan
mendaki menuju kepada Islam”.
Dan dengan cepatnya umat terbaik yang senantiasa
membimbing umat manusia ke jalan Islam, mengemban dakwah Islam ke seluruh
penjuru dunia, membuka berbagai wilayah bagi tegaknya kedaulatan Islam, serta
mendapati umat manusia dari berbagai bangsa, bahasa, negara, dan adat istiadat
menerima Islam sebagai keyakinan dan tataaturan hukum buat kehidupan mereka.
Mereka mengarahkan pikiran umat manusia dengan cara
yang argumentatif logis sebagaimana diajarkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala agar
senantiasa mengajak manusia berpikir dengan bukti-bukti yang nyata, yakni
dakwah bil hikmah (QS. An Nahl 125).
Apabila ada halangan fisik terhadap dakwah, mereka
dengan gagah berani menyingkirkan halangan fisik itu dengan jihad fi
sabilillah. Dan karena mereka adalah manusia unggulan, dalam perang pemikiran
maupun perang fisik pun mereka senantiasa unggul. Allah subhanahu wa ta’ala menjamin
kualitas unggulan mereka dalam firman-Nya:
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى
الْقِتَالِ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ
وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا
بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ
Artinya : “Hai Nabi,
kobarkanlah semangat para mu’min itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang
yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang
musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat
mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu
kaum yang tidak mengerti” (QS. Al Anfaal 65).
Jelaslah bahwa kualitas umat terbaik itu dibandingkan
dengan orang-orang kafir, atau umat-umat lain, adalah 1 orang muslim bisa
mengalahkan 10 orang kafir. Itu dalam kondisi prima, dalam kondisi kaum
muslimin ada kelemahan, Allah subhanahu wa ta’ala masih
memberikan garansi bahwa kaum muslimin akan sanggup mengalahkan kekuatan orang
kafir yang jumlahnya dua kali lipat kekuatan mereka (QS. Al Anfaal 66). Dan
sebab orang-orang kafir itu kalah adalah karena mereka adalah kaum yang tak
mengerti.
Syarat Unggulan Umat Terbaik
Mujahid, sebagaimana dikutip Imam Al Qurthubi,
mengatakan bahwa keunggulan umat Islam itu dengan syarat memenuhi sifat-sifat
yang disebut dalam ayat itu. Ada tiga sifat yang dimiliki oleh umat pengemban
risalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ini yang menyertai predikat anugerah Allah subhanahu wa ta’ala sebagai umat
yang terbaik, yakni:
(1). Menyuruh kepada yang ma’ruf
(2). Mencegah dari yang munkar
(3). Beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana
terdapat dalam lafazh:
تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Artinya : “kalian
menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah”.
Itulah tiga sifat yang menjadi unsur-unsur kebaikan
umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam hal ini perlu dipahami bahwa iman kepada Allah
subhanahu wa ta’ala tentu harus ada terlebih dahulu sebelum dua hal yang
lain., yakni amar ma’ruf dan nahi munkar. Demikian pula, umat yang terbaik itu
mesti iman kepada risalah Islam. Sebab aktivitas amar ma’ruf nahi munkar tidak
ditentukan oleh tradisi masyarakat, melainkan oleh syariat yang diturunkan
Allah subhanahu wa ta’ala.
Menurut Imam Az Zamakhsyari (idem), penyebutan iman
kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam ayat ini berarti juga termasuk iman kepada
segala yang diwajibkan oleh iman kepada Allah subhanahu wa ta’ala, seperti iman
kepada Rasul-Nya, Kitab-Nya, hari kebangkitan, hari perhitungan, pahala dan
siksa, dan lain-lain. Menurutnya, jika tidak disertai iman kepada itu semua
belum terhitung sebagai iman kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Beliau
melandasinya dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
...وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ
يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا
Artinya : “…mereka
mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap
sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan
(tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang
kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu
siksaan yang menghinakan.” (QS. An Nisa 150-151).
Dalam mengulas ayat tersebut, Imam Ibnu Katsir dalam
tafsirnya menyertakan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa
Durrah binti Abi Lahab berkata bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah saw
sewaktu beliau berpidato di atas mimbar : “Siapakah orang yang terbaik, ya
Rasulullah? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
خَيْرُ النَّاسِ أَقْرَأُهُمْ وَأَتْقَاهُمْ لِلَّهِ
وَآمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوْفِ وَأَنْهَاهُمْ عَنِ المُنْكَرِ وَأَوْصَلُهُمْ
لِلرَّحْمِ
Artinya : “Manusia yang
terbaik adalah manusia yang paling banyak membaca, paling bertaqwa kepada Allah
subhanahu wa ta’ala, paling giat melakukan amar ma’ruf nahi munkar dan
paling suka bersilaturrahmi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar