Sumbangan Madrasah
Darul Ulum Deoband pada Dunia Islam
Darul Ulum Deoband India
Sumbangan Madrasah Darul Ulum Deoband
pada Dunia Islam
Harus diakui, keselamatan umat Islam
ini tergantung dari pengorbanan ulama ummat,
seperti apa yang bisa dilihat di India. Kemerdekaan India dari Inggris adalah
berkah perjuangan dan pengorbanannya ulama-ulama India pada saat penjajahan
Inggris yang selalu menyuarakan jihad kepada rakyat India yang Muslim. Dan
pusat lahirnya ulama-ulama India adalah dari Darul Ulum Deoband.
Darul Ulum
Deoband adalah madrasah yang tertua diseluruh negeri India bahkan boleh
dikatakan salah satu dari madrasah yang tertua di seluruh dunia. Darul Ulum
Deoband didirikan tahun 1866, Deoband
adalah nama kampung yang terletak di Provinsi Uttar Pradesh.
Pada penjajahan Inggris di India
keadaan umat Islam pada saat itu sangat rusak. Inggris berhasil memecahbelahkan
kesatuan umat Islam India dan berhasil menjahui umat Islam dari kehidupan Islam
seperti mana Belanda berhasil merusak kesatuan umat Islam di Indonesia ketika
zaman penjajahan dulu.
Kerusakan umat Islam di India inilah
yang membuat timbulnya kerisauan seorang ulama India bernama Almarhum Syaikh
Maulana Muhammad Qosim untuk menyelamatkan ummat
Islam dari kerusakan. Suatu malam, Syaikh Maulana Muhammad Qosim Nanutwi
bermimpi berjumpa dengan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Dalam mimpinya, ia diperintahkan oleh Rasulullah
untuk memulai madrasah. Akhirnya Maulana Muhammad Qosim dengan santri
pertamanya Maulana Mahmudul hasan memulai madrasah di bawah sebuah pohon yang
rindang di tengah-tengah kampung Deoband. Karena keikhlasnya dan pengorbanan
Maulana Muhammad Qosim, Allah Allah subhanahu wa
ta’ala
menolong ulama ini kembali menghidupkan cahaya Islam di India yang telah redup.
Sampai sekarang Darul Ulum Deoband telah berhasil mencetak 15.000 ulama
termasuk Syaikh Ustad Nik Aziz, ketua partai PAS, Malaysia.
Deobandi dan Sejarah Kebangkitan Islam
di India-Pakistan (Sebuah Sketsa Awal)
Deobandi merupakan sebuah gerakan
keagamaan yang lahir di ‘Deoband’ (Uttar Pradesh) India, bermula dari sebuah
madrasah dengan nama Darul Ulum Deoband. Dengan banyaknya pengikut dan pengaruh
madrasah ini maka tidak heran kalau akhirnya institusi seperti Deoband kemudian
berkembang menjadi sebuah pergerakan religius yang besar dan menyebar hampir
disetiap komunitas Muslim Sunni di Pakistan. Disamping para pengikut kelompok
lainnya seperti Barelwi, Jama’ah Tabligh dan lain-lain. Tidak diragukan lagi dengan kehebatan para ulama
mereka, tercatat bahwa pendiri Barelwi, Tablighi Jamaat dan lainnya
merupakan hasil didikan madrasah Darul Ulum Deoband.
Berikut ini sedikit ikhtisar tentang sejarah,
perkembangan dan kiprahnya dalam menegakkan Shariat Islam yang berpedoman pada
Quran dan Sunnah, begitu juga dengan perjuangannya untuk kemerdekaan bangsa
dari kolonialisme yang saat itu berekspansi di Sub-Continent.
Darul Ulum Deoband; Batu Pertama Revivalisme
Islam
Darul Ulum Deoband didirikan pada 30
Mei 1866 pada sebuah masjid kecil di kota
Deoband oleh Maulwi Fadlur Rahman, Maulwi Zulkfikar Ali dan Maulwi Muhammad
Mahmud. Murid pertama yang mengemban ilmu di madrasah ini adalah Syeikhul Hind
Maulana Mahmud-ul-Hasan dan kemudian pada akhir tahun jumlahnya meningkat
hingga 78 pelajar. Disebutkan bahwa sebenarnya cikal bakal berdirinya Darul Ulum Deoband merupakan buah pemikiran
Maulana Muhammad Qasim Nanotwi (1833-1877), yang mana beliau berharap tidak
adanya beban finansial bagi pelajar dan pengajarnya sehingga proses belajar
mengajar dapat terlaksana dengan penuh takwa dan ikhlas karena Allah subhanahu wa ta’ala. Kemudian pada tahun 1880 Maulana
Muhammad Qasim meninggal dan posisinya digantikan oleh Maulana Rashid Ahmed
Gangohi (1829-1905).
Sekitar tahun 1866
Darul Ulum Deoband memulai belajar dari bawah pohon pada sebuah Masjid Chatta,
dan ketika masjid ini tidak dapat menampung lagi jumlah pelajar yang semakin
bertambah hari demi hari akhirnya dibangunlah masjid lainnya yang kemudian
berpindah pada tahun 1874. Perkembangan pesat terjadi pada jumlah pelajar yang
terus berdatangan di madrasah ini sehingga ia harus mulai mengepakkan sayapnya
dengan pembangunan-pembangunan gedung dan penambahan fasilitas belajar seperti
gedung fakultas Hadist yang telah diseleseikan pada tahun 1931 dan gedung
fakultas Tafsir. Pada tahun 1940, Raja Zahir Shah Afghanistan telah
membangun Gerbang madrasah yang kemudian diberi nama ‘Baab-uz-Zahir’.
Darul Ulum juga dikenal dengan sebutan
Qasim-ul-Ulum yang diambil dari nama Maulana Muhammad Qasim Nanotwi sebagai
pendirinya dan institusi ini merupakan institusi religius dengan sistem
pendidikan yang bagus. Perlu diketahui
bahwa Deobandi adalah pengikut madzhab fiqih
Abu Hanifa, sedangkan untuk aqidah mereka mengikuti Abu Mansur Maturidi.
Sekitar seribu pelajar lebih mengemban pendidikan di madrasah ini sedangkan
yang empat ratus nya mendapatkan fasilitas asrama. Pelajar yang berdatangan
kesini bukan hanya berasal dari India tapi juga dari berbagai negara muslim
lainnya seperti Afghanistan, Afrika Selatan dan Inggris. Jamiah Millia
Nawakhali dan Madrasah Qasim-ul-Ulum Muradabad juga termasuk cabang dari
institusi ini.
Ada beberapa
ajaran yang dipegang kuat oleh Deobandi dan dianggap sebagai elemen dasar
mereka, yaitu:
(i)
Tauhid,
konsep yang mereka fahami sebagai Abrahamic monotheism bahwa tidak ada sesuatupun
yang dapat menyerupai sifat-sifat Nya.
(ii)
Mengikuti
Sunnah, yaitu menerapkan dan mengamalkan ajaran Rasulullah shallalluhu
alaihi wasallam.
(iii)
Mencintai para
Sahabat Rasulullah shallalluhu alaihi
wasallam dengan
mengikuti tindak-tanduk mereka.
(iv)
Taqlid wal
Ittiba’, memberikan preferensi kepada salah satu yurisprudensi Islam yang
terdahulu.
(v)
Jihad fi
Sabilillah, mengerjakan jihad yaitu berjuang di jalan Allah subhanahu wa ta’ala.
Metode
pengajaran yang digunakan dalam madrasah ini yaitu mengikuti sylabus belajar-mengajar
pada zaman Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam
hingga abad ke-10 Hijriyah; yang menitikberatkan pada sistem belajar
tradisional dalam Islam yaitu menghubungkan nalar rasionil dan ilmu tradisional
(traditional science). Adapun buku-buku pokok yang diajarkan pada setiap
kurikulumnya sekitar 11 buku hadist dan beberapa buku tambahan untuk
materi-materi lainnya, sedangkan kurikulum lengkapnya mencapai 81 buku yang
akan dipelajari. Dibawah kuasa Maulana Rashid Ahmad Gangohi institusi ini
meniadakan mata pelajaran seperti ilmu logika dan filsafat seperti yang
dilakukan oleh Shah Wali Allah pada Rahimiyah yaitu dengan menekankan belajar
al-Qur’an, Hadist dan Fiqh.
Rizvi memaparkan
tiga metode yang mereka terapkan pada institusi ini:
(i)
primer
(yaitu memahami kandungan isi buku),
(ii)
tingkat
menengah (mengerti isi buku dan topik disamping juga naskah buku),
(iii)
tingkat
tinggi (lebih menekankan pada diskusi dan pemahaman yang mendalam).
Bahasa pengantar yang digunakan adalah
bahasa Urdu, maka setiap pelajar harus mengerti dan bisa menggunakan bahasa
tersebut baik dari dalam negri maupun luar negri. Dan disebutkan bahwa Deoband
merupakan institusi pendidikan pertama kali di India yang tidak menarik biaya
kepada pelajarnya selama lebih dari se-abad. Pada akhir abad ke-19 banyak
madrasah-madrasah yang dikenal dengan Deoband dari Peshawar hingga Madras, dan
mereka terdaftar mencapai 8934 madrasah, primer maupun tingkat lanjut, sampai
sekarang-pun masih terus menyebar dengan satu karakteristiknya yaitu merupakan
divisi utama bagi ulama sub-continent.
Ulama-ulama alumi Darul Ulum Deoband
telah menyebar di seluruh dunia dan membuka madrasah-madrasah di seluruh dunia.
Semua madrasah-madrasah di Pakistan, Bangladesh, Burma, Afghanistan, Srilanka,
Afrika selatan, Inggris, Thailand, Malaysia merupakan hasil dan dampak baik
secara langsung atau tak langsung dari Darul Ulul Deoband. Bahkan terbentuknya
negara Pakistan juga salah satu hasil dari pengorbanan ulama-ulama Deoband.
Madrasah Darul Ulum Deoband menjadi
pusat mahzab Hanafi dan terkenal dengan ilmu hadistnya sehingga kelas
yang tertinggi di madrasah Deoband adalah kelas hadist yaitu kelas yang
hanya mempelajari kitab kitab hadist. Dan banyak muhadisin (ulama pakar hadis)
yang telah lulus dari Deoband, seperti Almarhum Syaikh Maulana Anwar Shah
Kasymiri beliau seorang ulama yang mengajar kitab Bukhari
di madrasah Deoband dan beliau hafal semua hadist-hadist yang ada dalam kitab
Bukhari.
Kelebihan lain dari Darul Ulum Deoband
adalah turut melahirkan para pengarang kitab agama yang terkenal diseluruh
India, seperti Almarhum Syaikh Maulana Asyraf
Ali Natutwi, beliau berhasil mengarang hampir 1000 kitab
dalam bahasa Arab maupun Urdu.
Ashraf Ali Thanwi
Di antara murid Ashraf Ali Thanwi
yang menetap di seluruh bagian Asia Selatan adalah :
·
Abdul Hai Arifi
·
Maulana Zafar Ahmad
Utsmani
·
Qari Muhammad Tayyib
Qasimi, cucu dari pendiri Darul 'Ulum Deoband, Muhammad Qasim Nanotvi, dan
pokok kepala Dar al-' Ulum Deoband selama lebih dari 50 tahun, dari awal
1930-an ke 1980-an
·
Muhammad Maseehullah Khan
Sherwani (pendiri Madrasah al-'Ulum Miftah di Jalalabad, India, dan seorang
tokoh spiritual terkemuka abad yang lalu)
·
Muhammad Syafi'i, kepala
mufti dari Dar al-'Ulum Deoband dan pendiri kemudian dari Dar al-' Ulum Karachi
·
Abdul Bari Nadvi (teolog
dan filsuf terkenal di India yang mengajar filsafat modern di Osmania
University di Hyderabad dan menerjemahkan buku-buku para filsuf Barat seperti
Descartes, ke dalam bahasa Urdu dan tertinggal saluran sastra banyak)
·
Allamah Syed Sulaiman
Nadvi, peneliti dan mahasiswa Syibli Nu 'mani
·
Maulana Faqir Muhammad,
Peshawar, Pakistan
·
Muhammad Ilyas
al-Kandhlawi Rahmatullahialahi (pendiri Gerakan Jamaat Tabligh)
·
Qazi Abdusalam Nowshera
·
Hafiz Tanweer Ahmed Khan
Khalifa Majaz Molana Muhammad Masihulah Khan, Hyderabad, Pakistan
·
Maulana Abraruhaq Hardoi,
khalifah terakhir dan termuda Ashraf Ali Thanvi yang mendirikan Ashraful
Madaris Hardoi dan memimpin gerakan Dawatul Haq, yang didirikan oleh Ashraf Ali
Thanvi
·
Khawja Aziz ul Hassan
Majzuoob
·
Syed Ali Shah Inayat
Gujranwala, Pakistan Wrote Buku Bagh-e-Jannat
Darul Ulum
Deoband juga berhasil mencetak dai dan para mubaligh yang sudah tersebar
seluruh India, bahkan dunia, seperti Almarhum Syaikh Maulana Ilyas pemimpin dan
pencetus pertama Jamaah Tabligh. Syaikh Maulana Ilyas adalah salah satu alumni
madrasah Deoband yang risau dengan keadaan umat Islam dan memulai langkapnya di
dalam dakwah dan tabligh. Sampai kini, gerakan Jamaah Tabligh mengirimkan dai
ke seluruh India, Pakistan, bahkan ke berbagai penjuru dunia.
John Butt: Hippy Inggris yang jadi imam
Nadene Ghouri, BBC News, Deoband,
India
John kini
menyebarkan perdamaian sebagai ulama Islam
Empat puluh tahun setelah mengikuti
petualangan sebagai seorang hippy
ke Asia Selatan, John Butt masih tinggal di kawasan ini dan masih menyebarkan
pesan perdamaian dan cinta, sekarang sebagai ulama Islam. John kembali ke
sebuah daerah di India yang penuh menara marmer. John Mohammed Butt tidak bisa
menyembunyikan kegembiraannya.
"Bisa Anda lihat?,"
tanyanya. "Ini seperti belajar Islam di Universitas Oxford. Bagi saya
menara mesjid dan kubahnya seperti menara di Oxford," katanya. "Sudah 30 tahun berlalu ketika
saya terakhir berada di sini dan hati saya masih tergetar. Ini almamater
saya," lanjutnya.
Yang disebut almamater itu tak lain
adalah Darul-Uloom Deoband, pesantren terbesar di Asia Selatan.
Deoband didirikan tahun 1866 oleh
Muslim India yang menentang kekuasaan Inggris. Tidak banyak yang berubah di
daerah ini, jalan-jalan sempit, halaman yang kecil dipadati dengan penjual teh
harum, nasi panas dan lukisan Mekkah. Dimana-mana
terlihat santri, para pemuda yang membawa buku atau diam-diam membaca Al Quran. Dan juga pemandangan seperti di
Oxford, para mahasiswa yang naik sepeda.
Seorang penjual teh wangi mengenal
John dan bergegas kepadanya, "John Sahib, John Sahib"
John Butt
satu-satunya orang Barat lulusan Darul-Ulum Deoband
Keduanya sudah beberapa dasawarsa
tidak bertemu namun pria itu masih mengenalnya. "John Sahib satu-satunya
santri yang saya lihat biasa jogging,"
katanya.
"Hanya ada satu John Mohammed,
unik, "lanjutnya.
Memang tidak mengherankan karena John
Butt masih menjadi satu-satunya dan hanya orang Barat yang pernah lulus dari
Deoband.
John menunjukkan ruangan di asrama
tua, ruangan tanpa jendela dimana dia selama delapan tahun hidup seperti di
pengasingan, shalat dan mempelajari Al Quran.
Kagumi Quran
Namun ini hanya satu sisi dari
kehidupan pria istimewa ini. Disamping
tinggal di Deoband, dia juga menghabiskan waktu dalam 40 tahun lalu tinggal
diantara suku Pasthun yang mediami daerah tak bertuan antara Afghanistan dan
Pakistan. Dia datang ke sana tahun 1969,
katanya, sebagai seorang
hippy pengisap ganja dan tidak pernah pulang ke rumahnya.
"Ketika orang-orang memanggil
saya, bekas hippy tua,
saya selalu menjawab bahwa memang saya sudah tua namun saya bukan bekas hippy, saya masih seorang hippy," tuturnya.
Tubuh John Butt memang gampang
dilihat. Tinggi badannya 1,9 meter, janggut putih panjang dan kulitnya putih.
Ketika orang-orang memanggil saya,
bekas hippy tua, saya selalu menjawab bahwa memang saya sudah tua namun saya
bukan bekas hippy, saya masih seorang hippy
John Mohammed Butt
Dia bercerita mengagumi Al Quran namun
Stilton masih jadi keju favoritnya dan sepakbola masih dicintainya.
Bagi John, rumahnya adalah desa kecil
di lembah Swatt, Pakistan.
Swatt pernah populer menjadi tujuan
wisatawan namun sekarang menjadi ajang bentrokan militer Pakistan dan Taliban.
Namun tahun 1969, John muda tertambat
beberapa saat di Swat yang dilukiskan sebagai pegunungan berlapis es, sungai
mengalir seperti intan berlian, hutan dan padang rumput yang luas.
Daerah itu, katanya, "seperti
dunia magis dan aneh Tolkien" yang dihuni suku tradisional yang
"sangat menyenangkan, berlapang dada, toleran, santai dan ramah".
Tolkien yang dia maksud adalah penulis
trilogi fantasi The Lord of Rings yang juga diangkat menjadi film populer.
Ketika rekan-rekannya sesama hippy tumbuh dewasa
dan pulang ke kampung halamannya menjadi akuntan dan pengacara, John tetap
tinggal sehingga lancar berbahasa Pashtun dan belajar Islam.
Namun dunia John berubah akhir tahun
1980-an ketika kaum jihadis datang ke perbatasan dari seluruh dunia untuk untuk
melawan Rusia di Afghanistan.
"Saya menyaksikan cara-cara hidup
religius Pashtun tercemar dan teracuni khususnya oleh orang-orang Arab dari
Timur Tengah," ceritanya.
"Cara mempraktekkan Islam sangat
berbeda dengan suku tradisional namun mereka menggunakan uang dan pengaruh
untuk memaksakan nilai-nilai mereka," lanjutnya.
Perlu diperhatikan :
1.
Muhammad Ilyas
al-Kandhlawi rahimahullahu ta’ala
Darul Ulum Deoband banyak mencetak dai dan
para mubaligh yang sudah tersebar seluruh India, bahkan dunia, diantaranya Almarhum Syaikh
Maulana Ilyas rahimahullah pemimpin dan pencetus pertama Jamaah Tabligh. Syaikh Maulana
Ilyas adalah salah satu alumni madrasah Deoband yang risau dengan keadaan umat
Islam dan memulai langkahnya di dalam dakwah dan tabligh. Sampai
kini, gerakan Jamaah Tabligh mengirimkan dai ke seluruh India, Pakistan, bahkan
ke berbagai penjuru dunia. (Harnes Yudha). http://www.sabili.co.id/aspirasi-anda/sumbangan-madrasah-darul-ulum-deoband-pada-dunia-islam
Muhammad Ilyas al-Kandhlawi
adalah pendiri Islam gerakan Jamaah Tabligh di anak benua Asia Selatan. Dia
dapat dikatakan sebagai salah satu pendiri yang paling berpengaruh si abad
ke-20 dalam agama Islam. Ia dilahirkan pada tahun 1886 pada keluarga yang sangat
taat beragama, dan pendidikan awalnya dilakukan di
rumah. Dia kemudian belajar di pusat belajar terkenal Islam, Darul Ulum Deoband, di mana dia belajar di
bawah bimbingan beberapa ulama terkenal. Sesudah menyelesaikan studinya, dia
mengajar di berbagai madrasah.
Pada akhir 1920-an, dia
mendirikan Jamaah Tabligh
untuk menghidupkan lagi agama Islam, sebagaimana
zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya radhiyallahu
‘anhum ajma’in.
[http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Ilyas_al-Kandhlawi]
[http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Ilyas_al-Kandhlawi]
2. Sayyid Muhammad Bin Alawi Al Maliki Al Hasani rahimahullahu ta’ala
Beliau
mengisahkan segala pengalamannya di India dan beliau sangat tertarik dengan
system pelajaran ilmu hadith di Madrasah Darul Ulum
Deoband, Uttar Pradish, India. Lalu beliau
memohon sekali lagi dengan segala kerendahan hati agar ayahanda beliau
mengizinkannya berangkat ke India untuk mempelajari ilmu hadits, yang kedua kalinya.
Sayyid Alawi memahami hasrat anaknya yang berkobar-kobar itu sehingga
beliau mengizinkannya untuk berangkat sekali lagi ke India untuk belajar ilmu
hadits di Madrasah Darul Ulum Deoband.
Beliau berangkat ke India dan menuju Madrasah Darul Ulum Deoband dan terus mengikuti “Daurah” khusus dengan ilmu hadits, yang berarti mengkhatamkan “Al-Kutubus-Sittah” (Kitab hadits yang enam itu, yaitu Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasai dan Ibnu Majah) dalam waktu yang singkat. Disana beliau mendapat sanad hadits kutubus sittah yang bersamung sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Beliau berangkat ke India dan menuju Madrasah Darul Ulum Deoband dan terus mengikuti “Daurah” khusus dengan ilmu hadits, yang berarti mengkhatamkan “Al-Kutubus-Sittah” (Kitab hadits yang enam itu, yaitu Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasai dan Ibnu Majah) dalam waktu yang singkat. Disana beliau mendapat sanad hadits kutubus sittah yang bersamung sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dan semasa di India beliau berguru dengan Maulana Syeikh Muhammad
Zakaria Al Kandahlawi, pengarang Syarah Muwaththa’ dan Fadhailul
A’mal yang biasa dibaca oleh orang-orang yang Usaha Dakwah dan Tabligh
setiap hari di masjid dan di rumah, Syeikh Fakhruddin Ahmad Syaikhul-Hadith di
Darul-Ulum Deoband, Syeikh Habiburrahman Al A’zhami, Syeikh Abul Wafa al
Afghani, Syeikh Muhammad Yusuf Al Kandahlawi, pengarang kitab
Hayatus-Shahabah, Syeikh Muhammad Idris Al Kandahlawi, Syeikh Zhafar Ahmad
Al Utsmani, Syeikh In’amul Hasan dan Syeikh Mufti Musthafa Bin Imam
Ahmad Ridha Khan Al-Berilewi dan lain-lainnya.
Setelah
menamatkan daurah hadits, beliau kembali ke Mekkah dengan hati yang penuh
gembira karena
apa yang beliau idam-idamkan telah tercapai. Beliau
tinggal di India pada kali ini selama lima bulan.
Selain India, beliau juga pergi ke Pakistan dan beliau juga berguru kepada
Mufti Pakistan Syeikh Muhammad Syafi’ dan Syeikh Muhammad Yusuf Al Bannuri dan
lain-lain lagi.
[“Sayyid Muhammad Bin Alawi Al Maliki Al Hasani rahimahullahu ta’ala – Sejarah Hidup dan Dasar-dasar Pemikirannya”, oleh Abu Ali Al Banjari An Nadwi Al Maliki (Ahmad Fahmi bin Zamzam), Khazanah Banjariah, Maahad Tarbiyah Islamiah Derang, Pokok Sena, Kedah, ISBN 983-2052-47-5, m/s 28 & 29]
[“Sayyid Muhammad Bin Alawi Al Maliki Al Hasani rahimahullahu ta’ala – Sejarah Hidup dan Dasar-dasar Pemikirannya”, oleh Abu Ali Al Banjari An Nadwi Al Maliki (Ahmad Fahmi bin Zamzam), Khazanah Banjariah, Maahad Tarbiyah Islamiah Derang, Pokok Sena, Kedah, ISBN 983-2052-47-5, m/s 28 & 29]