Dibawakan Sendiri oleh Penulis Blog ini :
Muhammad Fajar Ramadan
Di Masjid Nurul Islam
Selasa 15 Oktober 2013
Mulai Shalat jam 06.30 dan Selesai Khutbah jam 07.05
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ
أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ-
اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ-
اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَعَبْدَهْ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ
الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَلَانَعْبُدُ اِلاَّ اِيَّاهُ
مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ .اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بَسَطَ لِعِبَادِهِ
مَوَاعِدَ اِحْسَانِهِ وَاِنْعَامِهِ. وَاعَادَ
عَلَيْنَا فِى هَذِهِ الْايَامِ عَوَائِدَ بِرِّهِ وَاِكْرَامِهِ .اَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى
جَزِيْلِ اِفْضَالِهِ وَاِمْدَادِهِ.
وَاَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ جُوْدِهِ وَحُسْنِ وِدَادِهِ بِعِبَادِهِ
أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلاَّاللهُ
وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ فِى مُلْكِهِ وَبِلاَدِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَشْرَفُ عِبَادِهِ
وَزُهَادِهِ.
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ عِبَادِهِ. وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الطَّاهِرِيْنَ مِنْ بَعْدِهِ . اَلَّلهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى
آلِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى أَصْحَابِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى
َانْصَارِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى
اَزْوَاجِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى
ذُرِّيِّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَسَلِّمْ
تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
أَمَّا بَعْدُ
فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ
اللهُ… أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَاللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
فَبَادِرُوا رَحِمَكُمُ الله بِإِحْيَاءِ سُنَةِ اَبِيْكُمْ اِبْرَاهِيْمَ
عَلَيْهِ السَّلَامُ بِمَاتُرِيْقُوْنَهُ مِنَ الدِّمَاءِ فِى هَذَاالْيَوْمِ
الْعَظِيْمِ . اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ - وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Hadirin Jama’ah Idul
Adha yang dimuliakan Allah,
Di pagi yang sakral dan
khidmat ini teriring gema takbir, tahmid dan tahlil yang berkumandang sepanjang
malam hingga pagi hari ini, semoga bisa menggugah dan membangkitkan semangat
dalam menjalankan perintah Allah dan meninggalkan semua laranganNya. Apabila
kita ingin berbahagia, beruntung dan selamat dunia maupun akhirat maka marilah
kita tingkatkan ketaqwaan dan keimanan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Idul adha dikenal dengan sebutan “Hari Raya Haji”, dimana
mulai
dari kemarin, tanggal 9 Dzul Hijjah seluruh jama’ah haji di kota suci Mekkah al
– Mukarromah melaksanakan wuquf di ‘Arofah, malam hari kemudian mabit di
Muzdalifah, dan hari ini, tanggal 10 Dzul Hijjah atau Yaumunnahr mereka sedang
melakukan prosesi lempar jumroh ‘aqobah kemudian thowaf ifadoh.
Selanjutnya
mulai besok hari, selama di tasyriq, mereka akan mabit di Mina
dan melempar jumrah. Semoga seluruh prosesi haji di tahun ini berjalan
lancar, membawa berkah bagi seluruh umat islam dan seluruh alam. Dan semoga
jamaah haji Indonesia, selalu dalam keadaan sehat wal afiat dan pulang membawa
predikat haji mabrur.
Hadirin Jama’ah Idul
Adha yang dimuliakan Allah,
Disamping itu, Idul
Adha dinamakan pula “Idul Qurban”, karena merupakan hari raya yang menekankan
pada arti berkorban. Qurban itu sendiri artinya dekat, sehingga Qurban ialah
menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa
ta’ala, diberikan kepada fuqoro’ wal masaakiin.
Masalah pengorbanan,
dalam lembaran sejarah kita diingatkan pada beberapa peristiwa yang terjadi
pada Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam beserta keluarganya Ismail ‘alaihis
salam dan Siti Hajar
Hadirin Jama’ah Idul
Adha yang dimuliakan Allah,
Idul Adha yang kita
peringati saat ini, dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari cara memotong kurban
binatang ternak. Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling berat yang menimpa
Nabiyullah Ibrahim. Disebabkan kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi
berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah
kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah).
Setelah titel Al-khalil
disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau
menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan
kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku
Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal bhaktinya!”
Kemudian Allah subhanahu
wa ta’ala mengizinkan para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi
Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam ketaatan
kepada Allah.
Dalam kitab “Misykatul
Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba,
300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim
mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zaman sekarang
adalah tergolong milliuner. Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh
seseorang, “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan
Allah, tapi kini ada padaku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan
semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku, niscaya
akan aku serahkan juga.”
Ibnu Katsir dalam
tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim itulah
yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji Iman dan Taqwa
Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala
itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini,
supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh
sangat mengerikan! Peristiwa itu dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah As-Shaffat :
102 :
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ
فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن
شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: Ibrahim
berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku
termasuk orang yang sabar.” (QS. As-shaffat: 102).
Ketika
keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah. Iblis datang menggoda sang
ayah, sang ibu dan sang anak silih
berganti. Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah
oleh bujuk rayuan iblis yang menggoda agar membatalkan niatnya. Bahkan siti
hajarpun mengatakan, : ”jika memang benar perintah Allah, akupun siap untuk
di sembelih sebagai gantinya ismail.” Mereka melempar iblis dengan batu, mengusirnya pergi
dan Iblispun lari
tunggang langgang. Dan ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji
yakni melempar jumrah; jumrotul ula, wustho, dan aqobah yang dilaksanakan di Mina.
Hadirin
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Setelah
sampai disuatu tempat, dalam keadaan tenang Ismail berkata kepada ayahnya : ”ayah,
ku harap kaki dan tanganku diikat, supaya aku tidak dapat bergerak leluasa,
sehingga menyusahkan ayah. Hadapkan mukaku ke tanah, supaya tidak melihatnya,
sebab kalau ayah melihat nanti akan merasa kasihan. Lepaskan bajuku, agar tidak
terkena darah yang nantinya menimbulkan kenangan yang menyedihkan. Asahlah tajam-tajam pisau ayah, agar
penyembelihan berjalan singkat, sebab sakaratul maut dahsyat sekali. Berikan
bajuku kepada ibu untuk kenang-kenangan serta sampaikan salamku kepadanya
supaya dia tetap sabar, saya dilindungi Allah subhanahu wa ta’ala, jangan
cerita bagaimana ayah mengikat tanganku.
Jangan izinkan anak-anak sebayaku datang kerumah, agar kesedihan ibu
tidak terulang kembali, dan apabila ayah melihat anak-anak sebayaku, janganlah
terlampau jauh untuk diperhatikan, nanti ayah akan bersedih.”
Nabi
Ibrahim menjawab ”baiklah
anakku, Allah subhanahu wa ta’ala
akan menolongmu”. Setelah ismail, putra tercinta
ditelentangkan diatas sebuah batu, dan pisaupun diletakkan diatas lehernya, Ibrahim pun menyembelih dengan
menekan pisau itu kuat-kuat, namun tidak mempan, bahkan tergorespun tidak.
Pada
saat itu, Allah subhanahu wa ta’ala membuka
dinding yang menghalangi pandangan malaikat di langit dan dibumi, mereka tunduk
dan sujud kepada Allah subhanahu wa ta’ala, takjub menyaksikan keduanya.
”lihatlah hambaku itu, rela dan senang hati menyembelih anaknya sendiri
dengan pisau, karena semata-mata untuk memperoleh kerelaanku.
Sementara
itu, Ismail pun berkata : ”ayah.. bukalah ikatan kaki dan tanganku, agar
Allah subhanahu wa ta’ala tidak melihatku dalam keadaan terpaksa, dan letakkan
pisau itu dileherku, supaya malaikat menyaksikan putra kholilullah Ibrahim taat dan patuh
kepada perintah-Nya.”
Ibrahim mengabulkannya. Lantas
membuka ikatan dan menekan pisau itu ke lehernya kuat-kuat, namun lehernya
tidak apa-apa, bahkan bila ditekan, pisau itu berbalik, yang tajam berada di
bagian atas. Ibrahim mencoba
memotongkan pisau itu ke sebuah batu, ternyata batu yang keras itu terbelah. ”hai
pisau, engkau sanggup membelah batu, tapi kenapa tidak sanggup memotong leher”
kata ibrahim. Dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala, pisau itu menjawab,
”anda katakan potonglah, tapi Allah mengatakan jangan potong, mana mungkin
aku memenuhi perintahmu wahai ibrahim, jika akibatnya akan durhaka kepada Allah
subhanahu wa ta’ala”
Dalam
pada itu Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan Jibril ‘alaihis salam untuk mengambil seekor kibasy dari
surga sebagai gantinya. Dan Allah subhanahu wa ta’ala berseru dengan
firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya, tidak usah diteruskan
pengorbanan terhadap anaknya. Allah telah meridloi ayah dan anak memasrahkan
tawakkal mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan
penyembelihan seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam
Al-Qur’an surat As-Shaffat ayat 107-110:
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar.”
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik)
dikalangan orang-orang yang datang kemudian.”
سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi
Ibrahim.”
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
“Demikianlah kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Menyaksikan tragedi
penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu,
Malaikat Jibril menyaksikan ketaatan keduanya, setelah kembali dari syurga
dengan membawa seekor kibasy, kagumlah ia seraya terlontar darinya suatu
ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim
menyambutnya “Laailaha illallahu
Allahu Akbar.” Yang kemudian di sambung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar
Walillahil Hamdu.’
Hadirin Jama’ah Idul
Adha yang dimuliakan Allah
Inilah sejarah
pertamanya korban di Hari Raya Qurban. Yang kita peringati pada pagi
hari ini. Allah Maha pengasih dan Penyayang. Korban yang diperintahkan tidak
usah anak kita, cukup binatang ternak, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya.
Sebab Allah tahu, kita tidak akan mampu menjalaninya, jangankan memotong anak
kita, memotong sebagian harta kita untuk menyembelih hewan qurban, kita masih
terlalu banyak berfikir. memotong 2,5 % harta kita untuk zakat, kita masih
belum menunaikannya. Memotong sedikit waktu kita untuk sholat lima waktu, kita
masih keberatan. Menunda sebentar waktu makan kita untuk berpuasa, kita tak
mampu melaksanakannya, dan sebagainya. Begitu banyak dosa dan pelanggaran yang
kita kerjakan, yang membuat kita jauh dari Rahmat Allah subhanahu wa ta’ala.
Hadirin Jama’ah Idul
Adha yang dimuliakan Allah
Hikmah
yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul Adha ini adalah, bahwa hakikat
manusia adalah sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya. Dan bagi yang
menunaikan ibadah haji, pada waktu wukuf di Arafah memberi gambaran bahwa kelak
manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar untuk dimintai pertanggung jawaban.
Di
samping itu, kesan atau i’tibar yang dapat diambil dari peristiwa tersebut
adalah:
Pertama, Hendaknya
kita sebagai orang tua, mempunyai upaya yang kuat membentuk anak yang sholih,
menciptakan pribadi anak yang agamis, anak yang berbakti kepada orang tua,
lebih-lebih berbakti terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Kedua, perintah
dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala,
harus dilaksanakan. Harus disambut dengan tekad sami’na wa ‘atha’na.
Karena sesungguhnya, ketentuan-ketentuan Allah subhanahu wa ta’ala
pastilah manfaatnya kembali kepada kita sendiri.
Hadirin
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
I’tibar
ketiga,
adalah kegigihan syaitan yang terus menerus mengganggu manusia, agar
membangkang dari ketentuan Allah subhanahu wa ta’ala. Syaitan senantiasa
terus berusaha menyeret manusia kepada kehancuran dan kegelapan. Maka janganlah
mengikuti bujuk rayu syaithan, karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata.
Keempat,
jenis
sembelihan berupa bahimah (binatang ternak), artinya dengan matinya hayawan
ternak, kita buang kecongkaan dan kesombongan kita, hawa nafsu hayawaniyah
harus dikendalikan, jangan dibiarkan tumbuh subur dalam hati kita.
Hadirin Jama’ah Idul
Adha yang dimuliakan Allah,
Tepatlah apabila
perayaan Idul Adha digunakan menggugah hati kita untuk berkorban bagi negeri
kita tercinta, yang tidak pernah luput dirundung kesusahan. Sebab pengorbanan
Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang paling besar dalam sejarah umat manusia
itulah yang membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan
mempunyai arti besar. Dari sejarahnya itu, maka lahirlah kota Makkah dan Ka’bah
sebagai kiblat umat Islam seluruh dunia, dengan air zam-zam yang tidak pernah kering,
sejak ribuan tahunan yang silam, sekalipun tiap harinya dikuras berjuta liter,
sebagai tonggak jasa seorang wanita yang paling sabar dan tabah yaitu Siti
Hajar dan putranya Nabi Ismail.
Akhirnya
dalam kondisi seperti ini kita banyak berharap, berusaha dan berdoa, mudah-mudahan kita semua, para pemimpin kita,
elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan
kelompok, tapi berjuang untuk kepentingan dan kemakmuran masyarakat, bangsa dan
negara. Kendatipun perjuangan itu tidaklah mudah, memerlukan pengorbanan yang
besar. Hanya orang-orang bertaqwa lah yang sanggup melaksanakan perjuangan dan
pengorbanan ini dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah melaksanakan
sholat ‘Idul Adha yang pertama pada tahun kedua Hijryah dengan menyembelih
hewan qurban, untuk melestarikan tradisi yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam. Karena perbuatan yang paling disukai Allah pada hari Nahr adalah
qurban, seperti sabda Nabi:
مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ
النَّخْرِ عَمَلًا اَحَبَّ اِلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ اِرَاقَةِ الدَّمِ. الحديث
(رواه الحاكم وابن ماجه والترمدى)
Artinya: “Tidak ada
perbuatan manusia pada hari Nahr (10 dzul Hijjah) yang paling dicintai
Allah subhanahu wa ta’ala dari pada mengalirkan darah (menyembelih hewan
qurban)”
Adapun
keutamaan-keutamaan menyembelih hewan qurban, Rasulullah telah menjanjikan
bahwa keutamaan menyembelih hewan qurban ialah “BIKULLI SYA’ROTIN HASANATAN”
bahwa dari setiap helai bulu binatang qurban yang disembelih akan mendapat
pahala satu kebaikan. Kemudian dalam hadis lain Nabi bersabda:
مَنْ ضَحَى طَيِّبَةً بِهَا نَفْسَهُ
مُحْتَسِبًا اَجْرَهَا عَلَى اللهِ كَانَتْ لَهُ حِجَابًا مِنَ النَّارِ
Artinya: “Barang
siapa yang menyembelih qurban dengan baik dan rela hatinya mengharap pahala
dari Allah, maka qurbanya akan menjadi penutup baginya dari api neraka”.
Dalam hadis lain juga
disebutkan yang artinya: “Agungkanlah dan mulikanlah hewan qurbanmu
sekalian, karena itu akan menjadi kendaraanmu di atas Shiroth dan ingatlah
bahwa sesungguhnya qurban itu bagian dari amal yang bisa menyelamatkan
pelakunya dari kejelekan hidup di dunia maupun di akhirat” sehingga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mewajibkan dirinya sendiri untuk
berqurban lewat sabdanya:
ثَلاَثَةٌ هُنَّ عَلَيَّ فَرَائِضٌ
وَهُنَّ لَكُمْ تَطَوُّعٌ, اَلْوِتْرُ وَالنَّخْرُ وَصَلاَةُ الضُّحَى. (رواه احمد
فى مسنده)
Artinya: “Ada
tiga hal yang bagiku (Nabi) adalah fardu dan bagi kamu sekalian adalah sunat
(mu’akad), yaitu: shalat witir, Nahr (berqurban) dan sholat Duha”
Sekalipun Rasulullah
sudah pernah melaksanakan qurban, namun selalu selalu menganjurkan qurban tiap
tahunya:
يَااَيُّهَاالنَّاسُ, عَلَى كُلِّ
أَهْلِ بَيْتٍ فِى كُلِّ عَامٍ أُضْحِيَّةٌ – (رواه احمد وابن ماجه والترمدى)
Artinya: “Wahai
sekalian manusia: Upayakan bagi setiap-setiap rumah dalam setiap tahun ada yang
berqurban”
Bahkan beliau pada saat
haji pernah berqurban 100 ekor unta, 63 ekor unta
disembelih nabi sendiri, sedangkan sisanya diserahkan kepada sahabat Ali agar
disembelih. Menurut pandangan madzhab Syafi’iyah bahwa tidak disunatkan qurban
bagi anak-anak, begitu pula qurban untuk orang lain tanpa seizin yang
bersangkutan serta bagi mayit kalau tidak ada wasiat qurban.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Hadirin
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Adapun hikmah
disyariatkanya qurban antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Menghidupkan warisan Khalilullah Ibrahim ‘alaihis
salam
2.
Untuk mensyukuri atas nimat Allah dan karunianya yang
teramat banyak serta mensyukuri atas keberadaan manusia yang terus berkembang
dari tahun ketahun
3.
Untuk melebur kejelekan-kejeleken si qurban, yakni
kejelekan yang berupa menyalahi aturan maupun kurang mematuhi beberapa printah
Allah subhanahu wa ta’ala, sehingga dapat ampunan dari-Nya
4.
Memberi kejembaran keluarga dan tetangga serta yang
lainya agar ikut senang dengan adanya qurban dan lain sebagainya.
Karena qurban merupakan
ibadah sosial yang sangat mulia, maka perhatikanlah kaifiyah atau tata caranya
dengan benar dan teliti. Misalnya:
1.
Pada saat menyembelih hewn qurban, ia berkata degan
kalimat ”Hewan ini insya Allah untuk qurban” maka hal tersebut dihukumi qurban
sunat, namun apabila ia berkata ” hewan ini untuk qurban” maka dihukumi qurban
wajib sama dengan nadzar.
2.
Hewan qurban harus benar-benar sehat dan senpurna,
maka tidak sah apabila hewan qurban itu buta, pincang, sakit parah dan sangat
kurus.
3.
Waktu penyembelihan qurban dimulai sejak selesainya shalat
’id sampai hari tasyrik yang terakhir yakni tanggal 13 dzul hijjah dan
hindarilah menyembelih pada malam hari karena makruh, seperti yang diriwayatkan
oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
إنَّهُ نَهَى عَنِ الذَبْحِ (اخرجه
الطبرنى)
Yang lebih utama bagi
pria yang terampil menyembelih qurban sendiri, bagi wanita diwakilkan kepada
seorang muslim, dan pada saat penyembelihan sebaiknya hadir dan menyaksikan,
sambil berdoa
اَللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ صَلاَتِي
وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي للهِ رَبِّ الْعَالمَيْنَ, لَاشَرِيْكَ لَهُ
وَبِذَلِكَ اُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Sedangkan yang
menyembelih menghadap hewan qurban kearah qiblat sambil berdoa sebagaimana yang
dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
وَجَهْتُ وَجْهِي لِلِّذِي فَطَرَ
السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضِ حَنِيْفًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ اِنَّ
صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ,
لَاشَريْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ اُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ, بِسْمِ اللهِ
واللهُ اَكْبَرُ اَللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَاِلَيْكَ.
Sembelihlah hewan
qurban itu di komplek tempat sholat ’id
لِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَذْبَحُ وَيَنْحَرُ بِالْمُصَلَّى (وَهُوَ مَكَانُ
صَلاَةِ اْلعِيْدِ) رواه البخاري
Apabila qurban wajib/nadzar
maka bagikanlah seluruh daging qurban termasuk kulitnya kepada yang berhak
menerimanya, si qurban sekeluarga/ serumah tidak boleh makan daging tersebut.
Namun apabila qurban sunat, si qurban disunatkan untuk makan sebagian dari
qurbannya dengan tujuan untuk memperoleh barokahnya.
Terkait dengan
kulitnya, apabila qurban wajib/nadzar maka wajib dishodaqohkan seluruhnya, dan
apabila qurban sunat, maka kulitnya bisa dimanfaatkan untuk tabir dinding, atau
lapak atau lemek dan lain sebagainya, akan tetapi yang lebih utama
dishodaqohkan semuanya.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam juga memerintahkan untuk membagikan kulit qurban dan
melarang untuk menjualnya, lewat sabdanya:
مَنْ بَاعَ جِلْدَ أُضْحِيَتِهِ فَلاَ
أُضْحِيَةَ لَهُ. رواه الحاكم
Artinya: “barang
siapa menjual kulit qurbanya maka tidak ada qurban”.
Disebutkan dalam hadis
nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abi Sa’id sebagai berikut:
وَلَا تَبِيْعُوْا لحُوُمَ اْلهَدْيِ
وَاْلأُضَاحِي
Artinya: “janganlah
kalian menjual daging hadiah dan daging qurban”.
Hadirin
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Demikian mudah-mudahan
yang menjadi panitia qurban atau yang diberi amanat untuk mengurusi qurban bisa
melaksanakan dengan baik dan benar, begitu pula bagi peserta qurban, semoga
ikhlas, hanya mencari ridlo Allah subhanahu wa ta’ala, mendapat balasan
rizki yang lebih banyak lagi berkah, anak yang shalih/shalihah, terhindar dari
bilahi dan musibah, sehingga meningkat iman dan ketakwanya kepada Allah subhanahu
wa ta’ala, amin ya robal alamin.
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِ – لَنْ يَنَالُ اللهَ لُحُوْمُهَا وَلَادِمَآؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ
التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا
هَدَكُمْ وَبَشِّرِ اْلمُحْسِنِيْنَ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ
هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
اللهُ اَكْبَرْ – اَللهُ
أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ
أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَر.اللهُ
اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ
أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَالللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ
اْلحَمْدُ. اْلحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ اْلأَعْيَادَ بِالْاَفْرَحِ
وَالدُّرُوْرِ, وَضَاعَفَ لِلْمُتَّقِيْنَ جَزِيلَ اْلأُجُوْرِ, وَكَمَّلَ
الضِّيَافَةَ فِيْ يَوْمِ اْلعِيْدِ لِعُمُوْمِ اْلمُؤْمِنِيْنَ بِسَعْيِهِمُ
اْلمَشْكُوْرِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ العفو الغفور, وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ نَالَ مِنْ رَبِّهِ مَالَمْ يَنَلْهُ مَالِكٌ مُقَرَّبٌ
وَلاَرَسُوْلٌ مُطَهَّرٌ مَبْرُوْرٌ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍالنَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ
كَانُوْا يَرْجُوْنَ تِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَِثيْرًا.
اَمَّا بَعْدُ
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ
اِتَّقُوااللهَ, وَاعْلَمُوْا ياَاِخْوَانِيْ رَحمِكُمُ اللهُ اِنَّ يَوْمَكُمْ
هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ يَتَجَلىَ الله ُفِيْهِ عَلَى عِبَادِهِ مِنْ كُلِّ
مُقِيْمٍ وَمُسَافِرٍ فَيُبَاهِيْ لَكُمْ مَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ
النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
اِبْرَاهِيْمَ وَبَرِكْ عَلَى ِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَرَكْتَ عَلَى سَيِّدِناَ اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
اِبْرَاهِيْمَ فِي اْلعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ, اَللَّهُمَّ ارْضَ
عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِي وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَْلاَحْيآءُ مِنْهُمْ
وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرْ
مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ
اَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ اكْفِنَا
شَرَّ الظَّالِمِيْنَ وَاكْفِنَا شَرَّ مَنْ يُؤْذِناَ بِجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ
اِسْتَجِبَ دُعَائَنَا يَارَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ اكْسِفْ عَنَّا
اْلبَلاَءَوَاْلغَلاَء َ وَاْلوَبَاءَ وَفَحْشَاءَ وَاْلمُنْكَرِ وَالْبَغْيَ
وَالشَّدَائِدَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا
وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.
رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقْيْمَ الصَّلاَةِ وَمِنْ ذُرِّيَتِيْ رَبَّنَا وَتَقَبَلْ
دُعَاءِ, رَبَّنَا اغْفِرْلِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ
الْحِسَابُ, رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلاَدًا اَمِنَا وَرْزُقْ اَهْلَهُ مِنَ
الثَّمَرَاتِ مَنْ اَمَنَ مِنْهُمْ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْأَخِرِ, رَبَّنَا
تَقَبَلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ, رَبَّنَا هَبْ لَنَا
مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِناَ قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَاْجَعَلْنَا
لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامَا. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ
يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ
اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته ……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar