vs
Allah berfirman :
…إِنَّ
اللَّـهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ
وَإِذَا أَرَادَ اللَّـهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ
وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ ﴿١١﴾
“…Sesungguhnya Allah
tidak akan merubah keadaan nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar Ra’du : 11)
Allah subhanahu wa
ta’ala baru mau membantu suatu kaum untuk berubah dari keadaan buruk
menjadi keadaan baik setelah kaum itu mau berusaha untuk merubah kehidupannya
sendiri. Allah akan mendatangkan perbaikan pada suatu kaum jika kaum itu mau
buat usaha perbaikan. Apa yang harus diperbaiki pertama kali yaitu kondisi
agamanya, karena baik atau buruknya manusia tergantung pada kondisi agama yang
ada diri mereka. Sedangkan Agama ini adalah solusi yang Allah berikan untuk
menyelesaikan seluruh masalah manusia sampai hari kiamat.
Di dunia ini hanya
ada 2 macam usaha :
1. Usaha
Hukumat atau yang disebut sebagai Usaha atas Pemerintahan
2. Usaha
Nubuwat atau yang disebut sebagai Usaha atas Agama atau Usaha atas Amal Manusia
Usaha Hukumat ini
adalah suatu usaha atas perbaikan jasad atau fisik manusia. Contohnya seperti
perbaikan jalan, kendaraan, perdagangan, pakaian, makanan, dan perkawinan.
Caranya dengan membuat peraturan atau perundang-undangan, didukung dengan usaha
atas perbaikan kebendaan atau fisik manusia. Natijah atau hasil dari usaha ini
adalah hubungan struktural, kasta, dan status sosial seperti atasan dan
bawahan, orang miskin dan kaya, kuat dan lemah, orang baik dan orang jahat.
Sehingga akan terjadi saling tuntut menuntut hak, menimbulkan budaya kebencian
dan permusuhan. Targetnya bagaimana semua orang bisa taat pada pemerintah namun
secara ekonomi kebutuhan mereka terpenuhi.
Usaha Nubuwah adalah
suatu usaha atas hati manusia agar mau taat kepada seluruh perintah Allah.
Contohnya mengajak manusia mendirikan shalat, berpuasa, membayar dzakat, dan
naik Haji. Caranya dengan mengenalkan Allah kepada manusia yaitu melalui
dakwah. Dengan demikian, manusia akan mudah melakukan ketaatan kepada Allah.
Natijah dari Usaha Nubuwat ini adalah Ketaqwaan, Keimanan, dan Penghambaan yang
benar kepada Allah. Sehingga yang timbul adalah Suasana Amal, Persatuan
diantara umat islam, dan persaudaraan yang kuat, seperti di jaman Rasullullah
Saw.
Sekarang dimana-mana
ada keinginan umat islam untuk memiliki pemerintahan yang adil, yang
menjalankan syariat islam, inilah cita-cita dari umat. Tapi masalahnya
perjuangan kearah itu mereka tidak pahami, mereka menggunakan cara sendiri. Mereka
memilih orang-orang dengan mendirikan partai, memilih di Pemilu, dan sebagainya.
Mereka memilih orang-orang yang menurut pendapat mereka dan menurut pemikiran
mereka bisa adil dan bisa amanah. Ternyata dari pengalaman setelah terpilih
orang yang mereka anggap baik, taunya sama saja. Ini karena adanya pemerintah
yang adil bukan dengan cara seperti itu walaupun itu adalah salah satu cara
saja untuk mencapai tujuan yang diinginkan manusia.
Menurut Al Quran dan
Hadits, apabila umat ini taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala,
menjalankan agama secara sempurna, maka Allah akan turunkan rahmat diantaranya
Allah akan angkat pemerintahan yang adil. Jadi pemerintahan yang adil ini
adalah karunia dari Allah subhanahu wa ta’ala kepada masyarakat yang
taat kepada Allah. Namun jika masyarakat ini mungkar, tidak taat kepada Allah subhanahu
wa ta’ala, maka Allah akan turunkan adzab, berdasarkan Al Quran dan Hadits,
salah satu adzab itu adalah Allah akan angkat pemerintahan yang tidak adil,
yang dzalim dan yang khianat.
Kita ini mau berusaha
mendirikan pemerintah yang adil ditengah-tengah masyarakat yang tidak taat pada
Allah, yang mungkar, ini sama dengan melawan sunnatullah. Tidak mungkin terjadi
dan tidak pernah terjadi. Walaupun ada orang baik yang menjadi pemimpin tapi
kalau dakwah tidak ditegakkan dan ummat tetap dalam keadaan rusak, maka orang
yang baik yang terpilih menjadi pemimpin akan ikut jadi rusak juga. Ini karena
sudah menjadi ketetapan Allah subhanahu wa ta’ala kalau manusia tidak
taat, maka Allah akan menghukum, diantaranya dengan mengangkat pemerintahan
yang dzalim. Namun jika masyarakatnya taat kepada Allah sebagai rahmat dari
Allah, maka Allah akan angkat pemerintahan yang adil. Jadi karena kita tidak
paham kepada agama, perjuangan-perjuangan menuju arah situ, bukan pada arah
yang benar, tetapi berada pada arah yang salah.
Hari ini ada juga
yang ingin menegakkan yang Haq, dengan cara menghapuskan kebathilan yaitu
dengan cara diperangi, dibunuhin, tempat-tempat mereka dihancurkan. Ini
bukanlah yang dicontohkan oleh Nabi shallahu ‘alaihi wasallam dan para
sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Nabi shallahu ‘alaihi wasallam
diutus bukan untuk membunuh orang-orang penyembah berhala atau peminum arak.
Pada waktu itu oang-orang arab adalah para penyembah berhala dan peminum arak,
berbagai macam pelanggaran dan kemakiatan dilakukan mereka, tapi Nabi shallahu
‘alaihi wasallam tidak diperintahkan untuk membunuh mereka. Namun yang
dilakukan Nabi shallahu ‘alaihi wasallam adalah bermujahaddah berdakwah
mengajak mereka kepada Iman dan taat kepada Allah. Kemudian Allah memberikan
mereka Hidayah dan kepahaman agama. Sehingga yang tadinya penyembah berhala dan
peminum arak menjadi orang-orang yang taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Demikianlah apabila mata hati kita tidak terbuka untuk memahami agama sering
terjadi kesalah pahaman. Memang diantara perintah Allah dalam Al Quran salah
satunya adalah berperang dengan orang kafir. Namun timingnya harus
diperhatikan, karena kata ulama :
“Al
Qital qabla Dakwah kas shalah Qabla Wudhu”
Artinya : “Berperang
membunuh orang kafir tanpa dakwah seperti sholat tanpa wudhu”
Kalau kita shalat
tanpa wudhu tidak akan diterima. Walaupun tingginya nilai shalat tapi kalu
tanpa wudhu maka tidak akan diterima. Katakanlah Jihad berperang itu tinggi
nilainya disisi Allah tetapi kalau tidak ditegakkan dakwahnya, makanya tidak
akan diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Tidak ada Nabi yang diutus
oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk langsung membunuh orang kafir,
membunuh para ahli maksiat, tetapi di dakwah terlebih dulu.
Apa yang terjadi di
kita hari ini sebagai hukuman dari Allah kepada kita,dari Tsunami Aceh, Gempa
Padang, Gempa Cianjur, Gempa Jogya, Tanah Longsor, dan lain lain. Untuk
menghilangkannya, kita hari ini tidaklah menggunakan jalan yang benar. Kita
gunakan jalan kejahilan dengan ketidak pahaman sehingga sering tidak berhasil.
Sering kita dengar harga barang naik dimana-mana, apa yang dilakukan umat islam
? mereka berdemo tiap hari, supaya harga turun, sehingga timbulah keributan dan
kekacauan-kekacauan. Namun harga tetap tidak turun-turun. Jika kita pandang
semua ini dengan kacamata Iman, naiknya semua harga di dunia ini atau di suatu
negeri bukan kerja pemerintah tapi kerja Allah subhanahu wa ta’ala.
Semuanya diatur oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dari harga yang
penting-penting sampai yang kecil-kecil di pasar dari cabe, gula, garam,
semuanya atas izin dan ketentuan Allah subhanahu wa ta’ala.
Tidak ada harga yang
naik bukan dari ketentuan Allah subhanahu wa ta’ala, hakekatnya semuanya
atas ketentuan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Apa yang menyebabkn harga
naik ini karena nafsu manusia yang berlebihan sehingga melebihi stock yang
sehingga harga naik. Inilah lifestyle manusia yang hidup berlebihan dan boros,
sementara Allah meminta kita untuk hidup sederhana. Bisa juga harga pangan
naik, dikarenakan gagal panen yang disebabkan karena adanya gempa, kemarau yang
berkepanjangan, dan lain-lian. Jadi ini semua perubahannya ada ditangan Allah
pengaturannya. Namun Allah subhanahu wa ta’ala memberikan pelajaran
melalui Al Quran dan Hadits asbab-asbabnya.
Nasehat Agama :
“Setiap Keadaan yang
terjadi ini berubah-ubah menurut amal kita. Keadaan yang baik lahir dari amal
yg baik. Keadaan buruk lahir dari amal yang buruk. Jadi baik buruknya keadaan
tergantung dari amalan kita. Jangan sampai kita tertipu atau salah bergantung.
Hanya Allah yang bisa selain Allah tidak bisa apa-apa. Laa Haula walaa Quwwata
Illaa Billaah. Allah subhanahu wa ta’ala saja yang mampu memberikan manfaat dan
mudharat atas sesuatu. Mahluk tidak bisa memberikan manfaat ataupun mudharat
tanpa seizin Allah subhanahu wa ta’ala. Jagalah Allah maka Allah akan menjaga
kita”
Bagi Allah mudah saja
memberikan kebaikan kepada manusia jika amal-amal mereka baik. Seperti kisah
Nabi Musa ‘alaihis salam dengan Bani Israil sewaktu mereka tersesat di
lembah yang kering kerontang, tidak ada tempat atau bangunan untuk bernaung,
tidak ada makanan untuk dimakan, tidak ada air untuk diminum. Mereka 40 tahun
tersesat di lembah itu, tidak ada jalan keluar. Allah beri pertolongan kepada
Nabi Musa dan Bani Isaril karena perjalanan mereka dalam rangka menolong agama
Allah. Bagaimana Allah menolong mereka ? yaitu Allah perintahkan awan untuk
menaungi mereka dari sengatan sinar matahari. Selama 40 tahun awan Allah kirim
untuk menaungi Bani Israil, sehingga mereka terselamat dari sengatan matahari.
Walaupun mereka tidak
punya rumah, tidak punya tempat bernaung, tetapi karena mereka sibuk
memperjuangkan agama Allah, maka Allah selesaikan masalah mereka. Lalu
bagaimana dengan makanan, di Al Qur’an diceritakan bagaimana Allah
menyelesaikan masalah ini, yaitu Allah turunkan daripada langit makanan dari
surga, Manna dan Salwa. Bani Israil di supply oleh Allah selama 40 tahun
makanan turun dari langit, tanpa kerja, tidak ada pabrik, tidak ada pertanian,
tidak ada apa-apa. Makanan di supply oleh Allah dari langit selama 40 tahun,
bukan 1 atau 2 hari tetapi 40 tahun, untuk bani Israil tanpa mereka harus
mengerjakan apa-apa, karena mereka sibuk memperjuangkan agama Allah subhanahu
wa ta’ala.
Lalu bagaimana Allah
menyelesaikan masalah krisis air, kekurangan air minum, yaitu dengan
memerintahkan Musa ‘alaihis salam untuk memukulkan tongkatnya kepada
batu yang kering. Sehingga dari batu yang kering ini terpancarlah 12 mata air
keluar dari batu tersebut selama 40 tahun tidak berhenti mengeluarkan air.
Selama 40 tahun Bani Israil tidak pernah kekurangan air. Lalu datanglah krisis
pakaian, kekurangan pakaian dan tidak adanya bahan untuk membuat kain. Ini
karena pakaian hanya layak pakai untuk beberapa tahun saja setelah itu rusak.
Bagaimana Allah selesaikan masalah ini yaitu Allah buat baju yang mereka
kenakan awet, tidak rusak-rusak selama 40 tahun.
Lalu bagaimana dengan
bayi-bayi yang baru lahir, disini Allah subhanahu wa ta’ala buat semua
bayi yang lahir dari perut seorang ibu Bani Israil sudah terlahir dengan
mengenakan pakaian ketika keluar dari perut ibunya. Lalu bagaimana ketika bayi
itu beranjak besar, maka dengan kuasa Allah seiring dengan pertumbuhan badan
bayi maka bajupun membesar mengikuti pertumbuhan bayi tadi. Semua kebutuhan
pokok mereka selama 40 tahun terpenuhi sehingga mereka hidup dalam keteduhan,
makanan yang cukup, air yang tidak pernah kering, dan baju yang awet.
Kata ulama ini semua
sengaja Allah ceritakan kepada kita untuk diambil sebagai pelajaran, agar kita
jangan takut dengan masalah-masalah kecil seperti ini. Allah subhanahu wa
ta’ala akan selesaikan masalahnya, tidak ada asbabpun Allah mampu
selesaikan masalah manusia. Allah mampu menyelesaikan masalah manusia tanpa
asbab sebagaimana masalah Bani Israil dapat Allah selesaikan tanpa asbab. Di
lembah kering tidak ada apa-apapun Allah mampu selesaikan masalah Bani Israil,
tanpa asbab lagi, apalagi hanya masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia saat ini.
Dalam Suatu Hadist
Mahfum :
Apabila ummat ini
melakukan 3 dosa maka Allah akan datangkan 4 Adzab :
3 Dosa apa saja :
1.
Membangun gedung tinggi-tinggi
2.
Melaksanakan pesta pernikahan
mewah-mewah
3.
Membenci dan memusuhi ulama-ulama tidak
mau mendengarkan fatwa dan nasehat mereka
Maka akan datang 4
Adzab :
1.
Diangkatnya pemerintah yang dzalim
2.
Diangkat pejabat-pejabat yang khianat
3.
Dinaikkannya harga-harga barang
4.
Dicabut keberkahan daripada ummat.
Jadi kita tidak sadar
bahwa kondisi yang ada sekarang akibat dari dosa-dosa kita sendiri. Andaikata
kita tobat dari dosa tersebut maka dengan sendirinya segala keburukan ini akan
Allah perbaiki.
Banyak contoh-contoh
bahwa kita ini dalam kekeliruan, tidak memahami. Ada orang berpikir, bahwa
untuk menghidupkan islam maka kita harus paksakan syariat islam, dibentuk
syariat islam. Supaya Islam bisa berjalan harus dengan kekuasaan, dengan
pemerintahan, buat undang-undang, jalankan syariat islam, seperti kalau berzina
dirajam, yang mencuri dipotong tangan. Ini bukanlah cara yang dicontohkan Nabi shallahu
‘alaihi wasallam, karena harus ada kronologinya.
Ada suatu cerita
seorang presiden di Pakistan memanggil ulama-ulama. Presiden berkata kepada
para ulama, ini kekuasaan ada ditangan saya, silahkan ulama-ulama jalankan
syariat islam di pakistan. Kebanyakan Ulama di Pakistan menyetujuinya dan
segera akan menjalankannya. Namun ada ulama dari ahlul dakwah ini berkata kita
memperjuangkan agama ini harus ikut cara atau tertib Rasullullah shallahu
‘alaihi wasallam. Nabi shallahu ‘alaihi wasallam diutus bukan untuk
menghukum orang bersalah, bukan untuk merajam orang berzina atau memotong
tangan orang mencuri, tetapi membuat preventif agar mereka tidak mau berzina
ataupun mencuri yaitu dengan ditanamkan Iman.
Kalau kita meloncat
tanpa membuat usaha preventif bagaimana ummat ini jangan sampai berbuat salah,
langsung menghukum orang bersalah, maka akan terjadi fitnah. Sebagian besar
rakyat pakistan tangannya akan buntung semua, karena pencuri semua. Sebagian
besar pejabat-pejabat Pakistan ini adalah pejabat-pejabat yang korup. Apa kata
dunia nanti sebagian besar rakyat Pakistan setelah melaksanakan syariat islam,
tangannya buntung semua.
Demikian bahwa usaha
pertama dari para Nabi menuju kepada kesempurnaan islam ini adalah dengan
dakwah. Mereka bermujahaddah dalam usaha dakwah. Nanti akan Allah subhanahu
wa ta’ala berikan hidayah dan Allah akan bukakan mata hati kita, Allah
pahamkan agama kepada kita, sehingga kita ada kekuatan untuk melaksanakan
agama. Demikian juga para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in, diajak
Nabi shallahu ‘alaihi wasallam untuk bermujahaddah dalam dakwah. Asbab
dakwah ini, Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan syariat menurut
kronologi tergantung kekuatan iman atau setelah terbukanya mata hati para
Sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Mereka diajak oleh Nabi shallahu
‘alaihi wasallam bermujahaddah secara terus menerus sampai keimanan
terbentuk dalam diri sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in, sehingga ada
sahabat yang sudah shalat padahal perintah shalat belum turun.
Ini karena hatinya
sudah terbuka, menginginkan adanya perintah shalat. Sehingga waktu perintah shalat
turun, 100% para sahabat melaksanakan perintah shalat. Ini karena hatinya sudah
terbuka. Ada sahabat sebelum turun perintah meninggalkan minuman keras, mereka
sudah meninggalkan minuman keras. Sehingga waktu turun ayat meninggalkan
minuman keras, 100% sahabat segera tidak minum lagi, tanpa menghitung
untung-ruginya. Ada yang sedang minum tiba-tiba mendengar pengumuman, saat itu
langsung dibuang. Ada yang sudah masuk kemulutnya tapi mendengarkan pengumuman
tentang haramnya khamar langsung dimuntahkan lagi. Ada yang sahabat radhiyallahu
‘anhum ajma’in bisnis minuman keras, baru belanja besar-besaran, tapi
ketika mendengar pengumuman tentang haramnya minuman keras, langsung
dihancurkan, tanpa berpikir kerugian yang dia tanggung. Ini karena sudah ada
Nur Iman di hati mereka, sudah terbuka mata hati, sudah melihat yang Haq, bahwa
perintah Allah ini nilainya lebih dari segala-galanya.
Sekarang dengan
ketidak pahaman kita ini, bukannya kita menyelamatkan ummat dengan agama,
tetapi malah membawa kecelakaan pada ummat. Seorang ulama berkata, kalau ada
seorang perempuan membuka aurat padahal syariat Islam hukumnya harus menutup
aurat, maka si perempuan itu hukumnya si perempuan tadi fasik. Namun jika
dipaksakan hukum Islam dengan perundang-undangan, padahal mata hatinya belum
terbuka, saat mereka berdemo menentang daripada perundang-undangan yang isinya
adalah perintah Allah subhanahu wa ta’ala, maka dari fasik hukumnya
meningkat menjadi Kafir.
Ini karena menentang
hukum Allah ini adalah membawa seseorang derajatnya menjadi kafir. Selama
mereka tidak menjalankan hukum Allah karena lemah iman, tetapi tidak menentang,
maka hukumnya hanya fasik. Kita ingin membawa ummat kepada keselamatan, tetapi
karena tertib yang tidak benar, karena kita tidak paham, kita telah membawa ummat
kepada kecelakaan.
Sekarang kebanyakan
kita ini risaunya adalah orang-orang Islamnya, seperti orang Islam ada yang
dibunuh, diperkosa, diperangi, hak-haknya dirampas, kekurangan makan, miskin
keadaannya, pengungsi-pengungsi, ini boleh saja. Tetapi seharusnya yang lebih
penting lagi adalah risau atas Islamnya. Akibat Islamnya tidak dijaga, sehingga
Allah tidak menjaga ummat Islam. Ini karena Islam itu sendiri sudah diacuhkan
oleh orang Islam.
Kita lihat hari ini
orang Islam kebanyakan tidak shalat, masjid kosong. Shalat berjamaah di masjid
sudah tidak diacuhkan oleh ummat saat ini. Lalu sunnah-sunnah Rasullullah shallahu
‘alaihi wasallam sudah ditinggalkan oleh orang Islam, bahkan dianggap aneh
bagi yang mengamalkannya. Kehidupan orang Islam sudah seperti kehidupan orang Yahudi
dan Nasrani, tidak ada bedanya dengan cara-cara atau kehidupan orang kafir,
sulit dibedakan mana yang beriman dan mana yang kafir. Semua kehidupan sunnah
Nabi shallahu ‘alaihi wasallam sudah ditinggalkan oleh ummat Islam itu
sendiri. Tetapi begitu terjadi musibah, semua orang berpikir sama, “Apa dosa
saya ? Kenapa ini bisa terjadi, musibah seperti ini ? Kenapa Allah tidak tolong
kita ?”.
Ummat Islam diusir,
dibunuh, dijajah, diperkosa hak-haknya, tetapi fikirnya hanya diri mereka
sendiri saja (“Apa dosa saya ?”). Padahal jemaah-jemaah dakwah sudah datang
mengajak kepada sunnah, kembali kepada amal Nabi shallahu ‘alaihi wasallam,
amalkan Islam, taat pada perintah Allah subhanahu wa ta’ala. Walaupun
perkara-perkara ini sudah didengar berkali-kali, tetapi tetap saja sama tidak
ada peningkatan amal. Ditaskil, diminta untuk keluar di jalan Allah tidak mau,
maka itulah akibatnya, musibah banyak datang. Tetapi fikirnya “Apa dosa saya
?”. Islamnya sudah kita tinggalin, kita acuhkan, tetapi ketika musibah
tiba-tiba datang tidak terpikir amal-amal kita yang buruk, bahkan bertanya, “Kenapa
Allah tinggalkan kita ? kenapa Allah tidak tolong kita ?”
Bagaimana Abu Bakar radhiyallahu
‘anhu menyelesaikan masalah di masa awal kekhalifahannya ? Setelah Khalifah
baru diangkat 3 hari setelah Nabi shallahu ‘alaihi wasallam meninggal,
terdengar kabar bahwa :
1. Pasukan
Romawi di perbatasan sudah siap untuk menyerang
2. Nabi
Palsu dengan bala tentaranya 40.000 orang juga akan menyerang Madinah.
3. Orang
Munafiq mulai menentang kebijakan2 yang ada
4. Orang
yahudi mulai menghasut di dalam kota Madinah
5. Munculnya
banyak orang murtad sebanyak 100.000 orang (padahal ulama2 besar dan sahabat2
masih ada)
6. Orang
tidak mau membayar zakat
Menurut ulama beliau
menggunakan 2 prinsip :
1. Prinsip Taqwa :
“Saya tidak rela
agama berkurang di jaman kekhalifahan saya ini walaupun itu hanya seutas tali
yang mengikat di leher hewan qurban.”
Takwa ini maksudnya
adalah Sempurna Amal. Jadi atas dasar prinsip ini, Abu Bakar radhiyallahu
‘anhu tidak rela dijamannya agama ini berkurang sedikitpun walaupun itu
hanya seutas tali yang mengikat leher hewan korban. Fikirnya Abu Bakar radhiyallahu
‘anhu ini adalah bagaimana agama dapat sempurna diamalkan oleh umat islam
ketika itu. Inilah prinsip yang digunakan untuk menghadapi orang-orang Islam
yang tidak mau membayar zakat. Jadi mereka diancam akan diberantas jika mereka
tidak mau membayar zakat.
2. Prinsip Tawakkul :
“Keluarkan semua
laki-laki untuk pergi di jalan Allah. Nanti biar Allah yang menjaga Ummul
mukminin, keluarga nabi dan wanita-wanita di Madinah.”
Abu Bakar radhiyallahu
‘anhum ajma’in rela melihat keluarga Nabi dalam bahaya, dibanding harus
melihat agama dalam bahaya. Jadi bagi Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu,
derajat Agama ini lebih utama dibanding keluarga Nabi shallahu ‘alaihi
wasallam dan ummat Islam itu sendiri. Agama lebih penting untuk
diselamatkan dibandingkan ummat itu sendiri. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu,
mengirimkan semua laki-laki keluar dijalan Allah dan berserah diri kepada Allah
subhanahu wa ta’ala atas keadaan di Madinah inilah Tawakkalnya Abu Bakar
radhiyallahu ‘anhu. Prinsip ini yang digunakan untuk menghadapi orang
murtad, nabi palsu, dan musuh islam yang mau menyerang madinah dari luar.
Ini sesuai dengan
dengan hadits ketika Jibril ‘alaihis salam berbicara dengan Nabi shallahu
‘alaihi wasallam, “Mulia mana antara aku dan engkau (Nabi shallahu
‘alaihi wasallam).” Nabi shallahu ‘alaihi wasallam jawab,”Mulia
aku wahai jibril, karena engkau diutus untuk aku.” Lalu Jibril bertanya,”Mulia
mana antara engkau dan islam ?” Nabi shallahu ‘alaihi wasallam menjawab,
“Mulia Islam karena aku diutus untuk Islam.”
Disinilah terdapat 2
perbedaan pemikiran dan menyangkut kepada masalah keimanan. Dimana Abu Bakar radhiyallahu
‘anhu yakin jika semua pergi di jalan Allah mendakwahkan agama Allah, maka
nanti Allah subhanahu wa ta’ala akan selesaikan semua masalah : orang
murtad, nabi palsu, yang tidak mau bayar zakat, dan pasukan romawi yang sudah
siap menyerang. Hanya dalam waktu tempo 30 hari saja setelah semua pergi di
jalan Allah akhirnya masalah terselesaikan : Madinah tetap aman, 100.000 orang
murtad masuk Islam lagi, orang membayar zakat lagi, Nabi palsu dapat ditumpas,
dan Pasukan romawi mundur. Jadi siapa yang menyelesaikan masalah ? Allah.
Dari Abu Said Al
Khudri, Nabi shallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Barangsiapa melihat
suatu kemungkaran maka hendaklah cegah dengan tangannya. Jika tidak mampu
cegahlah dengan lidahnya. Jika tidak mampu hendaklah dia merasa benci dalam
hatinya dan ini adalah selemah-lemahnya Iman.” (HR Muslim)
Berdasarkan Hadits
ini dapat kita tarik suatu rumusan amalan yang bisa membawa kepada perubahan :
1.
Dengan tangannya –> Amal
2.
Dengan Lidah –> Dakwah
3.
Dengan Hati –> Fikir dan Niat
(selemah-lemahnya Iman)
Seperti yang kita
ketahui bahwa Pemilu sudah selesai. Ada pelajaran yang menarik yang bisa kita
ambil dari pemilu ini. Dari pemilu ini dapat kita lihat kondisi ummat saat ini.
Ummat saat ini sudah terbawa dengan pola pikir musuh-musuh Allah yaitu
menyelesaikan masalah dengan demokrasi bukan merujuk pada Al Quran dan Al
Hadits sebagai panduan hidup kita. Kelemahan dari cara berdemokrasi hari ini
bahwa suara rakyat adalah suara tuhan. Maka pemenang Pemilu mempunyai kekuasaan
yang sangat tinggi dalam membuat undang-undang (partai pemenang pemilu) dan
kekuasaan menentukan arah kebijakan kehidupan manusia selama 5 tahun kedepan.
Resikonya adalah para wakil rakyat dan presiden terpilih mempunyai kemampuan
untuk bekerja sama membuat suatu undang-undang yang bisa bertentangan dengan
hukum-hukum Allah.
Padahal Rasullullah shallahu
‘alaihi wasallam pernah mengatakan kepada salah seorang sahabat ketika
belum memeluk Islam bahwa dia dari golongan Yahudi dan Nasrani suka menyembah
pendeta-pendeta mereka. Sahabat tersebut membantahnya karena dia sebelum
memeluk islam merasa tidak pernah menyembah pendeta-pendeta mereka seperti
Tuhan. Lalu Nabi shallahu ‘alaihi wasallam katakan bukankan
pendeta-pendeta kalian menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan
mengharamkan apa yang sudah dihalalkan oleh Allah, lalu kamu mengikutinya.
Tindakan seperti itu adalah menyamakan diri mereka seperti tuhan, dan kalian
mengikutinya seperti menyembah kepada mereka. Inilah resiko yang kita hadapi
dengan demokrasi. Bukan saja kita telah memberikan kekuasaan yang sangat besar
kepada wakil rakyat dan presiden terpilih kekuasaan untuk membuat peraturan
yang bisa bertentangan dengan hukum Allah, sedangkan kita harus mengikuti.
Hari ini secara
dzohiriah kerusakan yang disebabkan oleh tangan-tangan manusia sudah terjadi
dimana-mana seperti penebangan penggundulan hutan, polusi, narkotika,
perdagangan manusia, korupsi, dan lain-lain. Hari ini ummat sudah meninggalkan
perintah-perintah Allah, bahkan berani membuat peraturan yang membatasi
perintah Allah untuk dijalankan. Mereka berani membuat undang-undang yang
bertentangan dengan perintah Allah. Bagaimana musibah tidak turun dimana-mana
jika kondisi kita masih tetap seperti ini? Bagaimana pemimpin terpilih
menyelesaikan dan memberikan solusi kepada bangsa kita? Mampukah mereka membawa
ummat ini kepada ketaatan dan menghindari bala dari langit? Inilah konsekwensi
dari demokrasi hari ini mereka yang dipilih oleh rakyat belum tentu disetujui
oleh langit. wallahu a’lam bishawab.
Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman :
ظَهَرَ الْفَسَادُ
فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ
الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ﴿٤١﴾
“Telah nampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari perbuatan mereka, agar
mereka kembali.”
(30:14)
Sebagai bahan
perenungan mari kita resapi peringatan dari Nabi shallahu ‘alaihi wasallam
dalam Mahfum Hadits, Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata mendengar
Nabi shallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“ Hai Manusia, Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman kepada kalian : “Serulah (dakwahlah) kepada manusia untuk
berbuat kebaikan dan cegahlah mereka dari perbuatan mungkar”, sebelum datang
kepada kalian (akibatnya) dimana kalian berdo’a kepadaKu tetapi Aku tidak akan
menerima do’a kalian, kalian meminta kepadaKu tetapi Aku tidak akan memenuhi
permintaan kalian, kalian memohon pertolongan kepadaKu tetapi Aku tidak akan
menolong kalian.”
(At Targhib)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar