Prinsip
persaudaraan manusia di dalam Islam meletakkan seluruh manusia dalam satu
keluarga besar yang berasal dari nabi Adam. Pengertian ini dapat difahami
daripada hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mafhumnya :
“…Dan aku menjadi saksi bahwa semua manusia adalah bersaudara” (HR. Abu
Daud).
Satu daripada prinsip dan nilai
persaudaraan sesama manusia ialah ‘kasih sayang’ (al-mua’akhah bi
al-mawaddah) yang harus disuburkan ummat manusia secara tulus dan suci. Pada
prinsipnya kasih sayang adalah sebagian daripada ‘integritas moral’ yang
menjadi petunjuk kemuliaan manusia. Ia adalah sifat yang mendorong jiwa
menyempurnakan keseluruhan akhlak yang terpuji dan sekaligus menjadi hiasan
kemanusiaan. Melalui penghayatan nilai-nilai asas kemasyarakatan itu maka akan
terbinalah solidaritas sosial (ulfah jamai’ah) yang terpadu dan mampu membina
interaksi ummat ke arah melakukan kebaikan dan kebajikan serta keramahan dan
kemesraan dalam pergaulan.
Untuk mendapatkan keamanan,
kebahagiaan dan kedamaian hidup manusia di dunia dan akhirat, maka manusia
perlu model atau contoh untuk diikuti. Manusia, walaupun telah diberi bekal
oleh Allah berupa fitrah ingin mencintai dan dicintai, tetapi tidak akan dapat
melakukannya dengan sempurna jika tidak ada contoh. Begitulah rahmat dan kasih
sayang Allah subhanahu wa ta’ala, dimana senantiasa menunjukkan jalan-jalan
keselamatan buat hamba-hamba-Nya. Tinggal manusia itu sendiri mau atau tidak
mau untuk mencontohnya.Maka atas dasar itu dengan
rahmat Allah, Dia telah mengutus seorang manusia bernama Muhammad bin Abdullah
sebagai Rasul-Nya di atas muka bumi ini 1400 tahun lebih yang lampau. Allah
telah melengkapi Rasul itu dengan sifat yang sempurna lahir dan batin. Allah telah
memelihara pribadinya dari kesalahan dan cacat-cela, agar dia menjadi contoh
yang agung kepada manusia lain.
Dengan segala pemeliharaan itu
maka jadilah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam
manusia yang paling tinggi akhlaknya. Baik akhlak kepada Allah subhanahu wa
ta’ala maupun akhlak kepada sesama manusia dan makhluk Allah yang lain.
Oleh karena itu tidak heranlah jika Allah subhanahu wa ta’ala sendiri
memuji Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam
dalam Al Quran dengan firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ ﴿٤﴾
"Sesungguhnya
engkau (Muhammad) benar-benar mempunyai akhlak yang sangat agung." (QS. Al Qalam : 4)
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam
itu sebagai insan kamil yang menjadi lambang segala kebaikan. Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam
adalah manusia yang paling sempurna. Seluruh himpunan sifat baik telah
dipakaikan oleh Allah pada diri Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam.
Itulah gambaran betapa kasih dan sayangnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam
kepada seluruh makhluk. Bukan saja kepada manusia bahkan juga kepada binatang. Tidak
saja kepada orang Islam tetapi juga kepada yang bukan Islam. Maka atas dasar
itulah Allah subhanahu wa ta’ala telah menegaskan dalam Al Quran bahwa
kedatangan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam
itu adalah sebagai pembawa rahmat.
Firman Allah subhanahu wa
ta’ala :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ ﴿١٠٧﴾
"Dan
tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat
kepada sekalian alam." (QS. Al Anbia: 107) .
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam
bersabda:
"Sesungguhnya aku diutus
untuk menyempurnakan (kemuliaan) akhlak manusia." (HR. Malik)
Di sini kita ingin menggambarkan
tentang kasih sayang, yaitu satu aspek daripada akhlak Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam
yang sangat perlu untuk manusia. Setidak-tidaknya untuk keselamatan kita di
dunia dan akhirat. Kasih sayang Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam
terhadap manusia tidak ada tandingannya. Mari kita lihat bukti bagaimana dan
betapa kasih sayang Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam
melalui dua sudut.
Jika kita membaca Al'Quran dan
meneliti Hadits Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam,
maka kita akan dapati betapa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam
itu sangat pengasih sekalipun kepada anak kecil ataupun binatang. Di antara
ayat Quran yang menunjukkan betapa tingginya rasa kasih Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam
itu ialah sewaktu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ
عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ ﴿١٢٨﴾
"Sungguh
telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.."
(QS. At Taubah : 128)
Dalam ayat yang lain Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ
اللَّـهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا
غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ
وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ
فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّـهِ ۚ إِنَّ اللَّـهَ يُحِبُّ
الْمُتَوَكِّلِينَ ﴿١٥٩﴾
“Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS.
Ali Imran : 159).
Sifat kasih sayang adalah merupakan
sifat Allah subhanahu wa ta’ala. Sifat ini terkandung dalam beberapa
Asma’ atau nama-nama Allah seperti Al-Rahman (Maha Pemurah), Al-Rahim (Maha
Pengasih), Al-Salam, Al-Muhaiminin (Maha memelihara), Al-Ghaffar (Maha
Pengampun) dan Al-Wahab (Maha Pemberi). Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
…إِنَّ اللَّـهَ
بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ ﴿١٤٣﴾
“…Sesungguhnya Allah Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (QS.
Al-Baqarah :143).
Di
antara hadits yang menunjukkan betapa besarnya kasih sayang Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam ialah : "Barang siapa yang tidak mengasihi
manusia, dia tidak dikasihi Allah." (HR. At Tirmidzi)
"Kasihilah
siapa saja yang ada di nuka bumi niscaya yang di langit akan mengasihi kamu."
(HR. Abu Daud)
"Sebaik-baik
manusia ialah orang yang memberi manfaat pada manusia (termasuk meratakan kasih
sayang).
Sebaik-baik manusia ialah mereka yang paling baik akhlaknya (kasih sayang kepada orang lain)." (HR. At Tabrani)
Sebaik-baik manusia ialah mereka yang paling baik akhlaknya (kasih sayang kepada orang lain)." (HR. At Tabrani)
"Berbaktilah
kepada kedua ibu bapa kamu, maka akan berbakti anak-anak kamu kepada kamu
(termasuk memberi kasih sayang)." (HR.
Al Hakim)
"Sesungguhnya
orang yang paling dekat denganku ialah yang paling baik akhlaknya, mereka
menghormati orang lain dan mereka senang mengasihi dan dikasihi.
Orang mukmin ialah yang mudah mengasihi dan dikasihi, dan tiada kebaikan pada mereka yang tidak mengasihi dan dikasihi. Dan sebaik-baik manusia ialah yang banyak memberi manfaat kepada manusia." (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi)
Orang mukmin ialah yang mudah mengasihi dan dikasihi, dan tiada kebaikan pada mereka yang tidak mengasihi dan dikasihi. Dan sebaik-baik manusia ialah yang banyak memberi manfaat kepada manusia." (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi)
"Barangsiapa
yang tidak mengasihi yang muda, sedangkan dia tahu kewajiban sebagai orang tua
maka bukanlah dia dari golongan kami."
(HR. Al Bukhari)
"Barangsiapa
yang berbuat baik (berkasih sayang) kepada anak yatim lelaki atau perempuan,
adalah aku dan dia di dalam syurga seperti dua ini (ditunjukkan dua jarinya
yang dirapatkan)." (HR. Al Hakim)
“Orang
mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.“ (HR.
Ahmad, At-Tirmidzi dan Abu Dawud)
“Penyebab
utama masuknya manusia ke surga adalah bertakwa kepada Allah dan kebaikan
akhlaknya. “ (HR.
At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
“Sesungguhnya
orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku pada
hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.”
( HR. At-Tirmidzi)
“Saya
menjamin sebuah rumah yang paling tinggi tingkatannya di surga bagi orang-orang
yang berbudi pekerti yang baik.“ (HR.
At-Tirmidzi)
“Sesungguhnya
orang mukmin dengan akhlaknya yang baik akan mendapatkan kedudukan yang sama
dengan orang yang (rajin) melaksanakan puasa dan shalat malam. “
(HR. Abu Dawud)
"Barangsiapa
yang menghindari perdebatan dalam keadaan ia salah, niscaya Allah akan
membangunkan untuknya sebuah rumah di sekitar syurga. Barangsiapa yang
menghindari perdebatan dalam keadaan ia benar niscaya Allah akan membangunkan
untuknya sebuah rumah di tengah-tengah surga. Dan barangsiapa yang baik
akhlaknya niscaya Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di ketinggian
surga.” (HR. Abu
Dawud, Ath-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, mafhumnya : “Manusia yang paling
dikasihi Allah ialah orang yang memberi manfaat kepada orang lain dan amalan
yang paling disukai oleh Allah ialah menggembirakan hati orang-orang Islam atau
menghilangkan kesusahan daripadanya atau menunaikan keperluan hidupnya di dunia
atau memberi makan orang yang lapar. Perjalananku bersama saudaraku yang muslim
untuk menunaikan hajatnya, adalah lebih aku sukai daripada aku beriktikaf di
dalam masjid ini selama sebulan, dan sesiapa yang menahan kemarahannya
sekalipun ia mampu untuk membalasnya niscaya Allah akan memenuhi keridhaannya
di dalam hatinya pada hari Qiamat, dan sesiapa yang berjalan bersama-sama
saudaranya yang Islam untuk menunaikan hajat saudaranya itu hinggalah selesai hajatnya
niscaya Allah akan tetapkan kakinya (pada hari Qiamat) dan sesungguhnya akhlak
yang buruk akan merusak amalan baik seperti cuka merusak madu.” (HR. Ibnu Abi
Dunya)
Sifat rahmat dan kasih sayang
adalah termasuk dalam keutamaan akhlak Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Oleh karena tingginya nilai dan perasaan kasih sayang yang
dimiliki Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka baginda tidak mau
mendoakan kebinasaan kepada musuh walaupun musuh melakukan kejahatan
terhadapnya seperti yang berlaku dalam peristiwa Thaif, dimana beliau shallallahu
‘alaihi wasallam tubuhnya dilempari batu. Baginda shallallahu ‘alaihi
wasallam terpaksa meninggalkan tempat tersebut setelah dakwahnya ditentang
keras oleh kabilah Tsaqib. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
meninggalkan tempat tersebut lalu seorang lelaki memohon kepada baginda agar
nabi berdoa untuk kebinasaan mereka. Namun, baginda yang memiliki sifat kasih
sayang tidak berbuat demikian. Sebaliknya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
memohon agar Allah memberikan petunjuk kepada kabilah itu.
Demikian juga dalam satu
peperangan ada sahabat nabi yang meminta Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
melaknat musuh yang sedang dihadapi itu. Namun, baginda menjawab: “Sesungguhnya
aku diutus sebagai rahmat dan bukan sebagai pelaknat”.
Dari
Umar Ibnul Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya
sebagian hamba Allah ada orang-orang yang tidak tergolong dalam golongan para
nabi dan para syuhada (orang yang mati syahid), tetapi kedua golongan ini ingin
mendapatkan kedudukan seperti kedudukan mereka di sisi Allah.”
Seseorang ada yang bertanya :
“Wahai Rasulullah, siapakah mereka dan apa amal-amal mereka?” Sabda beliau :
“Mereka adalah orang-orang yang saling kasih sayang dengan sesamanya, meskipun
tidak ada hubungan darah maupun harta di antara mereka. Demi Allah, wajah
mereka memancarkan cahaya, mereka berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya,
mereka tidak akan takut dan susah.”
Kemudian Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam membacakan firman Allah yang artinya: “Ingatlah,
sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak pula mereka bersedih hati.” (HR. Abu Nu’aim dalam kitab Al Hilya
jilid I, hal 5)
Individu akan hilang
keseimbangan diri apabila nilai kasih sayang tidak wujud dalam dirinya. Mereka
yang gersang hatinya dari nilai kasih sayang sesama manusia biasanya gagal
menggunakan akal dan hati yang dikurniakan Allah kepadanya.
Kalbu kemanusiaannya mungkin
terkunci rapat menyebabkan ia mudah melakukan kekerasan, kekejian, penganiayaan
dan kedzaliman atas orang lain. Jika dia seorang suami atau bapa yang tandus
nilai kasih sayang maka ia akan cenderung melakukan kekerasan pada isteri dan
anak-anaknya.
Jika ia seorang majikan atau
ketua jabatan yang tidak ada belas ihsan dan kasih sayang kepada pekerjanya atau
bawahannya maka ia akan mendzalimi atau menganiaya pekerja bawahannya. Jika dia
seorang pemerintah yang kering perasaan kasih sayangnya maka dia akan berlaku dzalim
kepada rakyatnya.
Hakikatnya, kita disuruh
mengamalkan dan menyuburkan nilai kasih sayang sesama manusia, hatta kepada
hewan sekalipun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika
melihat seekor himar yang telah diberi tanda pada mukanya dengan besi panas
telah menentang perbuatan pemilik hewan itu. Baginda shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Allah subhanahu wa ta’ala melaknat orang yang
menyiksa hewan dengan memotong atau mencap anggota badannya”.
Baginda shallallahu ‘alaihi
wasallam juga pernah berpesan dengan pesanan ‘takwa’ supaya berlaku baik
kepada binatang seperti maksud hadits: “Bertakwalah kamu kepada Allah di
dalam memperlakukan binatang, menjadikannya sebagai kendaraan dan sembelihlah
ia dengan cara yang baik”. Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam juga
bersabda: “Barangsiapa yang memiliki kasih sayang walaupun terhadap burung
sembelihan maka dia akan disayangi Allah pada hari kiamat’.
Kesimpulan, nilai kasih sayang
adalah karunia Allah yang harus diusahakan sepanjang masa dan sepanjang zaman.
Ia adalah sebagian daripada unsur yang sangat penting untuk membina masyarakat
penyayang dan bermoral. Justru sebagai masyarakat yang beragama dan bertamadun,
marilah kita sama-sama menyuburkan dan mengamalkan sifat kasih sayang.
Hentikanlah segala bentuk kedzaliman, kekerasan, kemarahan dan penganiayaan
sesama manusia karena ia bisa mengundang kemurkaan Allah subhanahu wa ta’ala.
Kisah
hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menunjukkan betapa tingginya sifat kasih
sayang baginda.
1. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam selalu berpakaian
sederhana. Beliau kadang memakai jubah buatan Najran yang kasar kainnya. Suatu
ketika pernah seorang Arab Badwi menarik jubah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dengan kasar, sehingga berbekas pada leher beliau. Tetapi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam tidak
marah, bahkan beliau menghadiahkan jubah itu kepada Arab Badwi tersebut.
2. Ada seorang wanita
tua selalu menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan
meletakkan duri, najis dan lain-lain di jalan yang selalu dilalui oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam tidak pernah membalas.
Pada suatu ketika wanita itu sedang sakit, dan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam datang menjenguk menziarahi
wanita itu dan menunjukkan kasih sayang terhadapnya. Wanita tua itu terharu atas
kebaikan Rasulullah, lantas kemudian memutuskan untuk memeluk Islam di tangan
baginda shallallahu ‘alaihi wasallam .
3. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pernah dilihat oleh
para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum mencium anak kecil, lantas seorang sahabat
menegurnya, “Engkau mencium anak kecil, ya Rasulullah?” Karena disangkanya
Rasulullah tidak pernah mencium anak kecil. Baginda shallallahu ‘alaihi
wasallam mengiyakan lantas bersabda, “Barang siapa tidak mengasihi,
dia tidak akan dikasihi.”
4. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam sangat mengasihi sahabat-sahabatnya
radhiyallahu ‘anhum. Jika seorang sahabat sudah dua atau tiga hari tidak
kelihatan, baginda shallallahu ‘alaihi wasallam akan bertanya, “Ke mana si fulan tidak
kelihatan?” Kalau dikatakan bahwa
sahabat radhiyallahu ‘anhu sedang sakit, maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam akan datang ke rumahnya untuk menjenguknya dan
menghiburnya dengan doa dan pesan kesabaran.
5. Jika ada orang
yang meminta tolong pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka
beliau akan memenuhinya. Walaupun kadang-kadang baju yang dipakainya diberikan
kepada orang yang membutuhkannya. Bahkan beliau pernah berhutang dengan atas
nama beliau sendiri demi memenuhi permohonan orang yang membutuhkan kepada
beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang menunaikan
satu hajat saudaranya, maka Allah akan menunaikan 70 hajatnya.”
6. Pernah suatu
ketika seorang Arab Badwi kencing di satu sudut dalam Masjid Nabi. Ada di
antara para sahabat radhiyallahu ‘anhu marah karena menunjukkan sikap
tidak beradab di dalam masjid. Tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam tetap tenang dan berkata, “Biarkan
dia menyelesaikan hajatnya…” Setelah lelaki tersebut selesai, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri
membasuh najis itu dan kemudiannya barulah memberitahu Arab Badwi tersebut
adab-adab di dalam masjid.
7. Ketika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam berdakwah dengan
anak angkatnya Zaid bin Harisah radhiyallahu ‘anhu di Thaif, baginda shallallahu
‘alaihi wasallam telah dilempari dengan batu oleh pemuda-pemuda yang
disuruh berbuat begitu oleh tokoh-tokoh penduduk kota tersebut. Akibatnya,
lutut Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam telah berdarah. Melihat penganiayaan itu,
malaikat sangat marah sehingga menawarkan untuk menghancurkan penduduk Thaif
dengan membalikkan bukit-bukit sekitar bandar itu, sehingga penduduk Tha’if
akan mati semua. Tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menolaknya dan berkata, “Jangan, mereka
tidak tahu kalau saya ini rasul-Nya.” Malaikat menjawab: “Tuan benar.”
Setelah itu baginda terus berdoa untuk penduduk Thaif: “Ya ALLAH berilah
petunjuk kepada kaumku, karena mereka tidak mengetahui.”
8. Pernah seorang sahabat
radhiyallahu ‘anhu duduk secara menghimpit paha dengan paha Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam membiarkan saja untuk menjaga hati sahabat
tersebut supaya tidak menganggap bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam tidak sudi duduk bersamanya.
9. Sewaktu hijrah ke
Madinah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dikejar dengan kuda
oleh seorang bernama Suraqah yang bercita-cita merebut hadiah yang ditawarkan
oleh kafir Quraisy Makkah jika berhasil membunuh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Na’udzubillah. Setiap kali kuda Suraqah mendekati
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, setiap kali itulah kudanya
tersungkur jatuh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak
bertindak apa-apa dan bahkan Rasulullah memaafkannya. Akhirnya Suraqah
menyerah dan berjanji tidak akan membunuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam lagi.
10. Suatu ketika
seorang musuh bernama Da’tsur mendapati Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam sedang beristirahat di atas batu. Dia terus melompat dan
meletakkan pedangnya di leher Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dan berkata, “Siapa yang akan menyelamatkan nyawa kamu dari tanganku?” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam spontan menjawab, “ALLAH!”
Mendengar jawaban
Rasulullah itu, Da’tsur menggeletar tangannya hingga pedangnya jatuh daripada
tangan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil pedang itu dan
bertanya, “Kali ini siapa yang akan menyelamatkan kamu dari tanganku?” Da’tsur
menjawab, “Tidak ada.”
Akhirnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam memaafkan Da’tsur. Melihat kasih sayang yang
ditunjukkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu, Da’tsur
pun mengucapkan dua kalimah syahadah (masuk Islam). Allahu akbar….
11. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam sangat penyayang terhadap putra dan putrinya, termasuk
dengan semua anak kecil dan mempunyai sifat kasih sayang terhadap
isteri-isterinya. Jika ada kesalahan dari isteri-isterinya, maka baginda shallallahu
‘alaihi wasallam selalu memaafkannya. Baginda shallallahu ‘alaihi
wasallam juga membantu kerja rumah tangganya sendiri dan pernah beliau shallallahu
‘alaihi wasallam mencuci jubah dan sandalnya sendiri.
12. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam sering berjalan dan dekat dengan fakir miskin dan sering
menziarahi pula janda-janda, dan bertanya akan keperluan hidup mereka. Bahkan
dengan orang-orang miskin dan melarat, baginda shallallahu ‘alaihi wasallam
sering duduk bersama mereka, berbicara, makan minum dan akrab bergaul dengan
mereka.
13. Pernah pada suatu
pagi di Hari Raya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertemu
seorang anak yang sedang menangis di tepi jalan. Baginda shallallahu ‘alaihi
wasallam sangat terharu dan bertanya, “Mengapa engkau menangis?” Anak
tersebut menjawab, “Ayah saya telah mati syahid sementara ibu saya sudah
kawin lagi. Saya hidup sendiri dan saya tidak mempunyai baju baru untuk berhari
raya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengalirkan air mata
mendengar jawaban anak tersebut. Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Sukakah kamu kalau aku menjadi ayahmu dan Aisyah (isteri Rasulullah)
menjadi ibumu?” Sungguh tidak terkira gembiranya rasa hati anak itu, ketika
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mulia menjadi
ayahnya. Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam pun membawa pulang anak
tersebut ke rumahnya. Anak itu dimandikan, dibelikan pakaian baru dan dijamu dengan
makanan. Betapa gembiranya hati anak itu, sehingga Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam ikut bergembira karena dapat menggembirakannya.
14. Pada waktu yang
lain, dalam perjalanan menuju ke pasar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam melihat seorang budak (hamba sahaya) sedang menangis di pinggir
jalan. Ketika baginda shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya mengapa
menangis, budak itu menjawab bahwa dia menangis karena uang yang diberi oleh
tuannya telah hilang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian
mengganti uangnya yang hilang itu dengan uang baginda sendiri. Tetapi ketika
baginda shallallahu ‘alaihi wasallam kembali dari pasar, dilihatnya
budak yang sama masih menangis. “Kenapa kamu masih menangis?” tanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. “Sekarang ini saya menangis
karena takut dimarahi dan dipukul oleh tuan saya karena saya sudah terlambat
pulang dari pasar,” jawab budak itu.
Untuk menghindari
agar budak itu tidak dimarahi oleh tuannya, maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menemaninya pulang. Rupanya rumah itu dihuni oleh
sekumpulan wanita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian
memberi salam. Setelah tiga kali memberi salam, barulah salam Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam itu dijawab. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bertanya, “Apakah kamu tidak mendengar salam saya sebelumnya?”
Wanita-wanita itu menjawab, “Kami semua mendengar, tetapi kami sengaja tidak
langsung menjawab supaya kami mendapat doa dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam lebih banyak lagi…”
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam kemudian menerangkan mengapa budak itu lambat. Baginda shallallahu
‘alaihi wasallam meminta supaya budak itu tidak dihukum dan tidak dimarahi,
tetapi sekiranya mereka tidak merasa puas, Rasulullah menawarkan dirinya
sebagai ganti untuk dihukum dan siap dimarahi. Lantas Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menyingkap lengan bajunya. Mendengar jawaban Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam itu, para wanita itu lantas berkata, ”Tidak, ya
Rasulullah. Mulai sekarang, kami memerdekakan budak ini.” Itulah kesan
kasih sayang yang ditunjukkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
16. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bertetangga dengan seorang Yahudi. Baginda shallallahu
‘alaihi wasallam sangat menjaga hak-hak tetangga. Baginda shallallahu
‘alaihi wasallam tidak pernah melakukan sesuatu yang menyakiti hati tetangganya
dan bahkan baginda sering menghadiahkan makanan dan lain-lain hadiah kepada tetangga
Yahudinya itu.
17. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam juga sangat berpegang teguh tentang hak-hak orang kafir dzimmi
(kafir dzimmi adalah orang kafir yang hidup dalam keamanan orang Islam).
Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mendzalimi
kafir zimmi walaupun dia orang Islam, maka sayalah pembelanya (penebusnya).”
18. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam juga sangat mengasihi binatang. Baginda shallallahu
‘alaihi wasallam melarang anak-anak menyiksa binatang. Untuk menyembelih
binatang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan supaya
menggunakan pisau yang tajam, agar binatang tersebut cepat mati dan tidak lama
dalam kesakitan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering
mengingatkan supaya unta-unta dan himar tidak dibebani oleh muatan yang
berlebihan daripada apa yang sanggup ditanggung binatang tersebut.
Pernah seekor kucing
tidur diatas sorban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka
baginda shallallahu ‘alaihi wasallam menggunting bagian tempat kucing
itu tidur di atasnya karena tidak mau mengejutkan kucing tersebut. Ketika dalam
perjalanan dari Madinah ke Makkah di tahun kemenangan, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam melihat seekor anjing di tepi jalan. Anjing itu
mengeluarkan suara seakan-akan membujuk anaknya yang sedang mengerumuninya
untuk menyusu. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminta
seorang sahabat untuk menjaga jangan sampai ada dari kalangan anggota rombongan
baginda yang mengganggu anjing itu dan anak-anaknya. Ketika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam melihat seekor himar yang telah diberi tanda dengan besi
panas di mukanya, baginda memarahinya dan melarang hewan itu diberi tanda dan
dipukul di mukanya.
19. Ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam meninggalkan kabilah Tsaqif, ada seorang
lelaki yang memohon kepada beliau, “Wahai Rasulullah, berdoalah untuk
kebinasaan mereka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata,
“Ya ALLAH, berilah petunjuk kepada kabilah Tsaqif dan bimbinglah mereka
ke jalan yang benar.”
20. Suatu ketika Abu Dzar
radhiyallahu ‘anhu keluar bersama hamba sahayanya yang berpakaian
seperti apa yang beliau pakai, lalu ada orang bertanya, “Mengapa kamu
berbuat demikian?” Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu menjawab, beliau
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hamba
sahaya itu adalah saudaramu, mereka di jadikan oleh ALLAH di bawah kekuasaanmu.
Maka barangsiapa saudaranya di bawah kekuasaannya (di bawah penjagaannya),
hendaklah dia memberi makan dengan apa yang dia makan dan memberi pakaian
dengan pakaian yang ia pakai, dan janganlah hamba itu disuruh melakukan
pekerjaan di luar batas kemampuannya. Apabila mereka diperintahkan bekerja maka
bantulah mereka.”
Ini sebagian saja dari
kisah nyata sebagai bukti betapa pengasih dan pemaafnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, model agung kecintaan yang paling unggul dan patut
dicontoh oleh manusia sepanjang zaman.
Kasih Sayang
Rasulullah kepada Ummat
· Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
selalu berpikir bagaimana bayi yang pertama kali lahir dan bayi yang terakhir
kali lahir semuanya mendapat hidayah dari Allah subhanahu wa
ta’ala.
· Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah meminta
agar didoakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Ampunilah dosa Aisyah yang lalu dan yang akan datang.” Aisyah radhiyallahu
‘anha bukan main senangnya sampai berguling-guling. Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bertanya : “mengapa engkau begitu
senang, ya humairah?” Aisyah radhiyallahu ‘anha menjawab, “siapa
yang tidak senang didoakan oleh kekasih Allah subhanahu wa
ta’ala.” Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam mengatakan : “ummatku setiap
harinya 5 kali aku doakan.” Inilah sayangnya Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam kepada ummat.
Ketika Isra'
Mi'raj penghulunya malaikat (Jibril ‘alaihis salam) dan penghulunya
manusia (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam)
sama mengadakan perjalanan. Setelah sampai di batas yang ditentukan Jibril ‘alaihis
salam berkata : “Ya Nabi Allah, saya tidak bisa lagi melanjutkan
perjalanan. Kalaulah Aku melangkah satu langkah saja. Niscaya aku akan binasa.”
Jadi, perjalanan dilanjutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
untuk berjumpa dengan Allah. (Disini menunjukkan bahwa manusia itu lebih mulia
dari pada malaikat). Kemudian terjadi dialog antara Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dan Allah subhanahu wa
ta’ala :
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam berkata : “Attahiyyaatul
Mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lillaah”.
“Ya Allah, segala penghormatan, keberkahan, shalawat dan kebaikan hanya
milik-Mu ya Allah”. Allah subhanahu wa ta’ala
pun berfirman : “Assalaamu’alaika
ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh”.
“Wahai Nabi selamat sejahatera semoga tercurah kepada Engkau wahai Nabi
Muhammad, semoga juga Rahmat Allah dan Berkah-Nya pun tercurah kepadamu wahai
Nabi”
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam berkata : “Assalaamu’alainaa
wa’alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin”.
“Semoga salam sejahtera tercurah kepada kami dan hamba-hamba-Mu yang shaleh”.
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam ketika itu masih mendokan kita : “Semoga
salam sejahtera tercurah kepada kami dan hamba-hamba-Mu yang shaleh”.
Begitulah sayangnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
kepada kita.
Ummat ku yang
shaleh, Ya Allah. Pikir ummat, Inilah sayangnya nabi shallallahu
‘alaihi wasallam kepada ummat.
· Ketika Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam hendak meninggal dunia, malaikat
Jibril ‘alaihis salam berkata : “Ya Kekasih Allah, hari ini surga
sudah dihias seindah mungkin. Untuk menyambut kedatangan-Mu.” Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bertanya : “Wahai Jibril, itu
untuk-ku, apa untuk ummat ku.” Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam pun masih ingat kepada kita. Malaikat
Jibril ‘alaihis salam berkata : ”Akan diharamkan ummat terdahulu
masuk surga, sebelum ummat-mu masuk surga.” Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam jadi lega mendengar hal itu.
· Ketika malaikat Izrail ‘alaihis salam hendak
mencabut nyawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Beliau shallallahu
‘alaihi wasallam bertanya : “Apakah seperti ini juga
nanti yang dirasakan ummatku?” Malaikat Izrail ‘alaihis salam menjawab
: “Ini yang paling ringan.” Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam menangis, “bagaimana nanti dengan
ummat-ku, mereka nanti akan merasakan kesakitan yang luar biasa.” Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam berdoa : “Ya Allah, Engkau
limpahkanlah semua kesakitan sakaratul maut ummat-ku kepadaku, supaya mereka
tidak merasakan kesakitan sakaratul maut.” Di saat sakaratul maut pun Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam masih memikirkan ummatnya.
Sehingga akhir
dari lisan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ummati, Ummati, Ummati. Tetapi kita sebagai ummat-nya jarang
sekali mengingat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
· Orang yang pertama kali nantinya dibangkitkan
adalah Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. Ketika Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam telah dibangkitkan, Beliau bukan
bertanya : “Mana istriku Khadijah, mana anakku Fatimah, mana cucuku Hasan
dan Husain tetapi yang ditanya oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam adalah Aina ummati, Aina ummati, Aina ummati
dimana ummatku, dimana ummatku, dimana ummatku.”
· Ketika hendak menyeberangi titian Shirathal
Mustaqim, para nabi berkata : “Robbi Sallimna, selamatkan Saya.”
Tetapi Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam berkata sambil berdiri di penghujung
titian : “Robbi Sallim Ummati, selamatkan ummatku.” Disaat itu manusia
jatuh keneraka seperti hujan. Titian Shirathal Mustaqim itu 500 tahun
mendaki, 500 tahun mendatar, 500 tahun menurun. Melihat keadaan ini Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam menangis dan terus berkata : “Robbi
Sallim Ummati, Robbi Sallim Ummati, Robbi Sallim Ummati.”
Begitulah
sayangnya Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam kepada ummat.
Apalagi kita
sebagai ummat akhir zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
sangat sayang kepada kita.
· Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda : “Sungguh aku sangat ingin berjumpa dengan saudara-saudaraku,”
Seorang sahabat radhiyallahu ‘anhu bertanya, “Ya Rasulullah, bukankah
kami ini saudara-saudaramu?” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menjawab, “Kalian adalah
sahabat-sahabatku, sedangkan saudara-saudaraku adalah orang-orang yang beriman
kepadaku padahal mereka belum pernah berjumpa denganku.” (HR. Ahmad)
· “Sungguh beruntung orang yang beriman kepadaku dan
pernah melihatku (Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sabdakan demikian satu kali). Dan sungguh beruntung (Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam sabdakan hingga tujuh kali) orang yang
beriman kepadaku padahal ia tidak pernah melihatku!”
(HR. Ahmad)
· Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
adalah orang yang paling di cintai oleh Allah subhanahu wa
ta’ala, kenapa? Karena Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam adalah orang yang paling banyak mengajak
ummat untuk mencintai Allah subhanahu wa ta’ala.
Kalau kita
juga mau di cintai Allah subhanahu wa ta’ala,
ajaklah manusia sebanyak-banyaknya mencintai Allah. Maka Allah subhanahu wa
ta’ala akan semakin cinta kepada kita. Bagaimana pikir
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam menjadi pikir kita. Bagaimana risau
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam menjadi risau kita. Bagaimana ummat
selamat dari azab yang pedih.
Usaha Dakwah dab Tabligh
Usaha
dakwah adalah sarana tarbiyah ummat untuk mencapai kesempurnaan sifat ummat di
seluruh alam yang dikerjakan secara bertahap-tahap sehingga ummat ini layak
untuk meneruskan risalah kenabian. Dengan usaha dakwah dan tabligh, sebenarnya
merupakan pengamalan secara langsung kasih sayang kepada ummat. Dengan usaha
dakwah dan tabligh, kita datang kepada ummat, merayu, menyampaikan kemuliaan
kalau mengamalan agama sebagai perintah Allah subhanahu wa ta’ala, dan
kemudian mengajak mereka bersama-sama mengamalkan agama secara sempurna
sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian
memberikan fikir kepada ummat pentingnya meneruskan kerja Nabi sehingga
diusahakan bagaimana seluruh manusia bisa amal agama Islam. Dalam
pelaksanaannya orang yang buat usaha dakwah dan tabligh mencontoh Rasulullah
dan para sahabat, yaitu dengan mengorbankan diri, harta dan waktu sendiri untuk
datang kepada ummat manusia sebagai rasa persaudaraan dan kasih sayang agar
semua manusia terbebas dari adzab Allah di dunia dan akhirat serta bisa meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat,
masuk ke dalam syurga yang penuh dengan kenikmatan.
Dengan
usaha dakwah dan tabligh, maka tarbiyah bagi ummat yang diharapkan agar dicapai
sifat-sifat :
1. Iman dan
yakin seperti iman dan yakinnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam
2. Fikir dan
risau seperti fikir dan risau Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam
3. Maksud
hidup seperti maksud hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
4. Kecintaan
seperti kecintaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
5. Tertib
hidup seperti tertib hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Oleh karena
itu perlu ada tahapan-tahapan dalam Usaha Dakwah, yaitu :
1. Tahap dasar
( 10% nishab umur )
2. Tahap
menengah ( 1/3 nishab umur)
3. Tahap
tinggi ( harta, diri, waktu siap dimusyawarahkan)
Fase-fase orang
buat usaha dakwah dan tabligh :
1. Fase
jahiliyyah (sebelum kenal usaha dakwah)
2. Fase Hidayah
(dikenalkan dalam usaha dakwah)
3. Fase
Tarbiyah (dididik dan digembleng dalam usaha dakwah)
4. Fase
Nushroh (ditolong Allah dan manusia berbondong-bondong masuk Islam)
Usaha
dakwah adalah usaha atas hati-hati manusia yang hasilnya berupa hidayah atau
petunjuk jalan yang lurus, yang sering kita memohon dan berdoa dalam shalat
kita, ketika kita membaca surat Al Fatihah, yaitu “ihdinash shiraathal
mustaqiim”. Jika doa kita dalam shalat tersebut, kemudian diiringi
dengan usaha yaitu buat dakwah dan tabligh, niscaya Allah akan menunjukkan
jalan-jalan hidayah kepada kita.
Maka perlu ketika
kita buat usaha dakwah dan tabligh kita berniat :
1. Ishlah Diri
(memperbaiki diri)
2. Dakwah
sebagai maksud hidup
3. Siap
dihantar ke seluruh alam
4. Mengharap
ridho Allah
Kita harus
ada ghiroh dalam dakwah :
1. Kalah untuk
menang
2. Lembut tapi
tembus
3.
Keras tapi tidak kurang ajar
Kita lihat hasil yang dicapai jika kita
buat usaha dakwah dan tabligh dengan tertib dan istiqamah, sebagaimana laporan
jamaah dakwah yang telah dihantarkan ke seluruh alam, diantaranya contoh
laporan Jamaah Arab di bawah ini.
Laporan Jamaah Arab
Alhamdulillah, 1 jama’ah dari Jeddah
dan Makkah sedang bergerak di Bandung selama 2 pekan. Amir nya memberikan bayan
di malam markaz. Amirnya bekerja di Saudi Airlines, tapi juga seorang Hafidz 30
juz dan ‘alim. Total jama’ah ada 5 orang.
Alhamdulillah, kerja da’wah di Saudi
berkembang pesat walaupun kerja mereka masih tidak terang-terangan seperti di
Indonesia terkait dengan pemerintahan disana. Mereka masih dapat mengeluarkan
jama’ah 4 bulan dan 40 hari dengan lancar. Jama’ah ini sendiri bergerak 40 hari
di Indonesia.
Para ‘ulama disana alhamdulillah senang
dengan usaha da’wah. Begitu juga para imamnya. Mereka sudah bersilaturahim
dengan Imam As Sudais, Ash Shuraim dan lainnya, dan mereka senang
dengan usaha ini. Adik dari pengarang buku Laa Tahzan Qais Al Qarni juga
aktif dalam usaha da’wah ini. Sedangkan abangnya (sang pengarang) sudah ada
keniatan untuk keluar beberapa hari, tapi belum menjumpai waktu yang pas.
InsyaAllah do’akan saja…
Beberapa karguzari atau laporan dari
jama’ah ini [di tarjimkan (diterjemahkan) oleh Ustadz Husni Cianjur]:
Satu jama’ah dari Mesir dikirim ke
daerah pedalaman Sudan. Daerah tersbut hanya bisa ditempuh dengan mengendarai
onta. Mereka berjalan hingga memasuki daerah pedalaman tersebut. Dan masya Allah
dan Na’udzubillah, sesampainya di sana, mereka menjumpai beberapa wanita
Germany yang telah lama tinggal disana dan bekerja sebagai misionaris. Ajib,
wanita-wanita Germany ini sudah tinggal disana sejak lama dan berhasil
mengKristenkan hampir seluruh penduduk di daerah tersebut.
Akhirnya jama’ah bergerak di daerah
tersebut selama 40 hari. Dan alhamdulillah, mereka berhasil mengislamkan
kembali para muslim yang telah murtad tersebut. Gereja yang telah mereka
dirikan, berubah jadi Masjid. Sekolah yang di bangun misionaris juga berubah
jadi madrasah.
Beberapa pemuda asli diajak oleh jama’ah untuk belajar ke Mesir. Subhanallah, inilah asbab dari kehidupan mereka yang sederhana dan jauh dari kehidupan kota. Kehidupan mereka [yang tinggal di daerah pedalaman Sudan tersebut] sangat jauh dari teknologi. Tak ada TV, radio dan sejenisnya. Jual beli masih menggunakan sistem barter dan tak ada mata uang. Para pemuda Sudan tersebut memiliki kecepatan hafalan yang sangat tinggi. Ketika guru mereka membaca 1 hadits, maka mereka langsung dapat menghafal hadits tersebut. Akhirnya selama lebih kurang 4 bulan mereka telah dapat menghafal banyak hadits. Akhirnya mereka pulang menjadi ulama’ di kampung mereka, Sudan pedalaman tersebut.
Beberapa pemuda asli diajak oleh jama’ah untuk belajar ke Mesir. Subhanallah, inilah asbab dari kehidupan mereka yang sederhana dan jauh dari kehidupan kota. Kehidupan mereka [yang tinggal di daerah pedalaman Sudan tersebut] sangat jauh dari teknologi. Tak ada TV, radio dan sejenisnya. Jual beli masih menggunakan sistem barter dan tak ada mata uang. Para pemuda Sudan tersebut memiliki kecepatan hafalan yang sangat tinggi. Ketika guru mereka membaca 1 hadits, maka mereka langsung dapat menghafal hadits tersebut. Akhirnya selama lebih kurang 4 bulan mereka telah dapat menghafal banyak hadits. Akhirnya mereka pulang menjadi ulama’ di kampung mereka, Sudan pedalaman tersebut.
Salah seorang dari mereka telah
berda’wah ke Italy. Ketika itu sedang ada jaula/silaturahim berjama’ah. Pada saat
yang lain, seorang dedengkot mafia sedang dikejar-kejar oleh polisi dengan
mengendarai mobil. Mafia tersebut lalu melompat dari mobilnya dan menyelinap
masuk ke dalam rombongan jaulah tersebut. Anehnya, para polisi tersebut
tidak menemukan si mafia ini. Maka mafia ini mengikuti jama’ah sampai ke masjid
dan duduk dalam majlis. Ketika itu juga dia masuk islam dan bersyahadat dan
mengikuti jama’ah tersebut keluar selama 40 hari. Setelah keluar 40 hari, ia
langsung berangkat 4 bulan India Pakistan dan Bangladesh.’
Masya Allah, setelah ia pulang dari 4
bulan IPB (India Pakistan dan Bangladesh), ia menjumpai anak buahnya dan
mengajak mereka untuk masuk Islam. Akhirnya, sekitar 1200an anak buahnya
memeluk Islam. Dan mereka mendirikan lebih kurang 15 masjid di seluruh Italy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar