IBADAH
QURBAN MEMBUKA PINTU KEBERKAHAN
الله
أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله
أكبر لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ
لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ
صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ
إِلاًّ اللَّهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ
لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ
لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا
بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ:
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu
Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.
Ma’aasyiral
Muslimiin Rahimakumullah
Disaat
yang sangat berbahagia ini, kita mendapatkan kesempatan untuk menghadapkan
segala kerendahan diri dan kehinaan di hadapan Dzat Yang Maha Mulia dan Perkasa.
Marilah kita berusaha untuk selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita
kepada Allah subhanahu wa ta’ala, sebagai jalan untuk meraih kesuksesan
kita di dunia dan kebahgaiaan yang sempurna di akhirat.
Untuk
memperingati kejadian besar dalam sejarah kemanusiaan
yang tiada tandingnya, pengorbanan hidup yang dilakukan oleh manusia pilihan Allah, yaitu Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam
beserta keluarganya seakan telah menjadi pondasi bangunan
yang kokoh kuat ketika Allah berkehendak menghidupkan dan membangun kota Mekkah
Al-Mukarromah. Tanah yang asalnya mati dan gersang menjadi kota yang makmur
penuh berkah. Tanah dimana Baitullah dibangun di muka
bumi ini. Pengorbanan besar itu hari ini kita peringati, bersama-sama kaum
mu’minin dan muslimin di seluruh dunia, diperingati tidak sekedar untuk
mengenang saja, namun juga harus mampu kita jadikan pelajaran dan tauladan
untuk menyemangati hidup kita, agar kita mendapat kekuatan batin dan jiwa untuk
menempuh jalan kehidupan dengan segala tantangan yang ada di dalamnya.
Allahu
Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.
Ma’aasyiral
Muslimiin Rahimakumullah
Di
dalam Al Qur’an kita akan menemukan penjelasan Allah subhanahu wa ta’ala
tentang manusia yang telah mendapat rekomendasi untuk di teladani. Mereka adalah nabi Ibrahim ‘alaihis
salam dan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana firman Allah menjelaskan:
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الْآخِرَ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
Sesungguhnya
pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu)
bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari
kemudian. dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dia-lah yang
Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS: Al Mumtahanah/60: 6).
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.”
(QS: Al Ahzab/33: 21)
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamd.
Kaum
Muslimin Yang Dimuliakan Allah subhanahu wa ta’ala.
Idul
Adha identik dengan Idul Qurban, tapi qurban yang dimaksudkan khotib dalam
khutbah kali ini bukan sekedar menyembelih hewan qurban kemudian dagingnya dibagikan
kepada orang-orang yang berhak menerima. Qurban yang dimaksudkan adalah
melaksanakan pengurbanan hakiki, yakni mengurbankan sebagian yang kita miliki
dan cintai, baik harta benda maupun penghormatan untuk dibagikan kepada orang
yang lebih membutuhkan, hal itu dilakukan semata-mata untuk melaksanakan
“ta’abbudan lillah”, semata-mata mengabdi kepada Allah dalam rangka
memperingati dan mengenang pengurbanan besar yang dilakukan Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis
salam beserta keluarganya. Pengurbanan mana yang tidak hanya bisa dijadikan
pelajaran dalam hidup saja, namun juga mampu meningkatkan taraf kehidupan kita,
baik di dunia maupun di akhirat nanti. Pengurbanan yang mampu mengangkat hasrat
kemanusian, meningkatkan kapasitas hidup dan kemampuan pribadi, menjadi orang mulia
baik dihadapan manusia maupun dihadapan Rabbul Izzah, demikian itu yang pernah
dilakukan dan didapatkan Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam beserta
keluarganya.
Peristiwa
pengurbanan besar tersebut dimulai ketika Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam
dengan tulus ihlas dan ridho melaksanakan perintah Allah yang tidak logis,
yakni menempatkan sebagian anggota keluarga tercinta di tanah Mekkah
Al-Mukarromah yang saat itu belum berpenghuni, tanah tandus tidak berkehidupan,
tidak ada air tidak ada makanan, supaya nantinya di tanah itu manusia
mendirikan sholat dan beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Siti
Hajar dan Isma’il, salah satu Istri dari dua istri tercinta dan satu-satunya
putra yang masih dalam susuan, mereka berdua harus ditinggalkan begitu saja
oleh Nabiyullah Ibrahim as di tanah yang terpencil dan terasing tersebut,
berdua harus mempertahankan hidup dalam sendirian dengan bekal hidup yang
pas-pasan.
Peristiwa
tersebut diabadikan Allah subhanahu wa ta’ala dengan firman-Nya dalam
bentuk kalimat doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam di dalam
kitab suci al-Qur’an al-Karim:
رَبَّنَا
إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ
الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ
تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Ya
Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah
yang tidak mempunyai tumbuhan di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati,
ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka
jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah
mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim : 37)
Ma’aasyiral
Muslimiin Rahimakumullah
Pengorbanan
yang dimaksud secara kongkrit tergambar dalam bentuk keihlasan dalam
memperjuangkan hidup dan menjalani penderitaan yang amat sangat dalam rangka
mempertahankan kehidupan yang dilakukan oleh seorang ibu bersama anaknya yang
masih dalam susuan, berdua dalam kesendirian ditengah luasnya padang pasir yang
tidak berpenghuni. Meskipun Siti Hajar yakin Allah tidak akan menelantarkan
hidupnya, namun melaksanakan keyakinan tersebut ternyata tidak segampang
seperti ketika diucapkan. Sebagaimana ketika dia berkata kepada suaminya disaat
detik-detik suaminya akan meninggalkan dirinya berdua : “Wahai suamiku,
apakah engkau diperintah Allah dalam hal ini?”. Dalam pertanyaan yang
ketiga kalinya baru Nabi Ibrahim ‘alaihis salam menjawab meski tanpa
menoleh, karena takut hatinya terpengaruh sehingga berakibat buruk, berubah
pendirian dan tidak mampu melaksanakan perintah tidak logis itu: “Benar
wahai Istriku, aku diperintah Allah untuk melakukan ini”. Siti Hajar
kemudian berkata: “Wahai suamiku, jika ini memang perintah Allah, maka
lakukan saja, aku yakin Allah tidak akan menelantarkan kami berdua disini”.
Melaksanakan
keyakinan hati ternyata tidak semudah seperti saat mengucapkannya di bibir.
Siti Hajar berdua ternyata harus menghadapi penderitaan yang amat sangat,
sampai-sampai nyawanya berdua hampir direnggut kematian. Ketika bekal makanan
yang ditinggalkan suaminya sudah habis, padahal air tidak mungkin bisa didapat
ditempat yang kering itu, sedangkan anak yang digendongan menangis tiada henti
minta disusui, padahal air susu sudah tidak keluar lagi karena perut sudah lama
tidak terisi, maka sang Ibu mencoba mencari pertolongan. Dengan sisa tenaga yang ada Siti Hajar berlari-lari kecil antara dua
bukit yang ada di sekitar tempat itu, bukit Shofa dan Marwa. Dari atas dua
bukit tersebut dia melihat kesana-kemari, berharap dapat menemukan manusia yang
bisa memberikan pertolongan kepadanya, namun sampai 7X pulang pergi, hasilnya
tetap nihil juga, Sang Ibu yang sedang kelelahan dan lemas karena kelaparan itu
tidak juga menjumpai seorangpun yang bisa memberikan pertolonggan kepadanya.
Peristiwa ini diabadikan Allah dengan firman-Nya:
إِنَّ
الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ
اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ
خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ
Sesungguhnya
Shafaa dan Marwah adalah sebahagian dari syi`ar Allah. Maka barangsiapa yang
beribadah haji ke Baitullah atau ber-`umrah, maka tidak
ada dosa baginya mengerjakan sa`i antara keduanya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha
Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui. (QS.al-Baqarah : 158)
Pengurbanan
berikutnya merupakan pengurbanan yang lebih dahsyat lagi, bahkan sama sekali
tidak masuk di akal sehat. Betapa tidak, seorang ayah atas isyarat mimpi harus
menyembelih satu-satunya putra tercinta. Perintah Allah tersebut berawal dari
bisikan yang mengusik tidur Abal Anbiya’ Ibrahim ‘alaihis salam. Allah
memberikan wahyu lewat Ru’yah Shodiqoh kepada nabi-Nya agar menyembelih putra
semata wayangnya yang bernama Ismail. Ketika Ibrahim terjaga dari tidurnya, ia
mengira apa yang mengganggu tidurnya hanyalah bisikan setan sebab sangat tidak
mungkin Allah subhanahu wa ta’ala yang Maha penyayang dan pengasih
memerintahkannya untuk menyembelih putra yang telah lama dinanti-nantikannya
tersebut. Namun demikian Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, mencoba merespon
perintah Allah tersebut dengan akalnya, namun kemudian dia menampik perintah
tersebut lantaran tidak bisa diterima logika. Akan tetapi ketika Allah kembali
mengusiknya dengan mimpi yang sama sampai tiga kali. Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam Khalilullah ini mencampakkan akalnya dan menerima perintah Allah
tersebut dengan hati dan imannya secara Taabbudan Lillah, yakni sebagai wujud
ketundukan dan kepatuhan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Peristiwa
tersebut diabadikan Allah Ta’ala dalam firman-Nya dalam bentuk dialog antara
ayah dan anak:
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي
أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ
سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar”.(QS. Ash-Shofat : 102)
Subhanallah
!! Dihadapan kematian dengan pedang di tangan ayahnya sendiri seorang anak
dengan tulus berkata : “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Dihadapan
anak tercinta yang sedang berbaring lemas dipangkuannya dan menyiapkan lehernya
untuk digorok oleh tangannya sendiri, seorang bapak mampu melakukan hal itu
semata-mata karena melaksanakan perintah Allah yang hanya diterima melalui
mimpi. Ya Allah !!! siapakah yang sanggup melakuan pekerjaan yang tidak logis
itu selain para kekasih-Mu, selain orang-orang yang matahatinya cemerlang
karena telah diterangi nur ma’rifat kepada-Mu sehingga mampu menerima perintah
dengan cara tidak logis dan sekaligus melaksanakannya meski harus melakukan
pekerjaan yang tidak logis pula, maka pantas mereka berdua kemudian mendapatkan
penghormatan abadi dan ridho-Mu, bahkan menjadi lambang pengorbanan dan
perjuangan hidup sepanjang zaman.
Sehingga
dikala dengan sabar dan penuh keikhlasan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam
menjalankan perintah Allah tersebut, Allah bangga kepadanya. Sedetik sebelum
mata pedang yang sudah diasah tajam itu menyentuh leher anak yang sudah
terpejam matanya, dengan kuasa-Nya Allah subhanahu wa ta’ala mengganti
tubuh anak tersebut dengan seekor kambing kibas dari surga. Sebuah indikasi dan
pelajaran yang amat berharga bahwa apabila orang bisa bersabar dalam menghadapi
ujian dan musibah dan ridho serta ikhlas dalam menjalaninya, meski nyawa
taruhannya, maka bukan saja akan mendapat pahala, namun juga Allah akan
memberikan ganti yang lebih baik dan sempurna. Bahkan tidak hanya itu saja,
pengurbanan besar yang dilakukan dua manusia mulia tersebut ternyata tidak sia
sia, tidak hilang begitu saja ditelan zaman, namun terbukti telah menjadi
pondasi yang kokoh kuat atas bangunan kota Mekkah al-Mukarromah dan keberkahan
Allah yang dicurahkan di atasnya sampai saat sekarang.
Disamping
hal penting tersebut, Ibadah qurban juga mengandung pesan kepada kita agar memiliki
jiwa sosial dan peka terhadap penderitaan sesama serta pembangunan mental
spiritual yang tangguh. Ungkapan rasa syukur atas segala anugerah yang
diwujudkan dengan menasarufkan sebagian harta yang kita miliki dengan membeli
dan menyembelih hewan qurban serta pendistribusian dagingnya kepada kalangan fuqoro
wal masaakin agar di hari raya ini mereka dapat menikmati kegembiraan yang
sama, disamping merupakan simbol agar kita mau berbagi kepada sesama serta ikut
meringankan beban hidup orang lain yang bisa membangun kekuatan persaudaraan
antara sesama umat, juga menguatkan jiwa kita secara pripadi dalam menghadapi
tantangan dan kompetisi hidup yang rasanya seakan tidak berkesudahan, terlebih
apabila hal yang sangat positif tersebut tidak hanya bisa dilakukan pada
hari-hari tertentu saja, seperti hari Idul Adha sekarang ini, tetapi juga
setiap saat dan kesempatan yang ada, saat kita diberi kemampuan dan kelebihan
oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Allahu
Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.
Ma’aasyiral
Muslimiin Rahimakumullah
Ada
bebarapa keteladan nabi Ibrahim yang patut kita contoh, diantaranya:
1. Keteladanan dalam aqidah.
1. Keteladanan dalam aqidah.
Nabi
Ibrahim ‘alaihis salam memiliki aqidah yang benar dan lurus, tidak
bengkok mengikuti syahwat atau melengkung mengikuti nafsu. Tidak terjerumus kepada
syirik, tidak menyembah bintang, bulan, matahari, pohon maupun berhala.
إِنَّ
إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ
الْمُشْرِكِينَ
“Sesungguhnya
Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada
Allah dan hanif[*]. dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang
mempersekutukan (Tuhan),” (QS: An Nahl / 16 : 120)
[*]
Hanif Maksudnya: seorang yang selalu berpegang kepada kebenaran dan tak pernah
meninggalkannya.
“Dan
(ingatlah) Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya: “Sembahlah olehmu Allah
dan bertakwalah kepada-Nya. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui.”
(QS: Al ‘Ankabut / 29 : 16).
Ayat
di atas menegaskan keyakinan dan aqidah yang dimiliki nabi Ibrahim ‘alaihis
salam, yaitu hanya menyembah kepada Allah saja, dan sikapnya tersebut
diekspresikan dengan dakwah, mengajak kaummya untuk menyembah Allah dan
bertaqwa kepada-Nya. Dan perlu diketahui juga bahwa nabi Ibrahim as bukan orang
Yahudi, bukan orang Nasrani dan bukan pula orang musyrik, tetapi beliau adalah
seorang muslim yang telah totalitas berserah diri kepada Allah.
“Ibrahim
bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah
seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah
dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” (QS: Ali Imran / 3 : 67)
“Ketika
Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk
patuh kepada Tuhan semesta alam”. (131). Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan
itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai
anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah
kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. (132). Adakah kamu hadir ketika
Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya:
“Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” mereka menjawab: “Kami akan menyembah
Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang
Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.(133). (QS: Al
Baqarah / 2 : 131-133).
2.
Keteladanan dalam taat kepada Allah.
Nabi
Ibrahim ‘alaihis salam telah memberikan contoh dan teladan yang baik
dalam ketaatan kepada Allah, dia melaksanakan perintah Allah dengan ikhlas,
sepenuh hati dikerjakan, hanya mengharap ridha Allah.
Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim ‘alaihis
salam, beliau berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.(102). tatkala keduanya telah
berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah
kesabaran keduanya ).(103). dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,(104).
Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu Sesungguhnya demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(105). Sesungguhnya
ini benar-benar suatu ujian yang nyata.(106). dan Kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar.(107). “(QS: As Shaaffat /37 : 102 –
107)
Dari
ayat di atas, kita mendapat penjelasan bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam
melaksanakan perintah Allah dengan baik, walaupun harus meyembelih anaknya
sendiri.
Memang
dalam kondisi semacam itu akan berat menerimanya, pilihan yang sulit, betapa
tidak, sudah lama mengidam-idamkan anak, menunggu bertahun-tahun, bahkan
berpuluh tahun, ketika sudah di dapat apa yang diharap, diperoleh apa yang
diinginkan, seorang anak yang baik rupanya, sempurna akhlaknya, Ismail namanya,
lantas ada perintah untuk menyembelih anak yang telah menjadi buah hati,
penyejuk mata, sungguh berat ujian tersebut.
Tetapi,
nabi Ibrahim ‘alaihis salam dapat melalui ujian yang berat tersebut,
karena dia tahu tentang skala prioritas dalam hidup ini, yaitu mengabdi kepada
Allah, mendahulukan perintah Allah dari yang lainnya.
3.
Keteladanan dalam membina keluarga.
Nabi
Ibrahim ‘alaihis salam telah memberikan keteladanan yang baik terkait
dengan kehidupan berumah tangga, dalam membina keluarga sakinah mawaddah
warahmah. Dia mampu mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak yang shaleh, berbakti
kepada kedua orang tua dan taat kepada Allah.
Ismail
dan Ishaq adalah anak nabi Ibrahim ‘alaihis salam, mereka adalah nabi.
Cucu nabi Ibrahim juga ada yang menjadi nabi, namanya Ya’qub bin Ishaq bin
Ibrahim, cicitnya juga ada yang menjadi nabi, namanya Yusuf bin Ya’qub bin
Ishaq bin Ibrahim. Bahkan keturunan nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang
bernama Muhammad bin Abdullah juga seorang nabi dan rasulullah, bahkan menjadi
nabi dan rasul yang terakhir, tidak ada lagi nanti dan rasul sesudahnya, sehingga
nabi Ibrahim mendapat gelar Abul Anbiya’ (bapak para nabi).
Nabi
Ibrahim ‘alaihis salam senantiasa mengedepankan dialog dan musyawarah
dalam mengambil keputusan, tegas dalam kebenaran, menghargai pendapat orang
lain walaupun itu dari anak kecil.
Dalam
kisah pada ayat di atas (QS: As Shaaffat /37 : 102 – 107), Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam, walaupun sudah tua, sudah berumur, kaya pengalaman, bak pepatah
mengatakan sudah banyak makan asam dan garam, akan tetapi tidak sombong, tidak
angkuh, tidak otoriter, tidak ingin menang sendiri, tidak memaksakan kehendak.
Beliau masih minta pendapat orang lain, walaupun pendapat itu berasal dari
seorang anak. Pendapat anak tersebut dia hargai bahkan dia laksanakan dengan
sepenuh hati.
Begitu
pula anaknya, bukanlah tipe anak yang cengeng, tidak penakut, berani
menyampaikan pendapat, dan taat kepada Tuhan Yang Maha Agung, Allah subhanahu
wa ta’ala.
Ketika
nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan anaknya telah berserah diri dan sabar
atas perintah Allah, maka Allah tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang
besar. Peristiwa ini kemudian dilanjutkan oleh generasi sesudahnya hingga
generasi sekarang dengan prosesi penyembelihan hewan qurban, tanggal 10
Dzulhijjah dan dilanjutkan pada hari tasyrik.
Rasulullah
melaksanakan sholat ‘Idul Adha yang pertama pada tahun kedua Hijryah dengan
menyembelih hewan qurban, untuk melestarikan tradisi yang dicontohkan oleh Nabi
Ibrahim ‘alaihis salam. Karena perbuatan yang paling disukai Allah pada
hari Nahr adalah qurban, seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّخْرِ عَمَلًا اَحَبَّ
اِلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ اِرَاقَةِ الدَّمِ. الحديث (رواه الحاكم وابن ماجه
والترمدى)
Dari
Aisyah radhiyallahu’anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Tidak ada suatu amalan yang paling dicintai Allah dari Bani Adam
ketika hari Raya Idul Adha dari pada mengalirkan darah (menyembelih hewan qurban).”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim).
Anas
Radhiyallahu’anhu bekata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Pada setiap bulu yang menempel di kulitnya terdapat kebajikan.”
(HR. Ahmad bin Hanbal dalam musnadnya)
Adapun
keutamaan-keutamaan menyembelih hewan qurban, Rasulullah telah menjanjikan
bahwa keutamaan menyembelih hewan qurban ialah “BIKULI SYA’ROTIN HASANATAN”
bahwa dari setiap helai bulu binatang qurban yang disembelih akan mendapat
pahala satu kebaikan. Kemudian dalam hadis lain Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam
bersabda:
مَنْ ضَحَى طَيِّبَةً بِهَا نَفْسَهُ مُحْتَسِبًا اَجْرَهَا
عَلَى اللهِ كَانَتْ لَهُ حِجَابًا مِنَ النَّارِ
Artinya:
“Barang siapa yang menyembelih qurban dengan baik dan rela hatinya mengharap
pahala dari Allah , maka qurbanya akan menjadi penutup baginya dari api
neraka”.
Dalam
hadis lain juga disebutkan yang artinya: “Agungkanlah dan mulikanlah hewan
qurbanmu sekalian, karena itu akan menjadi kendaraanmu di atas Shiroth dan
ingatlah bahwa sesungguhnya qurban itu bagian dari amal yang bisa menyelamatkan
pelakunya dari kejelekan hidup di dunia maupun di akhirat” sehingga
Rasulullah mewajibkan dirinya sendiri untuk berqurban lewat sabdanya:
ثَلاَثَةٌ هُنَّ عَلَيَّ فَرَائِضٌ وَهُنَّ لَكُمْ تَطَوُّعٌ,
اَلْوِتْرُ وَالنَّخْرُ وَصَلاَةُ الضُّحَى. (رواه احمد فى مسنده)
Artinya:
“Ada tiga hal yang bagiku (Nabi) adalah fardu dan bagi kamu sekalian adalah
sunat (mu’akad), yaitu: sholat witir, Nahr (berqurban) dan sholat Duha”
Sekalipun
Rasulullah sudah pernah melaksanakan qurban, namun selalu selalu menganjurkan
qurban tiap tahunnya:
يَااَيُّهَاالنَّاسُ,
عَلَى كُلِّ أَهْلِ بَيْتٍ فِى كُلِّ عَامٍ أُضْحِيَّةٌ – (رواه احمد وابن ماجه
والترمدى)
Artinya:
“Wahai sekalian manusia: Upayakan bagi setiap-setiap rumah dalam setiap
tahun ada yang berqurban”
Bahkan
beliau pada saat haji pernah berqurban 100 ekor unta, 60 ekor unta disembelih
nabi sendiri, sedangkan sisanya diserahkan kepada sahabat Ali agar disembelih.
Menurut pandangan madzhab Syafi’iyah bahwa tidak disunatkan qurban bagi anak-anak,
begitu pula qurban untuk orang lain tanpa seizin yang bersangkutan serta bagi
mayit kalau tidak ada wasiat qurban.
Karena
keteladanan, jasa dan kebaikan nabi Ibrahim ‘alaihis salam kepada umat
manusia, maka kaum muslimin diserukan untuk mengingat dan mengenangnya dengan
cara bershalawat kepadanya. Shalawat terbaik adalah shalawat yang telah
diajarkan sendiri oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
kepada para sahabatnya.
Terdapat
dalam shahihain, dari Ka’b bin ‘Ujrah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menemui kami, lalu kami
berkata: “Ya Rasulullah, kami telah mengetahui bagaimana kami memberi salam
kepadamu, maka bagaimana kami bershalawat atasmu?” Beliau menjawab : “Ucapkanlah:nAllahumma
shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shallaita ‘alaa Ibrahiim wa
‘alaa aali ibrahiim, innaka hamiidun majiid. Allahumma baarik ‘alaa Muhammad wa
‘alaa aali Muhammad kamaa baarakta ‘alaa Ibrahiim wa ‘alaa aali Ibrahiim,
innaka hamiidun majiid.
Artinya:
Ya Allah sampaikanlah shalawat atas Muhammad dan keluarganya sebagaimana
Engkau telah sampaikan shalawat atas Ibrahim dan keluarga-Nya. Sesungguhnya
Engkau Dzat Maha Terpuji lagi Maha Agung. Ya Allah, berikan keberkahan
kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah berkahi Ibrahim dan
keluarganya. sesungguhnya Engkau Dzat Maha Terpuji lagi Maha Agung.”.(HR.
Bukhari dan Muslim).
Untuk
menyempurnakan ibadah kita, izinkan saya mengingatkan beberapa hal yang terkait
dengan ibadah qurban, yaitu:
1. SATU BINATANG BISA UNTUK SATU KELUARGA. Dikatakan oleh ‘Atha bin Yasar; aku bertanya kepada Ayyub Al Anshari: “Bagaimana hewan-hewan qurban dimasa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ?” Dia menjawab; “Adalah seorang pria berqurban untuk dirinya dan keluarganya” (Riwayat Tirmidzi (1565), dengan sanad hasan)
1. SATU BINATANG BISA UNTUK SATU KELUARGA. Dikatakan oleh ‘Atha bin Yasar; aku bertanya kepada Ayyub Al Anshari: “Bagaimana hewan-hewan qurban dimasa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ?” Dia menjawab; “Adalah seorang pria berqurban untuk dirinya dan keluarganya” (Riwayat Tirmidzi (1565), dengan sanad hasan)
2.
BAGI YANG HENDAK BERQURBAN DILARANGAN MEMOTONG KUKU, RAMBUT, DAN KULIT. Hal ini
berdasar hadits Ummu Salamah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Jika kalian melihat hilal Dzulhijjah (dalam lafadz lain: telah tiba sepuluh
awal Dzulhijah) dan salah satu kalian ingin berqurban, maka hendaklah ia
biarkan rambut dan kukunya” (Riwayat Muslim dan Ahmad). Dalam lafadz lain:
“Maka janganlah ia mengambil rambut dan kulitnya sedikitpun”.
3.
MEMBERI TANDA HEWAN QURBAN. Hal ini dinyatakan dalam sebuah hadits: “Dari Ibnu
Abbas, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Shalat
Dzuhur di Dzil Hulaifah, kemudian beliau minta dibawakan ontanya (yang akan
diqurbankan. Pen.), lalu diberinya tanda pada bagian punuknya yang sebelah
kanan dan ia keluarkan darah darinya dan dikalunginya dengan dua terompah
(sandal), kemudian beliau naik ke kendaraannya. Maka tatkala kendaraan yang
membawa Nabi telah sampai di Baida’ Nabi Ihram untuk haji” (Riwayat Muslim,
Ahmad, Abu dawud, dan Nasa’i).
4.
MENAIKI HEWAN KURBAN. Hal ini berdasarkan sebuah hadits: “Rasulullah melihat
seorang laki-laki menuntun badanah-nya (onta untuk qurban). Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Tunggangilah”. Laki-laki itu berkata; “Ini
adalah badanah.”Nabi bersabda; “Tunggangilah.” Laki-laki itu
berkata; “Ini adalah Badanah.” Dan pada kedua atau ketiga kalinya Nabi
menambahkan, “Tunggangilah, celaka kamu”. (Riwayat Bukhari, dari Abu
Hurairah )
Dalam
hadits lain dinyatakan: “Dan dari Ali , sesungguhnya ia pernah ditanya tentang
(hukum) seseorang yang menaiki binatang qurban? Maka ia menjawab: “Tidak
mengapa, sebab Nabi pernah berjalan bersama orang-orang yang berjalan kaki lalu
menyuruh mereka supaya menaiki hewan qurbannya.” Ali berkata pula: “Tidak
ada sunnah yang paling baik yang patut kamu ikuti selain sunnah Nabimu “
(Riwayat Ahmad)
5.
YANG BERQURBAN MENYEMBELIHNYA SENDIRI. Adalah lebih utama bagi orang yang
berqurban untuk menyembelihnya sendiri dan tidak mewakilkannya. Meskipun kita
juga dibolehkan untuk mewakilkannya. Bila kita mewakilkannya maka kita tidak
boleh mengupahnya dari hewan qurban tersebut, tetapi harus kita beri upah sendiri.
Hal ini berdasarkan sebuah hadits: “Dari Ali: Nabi memerintahkan aku untuk
mengawasi (penyembelihan) Budn (Hewan qurban) dan tidak memberikan apapun
kepada tukang jagal (sebagai upah menyembelih)” (Riwayat Bukhari). Pada riwayat
yang lain disebutkan, Ali berkata: “Rasulullah memerintahkanku, agar aku
mengurusi onta-onta qurban beliau, menshadaqahkan dagingnya, kulitnya, dan
jilalnya. Dan agar aku tidak memberikan sesuatupun (dari qurban itu) kepada
tukang jagalnya. Dan beliau bersabda: “Kami akan memberikan (upah) kepada
tukang jagalnya dari kami” (Riwayat Muslim)
6.
MAKAN BERSAMA. Hal ini berdasarkan sebuah hadits Jabir tentang sifat hajinya
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (dikatakan): “Kemudian Nabi pergi ke
tempat penyembelihan, lalu beliau menyembelih 63 badanah (onta/sapi) yang
dilakukannya sendiri, kemudian ia menyerahkan sisanya kepada Ali untuk
disembelih. Dan beliau bersekutu dalam qurban itu, kemudian beliau menyuruh
dari masing-masing binatang kurban itu untuk diambil dagingnya lalu dimasukan
di periuk dan dimasaknya, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan Ali
makan (bersama) daging tersebut dan meminum kuahnya” (HR. Muslim dan Ahmad)
7.
LARANGAN MENJUAL SESUATU DARI HEWAN KURBAN. “Dari Ali, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam memerintahkan agar dia mengurusi budn (benatangqurban)
beliau, membagi semuanya, dagingnya, kulitnya, dan jilalnya (kepada orang-orang
miskin). Dan dia tidak boleh memberikan satupun (dari qurban itu) kepada
penjagalnya (HR. Bukhari, (Muslim))
Adapun
hikmah disyariatkanya qurban antara lain adalah sebagai berikut:
1. Menghidupkan
warisan Kholilulloh Ibrahim ‘alaihis salam
2. Untuk
mensyukuri atas nimat Allah dan karunianya yang teramat banyak serta mensyukuri
atas keberadaan manusia yang terus berkembang dari tahun ketahun
3. Untuk
melebur kejelekan-kejeleken si qurban, yakni kejelekan yang berupa menyalahi
aturan maupun kurang mematuhi beberapa printah Allah subhanahu wa ta’ala,
sehingga dapat ampunan dari-Nya
4. Memberi
kejembaran keluarga dan tetangga serta yang lainya agar ikut senang dengan
adanya qurban dan lain sebagainya.
Karena
qurban merupakan ibadah sosial yang sangat mulia, maka perhatikanlah kaifiyah
atau tata caranya dengan benar dan teliti. Misalnya:
1. Pada
saat menyembelih hewan qurban, ia berkata dengan kalimat ”Hewan ini insya Allah
untuk qurban” maka hal tersebut dihukumi qurban sunat, namun apabila ia berkata
” hewan ini untuk qurban” maka dihukumi qurban wajib sama dengan nadzar.
2. Hewan
qurban harus benar-benar sehat dan senpurna, maka tidak sah apabila hewan
qurban itu buta, pincang, sakit parah dan sangat kurus.
3. Waktu
penyembelihan qurban dimulai sejak selesainya sholat ’id sampai hari tasyrik
yang terakhir yakni tanggal 13 dzul hijjah dan hindarilah menyembelih pada
malam hari karena makruh, seperti yang diriwayatkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam :
إنَّهُ
نَهَى عَنِ الذَبْحِ (اخرجه الطبرنى)
Yang
lebih utama bagi pria yang terampil menyembelih qurban sendiri, bagi wanita
diwakilkan kepada seorang muslim, dan pada saat penyembelihan sebaiknya hadir
dan menyaksikan, sambil berdoa
اَللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي
للهِ رَبِّ الْعَالمَيْنَ, لَاشَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ اُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ
الْمُسْلِمِيْنَ
Sedangkan
yang menyembelih menghadap hewan qurban kearah qiblat sambil berdoa sebagaimana
yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
وَجَهْتُ وَجْهِي لِلِّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضِ
حَنِيْفًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ اِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ
وَمَمَاتِيْ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ, لَاشَريْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ اُمِرْتُ
وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ, بِسْمِ اللهِ واللهُ اَكْبَرُ اَللَّهُمَّ هَذَا
مِنْكَ وَاِلَيْكَ.
Sembelihlah
hewan qurban itu di komplek tempat sholat ’id
لِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ
يَذْبَحُ وَيَنْحَرُ بِالْمُصَلَّى (وَهُوَ مَكَانُ صَلاَةِ اْلعِيْدِ) رواه
البخاري
Apabila
qurban wajib/nadzar maka bagikanlah seluruh daging qurban termasuk kulitnya
kepada yang berhak menerimanya, si qurban sekeluarga/ serumah tidak boleh makan
daging tersebut. Namun apabila qurban sunat, si qurban disunatkan untuk makan
sebagian dari qurbanya dengan tujuan untuk memperoleh barokahnya.
Terkait
dengan kulitnya, apabila qurban wajib/nadzar maka wajib dishodaqohkan
seluruhnya, dan apabila qurban sunat, maka kulitnya bisa dimanfaatkan untuk
tabir dinding, atau lapak atau lemek dan lain sebagainya, akan tetapi yang
lebioh utama dishodaqohkan semuaya.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam juga memerintahkan untuk membagikan kulit
qurban dan melarang untuk menjualnya, lewat sabdanya:
مَنْ بَاعَ جِلْدَ أُضْحِيَتِةِ فَلاَ أُضْحِيَةَ لَهُ. رواه
الحاكم
Artinya:
“barang siapa menjual kulit qurbanya maka tidak ada qurban”.
Disebutkan dalam
hadis nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abi Sa’id sebagai berikut:
وَلَا تَبِيْعُوْا لحُوُمَ اْلهَدْيِ وَاْلأُضَاحِي
Artinya:
“janganlah kalian menjual daging hadiah dan daging qurban”.
Ma’aasyiral
Muslimiin Rahimakumullah
Demikian
mudah-mudahan yang menjadi panitia qurban atau yang diberi amanat untuk
mengurusi qurban bisa melaksanakan dengan baik dan benar, begitu pula bagi
peserta qurban, semoga ikhlas, hanya mencari ridlo Allah subhanahu wa ta’ala,
mendapat balasan rizki yang lebih banyak lagi berkah, anak yang
sholih/sholihah, terhindar dari bilahi dan musibah, sehingga meningkat iman dan
ketakwanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala, amin ya robal alamin.
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ – لَنْ
يَنَالُ اللهَ لُحُوْمُهَا وَلَادِمَآؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى
مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَكُمْ
وَبَشِّرِ اْلمُحْسِنِيْنَ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ.
وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَِّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ
الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH
KEDUA
اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ
أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ
أَكْبَر.اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله
بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَالللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ
وَللهِ اْلحَمْدُ. اْلحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ اْلأَعْيَادَ بِالْاَفْرَحِ
وَالدُّرُوْرِ, وَضَاعَفَ لِلْمُتَّقِيْنَ جَزِيلَ اْلأُجُوْرِ, وَكَمَّلَ
الضِّيَافَةَ فِيْ يَوْمِ اْلعِيْدِ لِعُمُوْمِ اْلمُؤْمِنِيْنَ بِسَعْيِهِمُ
اْلمَشْكُوْرِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ العفو الغفور, وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ نَالَ مِنْ رَبِّهِ مَالَمْ يَنَلْهُ مَالِكٌ مُقَرَّبٌ
وَلاَرَسُوْلٌ مُطَهَّرٌ مَبْرُوْرٌ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍالنبي الأمي وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ كَانُوْا
يَرْجُوْنَ تِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. اَمَّا
بَعْدُ
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ, وَاعْلَمُوْا
ياَاِخْوَانِيْ رَحمَِكُمُ اللهُ اِنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ
يَتَجَلىَ الله ُفِيْهِ عَلَى عِبَادِهِ مِنْ كُلِّ مُقِيْمٍ وَمُسَافِرٍ فَيُبَاهِيْ
لَكُمْ مَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَاهِيْمَ وَبَرِكْ عَلَى ِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ كَمَا بَرَكْتَ عَلَى سَيِّدِناَ
اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَاهِيْمَ فِي اْلعَالَمِيْنَ اِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ, اَللَّهُمَّ ارْضَ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى
بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ
وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ
عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلْاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ واعل جهادهم بالنصرالمبينَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ
الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ
اَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ
اكْفِنَا شَرَّ الظَّالِمِيْنَ وَاكْفِنَا شَرَّ مَنْ يُؤْذِناَ بِجُوْدِكَ
وَكَرَمِكَ اِسْتَجِبَ دُعَائَنَا يَارَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ اكْسِفْ
عَنَّا اْلبَلاَءَوَاْلغَلاَء َ وَاْلوَبَاءَ وَفَحْشَاءَ وَاْلمُنْكَرِ
وَالْبَغْيَ وَالشَّدَائِدَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِيْنَ. رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقْيْمَ الصَّلاَةِ وَمِنْ ذُرِّيَتِيْ
رَبَّنَا وَتَقَبَلْ دُعَاءِ, رَبَّنَا اغْفِرْلِي وَلِوَالِدَيَّ
وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُ, رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلاَدًا
اَمِنَا وَرْزُقْ اَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ اَمَنَ مِنْهُمْ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ الْأَخِرِ, رَبَّنَا تَقَبَلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ
الْعَلِيْمُ, رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِناَ قُرَّةَ
اَعْيُنٍ وَاْجَعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامَا. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَرْ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته ……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar