Allah
menciptakan bumi yang nampaknya luas kalau dibanding langit pertama hanya
laksana pasir ditengah padang pasir yang luas. Bintang-bintang yang jumlahnya
ratusan trilyun per galaksi itu semuanya masih di langit pertama. Sedangkan kita
tidak tahu berapa banyak galaksi yang ada.
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ
الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِّلشَّيَاطِينِ ۖ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya
Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan
bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka
siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al Mulk : 5)
Padahal
ada bintang yang besarnya lebih besar dari bumi, sehingga bumi terlihat seperti
pasir saja. Nanti langit pertama dibanding kedua laksana pasir ditengah padang
pasir. Begitu pula langit kedua dibanding langit ketiga, langit ketiga
dibanding langit keempat, dan keempat dibanding langit kelima, kelima dibanding
langit keenam, dan langit keenam dibanding langit ketujuh, laksana pasir
ditengah padang pasir. Alangkah besarnya langit ketujuh. Alangkah besarnya dzat
yang menciptakan langit ke tujuh. Begitu juga langit ketujuh dibanding Kursi
Allah subhanahu wa ta’ala, dan Kursi dibanding Arsy Allah subhanahu
wa ta’ala, perbandingannya seperti pasir ditengah padang pasir. Jadi yang
nampak dimata ini bukannya apa-apa dibanding yang tidak nampak. Yang nampak ini
tidak nampak dibanding yang tidak nampak.
Nanti
Indonesia ini dalam peta bumi ini kecil sekali. Jawa timur ini kecil dibanding
indonesia. Magetan ini seperti titik saja dibanding jawa timur. Kita sendirian
di magetan tidak akan nampak. Jadi Manusia itu kecil sekali, namun yang kecil
ini yang diberi tanggung jawab oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Allah
tidak pandang pada gunung-gunung ataupun lautan-lautan yang besar-besar, bahkan
dunia ini tidak dipandang oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Justru yang
dipandang malah manusianya, ini karena manusia ini mempunyai tanggung jawab
yang besar sebagai Khalifah fil Ardhi, Khalifah di muka bumi.
Khalifah
fil Ardi
ini banyak diperebutkan, bahkan malaikatpun juga meminta tetapi oleh Allah
tidak diberikan, tetapi Allah subhanahu wa ta’ala tidak memberikannya.
Bahkan Iblis, Azazil, juga berambisi ingin jadi khalifah. Mendengar bahwa Allah
subhanahu wa ta’ala ingin mengangkat Khalifah fil ardhi, si Iblis
Azazil ini langsung meningkatkan ibadahnya. Si Iblis ini meningkatkan ibadahnya
bukan karena Allah subhanahu wa ta’ala, tetapi karena ingin diangkat
sebagai khalifah fil ardhi. Maka ketika Nabi Adam ‘alaihis salam
diangkat sebagai khalifah, setelah diberi ilmu oleh Allah subhanahu wa
ta’ala, maka si Iblis ini jadi hasut.
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَعَلَّمَ
آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ
أَنبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَـٰؤُلَاءِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ . قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا
إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ
إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
. قَالَ
يَا آدَمُ أَنبِئْهُم بِأَسْمَائِهِمْ ۖ
فَلَمَّا أَنبَأَهُم بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ
غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ
تَكْتُمُونَ . وَإِذْ
قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ
وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
.
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu memang orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah
berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda
ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu,
Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya
Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan
dan apa yang kamu sembunyikan?" Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman
kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah
mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan
orang-orang yang kafir.” (QS. Al Baqarah 31-34)
Jadi
Adam ‘alaihis salam diangkat oleh Allah subhanahu wa ta’ala
karena ilmu yang sudah diajarkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Ilmu
inilah yang mengangkat derajat Adam ‘alaihis salam, diberi ilmu terlebih
dahulu baru diangkat sebagai khalifah. Melihat keadaan ini si Iblis ini tidak
suka, sehingga dia menghasut. Orang hasut itu maka dia akan menjadi tidak
karuan saja. Sudah tidak jadi khalifah, hasut lagi. Singkat cerita, ketika Adam
‘alaihis salam diangkat jadi khalifah, semua diperintahkan Allah untuk
sujud ke Adam ‘alaihis salam. Semua sujud, kecuali iblis yang menolak
sujud karena tidak bisa menerima keputusan bahwa Adam ‘alaihis salam
yang terpilih sebagai Khalifah fil Ardhi. Nabi Adam ‘alaihis salam
diangkat ke surga, namun karena ulah orang hasut, asbab hasutan iblis, akhirnya
Adam ‘alaihis salam dikeluarkan dari Surga.
Di
Surga ini bagi Adam ‘alaihis salam semuanya boleh dilakukan kecuali
memakan buah Khuldi. Ada ulama katakan, Nabi Adam ‘alaihis salam setelah
makan buah khuldi ini dia ingin buang air. Sementara di surga tidak ada tempat
untuk buang air, tempat buang air ini hanya ada di dunia. Makanan di surga ini
tidak berserat kecuali buah khuldi, sehingga semua makanan di surga ini tidak
akan menyebabkan seseorang akan buang air. Setelah Adam ‘alaihis salam
makan buah khuldi akhirnya dia keluarkan dari surga untuk turun ke bumi. Adam ‘alaihis
salam ini sebenarnya diturunkan ke bumi ini untuk diangkat derajatnya.
Walaupun asbabnya harus dengan berbuat kesalahan dulu, yaitu dengan melanggar
larangan memakan buah khuldi. Nampaknya seperti diturunkan derajatnya yaitu
dari surga ke dunia. Maka untuk dapat menjadi Khalifah Fil Ardhi ini,
maka Adam ‘alaihis salam harus turun ke bumi, kalau hanya di surga saja
tidak bisa menjadi Khalifah fil Ardhi. Iman yang dikehendaki Allah subhanahu
wa ta’ala adalah Iman bil Ghoib. Adam ‘alaihis salam
diturunkan ke bumi agar bisa menyempurnakan Iman Bil Ghoib, kalau
disurga terus tidak akan sempurna Imannya.
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ …
“(yaitu)
mereka yang beriman kepada yang ghaib...” (QS. Al Baqarah : 3)
Kalau
nampak dimata, semua orang percaya. Iman itu tidak nampak tapi percaya. Ada 3
perkara :
1. Ada
tapi tidak nampak
2. Tidak
ada dan tidak nampak
3. Ada
dan Nampak
Nabi
Adam ‘alaihis salam di surga dulu di layanin serba ada, mau makan serba
ada, mau apa aja serba ada. Seperti seorang yang sowan pada Raja, silahkan
makan, silahkan menikmati pelayanan, tetapi tidak ditemui oleh Rajanya itu sendiri.
Namun setelah Nabi Adam ‘alaihis salam turun ke bumi ini, maka Allah subhanahu
wa ta’ala memilihnya dan menghargainya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman
:
فَأَكَلَا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا
سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ الْجَنَّةِ ۚ وَعَصَىٰ آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَىٰ ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ
فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَىٰ
“Maka
keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya
aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di)
surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian
Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.” (QS. Thaha
: 121-122)
قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا
جَمِيعًا ۖ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ
وَلَا يَشْقَىٰ
“Allah
berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu
menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk
daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat
dan tidak akan celaka.” (QS. Thaha : 123)
Bahkan
siapapun yang mengikuti petunjuk Allah, maka akan menjadi manusia pilihan Allah
subhanahu wa ta’ala.
إِنَّ
اللَّهَ اصْطَفَىٰ آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى
الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya
Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi
segala umat (di masa mereka masing-masing),”
(QS.
Thaha : 121-122)
Tadinya
mau ngapain aja dipersilahkan di surga, tetapi belum terlalu dihargai. Jadi
diturunkan ke bumi ini merupakan suatu kehormatan. Dan Surga dan Neraka ini
dibikin harus ada yang menempati. Kalau Nabi Adam ‘alaihis salam disurga
terus maka Jahannam ini akan kosong terus. Sementara Allah ini telah bersumpah
bahwa Dia akan memenuhi Neraka itu.
…لَأَمْلَأَنَّ
جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
…"Sesungguhnya
akan aku penuhi neraka jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama.” (QS. As
Sajadah : 13)
…إِنَّ
الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“…Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. Al Mu’min (Ghafir) (40) : 60)
Maka
Nabi Adam ‘alaihis salam diturunkan kebumi untuk di uji, mana dari
keturunannya nanti yang akan dikembalikan ke surga lagi, dan mana yang dikirim
ke Neraka. Sifat-sifat Allah ini akan nampak jika ada orang. “Dia itu sabar ?”
“Kenapa ?” “Ya gak apa-apa, sabar aja ?” Lho orang sabar itu harus diuji, kalau
tidak apa-apa ya semua orang bisa sabar. Contoh sifat Allah yang Maha Pengampun
ini akan nampak bila ada orang yang maksiat.
Hadits
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
“Kalau
kalian tidak dusta/maksiat maka Allah akan hancurkan kalian. Nanti Allah subhanahu
wa ta’ala akan munculkan kaum yang lain, mereka suka berbuat maksiat, lalu
mereka minta ampun, maka Allah akan ampuni.”
Kita
ini sudah banyak dosa tinggal minta ampun saja kepada Allah subhanahu wa
ta’ala, tidak perlu nyari dosa, karena kita udah banyak dosa.
Hadits
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
…كل ابن
ادم خطئ وخير الخطائين التوابين
“Setiap
anak adam adalah berdosa dan sebaik-baik yang berdosa yang bertaubat.”
Kita
shalat ini seribu dosa, kalo gak shalat satu dosa. Kita dakwah ini seribu dosa,
tapi kalo gak shalat satu dosa. Kalau gitu gak mau dakwah dan gak mau shalat,
jangan, dakwah aja. Orang shalat teringat anak, istri, bangunan. Ini dosa
semua, tapi kecil-kecil, mudah diampuni. Kalau gak sholat dosanya cuman satu,
yaitu gak shalat itu sendiri, tapi besar sekali, sulit diampuni.
Orang
dakwah juga demikian, orang dakwah ini seribu dosa, teringat anak, teringat
istri, masih membawa HP ketika keluar, dan sering kali belum berangkat sudah
dihitung tanggal baliknya. Ini semua dosa, tapi kecil-kecil dosanya, mudah
diampuni, kalo gak dakwah dosanya besar sekali, susah diampuni. Kalau gak
dakwah itu dosa besar sekali ya pak Kyai ? lho kok gak tau toh. Kalo gak tau
malah dosa terus, seperti kita punya keran dari PAM ngocor terus, padahal hanya
untuk wudhu dan masak. Tau-tau rekening akhir PAM keluar 5 juta rupiah, padahal
hanya dipakai hanya untuk wudhu dan masak. Trus ditanya, apakah kerannya gak
ditutup ? tidak, yah jadi itu ngalir terus. Walaupun gak tau tetep bayar. Kita
ini gak tau tetep dosa, bukan berarti gak dosa, dosa justru jalan terus karena kita
gak tau dan tidak cari tau.
Orang
pakai motor gak pakai helm, dijegat polisi, lalu dia beralasan sungguh mati pak
polisi saya gak tau ada peraturan harus pakai helm. Tau gak tau, baca gak baca,
pakai helm ini wajib, tetep dihitung sebagai pelanggaran kena tilang. Begitu
pula kalau kita ini gak tau tentang syariat, gak tau itu bukan berarti gak
dosa, tetep dosa.
Imam
Ghazali rahimahullah memberi perumpamaan tentang singa. Orang dikejar
singa, awas singa, saya tidak mau nengok, kalau tidak nengok saya tidak
diterkam. Ini salah paham, ini nengok gak nengok tetep akan diterkam, bukan
berati kalau nengok atau tidak ditengok gak diterkam, pasti diterkam. Sekarang
ini yang terjadi kita diperingatin awas ada singa tapi kita sakit gak bisa
lari. Awas singa, tapi gak bisa lari karena sakit. Sudah tau ada singa tapi gak
bisa lari, sudah tau maksiat ini dosa, diancam neraka, tapi gak bisa lari.
Banyak
orang sudah tau bahwa shalat ini wajib, kalaupun gak tau mudah diberi tahu.
Tapi yang udah tau bahwa shalat itu wajib, tapi gak mampu menjalankan. Hari ini
100% semua orang tau bahwa shalat itu wajib, namun hanya berapa percent yang
menjalankan. Hari ini semua orang tahu bahwa shalat berjamaah di mesjid itu
sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kapan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam pernah tidak berjamaah, tapi berapa banyak yang mau
mengamalkannya. 95% orang tau fadhilah shalat berjamaah ini 27 derajat tetapi
95% nya juga tidak mengamalkan, ini karena sakit tadi. Sakit tapi tidak terasa
sakit, tangan ini sakit tapi di cubit tidak terasa, ini namanya stroke, mati
separoh, sakit parah namanya. Jadi bagaimana kita mengobati penyakit agar bisa
sembuh. Tapi kalau tidak terasa sakit, maka tidak akan mau masuk rumah sakit.
Kalau sakit tapi tidak terasa sakit, ini bahaya. Kalau sudah tau sakit sekarang
bagaimana mengobatinya. Sakit seperti apapun selama orang masih hidup maka dia
pasti ingin sembuh, kalau dia terasa sakit pasti dia ingin berobat. Orang yang
terkena penyakit dalam ini lebih berat dibanding orang yang kena penyakit
kulit.
Contoh
: jika orang terkena parang awalnya berat tapi lukanya tambah lama tambah
sembuh. Beda sama orang yang terkena sakit paru-paru atau jantung atau ginjal
ini lebih berat dibanding orang yang terluka kulitnya karena parang. Ini karena
yang sakit dalam ini awalnya ringan tapi tambah lama tambah berat, tambah lama
tambah kronis. Begitu juga penyakit rohaniah atau agama, awalnya dikit tapi
makin lama makin banyak dan makin parah. Kalau sakit jasmani ini paling paling
mati ujungnya, sakit jantung ujungnya paling-paling mati, sakit paru-paru
paling-paling ujungnya mati. Sedangkan penyakit rohaniah atau iman ini
ujung-ujungnya paling-paling masuk neraka, lho kok masuk neraka paling-paling.
Ini keliru namanya justru masuk Neraka ini yang harus paling dipikirkan dan
dihindari, karena ini sakit yang menyebabkan penderitaan yang selama-lamanya.
Kalau
ingin mengobati berarti kita harus mau masuk rumah sakit untuk di rawat,
sedangkan penyakit Rohani ini pengobatannya di mesjidnya Allah subhanahu wa
ta’ala. Masalahnya rumah sakit ini bukan hanya gedung saja atau mesjid
bangunannya saja, didalamnya tidak seperti mesjid atau rumah sakit. Mesjid dan
rumah sakit yang kita cari adalah yang di dalamnya fungsi dan keadaannya
benar-benar mirip rumah sakit atau mesjid. Namanya rumah sakit tapi didalamnya
tidak ada dokter, tidak ada perawat, tidak ada alat kedokteran, tidak ada obat,
tidak ada ruang perawatan, ini bukan rumah sakit namanya. Hari ini ada mesjid,
bangunan ada namanya tertulis dalam bahasa arab bahkan, tapi didalamnya seperti
tempat wisata bahkan menjadi pasar tempat orang jual beli bukan ibadah, ini
bukan mesjid namanya. Ada gedung seperti mesjid, di daerah Salatiga menuju Magelang,
ternyata setelah didekati rupanya sekolah tinggi theology kristen. Kalau di Barat
sana banyak gedung seperti gereja, ternyata mesjid, ini karena memang dulunya
gereja dijual lalu dijadikan mesjid, hanya salibnya saja yang diturunkan.
Dengan
Khuruj Fisabilillah didalamnya ada peralatannya yaitu :
1. Peralatannya adalah Ushul-ushul Dakwah
2. Enam Sifat adalah Obatnya
3. Dokternya adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sakit
Rohaniah apa saja asal dia mau masuk dalam dakwah pasti bisa disembuhkan asal
ikut tertib. Ini karena kerja dakwah ini adalah dosis tinggi, kalau dengan
kerja dakwah tidak bisa sembuh, tidak mungkin sembuh dengan usaha-usaha
lainnya. Kalau dengan dosis tinggi saja tidak bisa disembuhkan, maka sulit
disembuhkan dengan obat yang lain. Semua yang merasa sakit insya allah kita
berangkat semua.
Sakit
kita itu parah tidak cukup dengan 3 hari, 40 hari aja tidak cukup, makanya
perlu di ulang-ulang 4 bulan lagi berulang-ulang.
Faedah
Dakwah ini banyak sekali, Allah memanjakannya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن
تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Hai
orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7)
Janji
Allah ini pasti lebih pasti daripada matahari terbit dari ufuk timur, tiap hari
terbit dari ufuk timur, tapi suatu saat muncul di ufuk barat menjelang kiamat.
Janji Allah tidak pernah meleset, suatu saat Allah bohong ini tidak mungkin dan
tidak pernah. Bahkan kata masyeikh jika kita sudah menolong agama Allah kita
masih ragu-ragu, ini kita berdosa. Hanya saja bentuk pertolongan Allah ta’ala
ini kita tidak tau, tapi pasti ada pertolongan Allah, tidak boleh kita ragu-ragu,
ini adalah janji dari Allah subhanahu wa ta’ala.
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا…
“Wahai
orang-orang yang beriman, berimanlah kalian…” (QS. An Nisa :
136)
Orang
sudah beriman disuruh beriman lagi, ini maksudnya gimana? Wahai orang yang
duduk, duduklah kalian, ini gimana ? kok orang sudah duduk disuruh duduk.
Secara hukum ini gak boleh. Tapi ini kata-kata Allah : “Wahai orang-orang
beriman, berimanlah kalian” jelas ini ada rahasianya disana. Ini
maksudnya orang-orang yang beriman diminta untuk meningkatkan iman. Jadi
kewajiban kita ini untuk meningkatkan iman.
…آمِنُوا
كَمَا آمَنَ النَّاسُ …
"…Berimanlah
kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman…” (QS. Al
Baqarah : 13)
Tapi
orang munafik berkata,
…قَالُوا
أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ ۗ…
"…Akan
berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?..." (QS. Al
Baqarah : 13)
Orang
munafik menganggap para sahabat ini orang-orang bodoh. Maka Allah subhanahu
wa ta’ala membantah :
أَلَا
إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَـٰكِن لَّا يَعْلَمُونَ…
“…Ingatlah,
sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.” (QS. Al Baqarah ; 13)
Ini
karena kebodohannya yang menganggap orang pinter itu bodoh. Jadi iman yang
dikehendaki Allah subhanahu wa ta’ala ini adalah imannya seperti imannya
sahabat. Iman para sahabat sudah diterangkan banyak sekali di kitab Hayatus
Sahabat, yang isinya adalah kargozari, laporan kisah kehidupan sahabat. Bahkan
dalam Al Quran banyak sekali kargozari mengenai masalah-masalah dakwah. Namun
kisah-kisah ini bukan dongeng untuk membuat orang ngantuk agar cepat tidur,
bukan, tapi untuk dijadikan acuan sebagai tertib dakwah. Bagaimana Dakwahnya
Nabi Nuh ketika itu dikisahkan dalam Al Quran :
قَالَ
رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلًا وَنَهَارًا
“Nuh
berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan
siang,” (QS.
Nuh : 5)
Maksudnya
bahwa yang namanya dakwah itu harus dilakukan selama 24 jam, siang dan malam.
Tidak boleh siang saja malam tidur, atau malam saja siang tidak.
فَلَمْ
يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلَّا فِرَارًا
“maka
seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).” (QS. Nuh : 6)
Ini
wajar orang kita dakwahi malah kabur, ini hal biasa, karena sudah Allah kabari
di dalam Al Quran. Nabi Yusuf dalam penjara tetap melakukan dakwah kepada
teman-temannya padahal di penjaran inikan sumpek, sempit, banyak problem, dan
ruwet, kawannya cuman 2 orang tetapi Nabi Yusuf ‘alaihis salam tetap
berdakwah. Hayatus Sahabat itu kitab tertib dakwah. Seseorang datang kepada
Maulana Yusuf Al Khandalawi agar mau membuat buku khusus tentang tertib dakwah.
Maulana Yusuf rahmatullah ‘alaih katakan bahwa sudah dia buat buku
tersebut yaitu kitab Hayatus Sahabah. Jadi Hayatus Sahabah ini semua tertib
dakwah sudah ada didalam kitab tersebut.
Nanti
setelah dakwah dan mujahaddah baru nusroh ghoibiyah turun. Nabi Musa ‘alaihis
salam diterangkan didalam Al Quran bahwa Nabi Musa AS nyantri ditempat Nabi
Syuaib ‘alaihis salam untuk belajar agama selama 10 tahun. Namun kisah
nyantrinya Nabi Musa ‘alaihis salam tidak diceritakan dalam Al Quran.
Beda ketika Nabi Musa ‘alaihis salam mulai berdakwah semuanya langsung
diceritakan oleh Allah dalam Al Quran. Baru pulang dengan istrinya dari Madyan
untuk menengok ibunya yang sakit, tau-tau ditengah jalan melihat api, yang
bukan sembarang api. Asbab Api yang dilihat oleh Musa ‘alaihis salam,
Allah subhanahu wa ta’ala memberikan wahyu :
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَـٰهَ
إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي …
“Sesungguhnya
Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah
Aku…” (QS.
Thaha : 14)
Allah
subhanahu wa ta’ala mengajarkan kepada Musa ‘alaihis salam tidak
ada yang bisa memberi manfaat dan mudharat selain Aku, Allah subhanahu wa
ta’ala. Perkara ini ditalkinkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala
kepada Musa ‘alaihis salam. Setelah itu Musa ‘alaihis salam
ditanya oleh Allah subhanahu wa ta’ala : Apa yang ada ditangan kamu
wahai Musa ? Musa ‘alaihis salam menjawab : ini adalah tongkat
saya yang saya gunakan untuk ini dan itu. Saya masih mempunyai hajat yang
banyak pada tongkat ini.
Nabi
Musa ‘alaihis salam menjelaskan manfaat dari tongkat tersebut padahal
Allah subhanahu wa ta’ala baru saja mentalkinkan tentang siapa yang
memberi manfaat dan mudharat terhadap sesuatu. Asbab ini Allah perintahkan Musa
‘alaihis salam melempar tongkatnya tersebut sehingga berubah menjadi
ular yang besar, sehingga Musa ‘alaihis salam lari tunggang langgang
melihat kejadian ini. Baru saja Musa ‘alaihis salam menjelaskan manfaat
dari tongkatnya, kini sama Allah dirubah menjadi ular yang bisa memyebabkan
Mudharat yang besar bagi Musa ‘alaihis salam. Lupa dengan pelajaran yang
Allah kasih akibatnya menjadi mudharat bagi Musa ‘alaihis salam. Nabi
Musa ‘alaihis salam tidak tau kehendak Allah sehingga menyebabkan
tongkat yang tadinya bisa memberi manfaat menjadi mendatangkan mudharat yang
besar, hingga lari.
Nabi
Musa ‘alaihis salam belajar 10 tahun dengan Nabi Syuaib ‘alaihis
salam tapi belum praktek, jadi ketika tongkat jadi ular, Musa ‘alaihis
salam lari tunggang langgang. Maka Allah subhanahu wa ta’ala
memerintahkan Nabi Musa untuk menangkap lagi tongkat yang menjadi ular
tersebut. Nabi Musa ‘alaihis salam berusaha menangkap ular tersebut yang
besar dan lincah, padahal kalo besar tidak lincah tapi ini Allah jadikan
lincah, dengan penuh rasa takut. Ketika perintah tangkap ular itu turun dari
Allah subhanahu wa ta’ala dikatakan Nabi Musa mengamalkannya dengan
penuh rasa takut kepada ular, tetapi lebih takut lagi kalo tidak mengamalkan
perintah Allah subhanahu wa ta’ala. Maka Nabi Musa ‘alaihis salam
manangkap ular dengan sepenuh daya pikiran dan kekuatan sehingga ular tersebut
itu menjadi tongkat lagi. Namun tongkat yang sudah tertangkap khasiatnya sudah
beda. Sebelum tertangkap tongkat hanya digunakan untuk panduan jalan, mengambil
buah, sama menggiring kambing, fungsi keduniaan saja. Setelah mendapat tarbiyah
dari Allah subhanahu wa ta’ala, tongkat tersebut mendatangkan manfaat
yang berbeda yaitu menjadi asbab hidayah. Asbab tongkat yang sudah di tarbiyah
Allah subhanahu wa ta’ala tadi menyebabkan para ahli Fir’aun masuk
islam, 4000 penyihir Fir’aun masuk islam, bani israil masuk islam. Kata Ulama,
dunia orang mukmin ini seperti tongkat Nabi Musa ‘alaihis salam.
وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوءْمِنْ
"Apakah itu yang di
tangan kananmu, hai mukmin?
“Ya
dunia ya ufuk alanafsi wal ahli walmaali walya fiya ala ma’rifun”
Ini
adalah dunia saya saya infakkan : diriku, ahliku, hamba sahayaku, yang saya
mempunyai hajat. “Alkiha” tinggalkan dunia 4 bulan saja.
Ketika
ditinggalkan semua pada protes seakan-akan mudharat akibatnya, istri ngambek,
anak nangis, tetangga gunjing, gak karu-karuan semuanya. Padahal kita minta
tinggalkan tidak selamanya. Nanti setelah pulang kita pegang lagi dunia yang
kita tinggalkan. Maka setelah pulang, dipegang lagi dunianya, tapi dunianya
sudah beda fungsinya. Dulu sebelum berangkat 4 bulan dunianya digunakan untuk
menambah kebendaan : memperbaiki rumah, membangun gedung, memperbanyak harta,
membeli baju dan lain-lain. Namun setelah 4 bulan dunianya sudah berubah
fungsinya yaitu justru digunakan untuk mengambil takaza-takaza, dikirim ke
eropa, amerika, afrika, china, australia, dunianya kini menjadi asbab hidayah.
Dunia
yang pertama hanya untuk kebendaan, tapi dunia yang kedua setelah ditarbiyah
jadi untuk asbab hidayah seperti tongkat Musa ‘alaihis salam. Dunia yang
masih dalam kantong ini harta benda yang disebut dunia, tetapi ketika sudah
digunakan, disedekahkan, untuk agama ini menjadi amal. Dunia ini kalo sudah
menjadi asbab hidayah ini bukan dunia lagi namanya, tetapi sedekah atau amal,
yang tertinggal dalam kantong itu baru dunia. Selama masih dirumah itu namanya
dunia, tetapi ketika sudah dipakai untuk Khuruj Fisabilillah menjadi
hidayah itu amal namanya.
Dulu
para sahabat yang fakir-fakir ini ngiri pada sahabat-sahabat yang kaya : “Ya
Rasullullah, orang-orang kaya itu pahalanya banyak.” Jadi yang diirikan
oleh sahabat itu amal pahalanya bukan kebendaannya. Mereka shalat, kita juga shalat,
mereka puasa kita juga puasa, tetapi mereka bisa beramal dengan harta mereka,
mereka bisa sedekah, mereka bisa haji, sementara kita tidak bisa. Ini yang
diirikan para sahabat yang fakir terhadap sahabat yang kaya yaitu kemampuan
mereka dalam beramal. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menawarkan,
“Maukah kalian aku beri amalan yang dapat melebihi amal-amal mereka ?”
mereka menjawab, “Mau ya Rasullullah.” Jawab mereka semangat. Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam menjawab, “Baca Subhanallah 33 kalo, Alhamdullillah 33
kali, Allahu Akbar 33 kali setelah shalat.”
Lalu
pulanglah mereka dan mengamalkannya. Setelah beberapa lama kemudia yang kaya
dengar ada amalan seperti itu sehingga si sahabat yang kayapun ikut
mengamalkan. Lalu para sahabat yang miskin tadi mengadu kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bahwa sahabat yang kaya sudah tahu amalan tersebut dan
ikut mengamalkannya, sekarang kita tertinggal lagi oleh mereka. Maka Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam katakan, “Itu adalah anugerah dari Allah yang diberikan
kepada siapa yang Dia kehendaki.”
Ulama
katakan maksudnya kalo diadu yang satu dengan amalan dan yang satu dengan maal,
harta, maka yang menang adalah yang dengan amalan. Tetapi jika yang satu dengan
amalan dan yang satu dengan maal plus amalan maka ini yang lebih baik adalah
yang kedua yaitu dengan maal dan amalan. Satu lawan Dua yang menang yang Dua.
Kalo orag fakir mengandalkan amalan sedangkan orang kaya mengandalkan hartanya
atau maal saja maka yang menang adalah yang fakir dengan amalan. Tetapi kalo si
kaya mengandalkan maal dan amalan, maka di bandingkan dengan si fakir, akan
lebih menang yang dua yaitu si kaya yang menggunakan maal dan amalan. Jadi
hadits ini untuk orang kaya.
Hadits
itu ada dua ada untuk orang kaya, tetapi ada juga hadits untuk orang miskin.
Ada hadist untuk laki-laki, tetapi ada juga hadits untuk perempuan. Ada Hadits
untuk pemerintah tetapi ada hadits untuk rakyat umumnya. Masalahnya hadits
orang kaya dipakai sama orang fakir, ini keliru namanya, tidak sesuai. Ini
kejadian orang kaya mencari dan memakai haditsnya orang miskin. Orang miskin
mecari dan memakai haditsnya orang kaya. Akhirnya ketika ketemu : Si Kaya
bilang orang miskin gak boleh minta-minta nanti jadi begini dan begitu, Si
Miskin ngeluarin dalil lagi orang kaya harus bersedekah memberi kepada si
miskin kalo tidak nanti akan menjadi begini dan begitu, akhirnya gak
karu-karuan hasilnya. Bukannya menggunakan haditsnya sendiri untuk diri sendiri
tetapi malah mengunakan hadits orang lain untuk menekan yang lain, ini kacau
namanya. Maka kita laki-laki ini tidak boleh menggunakan Hadits untuk
perempuan, ini salah penggunaan namanya. Hadist tentang laki-laki dibaca oleh
laki-laki itu sendiri untuk mentarghib laki-laki itu sendiri agar diamalkan
bukan untuk menekan perempuan, begitu pula sebaliknya, ini yang benar.
Rasullullah
shallallahu ‘alaihi wasallam itu tauladan untuk seluruh umat : ada
tauladan sebagai suami, sebagai ayah, sebagai tetangga, sebagai panglima.
Sebagai Rakyat ada petunjuknya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
untuk diamalkan, untuk istri juga ada petunjuknya untuk diamalkan, sebagai
suami seperti itu juga, dan yang lain-lain.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ
اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ
وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (QS.
Al Ahzab : 21)
Ini
contoh-contoh tauladan diberikan untuk ummat, tinggal ikut saja. Sampai
dikatakan semua manusia ini buta yang melek hanya Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam. Kalau kita ikut terus dengan Rasullullah, maka insya allah ketika
Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk surga kita juga akan
ikut. Kalau Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk neraka apakah
kita akan ikut ? oh itu tidak mungkin Rasullullah shallallahu ‘alaihi
wasallam masuk neraka. Jadi kalau sama-sama orang buta, berdua jalan,
tuntun tuntunan bisa celaka dua-duanya, bisa-bisa kecebur jurang.
Ajaibnya
hari ini ada orang buta mengkritik orang melek atau orang yang melihat. Aneh
tapi nyata, orang buta mengkritik orang melek. Si buta dituntun sama yang
melihat, lalu si buta bilang, “Pak feeling saya bapak ini keliru.” Ini lucunya
namanya kita yang buta mengkritik Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
satu-satunya yang mampu melihat. Ini namanya orang buta mengkritik orang melek.
Wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala ini “Sami’na wa atho’na”
kami dengar kami taat. Ini ada ajaran islam liberal, padahal tidak ada yang
namanya islam liberal, yang ada Iblis itu sendiri yang liberal. Jadi JIL ini
bukan jaringan islam liberal, tapi jaringan iblis liberal. Mereka ini pola fikirnya
bukan sami’na wa atho’na tapi “sami’na watakafarna”, kami dengar
kami pikir-pikir dahulu, kami seminarkan dulu, kami logikan dulu. Ini memang
benar tapi ini ada salahnya. Ini aneh, wong ayat quran itu “Qollallahu ta’ala…”
kata-kata Allah subhanahu wa ta’ala itu dipikir-pikir dahulu ini hanya
kerjaan jaringannya iblis laknatullah alaih. Hanya orang goblok dan bodoh
menyalahkan firman Allah subhanahu wa ta’ala dan sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. Mereka berpikir Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
keliru, bahkan Allah subhanahu wa ta’ala bisa salah, ini goblok atau
tolol namanya, sama aja itu goblok atau tolol.
Ayat
“Sami’na wa Atho’na” turun diwaktu sahabat tidak mampu untuk mengamalkan:
…وَإِن تُبْدُوا مَا فِي أَنفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ
يُحَاسِبْكُم بِهِ اللَّهُ ۖ…
“…
Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang
perbuatanmu itu…” (QS.
Al Baqarah : 284)
Diperlihatkan
ataupun disimpan akan dihisab oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Umpamanya
ada suatu alat perekam yang canggih bisa merekam suara dalam hati, kira-kira
dengan rekaman itu kita bisa malu atau tidak, jika di dengarkan rahasia-rahasia
hati kita. Jika kita pernah terbesit dihati ingin mencuri, berzina, atau
perbuatan maksiat lainnya kira-kira malu tidak jika di dengarkan ke orang.
Namanya orang gila ini adalah orang yang tidak bisa ngerem lisannya dari
bisikan hati yang langsung terungkap melalui mulut. Jadi kalau kita tidak bisa
ngerem lisannya dari isi hatinya berarti kita gila semua. Inilah yang
dikeluhkan sahabat, mereka merasa tidak mampu jika sampai yang didalam hatipun
akan dihisab. “Kemarin itu ketika di taklifkan itu yang saya mampu untuk
dishisab, tetapi yang dalam hati ini juga mau dihisab, ini saya tidak mampu ya
Rasullullah” kata sahabat. Kok yang dalam hatipun akan di hisab, sahabat
tidak mampu. Maka Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam menekan, “Apakah
kamu akan Sami’na wa assoyna, saya dengar saya akan maksiat, katakanlah kamu
akan sami’na wa atthona, kami dengar kami taat.” Maka sahabat setiap
bisikan hati ini gak karu-karuan, mereka menyebut, “Sami’na wa attho’na
gufronaka”, “Kami dengar kami taat ampunilah saya”. Sehingga lisan
ini sudah terlatih dengan “kami dengar kami taat maka ampuni kami ya Allah”.
Sehingga turunlah ayat :
…وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
“dan
mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami ta'at". (Mereka berdo'a):
"Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". (QS. Al Baqarah :
285)
Ini
ketika sahabat baru menerima saja, tidak mampupun masih sami’na watho’na, kok
sekarang malah ada sami’na watafakarna. Sama-sama mahluk seorang jendral bicara
ke prajuritnya memberi perintah, semua prajurit pasti akan sami’na watho’na,
mereka bilang, “Siap…”, tidak ada prajurit yang bilang, “Insya Allah”.
Ini karena mereka dilatih untuk siap, jendral ini tidak membayar prajurit,
padahal jendral dan prajurit sama-sama dibayar oleh negara. Gak ada pernyataan
jendral yang sudah memerintahkan prajurit, lalu si prajurit bilang, “nanti
kalau saya mati gimana ?” atau “nanti saya musyawarahkan dulu sama
istri” atau “nanti kalau saya tertembak gimana ?” ini resiko jadi
tentara, kalau takut mati atau tertembak tidak usah jadi tentara. Tentara kok
kayak gitu gak karu-karuan. Kita ini tentaranya Allah, ditasykil harus sami’na
wa atho’na. Kita ini jadi gak karu-karuan ini akibat kita belajar dari
orang kafir dan yahudi. Hampir seluruh ulama’ katakan :
إن هذا العلم دين فأنظروا عن من تأخذون دينكم
“Ilmu
ini adalah agama lihatlah darimana kalian mengambil agama ini.”
Ini
sama-sama muslim hanya saja yang satu ini dhoif ilmunya, jadi gak usah diambil.
Imam Malik rahmatullah ‘alaih katakan bahwa dalam mesjid ini, mesjid
nabawi, jika ada 70 orang yang jika dia berdoa akan lansung turun hujan, tapi
saya tidak akan mengambil ilmu agama ini melainkan dari ahlinya. Untuk Doa
mereka ahlinya, tapi untuk ilmu saya akan ambil dari ahlinya. Sedangkan
orang-orang sekarang ini mengambil ilmu bukan dari ahlinya tetapi dari
orang-orang kafir dan yahudi, sehingga guru-gurunya ke Neraka mereka ikut. Ilmu
agama kok belajar dari van hauten, robert armstrong, gak karu-karuan hasilnya.
Kenapa mereka ini belajar kok dari yahudi padahal masih banyak ulama-ulama yang
ahlullah. Katakanlah ada air yang jernih dan bersih di alirkan lewat peralon
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, terus mengalir singgah di
ulama-ulama terus mengalir, masih bersih, lalu jatuh di comberan, yaitu yahudi dan
nasrani, kira-kira mau gak minum dari comberan.
Orang
kafir seperti hewan ternak. Bagi Allah ini orang kafir ini seperti :
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ
كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ
قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا
وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ
أُولَـٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ
أُولَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu
seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai.” (QS. Al A’raf : 179)
Coba
kamu kerbau bagaimana pendapat kalian ? ini aneh kerbau kok ditanyai
pendapatnya. Maka kita pegang ilmu ini dari sanadnya dari pesantren-pesantren
dari ulama-ulama yang Haqqoni dan yang Rabbani, ini suatu nikmat yang besar.
Imam syafei bersyair :
“Kehidupan
seorang pemuda, wallahi, dengan ilmu dan taqwa.”
Saya
menafsirkan dengan ilmu itu dengan pesantren, dan taqwa itu dengan khuruj
fisabilillah. Apalagi yang di pesantren, harus lebih lagi digalakkan
keluar di jalan Allah. Ini sudah tidak dipesantren, tapi juga tidak khuruj
fisabilillah, maka ini kata imam syafei yang tidak berilmu dan tidak
bertaqwa : La’tibaro lizatihi yaitu seperti bangkai berjalan, Tidak
punya arti apa-apa. Ilmu diambil sama-sama orang islam, sami’na wa athona, apa
kata Allah pasti benar, apa kata rasullullah ini haditsnya shahih maka kita
harus mengikuti. Imam syafei pernah ditanya oleh seseorang apakah kamu
mengikuti semua hadits hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai
pedoman agamamu. Imam Syafei ditanya begini terkejut, dan balik bertanya, “Apakah
kamu melihat saya sebagai orang gereja ?” atau melihat dari saya ada
tanda-tanda nasrani atau yahudi, ada hadits Rasullulah shallallahu ‘alaihi
wasallam yang tidak diambil ?” Jadi orang-orang yang tidak mengambil hadist
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hanya orang-orang yahudi dan nasrani.
Maulana
Mustaqim katakan :
1. Sahabat
ini ciri-cirinya à Sami’na wa atho’na ( kami dengar kami taat )
2. Yahudi
ini ciri-cirinya à Sami’na wa assoyna ( kami dengar kami ingkari )
3. Kaum logika ini ciri-cirinya à Sami’na wa
tafakkarna/ watajaddalna (kami dengar kami pikir dulu)
4. Kita
umumnya ciri-cirinya à Sami’na wa nashina (kami dengar tapi lupa lagi 2x)
Mau
taat tapi lupa, maka perlu sering-sering di ingatkan dengan khuruj
fisabilillah. Manusia ini memang fitrahnya pelupa, maunya sih sami’na wa
attho’na, tapi baru sampe di sami’na wa nashina, gak papa yang penting tidak
menentang.
Didalam
dakwah ini Allah subhanahu wa ta’ala memanjakan banyak sekali. Semua ahli
langit dan ahli bumi mendoakan memohonkan ampun bagi kita yang sedang berjuang
dijalan Allah mengajarkan kebaikan dengan berdakwah. Semuaanya dari nyamuk,
belalang, burung, mendoakan ampunan untuk kita. Nyamuk mau nyokot kita tapi
malah kita geplak, gak papa, padahal dia lagi mau memohonkan ampun untuk kita.
Kata Ulama ini ada rahasianya kenapa semua mahluk di bumi ini mendoakan orang
yang sedang berdakwah. Ini karena kelestarian dunia ini karena ada agama, bukan
karena ada ekologinya, atau karena ada ekosistemnya, atau karena ada hutannya,
bukan itu semua. Ini karena di dunia ini masih ada orang yang mengucapkan “La
illaha illallah”.
Walaupun
hutan rindang , lebat, dan banyak, ekologinya bagus, ekosistemnya jalan, tapi
tidak ada yang mengcupakan “La illaha illallah” maka Allah akan gulung
alam ini di kiamatkan. Sementara kelestarian “La illaha illallah” karena
ada orang yang dakwah. Jadi semua hewan-hewan dan mahluk-mahluk di dunia dan di
langit ini berhutang jasa kepada orang beriman atau manusia yang masih
mengucapkan “La illaha illallah”. Para Ahli langit dan ahli bumi yang
jumlahnya trilyunan banyaknya hanya Allah yang tau, memahami perkara jasa orang
dakwah ini sehingga Allah masih jaga alam ini asbab adanya orang yang
mengucapkan La illaha illallah. Asbab ini mereka doakan maghfiroh untuk
kita walaupun kita sedang tertidur sekalipun. Tapi hanya yang ikut dakwah,
kalau tidak dakwah ya tidak di doakan, gimana tidak mau ikut dakwah tapi minta
di doakan.
Di
dalam dakwah ini kita tinggal ikut saja Rasullullah, tidak perlu ngarang
sendiri. Nanti kalau Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk
surga kita tinggal ikut aja. Maualana Abdul Baqi dari Pakistan mengatakan,
kalau kita sujud syukur dari sekarang hingga kita meninggal dunia karena
dipilih Allah karena ikut usaha dakwah ini, maka itu nilainya kecil. Mengapa
kecil ? karena hasilnya gak sebanding, dipilih ikut, tapi nanti di gabungkan
sama sahabat masuk surga. Ini tidak sebanding dengan usaha yang kita lakukan
dibanding dengan anugerah yang Allah kasih asbab dakwah ini. Rasullullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda :
عن أنس بن
مالك : أن أعرابيا قال لرسول الله صلى الله عليه و سلم متى الساعة ؟ قال له رسول
الله صلى الله عليه و سلم ما أعددت لها ؟ قال حب الله ورسوله قال أنت مع من أحببت
"Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu
: bahwa seorang arab baduwi bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam tentang kapan kiamat terjadi? berkata
kepadanya Rasulullah - shallallahu ‘alaihi wasallam : “apakah yang telah engkau siapkan untuknya ?” baduwi
itu berkata : “cinta Allah dan RasulNya.”
Beliau bersabda : “engkau bersama yang engkau cintai." (HR Muslim)
قال أنس فأنا أحب الله ورسوله وأبا بكر وعمر فأرجو
أن أكون معهم وإن لم أعمل بأعمالهم
"Berkata
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu: maka aku mencintai Allah dan RosulNya, juga
Abu Bakar, Umar dan aku berharap akan dibangkitkan bersama mereka walau aku
tidak melakukan amalan seperti yang mereka amalkan."
Ketika
kita keluar kita belajar 6 sifat sahabat, perjuangan sahabat, cara berpikirnya
sahabat, bicarakan sahabat. Diluar dakwah ini semua ngaku cinta sahabat, tapi
tidak ada yang tahu siapa itu Saad bin Abi Waqqash, Khalid bin Walid, Thalhah,
Hudzaifah radhiyallahu ‘anhum. Justru yang mereka tahu itu malah seperti
superman, batman, michael jackson, mak lampir, apa faedahnya tahu semua itu,
ngakunya cinta sahabat. Pengetahuan itu untuk apa.
“Layadhurru jahlu walayanfa’u ilmu”
Siapa
presiden Venezuella ? tahu atau gak tahu tidak ada manfaat dan mudharatnya.
Banyak orang yang tahu tidak ada manfaat dan mudharatnya, tapi pingin tahu aja,
ini untuk apa ? Beda dengan dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
kalau tahu manfaatnya banyak kalau tidak tahu mudharatnya banyak. Bagaimana
mengetahui Sunnah Rasul dan Fadhilah Dakwah. Jadi kalau di dunia ini sudah
tidak ada lagi yang mengucapkan “La illaha illallah”, maka Allah akan
liquidasi dunia ini. Inilah sebabnya semua mahluk di dunia ini mendoakan kita,
walaupun kita membunuh mereka, mebunuh nyamuk, membunuh ayam, membunuh
serangga, tidak apa-apa mereka tetap mendoakan kita. Subhanallah, inilah kita
manusia sebagai Khalifah fil Ardhi. Sebetulnya jin-jin itu takut pada manusia,
ini karena khalifah fil ardhi ini manusia. Namun keadaannya kebalik karena
kebanyakan manusia takutnya sama jin jadi gak karu-karuan.
Asbab
Dakwah ini maka Allah akan kumpulkan kita bersama Rasullullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan para Sahabat radhiyallahu ‘anhum. Masalahnya apa kita
tidak malu nanti ketemu sahabat ? mereka berjuang ada yang sampai dipotong
kepalanya, di tusuk dari kemaluannya, ditarik kuda hingga putus anggota
badannya, hartanya habis untuk di jalan Allah. Namun ketika kita ditanya saya
Alhamdullillah sudah 3 hari, saya sudah 40 hari, saya sudah 4 bulan, ini apa
kalau dibandingkan sahabat. Nanti ada yang bilang kita ini sibuk jadi tidak ada
waktu karena mencari rizki. Maulana Ilyas rahmatullah ‘alaih katakan :
“Gunakan
hartamu untuk agama atau nanti hartamu akan habis tapi bukan untuk agama”
“Gunakan
waktumu untuk agama atau waktumu akan habis tapi bukan untuk agama”
“Matilah
kalian untuk agama atau nanti kalian juga akan mati tapi bukan untuk agama”
“Sibukkan
diri kalian dalam agama atau kalian juga akan tetap sibuk tapi bukan dalam
agama”
Kata
Maulana Abdul Qadir hanya ada 4 orang yang tidak sibuk :
1. Orang yang sudah meninggal dunia
2. Orang yang sedang di penjara
3. Orang yang sedang dirawat di rumah sakit
4. Orang gila
Kita
ikut dalam usaha ini merupakan suatu kemuliaan yang besar dari Allah subhanahu
wa ta’ala. Orang-orang seperti kita ini dengan segala kelemahan kita tapi
dipilih oleh Allah melanjutkan usaha para Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
ini merupakan suatu kemuliaan. Dahulu orang yang membawa usaha ini Allah pilih
orang-orangnya ada qualifikasi iman, akhlaq, kesiapan berkorbannya. Kini kita
yang lemah-lemah, Allah pilih kita, patut kita syukuri, caranya bagaimana ?
yaitu dengan istiqomah dalam kerja dakwah, istiqomah sampai mati. Orang sudah
terpilih sebagai menteri malah lebih memilih kerja sebagai penggosok WC, ini
bagaimana ? Orang jadi kepala desa dapat gaji dan fasilitas karena dia harus
memikirkan desanya. Nanti kalau jadi bupati lebih gede lagi gajinya dan
fasilitasnya lebih banyak lagi karena lebih berat kerjanya dibanding kepala
desa, dia harus memikirkan satu kabupaten yang terdiri dari banyak desa.
Begitu
juga kalau jadi Gubernur harus memikirkan satu propinsi tapi gajinya tambah
besar dan fasilitasnya tambah banyak lagi. Begitu juga kalau jadi presiden
rumahnya saja dapet istana, kendaraannya helikopter, gajinya lebih besar lagi
dan fasilitasnya terbaik diberikan, ini karena presiden memikirkan satu negara.
Namun serendah-rendahnya Da’i ini lebih tinggi dari presiden. Ini karena
presiden hanya memikirkan satu negara, da’i ini memikirkan seluruh alam.
Presiden hanya untuk 5 tahun, kalo da’i ini sampai hari kiamat. Presiden itu
memikirkan hanya ada yang ada diatas bumi itu juga bagian-bagian, kalau dai
memikkirkan yang ada dibawah bumi, diatas bumi, di langit bahkan sampai
akherat. Ini luar biasa kemuliaannya yang Allah kasih, tapi kok kita milihnya
jadi penggosok WC, ini bagaimana ? Meninggalkan dakwah untuk mencari dunia,
Masya Allah.
Beras
ini penting tapi usaha atas beras lebih penting lagi. Ada beras 10 gudang, tapi
kalau dimakan terus menerus dan tidak diusahakan lagi maka suatu saat pasti
habis. Agama ini penting tapi usaha atas agama lebih penting lagi. Kalau hanya
mengandalkan amal agama nanti kalau semua yang beramal mati tidak ada yang
meneruskan, maka suatu saat nanti amal-amal agama ini akan hilang. Bahkan kata
ulama, dunia ini seperti badan, agama ini seperti ruh. Kalau badan tidak ada
ruhnya, ya tidak bisa bergerak bahkan membusuk dan rusak. Jadi dunia tanpa
agama, yang ada kerusakan, manusianya berbuat onar, membuat kedzoliman
dimana-mana, merusak dan bermaksiat. Jadi kalau Agama ini di ibaratkan badan,
maka Usaha Agama ini seperti nyawa dalam badan. Kita ini mau berusaha menjadi
ruhaniah dalam agama. Usaha agama seperti badan, maka pengorbanan ini seperti
ruhnya. Jadi usaha dakwah ini harus dengan pengorbanan : korban harta, korban
diri, korban waktu, korban perasaan, korban perdagangan, korban keluarga, korban
pekerjaan. Jika pengorbanan seperti badan, maka musyawarah ini seperti ruhnya.
Jika musyawarah ini seperti badan, maka ketaatan ini seperti ruhnya.
Jadi
sangat penting sekali masalah ikut dalam kerja dakwah ini. Dulu yang ikut dalam
kerja dakwah ini adalah para nabi AS, para sahabat RA, para ulama tabi’in wat
tabi’in, para wali Allah, tapi sekarang malah kita-kita ini yang dhoif dan
banyak kekuarangan yang terpilih. Ini karena akhir jaman ini menjadi jamannya
obralan. Kebaikan-kebaikan di obral begitu juga keburukan-keburukan diobral,
banyak sekali. Pakaian dulu banyak compang camping, bahkan pakaian baru diluar
hari raya ini dianggep aneh dan gak wajar, jadi di olok-olok. Makan ayam itu
hanya waktu hari raya dan mauludan, jadi ada orang kenduri gak diundang bisa
marah. Beda hari ini gak diundang biasa saja karena semuanya sudah diobral jadi
biasa saja. Dulu cari kitab Jami’ush saghir dan ihya ulumuddin susah sekali,
kalaupun ada cepat sekali habisnya.
Dulu
pernah terjadi satu kitab ihya ulumuddin ini setara dengan dua kerbau. Kalau
sekarang 2 kerbau dapat satu toko kitab. Jadi dulu ilmu itu mahal sekali,
pakaian itu mahal sekali, tapi kini semuanya sudah di obral sehingga ilmu kini
murah, pakaian mudah. Kebaikan-kebaikan di obral, keburukan-keburukan juga di
obral. Intan berlian diobral, tapi ular dan kalajengking juga di obral. Dengan
jumlah uang yang sama bisa beli kitab atau beli berlian tapi kok yang dibeli
malah ular dan kala jengking. Ini kok ular dan kalajengking murah sekali ?
nanti malah dipatuk, goblok namanya. Begitu juga hari ini
kemaksiatan-kemaksiatan di obral, tapi kebaikan-kebaikan juga di obral. Dakwah
yang demikian tinggi nilainya kini di obral, setiap orang bahkan di ajak terus.
Kalau ada orang di ajak gak mau ini kenapa gak mau ? padahal ini sudah di
obral. Waktu ini adalah seperti uang, maka kita habiskan jangan untuk beli
kalajengking atau maksiat yang bisa menghancurkan kita, tapi kita habiskan
untuk membeli apa yang bisa kita gunakan di akherat kita nanti.
Banyak
sekali fadhilah dakwah ini, kita tidak akan sanggup menghitungnya, apalagi
waktu puasa ramadhan pahalanya berlipat-lipat kali. Kalau diluar ramadhan ini
pahalanya 700.000 untuk yang khuruj fissabilllillah, maka ketika puasa dikali
70, berarti sekitar 49.000.000, itupun untuk yang belum nikah, kalau sudah
nikah dikali 70 lagi, Masya Allah. Ulama dari Bangladesh katakan bahwa dakwah
di bulan ramadhan ini Insya Allah pasti diterima. Amal itu mudah, diterimanya
oleh Allah subhanahu wa ta’ala ini yang sulit. Amal itu mudah, duduk
kita disini saja mendengarkan bayan ini sudah amal. Tidur cara Rasullullah shallallahu
‘alaihi wasallam sudah amal, makan cara Rasullullah shallallahu ‘alaihi
wasallam sudah amal. Tapi yang diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala
ini yang sulit. Ada kisah seorang pelacur memberi minum seekor anjing.
Seburuk-buruknya orang itu pelacur memberi minum seekor anjing seburuk-buruknya
binatang.
Kita
pernah dengar nama orang yang namanya pak kutilang, atau pak gajah, tapi kita
tidak pernah dengar nama orang ini anjing. Bahkan kalau kita panggil anjing
orang bisa marah, ini sangking hinanya anjing ini. Padahal menurut ulama anjing
ini mempunyai minimal 10 sifat utama para wali. Anjing itu taat dan patuh, ini
sifat wali. Kepada majikan yang memberinya makan, maka dia akan penurut sekali,
disuruh pergi dia akan pergi, di suruh datang dia akan datang. Dulu ada orang
namanya Abu Ustman Al Khairi, beliau pernah diundang ke rumah seseorang.
Setelah sampai depan rumah orangnya si orang tersebut bilang tidak jadi, baru
jalan jauh dikit dipanggil bilang jadi. Setelah mendekat tidak jadi, akhirnya
pergi lagi, agak jauh dipanggil lagi dibilang jadi, setelah mendekat akhirnya
tidak jadi lagi, pergi dipanggil lagi dibilang jadi terus sampe 4 kali. Si
orang rumah ini memuji, bahwa beliau ini baik sekali dibilang gak jadi pergi,
dipanggil, balik lagi sampe 4 kali, tidak marah-marah. Abu Ustman Al Khairi
berkata untuk menghindari pujian, bahwa seekor anjing juga bisa seperti itu.
Anjing
itu taat dan baik sekali, jika digebuk dia tetep ingetnya tangan yang
memberinya makan bukan gebukannya, tetep taat. Anjing itu amanah sekali beda
sama kucing yang suka mencuri makanan. Anjing itu kalau mau makan pasti
menunggu majikannya, tidak ada anjing yang mencuri itu tidak ada, kucing ada,
tapi anjing tidak. Sampai matipun si anjing ini amanah, jika majikan bilang
jangan kamu makan melainkan dari tangan saya, inipun diikuti. Suatu ketika si
anjing ini lupa diberi makan oleh majikannya, majikannya pergi lama, si
tetangga memberi makan tapi dimakan oleh si anjing, akhirnya mati memegang
amanah majikannya. Anjing ini zuhud, tidak senang pada dunia, tidurnya
dimana-mana bisa, bahkan senengnya tidur di tempat gak karu-karuan. Anjing ini
Qona’ah diberi apa aja dia nerima aja, tetep senang sama keadaannya. Banyak
sekali sifat baik pada anjing ini, tapi kok kenapa najis mugholadoh. Dari
sekian banyak sifat baiknya ada 2 sifat buruk anjing :
1. Jika
sendirian dia sombong, sukanya menggonggong dan menyalak, pamer kekuasaan.
2. Tidak
suka sama Ijtima’i amal, jadi jangan sampe karkun tidak suka ijtima’i amal.
Jadi
10 sifat baik pada anjing ini jadi hilang asbab 2 sifat jelek ini. Jadi kita
karkun jangan sombong dan tidak suka ijtimai amal, bisa jadi jadi najis
mugholadoh. Sifat yang Allah benci ini sombong, dan sifat yang disenangi Allah subhanahu
wa ta’ala ini adalah Sifat Tawadhu. Sifat Tawadhu ini merupakan nikmat dari
Allah subhanahu wa ta’ala, dan satu-satunya nikmat yang orang tidak akan
hasut. Kalau sombong ini baliyat suatu musibah. Orang kalau sombong sering lupa
diri, “Kau tau siapa saya ?” lupa siapa dia ini, sampe harus tanya orang lain.
Ada seorang jendral pulang setelah menang perang, diajalan bertemu seorang
sufi. Maka si jendral mengatakan, “Kamu ini tidak tahu siapa saya ?” si sufi
tadi bilang, “Oh saya tahu siapa kamu, kamu ini dulunya adalah hanya sepercik
mani yang menjijikkan, nanti suatu saat akan menjadi bangkai yang busuk. Saat
ini kemana-mana kamu membawa kotoran.” Jadi apa yang mau disombongkan, sifat
sombong ini harus dihilangkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ , وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا
بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا , وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ ِللهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ
“Tidak
akan berkurang suatu harta karena dishadaqahkan, dan Allah tidak akan menambah
bagi seorang hamba yang pemaaf melainkan kemuliaan dan tidaklah seseorang
merendahkan hatinya karena Allah, melainkan Allah angkat derajatnya.” (HR. Muslim no. 556
dari hadits Abu Hurairah )
“Man
tawadho alillah rofa’adhoh” : “Barangsiapa tawadhu karena Allah maka akan diangkat
oleh Allah ta’ala”
Walaupun
seluruh dunia merendahkan, tapi diangkat oleh Allah subhanahu wa ta’ala
tetap akan diri terus. Fadhilah-fadhilah dakwah ini banyak sekali, masyeikh
katakan dalam usaha dakwah ini ribuan berkah untuk ribuan keturunan. Kita ini
perkataan masyeikh ini cukup percaya saja, karena itu berdasarkan ilham dan
keberkahannya kita rasakan sekali kalau kita ikuti. Pemerintah bingung,
Masyakarakat bingung, orang kaya bingung, orang fakir bingung, kita ini
generasi bingung, tapi orang dakwah tidak bingung, santai saja, lempeng dan
lurus aja. Hari ini orang banyak demonstrasi, ada bom meledak, tapi orang
dakwah santai saja. Bom mahluk, Demo mahluk, tidak dapat mendatangkan manfaat
atau mudharat tanpa seizin Allah subhanahu wa ta’ala. Hakekatnya, Itu
mahluk semua, tidak bisa berbuat apa-apa, bukan suatu masalah.
Bom
itu mahluk, kalau Allah menghendaki makanan bisa jadi bom, kalau Allah
menghendaki bom bisa jadi makanan. Bagi da’i ini yang dipandang Allah subhanahu
wa ta’ala nya saja, tidak ada persoalan, tidak kesan, yang penting bagaimana
Allah ridho dan senang. Matipun dalam dakwah langsung surga. Semua orang yang
mati itu tidak ada yang berharap dihidupkan lagi, kecuali orang dakwah. Orang
dakwah ketika mati dibangkitkan ditanya oleh Allah subhanahu wa ta’ala,
kamu mau apa, malah menjawb ingin dihidupkan lagi untuk dakwah lalu dimatikan
lagi lalu dihidupkan lagi untuk dakwah, begitu jawabnya. Ini karena melihat
fadhilahnya orang dakwah. Tapi ini yang tahu bagi yang sudah mati, kita yang
belum mati tidak tahu. Kok bisa ada permintaan seperti itu, padahal kita mati
satu kali aja takut, kok bisa ?
Sekarang
kita sudah hidup maka kita gunakan sisa hidup kita untuk dakwah, yang lalu
biarlah berlalu dengan segala maksiat dan pahalanya tinggal kenangan biarlah
berlalu. Sekarang yang penting kedepannya sisa umur kita mau diapain, biasanya
yang namanya sisa umur ini lebih pendek rata-rata.
3
hari dibanding 70 tahun ( 3 / 70 ) dengan 70 tahun dibanding selama-lamanya (
70 /8 ) ini lebih lama mana ? lebih lama selama-lamanya, ini jawaban orang
tidak paham dengan pertanyaan, ini matematika. Ini lebih lama 3 hari per 70
tahun karena ini seper 10.000, umpamanya, kalo dibanding dengan 70 tahun
dibanding selama-lamanya dapet berapa ? ini seperti satu tetes dibanding
lautan. Jauh sekali perbandingannya satu tetes dibanding lautan kalo seper
10.000 ini seperti satu tetes cangkir dibanding lautan. Jadi 3 hari per 70
tahun lebih lama dibanding dengan 70 tahun dibanding selama-lamanya.
Maukah
senang-senang 3 hari untuk susah-susah 70 tahun atau maukah susah-susah 3 hari
untuk senang-senang 70 tahun. Ini mudah sekali jawabannya, tentunya mendingan
milih susah 3 hari demi kesenangan 70 tahun. Padahal ini itu lebih lama
dibanding dengan 70 tahun dibanding selama-lamanya. Coba kita bicara sisa umur
saja dululah, bukan 70 tahun susah tidak. Contoh : kalo kita sekarang umur 50
tahun masih ada 20 tahun sisa umur misalnya, kalau kita 40 tahun masih ada sisa
umur 30 tahun. Maukah susah 20 tahun atau 30 tahun demi mendapatkan kebahagiaan
yang selama-lamanya. Dan itu 20 atau 30 tahun tidak susah terus, tiap tahun
hanya 4 bulan saja. Padahal 4 bulan itu kalau kita rinci lagi ada tidurnya, ada
senangnya, ada kenyangnya makan, ada ngobrol-ngobrolnya, jadi susahnya dimana ?
Apakah
jaulah itu susah ? apakah taklim itu susah ? apa susahnya ? memang gak ada
susahnya, “tapi kan”, itu kebanyakan jawaban kita “Tapi kan… ini dan itu”.
Jangan ber “Tapi … Tapi” ini karena “Tapi” ini merusak. “Masya Allah pak Kyai
Alhamdullillah mau datang kemari, ini seperti pucuk dicinta ulampun
tiba……Tapi…” walah ini mah habis sudah, rusak kesenangan kalau ada kata-kata
“Tapi…maaf”. “Saya sebenernya udah lama pingin ikut pak kyai….tapi…” walah ini
mah susah namanya pasti gak akan ikut. Jangan ber “Tapi…Tapi…” ingin ikut titik
langsung berangkat jangan pake “Tapi…”.
Sami’na
Wa Atho’na titik jangan ada koma “Tapi…”. Orang mau seribu jalan orang tidak
mau seribu alasan. Kata orang malaysia orang hendak seribu daya, orang tidak
hendak seribu dalih. “Saya sebenernya mau ikut… tapi maaf pak kyai…” loh minta
maaf ini jangan sama saya atau kyainya, tapi minta maaf sama Allah, diterima
gak “Tapi..” nya sama Allah. Kalo pingin ikut lansung berangkat, kalo tidak
bisa apakah alasannya diterima Allah atau tidak, jadi ya berangkat saja. Baik
saya berikan jalan keluar bagi yang masih, “Tapi…”, yaitu daftarkan dahulu
namanya, lalu musyawarah kita carikan jalan keluarnya. Jangan “Tapi..”
dimusyawarahkan diputuskan sendiri, “Ini karena ada ini dan itu, jadi menurut
saya yang terbaik adalah keputusannya tidak berangkat.” Wah kacau ini namanya
musyawarah sendiri, diputusin sendiri. Musyawarah ini bahasa bumi, kalau
targhib bahasa langit, seperti liat khazanah Allah, Yakin saja pada Allah,
jangan lihat kantong, ini targhib namanya. Musyawaroh itu bahasa bumi, jangan
takut, kita kumpul sama-sama lihat berbagai kemungkinan, dipikirkan
bersama-sama jalan keluarnya. Dalam Dakwah ini ada 2 bahasa :
1. Bahasa
Langit
2. Bahasa
Bumi
Kalau
di luar dakwah ini bahasanya bumi saja tidak pernah sampai langit, dikit-dikit
uang, dikit-dikit uang terus jalan keluarnya, tidak pernah sampai langit.
Targhibnya bahasa langit, Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam
berkata…, selalu itu refferensinya, nanti musyawarahnya bahasa bumi. Contoh :
ketika Targhib jangan liat kantong khazanah Allah maha luas tanpa batas, tapi
ketika di taffakud, “Loh katanya jangan liat kantong.” Ini sudah mulai bahasa
bumi. Dulu Maulana Umar Phalanpuri ditanya, “Berapa taffakudnya..” dia bilang,
“nanti..nanti.. saya mau sholat dulu”, terus dibalas, “yah shalat dulu sana 2
rakaat minta pada Allah, baru setelah selesai berapa kesiapannya…” Jadi
tafakkud ini bahasa bumi,tidak usah takut, asal jangan diputusin sendiri. Jika
disuruh pulang, ya pulang dengan pahala. Jika disuruh berangkat, ya berangkat
apa adanya. Ini baru namanya jalan keluar. Taskil orang lain itu memang sulit,
paling mudah itu taskil diri sendiri, saya paksa diri saya untuk mau. Dalam
diri manusia itu ada 2 perkara :
1. Nafsu
:Mengajak kepada kejelekan dan menghalangi kebaikan
2. Rohaniah
: Mengajak kepada kebaikan dan menghalangi kejelekan
Kemarin
waktu jalan ke tempat musyawarah disini pasti ada nafsu yang menghalang-halangi
jangan berangkat, tapi ada satu sisi yang memaksakan tetep berangkat, namun
karena ekat mengambil keputusan akhirnya bisa sampai disini kan. Begitu juga
waktu di taskil untuk berangkat khuruj terjadi peperangan dalam diri kita
memilih berangkat atau tidak, antara nafsu dan rohaniat kita bertempur.
Jawabannya, yang dapat berangkat adalah yang nekat, yang memenangkan keputusan,
untuk berangkat. Sudah berangkat aja nekat :
1. Yang
Nekat itu Berkat
2. Yang
Was was itu Tewas
Untuk
kebaikan itu kita harus nekat, yang nekat itu berkat, dan ragu-ragu pangkal
kegagalan. Masa ikut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kita ragu-ragu,
wong yang ikut setan aja tidak ragu-ragu. Padahal ketika mau ikut setan ada
juga yang menghalangi, walaupun ada juga yang nekat untuk bermaksiat. Kok kita
yang berbuat baik kok ragu-ragu : bagaimana istri saya ? bagaimana anak saya ?
jawabannya berangkat saja !! Pada bulan Ramadhan ini luangkan waktu untuk
berjuang di jalan Allah. Jika kita tidak mau paksakan luangkan waktu, maka
waktu tidak ada yang luang-luang, sampe-sampe pengangguran saja sibuk dengan
penganggurannya. Petani sibuk dengan pertaniannya, pedagang sibuk dengan
perdagangannya, siapa yang mau meluangkan waktu untuk agama ? ya mulai dari
saya, diri sendiri dulu.
Cari
waktu luang, kalau tidak dicari ya tidak ada yang luang-luang. Seperti kita
mukul paku ke kayu untuk buat kursi, kalo dilihat lobang untuk paku tidak akan
ada, harus diusahakan, dipaksakan, dipukul pukul kedalam kayu sampe dia masuk.
Begitu juga kita, seperti paku, dipaksakan dulu dipukul ke dalam kayu,
dipaksakan dulu keluar 3 hari, masih belum masuk juga harus semakin dalam
semakin kuat pukulannya, tingkatin 40 hari, lebih kuat lagi 4 bulan, baru masuk
pakunya. Paku ini meluangkan tempat agar bisa memberikan manfaat, begitu juga
dengan kita harus kita paksakan meluangkan waktu baru bisa mendatangkan manfaat.
Jangan kayak sekarang begitu panen, sibuk belanja buat bertani lagi, panen,
begitu lagi, gak luang-luang waktunya.
Setan
ini pintar kerjanya menyibukkan orang dengan keuntungan agar dia tidak ada
waktu beramal. Ketika mau beramal ditimbulkan was-was, rugi katanya kalau tidak
jualan di Ramadhan ini. Rugi apanya ? yang rugi itu yang tidak mau dakwah, itu
yang rugi. Kalau tidak dagang paling-paling rugi, kalau tidak dakwah
paling-paling masuk neraka, lho masuk neraka kok paling-paling, ada-ada saja.
Memang ini keahlian setan memalingkan manusia dari amal yang sebenarnya.
Seperti haji dikatakan thawaf ka’bah itu keliling 7 kali, tapi keliling
pasarnya bisa 70 kali, inilah kerjaan setan. Selain Ramadhan tidak terlalu
laris, giliran Ramadhan laris sekali, sengaja sama setan dibuat seperti ini
kondisinya. Ada suatu tempat, itu setiap sore hampir maghrib banyak sekali
pembeli, sebelum ashar tidak ada pembelinya, kerjanya dipinggiran waktu dimana
setan suka mengganggu manusia. Sesudah Maghrib langsung sepi maka dikenal
sebagai pasar setan.
Setan
ini pandai tapi lemah, nafsu ini bodoh tapi kuat. Sudah tau tidak ada faedahnya
tapi ingin saja, seperti menonton sinetron, ini tidak ada fadhilahnya, tapi
orang suka nonton. Sinetron tentang anak yatim berhasil membuat orang nangis,
padahal aktonya senang dapet uang bayaran. Orang nangis menonton aktornya, si
aktor gembira udah diabayar, kok mau dikibulin televisi. Mak Lampir, superman,
batman, itu semua fiktif, bohong, tidak ada, tapi kok orang suka dan mau aja
dikibulin kisah bohong. Asal muasal televisi dan kisah-kisahnya yang
dibuat-buat ini kononnya ciptaannya orang yahudi. Kalau kisah nyata yang paling
baik ini adalah kisahnya orang islam yaitu kisah para Anbiya ‘alaihimush
shalatu wassalam dan kisah Sahabat radhiyallahu ‘anhum ajmain.
Karena yahudi ini tidak punya kisah-kisah seperti itu sehingga mereka
merekayasa cerita-cerita untuk mengelabui kita.
Didalam
suatu bayan diceritakan ada seseorang membuat dongeng yang membuat orang
takjub, ketika ceritanya menjadi seru di stop sama si pendongeng untuk
dilanjutkan besok. Sehingga orang penasaran ingin datang lagi besoknya untuk
mendengarkan dongeng. Besoknya begitu lagi, dia lanjutkan dongengnya sampai
pada moment paling seru di stop lagi, terus dilanjutkan besok hingga hari ke
enam. Lalu singkat cerita ada yang nanya kepada si pendongeng ini siapa dia kok
bisa begitu ahli dalam berdongeng. Si pendongeng katakan bahwa dia itu adalah
Iblis Laknatullah Alaih. Iblis bikin cerita, jangan-jangan mahabrata dan
lain-lain ituadalah cerita iblis, tidak ada yang sungguhan semuanya fiktif.
Kini kisah-kisah yang beredar kebanyakan adalah cerita fiktif, rekayasa
semuanya, karena yang asli dan nyata hanya kisah dalam islam yaitu kisah
sahabat radhiyallahu ‘anhum. Maka kita kembali saja ikut Rasullullah
Saw, tidak usah ikut yahudi.
Bagaimana
belajar ikut Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Kalau belajar TK
berapa tahun ? 2 tahun. Setelah 2 tahun bawa ijazah TK ke jakarta melamar
pekerjaan. Bilang ke pewawancara, ini ijazah TK lho 2 tahun lamanya, orang
jemaah tabligh aja cuman 4 bulan, lho bawa-bawa jemaah tabligh segala. Ini
hanya 4 bulan saja sangat sebentar. Dunia sementara, akherat selama-lamanya.
Untuk dunia yang sementara ini pantesnya 3 hari untuk dunia, 27 hari untuk
akherat. Dalam 1 tahun, untuk dunia 40 hari saja, untuk akherat 320 hari.
Bagaimana kalau seperti itu ? jawaban orang-orang pasti, “Bagaimana bisa kayak
gitu pak kyai, 320 hari untuk dunia saja masih kayak gini apalagi cuman dikasih
40 hari untuk dunia ?” padahal kita tahu dunia ini sementara dan akherat
selama-lamanya, maka secara porsi waktu seharusnya lebih diutamakan akherat.
Maulana Ilyas ini bijaksananya luar biasa, untuk dakwah itu sebenarnya bukan 3
hari atau 40 hari atau 4 bulan, tapi seumur hidup. Kalau ditaskil keluar seumur
hidup, bingung, kurang lagi ditaskil 1 tahun, masih bingung juga. Maka yang di
tawarkan oleh Maulana Ilyas rahmatullah ‘alaih ini 10% saja dari waktu
kita. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Kalian
(sahabat) dalam suatu zaman jika meninggalkan seper sepuluh saja maka kalian
akan hancur, tapi akan datang kalau mereka berpegang teguh pada seper
sepuluhnya mereka akan selamat”
Sepersepuluh
dari 24 jam itu 2.5 jam, sepersepuluh dari 30 hari ini 3 hari, sepersepuluh
dari 360 hari itu 36 hari. Kenapa 40 hari kalau gitu ? ini ada rahasianya. “Apa
itu rahasianya pak kyai ?” wah kalau dikasih tau ini bukan rahasia lagi. Mau
tahu, ya ikut saja. Dalam kisah para Anbiya ‘alaihis shalatu wassalam :
1. Nabi
Ibrahim ‘alaihis salam dibakar dalam api ini 40 hari
2. Nabi
Yunus ‘alaihis salam didalam perut ikat selama 40 hari
3. Nabi
Nuh ‘alaihis salam dalam perahu selama 40 hari.
Fadhilah
rahasia itu banyak :
1. Barang
siapa tahu fadhilah shaf awal, maka dia akan berebut di shaf awal
2. Barang
siapa tahu fadhilah adzan, maka dia akan berebut untuk adzan
Ini
adalah fadhilah rahasia. Jadi 4 bulan ini adala 3 x 40 hari. Kalau 40 hari
pertama masih banyak kurangnya, kita perbaiki di 40 hari kedua, kalo masih
belum sempurna maka kita sempurnakan di 40 hari yang ketiga. Insya Allah kita
niat berangkat, jangan sampai niat saja tidak. “Pokoknya saya mau datang tok
aja.” Lho jangan, kok dibuat “pokoknya” ? kok dibuat “Tok…” ? harusnya kita
bilang “Kalau baik, saya mau ikut.” Atau “Kalau baik, saya mau berangkat.” Gitu
lho. Kalau tidak baik ? apanya yang tidak baik ? Fadhilah dakwah ini apakah
tidak baik ? ribuan berkah dalam dakwah ini tidak baik ? Banyak orang nyari
berkah sampai sowan kepada ulama dan wali-wali. Padahal yang diminta keduniaan
juga. Silahkan saja, padahal keluar Fisabillillah ini berkahnya lebih banyak.
Sunnah Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini berkahnya luar
biasa.
Sahabat
radhiyallahu anhu mempunyai sehelai rambut Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, dia katakan, “Sehelai rambut ini lebih aku sukai daripada
dunia beserta isinya.” Ini karena cintanya sahabat radhiyallahu ‘anhu
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ini baru yang benar. Namun
kini sehelai rambut Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini sudah
tidak ada, sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini lebih tinggi
daripada sehelai rambut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam saat ini.
Satu
Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini lebih tinggi daripada
langit beserta isinya. Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini
berapa nilainya ? kata Maulana Ilyas rahmatullah ‘alaih seorang Ulama
besar katakan bahwa yang dia ketahui dari sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam ini baru satu persent ( 1 % ). Ini kata siapa ? maulana Ilyas rahmatullah
‘alaih ulama besar. Kalau ada yang mengatakan maulana ilyas ini orang bodoh
ini adalah orang bodoh. Kalau sekelas ulama besar seperti Maulana Ilyas saja
bilang baru tahu cuman satu persen gimana kita ? Lalu ditambah lagi oleh
Maulana Ilyas dari yang dia tahu dan yang dia amalkan baru satu persen juga.
Dalam
suatu kitab dikatakan Sifat-sifat Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam
kalau lautan dijadikan tinta, dan pohon-pohon jadi pena, seluruh manusia dan
jin menulis sifat-sifat dalam Rasullullah, maka seluruh manusia akan mati,
lautan akan kering, pohon-pohon akan habis, dan sifat Rasulullah ‘shallallahu
‘alaihi wasallam masih banyak lagi. Jadi Rasullullah shallallahu ‘alaihi
wasallam ini bukan laki-laki biasa. Kamu laki-laki, saya laki-laki, bukan
seperti itu, tidak sebanding Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam itu
mulia, kalau dibandingkan kita ini rendahan. Karena kita belajar dari orang
yahudi dan nasrani, ikut-ikuti gaya mereka, maka kita rendahkan sunnah Rasullullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka kita agungkan daripada sunnah Rasullullah
shallallahu ‘alaihi wasallam.
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ
مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَـٰهُكُمْ إِلَـٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا
صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Katakanlah:
"Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa".
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya".
(QS. Al Kahfi :110)
Semua
yang dilakukan Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini adalah
wahyu. Jadi rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini tidak mungkin
salah. Setiap apa yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini
adalah paling baik. Apa yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
cocok untuk kesehatan, untuk keselamatan, untuk apa saja. Yang menkritik Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam ini adalah orang murtad, mengkritik Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam ini sama dengan mengkritik Allah subhanahu wa ta’ala.
Bahkan dikatakan, Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam beristri
sembilan ini dibilang sebagai dari bagian Mukjizat. Saya ini lebih muda dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tapi kalau punya istri empat ini
kerepotannya sudah luar biasa untuk menunaikan hak mereka. Sedangkan
Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam satu hari ini 9 kali, padahal
umur sudah tua, sering lapar lagi. Ini mukjizat namanya, saya berbicara dalam
rangka mengagungkan Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Beda
dengan Yahudi dan Nasrani yang menghina-hina rasullah saw seakan nabi ini bejat
dan lain-lain. Lisan dan Logika kita tidak boleh seperti mereka, yahudi dan
nasrani. Ini karena kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini
berdasarkan wahyu termasuk pernikahan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
ada maksudnya dari Allah subhanahu wa ta’ala. Makanya kalau mau belajar,
belajarlah dengan ulama yang Amilin dan Sholihin. Mau belajar sama muridnya
orang-orang yahudi dan nasrani. Kita ikut saja Rasullullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, jangan ikut yahudi dan nasrani. Maka untuk belajar mengikuti
Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini adalah berangkat khuruj
fissabillillah selama 4 bulan, seharusnya seumur hidup, tapi untuk tahap awal
dipermudah. Susahnya itu meluangkan waktu ini, maka harus kita paksakan
Maksud
Hidup itu untuk Dakwah. Maksud hidup itu apa ? dalam hidup ini ada 2 hal :
1. Ada
Maksud Hidup
2. Ada
Keperluan Hidup
Kita
punya rumah ada Maksud Rumah dan Ada keperluan rumah. Maksud Rumah itu adalah
untuk ditinggali oleh istri dan anak. Keperluan rumah itu seperti WC. Kalau
tidak ada WC mau buang air dimana ? buang air di tempat tidur ? atau di ruang
tamu ? ini lucu-lucuan namanya. Harus ada WC, tapi WC nya ini sederhana saja.
Ada rumah yang sederhana tapi WC nya mewah : ada TV nya, ada Radionya, ada
tempat kopinya, surat kabar di wc, telepon di wc, apakah mau hidup di WC ?
Ingin ke jakarta keperluannya mobil . Boleh sebelum ke jakarta di cat mobilnya
dulu biar apik, tapi jangan gonta ganti cat akhirnya gak berangkat-berangkat.
Ngecat atau mendandani mobil ini hanya keperluan bukan maksud. Kita punya
keperluan hidup dan maksud hidup. Makan dan Minum ini hanya keperluan, tapi
maksud hidup itu untuk dakwah. Boleh kita nyari makan dan minum sebagai
keperluan, untuk menguatkan kita, untuk apa ? untuk dakwah, karena maksud hidup
itu untuk dakwah. Bukannya hari-hari nyari makan dan minum, maksud hidup malah
dilupakan.
Bani
Israil itu bingung 40 tahun dalam satu mil, kalo kini sejengkal kali sejengkal
binging selama 60 tahun, sampe ke amerika untuk isi perut. Ada seorang Da’i
Buzruk, orang tua, ditanyai, “Mbah kenapa manusia ini senang pada dunia ?”
kebetulan disitu ada lemper, katakan kalo sekarang harganya 500 rupiah, kalo
udah dibuka jadi tinggal 300 rupiah. Kalo sudah digigit lempernya, ya sudah
tidak ada harganya lagi. Masih nanya lepehannya yang udah keluar jadi kotoran
berapa ? ini lebih gawat lagi, menghinakan namanya. Kalau sudah dimakan, lalu
masuk WC itu harganya berapa ? penghinaan namanya, begitu kok disenangi, senang
kok sama yang di WC ? kalau ada orang yang nawarin Madu palsu kira-kira ada
yang mau beli tidak ? ini dunia ini sudah kasih tahu palsu kok orang pada
rebutan.
وَمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ…
“…Kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran :
185)
Dunia
itu hanya tipuan seperti permainan saja. Jadi kita tinggalkan dunia yang
sementara ini, sebelum kita meninggalkan dunia. Enak mana meninggalkan dunia
atau ditinggalkan dunia ? gak enak semua, disuruh milih kok gak enak semua.
Padahal ini pasti, ditinggal dunia jadi orang fakir, meninggal dunia ya mati
namanya. Besok mati, sekarang mau apa ? ada polisi bilang besok kamu mau saya
tembak. Trus kta bilang besok saya mau panen, ini dagangan belum laku. Kata
polisi silahkan dipanenkan, silahkan dilakukan dagangannya, pokoknya besok saya
tembak. Jadi kalau waktu tinggal satu hari apa yang kita lakukan ? ya untuk
amal. Amal yang seperti apa ? yang pahalanya kecil atau yang pahalanya besar ?
besar tentunya, kalau diberitahu ingin diamalkan atau didengarkan saja. Yang
paling besarnya pahalanya itu ya Dakwah Fisabilillah di jalan Allah.
وَمَنْ
أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي
مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri?" (QS. Fusshilat : 33)
Memberitahu
ini mudah mengamalkan yang sulit. Menumbuhkan kemauan, sekarang ini mau atau
tidak itu saja. Bayan panjang-panjang ini sebenarnya untuk merayu saja atau
nanti ada yang datang kerumah merayu-rayu lagi.
Ada
kisah di Bangladesh :
“Seorang
petani dirayu sama jemaah taskil untuk keluar fisabilillah, dia menolak karena
mndekati masa panen. Masih tidak mau datang rombongan yang keluar untuk
mentaskil lagi petani ini. Masih tidak mau tidak selang beberapa lama datang
lagi rombongan keluar mentaskil petani ini. Akhirnya petani mau juga dan
berangkat menjelang Panen. Ketika berangkat, ada kejadian pencuri ini mengambil
hasil panennya dari sawah. Setelah dikumpulkan di markaz pencuri, si ketuanya
nanya ini curian dari mana ? si pencuri bilang dari si fulan petani. Lalu si
ketua bilang, “Gawat ini punya jemaah tabligh, bahaya kalau kita curi ini,
bisa celaka kita, kualat nantinya.” Akhirnya singkat cerita dikembalikanlah
di antar kerumah si petani tadi. Pagi-pagi bangun istri terkejut ada hasil
panen di rumahnya, si istri menyangka suaminya sudah memesan orang untuk
memanen hasilnya untuk diantar kerumah. “Baik sekali suami saya ini, sungguh
perhatian sama istrinya, gak mau ngerepotin istri, ngirim orang untuk memanen
hasil.” Setelah pulang 40 hari si suami menanyakan kepada istri apakah
ketika dia berangkat 40 hari, hasil panen sudah diambil dari sawah. Si istri
terkejut karena dia pikir suaminya sudah mengirim orang untuk melakukannya,
sehingga dilaporkanlah kejadian tersebut kepada suaminya.”
Hikmah
dari kisah ini adalah Allah mampu menggunakan tangan pencuri atau orang jahat
untuk menyelesaikan masalah kita asbab keluar di jalan Allah. Allah Maha Kuasa
bisa menggunakan pencuri yang mau berniat jahat sama kita, menolong kita
panenan. Kita yakin saja terhadap Allah dan janji-janji Allah. Andaikata kita
yakin pada janji Allah sama seperti kita yakin sama janji gubernur atau atasan
kita.
“Dari
Anas r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sepagi atau sepetang di
jalan Allah lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya. (Hr. Bukhari. Bagian
dan Hadits yang panjang, bab Sifat surga, Hadits nomor 6568)
Harga
dunia seisinya ini kira-kira berapa ? Gak bisa di nilai. Kita kerja 100 tahun
membeli kecamatan glodok saja tidak akan bisa. Ini sepagi sepetang dijalan
Allah bisa membeli dunia beserta isinya ini gimana ? ada contoh kisah :
“Seorang
anak kecil dibawa ayahnya ke PLTA ada turbin berputar-putar. Turbin ini
berputar sehari hasilnya miliaran. Anak kecil ini tidak ngerti kenapa turbin
yang kerjanya cuman mutar-mutar kok bisa menghasilkan miliaran, padahal ayahnya
banting tulang disawah sepagi sepetang cuman dapat rp. 50.000 saja. Maka si
anak di bawa ke Madiun, ke Magetan, ke Bojonegoro, ke Lamongan, ke Pacitan, ke
Semarang, kata bapaknya bahwa semua tempat itu bayar ke PLTA karena turbin
tadi. Si anak mikir kalau begitu bisa lebih dari miliaran bayarnya.”
Ini
adalah hasil pemikiran dari otaknya seorang insinyur. Bagaimana bekerja dengan
Dzat yang menciptakan otaknya insiyur. Turbin tadi hanya muter-muter saja bisa
miliaran hasilnya, bagaimana dengan pagi sepetang dijalan Allah ? jawabnya
lebih baik dari dunia beserta isinya. Tapi kenapa kita tida mau dengan tawaran
dari Allah ? seharusnya mau.
Nabi
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
أعمل لدنياك
كأنك تعيش أبدا وأعمل لأخرتك كأنك تموت غدا
“Bekerjalah
kalian seakan-akan kalian hidup selamanya, beramalah kalian seakan-akan mati
esok”
Beramal
itu tidak ada hari esok, yang ada hari ini besok sudah mati, tetapi kalo kerja
dunia ini santai saja. Gagal kerja hari ini lusa bisa dikerjain lagi, gagal
besok usahakan minggu depan atau bulan depan atau tahun depan, santai saja
karena hidup selama-lamanya, tidak usah khawati, masih banyak waktu untuk
dunia. Tapi untuk akherat, segerakan, karena hari esok sudah tidak ada lagi
untuk beramal, hari esok itu sudah harus mati, jadi sekarang ini beramal.
Masalahnya tidak nampak dimata, kalau nampak dimata jangankan manusia ayam saja
juga percaya. “Ayam sini saya beri gabah, jangan lari goblok..!” wong ayam di
goblok-goblokin, tebarin aja gabahnya, ayamnya datang semua bahkan ayam
tetangga ikut juga. Ini karena nampak dimata, walaupun digebuk atau diusir,
datang lagi ayamnya karena nampak dimata fadhilahnya. TKI kita di Malaysia di
usir, eh datang lagi, diusir, datang lagi, ini karena fadhilahnya nampak
dimata. Makanya Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al Qur’an :
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
“(yaitu)
mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan shalat dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,” (QS. Al Baqarah : 3)
Janji
Allah subhanahu wa ta’ala pasti lebih pasti dari terbitnya Matahari dari
ufuk timur !! Mari kita siapkan diri kita untuk berangkat.
Kisah
Taskil Maulana Umar Phalampuri :
Ketika
Maulana Umar baru pulang taskyl 1 tahun di Jazirah Arab baru sampe di markaz,
pulang bawa jemaah taskilan. Maulana Yusuf, amir dakwah waktu itu, minta agar
Maulana Umar mau pergi menemani jemaah sebagai takaza, padahal tiket pulang
sudah di beli. Baru pulang sudah taskyl lagi, karena waktu itu belum ada banyak
orang yang mengurusi jemaah di Nizamuddin, akhirnya maulana umar pergi sama
jemaah tersebut untuk takaza selama 10 hari. Setelah 10 hari pulang ke Nizamuddin
baru nyampe ada takaza lagi jemaah dalam negeri, lalu diminta sama Maulana Yusuf
untuk menambah masa. Maulana Umar ini sudah berat sekali mengambil takaza
tersebut, tapi tetep taat pada Amir, berangkat juga menemani jemaah takaza 10
hari lagi. Setelah 10 hari pulang, nyampe markaz diminta lagi oleh Maulana
Yusuf untuk menemani jemaah tersebut. Maulana Umar karena letihnya keluar 1
tahun dan sudah 2 x 10 hari ambil takaza, minta izin kepada Maulana Yusuf untuk
pulang dulu. Maulana Yusuf marah besar ke Maulana Umar lebih mementingkan
dunia, pulang ke rumah, dibanding takaza dakwah. “Jadi Maulana tidak mau
mendahulukan dakwah dari diri maulana kalau gitu pulang saja.” Kata Maulana
Yusuf. Mendengar ini Maulana Yusuf marah, akhirnya Maulana Umar pergi lagi
tidak jadi pulang bawa jemaah takaza 10 hari yang ketiga.
Kata
Maulana Umar, 1 bulan yang tidak niat ini lebih berat dari yang 1 tahun keluar
dengan niat. Waktu satu tahun keluar itu sudah dihitung, sedangkan yang satu
bulan ini diluar perhitungan. Berat sekali bagi seorang Maulana Umar. Ini
karena tarbiyah dalam 1 bulan ini lebih tinggi dari pada tarbiyah untuk 1
tahun. Inilah Mujahaddah mereka, makanya hidayah turun diseluruh alam asbab
pengorbanan mereka.
Oleh
karena itu yang sudah mau pulang, jangan pulang dulu, kita catat nama saja,
lalu minta dimusyawarahkan dibelakang. Kalaupun pulang, balik bawa pahala hasil
musyawarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar