Dari
Abdullah bin Mas'ud R. A., Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang
tertimpa kelaparan, lalu ia meminta-minta kepada manusia, kelaparannya tidak
akan hilang. Dan barangsiapa tertimpa kelaparan, lalu mengadukannya kepada
Allah SWT, maka Allah SWT akan memberikan kepadanya rezeki yang akan ia
dapatkan dengan segera atau terlambat sedikit." ( Hadits Riwayat
Tirmidzi )
Keterangan:
"Barangsiapa
yang meminta-minta kepada manusia, kefakirannya tidak akan hilang." Maksudnya adalah keperluannya tidak
akan terpenuhi. Jika hari ini ia meminta-minta untuk suatu keperluan dan secara
lahiriah keperluannya sudah terpenuhi, maka besok akan datang lagi suatu
keperluan yang lebih penting dari keperluan sebelumnya. Dan keperluannya akan
terus datang. Jika ia menengadahkan tangannya ke hadapan Allah SWT, maka
keperluannya ini akan terpenuhi, dan keperluan yang lain tidak akan datang.
Seandainya datang, Allah SWT yang akan menyelesaikannya.
Kabsyah R.
A. berkata bahwa Rasulullah SAW menyebutkan beberapa perkara dengan bersumpah.
Salah satu di antaranya adalah, "Barangsiapa yang membuka pintu
meminta-minta kepada manusia, Allah SWT akan membukakan pintu kefakiran
kepadanya." Juga terdapat hadits yang lain bahwa Rasulullah SAW
bersabda dengan bersumpah seperti di atas yang diriwayatkan oleh Abdurrahman
bin Auf R.A. Inilah sebabnya orang yang mengemis dari pintu ke pintu selalu
dalam keadaan miskin dan sempit.
Dalam sebuah
hadits yang lain disebutkan, "Barangsiapa yang mengadukan kelaparannya
dan keperluannya kepada Allah SWT, Allah SWT akan menghilangkan kefakirannya
dengan cepat, yaitu dengan kematian yang cepat atau datangnya kekayaan dengan
cepat." Cepatnya kematian mempunyai dua pengertian. Yang pertama, jika
waktuya telah dekat, maka Allah SWT akan mematikannya sebelum ia menanggung
musibah yang berupa kelaparan. Kedua, matinya seseorang menjadi sebab ia
menjadi kaya. Misalnya ia mendapatkan bagian yang sangat banyak dari harta
warisan seseorang, atau ada seseorang ketika hendak mati berwasiat supaya
sebagian dari hartanya diberikan kepada si Fulan.
Banyak kisah
semacam ini dan tampak di depan mata. Di Makkah, sebagian orang yang hendak
meninggal dunia berwasiat supaya hartanya dijual kemudian uangnya dikirimkan
kepada seseorang yang bernama Fulan, yang tinggal di sebuah kota di India.
Kurdi adalah
nama sebuah kabilah. Di sana terdapat seorang perampok yang terkenal. Ia
menceritakan sendiri kisahnya:
Ketika saya
sedang berjalan bersama teman-teman saya untuk merampok, pada saat dalam
perjalanan kami duduk di sebuah tempat. Di sana kami lihat ada tiga pohon
kurma. Dua pohon berbuah dengan lebatnya, dan yang satu kering. Seekor burung
pipit berkali-kali datang mengambil buah kurma yang sudah masak dengan paruhnya
dari pohon yang banyak buahnya, kemudian dibawanya ke pohon yang kering itu.
Ketika melihat peristiwa itu, kami merasa sangat keheranan. Saya lihat burung
itu pulang pergi hingga sepuluh kali untuk mengambil buah kurma dan membawanya
ke pohon yang kering itu. Maka timbullah pikiran dalam diri saya untuk melihat
apa yang dikerjakan burung pipit itu dengan buah-buah kurma tersebut.
Sesampainya saya di atas pohon kurma yang kering itu, di sana saya lihat seekor
ular yang buta sedang membuka mulutnya, dan burung pipit itu memasukkan buah
kurma yang sudah masak ke dalam mulut ular itu. Setelah melihat kejadian
tersebut, saya merasa mendapat pelajaran sehingga saya menangis. Saya berkata, "Tuhanku,
ini ular yang diperintahkan oleh Nabi-Mu SAW untuk dibunuh. Karena ia buta,
Engkau menugaskan seekor burung pipit untuk menyampaikan rezeki kepadanya, dan
aku adalah hamba-Mu, orang yang telah berikrar mentauhidkan-Mu. Engkau telah
menjadikan aku sebagai orang yang merampok harta orang lain." Pada
saat itu terasa dalam hatiku bahwa telah terbuka untukku pintu taubat. Pada
saat itu juga saya mematahkan pedang saya yang selalu aku gunakan untuk
merampok. Lalu saya menjerit mengucapkan, "Ampunilah aku, ampunilah aku."
sambil menaburkan debu di atas kepala saya. Lalu saya mendengar suara ghaib, 'Kami
telah mengampunimu, Kami telah mengampunimu.' Dan ketika saya menghampiri
teman-teman saya, mereka bertanya, 'Apakah yang telah terjadi pada dirimu?'
Saya menjawab, 'Dahulu aku memutuskan hubungan dengan Allah swt., sekarang
aku telah berdamai dengan-Nya.' Setelah mengucapkan perkataan tersebut,
saya menceritakan semua kisah yang telah saya alami, sehingga mereka berkata, 'Kami
juga berdamai dengan Allah SWT' Setelah itu mereka mematahkan pedang
masing-masing, dan semua hasil rampokan kami tinggalkan, setelah itu kami
membeli pakaian ihram, lalu kami berangkat ke Makkah. Setelah tiga hari tiga
malam, sampailah kami di sebuah desa. Di sana kami bertemu dengan seorang wanita
tua yang sudah buta matanya. Kemudian, sambil menyebut nama saya ia bertanya, 'Adakah
di antara kalian orang Kurdi yang bernama Fulan?' Teman-teman saya
menjawab, 'Ya, ada.' Lalu wanita itu mengeluarkan beberapa lembar
pakaian dan berkata, 'Anakku sudah tiga hari meninggal dunia, ia
meninggalkan pakaian-pakaian ini. Sejak tiga hari itu pula aku bermimpi bertemu
dengan Rasulullah SAW, beliau bersabda, 'Berikanlah pakaian anakmu itu kepada
si Fulan dari kabilah Kurdi.' Kemudian saya mengambil pakaian-pakaian
tersebut, dan selanjutnya kami semua memakainya." (Kitab Raudh).
Dari kisah
tersebut terdapat dua pelajaran. Yang pertama adalah tentang rezeki dari Allah
SWT untuk seekor ular yang buta. Kedua, pemberian pakaian dari Rasulullah SAW.
Jika Allah SWT berkehendak untuk menolong seseorang, tidaklah sulit bagi Dia
untuk menciptakan sebab-sebab pertolongan itu. Dialah Yang menciptakan penyebab
kekayaan dan penyebab kefakiran. Dengan keberkahan taubat yang sungguh-sungguh,
pemberian pakaian oleh Rasulullah SAW merupakan sesuatu yang patut dibanggakan.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Ibnu Abbas R. Huma. meriwayatkan sabda
Nabi SWA, "Barangsiapa yang kelaparan atau ditimpa kemiskinan,
sedangkan ia menyembunyikan hajat dan keperluannya dari orang lain, maka menjadi
hak Allah SWT untuk menjamin rezeki yang halal selama satu tahun."
(Kitab Misykat).
Dalam sebuah
hadits disebutkan, "Barangsiapa yang mengalami kelaparan atau ditimpa
kemiskinan, sedangkan ia menyembunyikan hajat dan keperluannya dari orang lain,
dan ia hanya meminta kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan membukakan untuknya
pintu rezeki yang halal selama satu tahun." (Kanzul-'Ummal).
Dalam sebuah
hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang meminta kekayaan
kepada Allah SWT, Allah SWT akan memberikan kepadanya kekayaan. Dan barangsiapa
meminta kesucian dari sesuatu yang tidak baik kepada Allah, maka Allah SWT akan
memberikannya. Dan tangan di atas (orang yang memberi) itu lebih baik dari
tangan yang di bawah (orang yang meminta). Tidak seorang pun yang membuka pintu
meminta-minta, kecuali Allah SWT akan membukakan baginya pintu kefakiran."
Ketika Ali
Karramallahu Wajhah mendengar suara seseorang di Padang Arafah yang sedang
meminta-minta kepada orang-orang, ia memukulnya dengan tongkat, lalu bekata, "Pada
hari seperti ini, di tempat seperti ini, kamu meminta-minta kepada selain Allah
SWT."
Dalam sebuah
hadits disebutkan bahwa "Barangsiapa yang membuka pintu
meminta-minta, Allah SWT akan membukakan baginya pintu kefakiran di dunia dan
di akhirat. Dan barangsiapa membuka pintu pemberian karena Allah SWT, maka
Allah SWT akan membukakan baginya pintu kebaikan di dunia dan akhirat."
Dalam hadits
yang lain disebutkan, “Barangsiapa yang membuka pintu meminta-minta,
Allah SWT akan membukakan baginya pintu kefakiran. Seseorang yang membawa tali
lalu mengumpulkan kayu bakar dan mengikatnya kemudian menggendongnya dan
menjualnya, dan dengan hasil penjualan itu ia memenuhi keperluan hidupnya, itu
lebih baik daripada meminta-minta, baik ia mendapatkan pemberian atau
tidak."
Dan dalam
sebuah hadits yang lain disebutkan, "Barangsiapa yang membuka pintu
pemberian dengan cara sedekah atau silaturahmi, maka Allah SWT akan
memperbanyak baginya (yakni hartanya akan bertambah). Dan barangsiapa yang
membuka pintu meminta-minta dengan niat untuk memperbanyak hartanya,
kekurangannya akan semakin bertambah, yakni keperluannya akan terus meningkat,
dan penghasilannya tidak akan bertambah."
Imran bin
Husain R.A. meriwayatkan sabda Nabi SAW, "Barangsiapa menghadap
Allah SWT dengan sungguh-sungguh, Allah SWT akan menanggung semua keperluannya,
dan Allah akan memberikan rezeki yang tidak ia sangka-sangka. Dan barangsiapa
yang hanya sibuk dengan dunia, maka Allah SWT akan menyerahkan orang itu kepada
dunia (yakni Allah SWT akan memberinya sesuai dengan jerih payahnya)."
Abu Dzar R.A
berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Aku berwasiat kepadamu
supaya bertakwa kepada Allah ketika sendirian dan ketika di tengah-tengah orang
banyak. Jika kamu telah melakukan dosa, maka (untuk menebusnya) kerjakanlah
kebaikan. Janganlah meminta-minta kepada seorang pun. Janganlah kamu khianati
amanah seseorang. Jangan menjadi hakim di antara dua orang karena ini pekerjaan
yang sangat penting, tidak setiap orang mampu melakukannya)."
Dalam sebuah
hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang
rela dengan yang sedikit, merasa cukup, serta bertawakkal kepada Allah SWT,
maka ia tidak akan merasa gelisah dalam mencari rezeki."
Dalam hadits
yang lain disebutkan bahwa "Barangsiapa ingin menjadi orang yang
paling kuat, hendaknya bertawakkal kepada Allah SWT. Dan barangsiapa ingin
menjadi orang yang paling kaya, hendaknya ia lebih percaya kepada apa yang ada
di sisi Allah SWT daripada apa yang ada di sisinya. Barang siapa ingin menjadi
orang yang paling mulia, hendaknya bertakwa kepada Allah SWT"
Wahab Rah.
A. menukilkan firman Allah SWT, "Ketika hamba-Ku bertawakkal kepada-Ku,
seandainya bumi dan langit semuanya bersatu untuk memperdayakannya, maka Aku
akan memberikan jalan keluar kepadanya."
Ibnu Abbas
R. Huma. berkata bahwa Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Isa A.S., "Bertawakkallah
kepada-Ku, maka Aku akan menanggung semua kepeluanmu. Jangan jadikan selain Aku
sebagai penolongmu, supaya Aku tidak membiarkanmu."
Dalam banyak
hadits disebutkan bahwa anak laki-laki Auf bin Malik R. A. telah ditawan oleh
orang-orang kafir dan dibiarkan kelaparan. Kemudian ia diikat denga tali yang
terbuat dari kulit dan disiksa dengan kerasnya. Maka ia mengirim kabar kepada
ayahnya dengan suatu cara, mengenai keadaannya, dengan tujuan supaya ayahnya
memintakan doa kepada Rasulullah SAW untuk dirinya. Setelah Rasulullah SAW
mengetahuinya, beliau bersabda, "Sampaikanlah pesan ini kepadanya:
Takutlah kepada Allah SWT, dan bertawakkallah kepada-Nya, setiap pagi dan sore
bacalah ayat ini:
Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling
(dari keimanan), maka katakanlah, 'Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan
selain Dia, hanya kepada-Nya aku bertawakkal, dan Dia adalah Tuhan yang
memiliki 'Arsy yang agung.' (Q.s. At-Taubah: 128-129).
Setelah
pesan ini sampai kepadanya, ia pun mulai membaca ayat tersebut. Pada suatu
hari, tali-tali yang mengikat dirinya terputus dengan sendirinya. Setelah
terlepas dari tahanan orang-orang kafir, ia berlari pulang dan membawa serta
beberapa hewan orang kafir. Ibnu Abbas R. Huma berkata, "Barangsiapa
yang takut kepada kezhaliman seorang raja, kepada binatang buas, atau takut
tenggelam di laut, maka bacalah ayat di atas, insya Allah ia tidak akan ditimpa
musibah. Dalam sebuah hadits yang lain juga terdapat perintah supaya
memperbanyak membaca:
"Dan
barangsiapa yang bertakwa kepada Allah SWT, Dia akan membukakan jalan keluar
baginya, dan memberikan rezeki dari jalan yang tidak ia sangka-sangka. Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah SWT, niscaya Dia akan
mencukupinya." ~Ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa yang
dialami anak laki-laki Auf bin Malik R. A.~
Seorang
'alim berkata,
"Saya
beserta seorang teman saya tinggal di sebuah gunung. Kami sibuk beribadah
setiap saat. Makanan teman saya hanyalah rerumputan. Untuk keperluan makan
saya, Allah SWT telah menyediakan seekor rusa betina yang selalu datang kepada
saya setiap hari, dan setelah mendekatkan diri kepada saya, ia akan berdiri
sambil membuka kedua kakinya, lalu saya meminum susunya. Setelah selesai, rusa
itu segera pergi. Peristiwa ini berlangsung cukup lama. Tempat teman saya di
bukit itu jauh dari tempat saya. Pada suatu hari, ia datang kepada saya dan
berkata, 'Ada satu kafilah/rombongan yang berhenti di dekat tempat ini, marilah
kita pergi kepada orang-orang di kafilah itu. Di sana mungkin kita akan
mendapatkan susu dan bahan-bahan makanan yang lain.' Pada mulanya saya
menolaknya, akan tetapi setelah ia memaksa saya, saya pun pergi bersamanya.
Maka sampailah kami berdua ke tempat kafilah tersebut, kemudian mereka memberi
makan kepada kami. Setelah selesai makan, kami pulang ke tempat masing-masing.
Setelah itu, saya selalu menunggu kedatangan rusa betina itu pada saat-saat ia
biasa datang, tapi ternyata ia tidak datang. Setelah menunggu beberapa hari,
sadarlah saya bahwa karena dosa mengharap makanan dari kafilah tersebut, sehingga
pintu rezeki saya telah ditutup."
Penyusun kitab Raudh berkata bahwa secara lahiriah, wali tersebut telah
melakukan tiga dosa, yakni:
- Ia telah meninggalkan tawakkal yang selama ini telah dijalaninya.
- Ia bersikap tamak, tidak merasa cukup dengan rezeki yang telah diterimanya yang karenanya ia tidak perlu bersusah-payah.
- Ia memakan makanan yang tidak halal, sehingga ia terjauh dari rezeki yang halal.
Kisah
semacam ini mengandung pelajaran yang besar. Kadang-kadang, karena ketamakan
kita sendiri, kita terjauh dari nikmat-nikmatnya Allah SWT. Dilihat secara
lahiriah, dengan meminta-minta kita akan mendapatkan sesuatu. Akan tetapi
karena meminta-minta itu merupakan perbuatan yang buruk, kita akan terjauh dari
nikmat-nikmat Allah yang sesungguhnya akan kita dapatkan tanpa mencarinya dan
tanpa meminta.
Imam Ahmad bin Hanbal Rah. A berdoa:
"Ya
Allah, sebagaimana Engkau telah menjaga wajahku agar tidak bersujud kepada
selain-Mu, begitu juga jagalah lisanku dari meminta-minta kepada selain
Engkau."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar