Burung Hud hud
Al-Quran
adalah kitab dakwah wa tarbiyah. Kitab yang mengandung berbagai kisah untuk
dijadikan ‘ibrah dalam perjalanan manusia yang panjang. Banyak kisah
ditampilkan di dalam Al Quran memiliki pengajaran yang relevan sepanjang zaman
dengan kehidupan sosial kita. Al Quran telah menampilkan sejumlah tokoh-tokoh
tauladan dan tokoh-tokoh pengajaran agar dijadikan renungan. Ada kisah pembela
kebenaran yang terdiri dari Para Nabi, Rasul dan orang-orang yang shaleh, ada
juga tokoh pelopor kezaliman seperti Firaun, Tsamud, 'Ad, dan Abrahah. Selain
dari tokoh-tokoh dari bangsa manusia, ada juga kisah yang menampilkan pelajaran
dari bangsa hewan.
Kisah
Nabi Sulaiman ‘alaihi salam dan burung hud-hud
merupakan salah satu contoh kisah pengajaran yang terkandung di dalam Al Quran.
Kisah ini terdapat di dalam surah An Naml ayat 20 hingga 44 supaya ia menjadi
pengajaran kepada manusia, kisah mengenai sebuah kerajaan yang tidak akan
dimiliki oleh seseorangpun setelah kewafatan Nabi Allah Sulaiman ‘alaihi salam, karena beliau telah berdoa.
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا
لَّا يَنبَغِي لِأَحَدٍ مِّن بَعْدِي ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ ﴿٣٥﴾
"Ia berkata: "Ya Tuhanku,
ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh
seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi."
(QS. Shad : 35)
Allah subhanahu
wa ta’ala mengabulkan doa Nabi Sulaiman ‘alaihi salam
dan kemudian mengaruniakan kepada Nabi Sulaiman sebuah kerajaan yang
sangat unik. Nabi Sulaiman ‘alaihi salam bukan
saja berkuasa ke atas manusia, tetapi juga kepada burung-burung, hewan dan bangsa
jin.
Setelah Nabi
Sulaiman ‘alaihi salam membangunkan Baitul Maqdis
dan melakukan ibadah haji sesuai dengan nadzarnya pergilah ia meneruskan
perjalannya ke Yaman. Setibanya di San'a - ibu kota Yaman, ia memanggil burung
hud-hud sejenis burung pelatuk untuk disuruh mencari sumber air di tempat yang
kering tandus itu.
Kisah
ini sangat menarik karena mengisahkan “Sang Burung” yang melakukan kerja
dakwah.
وَتَفَقَّدَ
الطَّيْرَ فَقَالَ مَا لِيَ لَا أَرَى الْهُدْهُدَ أَمْ كَانَ مِنَ
الْغَائِبِينَ ﴿٢٠﴾
“Dan dia
memeriksa burung-burung lalu berkata: `Mengapa aku tidak melihat hud-hud,
apakah dia termasuk yang tidak hadir.” (QS. An Naml
: 20)
Ternyata
bahwa burung hud-hud yang dipanggilnya itu tidak berada diantara kawasan
burung yang selalu berada di tempat untuk melakukan tugas dan perintah Nabi
Sulaiman. Nabi Sulaiman ‘alaihi salam marah dan
mengancam akan mengajar burung Hud-hud yang tidak hadir itu bila ia datang
tanpa alasan dan uzur yang nyata.
Ada juga yang menerangkan bahwa
pada suatu hari Nabi Sulaiman ‘alaihi salam memeriksa barisan
tentaranya, termasuk di dalamnya tentara burung, tetapi ia tidak melihat burung
Hud-hud. Dengan nada marah dan heran beliau berkata. "Mengapa aku tidak
melihat burung Hud-hud!
Seolah Nabi Sulaiman ‘alaihi
salam berkata, “Apakah aku tidak melihatnya ataukah burung hud-hud itu
sendiri yang telah pergi tanpa minta izin kepadaku lebih dahulu?” Perbuatan
itu adalah perbuatan yang tidak pernah terjadi sebelumnya, sehingga dari ayat
ini dipahami sebagai berikut:
1. Nabi Sulaiman ‘alaihi
salam mempunyai tentara, dan di antaranya terdapat sejenis burung yang
bernama burung hud-hud. Burung hud-hud termasuk jenis burung pemakan serangga,
yaitu sejenis burung pelatuk. Ia mempunyai paruh yang panjang, berjambul di
kepalanya, berekor panjang dan berbulu indah beraneka warna. Ia hidup dengan
membuat sarang atau lubang pada pohon-pohon kayu yang telah mati. Ia termasuk spesies:
hud-hud/belatuk dan nama latin : Upupa epops
2. Nabi Sulaiman ‘alaihi
salam selalu memeriksa tentaranya itu, karena itu ia mengetahui tentaranya
yang hadir dan yang tidak hadir waktu pemeriksaan itu.
3. Setiap tentaranya bepergian
atau melakukan sesuatu pekerjaan hendaklah mendapat izin dari padanya terlebih
dahulu. Jika ada yang melanggar ketentuan ini akan mendapat hukuman dari Nabi Sulaiman
‘alaihi salam.
4. Tentara Nabi Sulaiman ‘alaihi
salam itu mengikuti segala perintahnya dengan patuh dan tidak pernah ada
yang mengingkarinya. Karena itu Nabi Sulaiman ‘alaihi salam merasa heran
dan tercengang atas kepergian burung hud-hud tanpa pamit. Tidak pernah terjadi
kejadian seperti yang demikian itu sebelumnya. Karena itu ia mengancam burung hud-hud
dengan hukuman yang berat seandainya nanti burung itu kembali tanpa
mengemukakan alasan-alasan yang dapat diterima.
Nabi Sulaiman ‘alaihi salam berkata
;
لَأُعَذِّبَنَّهُ
عَذَابًا شَدِيدًا أَوْ لَأَذْبَحَنَّهُ أَوْ لَيَأْتِيَنِّي بِسُلْطَانٍ مُّبِينٍ
﴿٢١﴾
“Sungguh aku
benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar
menyembelihnya atau benar-benar dia datang
kepadaku dengan alasan yang terang.” (QS. An Naml : 21)
Ayat ini menerangkan ancaman
Nabi Sulaiman ‘alaihi salam kepada burung hud-hud yang pergi tanpa
pamit, waktu ia memeriksa tentaranya, ia berkata: "Seandainya burung hud-hud
kembali nanti, tanpa mengemukakan alasan yang kuat atas kepergiannya dengan
tidak minta izin itu, maka aku akan menyiksanya dengan mencabut bulu-bulunya,
sehingga ia tidak dapat terbang lagi atau akan kusembelih. Salah satu dari dua
hukuman itu akan aku laksanakan terhadapnya, agar dapat menjadi pengajaran bagi
yang lain yang bertindak seperti burung hud-hud itu".
Dari ayat ini dipahamkan bahwa
jika burung hud-hud itu dapat mengemukakan alasan-alasan kepergiannya tanpa
pamit itu dan alasan-alasan itu dapat diyakini kebenarannya, maka Nabi Sulaiman
‘alaihi salam tidak akan melaksanakan hukuman yang telah diancamkan itu.
Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata :
فَمَكَثَ
غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِن سَبَإٍ
بِنَبَإٍ يَقِينٍ ﴿٢٢﴾
”Maka tidak
lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu
yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu
berita penting yang diyakini.”
(QS. An Naml : 22)
Selang tidak beberapa lama,
setelah mengeluarkan ancaman hukum mati untuk burung hud-hud, burung itupun
kembali dan Nabi Sulaiman pun menanyakan sebab-sebab kepergian burung hud-hud
yang tanpa pamit itu.
Burung hud-hud itu menerangkan
alasan kepergiannya, bahwa Ia telah pergi dan terbang mengarungi daerah yang
jauh dan telah sampai kepada suatu negeri yang bernama Saba'. Ia telah
mengetahui hal ihwal negeri itu yang Nabi Sulaiman sendiri belum mengetahuinya.
Berita yang dibawanya itu adalah suatu berita penting serta dapat diyakini
kebenarannya.
Burung hud hud berkata, “Aku melihat seorang
ratu itu duduk di atas sebuah tahta yang megah bertaburkan permata yang berkilauan.
Aku melihat ratu dan rakyatnya tidak mengenal Tuhan Pencipta alam semesta yang
telah mengurniakan mereka kenikmatan dan kebahagian hidup. Mereka tidak
menyembah dan sujud kepada-Nya, tetapi kepada matahari. Mereka bersujud
kepadanya dikala terbit dan terbenam. Mereka telah disesatkan oleh syaitan
laknatullah dari jalan yang lurus dan benar."
Burung Hud-hud telah
menyampaikan berita penting itu kepada Nabi Sulaiman ‘alaihi salam
sedemikian rupa, dengan kata-kata yang manis lagi hormat, enak didengar
telinga, disertai dengan alasan-alasan yang kuat pula. Sehingga kemarahan Nabi Sulaiman
‘alaihi salam kepada burung hud-hud itu berangsur-angsur mencair dan
meleleh, sehingga akhirnya menjadi hilang sama sekali. Bahkan dengan keterangan
itu Nabi Sulaiman ‘alaihi salam telah mendapat sesuatu yang berharga,
sehingga hukuman yang pernah diancamkannya itu tidak pernah dilaksanakannya.
Kesanggupan burung hud-hud
bepergian sejauh itu dan menyampaikan berita penting kepada Nabi Sulaiman ‘alaihi
salam itu adalah suatu perwujudan kekuasaan Allah dan ilham yang telah
ditanamkan Nya ke dalam hati dan pikiran burung hud-hud itu. Ia telah sanggup
pergi dan terbang mengarungi daerah yang terletak antara negeri Palestina dan
Yaman sekarang, suatu jarak yang cukup jauh, mengarungi daerah padang pasir
yang sangat panas. Dan ia telah sanggup pula mengetahui dan mengerti keadaan
negeri Saba dan dihubungkan pula dengan tugas Nabi Sulaiman ‘alaihi salam
yang bertugas sebagai seorang kepala negara dan sebagai seorang Rasul Allah. Ia
telah sanggup pula menyampaikan berita itu kepada Nabi Sulaiman dan memberikan
kepadanya suatu pengertian yang baik pula, sehingga Nabi Sulaiman ‘alaihi
salam langsung menanggapi berita yang dibawa burung hud-hud itu.
Nabi Sulaiman ‘alaihi salam
adalah seorang Nabi dan Rasul, ia juga seorang raja yang bijaksana, yang
mempunyai kekuasaan dan kekayaan yang banyak. Ia mempunyai pengetahuan yang
banyak di samping pengetahuan-pengetahuan yang lain yang mungkin hanya
kepadanya saja diberikan Allah. Sedang burung hud-hud hanyalah seekor burung
yang tidak mempunyai arti sama sekali, bila dibanding dengan apa yang ada dan
dimiliki oleh Nabi Sulaiman ‘alaihi salam. Sekalipun demikian ada
pengetahuan burung hud-hud yang belum diketahui oleh Nabi Sulaiman ‘alaihi
salam dalam melaksanakan tugasnya sebagai raja, terutama pula dalam
melaksanakan tugas-tugasnya sebagai seorang Nabi dan Rasul Allah. Dalam
menghadapi burung hud-hud, baik burung itu dalam keadaan bersalah karena telah
pergi tanpa pamit, maupun burung itu sebagai sumber dan pembawa berita penting.
Nabi Sulaiman telah bersikap dengan sikap wajar, sebagai seorang hamba Allah.
Kisah Nabi Sulaiman ‘alaihi
salam dan burung hud-hud ini, hendaknya menjadi tamsil dan ibarat bagi
manusia, terutama bagi orang-orang yang telah mengaku dirinya beriman kepada
Allah. Janganlah hendaknya seseorang merasa sombong dan takabur, karena
pengetahuan, kekuasaan dan kekayaan yang telah diberikan Allah kepada mereka.
Yang diberikan itu walau berapapun banyaknya menurut dugaan seseorang, namun yang
diperoleh itu hanyalah sedikit sekali bila dibanding dengan pengetahuan,
kekuasaan dan kekayaan yang ada pada Nya. Karena itu jangan sekali-kali
menganggap rendah, enteng dan hina sesuatu atau seseorang. Bolehjadi Allah subhanahu
wa ta’ala telah memberikan kepada sesuatu yang dianggap hina dan rendah
itu, sesuatu yang tidak dipunyai oleh orang lain, yang ada pada suatu saat akan
diperlukan untuk sesuatu keperluan dan kepentingan yang amat besar, sebagaimana
yang telah dianugerahkan Nya kepada burung Hud-hud. Allah subhanahu wa
ta’ala Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan memuliakan manusia. Karena itu
hendaklah manusia hidup berkasih-kasihan, tolong-menolong dan saling
menghormati antara sesama manusia. Tirulah sikap Nabi Sulaiman ‘alaihi salam
kepada burung hud-hud, dia selalu mengasihi dan menghormatinya.
Kemudian burung hud hud berkata
lagi :
إِنِّي
وَجَدتُّ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِن كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ
عَظِيمٌ ﴿٢٣﴾
“Sesungguhnya
aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala
sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.”
(QS. An Naml : 23)
Ayat ini menerangkan bahwa
burung hud-hud menyampaikan kepada Nabi Sulaiman alaihi salam,
pengetahuan-pengetahuan dan pengalaman-pengalaman yang diperolehnya lama dalam
perjalanan. Ia telah menemukan suatu negeri yang benar besar dan kaya raya yang
diperintah oleh seseorang ratu yang cantik, yang mempunyai singgasana yang
besar lagi indah.
Dalam ayat ini dipahami bahwa
tiga hal mengenai negeri Saba' yang disampaikan oleh burung hud-hud kepada Nabi
Sulaiman alaihi salam :
1. Negeri Saba' itu diperintah
oleh ratu cantik, yang memerintah negerinya dengan baik dan bijaksana.
2. Ratu itu memerintah dengan
perlengkapan yang cukup, yaitu segala sesuatu yang diperlukan dalam
pemerintahan, seperti harta dan kekayaan, tentara yang kuat dan sebagainya.
3. Ratu mempunyai singgasana
yang indah lagi besar, yang menunjukkan kebesaran dan pengaruh kekuasaannya,
baik terhadap rakyat maupun terhadap negeri-negeri yang berada di sekitarnya.
Menurut sejarah, Saba' adalah
ibu kota kerajaan Saba' atau Sabaiyah. Kerajaan Saba' atau Sabaiyah ini
didirikan oleh Saba' Yasyjub bin Ya'rub bin Qahtan yang menjadi cikal bakal
penduduk Yaman tahun kurang lebih 955 Sebelum Masehi di Yaman. Nama kota Saba'
terambil dari nama Saba' bin Yasyjub itu, begitu juga nama kerajaan Saba' atau
Sabaiyah itu. Kota Saba' kemudian dikenal dengan nama "Ma`rib ",
letaknya kurang lebih 96 Km sebelah laut timur San'a' yang sekarang.
Kaum Saba' itu termasyhur di
dalam sejarah sebagai orang-orang yang bergerak dalam bidang perniagaan.
Jalan-jalan perniagaan laut dan darat bertemu di negeri Yaman itu. Barang
perniagaan itu dibawa dari timur jauh (Indonesia, Malaya, India, dan Cina) ke
benua Barat dengan melai Persia, Yaman, Suriah, dan Mesir, dari Suriah dan
Mesir diteruskan ke Eropa. Dengan demikian daerah Yaman merupakah sebuah mata
rantai dari daerah rantai perniagaan yang menghubungkan benua timur dengan
benua barat. Kaum Saba' memegang peranan yang besar dalam melancarkan
perniagaan antara benua Timur dan benua barat itu. Negeri Yaman mempunyai
armada laut dan kafilah-kafilah darat untuk mengangkut perniagaan itu, sedang
kota Ma'rib di waktu itu merupakan suatu kota internasional. Barang-barang yang
diperniagakan ialah hasil bumi dan barang-barang kerajaan Timur Jauh itu,
ditambah dengan hasil bumi negeri Yaman yang melimpah ruah, karena memang
daerah Yaman adalah-daerah yang amat makmur. Di waktu kembali dari Eropah,
Mesir dan Suriah saudagar-saudagar itu membawa tekstil ke Timur.
Kemakmuran negeri Yaman
disebabkan adanya bendungan-bendungan air yang dibangun oleh raja-raja Sabaiyah
itu. Di antaranya sebuah bendungan raksasa di kota Ma'rib yang dikenal dengan
bendungan Ma'rib. Dengan adanya bendungan Ma'rib ini kaum Saba' dapat
mengadakan irigasi yang teratur, yang menyebabkan daerah Yaman menjadi subur,
dan mengeluarkan hasil yang melimpah sehingga Alquran sendiri menyebutkan bahwa
kesuburan negeri Yaman itu adalah salah satu dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan.
Adapun wanita atau raja yang
memerintah kaum Saba' yang disebutkan dalam ayat itu dikenal dengan nama
"Balqis" yang masa pemerintahannya adalah semasa dengan pemerintahan
Nabi Sulaiman ‘alaihi salam. Ia adalah putri dari Syurahil yang juga
berasal dari keturunan Ya'rub bin Qahtan. Sekalipun Balqis adalah seorang
wanita, namun ia sanggup membawa rakyat Saba' kepada kemakmuran dan
ketenteraman. Ia adalah seorang yang dicintai oleh rakyatnya. Dalam sejarah
dikenal dengan sebutan "Malikatus Saba'" (Ratu Saba': The Queen of
Sheba).
Kerajaan Saba' ini lama juga
hidupnya, kemudian oleh karena mereka berpaling dari seruan Tuhan dan
mendustakan para Rasul dan tidak mensyukuri nikmat Allah, bahkan tenggelam
dalam segala macam kenikmatan dan kemewahan hidup, maka Tuhan menghancurkan
mereka dengan air bah yang amat besar. Air ini ditimbulkan dengan runtuhnya
Saddu Ma'rib bendungan raksasa yang tadinya menjadi sumber kemakmuran negeri
mereka. Dengan runtuhnya bendungan Ma'rib ini dan terjadinya air bah yang amat
besar itu maka hancurlah kota Ma'rib, dan robohlah kerajaan Sabaiyah itu'.
(Lihat Q.S. Saba: 15-17)
Burung hud hud berkata lagi :
وَجَدتُّهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِن دُونِ
اللَّـهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ
السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ ﴿٢٤﴾
“Aku mendapati
dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan
mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari
jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk.”
(QS. An Naml : 24)
Burung hud-hud menerangkan
kepada Nabi Sulaiman ‘alaihi salam agama yang dianut oleh kaum Saba'.
Dalam penyampaian berita itu nampak burung hud-hud telah menanggapi agama dan
perbuatan-perbuatan penduduk negeri Saba' itu, dan diperbandingkannya dengan
kepercayaan dan agama yang diyakini sebagai agama yang benar.
Hud-hud mengatakan: "Bahwa
dia mendapati raja putri itu bersama kaumnya menyembah matahari sebagai Tuhan,
dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan maksiat yang bertentangan dengan agama yang
benar. Mereka meIakukan yang demikian itu adalah karena syaitan telah berhasil
memperdayakan mereka. Setan telah menjadikan baik dan indah menurut pikiran dan
pandangan mereka perbuatan buruk yang dilarang Allah mengerjakannya. Mereka
tidak lagi mengikuti ajaran-ajaran dan agama yang dibawa para Rasul dahulu.
Mereka tidak lagi sujud kepada Allah, tetapi mereka sujud kepada matahari,
karena itu mereka tidak mendapat petunjuk.’
أَلَّا
يَسْجُدُوا لِلَّـهِ الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا تُعْلِنُونَ ﴿٢٥﴾
“agar mereka
tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di
bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.”
(QS. An Naml : 25)
Syaitan telah dapat memalingkan
mereka, sehingga hilanglah keyakinan dan kepercayaan akan kekuasaan dan keesaan
Allah. Hilanglah dari pikiran mereka bahwa hanya Allah saja yang berhak
disembah. Mereka tidak lagi mempercayai bahwa Allah mengetahui segala yang
tersembunyi di langit dan di bumi, dan bahwa Dialah Allah yang melahirkan dan
menimbulkan segala sesuatu, seperti tumbuh-tumbuhan, barang-barang logam yang
tersembunyi di dalam bumi dan di dalam laut.
اللَّـهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ
الْعَظِيمِ ۩ ﴿٢٦﴾
“Allah, tiada
Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai Arsy yang besar.”
(QS. An Naml : 26)
Selanjutnya hud-hud mengatakan
bahwa, sebenarnya Allah lah yang berhak disembah. Dialah yang mempunyai `Arasy
yang besar, mempunyai kekuasaan yang mutlak, tak ada sesuatupun yang dapat
mengatasinya.
Nabi Sulaiman ‘alaihi salam
heran dan tercengang mendengar keterangan dan tanggapan burung hud-hud itu.
Kenapa burung itu sanggup dalam waktu yang singkat mengetahui keadaan negeri
Saba', tata cara pemerintahannya, kekayaan dan pengaruhnya, dan mengetahui pula
agama yang mereka anut. Burung hud-hud juga tahu dan meyakini kekuasaan dan
keesaan Allah, mengikuti bahwa Tuhan yang berhak disembah hanyalah Allah semata,
tidak ada yang lain. Menyembah matahari adalah kepercayaan yang batil, dan
mengakui pula macam perbuatan yang baik menurut agama dan perbuatan yang tidak
baik. Dari ayat ini dipahami bahwa berdasar pengetahuan dan pengalamannya di
negeri Saba' itu, seakan-akan burung hud-hud itu menganjurkan kepada Nabi
Sulaiman ‘alaihi salam agar beliau segera menyeru ratu Balqis dan
rakyatnya untuk beriman kepada Allah dan mengikuti seruan Nabi Sulaiman ‘alaihi
salam.
قَالَ سَنَنظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ ﴿٢٧﴾
“Berkata
Sulaiman: `Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang
yang berdusta.” (QS. An Naml : 27)
Mendengar keterangan burung hud-hud
yang jelas dan meyakinkan itu, maka Nabi Sulaiman ‘alaihi salam
menangguhkan hukumannya yang telah dinyatakan itu, dan mengatakan kepada burung
hud-hud: "Hai burung hud-hud, kami telah mendengar semua
keterangan-keteranganmu dan memperhatikannya. Dalam pada itu kami tetap akan
menguji kamu, apakah keterangan yang kamu berian itu adalah benar atau
dusta?".
اذْهَب
بِّكِتَابِي هَـٰذَا فَأَلْقِهْ إِلَيْهِمْ ثُمَّ تَوَلَّ عَنْهُمْ فَانظُرْ
مَاذَا يَرْجِعُونَ ﴿٢٨﴾
“Pergilah
dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, lalu perhatikanlah
apa yang mereka bicarakan.” (QS. An Naml :
28)
Untuk menguji kebenaran burung
Hud-hud itu Nabi Sulaiman ‘alaihi salam memerintahkan agar burung hud-hud
itu menyampaikan suratnya kepada ratu Balqis itu, serta memperhatikan bagaimana
reaksi dan sikap ratu Balqis membaca surat yang dibawanya itu.
Hud-hud pun membawa surat Nabi
Sulaiman ‘alaihi salam itu. Setelah ia melemparkan surat itu kepada ratu
Balqis, lalu ia bersembunyi dan memperhatikan sikapnya terhadap isi surat itu,
sesuai dengan yang diperintahkan Sulaiman ‘alaihi salam.
قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ إِنِّي أُلْقِيَ إِلَيَّ
كِتَابٌ كَرِيمٌ ﴿٢٩﴾
“Berkata ia (Balqis):
`Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat
yang mulia.” (QS. An Naml : 29)
Setelah ratu Balqis membawa
surat Nabi Sulaiman ‘alaihi salam yang dicampakkan burung hud-hud itu,
iapun mengumpulkan pemuka-pemuka kaumnya dan mengadakan persidangan. Dalam
persidangan itu ratu Balqis menyampaikan isi surat tersebut dan meminta
pertimbangan kepada yang hadir: "Wahai pemimpin kaumku, bahwasanya aku
telah menerima surat yang mulia yang dikirimkan oleh seseorang yang mulia
pula."
Dalam ayat ini diterangkan
bahwa ratu Balqis merundingkan dan memusyawarahkan isi surat Nabi Sulaiman ‘alaihi
salam dengan pemuka-pemuka kaumnya. Sekalipun yang melakukan
permusyawaratan itu adalah ratu Balqis dan pemuka-pemuka kaumnya yang belum
beriman, tetapi tindakan ratu Balqis itu disebut Allah dalam firman Nya. Ratu
ini menunjukkan bahwa prinsip musyawarah itu adalah prinsip yang diajarkan
Allah kepada manusia dalam menghadapi persoalan-persoalan yang mereka alami
dalam kehidupan mereka. Karena itu siapapun yang melakukannya, maka tindakan
itu adalah tindakan yang dipuji Allah.
Dalam ayat ini disebutkan bahwa
surat Nabi Sulaiman ‘alaihi salam yang dikirimkan kepada ratu Balqis itu
disebut "Kitabun karim" (surat yang berharga). Biasanya
perkataan "karim" itu digandengkan dengan perkataan
"Alquran", atau perkataan-perkataan yang lain berarti Alquran seperti
"Alquranul karim". Hal ini menunjukkan bahwa surat Nabi
Sulaiman ‘alaihi salam itu adalah surat yang mulia dan berharga karena:
1. Surah itu ditulis dalam
bahasa yang baik, dan pakai stempel.
2. Surah itu berasal dari Nabi Sulaiman
‘alaihi salam, sebagai seorang raja dan sebagai seorang Nabi.
3. Dimulai dengan "Bismillahir
Rahmanir Rahim".
Menurut suatu riwayat: Surah Nabi
Sulaiman ‘alaihi salam ini adalah surat yang pertama kali dimulai dengan
"Bismillahirrahmiirrahim".
Cara membuat surat seperti cara
yang dilakukan Nabi Sulaiman ‘alaihi salam ini adalah cara yang baik
dicontoh oleh setiap kaum Muslimin pada setiap mereka membuat surat, yaitu
memulainya dengan "Bismillahirrahmanirrahim".
Dalam surat itu ada beberapa
hari yang merupakan keistimewaan surat Nabi Sulaiman itu, di antaranya ialah:
1. Surah itu dapat disampaikan
burung hud-hud dalam waktu yang singkat kepada ratu Balqis.
2. Kesanggupan burung hud-hud
menerima pesan menangkap pembicaraan dalam perundingan ratu Balqis dengan
pembesar-pembesarnya.
3. Surah itu dapat pula
dimengerti dan dipahami oleh penduduk negeri Saba'.
4. Para utusan pemuka kaum
Balqis dapat menyatakan pendapat mereka dengan bebas, tidak ada sesuatupun yang
menghalangi mereka mengemukakan pendapat masing-masing sehingga hasil
perundingan itu adalah hasil yang sesuai dengan pikiran dan pendapat rakyat
negeri Saba'.
إِنَّهُ مِن سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ
الرَّحِيمِ ﴿٣٠﴾
“Sesungguhnya
surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya:` Dengan menyebut nama
Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
(QS. An Naml : 30)
أَلَّا
تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ ﴿٣١﴾
“Janganlah
kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai
orang-orang yang berserah diri .” (QS. An Naml :
31)
Ayat ini menerangkan isi surat
Nabi Sulaiman ‘alaihi salam kepada ratu Balqis, yaitu agar ratu Balqis
dan kaumnya, jangan bersikap sombong dan angkuh. Dan Sulaiman mengharapkan
kepada mereka agar mereka datang kepadanya dalam keadaan tunduk dan menyerah
diri kepada Allah dan asma Nya telah dijadikan pembuka kata dalam suratnya.
Jangan mereka sekali-kali menentang agama Allah itu.
Seolah Nabi
Sulaiman ‘alaihis salam berlata, “Aku tidak dapat dilalaikan dari
kewajiban dakwah kenabianku oleh harta benda dan emas walaupun sepenuh bumi
ini. Kamu telah disilaukan oleh benda dan kemegahan duniawi, sehingga kamu memandang
besar hadiah yang kamu bawakan ini dan mengira bahwa akan tersilaulah mata kami
dengan hadiah Ratumu. Pulanglah kamu kembali dan sampaikanlah kepadanya bahwa
kami akan mengirimkan bala tentera yang sangat kuat yang tidak akan terkalahkan
ke negeri Saba dan akan mengeluarkan ratumu dan pengikutnya dari negerinya
sebagai orang-orang yang hina dina yang kehilangan kerajaan dan kebesarannya,
jika ia tidak segera memenuhi tuntutanku dan datang berserah diri
kepadaku."
Dari surat Nabi Sulaiman ‘alaihi
salam itu dipahami bahwa hanya itulah yang diminta oleh Nabi Sulaiman,
yaitu agar mereka segera beriman kepada Allah, dan ia tidak menuntut sesuatupun
yang lain selain dari permintaannya itu.
قَالَتْ
يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَفْتُونِي فِي أَمْرِي مَا كُنتُ قَاطِعَةً أَمْرًا
حَتَّىٰ تَشْهَدُونِ ﴿٣٢﴾
“Berkata dia
(Balqis):` Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini), aku
tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis
(ku).” (QS. An Naml : 32)
Ayat ini menerangkan tentang
pelaksanaan prinsip-prinsip musyawarah di negeri Saba'. Sekalipun ratu Balqis
telah mempunyai pendapat sendiri dalam menanggapi isi surat Nabi Sulaiman,
tetapi ia masih memerlukan musyawarah dengan pembesar-pembesarnya. Ia berkata
kepada pembesar-pembesannya: "Wahai para pemimpin rakyatku yang
bijaksana, kemukakanlah pendapat dan tanggapan terhadap isi surat Nabi Sulaiman
yang telah disampaikannya kepadaku. Aku tak akan melaksanakan sesuatu
keputusan, kecuali keputusan-keputusan yang telah kita sepakati bersama".
قَالُوا
نَحْنُ أُولُو قُوَّةٍ وَأُولُو بَأْسٍ شَدِيدٍ وَالْأَمْرُ إِلَيْكِ فَانظُرِي
مَاذَا تَأْمُرِينَ ﴿٣٣﴾
“Mereka
menjawab:` Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki
keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu;
maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan.”
(QS. An Naml : 33)
Mendengar perkataan ratu Balqis
itu, maka di antara pembesar itu ada yang merasa tersinggung dengan isi surat Nabi
Sulaiman itu. Mereka merasa dihina oleh surat itu, seakan-akan mereka
diperintahkan oleh Nabi Sulaiman tunduk dan patuh kepadanya. Pada hal mereka
semua adalah orang-orang yang terpandang, berilmu pengetahuan, disegani oleh
negeri-negeri tetangga yang berdekatan dengan mereka. Mereka berkata: "Wahai
ratu kami, kami yang hadir ini, semuanya adalah orang-orang yang terpandang,
mempunyai pegetahuan dan keahlian dalam peperangan, mempunyai perlengkapan yang
cukup. Dalam pada itu segala urusan dan damai kami serahkan kepadamu, kami
telah siap melakukan semua yang engkau perintahkan, pikirkan dengan sebaik-baiknya
keputusan yang akan engkau ambil".
قَالَتْ
إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا وَجَعَلُوا أَعِزَّةَ
أَهْلِهَا أَذِلَّةً ۖ
وَكَذَٰلِكَ يَفْعَلُونَ ﴿٣٤﴾
“Dia berkata:`
Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka
membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian
pulalah yang akan mereka perbuat.” (QS. An Naml
: 34)
Ayat ini menerangkan
kebijaksanaan ratu Balqis dalam menghadapi sikap kaumnya terhadap surat Nabi Sulaiman
itu. Ia tidak terpengaruh sikap sombong dan merasa diri kuat yang tercermin
dari ucapan-ucapan mereka. Ratu Balqis berkata: "Wahai kaumku, ini
adalah surat dari seorang raja, jika kita menentang dan memeranginya, mungkin
kita menang dan mungkin pula kita kalah. Seandainya kita kalah, maka raja dan
tentaranya itu akan merusak negeri kita, membinasakan dan menghancurkan semua
yang telah kita bangun selama ini. Pada umumnya sikap dan tabiat raja-raja itu akan
sama, sama-sama suka menindas dan membunuh secara kejam musuh-musuh yang
dikalahkannya, mereka akan merusak kota-kota dan menghina pembesar-pembesar
negeri yang telah ditaklukkannya itu. Untuk menghindarkan semua kejadian yang
tidak diinginkan itu aku mempunyai suatu pikiran yang jika dilaksanakan akan
membawa keuntungan bagi kita semua. Caranya ialah kita berusaha melunakkan hati
Sulaiman dengan mengirimkan hadiah-hadiah kepadanya. Hadiah itu kita kirimkan
dengan diantar orang-orang yang berilmu pengetahuan sehingga kita dapat
mengetahui dengan pasti keadaan mereka dengan perantaraan utusan-utusan kita
itu, barulah kita tetapkan bersama tindakan yang tepat yang akan kita
laksanakan dalam menghadapi Sulaiman itu.”
Para pembesar negeri Saba'
menyetujui pendapat yang dikemukakan oleh ratu mereka.
وَإِنِّي مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِم بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌ
بِمَ يَرْجِعُ الْمُرْسَلُونَ ﴿٣٥﴾
“Dan
sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah,
dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.”
(QS. An Naml : 35)
Ayat ini menerangkan
kebijaksanaan ratu Balqis dalam menghadapi sikap kaumnya terhadap surat Nabi Sulaiman
itu. Ia tidak terpengaruh sikap sombong dan merasa diri kuat yang tercermin
dari ucapan-ucapan mereka. Ratu Balqis berkata: "Wahai kaumku, ini
adalah surat dari seorang raja, jika kita menentang dan memeranginya, mungkin
kita menang dan mungkin pula kita kalah. Seandainya kita kalah, maka raja dan
tentaranya itu akan merusak negeri kita, membinasakan dan menghancurkan semua
yang telah kita bangun selama ini. Pada umumnya sikap dan tabiat raja-raja itu
akan sama, sama-sama suka menindas dan membunuh secara kejam musuh-musuh yang
dikalahkannya, mereka akan merusak kota-kota dan menghina pembesar-pembesar
negeri yang telah ditaklukkannya itu. Untuk menghindarkan semua kejadian yang
tidak diinginkan itu aku mempunyai suatu pikiran yang jika dilaksanakan akan
membawa keuntungan bagi kita semua. Caranya ialah kita berusaha melunakkan hati
Sulaiman dengan mengirimkan hadiah-hadiah kepadanya. Hadiah itu kita kirimkan
dengan diantar orang-orang yang berilmu pengetahuan sehingga kita dapat
mengetahui dengan pasti keadaan mereka dengan perantaraan utusan-utusan kita
itu, barulah kita tetapkan bersama tindakan yang tepat yang akan kita
laksanakan dalam menghadapi Sulaiman itu.”
Para pembesar negeri Saba'
menyetujui pendapat yang dikemukakan oleh ratu mereka.
فَلَمَّا
جَاءَ سُلَيْمَانَ قَالَ أَتُمِدُّونَنِ بِمَالٍ فَمَا آتَانِيَ اللَّـهُ خَيْرٌ
مِّمَّا آتَاكُم بَلْ أَنتُم بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ ﴿٣٦﴾
“Maka tatkala
utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: `Apakah (patut) kamu
menolong aku dengan harta?, Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik
daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan
hadiahmu.” (QS. An Naml : 36)
Maka berangkatlah suatu
rombongan utusan ratu Balqis menghadap Nabi Sulaiman dengan membawa
hadiah-hadiah yang tidak ternilai harganya. Setelah para utusan itu menghadap Nabi
Sulaiman maka Nabi Sulaiman ‘alaihi salam berkata kepada mereka: "Hai
para utusan ratu Balqis, apakah kamu bermaksud memberikan harta-hartamu
kepadaku. Aku tidak akan mencari dan meminta kesenangan dan kekayaan duniawi,
yang aku inginkan ialah kamu semua beserta rakyatmu mengikuti agamaku yang
menyembah Allah semata, Tuhan Yang Maha Esa tidak menyembah matahari,
sebagaimana yang kamu lakukan. Allah telah menganugerahkan kepadaku
nikmat-nikmat yang tak terhingga banyaknya seperti nikmat kenabian, ilmu
pengetahuan, dan kerajaan yang besar. Karena nikmat itu aku dapat menguasai
jin, berbicara dengan binatang-binatang, menguasai angin dan banyak lagi
pengetahuan yang telah dianugerahkan Allah kepadaku. Jika aku bandingkan nikmat
yang aku peroleh dengan nikmat yang kamu peroleh, maka nikmat yang kamu peroleh
itu tidak ada artinya bagiku sedikitpun. Karena kamu tidak mengetahui agama
Allah, maka kamu anggap bahwa harta yang banyak dan kesenangan duniawi itu
dapat memuaskan hatimu. Bagiku harta itu tidak ada artinya dan tidak akan
memuaskan hatiku. Kesenangan dan kebahagiaan yang aku cari ialah kesenangan dan
kebahagiaan yang abadi, sesuai dengan yang dijanjikan Allah kepada hamba-hamba
Nya yang saleh. Selanjutnya Sulaiman menyatakan kepada para utusan ratu
Balqis : "Jika kamu sekalian tidak memenuhi seruanku, maka kembalilah
kamu kepada kaummu. Kami akan datang membawa pasukan tentara yang lengkap yang
terdiri atas manusia, jin, dan binatang-binatang yang tidak sanggup kamu
melarangnya. Dan kami akan mengusir setiap orang yang menentang tentaraku itu
dari negeri dan kampung halaman mereka, dan mereka dijadikan orang-orang yang
hina, dan selebihnya tawananku itu dijadikan budak.”
ارْجِعْ
إِلَيْهِمْ فَلَنَأْتِيَنَّهُم بِجُنُودٍ لَّا قِبَلَ لَهُم بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُم
مِّنْهَا أَذِلَّةً وَهُمْ صَاغِرُونَ ﴿٣٧﴾
“Kembalilah
kepada mereka, sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang
mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri
itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina.”
(QS. An Naml : 37)
Maka berangkatlah suatu
rombongan utusan ratu Balqis menghadap Nabi Sulaiman dengan membawa
hadiah-hadiah yang tidak ternilai harganya. Setelah para utusan itu menghadap Nabi
Sulaiman ‘alaihi salam maka Nabi Sulaiman berkata kepada mereka: "Hai
para utusan ratu Balqis, apakah kamu bermaksud memberikan harta-hartamu
kepadaku. Aku tidak akan mencari dan meminta kesenangan dan kekayaan duniawi,
yang aku inginkan ialah kamu semua beserta rakyatmu mengikuti agamaku yang
menyembah Allah semata, Tuhan Yang Maha Esa tidak menyembah matahari, sebagaimana
yang kamu lakukan. Allah telah menganugerahkan kepadaku nikmat-nikmat yang tak
terhingga banyaknya seperti nikmat kenabian, ilmu pengetahuan, dan kerajaan
yang besar. Karena nikmat itu aku dapat menguasai jin, berbicara dengan
binatang-binatang, menguasai angin dan banyak lagi pengetahuan yang telah
dianugerahkan Allah SWT kepadaku. Jika aku bandingkan nikmat yang aku peroleh
dengan nikmat yang kamu peroleh, maka nikmat yang kamu peroleh itu tidak ada
artinya bagiku sedikitpun. Karena kamu tidak mengetahui agama Allah, maka kamu
anggap bahwa harta yang banyak dan kesenangan duniawi itu dapat memuaskan
hatimu. Bagiku harta itu tidak ada artinya dan tidak akan memuaskan hatiku.
Kesenangan dan kebahagiaan yang aku cari ialah kesenangan dan kebahagiaan yang
abadi, sesuai dengan yang dijanjikan Allah kepada hamba-hamba Nya yang saleh.
Selanjutnya Sulaiman menyatakan kepada para utusan ratu Balqis: "Jika kamu
sekalian tidak memenuhi seruanku, maka kembalilah kamu kepada kaummu. Kami akan
datang membawa pasukan tentara yang lengkap yang terdiri atas manusia, jin, dan
binatang-binatang yang tidak sanggup kamu melarangnya. Dan kami akan mengusir
setiap orang yang menentang tentaraku itu dari negeri dan kampung halaman
mereka, dan mereka dijadikan orang-orang yang hina, dan selebihnya tawananku
itu dijadikan budak.”
قَالَ
يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَن يَأْتُونِي
مُسْلِمِينَ ﴿٣٨﴾
“Berkata
Sulaiman: `Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup
membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai
orang-orang yang berserah diri.” (QS. An Naml
: 38)
Setelah para utusan ratu Balqis
itu kembali ke negerinya, mereka menyampaikan kepada ratu Balqis, apa yang
dimaksud oleh Nabi Sulaiman dengan suratnya itu, yaitu agar mereka
memperkenankan seruannya beriman kepada Allah. Dan disampaikan pula keadaan
mereka yang dipimpin oleh Nabi Sulaiman keadaan balatentara dan kekayaannya.
Karena itu Balqis mengambil keputusan ingin pergi sendiri ke Yerusalem menemui Nabi
Sulaiman ‘alaihi salam dengan membawa hadiah yang besar baginya. Maka
diberi tahukanlah niatnya kepada Nabi Sulaiman ‘alaihi salam.
Setelah Nabi Sulaiman ‘alaihi
salam mengetahui bahwa ratu Balqis akan berkunjung ke negerinya, maka ia
membuat sebuah istana yang besar dan megah yang lantainya terbuat dari kaca,
dan dengan membuat istana yang demikian ia ingin memperlihatkan kepada ratu
Balqis sesuatu yang belum pernah dilihatnya.
Maka berangkatlah Balqis ke
Yerusalem mengunjungi Nabi Sulaiman ‘alaihi salam, dan Sulaimanpun telah
mengetahui pula akan keberangkatan ratu Balqis itu. Setelah ratu Batqis sampai
ke Yerusalem dan sebelum kedatangannya itu. Sulaiman ingin memperlihatkan
kepada ratu Balqis tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah, dan kekuasaan
yang telah dilimpahkan Nya, agar ratu Balqis dan kaumnya beriman kepada Allah.
Beliau bermaksud membawa singgasana tempat bersemayam ratu Balqis yang tinggal
di negerinya itu ke Yerusalem dalam waktu yang singkat dan akan dijadikan
tempat duduk ratu Balqis di istananya yang baru dibuatnya pada waktu kedatangan
ratu Saba itu.
Nabi Sulaiman ‘alaihi salam
berkata kepada para pembesarnya menyampaikan maksud itu: "Wahai para
pembesar, siapakah di antara kamu yang sanggup membawa singgasana ratu Balqis
yang ada di negerinya itu ke tempat ini, sebelum rombongan mereka sampai ke
sini.”
قَالَ عِفْرِيتٌ مِّنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ
أَن تَقُومَ مِن مَّقَامِكَ ۖ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ ﴿٣٩﴾
“Berkata Ifrit
(yang cerdik) dari golongan jin: `Aku akan datang kepadamu dengan membawa
singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya
aku benar-benar kuat untuk membawanya (dan) dapat dipercaya.”
(QS. An Naml : 39)
Mendengar permintaan Nabi Sulaiman
itu menjawab Ifrit yang cerdik, yang termasuk golongan jin: "Aku akan
datang kepadamu membawa singgasana itu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu
itu dan aku benar-benar sanggup melaksanakannya dan dapat dipercayai
kesanggupanku itu".
Yang dimaksud dengan "sebelum
kamu berdiri dari tempat dudukmu" ialah sebelum Nabi Sulaiman ‘alaihi
salam meninggalkan tempat itu. Beliau biasanya meninggalkan tempat itu
sebelum tengah hari.
قَالَ
الَّذِي عِندَهُ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ
إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ
فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُ قَالَ هَـٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّي
لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ
وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ
وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ ﴿٤٠﴾
“Berkatalah
seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: `Aku akan membawa singgasana itu
kepadamu sebelum matamu berkedip`. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu
terletak di hadapannya, iapun berkata: `Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk
mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan
barangsiapa yang bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa
yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.”
(QS. An Naml : 40)
Nabi Sulaiman ‘alaihi salam
belum puas dengan kesanggupan Ifrit itu, ia ingin agar singgasana itu sampai
dalam waktu yang lebih singkat lagi, maka ia meminta lagi kesanggupan hadirin
yang lain. Maka menjawablah seorang yang telah memperoleh ilmu dari Al Kitab,
yaitu malaikat Jibril. Menurut pendapat yang lain, orang itu ialah Ustum dan
ada juga yang mengatakan namanya Ashif bin Barkhiya: "Aku akan membawa
singgasana itu kepadamu dalam waktu sekejap mata saja". Dan apa yang
dikatakan orang itu terjadilah, dan singgasana ratu Balqis itu telah berada di
hadapan Sulaiman.
Melihat peristiwa yang terjadi
hanya dalam sekejap mata, maka Nabi Sulaiman ‘alaihi salam berkata: "Ini
termasuk karunia yang telah dilimpahkan Tuhan kepadaku. Dengan karunia itu aku
diujinya, apakah aku termasuk orang-orang yang mensyukuri karunia Tuhan atau
termasuk orang-orang yang mengingkarinya". Dari sikap Nabi Sulaiman as
itu nampak kekuatan iman dan kewaspadaannya, ia tidak mudah diperdaya oleh
siapapun yang datang kepadanya, karena semua yang datang itu baik berupa
kebahagiaan atau kesengsaraan, semuanya merupakan ujian Tuhan kepada
hamba-hamba Nya.
Nabi Sulaiman ‘alaihi salam
mengucapkan yang demikian itu karena telah yakin seyakin yakinnya bahwa
barangsiapa yang mensyukuri nikmat Allah, maka faedah mensyukuri nikmat Allah
itu akan kembali kepada dirinya sendiri, karena Allah akan menambah lagi
nikmat-nikmat itu, sebaliknya orang yang mengingkari nikmat Allah maka dosa
pengingkarannya itu juga akan kembali kepadanya. Dia akan disiksa oleh Allah
karena pengingkarannya itu.
Selanjutnya Nabi Sulaiman ‘alaihi
salam mengatakan: "Bahwa Tuhan yang disembahnya itu adalah Tuhan
Yang Maha Kaya, tidak memerlukan sesuatu pun dari makhluk Nya, tetapi
makhluk-makhluk Nya lah yang memerlukannya, dan Tuhan yang disembahnya itu
adalah Tuhan Yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba Nya dengan balasan yang
berlipat ganda.”
Sikap Nabi Sulaiman ‘alaihi
salam dalam menerima nikmat Allah adalah sikap yang harus dijadikan contoh
teladan oleh setiap muslim. Sikap demikian itu akan menghilangkan sifat angkuh
dan sombong yang ada pada diri seseorang dan juga akan menghilangkan rasa putus
asa dan rendah diri bagi seseorang yang dalam keadaan sengsara dan menderita.
Karena dia mengetahui semuanya itu adalah cobaan dan ujian dari Tuhan kepada
hamba-hamba Nya.
قَالَ
نَكِّرُوا لَهَا عَرْشَهَا نَنظُرْ أَتَهْتَدِي أَمْ تَكُونُ مِنَ الَّذِينَ
لَا يَهْتَدُونَ ﴿٤١﴾
“Dia berkata:
`Robahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal
ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal (nya).” (QS. An Naml : 41)
Nabi Sulaiman ‘alaihi salam
memerintahkan kepada pemimpin-pemimpin kaumnya agar merubah sebagian bentuk
dari singgasana Balqis yang telah sampai di hadapannya itu, karena ia ingin
melihat apakah ratu Balqis mengetahui bahwa yang didudukinya itu ialah
singgasananya atau ia tidak mengetahui sama sekali.
Dengan cara yang demikian itu
diharapkan agar ratu Balqis bertambah yakin bahwa Nabi Sulaiman adalah Rasul
Allah, ia tidak mengharapkan sesuatu selain keimanan ratu Balqis dan kaumnya.
فَلَمَّا
جَاءَتْ قِيلَ أَهَـٰكَذَا عَرْشُكِ ۖ
قَالَتْ كَأَنَّهُ هُوَ ۚ
وَأُوتِينَا الْعِلْمَ مِن قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ ﴿٤٢﴾
“Dan ketika
Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: `Serupa inikah singgasanamu?` Dia
menjawab: `Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi
pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.”
(QS. An Naml : 42)
Setelah ratu Balqis datang, Nabi
Sulaiman ‘alaihi salam bertanya kepadanya: "Apakah seperti ini
singgasanamu? Balqis menjawab: "Benar, singgasana ini seakan-akan
singgasanaku".
Menurut Mujahid, ratu Balqis
mengetahui bahwa singgasana itu adalah singgasananya, karena tanda-tanda
menunjukkan bahwa sebenarnyalah singgasana itu kepunyaannya, akan tetapi dia
merasa heran, kenapa singgasana itu berada di istana Nabi Sulaiman.
Melihat kenyataan itu dan
dihubungkan dengan pengetahuannya tentang burung hud-hud, maka Balqis berkata: "Sebenarnya
telah diberikan kepada kami, sebelum terjadinya mukjizat ini, pengetahuan bahwa
Tuhan yang berhak disembah itu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Dia Maha Kuasa,
demikian pula tentang burung Hud-hud, sebagai burung yang luar biasa yang
dengan, kekuasaan Tuhan telah dapat menghubungkan negeri kami dengan kamu dan
juga dengan memperhatikan berita-berita yang kami terima dari para utusan kami.
Semua itu menunjukkan bahwa engkau hai Sulaiman benar-benar seorang Rasul Allah
yang diutus kepada kami untuk menyampaikan agama Nya.”
Karena itu kami bersama-sama
dengan kaum kami menyatakan beriman kepada engkau, kami akan meninggalkan agama
kami yang selama ini kami anut. Dan engkau hai Sulaiman tidak perlu lagi
mengemukakan kepada kami mukjizat yang lain, karena kami telah beriman.
وَصَدَّهَا
مَا كَانَت تَّعْبُدُ مِن دُونِ اللَّـهِ ۖ
إِنَّهَا كَانَتْ مِن قَوْمٍ كَافِرِينَ ﴿٤٣﴾
“Dan apa yang
disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan
keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang
kafir.” (QS. An Naml : 43)
Ayat ini menerangkan apa sebab
ratu Balqis belum mau menerima Islam sebelum ini, sebabnya ialah: karena
pemuka-pemuka kaumnya yang kafir menyembah matahari. Dia khawatir kalau-kalau
kaumnya mengecilkannya. Setelah ia berhadapan dengan Nabi Sulaiman barulah ia
berani menyatakan keislamannya dan berani pula menyatakan kandungan hatinya.
قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الصَّرْحَ ۖ
فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَن سَاقَيْهَا ۚ
قَالَ إِنَّهُ صَرْحٌ مُّمَرَّدٌ مِّن قَوَارِيرَ ۗ
قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّـهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿٤٤﴾
“Dikatakan
kepadanya: `Masuklah ke dalam istana`. Maka tatkala dia melihat lantai istana
itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya `.
Berkatalah Sulaiman:` Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca `.
Berkatalah Balqis:` Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap
diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.”
(QS. An Naml : 44)
Menurut sesuatu riwayat, bahwa
setelah Nabi Sulaiman ‘alaihi salam mengetahui dari Allah akan
kedatangan ratu Balqis ke negerinya, maka ia memerintahkan kaumnya membuat
suatu istana yang besar, dan indah yang lantainya terbuat dari kaca yang
mengkilap yang mudah memantulkan cahaya. Di bawah lantai kaca itu terdapat
kolam yang berisikan macam-macam ikan, dan air kolam itu seakan-akan mengalir
seperti sungai. Di waktu kedatangan ratu Balqis, Nabi Sulaiman ‘alaihi salam
menerimanya diistananya yang baru itu. Maka dipersilahkannya ratu Balqis masuk
istananya. Ratu Balqis heran dan terkejut waktu memasuki istana Nabi Sulaiman
itu, menurut penglihatannya ada sungai yang terbentang yang harus dilaluinya
untuk menemui Sulaiman. Karena itu ia menyingkapkan kainnya, sehingga nampaklah
kedua betisnya. Melihat yang demikian itu Sulaiman berkata: "Apa yang kau
lihat itu bukanlah air atau sungai, tetapi lantai kaca yang di bawahnya ada air
mengalir. Mendengar ucapan Sulaiman itu ratu Balqis segera menurunkan kainnya
dan ia mengakui dalam hatinya bahwa kerajaan Sulaiman lebih besar dan lebih
bagus dari istananya.
Kemudian oleh Nabi Sulaiman
diserulah Balqis agar menganut agama Islam, dan diterangkannya kesesatan
menyembah matahari itu. Seruan Sulaiman itu diterima dengan baik oleh Balqis,
dan disesalinya kekafirannya selama ini, karena dengan demikian berarti dia
berbuat aniaya kepada dirinya sendiri, dan dinyatakanlah bahwa dia bersedia
berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah Tuhan semesta alam. Kepada Nyalah
dia beribadat dengan seikhlas-ikhlasnya.
(Dan dikatakan pula kepadanya,
"Masuklah ke dalam istana!") yang lantainya terbuat dari kaca yang
bening sekali, kemudian di bawahnya ada air tawar yang mengalir yang ada
ikannya. Nabi Sulaiman sengaja melakukan demikian sewaktu ia mendengar berita
bahwa kedua betis ratu Balqis dan kedua telapak kakinya seperti keledai. (Maka
tatkala dia melihat lantai istana itu dikiranya kolam air) yakni kolam yang
penuh dengan air (dan disingkapkannya kedua betisnya) untuk menyeberangi yang
ia duga sebagai kolam, sedangkan Nabi Sulaiman ‘alaihi salam pada saat
itu duduk di atas singgasananya di ujung lantai kaca itu, maka ternyata ia
melihat kedua betis dan kedua telapak kakinya indah. (NabiSulaiman ‘alaihi
salam berkata) kepada Balqis, ("Sesungguhnya ia adalah istana
licin) dan halus (yang terbuat dari kaca") kemudian Nabi Sulaiman ‘alaihi
salam mengajaknya untuk masuk Islam. (Balqis berkata, "Ya Rabbku!
Sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku sendiri) dengan menyembah
selain Engkau (dan aku berserah diri) mulai saat ini (bersama Sulaiman kepada
Allah, Rabb semesta alam.") kemudian Nabi Sulaiman ‘alaihi salam
berkeinginan untuk mengawininya tetapi ia tidak menyukai rambut yang ada pada
kedua betisnya. Maka syaitan-syaitan membuat cahaya untuk Nabi Sulaiman, dengan
cahaya itu lenyaplah bulu-bulu betisnya. Nabi Sulaiman ‘alaihi salam menikahinya
serta mencintainya, kemudian Nabi Sulaiman ‘alaihi salam mengakui
kerajaannya. Tersebutlah, bahwa Nabi Sulaiman menggilirnya sekali setiap bulan,
kemudian ia tinggal bersamanya selama tiga hari untuk setiap giliran. Maha Suci
Allah yang tiada habis kerajaan-Nya.
Semoga kita dapat mengambil
pelajaran dari kisah yang terdapat dalam Al-Quran ini. Asbab pikirnya satu
burung hud-hud satu negeri telah menganut agama Islam.
Hikmah Kisah
Burung Hud hud
1. Nabi Sulaiman ‘alaihis salam adalah seorang
Nabi dan Rasul Allah yang juga seorang raja terbesar sepanjang sejarah
kehidupan manusia. Ada suatu perkataan seekor burung hud hud yang patut kita
ambil pelajaran. Ketika Nabi Sulaiman ‘alaihis salam akan menghukum
burung hud hud, kalau tidak dapat memberikan alasan yang tepat dan benar atas
ketidakhadirannya maka akan dihukum. Jawaban burung hud-hud
tersebut yang hanya memiliki sedikit ilmu pengetahuan berkata kepada Nabi Sulaiman
‘alaihis salam dengan perkataan, “Aku
mengetahui sesuatu yang tidak kamu ketahui, Wahai Nabi Sulaiman”. Hal ini
menunjukkan bahwa kadang-kadang orang yang kita anggap remeh atau sedikit
ilmunya, belum tentu tidak tahu sama sekali atau tidak tahu semuanya.
Kadangkala satu yang diketahuinya sangat berharga bagi diri kita yang mungkin
merasa lebih banyak pengetahuannya. Dan bahkan satu pengetahuan tersebut
menjadi sangat penting, sebagaimana pemberitahuan burung hud hud tersebut menyebabkan
satu kerajaan mendapat hidayah dari Allah sehingga masuk Islam.
2.
Ilmu atau pengetahuan itu sangat tinggi
nilainya. Barangsiapa yang ingin berbahagia di dunia, maka harus memiliki ilmu.
Barangsiapa yang ingin berbahagia di akhirat, maka harus pula memiliki ilmu
akhirat pula. Barangsiapa yang ingin menginginkan kedua-duanya (dunia dan akhirat),
maka harus pula dengan ilmu. Namun, Ilmu
manakah yang dimaksud tersebut???
Ibnu
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, ”Jika kalian menghendaki ilmu
terbaik orang di masa lalu dan menghendaki ilmu terbaik orang-orang di masa
depan, maka bacalah Al-Qur’anul Kariim. Karena di dalam Al-Qur’an itu telah
terkandung ilmu orang-orang terbaik di masa lalu dan orang-orang terbaik di
masa depan.”
Abdullah
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu merupakan sahabat yang termasuk
banyak dalam menghafal Al Quran dengan kualitas suara yang sangat merdu. Karena
itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda : “Mintalah
kalian akan bacaan Al-Quran pada empat sahabat : Abdullah bin Mas’ud, Salim
maula Hudzaifah, Ubay bin Ka’ab dan Mu’adz bin Jabal”. (HR. Imam Bukhari).
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata : “Raihlah ilmu, dan untuk meraih
ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar.”
يَا
أَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ ۚ
إِن يَكُن مِّنكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ ۚ
وَإِن يَكُن مِّنكُم مِّائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِّنَ الَّذِينَ كَفَرُوا
بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَفْقَهُونَ ﴿٦٥﴾ الْآنَ خَفَّفَ اللَّـهُ عَنكُمْ وَعَلِمَ أَنَّ
فِيكُمْ ضَعْفًا ۚ فَإِن
يَكُن مِّنكُم مِّائَةٌ صَابِرَةٌ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ ۚ وَإِن يَكُن مِّنكُمْ أَلْفٌ
يَغْلِبُوا أَلْفَيْنِ بِإِذْنِ اللَّـهِ ۗ وَاللَّـهُ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴿٦٦﴾
“Hai
Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang. Jika ada dua puluh
orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus
orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat
mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu
kaum yang tidak mengerti. Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia
telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus
orang yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang; dan jika di
antaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua
ribu orang dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal
: 65-66)
3.
Kisah burung
hud hud ini diceritakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al Qur’an,
bukan tidak ada makna atau hikmahnya.
Hikmahnya yang tentunya sangat penting untuk diambil pelajaran bagi kita yaitu
seekor burung yang memikirkan keselamatan orang lain sehingga menjadi asbab orang
lain mendapat hidayah dari Allah, maka cerita tersebut menjadi sangat penting.
Apalagi kalau kita yang namanya manusia, kemudian memikirkan keselamatan orang
lain tentunya kita akan sangat dimuliakan oleh Allah subhanhau wa ta’ala.
Seluruh para Nabi ‘alaihimush shalatu wassalam semuanya memikirkan keselamatan ummatnya, sehingga seluruh para Nabi dan Rasul adalah orang-orang yang paling mulia disisi Allah. Demikian pula para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, semuanya ambil bagian dalam usaha dakwah memikirkan keselamatan ummat, sehingga mereka semua diridhai oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Apabila kita ingin dimuliakan oleh Allah, maka ambil bagian dalam usaha dakwah memikirkan keselamatan ummat manusia.
Seluruh para Nabi ‘alaihimush shalatu wassalam semuanya memikirkan keselamatan ummatnya, sehingga seluruh para Nabi dan Rasul adalah orang-orang yang paling mulia disisi Allah. Demikian pula para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, semuanya ambil bagian dalam usaha dakwah memikirkan keselamatan ummat, sehingga mereka semua diridhai oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Apabila kita ingin dimuliakan oleh Allah, maka ambil bagian dalam usaha dakwah memikirkan keselamatan ummat manusia.
4.
Kita tahu
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diutus oleh Allah untuk
seluruh manusia sampai hari kiamat, tetapi Rasulullah tidak hidup sampai hari
kiamat dan tidak mendatangi seluruh manusia. Hal ini maksudnya adalah bahwa
Allah akan memuliakan ummat akhir zaman sampai hari kiamat. Syaratnya supaya
ummat ini menjadi ummat yang mulia, yaitu kita sebagai ummat akhir zaman telah
dilantik oleh Allah untuk meneruskan dari kerja Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam untuk berdakwah memikirkan keselamatan ummat seluruh alam. Mari
kita jadikan diri kita penerus kerja Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
dan usaha mengajak semua orang ambil bagian dalam usaha dakwah dan tabligh…
Bersedia Insya Allah……..
Cerita Burung Hud hud pada Zaman Nabi Ibrahim
Burung Hud hud
Alkisah ketika Nabi Ibrahim a’alaihis salam dibakar, terlihat seekor
burung hud hud yang sibuk terbang kesana kemari mencari air. Ketika dia
menemukan sumber air, dengan paruhnya yang kecil, dia membawa air dan
menyiramkan keatas api yang berkobar membakar Nabi Ibrahim shallallahu
‘alaihi wasallam.
Burung lain heran dan
mempertanyakan bagaimana mungkin air itu mampu memadamkan api tersebut? Burung hud
hud menjawab "Aku tahu air ini takkan mampu memadamkan api yang
membakar Nabi Ibrahim shallallahu ‘alaihi wasallam tapi aku tak peduli.
Yang penting aku telah berusaha sekuat tenaga menolong orang yang kucintai. Air
ini juga nanti akan bersaksi di hadapan Tuhan bahwa aku telah berbuat
semaksimal mungkin untuk memadamkan api tersebut".
Burung yang lain
hanya bisa terdiam mendengar jawaban burung hud hud yang tidak disangka itu.
Sahabatku semua,
mungkin kita pernah merasa ketika kita membantu orang yang kesusahan di hadapan
kita seperti tidak berarti apa-apa di untuk menolongnya. Tapi yakinlah bahwa
kita sudah memberikan yang terbaik yang kita miliki sehingga tidak ada
penyesalan ketika nanti kita diminta pertanggungjawaban atas kesulitan saudara
yang tidak kita bantu.
Jadilah seperti
burung hud hud yang meskipun dia tahu airnya tidak akan mampu memadamkan api,
tapi dia berusaha sekuat tenaga. Jangan seperti burung lain yang hanya bisa
mempertanyakan.
وَأَنفِقُوا
مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ
رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ
الصَّالِحِينَ ﴿١٠﴾
Dan belanjakanlah
sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian
kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa
Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang
menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?"
(QS.
Al Munafiqun : 10)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar