Sayyid
Prof. Dr. Muhammad ibn Sayyid ‘Alawi ibn Sayyid ‘Abbas ibn Sayyid ‘Abdul ‘Aziz
al-Maliki al-Hasani al-Makki al-Asy’ari asy-Syadzili lahir di Makkah pada tahun
1365 H. Pendidikan pertamanya adalah Madrasah Al-Falah, Makkah, dimana ayah
beliau Sayyid Alawi bin Abbas al Maliki sebagai guru agama di sekolah tersebut
yang juga merangkap sebagai pengajar di halaqah di Haram Makki yang tempatnya
sangat masyhur dekat Bab As-salam. Beliau juga belajar kepada ulama-ulama
Makkah terkemuka lainnya, seperti Sayyid Amin Kutbi, Hassan Masshat, Muhammad
Nur Sayf, Sa’id Yamani, dan lain-lain.
Sayyid
Muhammad memperoleh gelar Ph.D-nya dalam Studi Hadits dengan penghargaan
tertinggi dari Jami’ al-Azhar di Mesir, pada saat baru berusia dua puluh lima
tahun. Beliau kemudian melakukan perjalanan dalam rangka mengejar studi Hadits
ke Afrika Utara, Timur Tengah, Turki, Yaman, dan juga anak benua Indo-Pakistan,
dan memperoleh sertifikasi mengajar (ijazah) dan sanad dari Imam Habib Ahmad
Mashhur al Haddad, Syaikh Hasanayn Makhluf, Ghumari bersaudara dari Marokko,
Syekh Dya’uddin Qadiri di Madinah, Maulana Zakariyya Kandihlawi, dan banyak
lainnya.
Sayyid
Muhammmad merupakan pendidik Ahlus Sunnah wal Jama'ah, seorang ‘alim
kontemporer dalam ilmu hadits, ‘alim mufassir (penafsir) Qur’an, Fiqh, doktrin
(‘aqidah), tasawwuf, dan biografi Nabawi (sirah). Sayyid Muhammad al-Makki
merupakan seorang 'aliim yang mewarisi pekerjaan dakwah ayahanda, membina para
santri dari berbagai daerah dan negara di dunia Islam di Makkah al-Mukarromah.
Ayahanda beliau adalah salah satu guru dari ulama-ulama sepuh di Indonesia,
seperti Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy'ari, KH. Abdullah Faqih Langitan, KH.
Maimun Zubair dan lain-lain.
Ayah
beliau, Sayyid Alwi bin Abbas Almaliki (kelahiran Makkah th 1328H), seorang
alim ulama terkenal dan ternama di kota Makkah. Disamping aktif dalam berdawah
baik di Masjidil Haram atau di kota kota lainnya yang berdekatan dengan kota
Makkah seperti Thoif, Jeddah dll, Sayyid Alwi Almaliki adalah seorang alim
ulama yang pertama kali memberikan ceramah di radio Saudi setelah salat Jumat
dengan judul “Hadist al-Jumah”. Begitu pula ayah beliau adalah seorang Qadhi
yang selalu di panggil masyarakat Makkah jika ada perayaan pernikahan.
Selama
menjalankan tugas da’wah, Sayyid Alwi bin Abbas Al Maliki selalu membawa kedua
putranya Muhammad dan Abbas. Mereka berdua selalu mendampinginya kemana saja ia
pergi dan berceramah baik di Makkah atau di luar kota Makkah. Adapun yang
meneruskan perjalanan dakwah setelah wafat beliau adalah Sayyid Muhammad bin
Alwi Almaliki dan Sayyid Abbas selalu berurusan dengan kemaslahatan kehidupan
ayahnya.
Sebagaimana
adat para Sadah dan Asyraf ahli Makkah,
Sayyid Alwi Almaliki selalu menggunakan pakaian yang berlainan dengan ulama
yang berada di sekitarnya. Beliau selalu mengenakan jubbah, serban (imamah) dan
burdah atau rida yang biasa digunakan dan dikenakan Asyraf Makkah.
Dalam
meneruskan perjuangan ayahandanya, Sayyid Muhammad sebelumnya mendapatkan
sedikit kesulitan karena beliau merasa belum siap untuk menjadi pengganti
ayahnya. Maka langkah pertama yang diambil adalah melanjutkan studi dan
ta'limnya terlebih dahulu. Beliau berangkat ke Kairo dan Universitas al-Azhar
Assyarif merupakan pilihannya. Setelah meraih S1, S2 dan S3 dalam fak Hadith
dan Ushuluddin beliau kembali ke Makkah untuk melanjutkan perjalanan yang telah
di tempuh sang ayah. Disamping mengajar di Masjidil Haram di halaqah, beliau
diangkat sebagai dosen di Universitas King Abdul Aziz- Jeddah dan Univesitas
Ummul Qura Makkah bagian ilmu Hadith dan Usuluddin. Cukup lama beliau
menjalankan tugasnya sebagai dosen di dua Universitas tsb, sampai beliau
memutuskan mengundurkan diri dan memilih mengajar di Masjidil Haram sambil
membuka majlis ta'lim dan pondok di rumah beliau. Adapun pelajaran yang di
berikan baik di masjidil haram atau di rumah tidak bertumpu pada ilmu tertentu
seperti di Universitas, akan tetapi semua pelajaran yang diberikannya bisa di
terima semua masyarakat baik masyarakat awam atau terpelajar, semua bisa
menerima dan mencicipi apa yang diberikan Sayyid Muhammad
Maka
dari itu beliau selalu menitik beratkan untuk membuat rumah yang lebih besar
dan bisa menampung lebih dari 500 murid per hari yang biasa dilakukan selepas
sholat Maghrib sampai Isya di rumahnya di Hay al Rashifah. Begitu pula setiap
bulan Ramadan dan hari raya, beliau selalu menerima semua tamu dan muridnya
dengan tangan terbuka tanpa memilih golongan atau derajat. Semua di sisinya sama
tamu-tamu dan murid murid, semua mendapat penghargaan yang sama dan semua
mencicipi ilmu bersama. Dari rumah beliau telah keluar ulama-ulama yang membawa
panji Rasulallah ke suluruh pelosok permukaan bumi. Di Indonesia, India,
Pakistan, Afrika, Eropa, Amerika, apa lagi di Asia yang merupakan sebagai orbit
dakwah Sayyid Muhammad al Maliki, ribuan murid murid beliau yang bukan hanya
menjadi kyai dan ulama akan tetapi tidak sedikit yang masuk ke dalam
pemerintahan.
Di
samping pengajian dan taklim yang rutin di lakukan setiap hari, beliau juga
mengasuh pondok yang jumlah santrinya tidak sedikit, semua berdatangan dari
penjuru dunia, belajar, makan, dan minum tanpa di pungut biaya sepeser pun
bahkan beliau memberikan beasiswa kepada para santri sebagai uang saku. Setelah
beberapa tahun belajar, para santri dipulangkan ke negara-negara mereka untuk
menyiarkan agama. Sayyid Muhammad al Maliki dikenal sebagai guru, pengajar dan
pendidik yang tidak beraliran keras, tidak berlebih- lebihan, dan selalu
menerima hiwar dengan hikmah dan mauidhah hasanah.
Beliau
ingin mengangkat derajat dan martabat Muslimin menjadi manusia yang
berperilaku, baik dalam muamalatnya kepada Allah dan kepada sesama, terhormat
dalam perbuatan, tindakan serta pikiran dan perasaannya. Beliau adalah orang
cerdas dan terpelajar, berani dan jujur serta adil dan cinta kasih terhadap
sesama. Itulah ajaran utama Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki. Beliau selalu
menerima dan menghargai pendapat orang dan menghormati orang yang tidak
sealiran dengannya. Semua yang berlawanan diterima dengan sabar dan usaha
menjawab dengan hikmah dan memecahkan sesuatu masalah dengan kenyataan dan
dalil-dalil yang benar bukan dengan emosi dan pertikaian yang tidak bermutu dan
berkesudahan.
Sayyid
Muhammad tahu persis bahwa kelemahan Islam terdapat pada pertikaian para
ulamanya dan ini memang yang di inginkan musuh Islam. Sampai-sampai beliau
menerima dengan rela digeser dari kedudukannya baik di Universitas dan ta'lim
beliau di masjidil Haram. Semua ini beliau terima dengan kesabaran dan
keikhlasan bahkan beliau selalu menghormati orang orang yang tidak sependapat
dan sealiran dengannya, semasih mereka memiliki pandangan khilaf yang bersumber
dari al-Qur’an dan Sunah. Adapun ulama yang telah mendapat gemblengan dari
Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki, mereka sangat pandai, di samping menguasai
bahasa Arab, mereka juga menguasai ilmu-ilmu agama yang cukup untuk dijadikan
pegangan dan referensi di negara-negara mereka.
Pada
akhir hayat beliau saat terjadi insiden teroris di Saudi Arabia, beliau
mendapatkan undangan dari ketua umum Masjidil Haram Syekh sholeh bin Abdurahman
Alhushen untuk mengikuti "Hiwar Fikri" di Makkah yang diadakan pada
tg 5 sd 9 DhulQo'idah 1424 H dengan judul "Al-qhuluw wal I'tidal Ruya
Manhajiyyah Syamilah", di sana beliau mendapat kehormatan untuk
mengeluarkan pendapatnya tentang thatarruf atau yang lebih poluler disebut
ajaran yang beraliran fundamentalists atau extremist (keras). Dan dari sana
beliau telah meluncurkan sebuah buku yang sangat popular dikalangan masyarakat
Saudi yang berjudul "Alqhuluw Dairah Fil Irhab Wa Ifsad Almujtama".
Dari situ, mulailah pandangan dan pemikiran beliau tentang da'wah selalu
mendapat sambutan dan penghargaan masyarakat luas. Pada tg 11/11/1424 H, beliau
mendapat kesempatan untuk memberikan ceramah di hadapan wakil raja Amir
Abdullah bin Abdul Aziz yang isinya beliau selalu menggaris-bawahi akan usaha
menyatukan suara ulama dan menjalin persatuan dan kesatuan da'wah.
Di
samping tugas beliau sebagai da'i, pengajar, pembibing, dosen, penceramah dan
segala bentuk kegiatan yang bermanfaat bagi agama, beliau juga seorang pujangga
besar dan penulis unggul. Tidak kurang dari 100 buku yang telah dikarangnya,
semuanya beredar di seluruh dunia. Tidak sedikit dari kitab-kitab beliau yang
beredar telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, Prancis, Urdu, Indonesia
dll. Mafahim Yujibu an-Tusahhah (Konsep-konsep yang perlu diluruskan) adalah
salah satu kitab karya Sayyid Muhammad, red.) bersinar layaknya suatu kemilau
mutiara.
Inilah
seorang manusia yang menantang rekan-rekan senegaranya, kaum Salafi-Wahhabi,
dan membuktikan kesalahan doktrin-doktrin mereka dengan menggunakan
sumber-sumber dalil mereka. Untuk keberanian intelektualnya ini, Sayyid
Muhammad dikucilkan oleh ‘rumah Najd’ dan dituduh sebagai “seorang yang sesat”.
Beliau pun dicekal dari kedudukannya sebagai pengajar di Haram (yaitu di
Masjidil Haram, Makkah, red.). Kitab-kitab karya beliau dilarang, bahkan
kedudukan beliau sebagai professor di Umm ul-Qura pun dicabut. Beliau ditangkap
dan passport-nya ditahan. Namun, dalam menghadapi semua hal tersebut, Sayyid
Muhammad sama sekali tidak menunjukkan kepahitan dan keluh kesah. Beliau tak
pernah menggunakan akal dan intelektualitasnya dalam amarah, melainkan
menyalurkannya untuk memperkuat orang lain dengan ilmu (pengetahuan) dan
tasawwuf. Saat kaum Salafi-Wahhabi mendiskreditkan beliau, beliau pun menulis
lebih banyak buku dan mendirikan Zawiyyah beliau sendiri yang menjadi “United
Nations” (Perserikatan Bangsa- Bangsa) dari para ‘Ulama.
Akhirnya,
protes dari dunia Muslim memaksa kaum Salafi-Wahhabi untuk menghentikan usaha
mereka mem-peti es-kan sang ‘alim kontemporer’ yang paling terkenal dalam
mazhab Maliki ini. Beberapa di antara mereka bahkan mulai mendukung beliau.
Kedengkian mereka sebenarnya didorong oleh fakta bahwa Sayyid Muhammad
al-Maliki jauh lebih unggul untuk dijadikan tandingan mereka. Dengan sendirian
saja, beliau mengambil Islam Sunni dari klaim tangan-tangan Neo-Khawarij
Salafi-Wahhabi dan menempatkannya kembali ke tangan mayoritas ummat ini. Melalui
berbagai karya-karyanya yang menonjol, beliau menyuntikkan kepercayaan diri
yang amat dibutuhkan dalam perdebatan saat kaum jahil yang mengandalkan ijtihad
pribadi mulai meracuni pemikiran umat Islam.
Beliau
Wafat
Jumat
15 Ramadhan, Makkah dan dunia Islam menangis. Setelah azan subuh dikumandangkan
dan sholat subuh didirikan di Masjidil Haram- Makkah, tersiarlah berita bahwa
Sayyid Mohammad bin Alwi Almaliki, wafat. Beliau
meninggal sekitar pukul 6 pagi di salah satu rumah sakit di Makkah, setelah
beberapa jam saja berjuang melawan penyakit yang datang secara mendadak. Berita
itu membuat cukup kabut keluarga, murid-muridnya, dan masyarakat Makkah yang
tengah menunggu kepulihan kembali kesehatan beliau. Tapi sebaliknya berita yang
didengar adalah wafatnya beliau. Ini benar-benar yang membuat mereka menjadi
kalang kabut.
Begitu
mendengar berita duka dari mulut ke mulut, ribuan masyarakat pencinta beliau
panik. Mereka kalang-kabut dan berbondong-bondong menyerbu rumah kediaman
beliau untuk menyaksikan kebenaran wafatnya beliau yang secara mendadak. Karena
mereka hampir tidak percaya dengan berita itu. Suasana pun tambah panik lagi
pagi itu setelah jasad Almarhum dibawa dari rumah sakit ke rumah beliau.
Ribuan
orang berduyun-duyun ke rumah beliau ingin menyaksikan jenazah Almarhum secara
langsung. Kepanikan warga Makkah itu membuat macet lalu-lintas. Jalan menuju
Hay al Rashifah, rumah kediaman beliau, dipadati kendaraan dan manusia.
Beberapa
jam sebelum kepulangan beliau ke rahmatullah, tidak sedikit masyarakat dan
santri datang seperti biasa ke rumahnya di hay Rashifah Makkah untuk
mendengarkan wejangan dan ceramah Ramadhan yang biasa di berikan setiap hari
usai sholat tarawih. Mereka semua mendunggu ceramah dan nafahat ramadhaniyah
khususnya ceramah tentang perang Badar yang dijanjikan beliau akan
diutarakannya pada pertengahan bulan yang suci Ramadhan.
Akan
tetapi Allah telah merencanakan kematian beliau di hari itu yang tidak bisa
ditolak oleh siapapun. Pada saat itu Sayyid Mohammad bin Alwi al Maliki
mendapatkan serangan jantung secara mendadak dan segera dibawa kerumah sakit.
Hanya beberapa jam saja beliau tinggal di rumah sakit dan dengan kesedihan yang
dalam diberitakan beliau telah menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Beliau
wafat hari jumat tgl 15 ramadhan 1425 H ( 2004 M) dan dimakamkan di pemakaman
Al-Ma'la disamping makam istri Rasulallah Saw. Khadijah binti Khuailid Ra.
dengan meninggalkan 6 putra, Ahmad, Abdullah, Alawi, Ali, al- Hasan dan
al-Husen dan beberapa putri-putri yang tidak bisa disebut satu persatu disini.
Dan
yang menyaksikan pemakaman beliau hampir seluruh umat muslimin yang berada di
Makkah pada saat itu termasuk para pejabat, ulama, para santri yang datang dari
seluruh pelosok negeri, baik dari luar Makkah atau dari luar negeri. Semuanya
menyaksikan hari terakhir beliau sebelum disemayamkan, setelah disholatkan di
Masjidil Haram ba'da sholat isya yang dihadiri oleh tidak kurang dari sejuta
manusia. Begitu pula selama tiga hari tiga malam rumahnya terbuka bagi ribuan
orang yang ingin mengucapkan belasungkawa dan melakukan `aza'. Dan di hari
terakhir `Aza, wakil Raja Saudi, Amir Abdullah bin Abdul Aziz dan Amir Sultan
datang ke rumah beliau untuk memberikan sambutan belasungkawa dan mengucapkan
selamat tinggal kepada pemimpin agama yang tidak bisa dilupakan umat. Ketika
jenazah Sayyid Muhammad Al Maliki hendak dishalatkan di Masjidil Haram, ribuan
warga kota Mekkah bergantian menggusung jenazahnya. Dikabarkan toko-toko di
sekitar Masjidil Haram yang dilewati jenazah mematikan lampu sebagai tanda
dukacita. Kebesaran keluarga Al Maliki, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di
negara-negara Afrika, Mesir, dan Asia Tenggara. Jadi tidak heran dengan
meninggalnya Sayyid Muhammad Al Maliki umat Islam telah kehilangan satu ulama
yang telah mengoreskan tinta sejarah perjuangan menegakkan kalimat tauhid di
muka bumi ini yang menjadi tauladan buat kita semua.
Selamat
tinggal ayah yang berhati baik. Selamat tinggal sosok tubuh yang pernah
menanamkan hikmah, ilmu, teladan dihati hati kami. Selamat tinggal pemimpin
umat yang tak bisa kami lupakan dalam pendiriannya dan keikhlasannya. Selamat
tinggal pahlawan yang jujur, ikhlas dalam amal dan perbuatanya. Selamat jalan…
selamat jalan,.. kebaikan dan kemulyaan kamu telah meliputimu semasa hidupmu
dan disaat wafatmu. Kamu telah hidupi hari hari mu didunia dengan mulia, dan
sekarang kamu telah terima imbalannya disaat wafatmu pula dengan mulia. Jika
sekarang kita telah berpisah untuk sementara, maka kami pasti akan menyusulmu
Insya Allah dan kita pasti akan bertemu dan berkumpul kembali.
Murid
Beliau di Indonesia
Sayid
Muhammad Al Maliki mendirikan tidak kurang 30 buah pesantren dan sekolah di
Asia Tenggara. Karangannya mencapai puluhan kitab mengenai usuluddin, syariah,
fikih dan sejarah Nabi Muhammad. Ia mendapat gelar profesor dari Universitas
Al-Azhar pada tanggal 6 Mei 2000. Ratusan murid yang menampa pendidikan di
pesantrennya, biaya makan dan pemondokan ditanggungnya, alias gratis.
Menurut
Habib Abdurahman A Basurrah, wakil sekjen Rabithah Alawiyah yang lama mukim di
Arab Saudi, di Indonesia di antara murid-murid Al-Maliki banyak yang menjadi
ulama terkenal dan pendiri dari berbagai pesantren. Murid-muridnya itu antara
lain Habib Abdulkadir Alhadad,
pengurus Al-Hawi di Condet, Jakarta Timur; Habib
Hud Baqir Alataspimpinan majelis taklim As-Shalafiah; Habib Saleh bin Muhammad Alhabsji; Habib Naqib Bin Syechbubakar yang memimpin majelis taklim di
Bekasi; Novel Abdullah Alkaff yang
membuka pesantren di Parangkuda, Sukabumi.
Di
antara ulama Betawi lainnya yang pernah menimba ilmu di Makkah adalah KH Abdurahman Nawi, yang kini
memiliki tiga buah madrasah/pesantren masing-masing di Tebet, Jakarta Timur,
dan dua di Depok. Masih belasan pesantren dan madrasah di Indonesia yang
pendirinya adalah alumni dari Al-Maliki. Seperti KH Ihya Ulumuddin yang memiliki pesantren di Batu,
Malang. Demikian pula Pesantren Riyadul Solihin di Ketapang (Probolinggo), dan
Pondok Pesantren Genggong, juga di Probolinggo.
Karya-karya
Beliau:
Aqidah
·
Mafahim Yajib ‘an Tusahhah (read online)
·
Manhaj al-Salaf fi Fahm al-Nusus
·
Al-Tahzir min al-Takfir
·
Huwa Allah
·
Qul Hazihi Sabeeli
·
Sharh ‘Aqidat al-‘Awam
Tafsir
·
Zubdat al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an
·
Wa Huwa bi al-Ufuq al-‘A’la
·
Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi ‘Ulum
al-Quran
·
Hawl Khasa’is al-Quran
Hadits
·
Al-Manhal al-Latif fi Usul
al-Hadith al-Sharif
·
Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi ‘Ilm
Mustalah al-Hadith
·
Fadl al-Muwatta wa Inayat al-Ummah
al-Islamiyyah bihi
·
Anwar al-Masalik fi al-Muqaranah
bayn Riwayat al-Muwatta lil-Imam Malik
Sirah
·
Muhammad(Sall Allahu ‘Alayhi Wa
Sallam) al-Insan al-Kamil
·
Tarikh al-Hawadith wa al-Ahwal
al-Nabawiyyah
·
‘Urf al-T ‘arif bi al-Mawlid
al-Sharif
·
Al-Anwar al-Bahiyyah fi Isra wa
M’iraj Khayr al-Bariyyah
·
Al-Zakha’ir al-Muhammadiyyah
·
Zikriyat wa Munasabat
·
Al-Bushra fi Manaqib al-Sayyidah
Khadijah al-Kubra
Ushul
·
Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi Usul
al-Fiqh
·
Sharh Manzumat al-Waraqat fi Usul
al-Fiqh
·
Mafhum al-Tatawwur wa al-Tajdid fi
al-Shari‘ah al-Islamiyyah
Fiqh
·
Al-Risalah al-Islamiyyah Kamaluha
wa Khuluduha wa ‘Alamiyyatuha
·
Labbayk Allahumma Labbayk
·
Al-Ziyarah al-Nabawiyyah bayn
al-Shar‘iyyah wa al-Bid‘iyyah
·
Shifa’ al-Fu’ad bi Ziyarat Khayr
al-‘Ibad
·
Hawl al-Ihtifal bi Zikra al-Mawlid
al-Nabawi al-Sharif
·
Al-Madh al-Nabawi bayn al-Ghuluww
wa al-Ijhaf
Tasawwuf
·
Shawariq al-Anwar min Ad‘iyat
al-Sadah al-Akhyar
·
Abwab al-Faraj
·
Al-Mukhtar min Kalam al-Akhyar
·
Al-Husun al-Mani‘ah
·
Mukhtasar Shawariq al-Anwar
Lain-lain
·
Fi Rihab al-Bayt al-Haram (Sejarah
Kota Mekah)
·
Al-Mustashriqun Bayn al-Insaf wa
al-‘Asabiyyah (Study of Orientalism)
·
Nazrat al-Islam ila al-Riyadah
(Sports in Islam)
·
Al-Qudwah al-Hasanah fi Manhaj
al-Da‘wah ila Allah (Methods of Dawah)
·
Ma La ‘Aynun Ra’at (Description of
Paradise)
·
Nizam al-Usrah fi al-Islam (Islam
and Family)
·
Al-Muslimun Bayn al-Waqi‘ wa
al-Tajribah (Contemporary Muslim world)
·
Kashf al-Ghumma (Virtues of
helping fellow Muslims)
·
Al-Dawah al-Islahiyyah (Call for
Reform)
·
Fi Sabil al-Huda wa al-Rashad
(Collection of speeches)
·
Sharaf al-Ummah al-Islamiyyah
(Superiority of the Muslim Ummah)
·
Usul al-Tarbiyah al-Nabawiyyah
(Prophetic methods of education)
·
Nur al-Nibras fi Asanid al-Jadd
al-Sayyid Abbas (Set of Grandfather’s Ijazahs)
·
Al-‘Uqud al-Lu’luiyyah fi
al-Asanid al-Alawiyyah (Set of father’s Ijazahs)
·
Al-Tali‘ al-Sa‘id al-Muntakhab min
al-Musalsalat wa al-Asanid (Set of Ijazahs)
·
Al-‘Iqd al-Farid al-Mukhtasar min
al-Athbah wa al-Asanid (Set of Ijazahs)
Diatas
merupakan daftar karya beliau yang telah dipublikasikan. Masih banyak lagi
karya-karya beliau yang belum dicetak/dipublikasikan. Diantaranya telah
diterjemahkan ke berbagai bahasa asing.
Source: Diolah dari berbagai sumber.
Source: Diolah dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar