ALIGARH
UNIVERSITY, ELECTRO DEPT. ALIGARH, INDIA
Aligarh Muslim University, India
Kejayaan
dan keberhasilan kehidupan dunia dan akherat hanya terletak pada Agama. Setiap
orang mempunyai standard yang berbeda terhadap kesuksesan. Padahal standard
kesuksesan seseorang ini telah Allah tetapkan, namun kita tidak mampu
memikirkannya. Allah subhanahu wa ta’ala telah menjadikan sahabat dan
kehidupan mereka sebagai model untuk ditiru. Walaupun secara teknis cara hidup
mereka berbeda dengan kita sekarang. Kesuksesan itu hanya terjadi bila manusia
ini dapat memasuki surganya Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
كُلُّ نَفْسٍ
ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا
تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن
زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran : 185)
Kesuksesan
hidup di dunia adalah kehidupan yang dapat mengantar manusia ini ke surganya
Allah subhanahu wa ta’ala. Jika kehidupan yang kita jalani ini tidak
dapat mengantar kita ke Surganya Allah subhanahu wa ta’ala, maka ini
bukanlah kehidupan yang sukses. Tetapi ini kehidupan yang akan mendatangkan
kecelekaan, penderitaan, dan kemalangan lahir dan bathin, dunia dan akherat.
Sahabat
radhiyallahu ‘anhum ajma’in kehidupannya lapar berhari-hari sampai
perutnya ditahan dengan batu, disiksa, baju tambalan, rumah kecil, tetapi
justru mereka yang dinyatakan telah sukses oleh Allah subhanahu wa ta’ala
dalam Al Qur’an. Sahabat dikejar-kejar musuh, meninggalkan keluarga, harta benda,
dan perdagangannya semua dilakukan demi kepentingan Agama. Inilah kehidupan
orang-orang yang telah Allah Ridhoi dan mereka Ridho kepada Allah subhanahu
wa ta’ala.
Beda
dengan musuh-musuh Allah :
1.
Fir’aun dan Namrud hidup sebagai Raja yang besar pada jamannya
2. Qorun hidup sebagai pengusaha yang bergelimang harta
2. Qorun hidup sebagai pengusaha yang bergelimang harta
3.
PM Hamman seorang perdana mentri yang sukses karir politiknya
4.
Kaum Saba yang sukses dengan pertaniannya
5.
Kaum Ad yang sukses dengan ilmu kesehatannya
6.
Kaum Madyan yang sukses dengan perekonomiannya
7.
Kaum Tsamud yang sukses dengan teknologi perumahannya.
Walaupun
dari segi keduniaan mereka telah mencapai kejayaan dan kesuksesan tetapi mereka
ini menurut Allah adalah orang-orang yang gagal. Mereka ini adalah orang-orang
yang Allah hinakan di dunia dan di akherat. Ini karena mereka gagal mengikuti
perintah Allah subhanahu wa ta’ala. Sahabat walaupun keduniaannya jauh
dari keduniaan dan kesuksesan kaum-kaum terdahulu, tetapi mereka ini yang Allah
telah nyatakan kesuksesannya.
Kekurangan
pada diri kita bukanlah berarti kegagalan. Sahabat Amr bin Jamuh radhiyallahu
‘anhu, ia adalah seorang yang lemah dan cacat kakinya, tetapi ia telah
sukses dunia dan akherat asbab pengorbanan yang dia lakukan untuk agama.
Sahabat faham betul mengenai pentingnya Iman dan Amal. Bilal radhiyallahu
‘anhu secara status ia adalah seorang budak sebelum masuk Islam, dan banyak
disiksa, tetapi setelah agama wujud dalam diri Bilal radhiyallahu ‘anhu,
langkah kakinya saja dapat didengar oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
di surga ketika Bilal radhiyallahu ‘anhu masih hidup. Ini baru yang
namanya sukses dan jaya dunia dan akherat.
Sebelum
mati seseorang tidak akan tahu apakah ia seorang yang sukses atau tidak.
Seseorang akan mengetahui apakah dia telah sukses setelah dia mati. Saat ini
setiap manusia harus berusaha jika ingin sukses dunia dan akherat. Tanpa usaha
atas Iman dan Amal maka manusia akan celaka dunia dan akherat. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman :
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَارًا كُلَّمَا نَضِجَتْ
جُلُودُهُم بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا الْعَذَابَ ۗ إِنَّ
اللَّهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمًا. وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ لَّهُمْ
فِيهَا أَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۖ وَنُدْخِلُهُمْ
ظِلًّا ظَلِيلًا
“Sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka
ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka
dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal saleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di
dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya selama-lamanya;
mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang suci, dan Kami masukkan mereka
ke tempat yang teduh lagi nyaman.” (QS. An Nisa’ : 56-57)
Orang
yang tidak beriman, ia tidak akan tahu cara mendapatkan kebahagiaan dan
kesuksesan. Tetapi orang yang beriman tidak boleh tidak tahu cara mendapatkan
kebahagiaan dan kesuksesan ini. Allah telah berikan cara kepada orang beriman
untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan dunia dan akhirat. Zaman boleh
berubah bahkan lebih maju, namun cara untuk mendapatkan kebahagiaan tidak
pernah berubah dari pertama manusia diciptakan sampai manusia yang terkahir
mati. Kalau ingin bahagia dari dulu hingga kini tetap sama, yaitu hanya dengan
cara mengikuti kemauan Allah subhanahu wa ta’ala.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam tidak dilahirkan di suatu kaum yang beradab
dan mempunyai kebudayaan yang tinggi seperti di China, Persia, atau di Romawi.
Ini karena Allah tidak letakkan kesuksesan dan kejayaan dalam peradaban. Dan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak dilahirkan di zaman yang
teknologi canggih seperti sekarang. Allah subhanahu wa ta’ala hanya
meletakkan kejayaan dan kesuksesan hanya dalam mentaati perintah-perintahNya.
Di jaman yang paling Jahil dan tidak beradab Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dilahirkan, dan membawa cahaya hidayah di tengah kegelapan dan
kemasiatan. Sehingga apa yang diusahakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam membawa perubahan pada peradaban dunia. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ
إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.” (QS.
Al Anbiya’ : 107)
Rasullullah
shallallahu ‘alaihi wasallam ketika itu berdakwah sendirian dari pintu
ke pintu. Demi kerja dakwah ini beliau melewati banyak kesusahan dan
penderitaan. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dimusuhi, diboikot
keluarganya, dicaci maki, disakiti, namun ini tidak mengurangi kerja dakwah
beliau. Bahkan beliau ketika perintah Dakwah turun dari Allah, beliau shallallahu
‘alaihi wasallam katakan kepada istrinya bahwa kini sudah tidak ada waktu
lagi untuk istirahat. Beliau pergi pagi dengan pakaian yang bersih lalu pulang
sore dengan pakaian yang kotor. Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam
faham tentang pentingnya kerja agama ini. Bahkan sampai-sampai Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam ditawarkan harta, jabatan, dan wanita oleh para petinggi
Quraish untuk menghentikan kerja dakwah ini. Mereka beranggapan bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam sudah keluar dari cara hidup leluhur mereka. Tapi apa kata
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, walaupun mereka mampu memberikan
bulan di tangan kanan dan matahari di tangan kirinya, maka itupun tidak akan
bisa menghentikannya dari kerja dakwah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
faham bahwa kebahagiaan dan kesuksesan bukan datang dari kebendaan dan
kekuasaan yang kita miliki, tetapi dari menjalankan perintah-perintah Allah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menafikan semua kebendaan demi
usaha dakwah ini, sementara kini kita telah menafikan usaha dakwah ini demi
kepentingan dunia.
Harta
dan jabatan bukanlah standard ukuran keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam
menjalani hidup ini. Keberhasilan dan kegagalan hidup hanya dapat dilihat dari
sejauh mana manusia menjalankan perintah-perintah dan sejauh mana manusia
mewujudkan cara hidup Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
kehidupannya. Seluruh kebendaan dan kenikmatan dunia ini bukanlah tolak ukur
kebahagiaan seseorang, tetapi 23 tahun kehidupan kenabian inilah satu-satunya
tolak ukur kebahagiaan yang telah Allah tetapkan. Inilah aturan dan ketetapan
yang Allah telah buat untuk manusia. Manusia kini sibuk bagaimana hidupnya
dapat mempunyai nilai, tetapi Allah telah jadikan kehidupan Nabi selama 24 jam
sebagai tolak ukur nilai kehidupan. Cara hidup selain yang dicontohkan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, tidak ada nilainya disisi Allah. Hanya apa yang
dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang bernilai disisi
Allah.
Seluruh
kehidupan Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam selama 24 jam dapat
di ikuti dan di ketahui. Tidak ada yang tersembunyi dari kehidupan Rasullullah shallallahu
‘alaihi wasallam, semuanya dapat diketahui oleh semua sahabatnya sebagai
pengajaran dan contoh untuk semua manusia. Seluruh anggota tubuh ini telah
Allah berikan informasinya bagaimana menggunakannya dan untuk apa digunakan.
Semuanya telah diberikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, cara
dan standard penggunaan anggota tubuh ini sehingga dapat mendatangkan nilai
disisi Allah. Segala aktifitas yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam walaupun itu cara berjalannya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
telah dihitung oleh Allah subhanahu wa ta’ala sebagai amal shaleh.
Dalam
mencapai kebahagiaan dan kesuksesan dunia dan akherat, kita tidak perlu ilmu
lain, selain yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. Ilmu-ilmu selain dari yang diajarkan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, hanya keperluan saja, bukanlah tujuan yang sebenarnya.
Orang yang yakin akan bahagia dengan ilmu-ilmu selain yang telah diajarkan Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, inilah mereka yang tertipu oleh dunia.
Ilmu yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ilmu yang
bisa membawa manusia kepada Allah dan Surganya. Selain Ilmu yang diajarkan Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam ini bisa menjadi jebakan setan agar manusia
cinta dunia dan segala perhiasannya sehingga meninggalkan Allah dan akheratnya.
Dimata Allah tanpa Iman dan amal, dunia dan segala isinya tidak ada nilainya,
walaupun hanya sebelah sayap nyamuk.
Dari
Sahl bin Sa’id as-Sa’idi radhiyallahu
’anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
لَوْ
كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِراً
مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
“Seandainya dunia ini di sisi
Allah senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi
minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir” (HR. Tirmidzi,
dan dia berkata: hasan sahih’)
Ilmu
Dunia yang bernilai disisi Allah adalah yang digunakan untuk kepentingan agama
dan Dakwah. Seperti menjadi dokter untuk dakwah dikalangan dokter, menjadi
polisi untuk dakwah dikalangan polisi, menjadi pedagang untuk berdakwah
dikalangan pedagang, dan lain-lain.
Saat
ini manusia mengira mereka dapat menghasilkan sesuatu dengan jerih payah
mereka. Mereka kira rizki akan bertambah asbab ilmu dan usaha mereka yang
meningkat pula. Mereka menyangka seluruh kebendaan dan status yang mereka
miliki adalah hasil dari pengorbanan dan usaha mereka. Seperti Qorun, seorang
pedagang yang kaya raya, ketika ditagih untuk bayar zakat dia tidak mau. Musa ‘alaihis
salam berkata bahwa seluruh kebendaan yang dia miliki semuanya datang dari
Allah dan milik Allah. Qorun malah menentangnya dengan berkata, “Ini adalah
hasil dari jerih payah saya dan karena kecerdasan saya.” Hari inipun jika
kita melihat seseorang bertengkar karena harta maka jawaban seperti inilah yang
keluar dari mereka.
Sahabat
dahulu tidak meletakkan yakinnya pada asbab-asbab seperti kebendaan,
perdagangan, dan status yang mereka miliki. Tetapi sahabat meletakkan yakinnya
pada Allah Ta’ala, sebagai Rabbul Asbab bukan pada asbabnya. Allahlah yang
memberi keuntungan bukan perdagangan. Hari ini yakin kita telah keliru, kita
yakinnya pada toko kita, perdagangan kita, kantor kita, yang memberi kita hidup,
tanpa itu bagaimana kita bisa hidup. Sehingga ketika kita diminta untuk
berkorban di jalan Allah sulit sekali bagi kita untuk dapat meninggalkannya.
Berbeda dengan sahabat, walaupun ketika sedang panen usaha mereka, namun ketika
panggilan agama datang mereka langsung tinggalkan semua itu. Ini karena yakin
mereka sudah benar. Kita lupa dengan toko yang sama, usaha yang sama, kantor
yang sama, perdagangan yang sama, seseorang dapat Allah buat bangkrut dan
celaka dunia dan akherat.
Keyakinan
sahabat kepada Allah ini telah membuat mereka mampu menafikan segala hal yang
mereka miliki. Sehingga keyakinan mereka ini dapat mendatangkan Qudratullah
dalam kehidupan mereka. Seperti berjalan diatas air, menghalau lahar api
kembali ke lubangnya, memerintahkan sungai nil, menghentikan gempa,
mendatangkan hujan, menghidupkan keledai mati, dan menjewer singa, ini semua
perkara yang biasa bagi sahabat. Do’a mereka sangat Ijabah sehingga mampu
mendatangkan Qudratullah dan Nusratullah, ini karena level Iman dan Amal yang
sampai di tingkat yang Allah mau. Bagaimana cara meningkatkan Iman sampai ke
level para sahabat. Ini hanya bisa dilakukan jika ada usaha atas Iman dan Amal
yaitu dengan menjalankan Usaha Dakwahnya Nabi. Ummat turun imannya karena
meninggalkan kerja ini. Sahabat korbankan harta, keluarga, dan diri, seluruhnya
untuk usaha ini. Sehingga karena ini Allah berikan kesuksesan pada mereka di
dunia dan di akherat. Jika kita berbuat seperti Sahabat maka Allah akan berikan
kita kesuksesan yang sama.
Jika
kita sudah bisa meninggalkan hal-hal yang kita cintai untuk keluar di jalan
Allah, barulah Allah akan berikan kita kesuksesan dan kefahaman agama seperti
para sahabat. Setiap orang tidak akan sama tingkat kesuksesan dan kefahamannya
karena ini tergantung pada pengorbanan setiap orang. Inilah cara Allah
mendistribusikan kebahagiaan dan kesuksesan, tergantung pada Do’a dan
pengorbanan kita yang sungguh-sungguh atas agama Allah.
Jangan
takut atas perkara Rizki karena semua itu telah Allah atur dan Allah mempunyai
caraNya sendiri dalam menyalurkan rizki itu. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman
:
وَمَا مِن
دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا
وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ
فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
“Dan
tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya . Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hud : 6)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah telah menetapkan takdir
semua mahluk sejak 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi“
(HR.Muslim).
Tidak
ada hubungannya antara rizki dan usaha kita. Seperti kisah 2 orang murid lulus
dari universitas dengan gelar dan nilai yang sama. Tetapi setelah lulus yang
satu mendapat kerja dengan gaji yang tinggi dan yang satu pengangguran tidak
ada penghasilan apa-apa. Jadi semuanya telah diatur Allah, gelar kita tidak
dapat menjamin apa-apa selain apa yang Allah telah tetapkan. Inilah bukti bahwa
keduniaan yang kita miliki tidak bisa menjamin rizki yang telah ditetapkan oleh
Allah. Apakah mereka kedua-duanya bisa bahagia, tentu bisa asal mereka mau taat
pada perintah Allah. Jika yang berpenghasilan tinggi dia tidak taat dan yang
pengangguran dia bisa taat pada perintah Allah, maka yang berpengangguranlah
yang akan bahagia dan Allah berikan kesuksesan dunia dan akherat. Karena tolak
ukur kesuksesan dan kebahagiaan ini hanya pada ketaatan terhadap
perintah-perintah Allah saja. Kebahagiaan akan datang kepada mereka yang mau
taat pada perintah-perintah Allah, walaupun dia tidak punya gelar dan
penghasilan apapun. Dan ini dapat dimulai dari keyakinan di hati terhadap
agama.
Untuk
mendapatkan keyakinan yang sempurna secara bertahap marilah kita belajar dengan
pengorbanan dalam usaha dakwah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dan sahabat radhiyallahu
‘anhum ajma’in. Insya Allah bersedia 4 bulan di jalan Allah………………….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar