Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا
فِي سَبِيلِ اللَّـهِ وَالَّذِينَ آوَوا وَّنَصَرُوا أُولَـٰئِكَ هُمُ
الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَّهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ ﴿٧٤﴾
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah
(Muhajirin) serta berjihad/berjuang pada jalan Allah, dan orang-orang yang
memberi tempat kediaman (Anshar) dan memberi pertolongan (kepada orang-orang
Muhajirin atau menjalin hubungan kerja sama antara Muhajirin dan Anshar (orang
tempatan)), mereka itulah orang-orang yang beriman dengan Haq (benar-benar
beriman). Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia." (QS. Al Anfal : 74)
Pembahasan :
Orang-orang yang beriman, mereka tidak ada
keraguan dalam menjalankan perintah Allah dan mereka membuktikan dengan
berkorban di jalan Allah. Allah subhanahu wa ta’ala memberitahu dengan
firmanNya dan firmanNya adalah haq, yaitu bahwa ciri orang-orang yang beriman
syaratnya adalah berhijrah dan berjihad/berjuang di jalan Allah dengan harta
dan dirinya serta mau menjadi penolong (Anshor) terhadap orang yang berhijrah
dan berjihad di jalan Allah (Muhajirin).
Terhadap orang-orang yang telah berbuat demikian, maka Allah mengakui keimanannya
sebagai keimanan yang haq, atau iman yang sebenarnya kepada Allah.
Kita tidak bisa mengklaim diri kita telah
beriman dengan iman yang sebenar-benarnya manakala kita belum bisa membuktikan
diri kita kepada Allah, bahwa kita mau berkorban di jalannya sebagaimana Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para Sahabat radhiyallahu
‘anhum ajma’in dahulu telah membuktikan keimanan mereka dengan pengorbanan
yang nyata di jalan Allah. Karena mereka semua telah membuktikan nya, maka
Allah memberi tahu kita ummat akhir zaman agar mencontoh kehidupan mereka yang
telah benar imannya kepada Allah, dengan jalan kita keluar di jalan Allah
(menjadi Muhajirin) atau kalau kita sedang tidak keluar di jalan Allah, maka
menjadi penolong bagi orang yang keluar di jalan Allah. Jaminan Allah bagi
orang mau melaksanakannya adalah ampunan Allah dan akan diberi rezeki yang baik
lagi mulia.
Seputar
Jamaah tabligh
Dakwah
adalah tulang punggung agama. Semua Nabi ‘alaihimush shalatu wassalam dihantarkan
di dunia kepada ummat manusia untuk berdakwah. Dengan dakwah hidayah akan datang
pada manusia dan awal wujudnya agama. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam sendiri telah mencontohkan perjuangannya dalam berdakwah, begitu
pula para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Perjuangan dan
pengorbanan beliau telah banyak di kisahkan dalam kitab-kitab. Hampir seluruh
waktu, harta, bahkan diri mereka habis di gunakan untuk memperjuangkan agama.
Dengan
sebab perjuangan dan pengorbanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
yang kemudian di lanjutkan para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in,
Islam telah menjadi revolusi terbesar yang pernah ada dalam peradapan manusia.
Revolusi tersebut meliputi berbagai bidang, termasuk revolusi akhlak dan moral
sehingga menjadikan tatanan masyarakat terbaik yang pernah ada. Islam waktu itu
telah menunjukkan wibawanya sehingga menjadi kaum yang paling di segani di
seluruh dunia.
Al-quran
dan hadist telah banyak menyebutkan tentang pentingnya dakwah dan tabligh.
Tegaknya usaha dakwah sangat mempengaruhi kemajuan dan kemerosotan ummat.
Banyak wilayah / negara yang dulu jaya dengan ajaran Islamnya kini tinggal
bekasnya saja. Hal ini terjadi karena kurangnya kepedulian ummat untuk
mengamalkan dan mengusahakan agama atau usaha dakwah meneruskan kerja Nabi
telah dilalaikan/telah ditinggalkan.
Syaikh
Muhammad Ilyas rahmatullah ‘alaih, salah satu tokoh yang memahami
cita-cita dan perjuangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beserta
para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum ajma’in merasakan kerisauan yang
dalam atas ketidak pedulian ummat terhadap agama. Apalagi keadaan masyarakat Mewat
(India) yang beliau saksikan waktu itu yang jauh dari agama. Hal itu semakin
menambah kerisauan dan rasa nyeri di hati beliau yang kemudian berusaha mencari
jalan keluar untuk mengubah suasana dan keadaan masyarakat Mewat atas dasar
cinta beliau kepada Ummat Islam.
Beliau
berusaha menegakkan kembali kepentingan usaha dakwah dan menanamkan kepahaman
pada ummat tentang pentingnya dakwah untuk di usahakan sebagaimana yang telah
di tuntut oleh agama, serta agar setiap individu memiliki rasa tanggung jawab
untuk memajukan agama. Akhirnya beliau mengirim rombongan dakwah dari Mewat
untuk di gerakkan dengan tujuan mempraktekkan kehidupan Islami dan membudayakan
usaha dakwah serta usaha amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan masyarakat.
Serta agar berlatih mengorbankan harta, diri dan waktu untuk agama.
Sejarah
telah menjadi saksi betapa besar pengaruh gerakan dakwah yang di tegakkan
kembali oleh Syaikh Muhammad Ilyas rahmatullah ‘alaih. Dan telah menjadi
fakta yang tak terbantahkan andil gerakan dakwah dan tabligh serta usaha
perbaikan ummat tersebut dalam meninggikan kalimat imaniyah di akhir abad ke-20 ini. Sehingga menjadi tinggilah
kepentingan agama di atas kepentingan lainnya dan kepentingan usaha atas agama
di atas usaha lainnya. Kemudian orang-orang berbondong-bondong untuk
mengutamakan amal agama daripada mal (harta), menghidupkan sunnah-sunnah dan
adab-adab nabawiyah serta menyiapkan
diri untuk menjadi pejuang-pejuang agama, dengan mengorbankan harta dan diri
mereka di jalan Allah (semata-mata mengharap keridhaa-Nya).
Karena
taufik dan inayah dari Allah subhanahu wa ta’ala sajalah, usaha dakwah
dan tabligh tersebut kini telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Allah-lah
yang menolong usaha dakwah tersebut dan Allah kuasa untuk menghancurkanya. Pada
saat ini dapat di lihat betapa banyaknya manusia yang berbondong-bondong keluar
di jalan Allah ke setiap penjuru, bahkan ke setiap sudut perkampungan terpencil
dengan semangat, niat, cara dan tujuan yang sama untuk menyebarkan agama,
hidayah dan perdamaian. Setiap hari selalu ada jamaah atau rombongan dakwah
yang terus di kirim ke berbagai wilayah. Mereka senantiasa mendakwahkan agama
siang dan malam, mengingatkan ummat bahwa tidak ada jalan menuju kebahagiaan
kecuali mengamalkan agama. Tujuan mereka yaitu untuk memperbaiki diri serta
agar agama yang telah di turunkan Allah subhanahu wa ta’ala dengan
sempurna ini bisa wujud dalam kehidupan ummat islam seluruh alam (khususnya
pada diri pekerja dakwah itu sendiri). Sehingga seluruh kampung-kampung di
seluruh alam bisa hidup sebagaimana Madinah Al-Munawarah pada jaman Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Masjid-masjid seluruh alam bisa hidup sebagaimana
kehidupan masjid Nabawi pada jaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Serta agar manusia memahami pentingnya kerja atas agama melebihi kerja atas
kebendaan.
Tidak
ada satupun lapisan masyarakat yang tertinggal dalam menyambut seruan untuk
dakwah tersebut, dari Ulama-ulama, Hufadz Qur’an, pelajar, orang awam, orang
miskin, konglomerat, intelek, pengusaha, pejabat, orang kota, orang desa,
sampai bekas preman. Serta telah di amalkan ummat di seluruh belahan dunia.
Berkat usaha dakwah dan tabligh tersebut telah banyak orang yang hidupnya kelam
mejadi terang, banyak orang kembali tobat dari kemaksiatannya. Dalam usaha ini
seolah-olah perbedaan suku, bahasa, negara, status sosial menjadi kabur
kemudian duduk rapat-rapat sebagai ummat akhir jaman yang mempunyai tanggung
jawab untuk meneruskan risalah kenabian. Bersatu padu menyatukan fikir dan
saling tolong-menolong dalam memperjuangkan agama yang sedang di timpa sakit
yang parah ini. Ini juga bukti bahwa dakwah memang ampuh untuk memperkuat
persatuan ummat dan menghindari perpecahan.
Amalan
dakwah ini telah bergerak dan berkembang di Afrika seperti Maroko, Al-Jazair,
Tunis, dan Libya. Amalan dakwah ini juga bergerak dan berkembang di Perancis,
Belgia, Belanda, Albania, Inggris dan Amerika. Juga di Timur tengah seperti
Mesir, Jordania, Syiria, Libanon, Yaman dan negara-negara Arab lainnya, di
samping juga di negeri tempat asal mula usaha ini berkembang, yakni India. Saat
ini lebih dari 240 negara telah hidup amalan dakwah ini.
Usaha
dakwah dan tabligh tersebut bisa berkembang dengan baik meskipun di
negara-negara barat yang sangat minoritas Islamnya (seperti Amerika, Eropa,
Australia dll). Dengan sebab usaha dakwah di sana, panji-panji Islam semakin
berkibar tinggi. Di sana orang-orang semakin berani untuk menampakkan
ke-Islamannya. Orang semakin bangga untuk memakai atribut-atribut sunnah
seperti sorban dan gamis. Bahkan banyak orang yang akhirnya masuk Islam asbab
usaha dakwah tersebut.
Suatu
usaha yang besar, berskala dunia dan berkaliber Internasional tentu mengundang
reaksi yang besar pula. Berbagai sorotan dan kritikan datang dari segala arah,
Ada yang mendukung, simpati, mendorong dan mencintainya. Ada juga yang
membenci, dan menghalang-halangi. Hal ini wajar, hampir semua pembaharuan
selalu di iringi pertentangan. Namun fakta membuktikan, siapapun yang terjun
langsung dalam kerja dakwah tersebut maka akan timbul jazbah (semangat) untuk
mengamalkan agama secara sempurna. Dan timbul semangat untuk mendakwahkan agama
tersebut kepada orang lain.
Penamaan
Jamaah Tabligh
Tentang
asal nama "Jamaah Tabligh”, Pada dasarnya tidak ada penamaan resmi
terhadap kerja dakwah ini, dan awal gerakan da’wah tersebut juga memang tidak
ada nama khusus. Munculnya nama
"Jama’ah Tabligh" terwujud secara alami, sebagaimana jika orang
menjual ikan maka orang-orang akan menyebutnya "Penjual Ikan" atau
jika orang menjual buah-buahan maka orang-orang akan memanggilnya "tukang
buah".
Di
kisahkan bahwa Maulana Muhammad Ilyas rahmatullah ‘alaih ketika memulai
kegiatan dakwah dan tabligh ini mengatakan, “aku tidak memberikan nama
apa pun terhadap usaha ini. Tetapi, seandainya aku memberinya nama, tentu aku
menamakannya ‘gerakan iman’”. Beliau menyadari bahwa memberikan satu
nama khusus pada kegiatan ini berarti membuat pengelompokan baru pada ummat.
Ada ummat yang anggota dan yang bukan anggota. Sedangkan dakwah dan tabligh
adalah satu amal ibadah seperti shalat, puasa, dzikir, dan sebagainya.
Sebagaimana dalam ibadah-ibadah lain tidak ada pengelompokkan dan keanggotaan
(misalnya kelompok ahli shalat, ahli puasa, dan lain-lain) demikian pula halnya
dengan dakwah dan tabligh. Selain hal itu, dakwah adalah tanggung jawab setiap
individu ummat ini yang harus mereka tunaikan tanpa kecuali. Bila di bentuk
satu kelompok dakwah, tentu akan timbul kesan bahwa dakwah adalah tugas anggota
kelompok dakwah saja. Dengan berbagai pertimbangan itulah Maulana Ilyas tidak
memberikan nama terhadap usaha dakwah tabligh.
Bahkan,
di berbagai wilayah Indonesia orang-orang mempunyai sebutan yang berbeda-beda.
Misalnya jamaah silaturahmi, jenggot, jaulah, khuruj, osamah, jama’ah tholib,
bahkan ada yang menyebut jamaah kompor karena sering membawa kompor
kemana-mana. Ada juga sejumlah aktivis da’wah yang kurang senang bila dirinya
di sebut anggota jamaah tabligh. Dakwah dan tabligh adalah tanggung jawab
seluruh ummat bukan tugasnya sekelompok orang tertentu. Namun yang menjadi
kesalahpahaman besar, terutama di Indonesia adalah menganggap kerja tersebut
hanya milik kelompok tertentu. Padahal di harapkan semua ummat ikut ambil
bagian dalam kerja dakwah ini sekuat kemampuan yang bisa di berikan.
Azas
(landasan) dari kerja dakwah tersebut adalah musyawarah yang berdasarkan ruang
lingkupnya terbagi dalam beberapa tingkatan musyawarah. Tingkat yang paling
besar adalah musyawarah dunia yang biasanya di adakan 2 tahun sekali.
Musyawarah nasional biasanya di adakan 4 bulan sekali (Untuk Indonesia),
kemudian di bagi lagi dalam wilayah-wilayah yang lebih kecil, misalnya
musyawarah jawa tengah biasanya 2 bulan sekali, di bagi lagi dalam musyawarah
halaqoh (kawasan) biasanya 1 minggu sekali. Sedangkan yang terkecil adalah
musyawarah harian yang biasanya di adakan setiap hari di maholla (masjid)
masing-masing. Setiap pekerja dakwah juga di anjurkan bermusyawarah setiap hari
dengan keluarga di rumahnya masing-masing untuk kemajuan agama (setidaknya
kemajuan agama dalam keluarga), sehingga ahli keluarga ikut ambil bagian dalam
usaha dakwah. Selain itu juga masih banyak musyawarah-musyawarah lain yang
belum di sebutkan di atas karena setiap kerja selalu di awali dengan
musyawarah.
Dalam
musyawarah dunia, perkembangan dakwah di evaluasi, serta di bicarakan
terti-tertib yang akan di ambil dalam periode yang akan datang. Sehingga
terkadang terjadi perubahan tertib setelah musyawarah dunia. Pembagian-pembagian
wilayah dalam peta dakwah tabligh tersebut tidak terpengaruh oleh batas-batas
formal yang ada dalam pemerintah.
Berdasarkan
tempat berdakwah terbagi menjadi dua, yaitu intiqoli dan maqomi.
Intiqoli yaitu dakwah di tempat orang lain atau kampung lain dengan berpindah
atau dengan melakukan perjalanan dengan masa tertentu. Orang di sekitar tempat
yang di datangi di harapkan akan memberi bantuan untuk kerja dakwah sehingga
terjalin kerjasama antara pendatang dengan orang tempatan, sebagaimana
kerjasama yang terjalin antara Sahabat muhajirin dan anshor di Madinah pada
jaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan maqomi adalah
dakwah di tempatnya masing-masing. Setiap pekerja di anjurkan untuk meluangkan
beberapa jam setiap harinya untuk bersilaturahmi dengan orang-orang di sekitar
tempatnya masing-masing untuk mendakwahkan agama. Dalam berdakwah juga di kenal
istilah amalan secara infirodi dan Ijtima’i. Infirodi yaitu amalan secara
individu sedangkan ijtima’i secara berkelompok(berjamaah). Begitu pula dalam
berdakwah juga bisa di lakukan secara infirodi maupun ijtima’i.
Pekerja
dakwah di anjurkan untuk mengikuti tertib-tertib dan arahan-arahan yang di
sepakati guna menjalankan dakwah, misalnya ketika keluar di jalan Allah (khuruj
fi sabilillah) hendaknya memperbanyak da’wah ilallah, ta’lim wa ta’lum, dzikir
wal ibadah,dan khidmat. Mengurangi masa makan dan minum, tidur dan istirahat,
bicara sia-sia, keluar dari lingkungan masjid. Menghadapi segala kesulitan
dengan sabar. Jangan menyinggung masalah politik, khilafiyah (perbedaan
pendapat di kalangan ulama), status sosial, dan derma sumbangan dalam berdakwah
(ketika keluar). (Tidak boleh menyinggung masalah politik dan khilafiyah karena
membicarakan hal tersebut ketika keluar di jalan Allah bisa menimbulkan
perdebatan dan perpecahan di antara jamaah). Dan masih banyak arahan-arahan
lainnya.
Pada
jaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, masjid Nabawi menjadi
pusat kegiatan ummat, dari sana di bentuk jamaah / rombongan dakwah maupun
jihad. Di sana juga sebagai pusat belajar-mengajar, pusat beribadah dan pusat
melayani umat, Sehingga dalam usaha dakwah dan tabligh ini juga menjadikan
masjid sebagai pusat kegiatan dakwah. Berangkat dari masjid dan kembali lagi ke
masjid. Untuk kawasan tertentu ada masjid yang di jadikan markaz (bahasa arab
untuk kata centre/pusat). Di situlah biasanya para pekerja dakwah melakukan
ijtima’ (pertemuan).
Dalam
ijtima’ tersebut juga di bentuk jama’ah-jamaah yang akan di kirim ke berbagai
tempat untuk berdakwah. Pada malam ijtima’ di adakan bayan (majelis penerangan
untuk menerangkan maksud serta tujuan dakwah dan tabligh). Petugas bayan
(mubayin) memberikan nasihat serta dorongan kepada para jamaah agar memikul
tanggung jawab agama dengan cara mengorbankan sebagian dari harta, diri dan
waktu, untuk keluar di jalan Allah. Bayan di akhiri dengan tasykil yaitu
tawaran serta bujukan kepada para jamaah untuk mengorbankan sebagian harta,
diri dan waktu untuk keluar di jalan Allah dengan masa tertentu dalam rangka
mendakwahkan agama. Kemudian orang yang berniat untuk ikut keluar (khuruj fi
sabilillah) mendaftarkan diri untuk di data. Di sana juga biasanya di bacakan
kitab Hayatus-Shahabah yang berisi perjuangan dan pengorbanan para sahabat
untuk agama, sehingga para jamaah bisa meneladani para sahabat radhiyallahu
‘anhum dalam mengamalkan dan memperjuangkan agama. Dengan begitu juga bisa
dirasakan bahwa pengorbanan para jamaah belum ada apa-apanya di bandingkan
pengorbanan para sahabat r.a dalam membela agama. Orang yang mendapat tugas
membaca kitab Hayatus-Sahabah haruslah orang ‘Alim(berilmu).
Kelebihan
mereka dalam berdakwah adalah kerelaan mereka mengorbankan keperluannya untuk
kepentingan dakwah. Mereka rela mengorbankan sebagian harta, diri dan waktu
mereka untuk mendakwahkan agama sampai
melewati batas pulau dan batas negara. Dalam berdakwah mereka siap di caci dan
di maki, hal itu tidak akan menghentikan mereka. Hubungan antara pekerja dakwah
ini sangat erat, mereka memiliki kesatuan hati yang sangat kuat, di dalamnya
ada kasih sayang, dan semangat mengutamakan orang lain (itsar). Keindahan
hubungan mereka dapat di lihat dari ijtima’-ijtima’ yang di adakan. Kasih sayang
ini bukan hanya untuk sesama pekerja dakwah saja. Dalam berdakwah jamaah
senantiasa berusaha menjalin hubungan dengan baik kepada orang-orang yang di
temui. Dalam berdakwah di anjurkan menghindari perdebatan serta berdakwah
dengan penuh hikmah dan bijak. Para Da’i di anjurkan menghadirkan sifat ikromul
muslimin (memuliakan sesama muslim) terutama kepada Ulama yang di jumpai.
Tidak
ada paksaan dalam menjalankan usaha dakwah ini. Walaupun para masyaikh dan Syuro senantiasa memberi arahan-arahan
dan nasihat dalam mengamalkan dakwah, tapi dalam pelaksanaanya apakah akan di
amalkan atau tidak kembali kepada setiap individu. Namun alangkah baiknya jika
semua orang bisa ikut ambil bagian dalam usaha ini. Usaha dakwah tersebut
sangat terbuka, semua orang bisa ikut ambil bagian dalam usaha dakwah.
Para
masyaikh (ulama) juga senantiasa mengingatkan kepada orang-orang yang bekerja
di bawah usaha dakwah tersebut bahwa tujuan utama dalam mengamalkan dakwah
tersebut adalah untuk memperbaiki diri (ishlah) agar mampu mengamalkan agama
secara sempurna secara bertahap-tahap, sedangkan memperbaiki orang lain
bukanlah tujun utama mereka dalam berdakwah.
Amalan
dakwah yang telah di konsepkan sangat bagus dan mulia, tapi yang menjalankan
dan mengamalkan juga manusia biasa yang datang dari berbagai latar belakang.
Tidak mungkin bisa terhindar dari kesalahan. Jika di cari-cari kekurangan
mereka, tentu akan banyak di temukan, hal ini wajar. Di antara mereka sudah ada
yang bertugas untuk mengarahkan dan meluruskan.
Secara
realita kondisi ummat saat ini pada umumnya sudah jauh dari apa yang di
wasiatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Banyak masjid di
bangun namun semakin sedikit yang memakmurkannya. Masjid sudah semakin megah
namun semakin sepi dari amalan. Pemuda-pemuda kita lebih bangga menirukan gaya
selebriti daripada Nabi kita. Kita sebagai Ummat Islam tidak sadar telah ikut
terbawa budaya yahudi dan nasrani. Kini agama, satu-satunya yang menjadi sebab
kebahagiaan, kemuliaan dan kejayaan dunia akhirat di anggap sesuatu yang tidak
penting sehingga di abaikan begitu saja. Dengan memberi ummat kitab tebal
kemudian kita cuma berharap agar ummat mengamalkanya sementara mereka belum
memahami kepentingan agama merupakan perkara yang hampir mustahil.
Opini
masyarakat terbentuk dari apa yang mereka lihat, masyarakat sudah kesulitan
melihat kehidupan islam yang sesungguhnya. Cara bagaimana bermu’amalah,
mu’asyarah, berakhlak yang dulu pernah di ajarkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam kini telah hilang dari ummat Islam. Jika dulu ada yang
bertanya bagaimana akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka
bisa di jawab akhlak beliau adalah Al-quran. Namun saat ini kehidupan Islami
seolah-olah hanya di dalam buku-buku saja......
Di
jaman sekarang ini, budaya materialisme sudah sangat kental dalam kehidupan
masyarakat, masih adanya sekelompok orang yang mau berkorban untuk mendakwahkan
agama merupakan suatu rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala yang
seharusnya kita tolong dan kita syukuri. Thola’albadru‘alaina
mintsaniyatil wada’ wajaba syukru ‘alaina maada’a lillahida’. (Telah
terbit purnama di atas kita muncul dari tsaniyatul wada’, wajib bersyukur atas
kita selama masih ada Da’i yang mengajak kepada Allah)……
Kesimpulannya
·
Bahwa dengan kita ambil bagian
dalam usaha dakwah dan tabligh, maka kita akan mengamalkan amalan intiqali dan
amalan maqami.
·
Amalan intiqali adalah kita
belajar berhijrah (menjadi orang muhajirin) dengan niat islah diri, niat
memperbaiki diri agar hari demi hari hingga kita kembali kepada Allah (sampai
mati) mampu mengamalkan agama secara kaffah (sempurna) sebagai diperintahkan
oleh Allah dan dicontohkan (disunnahkan) oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
·
Dalam buat amalan intiqali,
kita berjihad (bermujahadah, bersungguh-sungguh), dengan berkorban diri, waktu
dan harta kita sendiri. Bukan harta karena wakil organisasi atau yayasan,
tetapi dari hasil keringat sendiri dikorbankan untuk menegakkan agama Allah.
·
Dengan kita keluar di jalan
Allah niat memperbaiki diri, bagaimana sehari semalam dalam setiap harinya
berusaha selalu ingat kepada Allah dan menghidupkan amalan sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, sehingga semua
gerak langkah dan hati kita bernilai ibadah disisi Allah subhanahu wa
ta’ala, dan juga sekaligus sebarkan hidayah, mengajak orang lain
agar juga memperbaiki dirinya untuk mengikuti sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam.
·
Dengan keluar di jalan Allah,
dan bersilaturrahim kepada sesama muslim, secara langsung juga menjadikan orang
yang belum atau tidak keluar di jalan
Allah, diajak bekerja sama untuk menjadi orang yang menolong orang muhajirin,
sebagaimana perintah Allah agar menolong orang yang berhijrah, maka mereka
dikatakan sebagai orang anshar atau orang yang menolong agama Allah. Orang
anshar yang mau menerima dengan senang hati orang muhajirin dan bekerja sama
untuk membuat usaha dakwah bersama-sama, akan menjadikan cepatnya hidayah
tersebar. Hal ini merupakan pelajaran dari hijrahnya Nabi dan sahabat dari
Makkah ke Madinah dan diterima dengan baik oleh orang Madinah, maka dengan
cepat hidayah tersebar ke seluruh alam, sehingga disebut Madinah al Munawwarah
(kota yang memancarkan cahaya hidayah ke seluruh alam (dulunya namanya Yastrib)).
·
Maka sampai hari kiamat, siapa
saja yang meniru amalan orang muhajir dan anshar, pasti Allah akan mudahkan
turunkan hidayah pada ummat, sehingga mudah pula menghidupkan sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam.
·
Usaha dakwah dan tabligh,
dengan cara keluar di jalan Allah (hijrah/huruj) dan amal maqami, akan mudah
pula menyatukan ummat, sehingga tidak lagi membedakan bangsa, bahasa, dan
tempat tinggal dan wilayah. Merasa Allah sama, Nabi sama, agama sama dan yang
ada kalimat syahadat dia itu saudara, saudara dunia akhirat.
·
Ummat yang bersatu dalam
kalimat syahadat, saling kerjasama dalam agama, dengan timbulkan sifat kasih
sayang, ini merupakan manusia-manusia syurga yang masih hidup dunia, masih
makan minum dan berjalan-jalan. Karena kehidupan di syurga, tidak ada dendam,
tidak ada iri hati-dengki, tidak ada pertengkaran atau menyakiti yang lain,
yang ada hanyalah kehidupan dengan kasih sayang, yang hati dipenuhi dengan
keindahan. Allahu akbar. Perlu juga disampaikan bahwa azas dari ajaran Islam
adalah kasih sayang. Bahkan pekerjaan apapun yang dimulai tidak dengan menyebut
Allah yang Maha kasih dan sayang, maka pekerjaan tersebut akan timpang atau
tidak barakah.
·
Allah subhanahu wa ta’ala telah
memutuskan dan memberikan ketetapan bahwa orang yang benar imannya sesuai
dengan iman yang dikehendaki oleh Allah (bukan iman yang benar menurut
keinginannya sendiri) adalah orang yang beriman kepada Allah, kemudian
berhijrah dan berjihad di jalan Allah (dengan harta dan diri) dan orang yang
mau membantu atau menolong orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah.
Dan mereka pula orang yang mendapat ampunan dari Allah dan juga rezeki yang
mulia.
·
Sebagaimana firman Allah :
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا
فِي سَبِيلِ اللَّـهِ وَالَّذِينَ آوَوا وَّنَصَرُوا أُولَـٰئِكَ هُمُ
الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَّهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ ﴿٧٤﴾
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah (Muhajirin)
serta berjihad/berjuang pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat
kediaman (Anshar) dan memberi pertolongan (kepada orang-orang Muhajirin atau
menjalin hubungan kerja sama antara Muhajirin dan Anshar (orang tempatan)),
mereka itulah orang-orang yang beriman dengan Haq (benar-benar beriman). Mereka
memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia." (QS. Al Anfal : 74)
PERKEMBANGAN ISLAM DI EROPA
Islam Agama yang Berkembang Paling Pesat di Eropa
Selama 20 tahun terakhir, jumlah kaum Muslim di dunia telah
meningkat secara perlahan. Angka statistik tahun 1973 menunjukkan bahwa jumlah
penduduk Muslim dunia adalah 500 juta. sekarang, angka ini telah mencapai 1,5
miliar. Kini, setiap empat orang salah satunya adalah Muslim. Bukanlah mustahil
bahwa jumlah penduduk Muslim akan terus bertambah dan Islam akan menjadi agama
terbesar di dunia. Peningkatan yang terus-menerus ini bukan hanya dikarenakan
jumlah penduduk yang terus bertambah di negara-negara Muslim, tapi juga jumlah
orang-orang mualaf yang baru memeluk Islam yang terus meningkat, suatu fenomena
yang menonjol, terutama setelah serangan terhadap World Trade Center pada
tanggal 11 September 2001. Serangan ini, yang dikutuk oleh setiap orang,
terutama umat Muslim, tiba-tiba saja telah mengarahkan perhatian orang
(khususnya warga Amerika) kepada Islam. Orang di Barat berbicara banyak tentang
agama macam apakah Islam itu, apa yang dikatakan Al Qur'an, kewajiban apakah
yang harus dilaksanakan sebagai seorang Muslim, dan bagaimana kaum Muslim
dituntut melaksanakan urusan dalam kehidupannya. Ketertarikan ini secara alamiah
telah mendorong peningkatan jumlah warga dunia yang berpaling kepada Islam.
Demikianlah, perkiraan yang umum terdengar pasca peristiwa 11 September 2001
bahwa "serangan ini akan mengubah alur sejarah dunia", dalam beberapa
hal, telah mulai nampak kebenarannya. Proses kembali kepada nilai-nilai agama
dan spiritual, yang dialami dunia sejak lama, telah menjadi keberpalingan
kepada Islam.
Hal luar biasa yang sesungguhnya sedang terjadi dapat diamati
ketika kita mempelajari perkembangan tentang kecenderungan ini, yang mulai kita
ketahui melalui surat-surat kabar maupun berita-berita di televisi.
Perkembangan ini, yang umumnya dilaporkan sekedar sebagai sebuah bagian dari
pokok bahasan hari itu, sebenarnya adalah petunjuk sangat penting bahwa
nilai-nilai ajaran Islam telah mulai tersebar sangat pesat di seantero dunia.
Di belahan dunia Islam lainnya, Islam berada pada titik perkembangan pesat di
Eropa. Perkembangan ini telah menarik perhatian yang lebih besar di tahun-tahun
belakangan, sebagaimana ditunjukkan oleh banyak tesis, laporan, dan tulisan
seputar "kedudukan kaum Muslim di Eropa" dan "dialog antara
masyarakat Eropa dan umat Muslim." Beriringan dengan berbagai laporan
akademis ini, media massa telah sering menyiarkan berita tentang Islam dan
Muslim. Penyebab ketertarikan ini adalah perkembangan yang terus-menerus
mengenai angka populasi Muslim di Eropa, dan peningkatan ini tidak dapat
dianggap hanya disebabkan oleh imigrasi. Meskipun imigrasi dipastikan memberi
pengaruh nyata pada pertumbuhan populasi umat Islam, namun banyak peneliti
mengungkapkan bahwa permasalahan ini dikarenakan sebab lain: angka perpindahan
agama yang tinggi. Suatu kisah yang ditayangkan NTV News pada tanggal 20 Juni
2004 dengan judul "Islam adalah agama yang berkembang paling pesat di
Eropa" membahas laporan yang dikeluarkan oleh badan intelejen domestik
Prancis. Laporan tersebut menyatakan bahwa jumlah orang mualaf yang memeluk
Islam di negara-negara Barat semakin terus bertambah, terutama pasca peristiwa
serangan 11 September. Misalnya, jumlah orang mualaf yang memeluk Islam di
Prancis meningkat sebanyak 30 hingga 40 ribu di tahun lalu saja.
Gereja Katolik dan Perkembangan
Islam
Gereja Katolik Roma, yang berpusat di kota Vatican, adalah salah
satu lembaga yang mengikuti fenomena tentang kecenderungan perpindahan agama.
Salah satu pokok bahasan dalam pertemuan bulan Oktober 1999 muktamar gereja
Eropa, yang dihadiri oleh hampir seluruh pendeta Katolik, adalah kedudukan
Gereja di milenium baru. Tema utama konferensi tersebut adalah tentang
pertumbuhan pesat agama Islam di Eropa. The National Catholic Reporter
melaporkan sejumlah orang garis keras menyatakan bahwa satu-satunya cara
mencegah kaum Muslim mendapatkan kekuatan di Eropa adalah dengan berhenti
bertoleransi terhadap Islam dan umat Islam; kalangan lain yang lebih objektif
dan rasional menekankan kenyataan bahwa oleh karena kedua agama percaya pada
satu Tuhan, sepatutnya tidak ada celah bagi perselisihan ataupun persengketaan
di antara keduanya. Dalam satu sesi, Uskup Besar Karl Lehmann dari Jerman
menegaskan bahwa terdapat lebih banyak kemajemukan internal dalam Islam
daripada yang diketahui oleh banyak umat Nasrani, dan pernyataan-pernyataan
radikal seputar Islam sesungguhnya tidak memiliki dasar.
Mempertimbangkan kedudukan kaum Muslim di saat menjelaskan
kedudukan Gereja di milenium baru sangatlah tepat, mengingat pendataan tahun
1999 oleh PBB menunjukkan bahwa antara tahun 1989 dan 1998, jumlah penduduk
Muslim Eropa meningkat lebih dari 100 persen. Dilaporkan bahwa terdapat sekitar
13 juta umat Muslim tinggal di Eropa saat ini: 3,2 juta di Jerman, 2 juta di
Inggris, 4-5 juta di Prancis, dan selebihnya tersebar di bagian Eropa lainnya,
terutama di Balkan. Angka ini mewakili lebih dari 2% dari keseluruhan jumlah
penduduk Eropa.
Kesadaran Beragama di
Kalangan Muslim Meningkat di Eropa
Penelitian terkait juga
mengungkap bahwa seiring dengan terus meningkatnya jumlah
Muslim di Eropa, terdapat kesadaran yang semakin besar dalam menjalankan agama
di kalangan para mahasiswa. Menurut survei yang dilakukan oleh surat kabar
Prancis Le Monde di bulan Oktober 2001, dibandingkan data yang dikumpulkan di
tahun 1994, banyak kaum Muslims terus melaksanakan sholat, pergi ke mesjid, dan
berpuasa. Kesadaran ini terlihat lebih menonjol di kalangan mahasiswa
universitas.Dalam sebuah laporan yang didasarkan pada media masa asing di tahun
1999, majalah Turki Aktüel menyatakan, para peneliti Barat memperkirakan dalam
50 tahun ke depan Eropa akan menjadi salah satu pusat utama perkembangan Islam.
Islam adalah Bagian Tak Terpisahkan dari Eropa
Islam adalah Bagian Tak Terpisahkan dari Eropa
Bersamaan dengan kajian
sosiologis dan demografis ini, kita juga tidak boleh melupakan bahwa Eropa
tidak bersentuhan dengan Islam hanya baru-baru ini saja, akan tetapi Islam
sesungguhnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Eropa.
Eropa dan dunia Islam telah saling berhubungan dekat selama
berabad-abad. Pertama, negara Andalusia (756-1492) di Semenanjung Iberia, dan
kemudian selama masa Perang Salib (1095-1291), serta penguasaan wilayah Balkan
oleh kekhalifahan Utsmaniyyah (1389) memungkinkan terjadinya hubungan timbal
balik antara kedua masyarakat itu. Kini banyak pakar sejarah dan sosiologi
menegaskan bahwa Islam adalah pemicu utama perpindahan Eropa dari gelapnya Abad
Pertengahan menuju terang-benderangnya Masa Renaisans. Di masa ketika Eropa
terbelakang di bidang kedokteran, astronomi, matematika, dan di banyak bidang
lain, kaum Muslim memiliki perbendaharaan ilmu pengetahuan yang sangat luas dan
kemampuan hebat dalam membangun.
Bersatu pada Pijakan Bersama: "Monoteisme"
Bersatu pada Pijakan Bersama: "Monoteisme"
Perkembangan Islam juga
tercerminkan dalam perkembangan dialog antar-agama baru-baru ini. Dialog-dialog
ini berawal dengan pernyataan bahwa tiga agama monoteisme (Islam, Yahudi, dan
Nasrani) memiliki pijakan awal yang sama dan dapat bertemu pada satu titik yang
sama. Dialog-dialog seperti ini telah sangat berhasil dan membuahkan kedekatan
hubungan yang penting, khususnya antara umat Nasrani dan Muslim. Dalam Al
Qur'an, Allah memberitahukan kepada kita bahwa kaum Muslim mengajak kaum Ahli Kitab
(Nasrani dan Yahudi) untuk bersatu pada satu pijakan yang disepakati bersama:
قُلْ يَا
أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ
أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ
بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِن
تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
“Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada
suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu,
bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan
sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain
sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada
mereka: "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah)." (QS. Ali 'Imran, 3: 64)
Ketiga agama yang meyakini satu Tuhan tersebut memiliki
keyakinan yang sama dan nilai-nilai moral yang sama. Percaya pada keberadaan
dan keesaan Tuhan, malaikat, Nabi, Hari Akhir, Surga dan Neraka, adalah ajaran
pokok keimanan mereka. Di samping itu, pengorbanan diri, kerendahan hati,
cinta, berlapang dada, sikap menghormati, kasih sayang, kejujuran, menghindar
dari berbuat zalim dan tidak adil, serta berperilaku mengikuti suara hati
nurani semuanya adalah sifat-sifat akhak terpuji yang disepakati bersama. Jadi,
karena ketiga agama ini berada pada pijakan yang sama, mereka wajib bekerja
sama untuk menghapuskan permusuhan, peperangan, dan penderitaan yang
diakibatkan oleh ideologi-ideologi antiagama. Ketika dilihat dari sudut pandang
ini, dialog antar-agama memegang peran yang jauh lebih penting. Sejumlah
seminar dan konferensi yang mempertemukan para wakil dari agama-agama ini,
serta pesan perdamaian dan persaudaraan yang dihasilkannya, terus berlanjut
secara berkala sejak pertengahan tahun 1990-an.
Kabar Gembira tentang
Datangnya Zaman Keemasan
Dengan mempertimbangkan
semua fakta yang ada, terungkap bahwa terdapat suatu pergerakan
kuat menuju Islam di banyak negara, dan Islam semakin menjadi pokok bahasan
terpenting bagi dunia. Perkembangan ini menunjukkan bahwa dunia sedang bergerak
menuju zaman yang sama sekali baru. Yaitu sebuah zaman yang di dalamnya, insya
Allah, Islam akan memperoleh kedudukan penting dan ajaran akhlak Al Qur'an akan
tersebar luas. Penting untuk dipahami, perkembangan yang sangat penting ini
telah dikabarkan dalam Al Qur'an 14 abad yang lalu:
يُرِيدُونَ أَن يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ
وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَن يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ
رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ
وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut
(ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan
cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah
mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur'an) dan agama yang benar
untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukai.” (QS. At Taubah, 9: 32-33)
Tersebarnya akhlak Islami adalah salah satu janji Allah kepada orang-orang yang beriman. Selain ayat-ayat ini, banyak hadits Nabi kita SAW menegaskan bahwa ajaran akhlak Al Qur'an akan meliputi dunia. Di masa-masa akhir menjelang berakhirnya dunia, umat manusia akan mengalami sebuah masa di mana kezaliman, ketidakadilan, kepalsuan, kecurangan, peperangan, permusuhan, persengketaan, dan kebobrokan akhlak merajalela. Kemudian akan datang Zaman Keemasan, di mana tuntunan akhlak ini mulai tersebar luas di kalangan manusia bagaikan naiknya gelombang air laut pasang dan pada akhirnya meliputi seluruh dunia. Sejumlah hadits ini, juga ulasan para ulama mengenai hadits tersebut, dipaparkan sebagaimana berikut:
Tersebarnya akhlak Islami adalah salah satu janji Allah kepada orang-orang yang beriman. Selain ayat-ayat ini, banyak hadits Nabi kita SAW menegaskan bahwa ajaran akhlak Al Qur'an akan meliputi dunia. Di masa-masa akhir menjelang berakhirnya dunia, umat manusia akan mengalami sebuah masa di mana kezaliman, ketidakadilan, kepalsuan, kecurangan, peperangan, permusuhan, persengketaan, dan kebobrokan akhlak merajalela. Kemudian akan datang Zaman Keemasan, di mana tuntunan akhlak ini mulai tersebar luas di kalangan manusia bagaikan naiknya gelombang air laut pasang dan pada akhirnya meliputi seluruh dunia. Sejumlah hadits ini, juga ulasan para ulama mengenai hadits tersebut, dipaparkan sebagaimana berikut:
“Selama [masa] ini, umatku akan menjalani kehidupan yang
berkecukupan dan terbebas dari rasa was-was yang mereka belum pernah mengalami
hal seperti itu. [Tanah] akan mengeluarkan panennya dan tidak akan menahan apa
pun dan kekayaan di masa itu akan berlimpah.” (Sunan Ibnu
Majah)
“… Penghuni langit dan bumi akan ridha. Bumi akan mengeluarkan
semua yang tumbuh, dan langit akan menumpahkan hujan dalam jumlah berlimpah.
Disebabkan seluruh kebaikan yang akan Allah curahkan kepada penduduk bumi,
orang-orang yang masih hidup berharap bahwa mereka yang telah meninggal dunia
dapat hidup kembali.” (Muhkhtasar Tazkirah Qurtubi, h. 437)
“Bumi akan berubah seperti penampan perak yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan ...” (Sunan Ibnu Majah)
“Bumi akan diliputi oleh kesetaraan dan keadilan sebagaimana sebelumnya yang diliputi oleh penindasan dan kezaliman.” (Abu Dawud)
“Bumi akan berubah seperti penampan perak yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan ...” (Sunan Ibnu Majah)
“Bumi akan diliputi oleh kesetaraan dan keadilan sebagaimana sebelumnya yang diliputi oleh penindasan dan kezaliman.” (Abu Dawud)
Keadilan akan demikian jaya sampai-sampai semua harta yang
dirampas akan dikembalikan kepada pemiliknya; lebih jauh, sesuatu yang menjadi
milik orang lain, sekalipun bila terselip di antara gigi-geligi seseorang, akan
dikembalikan kepada pemiliknya… Keamanan meliputi seluruh Bumi dan bahkan
segelintir perempuan bisa menunaikan haji tanpa diantar laki-laki. (Ibn Hajar
al Haitsami: Al Qawlul Mukhtasar fi `Alamatul Mahdi al Muntazar, h. 23)
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, Zaman Keemasan akan
merupakan suatu masa di mana keadilan, kemakmuran, keberlimpahan,
kesejahteraan, rasa aman, perdamaian, dan persaudaraan akan menguasai kehidupan
umat manusia, dan merupakan suatu zaman di mana manusia merasakan cinta,
pengorbanan diri, lapang dada, kasih sayang, dan kesetiaan. Dalam
hadits-haditsnya, Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan
bahwa masa yang diberkahi ini akan terjadi melalui perantara Imam Mahdi, yang
akan datang di Akhir Zaman untuk menyelamatkan dunia dari kekacauan,
ketidakadilan, dan kehancuran akhlak. Ia akan memusnahkan paham-paham yang
tidak mengenal Tuhan dan menghentikan kezaliman yang merajalela. Selain itu, ia
akan menegakkan agama seperti di masa Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam,
menjadikan tuntunan akhlak Al Qur'an meliputi umat manusia, dan menegakkan
perdamaian dan menebarkan kesejahteraan di seluruh dunia.
Kebangkitan Islam yang sedang dialami dunia saat ini, serta peran Turki di era baru merupakan tanda-tanda penting bahwa masa yang dikabarkan dalam Al Qur'an dan dalam hadits Nabi kita sangatlah dekat. Besar harapan kita bahwa Allah akan memperkenankan kita menyaksikan masa yang penuh berkah ini.
A. Perkembangan Islam Di Jerman
Kebangkitan Islam yang sedang dialami dunia saat ini, serta peran Turki di era baru merupakan tanda-tanda penting bahwa masa yang dikabarkan dalam Al Qur'an dan dalam hadits Nabi kita sangatlah dekat. Besar harapan kita bahwa Allah akan memperkenankan kita menyaksikan masa yang penuh berkah ini.
A. Perkembangan Islam Di Jerman
1.
Sejarah
Islam Di Jerman
Sebenarnya islam sudah dikenal oleh
bangsa Jerman sejak zaman pendudukan Kekhalifahan Islam di Spanyol. Pada saat
itulah kekuasaan dan kemajuan dunia islam disegani oleh bangsa-bangsa Eropa.
Andalusia dijadikan pusat pengembangan ilmu pengetahuan dibawah Kekhalifahan
Islam. Eropa mulai memasuki abad pertengahan, mereka menyebutnya sebagai zaman
kegelapan atau The Dark Age. Memang tepat sekali sebutan tersebut bagi bangsa
Eropa pada zaman itu. Ekspansi dan kemajuan besar-besaran Kekhalifahan Islam
baik dibidang politik, ekonomi, budaya, dan ilmu pengetahuan jauh melampaui
bangsa Eropa. Pada zaman perang salib, peperangan terjadi antara kaum muslim
dengan bangsa Eropa, terutama Perancis, Jerman dan Inggris. Setelah perang
salib berakhir, toleransi antar agama dan kebudayaan pun berlangsung. Di saat
itulah bangsa Eropa termasuk Jerman mulai mengenal lebih jauh tentang Islam.
Sastrawan nomor satu di Jerman, Wolfgang von Goethe, adalah seorang pengagum
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Harian Republika pernah memuat
biografi tentang Wolfgang von Goethe pada rubrik dunia islam. Dikatakan pada
tulisan tersebut bahwa von Goethe memasukan ajaran-ajaran islam pada hasil
karyanya. Tulisan basmallah pun menghiasi buku-buku yang dibuatnya. Pada akhir
khayatnya beliau mengucapkan dua kalimat syahadat. Hubungan antara Jerman dan
Islam terus berlanjut. Seperti yang diungkap pada harian Medan Waspada, bahwa
pada tahun 1739, raja Friedrich Wilhelm I mendirikan sebuah masjid di kota
Potsdam untuk tentaranya yang beragama islam, mereka disebut dengan nama
pasukan Muhammadaner. Mereka juga diberikan jaminan kebebasan beribadah. Pada
Pebruari 1807 pasukan Muhammadaner membantu raja Wilhelm memerangi Napoleon
dari Perancis. Bersama pasukan Jerman lainnya, mereka pun memerangi Rusia dan
Polandia. Pada satu resimen bernama Towarczy, 1220 tentara beragama Islam dan
1320 tentara lainnya beragama kristen. Pada zaman itu, kaum muslim di Jerman
selain menjadi tentara, mereka juga banyak yang menjadi pedagang, diplomat,
ilmuwan, dan penulis. Pada saat Perang Dunia Pertama, Jerman kembali bersekutu
dengan tentara muslim dari Kekhalifahan Turki. Hal ini membuat komunitas muslim
di Jerman bertambah banyak dan makin menguatkan eksistensinya. Lembaga Muslim
Jerman sudah berdiri pada tahun 1930. Antara 1933 dan 1945, tercatat lebih dari
tiga ribu warga Jerman beragama Islam, dan tiga ratus di antaranya berdarah etnis
Jerman.
Sayangnya, pada saat kepemimpinan
Hitler dan perang dunia kedua, umat islam terpecah-pecah. Kebebasan beribadah
terancam. Sebagian umat islam pergi melarikan diri ke negara balkan. Setelah
perang dunia kedua berakhir dengan kekalahan besar yang didapatkan Jerman,
hubungan antara Jerman dan umat islam kembali terjalin. Keberadaan Islam di
Jerman meningkat pada tahun 1960-an. Akibat perang dunia, negara Jerman hancur
berantakan. Jerman membutuhkan banyak tenaga kerja. Para pekerja berdatangan dari
Italia, Turki dan Eropa Timur untuk membangun Jerman kembali. Setelah kontrak
kerja mereka selesai, para pekerja ini menolak untuk pulang ke negara mereka,
bahkan mereka mendatangkan keluarga-keluarganya untuk tinggal menetap di
Jerman. Berlin menjadi kota dengan jumlah komunitas Turki terbesar setelah
Istanbul. Umat muslim dari Yugoslavia dan Iran pun berdatangan dan menetap di
Jerman. Hal-hal tersebut membuat jumlah penduduk yang beragama Islam di Jerman
mencapai lebih dari dua juta jiwa pada awal tahun 1990.
2. Pembangunan Masjid Di Jerman
Islam dan aktivitas umat muslim
Jerman pada publik, maka dibukalah sekitar delapan ratus (800) masjid di Jerman
bagi kalangan non muslim untuk mengenal Islam dan kehidupan umat muslim
Jerman.Yang menarik adalah, momentum yang dipakai umat muslim Jerman untuk
membuka masjid bagi non muslim itu persis di hari dan bulan Oktober, hari dan
bulan di mana diperingati bersatunya Jerman. Sebagai bukti bahwa umat muslim
Jerman merupakan komunitas yang tidak terpisahkan dari kehidupan berbangsa dan
bernegara di wilayahnya.
Masjid-masjid memberi pelayanan dan pemanduan bagi para pengunjung non muslim. Dijelaskan juga kehidupan komunitas muslim warga negara Jerman, aktivitas ekonomi dan informasi-informasi tentang Islam.Tema yang sering ditanyakan oleh non muslim adalah seputar issu “terorisme” yang disematkan Barat terhadap Islam dan umatnya, perihal toleransi, juga tentang persoalan hijab atau menutup aurat bagi muslimah, sebagai identitas yang melekat pada jati dirinya. Dan pada momentum Ramadhan, dimanfaatkan umat muslim untuk mengenalkan bulan Ramadhan, perilaku dan aktivitas umat muslim secara umum dan khususnya pada bulan Ramadhan.
Masjid-masjid memberi pelayanan dan pemanduan bagi para pengunjung non muslim. Dijelaskan juga kehidupan komunitas muslim warga negara Jerman, aktivitas ekonomi dan informasi-informasi tentang Islam.Tema yang sering ditanyakan oleh non muslim adalah seputar issu “terorisme” yang disematkan Barat terhadap Islam dan umatnya, perihal toleransi, juga tentang persoalan hijab atau menutup aurat bagi muslimah, sebagai identitas yang melekat pada jati dirinya. Dan pada momentum Ramadhan, dimanfaatkan umat muslim untuk mengenalkan bulan Ramadhan, perilaku dan aktivitas umat muslim secara umum dan khususnya pada bulan Ramadhan.
3. 90 Ribu Pengunjung
Marwan
Azawi, selaku juru bicara atas nama Majelis Tinggi Umat Muslim mengatakan:
“Dalam moment hari terbukanya masjid bagi non muslim itu, terhitung sekitar
sembilan puluh ribu (90 000) pengunjung hadir di antara delapan
ratus (800) masjid yang tersebar di seantero Jerman. Mereka adalah para
pemerhati dan orang yang simpati dengan Islam.Masing-masing masjid menghadirkan
pengenalan Islam dengan cara beragam sesuai yang dibutuhkan para pengunjung. Di
antara kegiatan masjid-masjid itu adalah, pameran atau stand pengenalan ajaran
Islam, dengan gambar atau alat peraga. Ada yang berupa keliling di masjid,
melihat struktur bagunan fisik masjid. Ada yang mengenalkan tata cara shalat,
dan kedudukan masjid dalam kehidupan seorang muslim.”
Dan pada momentum bulan suci
Ramadhan, masih kata Azawi, masjid-masjid menyediakan ifthor bagi para pengunjung
non muslim, dan bagi para shaimin umat muslim Jerman tentunya.”Masjid berfungsi
selain untuk tempat peningkatan ruhani, juga berperan strategis bagi penyatuan
dan kebersamaan komunitas muslim dengan masyarakat luas. Banyak aktivitas
masjid yang mengenalkan kepada putra-putra Islan tentang sejarah bangsanya,
menguatkan hubungan mereka dengan negara tempat mereka tinggal, juga
pembelajaran bahasa Jerman.”
Di seantero Jerman ada sekitar dua ribu lima ratus (2 500) masjid dan mushalla. Mayoritas masjid dan mushalla itu pengelolanya dari keturunan Turki, yang memang menjadi komunitas muslim terbesar di Jerman.Tercatat, Islam mulai masuk ke Jerman pada tahun 1739 M. Sampai saat ini jumlah komunitas muslim Jerman berjumlah tiga koma dua (3,2) juta jiwa, dari total penduduk Jerman sebanyak delapan puluh dua koma empat (82,4) juta jiwa.Jumlah yang tidak sedikit, dan kualitas yang tidak bisa diremehkan tentunya.
4. Kongres Anti Islam Di Jerman
Di seantero Jerman ada sekitar dua ribu lima ratus (2 500) masjid dan mushalla. Mayoritas masjid dan mushalla itu pengelolanya dari keturunan Turki, yang memang menjadi komunitas muslim terbesar di Jerman.Tercatat, Islam mulai masuk ke Jerman pada tahun 1739 M. Sampai saat ini jumlah komunitas muslim Jerman berjumlah tiga koma dua (3,2) juta jiwa, dari total penduduk Jerman sebanyak delapan puluh dua koma empat (82,4) juta jiwa.Jumlah yang tidak sedikit, dan kualitas yang tidak bisa diremehkan tentunya.
4. Kongres Anti Islam Di Jerman
Agama
Islam yang merupakan minoritas di Eropa kini terus berkembang pesat. Kemajuan
perkembangan tersebut ditandai antara lain dengan akan dibangunnya sebuah
masjid raya terbesar di Eropa,yang akan di dirikan di
Jerman.Perkembangan Islam di Eopa dilihat semakin membahayakan oleh kelompok
ekstrim kanan di Jerman. Mereka menentang kemajuan kaum minoritas dengan
menyelenggarakan sebuah kongres antiIslam di Jerman. Tetapi kongres ini
mendapat protes sekelompok orang lainnya yang menginginkan Islam bisa hidup
berdampingan dengan damai di Eropa.
Sebanyak 500 orang ditangkap dalam
aksi protes kelompok damai yang mengakibatkan pembatalan pawai kelompok kanan
yang menentang pengaruh Islam di Eropa, kata pihak berwenang Jerman, Minggu.
Bentrokan di jalan terjadi di sela-sela kongres dua hari yang diadakan
orang-orang yang berhaluan ekstrim kanan mengenai dominasi minoritas muslim
yang terus meningkat di Eropa dan pembangunan masjid terbesar Eropa di
Jerman.Kekerasan yang berlangsung Sabtu malam itu membayang-bayangi protes
damai yang akan dilakukan puluhan ribu orang untuk menentang kongres
“anti-Islamifikasi”, kata kepala kepolisian Klaus Steffenhagen kepada wartawan.
Dengan membawa spanduk-spanduk yang
bertuliskan “Kami penduduk Cologne — Bebaskan diri dari Nazi!”, pemrotes
berkumpul di luar kathedral utama kota itu untuk menentang kongres tersebut,
yang diadakan oleh kelompok ekstrim kanan setempat Pro-Koeln (Untuk
Cologne).Penyelenggara mengatakan, sekitar 40.000 orang mengambil bagian dalam
demokstrasi itu, yang menyerukan hidup berdampingan secara damai antara muslim
dan non-muslim di Eropa. Seruan itu didukung oleh pemerintah Jerman dan pihak
berwenang setempat di kota wilayah barat Jerman itu.Sementara itu, sekitar 150
bar di Cologne berhenti menjual bir lokal Koelsch kepada anggota-anggota
Pro-Koeln, dan sejumlah supir taksi dan bis juga menolak mengangkut orang-orang
yang akan mengukutikongrestersebut.Satu hotel bahkan membatalkan pemesanan yang
dilakukan oleh “orang-orang yang tidak dikehendaki”. Seorang tokoh ternama
partai Hijau, Volker Beck, menyambut baik “kemenangan masyarakat sipil terhadap
kelompok kanan jauh”.Pro-Koeln memulai seminar dua hari Jumat dimana sekitar
300 peserta dari penjuru-penjuru Eropa mengecam “invasi imigran” muslim ke
benua tersebut.
Sebelumnya Sabtu, polisi melarang pawai keliling yang diadakan oleh pengikut sayap kanan di Cologne, beberapa saat sebelum demonstrasi itu dimulai, setelah terjadi bentrokan-bentrokan keras dengan pemrotes tandingan. Pro-Koeln memliki lima wakil terpilih di dewan kota lokal dan berusaha mengincar posisi-posisi resmi lain di kawasan tersebut.
Sebelumnya Sabtu, polisi melarang pawai keliling yang diadakan oleh pengikut sayap kanan di Cologne, beberapa saat sebelum demonstrasi itu dimulai, setelah terjadi bentrokan-bentrokan keras dengan pemrotes tandingan. Pro-Koeln memliki lima wakil terpilih di dewan kota lokal dan berusaha mengincar posisi-posisi resmi lain di kawasan tersebut.
B. Perkembangan Islam Di
Perancis
1. Sejarah Islam Di
Perancis
Dalam perang dunia I dan II, umat
Islam di Eropa tercatat turut menentang pendudukan Nazi. Keikut sertaan umat
Islam dalam menentang pendudukan Nazi tersebut, menjadi bagian tak terpisahkan
dari sejarah perjuangan kemerdekaan Perancis. Tahun 1922, Masjid Raja Yusuf
didirikan. Di Paris pemerintah memberikan izin mendirikan sebuah masjid. Islam
kini menjadi agama resmi yang diakui pemerintah. Sekarang jumlah muslim di perancis
adalah 5 juta jiwa lebih, dengan jumlah tersebut negara Perancis adalah negara
dengan penduduk muslim terbesar di Eropa. Menyusul setelah Perancis adalah
Jerman dengan penduduk muslim sebesar 4 juta jiwa lalu Inggris sebanyak 3 juta
jiwa penduduk muslim. Pada tahun 1960-an Perancis menyaksikan hijrahnya para
buruh arab besar-besaran yang datang dari negara-negaa Islam. Khususnya
negara-negara arab Maghribi (Aljazair, Libya, Maroko, dan Mauritania).
Peristiwa itu dikenal dengan nama imigrasi kaum buruh. Sebagai pengaruhnya,
Islam mulai masuk ke pelosok Perancis ditengah-tengah masyarakat buruh.Semenjak
itu jumlah umat Islam mengalami kenaikan, barisan bertambah kuat, mereka
behasil mendirikan organisasi kekeluargaan, tetapi akhirnya penguasa Perancis
melarangnya karena mereka tidak ingin membuka peluang akan akan terciptanya
pengotakan-kotakan masyarakat kedalam beberapa kelompok etnik. Larangan
menerima imigran arab pun diberlakukan. Meskipun begitu, minat untuk berpindah
ke Perancis tidak menurun di kalangan muslim.
Pintu kearah sana semakin terbuka. Pada tahun 70-an kembali imigran muslim menyerbu negara kelahiran pencetus trias politica itu. Kali ini, bagian pelajar muslim yang bertolak ke Perancis untuk menuntu ilmu. Kedatangan para pelajar ini menjadi faktor penting yang mengambil peran besar dan penting dalam mendorong penyebaran Islam dan berkehidupan Islam di jantung negeri Napoleon Bonaparte ini. Tahun 1985, diselenggarakan konferensi besar Islam yang dibiayai Rabithah Alam Islami. Turut serta dalam konferensi itu 141 negara Islam, dengan keputusan mendirikan Federasi Muslim Perancis. Peristiwa besar ini tidak luput dari perhatian dunia, mengingat kehadiran umat Islam di salah satu negara Eropa selalu menjadi dilema bagi para penguasa setempat, masalah tenaga kerja dan kerentanan sosial yang lebih jauh. Dengan terbentuknya federasi tesebut yang mempersatukan 540 buah organisasi Islam di seluruh Perancis dan melindungi 1600 buah Masjid, lembaga-lembaga pendidikan Islam, ditambah gedung-gedung lain, shaf umat Islam nampaknya bertambah kokoh. Yang lebih menggembirakan lagi, anggota federasi yang menjalankan roda organisasi, kebanyakan justru berasal dari kaum muda-mudi muslim berkebangsaan Perancis sendiri. Tujuan federasi tersebut diantarannya agar federasi memiliki peran dalam berbagai kegiatan keislamam di Prancis.
Pintu kearah sana semakin terbuka. Pada tahun 70-an kembali imigran muslim menyerbu negara kelahiran pencetus trias politica itu. Kali ini, bagian pelajar muslim yang bertolak ke Perancis untuk menuntu ilmu. Kedatangan para pelajar ini menjadi faktor penting yang mengambil peran besar dan penting dalam mendorong penyebaran Islam dan berkehidupan Islam di jantung negeri Napoleon Bonaparte ini. Tahun 1985, diselenggarakan konferensi besar Islam yang dibiayai Rabithah Alam Islami. Turut serta dalam konferensi itu 141 negara Islam, dengan keputusan mendirikan Federasi Muslim Perancis. Peristiwa besar ini tidak luput dari perhatian dunia, mengingat kehadiran umat Islam di salah satu negara Eropa selalu menjadi dilema bagi para penguasa setempat, masalah tenaga kerja dan kerentanan sosial yang lebih jauh. Dengan terbentuknya federasi tesebut yang mempersatukan 540 buah organisasi Islam di seluruh Perancis dan melindungi 1600 buah Masjid, lembaga-lembaga pendidikan Islam, ditambah gedung-gedung lain, shaf umat Islam nampaknya bertambah kokoh. Yang lebih menggembirakan lagi, anggota federasi yang menjalankan roda organisasi, kebanyakan justru berasal dari kaum muda-mudi muslim berkebangsaan Perancis sendiri. Tujuan federasi tersebut diantarannya agar federasi memiliki peran dalam berbagai kegiatan keislamam di Prancis.
Setelah bertahun-tahun mendapatkan
legalisasi pemerintah, umat Islam Perancis akhirnya berhasil mendirikan suatu
lembaga resmi. Lembaga tersebut mempunyai fungsi sebagai jembatan antara pemerintah
dan umat Islam di sana terutama dalam menyuarakan kepentingan umat Islam.
“Dengan kesepakatan ini, umat Islam punya hak yang sama enan umat Katholik,
Yahudi, dan Protestan.“ Kata menteri dalam negeri Nicolas Sarkozy. Organisasi
itu merupakan gabungan dari tiga organisasi besar Islam di Perancis, yakni
Masjid Paris, Federasi Nasional Muslim dan Persatuan Organisasi Islam Perancis.
Di negara mode ini pernah didera isu jilbab beberapa tahun lalu yaitu dimulai
tahun 1989. Pelajar muslimah dikeluarkan dari kelas karena memakai jilbab,
pekerja muslimah dipecat dari kantornya karena mengenakan jilbab. Namun mereka
tidak diam menyerah begitu saja. Lalu umat Islam Perancis menggoyang Paris
dengan aksi-aksi demo menuntut kebebasan. Akhirnya pemerintah meneluarkan
kebijaksanaan pada tanggal 2 Nopember 1992 yang memperbolehkan para siswi
muslimah untuk mengenakan jilbab di sekolah sekolah negeri. Sekarang tampilnya
wanita-wanita berjilbab di Perancis menjadi satu fenomena keislaman yang sangat
kuat di negeri tersebut. Mereka bukan hanya hadir di Masjid-masjid atau
pusat-pusat keagamaan Islam lainnya, melainkan di juga di sekolah-sekolah
negeri, perguruan tinggi negeri, dan tempat-tempat umum lainnya.
2. Di Prancis 3.600 Orang Masuk Islam Setahun
Perkembangan Islam di Prancis sangat
pesat. Dalam kurun waktu setahun sebanyak 3.600 orang Prancis memeluk agama
Islam. Perkembangan ini menjadi perhatian kaum non-Islam di Prancis belakangan
ini.
Pimpinan Departemen Agama Prancis Didier Yeshi menjelaskan, dalam waktu sehari tercatat 10 orang memeluk agama Islam. Dan, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir tercatat 60 ribu orang masuk Islam.
Yeshi menambahkan, setelah terjadi migrasi besar-besaran di Benua Eropa, terjadi perubahan gen manusia dan suku bangsa pada benua ini. Begitu pula dengan agama, terjadi perubahan pemeluk agama. Itulah yang terjadi di Prancis yang merupakan salah satu negara terpenting di Eropa. Islam kini menjadi agama terbesar kedua di negara ini dalam masa sepuluh tahun. Di samping itu, sekarang Islam adalah agama yang paling cepat penyebarannya.
Pimpinan Departemen Agama Prancis Didier Yeshi menjelaskan, dalam waktu sehari tercatat 10 orang memeluk agama Islam. Dan, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir tercatat 60 ribu orang masuk Islam.
Yeshi menambahkan, setelah terjadi migrasi besar-besaran di Benua Eropa, terjadi perubahan gen manusia dan suku bangsa pada benua ini. Begitu pula dengan agama, terjadi perubahan pemeluk agama. Itulah yang terjadi di Prancis yang merupakan salah satu negara terpenting di Eropa. Islam kini menjadi agama terbesar kedua di negara ini dalam masa sepuluh tahun. Di samping itu, sekarang Islam adalah agama yang paling cepat penyebarannya.
3. Pembangunan Masjid Di Perancis
Jumlah mesjid di Perancis terus
meningkat. Sampai akhir tahun 2003, jumlah mesjid di seantero Perancis mencapai
1.554 mesjid, mulai dari yang berupa ruangan sewaan di bawah tanah, sampai
gedung yang dimiliki oleh warga muslim dan dibangun tempat-tempat umum.
Demikian salah satu hasil survey yang dilakukan kelompok Muslim Perancis
baru-baru ini.
Perkembangan mesjid di Perancis juga
ditulis oleh seorang wartawan Perancis, yang juga pakar tentang Islam, Xavier
Ternisien dalam buku terbarunya. Ternisien menuliskan, di kawasan Saint Denis,
sebelah utara Perancis, terdapat kurang lebih 97 mesjid. Sementara di selatan
Perancis, terdapat 73 mesjid.
Dalam bukunya Ternisien juga menuliskan, mesjid-mesjid yang banyak berdiri di Perancis dengan kubahnya, menunjukkan bahwa Islam kini makin mengemuka di negara itu. Islam di Perancis bukan lagi agama yang dimasa lalu bergerak secara diam-diam. Mesjid-mesjid yang ada di Perancis, kini bahkan dibangun atas tanah milik warga Muslim sendiri, bukan lagi di tempat sewaan seperti pada masa lalu.
Seiring dengan perkembangan Islam di Perancis, jumlah mesjid di negara itu diperkirakan akan terus bertambah. Mesjid yang ada sekarang, terkadang tidak bisa menampung semua jamaah. Mesjid di kawasan Belle Ville dan Barbes misalnya, kalau sedang penuh, para jamaah di mesjid itu terpaksa harus sholat sampai ke pinggiran jalan.
Dalam bukunya Ternisien juga menuliskan, mesjid-mesjid yang banyak berdiri di Perancis dengan kubahnya, menunjukkan bahwa Islam kini makin mengemuka di negara itu. Islam di Perancis bukan lagi agama yang dimasa lalu bergerak secara diam-diam. Mesjid-mesjid yang ada di Perancis, kini bahkan dibangun atas tanah milik warga Muslim sendiri, bukan lagi di tempat sewaan seperti pada masa lalu.
Seiring dengan perkembangan Islam di Perancis, jumlah mesjid di negara itu diperkirakan akan terus bertambah. Mesjid yang ada sekarang, terkadang tidak bisa menampung semua jamaah. Mesjid di kawasan Belle Ville dan Barbes misalnya, kalau sedang penuh, para jamaah di mesjid itu terpaksa harus sholat sampai ke pinggiran jalan.
Sejarah berdirinya mesjid-mesjid di
Perancis, dipelopori oleh orang Pakistan, yang bekerja di pabrik-pabrik di
Perancis. Mereka mengubah ruangan kecil tempat makan siang atau berganti
pakaian, menjadi ruangan untuk sholat. Terkadang mereka menggunakan ruangan di
asramanya sebagai sarana ibadah.
Jumlah Muslim di Perancis makin
bertambah pada tahun 1980 an, setelah Perancis mengijinkan para pekerja asal
Afrika Utara membawa keluarga mereka untuk tinggal di Perancis.
Banyak hal yang mempengaruhi
perkembangan Islam di Perancis. Salah satunya Perang Teluk 1991, yang
menyebabkan munculnya krisis identitas di kalangan kalangan anak muda muslim di
Perancis. Kondisi ini, mendorong mereka lebih rajin datang ke mesjid. Gerakan
Intifada di Palestina, juga mendorong makin banyaknya Muslim Perancis yang
beribadah ke mesjid.
Meski perkembangannya cukup pesat,
mesjid-mesjid di Perancis masih sering menjadi sasaran serangan yang berbau
rasisme. Masa suram mesjid di Perancis terjadi pada tahun 2001. Sejumlah mesjid
di Perancis pada saat itu, menjadi sasaran serangan dengan menggunakan bom
molotov, bahkan ada mesjid yang dibakar. Bentuk serangan lainnya adalah
menggambari dinding-dinding mesjid dan dinding rumah imam-imam mesjid dengan
lambang swastika. Namun sejauh ini, belum ada organisasi hak asasi manusia
maupun asosiasi Muslim yang mempersoalkan serangan-serangan itu.
C. Perkembangan Islam Di Inggris
1.
Inggris
Khawatir Perkembangan Islam
Perkembangan Islam yang meningkat
cukup drastis dan berdasarkan data nama Muhammad di akhir tahun adalah nama
yang terbanyak dipakai di Inggris, koran dan majalah Inggris mulai menggerakkan
isu menentang kaum muslimin. Majalah Time out terbitan London dalam nomor
terbarunya mencetak covernya dengan bahasa Arab dengan nada tanya, Apakah masa
depan London di tangan Islam? Isinya sendiri menunjukkan ketidaksetujuannya
dengan pertambahan jumlah penduduk muslim di negara ini.
Gordon Thomson Pimred majalah ini
berusaha memberikan alasan mengapa ia memilih tema ini. Menurutnya Islam salah
satu agama terbesar di dunia. Dan di antara kelompok minoritas di ibu kota
Inggris, kaum muslimin punya tingkat pertambahan penduduk paling tinggi. Oleh
karena itu, perlu menggerakkan kalangan non muslim untuk menghadapi kaum
muslimin.
Ia memberikan data bahwa pada tahun 2001 jumlah penduduk muslim di London adalah 607 ribu, saat ini lebih dari 1 juta setengah penduduk London adalah muslim dari berbagai ras dan dari negara-negara yang beragam. Ia mengingatkan bahwa peningkatan pertambahan penduduk ini membahayakan Inggris. Ia menambahkan, Kota London pada masa yang akan datang akan menjadi kota Islam. Ia meminta kepada non muslim agar melakukan aktivitas yang dapat menghambat lajunya pertambahan penduduk muslim ini.
Majalah ini dalam sebuah makalahnya yang mencoba menyentuh isu SARA dibuat judul seperti ini, “Mengapa London perlu Islam?” Dalam makalah ini diramalkan pada tahun 2021 akan terjadi revolusi Islam dan digambarkan suasana waktu itu. Gambaran London yang Islam pada tahun 2021 dibuat sedemikian rupa di mana ribuan orang sebelum revolusi itu terjadi di London berkumpul di depan Pusat Pendidikan Hukum Islam yang diresmikan beberapa Minggu kemarin oleh Pangeran Charles.
Ia memberikan data bahwa pada tahun 2001 jumlah penduduk muslim di London adalah 607 ribu, saat ini lebih dari 1 juta setengah penduduk London adalah muslim dari berbagai ras dan dari negara-negara yang beragam. Ia mengingatkan bahwa peningkatan pertambahan penduduk ini membahayakan Inggris. Ia menambahkan, Kota London pada masa yang akan datang akan menjadi kota Islam. Ia meminta kepada non muslim agar melakukan aktivitas yang dapat menghambat lajunya pertambahan penduduk muslim ini.
Majalah ini dalam sebuah makalahnya yang mencoba menyentuh isu SARA dibuat judul seperti ini, “Mengapa London perlu Islam?” Dalam makalah ini diramalkan pada tahun 2021 akan terjadi revolusi Islam dan digambarkan suasana waktu itu. Gambaran London yang Islam pada tahun 2021 dibuat sedemikian rupa di mana ribuan orang sebelum revolusi itu terjadi di London berkumpul di depan Pusat Pendidikan Hukum Islam yang diresmikan beberapa Minggu kemarin oleh Pangeran Charles.
Penulis artikel itu menjelaskan
bahwa Islam di Barat bukan sesuatu yang asing. Jumlah umat Islam setelah
berakhirnya perang dunia ke dua sekitar 160 juta jiwa.Majalah ini dalam 4
halaman lainnya memuat sebuah artikel dengan judul “Agama masa depan”. Dalam
tulisan ini dimuat pendapat 6 orang mengenai London di masa depan.
Berita seperti ini muncul setelah
hari Rabu kemarin majalah mingguan Times London berdasarkan pusat data resmi
pemerintah yang mengumumkan nama Muhammad berada diurutkan kedua dan akhir
tahun ini diperkirakan berada diurutkan pertama.[infosyiah]
Pendeta Inggris, Michael, pada Sabtu (31/5), mengingatkan kepada kaum Nasrani di Inggris untuk mewaspadai perkembangan Islam yang sangat pesat. Karena, Islam adalah ancaman yang paling berbahaya bagi agama Nasrani.
Dalam penjelasannya kepada majalah Daily Telegraf pada Kamis (29/5), Pendeta Michael, menyatakan, "Hari ini agama Nasrani mengalami banyak kemunduran. Agama Nasrani kurang memberi pengaruh kepada masyarakat, kurang bisa memberi solusi pada keluarga yang sedang rusak, dan sebagainya. Sedangkan Islam dapat menutupi kelemahan yang ada pada agama Nasrani. Sehingga, tak sedikit kaum Nasrani yang masuk Islam lantaran tidak mendapatkan solusi pada agama Nasrani. Hal ini harus diwaspadai oleh kaum Nasrani, karena ini adalah ancaman."
Pendeta Inggris, Michael, pada Sabtu (31/5), mengingatkan kepada kaum Nasrani di Inggris untuk mewaspadai perkembangan Islam yang sangat pesat. Karena, Islam adalah ancaman yang paling berbahaya bagi agama Nasrani.
Dalam penjelasannya kepada majalah Daily Telegraf pada Kamis (29/5), Pendeta Michael, menyatakan, "Hari ini agama Nasrani mengalami banyak kemunduran. Agama Nasrani kurang memberi pengaruh kepada masyarakat, kurang bisa memberi solusi pada keluarga yang sedang rusak, dan sebagainya. Sedangkan Islam dapat menutupi kelemahan yang ada pada agama Nasrani. Sehingga, tak sedikit kaum Nasrani yang masuk Islam lantaran tidak mendapatkan solusi pada agama Nasrani. Hal ini harus diwaspadai oleh kaum Nasrani, karena ini adalah ancaman."
Menteri Dalam Negeri Inggris, Jackie
Smith, pada kunjungannya ke Pakistan pada bulan April yang lalu menegaskan,
sedikitnya dua juta jiwa kaum muslimin di Inggris saat ini.
2. Imam Besar Masjid Birmingham Ceramah di UMY
“Islam di Inggris berkembang
sangatlah bagus. Islam agama yang damai, dan sejahtera tidak ada kata
perkelahian, hingga pembunuhan di setiap ajarannya. Saat masyarakat Inggris
ramai membicarakan tragedi 9 September (World Trade Center di Washington), yang
mengaitkan agama Islam dengan terorisme. Alhamdulillah muslim di Inggris tidak
dikaitkan dengan terorisme, masyarakat Inggris pada umumnya mengenal agama
Islam adalah agama yang tidak pernah mengajarkan kekerasan, dan jauh dari
pembunuhan”, kata Syeh Shouaib Ahmed, imam besar masjid Birmingham (Inggris),
saat memberikan ceramah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada waktu yang
lalu.
Shouaib Ahmed yang pertama kali datang
ke Indonesia saat tragedi tsunami Aceh mengatakan, Islam mulai hadir di Inggris
pada tahun 1982, yang sejarahnya sama dibawa oleh para pedagang saat berkunjung
ke Inggris. 26 tahun Islam berkembang di Inggris, dua hingga tiga masjid
dibangun oleh umat muslim di setiap tahunnya, tambahnya. UMY merupakan lokasi
kunjungan keduanya di Indonesia. Tujuan Shouaib Ahmed datang ke UMY yang
diundang resmi oleh Ma’arif Institute, adalah menjalin silaturahmi, dan
membangun persatuan dan kesatuan antar umat muslim di seluruh negara. Shouaib
mengatakan, kedatangannya ke Indonesia kembali ingin mengetahui seberapa besar
umat Islam di Indonesia, lewat organisasi Muhammadiyah. Dia mengenal
Muhammadiyah adalah organisasi terbesar di Indonesia, yang mengajarkan
ajaran-ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Pria yang datang ke UMY, sekaligus
menjadi imam pada Sholat Jum’at (7/11) di Masjid K. H. Ahmad Dahlan UMY
memberikan informasi mengenai perkembangan Islam di Inggris saat ini, “muslim
di Inggris sebesar 2,5 juta orang, terbagi kedalam beberapa profesi yang
terkait langsung dengan hubungan kenegaraan, yaitu 2 menteri muslim yang
menduduki menteri di kerajaan Inggris, 10% dokter di Inggris adalah muslim, 8%
menjadi jaksa yang disegani oleh masyarakat Inggris, dll”. Terkait dengan Ahmadiyah
yang menganggap bahwa ajarannya sesat, Dia mengatakan, setelah ada keputusan
dunia bahwa Ahmadiyah itu sesat tidak ada yang mempermasalahkan ajaran
Ahmadiyah tersebut, umat muslim di Inggris biasa-biasa saja menanggapi
keputusan tersebut, kami saling menyapa, dan tebar senyum ke setiap orang.
Di akhir ceramah yang diikuti oleh
semua karyawan, dan civitas akademika UMY, Shouaib Ahmed mengatakan dahulu
Islam di Inggris terbagi menjadi empat golongan muslim, dan mereka sholat di
masjid masing-masing golongan tersebut. Alhamdulillah sekarang ini sudah
terbentuk Association Muslim of United Kingdom, tidak ada lagi perbedaan
mengenai ajaran Islam, dan mereka dapat sholat bersama, ujarnya. Sebaiknya
Islam di seluruh dunia bersatu untuk menciptkan kedamaian. Di Inggris, ketika
satu orang muslim dianiaya, 100 orang muslim akan membantunya, hanya agama
Islam yang mengajarkan kebersamaan, karena setap muslim adalah saudara,
tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar