Maulana Ahmad Lat
Markaz Dakwah Banglawali Masjid Nizamuddin India
Bayan
Subuh
Nizammuddin,
New Delhi, India
Assalamu
alaikum warahmatullah wabarakatuh
Alhamdulillah,
Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala,
shalawat serta salam kita panjatkankan kepada Nabi Muhammad Saw beserta
keluarganya yang mulia dan para sahabat yang agung, juga kepada pengikutnya
yang setia hingga akhir zaman, bahwasanya kita semuanya masih diberikan
kesehatan dan kesempatan pada hari ini untuk sama-sama melaksanakan
perintah-Nya dan beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Segala
sesuatu ada awalnya dan ada akhirnya, tetapi Allah adalah yang pertama yang
tidak punya awal (The First that have no beginning) dan yang terakhir tetapi
tidak punya pengakhiran (The last that have no end).1] Setiap ciptaan punya
kehidupan dan kematian, tetapi Allah adalah yang hidup dan yang tidak pernah
mati.2]
Bahkan Allah yang menghidupkan, memberi kehidupan, dan yang mematikan, lalu
membangkitkannya ciptaanNya.3]
Segala
sesuatu yang mempunyai awal dan akhir telah dicatat di lauh mahfudz. Seseorang
tidak dapat menghindari atau lari dari rizki sebagaimana mereka tidak dapat
lari dari kematian. Perkara ini telah Allah tetapkan di dalam Lauh Mahfudz
50.000 tahun sebelum Allah ciptakan segala sesuatu.4] Mati akan datang kepada kita walaupun
kita dilindungi oleh benteng yang paling kuat.5] Dan rizki akan datang kepada kita
walaupun kita bersembunyi ditempat yang tidak diketahui manusia. Rizki dan Mati
ini perkara yang tidak bisa dipisahkan. Tidak mungkin seseorang mati sebelum
rizkinya habis. Mati ini akan datang setelah rizki kita habis. Tidak ada satu mahlukpun
yang mati kekurangan rizki, mati dan rizki ini telah ditentukan. Mati ini
ketentuan Allah, dan rizkipun ketentuan Allah, namun Allah berikan kita
asbab-asbab kematian dan rizki untuk menguji keyakinan kita.6]
Allah
Maha mengetahui segala kejadian, dan segala kejadian ini adalah hasil kerjanya
Allah Ta’ala. Seluruh Alam ini bergerak atas Qudrat dan IradahNya, Kekuasaan
dan KehendakNya. Tidak ada sesuatu yang dapat terjadi diluar izin Allah Ta’ala,
semuanya harus ada izin Allah. Semua yang bergerak atas dasar ketaatan akan
membawa Ridho Allah, dan semua yang bergerak atas kemaksiatan kepada Allah akan
membawa murkanya. Semua yang terjadi dimasa lalu dan dimasa akan datang adalah
perkara lama bagi Allah, bukan hal baru, semuanya telah Allah ketahui.7]
Pengorbanan
disisi Allah tidak ada yang sia-sia, Allah akan berikan setiap pengorbanan,
balasan yang baik dunia dan akherat. Allah akan gandakan setiap kebaikan yang
kita buat sebanyak yang Allah mau nanti di akherat.8] Di dunia setiap kebendaan, harga diri,
jabatan, harta yang kita korbankan untuk agama akan Allah gantikan dengan
sesuatu yang lebih baik. Di dunia, Allah akan masukkan kedalam mereka Ketaqwaan
dan Qonaah ketika hidup di dunia. Di dalam kehidupan mereka akan Allah hadirkan
suasana sakinah penghuni surga. Di akherat mereka akan Allah berikan kenikmatan
yang tidak pernah terbesit oleh hati, terlihat oleh mata, bahkan terpikirkan
oleh akal.9]
Allah akan beri kita satu amal saja dengan balasan di akherat yang nilainya 10
kali lipat langit dan bumi.10]
Di
akherat nanti semua orang akan terkejut melihat semuanya yaitu kedahsyatan
huru-hara di akherat. Semua mata waktu itu akan terbuka selebar-lebarnya.
Ketika inilah penglihatan sebenarnya akan dibukakan Allah, segala sesuatu yang
ghaib akan terlihat. Semua yang tadinya hanya terdengar sebagai cerita telah
menjadi kenyataan. Ketika itu semua orang akan sepakat dan satu kata : “Ya
Allah, kini kami bersaksi akan kebenaran ini, dan kami menyesal. Kembalikanlah
kami kedunia, maka kami akan beramal shaleh.”11] Namun ketika ini segala penyesalan
sudah tidak ada gunanya lagi. Semua orang akan menyematkan dirinya
masing-masing. Bahkan seorang ibu yang rela mati didunia buat anaknya, tidak
akan bisa atau mau menolong anaknya di akherat nanti.12]
Manusia
ini sebenarnya buta, mereka tidak bisa melihat yang sebenarnya yaitu : kubur,
makhsyar, shirat, surga, dan neraka. Padahal itu semua bukan cerita dongeng.
Celakanya seorang yang buta bukan karena dia tidak bisa melihat, tetapi karena
dia tidak mau mendengar orang yang bisa melihat. Sebagaimana para nabi yang
telah melihat perkara yang ghaib memperingatkan kita yang buta tentang
kehidupan sesudah mati. Para Nabi ‘alaihimush shalatu wassalam ini
adalah orang-orang yang telah Allah perlihatkan kehidupan sesudah mati. Bagi
mereka dari kubur hingga surga dan neraka bukan lagi sebagai cerita, tetapi
kenyataan yang menunggu umat manusia. Para Nabi ‘alaihimush shalatu wassalam
dapat melihat hal yang sebenarnya, sedangkan kita tidak. Celakanya kita sebagai
orang tidak dapat melihat adalah tidak mau mendengar kata Nabi sebagai orang
yang bisa dan telah melihat.13]
Segala
sesuatu yang kita miliki di dunia ini ada batasnya, seperti penglihatan,
pendengaran, kesehatan, umur, bahkan kesenangan dan kesedihan sekalipun. Tetapi
setelah masuk kubur sesuatu yang terbatas menjadi tidak terbatas seperti
penglihatan, pendengaran, umur, rasa sakit dan rasa senang. Semua batas akan
Allah angkat, sehingga segala yang ghaib menjadi nyata setelah kita mati.
Allah
menguji kita :
1.
ketika kaya dan ketika miskin
2.
ketika sehat dan ketika sakit
3.
Ketika senang dan ketika susah
4.
Ketika disakiti dan ketika mampu
menyakiti
5.
Ketika kita melihat kesenangan orang
dan ketika kita melihat kesusahan orang.
Semua
ini adalah ujian dari Allah, dan Allah catat semua perbuatan kita ini untuk
dipertanggung jawabkan di pengadilan Allah. Allah telah uji Bani Israil ketika
mereka dalam keadan susah, menjadi budak dan takut kepada Fir’aun. Lalu Allah
keluarkan mereka dari budak Fir’aun menjadi budak Allah, dari rasa takut terhadap
firaun menjadi takut kepada Allah. Kehidupan Bani Israil setelah itu membaik,
tidak ada lagi rasa takut, yang ada rasa aman dan sejahtera. Namun celakanya
Bani Israil ini adalah ketika mereka dalam keadaan senang ini mereka lalai dan
kufur dari Nikmat Allah. Mereka durhaka kepada Allah, sehingga Allah hancurkan
mereka sebagaimana Allah telah hancurkan Fir’aun. Allah hinakan mereka seperti
Allah hinakan Fir’aun. Allah binasakan dan hinakan mereka yang durhaka dan
kufur kepada Allah seperti Iblis, Qorun, Fir’aun, dan lain-lain.14]
Tragedi
terbe]ar dalam kehidupan manusia adalah bukan ketika ekonomi dunia hancur, atau
ketika manusia gagal pergi ke mars, atau rusaknya odzon, tetapi ketika dunia
ini telah kehilangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kehadiran Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam ini di dunia ini adalah sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin,
Rahmat bagi seluruh Alam. (QS.
Al-Anbiya, 21 : 107).15]
Satu-satunya
nama yang bersanding dengan nama Allah di arasyNya. Keberkahan beliau tidak
hanya untuk manusia saja, tetapi untuk binatang, tumbuh-tumbuhan, juga para jin
sekalipun. Awan selalu menaunginya dari panas matahari, batu-batuan memberi
salam kepadanya, pohon-pohon membungkuk kepadanya, binatang mengadu kepadanya,
asbabnya Jinpun masuk kedalam Islam. Inilah kemuliaan Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam sebagai rahmat Allah untuk seluruh alam.16] Karena beliau
derajat ummat ini naik disisi Allah melebihi derajat ummat-ummat sebelumnya.17]
Seseorang
ini akan dinilai oleh Allah, sejauh mana ia mampu menyempurnakan hidupnya
seperti hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Hidupnya Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam adalah kesempurnaan hidup yang telah Allah buat untuk
manusia mengikutinya. Kesempurnaan Hidup yang dicontohkan oleh Nabi ini adalah
Cara Hidup Islam.18]
Islam ini adalah cara hidup Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam
selama 24 jam. Setiap perbuatan dan perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah amal. Semua kehidupan selain kehidupan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam tidak mendatangkan nilai apapun disisi Allah Ta’ala.
Ketika
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus sahabat untuk mengantar surat
kepada seorang Raja untuk menawarkan Agama. Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam menulis : Lihatlah sahabatku dan segala prilakunya jika engkau
ingin mempelajari Islam. Pendidikan keimanan yang Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam ajarkan kepada para sahabat hasilnya membuat kehidupan Sahabat
sulit dibedakan dengan kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Inilah kesempurnaan Iman para sahabat sehingga Keberkahan Hidup yang Allah
berikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga Allah berikan
kepada sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Sahabat mengetahui tingginya
nilai Iman dan Amal, sehingga segala sesuatu yang Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam lakukan, pasti mereka lakukan. Apapun yang dilakukan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam menjadi agama dan mendatangkan nilai disisi Allah. Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, dalam mahfum : “Berimanlah kamu seperti
sahabat-sahabatku beriman.” (Al Hadits)
Sahabat
mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melebihi cinta mereka kepada
anaknya, ayahnya, istrinya, hartanya, bahkan jiwa mereka sekalipun.19] Mereka siap tidak
mengakui anak mereka, orang tua mereka, harta mereka, kerabat mereka, jika itu
semua dapat menjauhkan mereka dari nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Seorang sahabat, Zaid radhiyallahu ‘anhu, hendak dijemput oleh ayahnya
yang telah terpisah bertahun-tahun. Tetapi Zaid radhiyallahu ‘anhu
menolaknya karena ia ingin selalu dekat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam.20]
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu pernah berkata kepada anaknya bahwa dia
rela membunuh anaknya yang belum masuk islam di perang badr karena dia lebih
mencintai Allah dan RasulNya. Sahabat tidak masalah hidup tidak berjumpa anak,
istri, harta, dan orang tua mereka ketika hijrah ke Madinah, namun sahabat radhiyallahu
‘anhum tidurpun tidak bisa sebelum berjumpa dengan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam mahfum : “Tidak sempurna
Iman kalian sebelum kalian mencintaiku melebihi hal-hal yang kalian cintai.”
Seseorang
datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Saya
ini benar-benar Mukmin (beriman).” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata, “Katakanlah saya ini muslim (Islam), bukan mengatakan
saya ini mukmin (beriman).” Islam ini adalah cara hidup, sedangkan Iman
adalah keyakinan yang sempurna dan mutlak kepada Allah. Jika kita sudah hidup
dengan keyakinan yang sempurna maka hidup kita akan menjadi kehidupan yang
penuh dengan karomah seperti kehidupan sahabat :
1.
Suatu ketika Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu diminta untuk meminum
Racun jika dia benar-benar yakin kepada Allah. Lalu Khalid radhiyallahu
‘anhu meminum racun itu seperti dia meminum air putih. Bukannya mati
setelah meminum racun, tatapi asbab meminum racun itu penyakit yang dideritanya
malah hilang.
2.
Sahabat Saad radhiyallahu ‘anhu melintasi sungai dengan tentaranya tanpa
air menyentuh telapak kaki kuda.
3.
Sahabat hanya dengan sholat 2 rakaat dapat menyebabkan orang yang mati menjadi
hidup kembali.
Ini
semua dapat terjadi karena keimanan sahabat yang sempurna kepada Allah Ta’ala.
Ketika seseorang menginjak semut apakah dia akan takut lalu menjerit ? tentu
tidak karena semut itu kecil dimatanya. Inilah yang dilihat sahabat ketika
menghadapi masalah seperti gempa, lahar gunung, tentara musuh, singa, racun,
dan lain-lain. Mereka melihat masalah ini seperti mereka melihat semut kecil
tadi. Semua masalah adalah mahluk Allah, mahluk tidak perlu ditakuti. Mahluk
tidak dapat menyakiti tanpa seizin Allah.
Kelemahan
dalam kehidupan manusia terjadi karena manusia tidak percaya dan tidak yakin
pada Allah. Ini hanya menimbulkan kerugian dalam kehidupan mereka sendiri dan
kehidupan setelah mati. Segala sesuatu dalam kehidupan manusia menjadi tidak
beres bahkan mendatangkan mudharat kepada yang lain asbab manusia tidak yakin
pada Allah. Jika semua manusia taat dan yakin pada Allah, maka tidak akan
terjadi kerusakan dan kesedihan di dunia ini. Kerusakan dan penderitaan yang
dihadapi manusia terjadi hanya karena mereka tidak mau taat dengan apa yang
Allah bilang.
Agama
akan datang dalam kehidupan kita jika kita ada fikir dan risau terhadap agama.
Sebagaimana Agama datang kepada Ibrahim ‘alaihis salam setelah beliau
ada fikir atas agama, fikir atas penciptaan dan penciptanya. Agama turun di
mekah setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ada fikir dan risau atas
agama dan umat. Jika kita mempunyai fikir dan risau seperti Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, maka kehidupan kita akan terbentuk seperti kehidupan Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun untuk dapat mendapatkan fikir dan
risau ini diperlukan latihan yang terus menerus.
Kita
harus bisa merubah keyakinan kita terhadap kebendaan menjadi yakin pada Allah dan
Amal. Kebendaan yang kita miliki ini tidak akan pernah dapat memberikan
kebahagiaan atau manfaat kepada kita, selain dari yang Allah telah tetapkan.
Seluruh kebahagiaan ini merupakan pemberian dari Allah dan karena IradahNya,
keinginanNya. Jika kita mau bahagia, berdo’a, minta saja pada Allah. Setelah
berdo’a baru kita tunaikan hak dari berdo’a yaitu dengan melengkapi
asbab-asbabnya.
Sahabat
dahulu orang yang jahil, namun karena mereka berkorban banyak untuk agama,
sehingga Allah ridho pada mereka dan Allah ampuni dosa-dosa mereka. Penting
kita tingkatkan perngorbanan kita sehingga sampai kepada level pengorbanan para
sahabat seperti Bilal radhiyallahu ‘anhu, Kabab radhiyallahu ‘anhu,
Umair radhiyallahu ‘anhu, dan lain-lain. Sahabat sampai disiksa karena mereka
mempertahankan keyakinannya, sedangkan hari ini kita tidak ada yang menyiksa
malah meninggalkan keyakinan kita. Inilah perbedaan keadaan kita sekarang
dengan keadaan sahabat dulu. Allah akan sudi mengampuni kita dan mengangkat
derajat kita di akherat, jika kita mau berkorban demi memperjuangkan agama
Allah. Asbab pengorbanan dan ketabahan sahabat menghadapi penderitaan sehingga
agama dapat wujud dalam diri mereka, keluarga mereka, dan umat di seluruh alam.
Perlu kita tanamkan semangat dalam diri kita untuk melakukan pengorbanan yang
sama dengan sahabat dalam mempertahankan agama Allah. Kemuliaan dan Kesuksesan
yang di berikan Allah kepada sahabat radhiyallahu ‘anhum akan di berikan
kepada umat ini jika umat ini mau melakukan pengorbanan seperti yang dilakukan
oleh para Sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
Sahabat
radhiyallahu ‘anhum dahulu tidak pernah mencari alasan untuk
meninggalkan ketaatan kepada Allah. Bahkan dalam keadaan beralasan sekalipun,
seperti ada udzur sakit sekalipun, sahabat tidak pernah meninggalkan ketaatan
kepada Allah. Hari ini umat diajak untuk taat malah mencari alasan untuk
meninggalkan ketaatan. Suatu hari ada jemaah yang pergi ke daerah orang miskin.
Lalu ada seorang miskin yang tidak pernah ke mesjid, di datangi oleh jemaah. Si
miskin minta di do’akan agar ia dapat kerja, sehingga ia bisa ke mesjid. Sebab
kemiskinannya telah menyebabkan dia sibuk mencari kerja dan menjaga anak. Ia
berkata, “Saya tidak ada waktu ke mesjid sedangkan keluarga saya hidup
kelaparan !” Lalu seminggu kemudian, ada pabrik buka di daerah si miskin
tadi. Akhirnya si miskin tadi bisa mendapat pekerjaan. Selang berapa lama,
akhirnya ada rombongan berikutnya masuk ke daerah si miskin tadi. Namun kali
ini setelah di ajak untuk ke mesjid, dia berkata, ”Saya tidak ada waktu
untuk ke mesjid karena saya sibuk kerja di pabrik dan mengurus keluarga.”
Lalu jemaah berkata, “Kalau begitu saya do’akan tuan agar bisa punya waktu
untuk ke mesjid.” Namun orang itu malah berkata, “Jangan pabrik itu baru
buka, kalau kamu do’akan biar saya punya waktu luang berarti pabrik itu harus
tutup. Kalau pabrik tutup saya dan keluarga saya mau makan pakai apa?” Hari
ini ummat di waktu yang luang dan waktu yang sempit tetap tidak bisa taat
kepada Allah. Mau kehidupannya senang ataupun susah, tetap tidak dapat
memberikan waktunya untuk Allah. Inilah ummat saat ini, bisanya hanya mencari
alasan untuk tidak taat kepada Allah. Sungguh beda kehidupan kita dengan
sahabat radhiyallahu ‘anhum.
Allah
telah berikan agama kepada manusia untuk membedakan mereka dengan hewan. Jika
kita lihat kehidupan hewan ini adalah kawin, melahirkan, makan, minum, kerja,
cari makan, lalu mati. Tanpa agama, maka kehidupan kita tidak ada bedanya
dengan kehidupan hewan yang hina dan rendah. Begitulah Allah memandang manusia
yang tidak mau taat pada Allah, seperti manusia melihat binatang. Kehidupan
yang tidak ada agama di mata Allah adalah seperti kehidupan hewan yang hina di
mata manusia. Kini kehidupan manusia sudah seperti kehidupan binatang karena
jauhnya kehidupan mereka dari agama. Bahkan kini manusia asbab mereka jauh dari
agama, hal-hal yang binatang tidak mau lakukan malah dilakukan oleh manusia.
Seperti : orang tua membunuh anaknya dengan aborsi atau anak membunuh orang tua
demi warisan. Padahal hewan pun masih bisa menjaga kasih sayang di antara
keluarganya. Tanpa Agama kehidupan manusia bisa jadi lebih rendah dibanding
kehidupan binatang.22]
Agama
itu adalah cara hidup manusia yang telah Allah siapkan untuk di ikuti. Allah
akan berikan kepada orang yang taat terhadap aturanNya, kebaikan-kebaikan dunia
dan akherat. Di balik perintah Allah ini ada janji-janji Allah dan ada
pertolongan dari Allah. Janji Allah dalam setiap perintahNya ini lebih pasti
dibandingkan dengan janjinya seorang manusia. Allah sudah tetapkan cara hidup Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam ini sebagai satu-satunya cara yang dapat
mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan hidup di dunia dan di akherat. Segala
prilaku nabi, pekerjaan nabi, pola hidup nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
telah Allah jadikan sebagai tolak ukur amal kebaikan yang mendatangkan
pertolongan Allah. Sudah menjadi ketetapan Allah, selain dari kehidupan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam hanya akan mendatangkan kesusahan dan penderitaan yang
tidak terbatas. Semua cara hidup selain dari cara hidup Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam akan mengantarkan manusia kepada kebinasaan. Satu-satunya
jalan hidup yang mendatangkan nilai disisi Allah hanya jalan hidup nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. Inilah yang di ikuti oleh para sahabat, dan inilah yang
harus kita ikuti. Jika kita mau mengikuti kehidupan Nabi dan para Sahabat maka
nanti Allah akan bangkitkan kita bersama mereka, bukannya bersama Fir’aun,
Qorun, atau Hamman.
Dalam
mahfum hadits: “Barang siapa yang mengikuti kehidupan suatu kaum maka Allah
akan bangkitkan dia bersama kaum yang di ikuti tersebut”23] ( Al Hadits )
Akherat
adalah kehidupan yang terbentuk dari amal yang kita lakukan di dunia. Apakah
orang itu ketika hidup di dunia memilih hidup cara kekasih Allah atau cara
Musuh Allah. Jalan kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah
satu-satunya jalan hidup yang dapat menghantarkan kita kepada SurgaNya Allah
Ta’ala. Inilah yang namanya jalan keselamatan atau Darrussalam. Para Nabi dan
sahabat mengajak manusia kepada jalan keselamatan, sedangkan musuh-musuh nabi
mengajak manusia kepada jalan kebinasaan. Allah beri kita kebebasan untuk
memilih jalan hidup, jalan mana yang mau kita ambil. Salah ambil keputusan
akibatnya adalah kesengsaraan yang tidak ada batasnya. Seseorang menjelang
sakratul maut, maka Allah akan tampakkan kepadanya Surga dan Neraka sebagai
tempat dia kembali. Kehidupan yang wujud amal-amal agama akan mengantarkan
seseorang ke surgaNya Allah. Kehidupan yang tidak wujud amal-amal agama akan
mengantarkan orang tersebut ke Neraka JahannamNya Allah.
Iman
ini mempunyai rasa, sama seperti rasa buah-buahan, ada yang manis, ada yang
hambar, dan ada yang asam. Namun Iman ini hanya bisa dirasakan oleh kita
sendiri bukan orang lain. Ketika seseorang suka terhadap suatu makanan, tanpa
disuruhpun orang tersebut akan memakannya lagi dan lagi. Begitu juga orang yang
merasakan manisnya usaha Iman. Iman ini akan terasa manis sejauh mana kita
mengenal Allah. Di mulai dari Allah adalah Rabb kita, yaitu pemelihara tunggal.
Jika kita telah mengenal dan meyakini bahwa Allah adalah Rabb kita, maka kita
akan menyibukkan diri kita hanya dengan ketaatan kepada Allah. Namun hari ini
asbab manusia tidak yakin Allah sebagai pemelihara mereka, yang rizkinya adalah
Allah yang menanggung, sehingga hari ini banyak manusia yang lari mencari
pertolongan dari selain Allah. Rizki manusia ini seluruhnya datangnya dari
Allah, berapa jumlahnya dan kapan habisnya ini hanya Allah yang tau. Rizki ini
tidak harus berupa makanan dan kebendaan, tetapi bisa juga berupa ketaatan.
Nanti akan datang suatu masa dimana sengan dzikir saja Allah akan berikan orang
itu kekenyangan.
Jika
Iman lemah maka ibadah-ibadah lain akan lemah, dan do’apun akan melemah. Do’a
kita akan mempunyai kekuatan jika Iman kita kuat. Iman yang kuat akan membuat
do’a menjadi efektif. Saat ini yang paling penting buat kita adalah bagaimana
selama 24 jam ini kita pelihara dan tingkatkan Iman kita. Jadikan usaha atas
Iman ini seperti kita menghirup udara, tidak mungkin kita stop menghirup udara.
Jika kita keluar 4 bulan setiap tahun, itu baru 1/3 dari udara yang kita
perlukan. Mengapa hari ini kita tidak bisa menikmati yang namanya Iman, ini
karena kita tidak ada usaha atas Iman. Rasa dari suatu usaha akan timbul dari
pengorbanan kita atas usaha tersebut.
Iman
akan terasa manis ketika kita mengetahui dan mengenal Allah sebagai Rabb kita.
Ketika ini kita akan lupakan pekerjaan kita, kita akan lupakan, perdagangan
kita, kita akan lupakan pertanian kita, yang kita mau lakukan hanya
menyenangkan Allah. Kita harus mempunyai keyakinan bahwa Allah adalah Rabb kita
satu-satunya, pemelihara tunggal. Dari yakin yang kuat akan menghasilkan amal
yang kuat. Amal yang berkeyakinan inilah yang Allah mau. Sejauh mana kita
menyenangkan tuan kita, sejauh itu tuan kita akan memelihara kita dengan baik,
seperti inilah antara Allah dengan hambanya. Jika Allah tunjukkan dirinya pada
kita, maka segalanya akan berubah bagi kita di dunia ini. Kita akan melupakan
dunia dan hanya mengabdi pada Allah. Mudah saja bagi Allah membuat manusia ini
beriman, tetapi yang Allah mau adalah melihat manusia ini berkorban untuk
perkara Iman. Allah sudah punya malaikat sebagai ahli ibadah yang dapat
mengetahui langsung Allah sebagai Rabb seluruh alam. Inilah yang menyebabkan
iman manusia lebih afdhol dibanding iman para malaikat.
Manusia
mempunyai tradisi, namun jika agama sudah siap kita ambil sebagai pedoman
hidup, maka yang namanya tradisi ini harus ditinggalkan. Dan Agama juga bukan
tradisi atau sekedar ibadah-ibadah formalitas. Kita membuat agama menjadi
tradisi dan formalitas karena kita tidak mengenal agama kita sendiri. Agama ini
adalah solusi bagi seluruh masalah kita jika kita yakini dan kita jalani dengan
benar. Masalahnya hari ini karena kelemahan Iman kita, sehingga kita jalani
agama ini sebatas rutinitas ibadah dan formalitas. Untuk dapat menghilangkan
tradisi adat istiadat dan ibadah formalitas, kita harus yakin dulu pada
perintah Allah dan apa yang diucapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Jika kita tidak mau meninggalkan tradisi demi perintah Allah dan sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam maka adzab Allah akan turun. Masalah akan datang jika kita
tinggalkan perintah Allah dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sedangkan adzab Allah ini terjadi di dunia dan di akherat, di duniapun Allah
akan adzab kita jika kita tidak mau taat.
Segala
sesuatu yang kita lakukan ini di dunia telah tercatat oleh malaikat “Kiroman
Katibin”, Malaikat pencatat.24] Ini adalah suatu kenyataan yang tidak bisa di pungkiri
oleh orang yang mempunyai Iman. Semua alat tubuh kita dari tangan, kaki, mata,
telinga, perut, hati, dan fikiran adalah alat untuk mendapatkan Iman. Jika ini
tidak kita gunakan untuk Allah, maka kita akn gunakan untuk selain Allah, dan
ini akan Allah hisab. Semuanya akan menjadi saksi atas amal baik dan amal buruk
yang kita kerjakan. Peralatan tubuh ini dapat menjadi alat untuk mendapatkan
Iman atau merusak Iman, semuanya tergantung pada kita. Kita akan di hisab oleh
Allah untuk setiap waktu yang di gunakan, nikmat yang telah di berikan,amal
yang telah di kerjakan, dan keburukan yang telah kita lakukan. Segala hasil
yang kita terima di kehidupan Akherat akan dinilai dari kebaikan dan keburukan
yang kita lakukan di dunia.
Perbedaan
antara orang kafir dan orang beriman terletak pada keyakinan terhadap kehidupan
sesudah mati. Hari ini kenapa kehidupan kita tidak jauh seperti orang kafir.
Ini karena keyakinan kita terhadap kehidupan sesudah mati sama seperti mereka.
Kalau kita mempunyai keyakinan terhadap kehidupan sesudah mati, maka seluruh
nikmat dunia kita akan terasa hambar dan kita hanya akan memikirkan kehidupan
akherat kita saja. Ketika kita berikrar :
1.
Rodhiitubillaahi Rabba : Mengakui Allah sebagai Rabb kita
2.
Wabil Islaami Diinaa : Mengakui Islam sebagai Cara Hidup kita
3.
Wabi Muhammaddin Nabiyya wa Rasuulaa : Mengakui Muhammad sebagai Nabi
dan Rasul
4.
Wabil Qur’aani Imaamaa wa Hakaamaa : Mengakui Qur’an sebagai Imam dan
sumber hukum
Jika
ini sudah kita ikrarkan maka sudah seharusnya tugas kita tidak lain adalah
menyenangkan Allah semata. Segala Imbalan yang Allah berikan kepada kita di
dunia dan di akherat hanya bisa di dapat dengan Agama. Sejauh mana kita
menjalankan ini secara sempurna, sejauh itu Allah akan memberikan kepada kita
imbalan di dunia dan di akherat. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah
memberikan hidupnya selama 24 jam kepada manusia untuk di ikuti, dan tidak ada
yang dirahasiakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada manusia.
Dengan
Dakwah maka akan tercipta suasana Imaniat dan suasana Amaliat. Jika suasana
Agama terbentuk maka Iman kita akan terjaga dan terpelihara. Suasana Amal
Madinah adalah salah satu sarana yang menyebabkan Iman para sahabat terpelihara
dan terjaga. Sahabat berkata “Tuhanku adalah tuhan yang satu yaitu Allah dan
Nabiku adalah Muhammad Rasullullah. Tiada cara hidup lain yang saya ikuti
selain cara hidup Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hidupku hanya untuk
Allah dan RasulNya semata. Seluruh yang aku miliki hanya untuk Allah dan
Rasulnya semata.” Inilah keyakinan sahabat, sehingga berbagai penderitaan
dan cobaan sanggup mereka lewati.
Iman
sahabat adalah bukti Iman dan kehidupan yang sempurna. Kehidupan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam adalah contoh kehidupan yang sempurna disisi Allah.
Sahabat semuanya dapat mengikuti kehidupan yang telah di contohkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. Para kaum kafirin dengan siksaan yang telah mereka
berikan kepada sahabat, berharap agar sahabat mau meninggalkan keimanan mereka.
Namun apa yang terjadi, justru asbab penyiksaan para kaum kafirin, Iman sahabat
jadi meningkat, tidak berkurang sedikitpun. Bilal radhiyallahu ‘anhu
pernah di tanya kapan masa dia paling bahagia, dia menjawab, “Ketika aku
disiksa oleh majikanku dan Abu Jahal ketika itu, di panggang dibawah terik
matahari dan di tindih dengan batu yang besarnya melebihi bobotku.” Inilah
asbab keimanan sahabat yaitu dengan pengorbanan dan bersusah payah untuk Iman.
Sahabat
disiksa karena melakukan usaha atas Iman. Sahabat juga berdagang, hanya saja
perdagangan mereka sering diganggu oleh kaum kafir asbab usaha dakwah yang
mereka lakukan. Inilah pengorbanan sahabat buat agama. Untuk perkara ini kita
perlu siapkan diri kita berkorban seperti Sahabat radhiyallahu ‘anhum
ajma’in. Tahap pertama adalah belajar berkorban keluar di jalan Allah untuk
mendapatkan Iman.
Insya
Allah bersedia 4 bulan di jalan Allah……….
Keterangan Bayan :
1]. Allah
subhanahu wa ta'aala berfirman :
هُوَ الأوَّلُ
وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dialah
Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin ; dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu.”
(QS. Al Hadid : 3)
2]. Allah
subhanahu wa ta'aala berfirman
كُلُّ مَنْ
عَلَيْهَا فَانٍ وَيَبْقَىٰ
وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
“Semua
yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar Rahman : 26-27)
3]. Allah
subhanahu wa ta'aala berfirman
كُلُّ نَفْسٍ
ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ…
“Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati…” (QS. Ali Imran : 185)
كُلُّ نَفْسٍ
ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ
وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ
وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati, Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu di kembalikan” (QS. Al-Anbiyaa' : 35)
وَقَالُوا مَا
هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا
الدَّهْرُ ۚ
وَمَا لَهُم بِذَٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۖ
إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ
“Dan
mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia
saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain
masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu,
mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al
Jatsiyah : 24)
فَانظُرْ
إِلَىٰ آثَارِ رَحْمَتِ اللَّهِ كَيْفَ يُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ
إِنَّ ذَٰلِكَ لَمُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۖ
وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Maka
perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang
sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar
(berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu.”
(QS. Ar Rum : 50)
وَقَالَ
الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَالْإِيمَانَ لَقَدْ لَبِثْتُمْ فِي كِتَابِ اللَّهِ
إِلَىٰ يَوْمِ الْبَعْثِ ۖ
فَهَـٰذَا يَوْمُ الْبَعْثِ وَلَـٰكِنَّكُمْ كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Dan
berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada
orang-orang yang kafir): “Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut
ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari berbangkit itu akan
tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya).” (QS. Ar Rum : 56)
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا يُنَادَوْنَ لَمَقْتُ اللَّهِ أَكْبَرُ مِنْ مَقْتِكُمْ
أَنْفُسَكُمْ إِذْ تُدْعَوْنَ إِلَى الْإِيمَانِ فَتَكْفُرُونَ, قَالُوا
رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا
بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada hari kiamat): "Sesungguhnya kebencian Allah (kepadamu) lebih besar daripada kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman lalu kamu kafir". Mereka menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?" (QS. Al Mu’min [40]: 11)
Ayat ini serupa dengan ayat,
كَيْفَ تَكْفُرُونَ
بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ
يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu
Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali,
kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?” (QS. Al Baqarah [2]: 28)
Yang dimaksud dengan ayat ini ada beberapa pendapat di kalangan
ulama. Penafsiran yang dianggap kuat oleh Ibnul Jauzi sebagai berikut: “Kematian
pertama adalah ketika dalam bentuk nuthfah (air mani), ‘alaqoh (segumpal darah)
dan mudghoh (sekerat daging). Selanjutnya adalah dihidupkan dalam rahim. Lalu
dimatikan lagi setelah hidup di dunia. Lalu akan dihidupkan lagi ketika
dibangkitkan pada hari kiamat.”
Penafsiran semacam ini dipilih oleh Ibnu ‘Abbas, Qotadah, Muqotil,
Al Faro’, Tsa’lab, Az Zujaj, Ibnu Qutaibah, dan Ibnul ‘Ambari. (Lihat Zaadul
Masiir, 1/39, Mawqi’ At Tafasir)
Asy Syaukani memberikan penjelasan sedikit berbeda. Beliau rahimahullah
mengatakan, “Yang dimaksud dulu kalian dalam keadaan mati adalah waktu
sebelum dicipta (belum ada). Karena boleh saja kita mengatakan mati pada
sesuatu yang belum ada karena sama-sama tidak memiliki indera.”
Kemudian yang dimaksud kalian lalu dihidupkan adalah ketika
diciptakan menjadi makhluk. Selanjutnya yang dimaksud kalian dimatikan kedua
kalinya adalah ketika ajal kalian itu datang (dan dimasukkan dalam kubur).
Lalu yang dimaksudkan kalian dihidupkan kedua kalianya adalah
ketika hari kiamat saat dibangkitkan.
Yang menafsirkan seperti ini adalah mayoritas sahabat dan ulama
setelahnya. Ibnu ‘Athiyah mengatakan bahwa penjelasan ini adalah penafsiran
yang dimaksudkan dalam ayat. (Fathul Qodir, 1/62, Mawqi’ Al Islam)
Adh Dhohak menyebutkan perkataan Ibnu ‘Abbas mengenai surat Al
Mu’min ayat 11, Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Dulu kalian berasal dari tanah
sebelum diciptakan. Inilah kematian pertama. Lalu kalian dihidupkan dan
diciptakan. Inilah kehidupan pertama. Kemudian kalian dimatikan kembali
dan masuk ke alam kubur. Inilah kematian kedua. Kemudian nanti kalian
akan dibangkitkan pada hari kiamat. Inilah kehidupan kedua. Itulah dua
kematian dan dua kehidupan.” Hal ini sama maknanya dengan surat Al Baqarah
ayat 28.
Penafsiran semacam ini diriwayatkan dari As Sudi dengan sanadnya,
dari Abu Malik, dari Abu Sholih, dari Ibnu ‘Abbas; juga diriwayatkan dari
Murroh, dari Ibnu Mas’ud dan dari beberapa sahabat. Begitu pula diriwayatkan
dari Abul ‘Aliyah, Al Hasan Al Bashri, Mujahid, Qotadah, Abu Sholihk, Adh
Dhohak, ‘Atho’ Al Khurasani semacam ini pula. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu
Katsir, 1/331-332, Muassasah Al Qurthubah)
4].
Allah subhanahu wa ta'aala
berfirman
مَا أَصَابَ
مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن
قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا ۚ
إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
"Tiada
suatu bencana pun yang menimpa di Bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya"
(QS. Al Hadid : 22)
Dan
dari ayat di atas jelas Allah subhanahu wa
ta'aala
katakan bahwa takdir yang Allah subhanahu wa
ta'aala
berikan kepada setiap hambanya sudah ditentukan sebelum Allah subhanahu
wa ta'aala menciptakan langit
dan bumi.
Takdir
ini telah Allah subhanahu wa ta’ala tentukan 50.000 tahun sebelum
penciptaan langit dan bumi, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam:
“Allah
telah menulis takdir-takdir seluruh makhluq (pada kitab lauh mahfudz) 50.000
(lima puluh ribu) tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” (HR. Al-Imam Muslim
dari shahabat Abdullah ibn Amr ibn Al-Ash radhiyallahu ‘anhu)
Termasuk
apakah ia menjadi ahli surga atau neraka, Allah subhanahu
wa ta'aala
sudah tentukan 50.000 tahun sebelum alam semesta ini diciptakan. Dari Abu
Abdurrahman Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, "Maka demi Allah, yang tiada tuhan yang
haq disembah melainkan Dia, sesungguhnya seseorang diantara kamu beramal dengan
amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dia dan surga kecuali
sehasta, namun telah terdahulu ketentuan (takdir) Tuhan atasnya, lalu ia
mengerjakan perbuatan ahli neraka, maka ia masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya
salah seorang diantara kamu beramal dengan amalan ahli neraka sehingga tidak
ada jarak antara dia dan neraka kecuali sehasta, namun telah terdahulu
ketentuan (takdir) Tuhan atasnya, lalu ia beramal dengan amalan ahli surga,
maka ia masuk ke dalamnya" (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Pada
hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah
salah seorang dari kamu melainkan telah dituliskan tempat duduknya, apakah ia
termasuk penduduk neraka atau penduduk surga" (HR. Imam Bukhari)
“Ketahuilah
wahai saudara-saudaraku kaum muslimin bahwa apa yang harus menimpamu tidak akan
luput darimu, dan apa-apa yang luput darimu tidaklah akan menimpamu.” (HR. Al-Imam
At-Tirmidzi dari shahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu)
5].
Allah subhanahu wa ta'aala berfirman
قُلْ
إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ
تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا
كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah:
"Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya
kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah),
yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan".” (QS. Al Jumu’ah: 8)
أَيْنَمَا
تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ…
“Di mana saja kamu berada, kematian
akan mendapatkan kamu, kendati-pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…”
(QS. An-Nisa : 78)
6].
Allah subhanahu wa ta'aala berfirman
ثُمَّ
يَقُولُونَ هَل لَّنَا مِنَ الأَمْرِ مِن شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الأَمْرَ كُلَّهُ
لِلَّهِ يُخْفُونَ فِي أَنفُسِهِم مَّا لاَ يُبْدُونَ لَكَ يَقُولُونَ لَوْ كَانَ
لَنَا مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ مَّا قُتِلْنَا هَاهُنَا قُل لَّوْ كُنتُمْ فِي
بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَى مَضَاجِعِهِمْ
وَلِيَبْتَلِيَ اللّهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ وَلِيُمَحَّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ
وَاللّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
“Mereka
berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam
urusan ini?" Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di
tanganAllah". Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak
mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang
sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh
(dikalahkan) di sini". Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu,
niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar
(juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk
menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam
hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.” (QS. Ali Imran : 154)
Oleh
karena itulah, pada realitanya membuktikan bahwa orang-orang yang terbunuh
karena lari dari peperangan lebih banyak daripada orang-orang yang terbunuh
karena berani menghadapi peperangan.
Perkara rizki
sama seperti perkara ajal, rizki apa yang dituliskan bagi seseorang akan pasti
didiapatkannya. Allah subhanahu wa ta'aala
berfirman :
وَمَا
مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ
مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
“Dan
tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauh mahfudz).” (QS. Hud : 6)
Allah
subhanahu wa ta'aala berfirman
وَفِي
السَّمَاء رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ فَوَرَبِّ السَّمَاء وَالْأَرْضِ
إِنَّهُ لَحَقٌّ مِّثْلَ مَا أَنَّكُمْ تَنطِقُونَ
“Dan
di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang
dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang
dijanjikanitu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu
ucapkan.”
(QS. Al-Dzariyat : 22-23)
Dari
Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Sesungguhnya ruh kudus telah meniupkan di dalam jiwaku bahwa satu
jiwa tidak akan mati sehingga dia mengambil rizkinya secara sempurna dan menyempurnakan
ajal yang telah ditentukan baginya, takulah kepada Allah, bertindak baiklah
dalam meminta, dan janganlah keterlambatan datangnya rizki mendorong sesorang
untuk menuntutnya dengan cara bermaksiat, sesungguhnya apa yang ada di sisi
Allah tidak akan didapatkan kecuali dengan ketaatan kepada Allah”.
(Hilyatul Auliya’: 10/27)
Maka
rizki apa yang telah ditetapkan bagi seorang hamba pasti didapatkannya sebelum
kematianya. Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Seandainya manusia berlari menjauh dari
rizkinya sama seperti dirinya menjauhi berlari menjauhi kematian maka dia pasti
medapatkan rizkinya sebgaimana ajal menjemputnya”. (Hilyatul Auliya’: 7/90)
Renungkannah
hadits ini, menjelaskan tentang adab berdo’a di mana dia menegaskan tentang
hakekat ini.
Dari
Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha berkata: “Ya Allah berikanlah
kenikmatan bagi dengan suamiku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan
dengan bapakku Abu Sufyan, dan dengan saudaraku Mu’awiyah. Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya: Sungguh dirimu telah meminta
kepada Allah suatu ajal yang telah ditetapkan, jejak-jejak yang telah ditapaki
dan rizki yang telah dibagi-bagi, janganlah salah seorang di antara kalian
tergesa-gesa denganya sebelum waktunya tiba, dan jangan pulah berharap
mengundurkannya setelah datang, dan seandainya engkau meminta kepada Allah agar
terjaga dari api neraka dan azab kubur maka hal itu lebih baik”. (Shahih
Muslim : 4/2051 no: 2663)
7].
Allah subhanahu wa ta'aala
berfirman
اللَّهُ
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ
الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
“Allah-lah
yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku
padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,
dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath
Thalaq : 12)
Qudrat
(ﻗﺪﺭﺓ) artinya Allah itu Dzat yang Kuasa. Dengan
sifat itulah Allah mewujudkan atau meniadakan segala sesuatu yang dikehendaki,
begitu pula Allah kuasa melenyapkan apa saja menurut
kehendak- Nya. (Thahir
Abdul Muin. Ikhtisar Ilmu Tauhid. Hlm. 20.) Allah subhanahu
wa ta'aala
berfirman :
…وَلَوْ
شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ۚ
إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
”…Jikalau
Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka.
Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al- Baqarah :
20)
Dalam
firman Allah yang lain berbunyi :
إِن يَشَأْ
يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ وَمَا
ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ
”Jika
Dia kehendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk baru (untuk
menggantikan kamu). Dan yang demikian tidak sulit bagi Allah.” (QS. Fathiir : 16-17)
Diantara
sifat yang wajib bagi Dzat Yang Wajib Ada itu adalah “Kuasa” (Qudrat). Ia
adalah sifat yang dengannya, Dzat Yang Wajib itu mengadakan dan meniadakan apa
yang dikehendaki- Nya. Bila telah jelas, bahwa Dzat Yang Wajib itulah
yang menciptakan alam semesta menurut kehendak Ilmu dan Iradat- Nya, maka tidak
dapat diragukan lagi bahwa “ Ia Berkuasa” dengan pasti. Dan tidak lain makna
Qudrat, kecuali Kekuasaan yang penuh dan mutlak seperti ini. Kekuasaan Allah
adalah kekuasaan yang sempurna, tidak terbatas dan tidak ada kekuasaan
lain yang dapat menghalangi kekuasaan Allah. Seluruh alam yang luas dan kokoh
kuat ini, mungkin hanya sebagian kecil dari alam yang sebenarnya. Mungkin ada
berjuta- juta matahari, bumi dan bulan serta bintang- bintangnya pula, dan ilmu
kita manusia masih sedikit dapat menyelidikinya. (Bey Arifin. Mengenal
Tuhan. Hal. 51-52)
Iradat
( ﺇﺭﺍﺩﺓ ) artinya, Allah itu Berkehendak. Inilah
sifat Allah, yang dengan sifat Iradah ini Allah menentukan segala sesuatu, baik
waktu, tempat atau sebagainya, untuk diwujudkan atau ditiadakan. Allah subhanahu
wa ta'aala
berfirman :
…إِنَّ
رَبَّكَ فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ
“…Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap
apa yang Dia kehendaki.” (QS. Huud : 107)
Diantara
sifat yang wajib bagi Dzat Yang Wajib Wujud, adalah “Iradat” (Kehendak).
Ia adalah sifat yang dapat menentukan, untuk penciptaan alam ini dengan salah
satu jalan- jalan- Nya yang mungkin. Firman Allah subhanahu
wa ta'aala :
بَدِيعُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ
وَإِذَا قَضَىٰ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ
“Allah
Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak untuk menciptakan sesuatu,
maka Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia.” (QS. Al- Baqarah :
117)
Kejadian
apa saja, baik kejadian besar seperti kejadian bumi dan matahari, atau kejadian
kecil, misalnya pecahnya sebuah gelas, sobeknya sehelai kertas, matinya seekor
nyamuk atau kuman, jatuhnya sebuah daun ke tanah, semua itu terjadi sesuai
dengan Iradat atau kemauan Allah. Apa saja yang dimaui Allah pasti jadi atau
terjadi. Dan apa yang tidak dimaui Allah, tidak mungkin akan terjadi. Dengan
pengertian yang seluas- luasnya.
Seorang
berhasil dapat mencuri barang orang lain, juga adalah dengan kemauan Allah,
tetapi bukan Allah yang memerintahkan untuk mencuri itu. Allah malah melarang
pencurian itu. Perlakuan manusia melanggar perintah Allah, melanggar larangan Allah
pun adalah dengan kemauan Allah. Allah merdeka menjadikan seorang manusia
menjadi manusia yang ingkar atau menjadi manusia yang taat, menjadi manusia
jahat atau manusia baik, menjadi manusia muslim atau manusia kafir.
Keingkaran,
kejahatan, atau kekafiran itu berlakunya dengan kemauan Allah, tetapi tidak
atas keridhoan (kesukaan) Allah. Allah melarang manusia menjadi ingkar, jahat
atau kafir. Begitu juga seorang yang taat, patuh dan ikhlas menjalankan
perintah Allah, semuanya itu berlaku atas kemauan Allah, sedang Allah
memerintahkan taat, patuh, dan ikhlas itu.
Karena
ketentuan Iradah Allah itu gaib bagi kita, haruslah kita selalu berusaha
menjadi orang yang taat, baik dan patuh. Kita mempunyai 100% kesempatan untuk
menjadi orang yang patuh. Seluruh kejadian di langit dan bumi, kecil atau
besar, penting atau tidak penting, semua terjadi karena Quradat dan Iradat
Allah. Firman Allah subhanahu wa
ta'aala
:
…قُلْ
فَمَن يَمْلِكُ لَكُم مِّنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا أَوْ
أَرَادَ بِكُمْ نَفْعًا ۚ
بَلْ كَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
“…Katakanlah:
“ Maka siapakah yang dapat menghalangi kehendak Allah jika Dia menghendaki
kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al- Fath : 11)
8].
Allah subhanahu wa ta'aala
berfirman
مَّن
ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا
كَثِيرَةً ۚ
وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Siapakan yang mau memberi pinjaman
kepada Allah pinjaman yang baik? Allah akan melipatgandakan pahalanya dengan
lipat ganda yang banyak. Dan Allah yang menyempitkan dan Yang melapangkan
rizki. Dan kepa-Nya kalian dikembalikan.” (QS. Al- Baqarah : 245)
مَّثَلُ
الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ
أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ
وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ ۗ
وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan orang yang menafkahkan
hartanya pada jalan Allah seperti sebuah biji yang tumbuh menjadi tujuh
tangkai, pada tiap-tiap tangkai itu berbuah seratus biji. Allah melipatgandakan
bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Allah mempunyai karunia yang luas, lagi maha
mengetahui.”
(QS. Al- Baqarah : 261)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم
- إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ
إِسْلاَمَهُ ، فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا
إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ ، وَكُلُّ سَيِّئَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ
بِمِثْلِهَا
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, "Jika seseorang memperbagus keislamannya, maka
setiap kebaikan yang dilakukannya dituliskan 10 hingga 700 kali lipat,
sedangkan setiap kejelekannya hanya ditulis sepertinya (satu saja)" (Shahih
Bukhari no. 42)
9]. Dalam sebuah hadits dikatakan
:
…فى الجنه مالاعيـــــــــــن رأت
ولااذن سمعـــــــت ولاخطر على قلب بشر
“…Sesungguhnya di dalam syurga itu
berupa kenikmatan yang belum pernah di lihat oleh mata, belum pernah terdengar
oleh telinga dan belum pernah terlintas oleh hati manusia.”
Ahli syurga bagaikan raja, bersenang-senang
dengan penuh kenikmatan sedangkan umur mereka sekitar usia 33 tahun kekal
selamanya yakni seusia ketika nabi Isa ‘alaihis salam saat di angkat ke
langit. Tinggi ahli syurga setinggi nabi Adam ‘alaihis salam yakni
setinggi 60 hasta dan lebarnya 7 hasta. Mereka bersuara sangat merdu,
sebagaimana suaranya nabi Daud ‘alaihis salam. Mata mereka seakan
bercelak, putih kulitnya, tiada berbulu badannya kecuali di kepala (berombak
rambutnya), alis, kelopak mata dan kumis. Sedang janggut, ketiak dan kemaluan
licin tidak berbulu. Mereka tidak kencing dan tidak buang air besar, tidak
berludah dan tidak beringus dan keringat mereka berbau wangi kasturi. Bejana
mereka dari emas dan perak, sisir rambut mereka dari emas, kayu bakar mereka dari
kayu gaharu yang harum. Mereka senantiasa merasa aman dan senang penuh
kegembiraan. Hati mereka senantiasa bersatu dan tidak pernah berselisih dan tidak
saling iri sesama mereka.
Mereka diberi pakaian dari sutera halus
yang hijau dan tebal lagi tidak akan lusuh selamanya. Di kepala mereka ada
mahkota yang dapat menerangi antara timur dan barat. Mereka juga diberi pakaian
70 macam perhiasan yang berubah warnanya setiap saat, berbeda warna dengan
perhiasan yang lain, sedang jari-jari mereka ada sepuluh cincin, terukir :
1.
Salamun alaikum bimaa shabartum
(Selamat sejahtera kamu karena kesabaran kamu)
2.
Udkhuluhaa bisalaamin aaminiin
(Masuklah ke syurga dengan selamat dan aman)
3.
Tilkal janatullatii uurits tumuuhaa bimaa
kuntum ta'maluun (Itulah syurga yang diwariskan kepadamu karena amal
perbuatanmu)
4.
Rufi'at ankumul ahzaana wal humum
(Telah dihindarkan dari kamu semua risau dan dukacita)
5.
Albasakum alhuli wal hulal (Kami beri
kamu pakaian dan perhiasan)
6.
Zawwajakumul hurul iin (Kami kawinkan
kamu dengan bidadari)
7.
Walakum fihaa maa tasytahihil anfusu wa
taladzzul a'yun wa antum fiiha khaaliduun (Untukmu dalam syurga segala
keinginan dan menyenangkan pandangan matamu)
8.
Rafaqtumun nabiyyiina wash shiddiiqiin
(Kamu telah berkumpul dengan para Nabi dan Siddiqin)
9.
Shirtum syababa laa tahramuun (Kamu
menjadi muda dan tidak tua selamanya)
10.
Sakantum fi jiwaari man laa yu'dzil jiraan
(Kamu tinggal dengan tetangga yang tidak mengganggu tetangganya)
Penglihatan
mereka diluaskan sehingga ia memandang yang jauh-jauh seperti memandangnya dari
jarak dekat. Terakhir kalinya orang yang masuk syurga dan paling rendah
kedudukannya, diberi kerajaan sepanjang penglihatannya, sejauh jarak 100 tahun
perjalanan. Dan didirikan bagi mereka kubah dari mutiara, zabarjat dan yakut.
Lebarnya seperti antara Al-Jabiyah hingga Sana'a. Setiap pagi dan petang mereka
diberi makan dengan 70.000 piring dari emas, sedangkan warna pada setiap piring
tidak sama, sedang rasa makanan pada tiap suapan tidak sama, ditemukan rasa
makanan pada suapan yang pertama tidak sama rasanya dengan rasa pada suapan
terakhir. Semakin lama makan semakin enak dan tidak merasa eneg ataupun bosan.
Terdapat
70.000 kampung yang terdiri dari mutiara dan yakut. Setiap kampung ada 70.000
rumah sedangkan rumah-rumah itu tidak satupun yang akan rusak. Bangunan di
syurga dibuat dari susunan bata dari emas dan bata dari perak. Bumi syurga dari
perak, dan tanahnya dari misik atau za'faran, debu lantainya dari kasturi yang
semerbak harum, dan kerikilnya mutiara serta yakut dan urat-urat pohonnya dari
perak, sedang dahannya dari mutiara dan zabarjad, daun dan buahnya berada di
bawah, maka seseorang tidak menghadapi kesukaran untuk makan walaupun dalam
keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring.
Diriwayatkan
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Allah subhanahu
wa ta’ala telah menciptakan wajah bidadari terdiri dari 4 warna ; putih, hijau,
kuning dan merah. Dan tubuhnya diciptakan dari za'faran, misik dan kafur. Dan
rambutnya diciptakan dari cengkeh. Bagian tubuhnya mulai dari kaki sampai lutut
tercipta dari za'faran. Dari lutut sampai buah dada tercipta dari anbar. Dari
leher sampai kepala tercipta dari kafur. Andaikata bidadari meludah ke dunia,
maka ludahnya akan menjelma menjadi misik. Pada setiap dadanya tertulis nama
suaminya dan nama dari nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala. Pada setiap
tangannya mengenakan 10 gelang dari emas, memakai cincin sebanyak 10 pada
jari-jarinya, memakai 10 perhiasan gelang kaki dari mutiara dan permata."
Iman
yang paling lemah yang masuk ke dalam syurga diberikan 80.000 pelayan dan dikawinkan
dengan 72 isteri bidadari. Mereka diberi kekuatan 100 orang ketika makan, minum
dan senggama. Bidadari diciptakan secara langsung oleh Allah subhanahu wa
ta’ala dan bukan melalui proses kelahiran. Kejelitaannya digambarkan
seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan. Yang senantiasa dara perawan
yang sebaya umurnya, cantik, manja, rindu dan amat mencintai suaminya. Yang
suci dari sebarang kotoran, haid, nifas, kencing dan air mani. Sopan
menundukkan pandangan, tidak pernah disentuh oleh siapapun termasuk belum
disentuh oleh jin atau manusia sebelum mereka. Sangat putih kulitnya. Bermata
jeli, anak mata hitam pekat bagaikan mata bayi yang baru dilahirkan, bahkan
lebih jernih dan lebih becahaya. Lebar matanya disertai bulu mata bagaikan
sayap burung yang sedang terbang. Mempunyai betis yang tembus pandang, yang
sangat indah sehingga bisa terlihat sumsum betis dari belakang dagingnya.
Mempunyai kelembutan seperti lembutnya selaput telur di dalam telur yang
melekat di kulit luar. Dikurniakan Allah subhanahu wa ta’ala cahaya pada
wajah seperti bulan purnama. Cahaya serta bau harum semerbak pada tubuh mereka
dapat memenuhi dunia antara langit dan bumi. Sedangkan tutup kepala bidadari
itu lebih baik dari dunia dan seisinya.
Terdapat
kemah-kemah dengan puluhan kamar dari mutiara yang berlubang. Ada kamar yang
bagaikan taman yang luas yang dipenuhi pohon-pohon palm dan di kelilingi sungai
yang mengalir, yang bagian pinggirnya ditumbuhi oleh bunga mawar, melati dan
bunga yang tumbuh di lembah. Ketika angin bertiup ditaman bunga, seluruh taman
dipenuhi bau harum semerbak. Di dalam kamar ada ruangan luas yang diperbuat
dari kayu cendana dan pohon gaharu serta dilapisi dengan segala macam marmer
berwarna. Berterbangan burung-burung seperti burung bul-bul, murai atau merpati
yang bunyinya indah. Setiap kamar dihiasi dengan perhiasan dari zamrud, batu
merah, batu delima merah jingga, serta emas dan perak. Di dalam kamar yang begitu
indah inilah tempat tinggalnya bidadari itu. Mereka menantikan kedatangan suami
mereka dengan menyanyikan lagu-lagu rindu bagaikan orang yang sedang mabuk
cinta. Setiap kali mereka menyenandungkan lagu-lagu pujaan yang menyebut-nyebut
suami mereka setiap itu pula bangkit nafsu kecemburuan mereka.
Hadits
riwayat At-Tirmizi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : "Di
sediakan tempat untuk berkumpulnya para bidadari, dan di sana mereka bernyanyi
sangat merdu suara yang belum pernah didengar oleh manusia suara semerdu itu.
Kamilah (bidadari) yang kekal dan tak akan rusak (berubah), kamilah selalu
senang tak pernah susah, kamilah yang puas rela tak akan marah, sungguh bahagia
orang yang untuk kami dan kami untuknya."
Ketika
mereka yakni suami bidadari melintasi kawasan perkemahan di mana para bidadari
berkumpul, maka para bidadari akan menyambut kedatangan suami mereka dengan
sepenuh jiwa dan raga mereka kepadanya. Para bidadari akan melayani sebagaimana
keinginan suaminya, bahkan menggoda supaya suaminya terus bermesraan dengannya.
Para bidadari senantiasa menginginkan kehidupan di atas sprei sutera yang
lembut, dengan cadar yang berilau-kilauan, senantiasa memegang erat tangan
suaminya. Hubungan senggama bersama bidadari adalah hubungan kenikmatan tanpa merasakan
letih, berkeringat maupun kotoran berupa air mani. Seorang suami bisa menggauli
100 bidadari dalam sehari.
Bagi
mereka yang menduduki syurga 'Adn, mereka akan menduduki istana-istana yang dibuat
daripada mutiara. Di dalam setiap istana terdapat 70 buah rumah dari permata
yakut merah. Di dalam setiap rumah terdapat 70 buah kamar dari zamrut hijau. Di
dalam setiap kamar terdapat ranjang. Setiap ranjang terdapat 70 permadani dalam
berbagai warna, dan setiap permadani terdapat seorang bidadari. Mereka akan
diberi hiasan gelang dari emas, berpakaian hijau dari sutera yang bersulam
benang emas.
Ahli
syurga akan lupa akan segala kenikmatan yang mereka alami di dalam syurga ketika
mereka dikumpulkan dalam satu majlis yang agung. Majlis ini adalah puncak dari
segala kenikmatan bagi penduduk syurga karena di dalam majlis ini, mereka dapat
mendengar sendiri kalimat dari Allah subhanahu wa ta’ala, dapat melihat Dzat
Allah subhanahu wa ta’ala, dapat ridha dari Allah subhanahu wa ta’ala
dan dapat pengumuman langung bahwa mereka akan hidup kekal selamanya di dalam
syurga oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Wallahu'alam.
10]. Dalam
sebuah mafhum hadits disebutkan bahwa orang yang
memiliki iman walaupun sebesar biji dzarrah, akan dibalas oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan surga
yang luasnya/nilainya sepuluh kali lipat luas dunia. (HR. Ahmad, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dan Abu Sa`id radhiyallahu
‘anhuma)
11]. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ
نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِندَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا
فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ
“Dan (alangkah ngerinya), jika
sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya
di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya Tuhan kami, kami telah melihat
dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal
saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin". (QS. As
Sajadah : 12)
12]. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
الْأَخِلَّاءُ
يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
“Teman-teman akrab pada hari itu
sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang
bertakwa.” (QS.
Az Zukhruf : 67)
يَوْمَ
يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ وَأُمِّهِ
وَأَبِيهِ وَصَاحِبَتِهِ
وَبَنِيهِ لِكُلِّ
امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
“Pada
hari ketika manusia lari dari saudaranya, pada hari ketika manusia lari dari
saudaranya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari
itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. Abasa :
34-37)
13]. Semua
manusia dikatakan buta dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dikatakan
melihat karena hanya Rasulullah yang telah diberi penglihatan oleh Allah subhanahu
wa ta’ala kepada yang ghaib, sebagaimana ketika Rasulullah diangkat ke
langit pada peristiwa Isra’ Mi’raj, beliau diperlihatkan bagaimana kehidupan di
syurga dan neraka dan alam ghaib lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam banyak memberitahu kita melalui sabdanya yang telah sampai kepada
kita, yaitu berbagai Tahapan Perjalanan Manusia Menuju Hari Kebangkitan di
Akhirat. Setiap manusia yang mati akan mengalami tahapan sebagai berikut :
Perintah
berbaik sangka terhadap Allah ketika hampir mati
Hadis
riwayat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Jika Allah
menghendaki siksaan untuk suatu kaum, maka siksaan tersebut akan menimpa
orang-orang yang ada di tengah-tengah mereka, kemudian mereka akan dibangkitkan
sesuai dengan amalnya.” (Shahih Muslim No.5127)
Orang
mati akan diperlihatkan tempatnya kelak di surga atau neraka, kepastian siksa
kubur dan permohonan perlindungan dari siksa kubur
Hadis
riwayat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu : Bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya apabila seorang di antara kamu
sekalian mati akan diperlihatkan tempatnya setiap pagi dan sore. Jika ia
termasuk ahli surga, maka akan diperlihatkan surga, kalau termasuk ahli neraka,
maka akan diperlihatkan neraka, lalu dikatakan: Inilah tempatmu nanti bila
Allah telah membangkitkanmu di hari kiamat.” (Shahih Muslim No.5110)
Hadis
riwayat Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam keluar ketika matahari telah terbenam, kemudian beliau
mendengar sebuah suara dan bersabda : “(Itu suara) orang Yahudi yang sedang
disiksa di dalam kuburnya.” (Shahih Muslim No.5114)
Hadis
riwayat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya seorang hamba jika telah
diletakkan di dalam kuburnya dan teman-temannya sudah meninggalkannya, ia akan
mendengar suara sandal mereka. Kemudian ia didatangi dua malaikat lalu
mendudukkannya dan bertanya: Apa pendapatmu tentang lelaki ini (Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam)? Adapun orang mukmin, maka ia akan menjawab: Aku
bersaksi bahwa dia adalah seorang hamba Allah dan utusan-Nya. Maka dikatakan
kepadanya: Lihatlah tempatmu di neraka, Allah telah menggantinya dengan tempat
di surga. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan sabdanya : Maka ia
dapat melihat keduanya.” (Shahih Muslim No.5115)
Hadis
riwayat Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu : Dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, beliau membacakan firman Allah: “Allah meneguhkan iman
orang-orang mukmin dengan ucapan yang teguh. Kemudian beliau bersabda: Ayat ini
turun mengenai siksa kubur. Ditanyakan kepada orang mukmin: Siapakah Tuhanmu?
Ia menjawab: Tuhanku Allah dan nabiku Muhammad Shallallahu alaihi wassalam.
Itulah yang dimaksudkan dengan firman Allah: Allah meneguhkan iman orang-orang
mukmin dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan dunia dan akhirat.” (Shahih
Muslim No.5117)
Alam
Barzakh
Di
alam barzakh ada adzab dan nikmat kubur (barzakh). Nikmat tersebut merupakan nikmat
yang hakiki, begitu pula adzabnya. Pertanyaan (fitnah) kubur itu berlaku
terhadap ruh dan jasad manusia baik orang mukmin maupun kafir. Dalam sebuah
hadits shahih disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu
berlindung kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari siksa kubur. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan sebagian dari pelaku maksiat
yang akan mendapatkan adzab kubur, diantaranya mereka yang :
a.
Suka mengadu domba
b.
Suka berbuat ghulul
c.
Berbuat kebohongan
d.
Membaca Al Qur’an tetapi tidak
melaksanakan apa yang diperintahkan dan yang dilarang dalam Al’Qur’an
e.
Melakukan zina
f.
Memakan riba
g.
Tidak bersuci setelah buang air kecil,
sehingga masih bernajis
Adapun
yang dapat menyelamatkan seseorang dari siksa kubur adalah Shalat wajib, shaum,
zakat, Dan perbuatan baik berupa kejujuran, menyambung silaturahim, segala
perbuatan yang ma’ruf dan berbuat baik kepada manusia, juga berlindung kepada
Allah subhanahu wa ta’ala dari adzab kubur.
Peristiwa di Alam Kubur
Diriwayatkan
dari Anas radhiyallahu ‘anhu : Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam
pernah bersabda, “Ketika manusia berbaring di dalam kuburnya dan para
sahabatnya pulang, ia mendengar langkah kaki mereka. Dua malaikat datang
kepadanya, menyuruhnya duduk dan bertanya kepadanya; apa yang pernah kau
katakan tentang Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam? Ia akan
berkata: aku bersaksi bahwa Ia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Kemudian akan
dikatakan padanya, “lihatlah tempatmu di neraka, Allah telah menukarnya dengan
dengan sebuah tempat di surga karena itu”. Kemudian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam
menambahkan, “orang itu akan melihat kedua tempat itu. Tetapi orang kafir atau
munafik akan berkata kepada dua malaikat itu, “aku tidak tahu, tetapi aku
mengatakan apa yang dikatakan orang-orang!”. Akan dikatakan kepadanya, “kau
tidak tahu tetapi kau tidak mengambil petunjuk (dengan mengikuti Al Quran).
Kemudian ia akan dipukuli dengan palu besi di antara dua telinga nya, ia akan
menjerit dan jeritannya terdengar oleh apa pun yang ada di dekatnya, kecuali
manusia dan jin.”
Nikmat Kubur
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, berjalan melewati salah satu kebun di kota Madinah,
lalu Beliau shallallahu
‘alaihi wasallam mendengar
suara dua orang yang sedang disiksa di dalam kubur, lalu Beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Keduanya
sedang disiksa, dan keduanya disiksa karena perbuatan dosa besar. Salah seorang
dari keduanya tidak menjaga kebersihan dirinya dari air kencing dan yang
lainnya senantiasa namimah ( mengadu domba ). H.R. Al Bukhari (no.216 dan no. 218) dengan lafadz “ Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, melewati dua kuburan. “ Lihat Fathul Baari
(I/ 317) dan Muslim (no. 292). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan ummatnya untuk senantiasa berdo’a
memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala dari adzab kubur di setiap akhir
tasyahud sebelum salam ketika shalat. Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari
adzab jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah hidup dan mati, serta dari
kejahatan fitnah al Masih ad Dajjal.” (H.R. Muslim (no. 588 (128)) dari
sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
'Aisyah radhiallahu anha menyatakan: "Sejak
itu saya tidak melihat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam mengerjakan
suatu shalat melainkan beliau pasti meminta perlindungan dari adzab
kubur." (HR. Al-Bukhari)
Dalam Shahih Muslim, Zaid bin Tsabit radhiyallahu
‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
: “Kalau tidak karena kalian saling mengubur (orang yang mati) pasti aku memohon
kepada Allah agar memperdengarkan siksa kubur kepada kalian yang saya
mendengarnya”. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
menghadapkan wajahnya seraya berkata : “Mohonlah perlindungan kepada Allah
dari siksa
Neraka”. Para sahabat berkata, “Kami memohon perlindungan kepada Allah dan siksa Neraka”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berkata lagi, “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur”. Para sahabat berkata, “Kami memohon perlindungan Allah dari siksa kubur.” Lalu beliau berkata lagi. “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari berbagai fitnah baik yang tampak
maupun yang tidak tampak”. Para sahabat lalu berkata, “Kami memohon perlindungan kepada Allah dari berbagai fitnah baik yang tampak maupun yang tidak tampak”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata lagi. “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal”. Para sahabat berkata, “Kami mohon perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal”. [Hadits Riwayat Muslim]
Neraka”. Para sahabat berkata, “Kami memohon perlindungan kepada Allah dan siksa Neraka”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berkata lagi, “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur”. Para sahabat berkata, “Kami memohon perlindungan Allah dari siksa kubur.” Lalu beliau berkata lagi. “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari berbagai fitnah baik yang tampak
maupun yang tidak tampak”. Para sahabat lalu berkata, “Kami memohon perlindungan kepada Allah dari berbagai fitnah baik yang tampak maupun yang tidak tampak”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata lagi. “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal”. Para sahabat berkata, “Kami mohon perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal”. [Hadits Riwayat Muslim]
Dari Al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu
dikatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang orang
mukmin jika dapat menjawab pertanyaan dua malaikat di dalam kuburnya. Sabdanya,
“Ada suara dari langit, “Hamba-Ku memang benar. Oleh karenanya, berilah dia
alas dari Surga” Lalu datanglah kenikmatan dan keharuman dan Surga, dan
kuburnya dilapangkan
sejauh pandangan mata….” [Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud, dalam hadits yang panjang]
sejauh pandangan mata….” [Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud, dalam hadits yang panjang]
Sifat
hari kiamat
Kehancuran
dunia dan manusia kelak akan dikumpulkan di hari kiamat
Hadis
riwayat Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Pada hari kiamat manusia akan dikumpulkan
dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang dan tidak berkhitan. Aku bertanya:
Wahai Rasulullah, kaum wanita dan lelaki semuanya akan saling memandang satu
sama lain? Beliau bersabda: Wahai Aisyah, keadaan saat itu lebih menegangkan
sehingga mereka tidak akan saling memandang satu sama lain.” (Shahih Muslim
No.5102)
Hadis
riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu : Bahwa ia mendengar Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam berkhutbah dan berkata : “Sesungguhnya kalian akan
menemui Allah dengan berjalan kaki, tidak beralas kaki, telanjang dan tidak
berkhitan.” (Shahih Muslim No.5103)
Hadis
riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu : Dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, beliau bersabda : “Manusia akan dikumpulkan dalam tiga
kelompok yang penuh harap dan rasa takut dan dua orang di atas satu unta, tiga
orang di atas satu unta, empat orang di atas satu unta serta sepuluh orang di
atas satu unta. Dan sisa mereka akan dikumpulkan bersama api neraka di mana
setiap siang, malam, pagi dan sore hari selalu bersama mereka di mana saja
mereka berada.” (Shahih Muslim No.5105)
Hadis
riwayat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu : Dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam tentang ayat : Yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan
semesta, beliau bersabda : “Seorang dari mereka berdiri dalam air
keringatnya yang mencapai pertengahan kedua telinganya.” (Shahih Muslim
No.5106)
Hadis
riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu : Bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Pada hari kiamat nanti air keringat akan
mengalir di tanah sepanjang tujuh puluh depa dan akan menggenang setinggi mulut
atau setinggi telinga mereka. Tsaur (perawi hadis) meragukan mana yang
disebutkan Nabi.” (Shahih Muslim No.5107)
Peniupan
Sangkakala
Sangkakala
adalah terompet yang ditiup oleh malaikat Israfil yang menunggu kapan
diperintahkan Allah subhanahu wa ta’ala. Tiupan yang pertama akan
mengejutkan manusia Dan membinasakan mereka dengan kehendak Allah subhanahu
wa ta’ala, seperti dijelaskan pada Al Qur’an :
وَنُفِخَ فِي
الصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَن شَاءَ
اللَّهُ ۖ...
“Dan
ditiuplah sangkakala maka matilah semua yang di langit Dan di bumi, kecuali apa
yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wa ta’ala …”( QS. Az Zumar : 68
).
Tiupan
ini akan mengguncang seluruh alam dengan guncangan yang keras dan hebat
sehingga merusak seluruh susunan alam yang sempurna ini. Ia akan membuat gunung
menjadi rata, bintang bertabrakan, matahari akan digulung, lalu hilanglah
cahaya seluruh benda-benda di alam semesta. Setelah itu keadaan alam semesta
kembali seperti awal penciptaannya.
Allah
subhanahu wa ta’ala menggambarkan kedahsyatan saat kehancuran tersebut
sebagaimana firman-Nya :
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ
إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ يَوْمَ
تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ
حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَىٰ وَمَا هُم بِسُكَارَىٰ وَلَـٰكِنَّ
عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ
”Hai
manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu
adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari
(ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui
anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang
hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka
tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangat keras” (QS.Al Hajj:1-2).
Sedangkan
pada tiupan sangkakala yang kedua adalah tiupan untuk membangkitkan seluruh
manusia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَنُفِخَ فِي
الصُّورِ فَإِذَا هُم مِّنَ الْأَجْدَاثِ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يَنسِلُونَ
“Dan
tiupan sangkakala (kedua), maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari
kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka.“ (QS. Yaa Siin : 51).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kemudian ditiuplah
sangkakala, dimana tidak seorangpun tersisa kecuali semuanya akan dibinasakan.
Lalu Allah menurunkan hujan seperti embun atau bayang-bayang, lalu tumbuhlah
jasad manusia. Kemudian sangkakala yang kedua ditiup kembali, Dan manusia pun
bermunculan (bangkit) Dan berdiri”. (HR. Muslim).
Hari
Berbangkit
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
يَوْمَ
يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوا ۚ
أَحْصَاهُ اللَّهُ وَنَسُوهُ ۚ
وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Pada
Hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakannya kepada
mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) perbuatan
itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha menyaksikan segala
sesuatu”.
(QS. Al Mujadilah : 6).
Padang
Mahsyar
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
يَوْمَ
تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ ۖ
وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
“(Yaitu)
pada Hari (ketika ) bumi diganti dengan bumi yang lain Dan (demikian pula)
langit Dan mereka semuanya di padang Mahsyar berkumpul menghadap ke hadirat
Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”. (QS. Ibrahim : 48).
Hasr
adalah pengumpulan seluruh mahluk pada Hari kiamat untuk dihisap dan diambil
keputusannaya. Lamanya di Padang Mahsyar adalah satu Hari yang berbanding
50.000 tahun di dunia. Allah berfirman:
تَعْرُجُ
الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ
أَلْفَ سَنَةٍ
“Malaikat-malaikat
Dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya 50.000
tahun.” (QS.
Al Maarij : 4).
Karena
amat lamanya Hari itu, manusia merasa hidup mereka di dunia ini hanya seperti
satu jam saja.
وَيَوْمَ
يَحْشُرُهُمْ كَأَن لَّمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِّنَ النَّهَارِ…
“Dan
(ingatlah) akan Hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka
merasa di Hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali
hanya sesaat saja di siang Hari…” (QS. Yunus : 45).
وَيَوْمَ
تَقُومُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَا لَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ ۚ...
“Dan
pada Hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, bahwa
mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat saja…” (QS. Ar Ruum : 55).
Adapun
orang yang beriman merasakan lama pada Hari itu seperti waktu antara dhuhur dan
ashar saja. Subhanallah. Keadaan orang kafir saat itu sebagaimana
firman-Nya.
يُبَصَّرُونَهُمْ ۚ
يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ وَفَصِيلَتِهِ
الَّتِي تُؤْوِيهِ وَمَن
فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ يُنجِيهِ
”Orang
kafir ingin seandainya ia dapat menebus dirinya dari adzab hari itu dengan
anak-anaknya, dengan istri serta saudaranya, dan kaum familinya yang
melindunginya ketika di dunia, dan orang-orang di atas bumi seluruhnya,
kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya”. (QS. Al Ma’arij : 11-14).
Syafa’at
Syafaat
ini khusus hanya untuk umat Muslim, dengan syarat tidak berbuat syirik besar
yang menyebabkan kepada kekafiran. Adapun bagi orang musyrik, kafir dan
munafik, maka tidak Ada syafaat bagi mereka. Syafaat ini diberikan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam kepada umat Muslim (dengan izin dari Allah subhanahu wa
ta’ala).
Hisab
Pada
tahap (fase) ini, Allah subhanahu wa ta’ala menunjukkan amal-amal yang
mereka perbuat dan ucapan yang mereka lontarkan, serta segala yang terjadi
dalam kehidupan dunia baik berupa keimanan, keistiqomahan atau kekafiran. Setiap
manusia berlutut di atas lutut mereka.
وَتَرَىٰ
كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً ۚ
كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَىٰ إِلَىٰ كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنتُمْ
تَعْمَلُونَ
“Dan
kamu lihat tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya . Pada
hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Jatsiah : 28).
Umat
yang pertama kali dihisab adalah ummat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Kita ummat yang terakhir tapi yang pertama dihisab. Yang pertama
kali dihisab dari hak-hak Allah pada seorang hamba adalah shalatnya, sedang
yang pertama kali diadili diantara manusia adalah urusan darah.
Allah
subhanahu wa ta’ala mengatakan kepada orang kafir :
…وَلَا
تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ ۚ…
“...Dan
kamu tidak melakukan suatu pekerjaan melainkan Kami menjadi saksi atasmu
diwaktu kamu melakukannya”…(QS. Yunus : 61). Seluruh anggota badan
juga akan menjadi saksi.
Allah
bertanya kepada hamba-Nya tentang apa yang telah ia kerjakan di dunia :
فَوَرَبِّكَ
لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ عَمَّا
كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Maka
demi Rabbmu, kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang akan mereka
kerjakan dahulu”.
(QS. Al Hijr : 92-93).
Seorang
hamba akan ditanya tentang hal : umurnya, masa mudanya, hartanya dan amalnya
dan akan ditanya tentang nikmat yang ia nikmati.
Penghitungan
amal perbuatan (hisab)
Hadis
riwayat Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Barang siapa yang dihisab pada hari kiamat,
maka ia akan disiksa. Aku bertanya: Bukankah Allah berfirman: Maka dia akan
diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah. Beliau menjawab: Yang demikian
bukanlah hisab, tapi itu hanyalah sekedar berdiri di hadapan Allah karena
barang siapa yang diperiksa perhitungan amalnya di hari kiamat, maka ia akan
disiksa.” (Shahih Muslim No.5122)
Pembagian
Catatan Amal
Pada
detik-detik terakhir hari perhitungan, setiap hamba akan diberi kitab (amal)
nya yang mencakup lembaran-lembaran yang lengkap tentang amalan yang telah ia
kerjakan di dunia. Al Kitab di sini merupakan lembaran-lembaran yang berisi
catatan amal yang ditulis oleh malaikat yang ditugaskan oleh Allah subhanahu
wa ta’ala. Manusia yang baik amalnya selama di dunia, akan menerima catatan
amal dari sebelah kanan. Sedangkan manusia yang jelek amalnya akan menerima
catatan amal dari belakang dan sebelah kiri, seperti pada firman Allah berikut
ini :
فَأَمَّا مَنْ
أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا
يَسِيرًا وَيَنقَلِبُ
إِلَىٰ أَهْلِهِ مَسْرُورًا وَأَمَّا
مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ فَسَوْفَ
يَدْعُو ثُبُورًا وَيَصْلَىٰ
سَعِيرًا
“Adapun
orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa
dengan pemeriksaan yang mudah, dan ia akan kembali kepada kaumnya (yang
sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari
belakang, maka ia akan berteriak : “celakalah aku”, dan ia akan masuk ke dalam
api yang menyala-nyala (neraka)”. (QS. Al Insyiqaq : 8-12).
وَأَمَّا مَنْ
أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ يَا لَيْتَهَا كَانَتِ
الْقَاضِيَةَ مَا
أَغْنَىٰ عَنِّي مَالِيَهْ ۜ هَلَكَ
عَنِّي سُلْطَانِيَهْ خُذُوهُ
فَغُلُّوهُ ثُمَّ
الْجَحِيمَ صَلُّوهُ
“Adapun
orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia
berkata:”wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini),
dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.Wahai kiranya kematian
itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.Hartaku sekali-kali tidak memberi
manfaat kepadaku.Telah hilang kekuasaanku dariku” (Allah berfirman) :
“Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya”, kemudian masukkanlah
dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala”. (QS. Al Haqqah : 25-31).
Mizan
Mizan
adalah apa yang Allah letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan
hamba-hamba-Nya. Allah berfirman :
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ
لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا ۖ وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا
بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَاسِبِينَ
“Dan
kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah seorang
dirugikan walau sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun
pasti Kami mendatangkan (pahala)nya.Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat
perhitungan”.
(QS. Al Anbiya : 47)
Setelah
tahapan Mizan ini, bagi yang kafir, dan mereka yang melakukan perbuatan syirik
akan masuk neraka. Sedangkan ummat muslim lainnya, akan melalui tahap
selanjutnya yaitu Telaga
Telaga
Umat
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam akan mendatangi air pada telaga tersebut.
Barang siapa minum dari telaga tersebut maka ia tidak akan haus selamanya.
Setiap Nabi mempunyai telaga masing-masing. Telaga Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam lebih besar, lebih agung dan lebih luas dari yang lain,
sebagaimana sabdanya : “Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai telaga dan
sesungguhnya mereka berlomba untuk mendapatkan lebih banyak pengikutnya di
antara mereka dan sesungguhnya Nabi Muhammad mngharapkan agar menjadikan
pengikutnya yang lebih banyak.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Setelah
Telaga, umat muslim akan ke tahap selanjutnya yaitu tahap Ujian Keimanan
Seseorang. Perlu dicatat bahwa orang kafir dan orang yang berbuat syirik sudah
masuk neraka (setelah tahap Mizan, seperti dijelaskan di atas).
Ujian
Keimanan Seseorang
Selama
di dunia, orang munafik terlihat seperti orang beriman karena mereka
menampakkan keislamannya. Pada fase inilah kepalsuan iman mereka akan
diketahui, diantaranya cahaya mereka redup. Mereka tidak mampu bersujud
sebagaimana sujudnya orang mukmin. Saat digiring, orang-orang munafik ini
merengek-rengek agar orang-orang mukmin menunggu dan menuntun jalannya. Karena
saat itu benar-benar gelap dan tidak ada petunjuk kecuali cahaya yang ada pada
tubuh mereka.
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
يَوْمَ
يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ آمَنُوا انظُرُونَا نَقْتَبِسْ
مِن نُّورِكُمْ قِيلَ ارْجِعُوا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوا نُورًا فَضُرِبَ
بَيْنَهُم بِسُورٍ لَّهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِن
قِبَلِهِ الْعَذَابُ
”Pada
hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang
beriman : “Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu”. Dikatakan
(kepada mereka) : ”Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya
(untukmu)”.Lalu diadakan diantara mereka dinding yang mempunyai pintu.Di
sebelah dalamnya ada rahmat da di sebelah luarnya dari situ ada siksa.” (QS. Al Hadid : 13).
Setelah
ini umat muslim yang lolos sampai tahap Ujian Keimanan Seseorang ini, akan
melalui Shirat.
Shirath
Shirath
adalah jembatan yang dibentangkan di atas neraka jahannam, untuk diseberangi
orang-orang mukmin menuju Jannah (Surga).
Beberapa
Hadits tentang Shirath
Sesungguhnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang Shirath,
maka beliau bersabda :
“Tempat
menggelincirkan, di atasnya ada besi penyambar dan pengait dan tumbuhan berduri
yang besar, ia mempunyai duri yang membahayakan seperti yang ada di Najd yang
disebut pohon Sud’an.” (HR. Muslim)
“Telah
sampai kepadaku bahwasanya shirath itu lebih tipis dari rambut dan lebih tajam
dari pedang”.
(HR. Muslim)
“Ada
yang melewati shirath laksana kejapan mata dan ada yang seperti kilat, ada yang
seperti tiupan angina, ada yang terbang seperti burung dan ada yang menyerupai
orang yang mengendarai kuda, ada yang selamat seratus persen, ada yang
lecet-lecet dan ada juga yang ditenggelamkan di neraka jahannam”. (HR. Bukhari Muslim)
Yang
paling pertama menyebarangi shirath adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam dan para pemimpin ummat beliau. Beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Aku dan umatku yang paling pertama yang
diperbolehkan melewati shirath dan ketika itu tidak ada seorangpun yang bicara,
kecuali Rasul Dan Rasul berdo’a ya Allah selamatkanlah, selamatkanlah.” (HR.
Bukhari).
Bagi
umat muslim yang berhasil melalui shirath tersebut, akan ke tahap selanjutnya
jembatan
Jembatan
Jembatan
disini, bukan shirath yang letaknya di atas neraka jahannam. Jembatan ini
dibentangkan setelah orang mukmin berhasil melewati shirath yang berada di atas
neraka jahannam.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Seorang mukmin akan
dibebaskan dari api neraka, lalu mereka diberhentikan di atas jembatan antara
Jannah(surga) dan neraka, mereka akan saling diqhisash antara satu sama lainnya
atas kezhaliman mereka di dunia. Setelah mereka bersih dan terbebas dari
segalanya, barulah mereka diizinkan masuk Jannah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad
ditangan-Nya, seorang diantara kalian lebih mengenal tempat tinggalnya di
jannah daripada tempat tinggalnya di dunia”. (HR. Bukhari).
Syurga
Di
surga terdapat sebatang pohon yang luas bayangannya tidak dapat ditempuh selama
seratus tahun berkendaraan
Hadits
riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, beliau bersabda : Allah berfirman : “Aku sediakan
untuk hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata dan
tidak pernah didengar oleh telinga serta tidak terbesit dalam hati manusia.
Bukti kebenaran itu terdapat dalam Alquran: Seorang pun tidak mengetahui apa
yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan
pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”
(Shahih Muslim No.5050)
Hadits
riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu : Dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya di dalam surga
itu terdapat sebatang pohon di mana seorang pengendara (harus) menempuh luas
bayangannya selama seratus tahun.” (Shahih Muslim No.5054)
Hadits
riwayat Sahal bin Saad radhiyallahu ‘anhu : Dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Sesungguhnya di dalam surga itu
terdapat sebatang pohon di mana (jika) seorang pengendara berjalan di bawah
bayangannya selama seratus tahun, ia tidak dapat menempuhnya.” (Shahih
Muslim No.5055)
Hadits
riwayat Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu : Dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, beliau bersabda : “Sesungguhnya di dalam surga
terdapat sebatang pohon di mana (jika) seseorang menunggang kuda terlatih yang
berlarinya selama seratus tahun tidak dapat menempuh luas bayangannya.”
(Shahih Muslim No.5056)
Diturunkannya
keridhaan Allah kepada penghuni surga, maka Dia tidak akan murka kepada mereka
selamanya
Hadits
riwayat Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu : Bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya Allah berfirman kepada
penghuni surga : Hai penghuni surga! Mereka menjawab: Kami penuhi seruan-Mu
wahai Tuhan kami, dan segala kebaikan ada di sisi-Mu. Allah melanjutkan :
Apakah kalian sudah merasa puas? Mereka menjawab: Kami telah merasa puas wahai
Tuhan kami, karena Engkau telah memberikan kami sesuatu yang tidak Engkau
berikan kepada seorang pun dari makhluk-Mu. Allah bertanya lagi: Maukah kalian
Aku berikan yang lebih baik lagi dari itu? Mereka menjawab: Wahai Tuhan kami,
apa yang lebih baik dari itu? Allah menjawab: Akan Aku limpahkan keridaan-Ku
atas kalian sehingga setelah itu Aku tidak akan murka kepada kalian untuk
selamanya.” (Shahih Muslim No.5057)
Penghuni
surga saling melihat penghuni ghurfah (tempat yang tinggi di surga) seperti
bintang yang terlihat di langit
Hadits
riwayat Sahal bin Saad radhiyallahu ‘anhu : Bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya penghuni surga akan melihat
ghurfah (tempat yang tinggi) di surga sebagaimana kalian melihat bintang di
langit.” (Shahih Muslim No.5058)
Rombongan
yang pertama kali masuk surga itu seperti bulan purnama, sifat mereka dan
pasangan mereka
Hadits
riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Abul Qasim shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya rombongan yang pertama kali memasuki
surga itu bagaikan bulan purnama, kemudian rombongan berikutnya seperti bintang
yang terang-benderang di langit. Masing-masing mereka berpasangan dua orang
yang sumsum betisnya terlihat dari dalam daging dan di dalam surga tidak ada
seorangpun yang tidak berpasangan.” (Shahih Muslim No.5062)
Sifat
kemah-kemah surga dan anggota rumah tangga orang mukmin di dalamnya
Hadits
riwayat Abu Musa Al-Asy`ari radhiyallahu ‘anhu: Dari Nabi shallallahu
alaihi wasaalam, beliau bersabda : “Sesungguhnya seorang mukmin
mempunyai sebuah kemah di dalam surga yang terbuat dari satu mutiara yang
berlubang, panjangnya enam puluh mil, dan orang seorang mukmin juga memiliki
keluarga di dalamnya yang akan ia kunjungi padahal sebagian mereka tidak pernah
melihat sebagian yang lain.” (Shahih Muslim No.5070)
Kaum
yang akan masuk surga, hati mereka seperti hati burung
Hadis
riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Allah menciptakan Adam dalam bentuknya
setinggi enam puluh hasta. Setelah menciptakannya, Allah berkata : Pergilah dan
ucapkanlah salam kepada kelompok itu, yaitu beberapa malaikat yang sedang
duduk, dan dengarkanlah apakah jawaban mereka karena itulah ucapan selamat
untukmu dan keturunanmu. Maka Adam pergi menghampiri lalu mengucapkan: “Semoga
keselamatan menyertai kalian”. Mereka menjawab: “Semoga keselamatan dan rahmat
Allah menyertai kalian”. Mereka menambahkan “rahmat Allah”. Maka setiap orang
yang memasuki surga itu seperti bentuk Adam yang tingginya enam puluh hasta.
Seluruh makhluk setelah Adam terus berkurang tingginya sampai sekarang.”
(Shahih Muslim No.5075)
Neraka
Panas
dan dalamnya neraka Jahanam serta bagian tubuh yang dibakar api neraka
Hadis
riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu : Bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Api kalian yang dinyalakan anak-cucu Adam
adalah sepertujuh puluh dari panas api Jahanam. Para sahabat berkata: Demi
Allah, bila sepanas ini saja sudah cukup wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Beliau bersabda: Sesungguhnya panas api tersebut masih tersisa
sebanyak enam puluh sembilan bagian, panas masing-masing sama dengan api ini.”
(Shahih Muslim No.5077)
Neraka
akan dihuni para penindas dan surga akan dihuni orang-orang yang lemah
Hadis
riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Neraka dan surga saling berdebat, lalu
neraka berkata: Aku dimasuki oleh orang-orang yang suka menindas dan sombong.
Surga berkata: Aku dimasuki oleh orang-orang yang lemah dan miskin. Lalu Allah
berfirman kepada neraka: Kamu adalah siksa-Ku, Aku menyiksa denganmu siapa yang
Aku kehendaki. (Atau Allah berfirman: Aku menimpakan bencana denganmu kepada
orang yang Aku kehendaki). Dan Allah berfirman kepada surga: Kamu adalah
rahmat-Ku, Aku limpahkan rahmat berupa kamu kepada siapa yang Aku kehendaki.
Dan masing-masing kamu memiliki penghuninya sampai penuh.” (Shahih Muslim
No.5081)
Hadis
riwayat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu: Bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Neraka Jahanam selalu berkata: Apakah masih
ada tambahan? Sehingga Allah Maha Suci lagi Maha Tinggi meletakkan telapak
kaki-Nya, lalu Jahanam berkata: Cukup, cukup! Demi keagungan-Mu! Dan
sebagiannya dikumpulkan kepada sebagian yang lain.” (Shahih Muslim No.5084)
Hadis
riwayat Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Pada hari kiamat, maut akan didatangkan
seperti seekor biri-biri yang berwarna keputih-putihan. (Abu Kuraib dalam
periwayatannya menambahkan: Lalu dihentikan di antara surga dan neraka.
Kemudian keduanya sepakat tentang isi hadis selanjutnya.) Kemudian diserukan:
Wahai ahli surga, apakah kalian mengenal ini? Lalu mereka menjulurkan leher
untuk melihat ke arah sang penyeru, kemudian menjawab: Ya, itu adalah maut!
Kemudian diserukan lagi: Wahai ahli neraka, apakah kamu sekalian mengenal ini?
Lalu mereka menjulurkan leher untuk melihat dan menjawab: Ya, itu adalah maut!
Kemudian diperintahkan agar maut (kambing) itu disembelih, lalu diserukan lagi:
Wahai ahli surga, keabadian yang tidak akan ada kematian lagi! Wahai ahli
neraka, keabadian yang tidak akan ada kematian lagi! Kemudian Rasulullah
Shallallahu alaihi wassalam. membacakan ayat: Dan berilah mereka peringatan
tentang hari penyesalan, yaitu ketika segala perkara telah diputus dan mereka
dalam kelalaian dan mereka tidak pula beriman. Kemudian beliau menunjuk dunia
dengan tangan beliau.” (Shahih Muslim No.5087)
Hadis
riwayat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu: Bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Allah memasukkan ahli surga ke dalam surga
dan ahli neraka ke dalam neraka, kemudian seorang penyeru berdiri di antara
mereka dan berseru: Wahai ahli surga, tidak ada kematian. Wahai ahli neraka,
tidak ada kematian. Masing-masing kekal abadi di tempatnya.” (Shahih Muslim
No.5088)
Hadis
riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Gigi geraham atau gigi taring orang kafir
itu sebesar gunung Uhud dan kekasaran kulitnya adalah sejauh perjalanan tiga
hari.” (Shahih Muslim No.5090)
Hadis
riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu : Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Jarak antara kedua bahu orang kafir di
neraka itu sejauh perjalanan tiga hari dengan kendaraan yang cepat.”
(Shahih Muslim No.5091)
Hadis
riwayat Haritsah bin Wahab radhiyallahu ‘anhu : Bahwa ia mendengar Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Maukah kalian aku beritahu tentang ahli
surga? Para sahabat berkata: Mau. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam.
bersabda: Yaitu setiap orang yang lemah dan melemahkan diri, seandainya ia
bersumpah demi Allah, pasti akan dilaksanakan. Kemudian beliau bertanya lagi:
Inginkah kamu sekalian aku beritahukan tentang ahli neraka? Mereka menjawab:
Mau. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Yaitu setiap orang yang
kejam, bengis dan sombong.” (Shahih Muslim No.5092)
Hadis
riwayat Abdullah bin Zam`ah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pernah berkhutbah lalu menyebut seekor unta (milik Nabi
Saleh) dan menyebutkan orang yang menyembelihnya kemudian membaca ayat: “Ketika
bangkit orang yang paling celaka di antara mereka. Yang bangkit untuk membunuh
unta itu adalah seorang yang terhormat di kalangan kaumnya, perusak dan kejam
terhadap keluarganya, seperti Abu Zam`ah. Kemudian beliau juga menyebutkan kaum
wanita dan memberikan nasihat untuk menghadapi mereka dan bersabda: Untuk apa
seorang di antara kalian memukul istrinya.” (Shahih Muslim No.5095)
Hadis
riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Aku melihat Amru bin Luhai bin Qamaah bin
Khindif, yakni nenek moyang Bani Kaab menarik ususnya di dalam neraka.”
(Shahih Muslim No.5096)
Kita
mengetahui bagaimana Allah telah memuliakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, dengan memberitahukan kehidupan alam ghaib yang mana manusia
tidak akan mengetahui selain dari apa yang diberitakan melalui Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Oleh karena itu tidak ada jalan lain untuk mengetahui
kehendak Allah hanya dengan mengikuti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, sehingga kebahagian, kesuksesan dan kejayaan kita hanya
dengan mencontoh 100 % kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
14]. Bangsa
Israel dan Yahudi adalah berbeda. Israel adalah nama lain
bagi Nabi Ya’kub ‘alaihis salam. Jadi keseluruhan keturunan Nabi Ya’kub ‘alaihis
salam digelari Bani Israel. Makna 'Israel' dalam bahasa Ibrani artinya
'Hamba Allah' atau 'Tentara Allah'.
Yahudi adalah merupakan
gelar yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala kepada orang-orang kafir
Bani Israel yang memusuhi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Bangsa Yahudi memang ingin dikenali sebagai Bani Israel untuk membersihkan kesan
dan sejarah kekufuran mereka. Hakikatnya, mereka hanya sekumpulan manusia yang
terdiri daripada berbagai bangsa dan mengamalkan peradaban dan budaya Bani
Israel.
Dari
keturunan Nabi Ishak ‘alaihis salam inilah lahirnya keturunan Bani
Israel. Di mana ia bermula dari keturunan Nabi Ya’kub ‘alaihis salam dan
anak-anaknya sebanyak 12 orang yaitu : Rawbin, Syanum, Levi, Yahuda, Yasakir,
Zabulon, Nabi Yusuf ‘alaihis salam, Bunyamin, Daan, Naftali, Jad dan
Asin. Sedangkan dari keturunan Nabi Ismail ‘alaihis salam lahir
keturunan Arab sampai kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dari
keturunan Nabi Ya’kub ‘alaihis salam lahirnya nabi-nabi dan rasul diantaranya
Nabi Yusuf ‘alaihis salam, Nabi Musa ‘alaihis salam, Nabi Harun ‘alaihis
salam, Nabi Ilyas ‘alaihis salam, Nabi Ilyasa' ‘alaihis salam,
Nabi Daud ‘alaihis salam, Nabi Sulaiman ‘alaihis salam, Nabi
Zakaria ‘alaihis salam, Nabi Yahya ‘alaihis salam, Nabi Yunus ‘alaihis
salam dan Nabi Isa ‘alaihis salam.
Penindasan
dan Eksodus
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَإِذْ قَالَ
مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ أَنجَاكُم مِّنْ
آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ وَيُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ
وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ ۚ
وَفِي ذَٰلِكُم بَلَاءٌ مِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمٌ
“Dan
(ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Ingatlah ni'mat Allah
atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari (Fir'aun dan) pengikut-pengikutnya,
mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak
laki-lakimu, membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; dan pada yang demikian itu
ada cobaan yang besar dari Tuhanmu". (QS. Ibrahim : 6)
Penindasan
Fir’aun atas Bani Israel begitu hebat, hingga Allah sendiri menggunakan
kalimat, “..mereka menyiksa kalian dengan siksa yang pedih…Pada yang demikian
itu ada cobaan yang besar dari Tuhan” (QS. Ibrahim : 6)
Penindasan
tidak hanya berupa fisik dengan menjadikan mereka budak tetapi juga berlanjut
terhadap generasi mereka. Fir’aun dalam sejarah yang masyhur ia adalah Ramses
II, juga memerintahkan untuk membunuh anak laki-laki Bani Israel dan para
perempuannya dipermalukan. Dalam konteks modern, mempermalukan perempuan
berarti dijadikan pelacur atau dijadikan obyek senonoh dalam bentuk tarian
setengah telanjang atau dijadikan pelayan dengan pakaian setengah telanjang.
Itu
semua dilakukan oleh Fir’aun tanpa ampun. Setelah lama menjadi budak, kira-kira
hampir 400 tahun lamanya, Bani Israel pun akhirnya mendapatkan seorang penolong
yang pernah menjadi anak angkat Fir’aun sendiri yaitu Musa. Nama Musa sendiri
adalah dari bahasa Kopti tua, gabungan di antara dua kata, Mu dan Sa. Mu
artinya air dan Sa artinya pohon. Jadi Musa berarti pohon air. Demikian yang
penulis nukil dari tafsir Al Azhar milik ulama panutan penulis, Buya Hamka di
juz ke-9.
Horus,
salah satu Dewa Mesir.
Kini dipakai menjadi simbol negara termasuk Indonesia
Kini dipakai menjadi simbol negara termasuk Indonesia
Beliau
dinamai demikian (dengan nama Musa) sebab di waktu bayi beliau dilemparkan oleh
ibunya ke sungai Nil dengan diletakkan di dalam sebuah peti kayu, lalu dipungut
oleh puteri Fir’aun kemudian dipelihara yang oleh Allah menjadikan Musa “the
enemy of Firaun’s enemy”. Singkat kata, setelah adu kekuatan antara sihir
dan mukjizat Allah di hadapan seluruh rakyat Mesir, Fir’aun semakin gusar akan
kehadiran Nabi Musa di Mesir dengan misinya : Pembebasan Bani Israel. Kegusaran
Fir’aun bukan hanya terletak pada tiada artinya kekuasaanya di mata Nabi Musa
akan halnya ia sebagai Tuhannya bangsa Mesir, tetapi juga akan tiadanya Bani
Israel di tanah Mesir.
Apalah
artinya seorang raja diraja tanpa budak belian yang hina? Tidak ada seorang pun
yang jadi raja jika tidak ada yang menjadi budak. Prinsip sederhana ini
merupakan alasan Fir’aun untuk tidak melepaskan Bani Israel dari tanah Mesir.
Bani Israel dihina tapi juga dibutuhkan. Bani Israel ditindas tapi juga berguna
atas nama pembangunan. Sebuah kisah klasik hingga di zaman modern: suatu bangsa
ditindas akan hak-haknya tapi dibutuhkan dalam perekonomian atas nama Negara.
Kita dapat melihatnya sekarang maka kaum buruh dengan upah yang murah tapi
tidak diperhatikan akan hak-haknya. Meski demikian, para buruh tersebut sangat
dibutuhkan untuk menggerakkan roda perekonomian Negara. Menjadi budak di Negara
sendiri? Boleh jadi demikian.
Kembali
ke nasib Bani Israel. Pembangunan piramid dan bangunan besar lainnya di Mesir
pastilah membutuhkan tenaga yang banyak tapi murah dari ongkos kas negara. Dan
itu jelas didapatkan dari tenaga Bani Israel. Sebuah bangsa yang begitu besar
populasinya semenjak dinasti Hyksos. Maka Allah mengurus Nabi Musa ‘alaihis
salam untuk membebaskan Bani Israel dari perbudakan. Pembaca yang budiman,
pembebasan Nabi Musa ini meliputi dua hal. Yang pertama pembebasan secara fisik
dari perbudakan. Dan yang kedua pembebasan secara spiritual dari budak hawa
nafsu dengan bertauhid kepada Allah semata. Hanya Allah sajalah yang patut
disembah dan dipuja.
Apis,
dewa yang kemudian menjadi model sapi betina Samiri
(lihat surat Al Baqarah)
(lihat surat Al Baqarah)
Dengan
petunjuk Allah, Nabi Musa ‘alaihis salam mulai melakukan manuver politik
dengan menggalang kekuatan untuk siap-siap eksodus besar-besaran dari Mesir.
Tetapi langkah Nabi Musa ‘alaihis salam ini pun mulai dikeluhkan oleh
Bani Israel sendiri. Ibarat kata, mereka seperti anjing yang tercepit di pintu
pagar. Tidak ditolong anjing tersebut kesakitan tetapi jika ditolong pun ia
akan menggigit. Nah, Bani Israel megeluh akan perjuangan Nabi Musa ini direkam
dalam Al Qur’an dalam surat ke-7 ayat 129,
قَالُوا
أُوذِينَا مِن قَبْلِ أَن تَأْتِيَنَا وَمِن بَعْدِ مَا جِئْتَنَا ۚ
قَالَ عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُهْلِكَ عَدُوَّكُمْ وَيَسْتَخْلِفَكُمْ فِي
الْأَرْضِ فَيَنظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ
”Mereka
(Bani Israel) berkata, ”Telah disakiti kami sebelum engkau datang kepada kami,
dan sesudah engkau mendatangi kami. Musa menjawab: "Mudah-mudahan
Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi (Nya), maka
Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu .” (QS. Al A’raf : 129)
Dengan
keteguhannya dan dengan optimisme berlandaskan iman, Nabi musa menyakinkan Bani
Israel bahwa ia akan membimbing mereka ke tanah yang dijanjikan, Kana’an,
Palestina sekarang ini. Tetapi, pembaca yang budiman, ada hal yang perlu
ditekankan akan hal ini. Tanah atau bumi yang dijanjikan oleh Allah melalui
Nabinya hanyalah untuk hamba-hamba Allah siapa saja yang Dia inginkan. Dengan
kata lain, hanya bangsa yang beriman kepada Allahlah maka bumi atau tanah di
manapun berada untuk dihuni, digarap dan dijadikan tempat untuk beribadah
kepada Allah. Dengan demikian tanah Palestina adalah tanah yang dijanjikan
untuk semua bangsa yang beriman (bertauhid) kepada Allah. Bukan hanya untuk
Bani Israel semata! Untuk mempertegas hal ini silakan buka surat ke-7 ayat
ke-128 dan surat ke-21 ayat ke-41.
قَالَ مُوسَىٰ
لِقَوْمِهِ اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا ۖ
إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۖ
وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Musa
berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan
bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada
siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah
bagi orang-orang yang bertakwa". (QS. Al A’raf : 128)
وَلَقَدِ
اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِّن قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُم مَّا
كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
“Dan
sungguh telah diperolok-olokkan beberapa orang rasul sebelum kamu maka turunlah
kepada orang yang mencemoohkan rasul-rasul itu azab yang selalu mereka
perolok-olokkan.” (QS.
Al Anbiya : 41)
Kembali
ke kisah Nabi Musa, Nabi Musa ‘alaihis salam membawa misi untuk
melepaskan Bani Israel dari penindasan Firaun juga membawa misi lain yaitu
dakwah tauhid. Sudah bukan rahasia lagi kalau bangsa Mesir begitu percaya
dengan dewa-dewa. Di samping percaya dengan dewa-dewa, mereka juga percaya
dengan kekuatan sihir yang menurut mereka adalah bentuk pertolongan dari para
dewa. Berkaitan dengan ini, maka Fir’aun meminta para ahli sihirnya untuk
bertarung dengan kekuatan yang dibawa oleh Nabi Musa ‘alaihis salam.
Maka terjadilah pertarungan terbuka antara Nabi Musa ‘alaihis salam dan
para ahli sihir tersebut.
Illustrasi
Nabi Musa dan ahli sihir di hadapan Fir'aun
Singkat
kata, para ahli sihir tersebut kalah. Maka kalahlah pula Fir’aun atas
kekuatannya yang diwakilkan kepada para ahli sihirnya. Perlu pembaca ketahui
bahwa ahli sihir di zaman Fir’aun memiliki kedudukan lebih dekat daripada para
jenderal perang atau pejabat besar lainnya. Ini diperkuat oleh Al Qur’an dalam
surat ke-7 ayat ke-109-112 ketika Firaun meminta perintah kepada ahli sihir
atas kekuatan yang dibawa Nabi Musa ‘alaihis salam berupa tongkat yang
menjadi ular.
قَالَ
الْمَلَأُ مِن قَوْمِ فِرْعَوْنَ إِنَّ هَـٰذَا لَسَاحِرٌ عَلِيمٌ يُرِيدُ أَن يُخْرِجَكُم مِّنْ
أَرْضِكُمْ ۖ
فَمَاذَا تَأْمُرُونَ قَالُوا
أَرْجِهْ وَأَخَاهُ وَأَرْسِلْ فِي الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ يَأْتُوكَ
بِكُلِّ سَاحِرٍ عَلِيمٍ
“Pemuka-pemuka
kaum Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang
pandai, yang bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu". (Fir'aun
berkata): "Maka apakah yang kamu anjurkan?" Pemuka-pemuka itu
menjawab: "Beritangguhlah dia dan saudaranya serta kirimlah ke kota-kota
beberapa orang yang akan mengumpulkan (ahli-ahli sihir), supaya mereka membawa
kepadamu semua ahli sihir yang pandai". (QS. Al A’raf : 109-112)
Anubis,
Dewa Kematian
Luar
biasa! Fir’aun meminta perintah dari ahli sihir, bukan dirinya yang memberi
perintah. Dapat Anda bayangkan betapa powerful-nya para ahli sihir tersebut di
mata Fir’aun! Tapi apa yang terjadi ketika mereka kalah dihadapan Nabi Musa ‘alaihis
salam? Ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Itulah yang
terjadi pada Fir’aun. Ahli sihir yang sudah kalah tadi juga membelot secara
ideologi. Tepat dihadapan Fir’aun!
Knum,
Dewa Ram.
Dewa
ini menjadi simbol organisasi rahasia Yahudi Firaun yang kekuatannya diwakilkan
pada ahli sihir tercoreng dua kali secara beruntun. Kemarahan yang begitu besar
pun terlontarkan. Dan ekses ini pun berlanjut ke Bani Israel. Bani Israel pun
melontarkan marahnya kepada Nabi Musa ‘alaihis salam akan semuanya ini.
Melihat hal ini, maka Allah memberi perintah kepada Nabi Musa ‘alaihis salam.
Dan perintah dari Allah untuk ini hanya satu : Segera keluar dari tanah Mesir!
Eksodus
terbesar dalam sejarah pun terjadi. Bani Israel dengan di bawah komando Nabi
Musa ‘alaihis salam mulai keluar dari tanah Mesir. Ilustrasi Bani Israel
sedang eksodus Sebuah eksodus Bani Israel yang sangat bersejarah dan sekaligus
berbahaya ! Bersejarah, karena inilah langkah awal mereka mulai mengawali
sebuah kehidupan baru hingga masa kini. Bersejarah, karena inilah awal mereka
menjadi sebuah bangsa yang benar-benar memiliki sebuah tanah sendiri, bukan
tanah bangsa lain. Dan tanah tersebut adalah Kana’an, Palestina. Bersejarah,
karena inilah awal mereka menjadi sebuah bangsa yang mulai terkuak kedoknya
yang pembangkang, penakut, sombong, tamak terhadap dunia, pembunuh, tukang adu
domba dan sebagainya yang dapat kita rasakan hingga masa sekarang ini.
Osiris,
salah satu dewa Mesir
Bersejarah
karena inilah awal mereka akan terpecah menjadi dua kekuatan besar di masa
sekarang ini selain agama Islam, Yahudi dan Nasrani. Bersejarah karena mereka
menjadi bangsa yang merdeka. Bukan lagi menjadi budak hina. Berbahaya, karena
mereka pasti diburu oleh tentara Fir’aun untuk dibunuh karena keluar dari
Mesir. Berbahaya, karena mereka baru kali ini menggembara di belantara padang
pasir tanpa pengalaman sama sekali hidup dalam dunia padang pasir. Berbahaya,
karena mereka akan menghadapi semuanya, tanah yang dijanjikan, hidup bebas,
ideologi tauhid dengan taruhan nyawa.
Tetapi
Bani Israel tidak punya pilihan lain. Eksodus atau tidak sama sekali! Ingin
membuat sejarah baru atau terkubur oleh sejarah itu sendiri di tanah Mesir.
Nabi Musa ‘alaihis salam pun mulai mengantarkan mereka menuju tanah baru.
Dan itu harus dimulai dengan menyeberangi laut merah. Ketika sampai di hadapan
laut merah ini pun ada di antara mereka mulai menggerutu. Di depan laut
terbentang luas sementara mereka tidak punya kapal atau perahu untuk
menyeberang. Di belakang tentara Fir’aun siap menggorok leher mereka.
Kembali
mereka menyalahkan Nabi Musa ‘alaihis salam atas tersudutnya keadaan
mereka. Dan kembali, sejarah besar terjadi. Dan ini pun hanya sekali dalam
hidup. Bila eksodus besar-besaran ini hanya terjadi dalam sekali di sejarah
manusia, maka laut yang terbelah juga terjadi hanya sekali dalam sejarah.
Memang kehidupan Bani Isarel penuh dengan sejarah besar. Eksodus, laut terbelah
adalah bagian dari sejarah besar mereka. Dengan terbelahnya laut Merah atas
pertolongan Allah dengan melalui ketukan tongkat musa, maka selamatlah Bani
Israel dari kejaran Fir’aun.
Illustrasi
terbelahnya laut Merah
Nasib
Fir’aun sendiri? Mati secara menggenaskan di lautan yang ia akui di bawah
kekuasaannya bersama seluruh tentaranya ketika mencoba melewati jalan yang sama
ditempuh oleh Bani Israel. Dan mayatnya ini tetap diselamatkan oleh Allah
sebagai bukti kekuasaan Allah atas manusia paling sombong yang pernah lahir di
dunia.
Illustrasi
Bani Israel sedang menyeberangi laut Merah
Menurut
sejarah, hanya mayat Firaun Ramses II ini sajalah yang di paru-parunya terdapat
bekas rendaman air laut. Adapun mumi yang lain tidak ditemui hal ini. Ini yang
membuat para ahli sejarah Mesir Kuno menyakini jika Ramses II adalah Firaun
yang mengejar Nabi Musa ‘alaihis salam.
Terlepas
dari itu semua, sejarah kehidupan Bani Israel memasuki babak baru. Dan artikel
ini akan menguak bagaimana watak asli mereka hingga mampu merubah wajah dunia
ini menjadi baik dan buruk. Itu semua berawal dari eksodus mereka. Dan sejarah
besar ini telah berawal di Mesir !
Keterangan
Ringkas :
1. Asal
Mula Bani Israel
Secara
etimologi kata bani memiliki makna “anak-anak keturunan”, sedangkan Israel
merupakan sebutan yang ditujukan kepada Nabi Ya’qub ‘alaihis salam putra
Nabi Ishaq ‘alaihis salam yang merupakan putra Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam dari istri pertamanya yaitu Sarah. Kata Israel berasal dari bahasa
Ibrani dan merupakan gabungan dari kata Isra yang berarti hamba dan El
atau Il yang berarti Tuhan sehingga, Israel bermakna hamba Tuhan. Selain
itu, kata Isra juga dapat berarti perjalanan di waktu malam hari. Nabi Ya’qub ‘alaihis
salam sering melakukan perjalanan di malam hari untuk menghindari
perselisihan dengan saudara kembarnya, Ishu.
Nabi
Ya’qub ‘alaihis salam memiliki dua belas orang anak dari dua orang
istrinya (dalam sumber lain dikatakan bahwa Nabi Yaqub ‘alaihis salam memiliki
empat orang istri). Dari istri pertama, Leah, Nabi Yaqub memiliki sepuluh orang
anak yakni Rubin, Simon, Lawi, Yahuda, Zebulaon, Isakhar, Dann, Gad, Asyer, dan
Naftali. Sedangkan dari istri keduanya, Rachel, ia mendapat dua orang anak
yakni Yusuf, dan Benyamin. Anak keturunan Nabi Ya’qub ‘alaihis salam
inilah yang kemudian disebut sebagai Bani Israel.
2. Israel
dan Yahudi
Kata
Yahudi berasal dari kata Al-Haud (Arab) atau Hada (Ibrani) yang berarti kembali
atau taubat. Penamaan Yahudi kepada bangsa Israel ini muncul setelah mereka
bertobat dari menyembah anak sapi. Namun, kata Yahudi ini juga dinisbatkan
kepada anak keempat Yakub yang bernama Yehuda, pemimpin bagi sebelas anak Yakub
lainnya. Kata Israel sering diidentikkan dengan Yahudi. Kebanyakan orang
mengganggap bahwa orang Yahudi adalah bani Israel dan begitu pula sebaliknya.
Meskipun memiliki korelasi yang sangat dekat, bani Israel dan Yahudi tidaklah
sama. Seperti yang telah dijelaskan, bani Israel adalah sebutan bagi anak
keturunan Nabi Yaqub ‘alaihis salam. Sedangkan istilah Yahudi dapat
merujuk pada nama sebuah agama ataupun suku bangsa.
Yahudi
sebagai agama adalah merujuk kepada umat agama Yahudi, baik itu keturunan
Yahudi ataupun bukan. Menurut hukum-hukum agama Yahudi (Halakha), orang
Yahudi adalah seorang yang beribu Yahudi dan juga seorang yang memeluk
agama Yahudi menurut hukum-hukum Yahudi. Definisi ini adalah
berdasarkan Talmud. Jadi, seorang Yahudi belum tentu adalah
keturunan bani Israel dan begitu pula sebaliknya tidak semua Bani Israel adalah
pemeluk agama Yahudi
3. Karakteristik
Bangsa Israel Menurut Al-Qur’an
Bani
Israel adalah termasuk umat pilihan. Allah telah melebihkan mereka dari umat
yang lain (pada masa itu). Banyak dari keturunan Israel yang diangkat
menjadi Nabi seperti Nabi Musa ‘alaihis salam, Nabi Harun ‘alaihis
salam, Nabi Daud ‘alaihis salam, Nabi Sulaiman ‘alaihis salam,
Nabi Zakaria ‘alaihis salam, Nabi Yahya ‘alaihis salam, dan Nabi
Isa ‘alaihis salam. Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang
menceritakan tentang kisah bani Israil. Sebagian besar dari kisah-kisah
tersebut menceritakan bahwa kaum bani Israil memiliki watak yang tidak baik.
Berikut adalah karakteristik bani Israel yang digambarkan dalam Al-Qur’an:
a) Ingkar
janji
Bani
Israel telah membuat perjanjian dengan Nabi Musa ‘alaihis salam untuk
menyembah hanya pada Allah dan tidak lagi menyembah patung anak sapi. Akan
tetapi mereka ingkar terhadap perjanjian itu. Hal ini seperti yang dikisahkan
dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 93.
وَإِذْ
أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُم
بِقُوَّةٍ وَاسْمَعُوا ۖ قَالُوا
سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَأُشْرِبُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ ۚ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُكُم بِهِ
إِيمَانُكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Dan
(ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit
(Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): “Peganglah teguh-teguh apa yang
Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!” Mereka menjawab: “Kami mendengar
tetapi tidak mentaati.” Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu
(kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah: “Amat jahat
perbuatan yang telah diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman
(kepada Taurat).” (QS.
Al Baqarah : 93)
b) Pembangkang
dan pengecut
Ketika
bani Israel melarikan diri dari peinindasan Fir’aun di Mesir, Allah melalui Nabi
Musa ‘alaihis salam menyuruh mereka untuk masuk ke Kanaan. Akan tetapi,
bani Israel tidak mau menuruti perintah tersebut dan justru menyuruh Nabi Musa ‘alaihis
salam untuk berperang bersama Tuhannya. Hal ini seperti yang tercantum
dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 20-26.
وَإِذْ
قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ
جَعَلَ فِيكُمْ أَنبِيَاءَ وَجَعَلَكُم مُّلُوكًا وَآتَاكُم مَّا لَمْ يُؤْتِ
أَحَدًا مِّنَ الْعَالَمِينَ يَا
قَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا
تَرْتَدُّوا عَلَىٰ أَدْبَارِكُمْ فَتَنقَلِبُوا خَاسِرِينَ قَالُوا
يَا مُوسَىٰ إِنَّ فِيهَا قَوْمًا جَبَّارِينَ وَإِنَّا لَن نَّدْخُلَهَا حَتَّىٰ
يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِن يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنَّا دَاخِلُونَ قَالَ رَجُلَانِ مِنَ الَّذِينَ
يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوا عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذَا
دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ ۚ
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ قَالُوا
يَا مُوسَىٰ إِنَّا لَن نَّدْخُلَهَا أَبَدًا مَّا دَامُوا فِيهَا ۖ فَاذْهَبْ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا
إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ قَالَ
رَبِّ إِنِّي لَا أَمْلِكُ إِلَّا نَفْسِي وَأَخِي ۖ
فَافْرُقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ قَالَ
فَإِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيْهِمْ ۛ
أَرْبَعِينَ سَنَةً ۛ يَتِيهُونَ
فِي الْأَرْضِ ۚ فَلَا تَأْسَ
عَلَى الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ
“Dan
(ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, ingatlah
ni'mat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan
dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang
belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun di antara umat-umat yang
lain". Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah
ditentukan Allah bagimu , dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut
kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. Mereka berkata:
"Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah
perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka
keluar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan
memasukinya." Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut
(kepada Allah) yang Allah telah memberi ni'mat atas keduanya: "Serbulah mereka
dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya
kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu
benar-benar orang yang beriman". Mereka berkata: "Hai Musa, kami
sekali-sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di
dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu
berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja." Berkata Musa:
"Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku.
Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu" Allah
berfirman: "(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas
mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar
kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati
(memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu." (QS. Al Maidah
: 20-26)
c) Suka
mengolok-olok Nabi mereka
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ آذَوْا مُوسَىٰ فَبَرَّأَهُ
اللَّهُ مِمَّا قَالُوا ۚ وَكَانَ
عِندَ اللَّهِ وَجِيهًا
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang
menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka
katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi
Allah. (QS.
Al-Ahzab 33 : 69)
d) Membunuh
para Nabi
Selain
suka mengolok-olok Nabi-Nabi, mereka juga tak segan membunuh para Nabi.
Tercatat ada tiga belas orang Nabi yang dibunuh oleh bani Israel diantaranya
adalah Nabi Yahya ‘alaihis salam, Nabi Zakaria ‘alaihis salam,
dan Nabi Isa ‘alaihis salam. Akan tetapi, Nabi Isa as. diselamatkan oleh
Allah dengan cara diangkat ke langit dan Allah juga merubah salah seorang
diantara yang berniat membunuh Nabi Isa as menjadi seperti Nabi Isa, sehingga
dialah yang kemudian disalib oleh bani Israel.
e) Gemar
merubah Kitab Suci
أَفَتَطْمَعُونَ
أَن يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ
اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِن بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Apakah
kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari
mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka
memahaminya, sedang mereka mengetahui?” (QS. Al-Baqarah 2 : 75)
فَوَيْلٌ
لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَـٰذَا مِنْ
عِندِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ
فَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا
يَكْسِبُونَ
“Maka
kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan
mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk
memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang
besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan
kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Baqarah
2 : 79)
f) Menyembah
patung anak sapi
وَلَقَدْ
جَاءَكُم مُّوسَىٰ بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِن بَعْدِهِ
وَأَنتُمْ ظَالِمُونَ
Sesungguhnya
Musa telah datang kepadamu membawa bukti-bukti kebenaran (mukjizat), kemudian
kamu jadikan anak sapi (sebagai sembahan) sesudah (kepergian)nya, dan
sebenarnya kamu adalah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Baqarah
2 : 92)
4. Perjalanan
Bani Israel
Di
atas telah disebutkan bahwa Nabi Yaqub ‘alaihis salam adalah putra dari
Nabi Ishaq ‘alaihis salam sedangkan Ishaq adalah putra dari Nabi Ibrahim
‘alaihis salam yang merupakan kakek moyang dari bangsa-bangsa yang
menghuni jazirah Arab. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam memiliki dua orang
istri. Dari Istri pertama yang bernama Sarah, Ibrahim memiliki anak yakni Ishaq
sedangkan dari istri keduanya, Hajar, Ibrahim memiliki anak yang bernama
Ismail. Hajar dan Ismail tinggal di Mekkah. Dari Ismail ‘alaihis salam lahir
anak keturunan yang disebut bani Quraisy yang dari garis keturunan inilah lahir
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sementara Sarah dan Ishaq
dibawa oleh Ibrahim ‘alaihis salam tinggal di Kanaan, wilayah yang kini
disebut Palestina.
Nabi
Ya’qub ‘alaihis salam beserta anak-anaknya juga tinggal di daerah
Kanaan. Diantara kedua belas putra-putranya, Yusuf ‘alaihis salam adalah
yang paling disayang oleh Yaqub ‘alaihis salam. Hal ini kemudian
menimbulkan kedengkian dari saudara-saudaranya yang lain kecuali Benyamin yang
merupakan saudaranya seibu. Lalu, saudara-saudara Yusuf membuat makar untuk
menyingkirkan Yusuf dengan cara menjatuhkannya ke dalam sebuah sumur kering.
Namun nasib baik berpihak pada Yusuf, ia selamat karena ditolong oleh salah
seorang musafir dan kemudian dijual sebagai budak pada salah seorang pejabat
Mesir. Berkat kejujuran dan juga kepandaianya dalam menafsirkan mimpi ia lalu diangkat
menjadi mentri urusan bahan pangan di Mesir kala itu. Ketika di Kanaan terjadi
musim paceklik Yusuf ‘alaihis salam kemudian membawa keluarganya tinggal
di Mesir.
Di
Mesir, jumlah bani Israel menjadi banyak dan banyak diantara mereka yang
menduduki pos-pos penting dalam pemerintahan. Hal ini kemudian menimbulkan
kekhawatiran jika nantinya bani Israel akan menguasai Mesir. Ketika Mesir
diperintah oleh Raja Menephthan (1232-1224 SM), bani Israel diperlakukan dengan
sangat kejam. Mereka dijadikan budak dan bahkan suatu ketika diberlakukan
perintah untuk membunuh setiap bayi laki-laki dari kaum bani
Israel. Kemudian Allah mengutus Musa ‘alaihis salam, yang juga
keturunan bani Israel, untuk membawa bani Israel keluar dari Mesir dan kembali
ke Kanaan. Bani Israel pun keluar dari Mesir namun, mereka tidak mau memasuki
wilayah Kanaan dikarenakan takut dengan bangsa Kanaan yang terkenal kuat dan
kejam. Mereka justru menyuruh Musa untuk berperang sendiri bersama Tuhannya
mengusir bangsa Kanaan. Karena sifat pengecut dan pembangkangan mereka inilah
kemudian Allah menghukum bangsa Israel. Mereka diharamkan memasuki wilayah
Kanaan (Baitul Maqdis) selama 40 tahun. Kemudian, mereka hidup
terlunta-lunta di Gurun Sinai. Setelah hidup di selama berpuluh-puluh tahundi gurun
yang tandus, bani Israel kemudian berencana untuk merebut wilayah Kanaan yang
subur itu. Kemudian mereka pun berperang melawan bangsa Kanaan dan akhirnya
merka berhasil menumpas habis bangsa Kanaan. Mereka pun masuk ke Kanaan.
5. Bani
Israil Pada masa Kekadhian
Setelah
memasuki berhasil memasuki Kanaan, Yusya ‘alaihis salam membagi wilayah
Kanaan menjadi dua belas bagian. Setiap suku dari Bani Israel mendapat satu
bagian wilayah. Selain itu Yusya ‘alaihis salam juga mendirikan
pemerintahan yang disebut dengan Pemerintahan Keqadhian dimana setiap wilayah
dipimpin oleh seorang Qadhi .
Akan
tetapi, bani Israel tidak menyukai sistem pemerintahan kekadhian tersebut
dikarenakan sistem pemerintahan kekadhian membuat mereka lemah dan mudah
diserang oleh musuh. Pada saat itu, mereka ditindas oleh orang-orang suku Ammon
di Jabesh-Gilead. Oleh karena itu, bani Israel meminta pada Samuel (yang juga
seorang Nabi) untuk memohon pada Allah agar mengangkat seorang pemimpin bagi
mereka.
Kemudian
Allah memilih salah seorang diantara bangsa Israel, yakni Thalut untuk menjadi
pemimpin mereka melawan suku Ammon. Pada mulanya bani Israel tidak mau
mengakui Thalut sebagai raja mereka karena Thalut berasal dari keturunan suku
Benyamin. Dalam kepercayaan bani Israel saat itu yang berhak menjadi raja
hanyalah keturunan suku Yahuda dan yang berhak menjadi Nabi adalah keturunan
suku Lewi. Thalut adalah seorang yang kuat dan juga bijaksana. Thalut
berhasil memimpin bani Israel dalam berperang melawan suku Ammon. Keberhasilan
Thalut ini akhirnya membuat bani Israel percaya dan mengakui Thalut sebagai
raja mereka.
6. Terbentuknya
Kerajaan Bani Israel
Setelah
berhasil mengalahkan suku Ammon, pada tahun 1020 SM bani Israel kemudian
mendirikan kerjaan yang bernama Kerajaan Bani Israel dengan Thalut sebagai raja
pertamanya. Dengan berdirinya Kerajaan Bani Israel maka berakhirlah masa
pemerintahan Kekadhian dan wilayah bani Israel seluruhnya berada dibawah
pemerintahan Raja Thalut.
Pada
masa awal pemerintahannya Thalut berusaha memantapkan pemerintahan. Salah
satunya yang dilakukan Thalut adalah memerangi kelompok-kelompok yang berusaha
menyerang Kerajaan Bani Israel yakni orang-orang suku Amaliqah. Mereka dipimpin
oleh seorang raja yang sangat kejam yang bernama Jalut. Thalut pun menyusun kekuatan
untuk melawan pasukan Jalut tersebut dan pasukan Tahlut berhasil mengalahkan
pasukan Jalut. Raja Jalut terbunuh oleh salah seorang tentara Thalut yang pada
waktu itu usianya masih sangat muda yang bernama Daud. Atas jasanya membunuh
Raja Jalut, Daud lalu dinikahkan dengan putri dari Raja Thalut yang bernama
Mikyal. Pada tahun 1002 SM Raja Thalut meninggal, ia memerintah selama +/- 18
tahun.
7. Masa
Kejayaan Bangsa Israel
Setelah
Thalut meninggal, Daud ‘alaihis salam diangkat menjadi raja. Masa
pemerintahan Daud ‘alaihis salam ibu kota kerajaan dipindahkan dari Hebron
ke Yerussalem. Daud juga berhasil menaklukan bukit Zion yang pada waktu itu
menjadi benteng kaum Yabus. Di dalam Bible disebutkan bahwa di bukit Zion
itu Daud ‘alaihis salam membangun rumah peribadatan yang diberi nama
Bandar Daud. Pada masa ini Daud juga berhasil memperluas perniagaan ke
kota-kota di pantai Barat Benua Afrika, juga ke daerah Eropa dan Asia. Ini
adalah masa awal kejayaan bagi Kerajaan Bani Israel.
Setelah
Daud ‘alaihis salam meninggal, kerajaan kemudian diteruskan oleh salah
seorang putranya yaitu Sulaiman ‘alaihis salam. Pada masa pemerintahan
Sulaiman‘alaihis salam inilah puncak kejayaan dari bangsa Israel
(961-922 SM). Wilayah kekuasaannya semakin meluas dan kerajaan-kerajaan
disekitarnya segan terhadap pemerintahan Sulaiman dan bahkan Ratu Bilqis sang
pemimpin negeri Saba pun tunduk kepadanya. Pada masa pemerintahan Sulaiman ‘alaihis
salam dibangunlah sebuah rumah ibadah yang besar yang berada di Jerusalem
yang disebut Haikal Sulaiman. Pembangunan ini merupakan wasiat dari Nabi Daud
dimana sebelum meninggal ia berpesan untuk menyembah Tuhan (Allah).
8. Runtuhnya
Kerajaan Bani Israel
Meninggalnya
Sulaiman ‘alaihis salam membawa perpecahan dikalangan umat Bani Israel.
Mereka berselisih paham mengenai siapa yang berhak mewarisi tahta kerajaan
sehingga akhirnya kerajaan Israel terpecah menjadi dua yakni kerajaan Yahuda
dan kerajaan Israil. Kerajaan Yehuda dipimpin oleh anak Nabi Sulaiman ‘alaihis
salam yang bernama Rahbi’am (Rehobo’am). Dari dua belas suku, hanya dua
suku saja yang mengakui pemerintahan Rahbi’am yakni suku Yahuda dan suku
Benyamin.
Kerajaan
Yahuda berumur sekitar 335 tahun atau 135 tahun lebih lama dari kerajaan Israil
(Palestina Utara). Kerajaan Yahuda berumur lebih lama dikarenakan banyak
mendapat dukungan dari imam-imam. Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran pada
masa pemerintahan Raja Mannasses (694-639 SM). Pada masa pemerintahan Raja
Yahuyaqim, kerajaan Yahuda jatuh ke tangan Nebukadnezar dari kerajaan Babilonia
Lama atau Khaldea.
1) Kerajaan
Israil
Kerajaan
Israil yang terletak di Palestina Utara. Kerajaan ini mendapat dukungan dari
sepuluh suku bani Israel yakni suku Rubin, Simon, Lawi, Zebulaon, Isakhar,
Dann, Gad, Asyer, Mannaseh dan Naftali. Meskipun didukung oleh banyak suku,
Kerajaan Israil hanya memiliki umur yang pendek dibandingkan dengan Kerajaan
Yahuda. Hal ini karena Kerajaan Israil terlibat dalam pertentangan antara
Romawi dan Persia. Selain itu masyarakat di Kerajaan Israil juga mulai meninggalkan
ajaran tauhid dan kembali menyembah berhala. Selain itu kondisi pemerintahan
kerajaan Israil yang lemah menjadikannya mudah diserang oleh musuh.
Raja
Tegalathphalazar II dari kerajaan Assyiria berhasil menaklukkan Kerajaan
Israil. Kerajaan Israil berada dibawah pengawasan kerajaan Assyiria. Dan pada
saat Assyiria dipimpin oleh Raja Sargon II, Kerajaan Israil ditumpas habis.
Raja terakhir yang memerintah di Kerajaan Israil adalah Raja Husya yang
kemudian ditawan oleh Assyiria dan bersama +/- 27.280 orang tawanan dari bani
Israel, ia dibuang ke Assyiria.
2) Kerajaan
Yahuda
Kerajaan
Yehuda dipimpin oleh anak Nabi Sulaiman as yang bernama Rahbi’am (Rehobo’am).
Dari dua belas suku, hanya dua suku saja yang mengakui pemerintahan Rahbi’am
yakni suku Yahuda dan suku Benyamin.
Kerajaan
Yahuda berumur sekitar 335 tahun atau 135 tahun lebih lama dari kerajaan Israil
(Palestina Utara). Kerajaan Yahuda berumur lebih lama dikarenakan banyak
mendapat dukungan dari imam-imam. Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran pada
masa pemerintahan Raja Mannasses (694-639 SM). Pada masa pemerintahan Raja
Yahuyaqim, kerajaan Yahuda jatuh ke tangan Nebukadnezar dari kerajaan Babilonia
Lama atau Khaldea.
15]. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.” (QS.
Al Anbiya’ : 107)
16]. Sebuah batu memberi salam kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam sebelum beliau di utus :
وحدثنا أبو بكر بن أبي شيبة. حدثنا يحيى بن أبي بكير عن إبراهيم بن
طهمان. حدثني سماك بن حرب عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ. قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه
وسلم “إِنِّي َلأَعْرَفُ حَجَرًا بِمَكَّةَ كَانَ يُسَلِّمُ عَلَيَّ قَبْلَ أَنْ
أُبْعَثَ. إِنِّي َلأَعْرَفَهُ الآنَ”.
Hadits riwayat Jabir bin Samurah radhiyallahu
’anhu, ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda
: “Sesungguhnya aku mengenal sebuah batu di Mekkah yang pernah memberi salam
kepadaku sebelum aku di utus (menjadi Rasul). Sesungguhnya aku mengenalinya
sampai sekarang.” (HR. Muslim No 2277-2)
Salam dari Batu dan Pohon kepada Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam
Ibnu Ishaq berkata bahwa Abdul Malik bin
Ubaidillah bin Abu Sufyan bin Al-Ala' bin Jariyah Ats-Tsaqafi berkata kepadaku
dan ia mendengar dari beberapa orang berilmu, "Jika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wassalam -ketika Allah berkehendak memuliakannya dan memberikan
kenabian kepadanya- ingin keluar untuk buang hajat, beliau pergi ke tempat yang
jauh hingga rumah-rumah tidak terlihat olehnya dan berhenti di syi'ab (jalan di
antara dua bukit) Makkah, dan lembah-lembahnya. Setiap kali beliau berjalan
melewati batu dan pohon, pasti keduanya berkata, 'As-Salaamu Alaika ya
Rasulullah.' Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam menoleh ke
sekitarnya; kanan, kiri, dan belakang, namun tidak melihat apa-apa kecuali
pohon dan batu. Itulah yang terjadi pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassalam dalam jangka waktu tertentu; bermimpi dan mendengar salam hingga
Jibril datang kepada beliau dengan membawa kemuliaan dari Allah ketika beliau
berada di Gua Hira' pada bulan Ramadhan."
Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu,
beliau berkata : “Abu Thalib pergi ke Syam (untuk berdagang), dan Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam ikut bersama beberapa pemuka Quraisy. Tatkala mereka
sampai di tempat Rahib, mereka singgah dan meletakkan perbekalan mereka.
Kemudian Rahib itu keluar menemui mereka, padahal sebelumnya, ketika mereka
lewat di situ, dia tidak pernah keluar menemui mereka. ” (Perawi) berkata,
“Kemudian sang rahib berjalan di sela-sela mereka hingga sampai kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam lalu memegang tangan beliau sembari berkata, ‘Inilah
penghulu alam semesta, inilah utusan Rabb alam semesta, dia diutus oleh Allah
sebagai rahmat bagi alam semesta ini.’ Para pemuka kaum Quraisy bertanya
kepadanya, ‘Apa yang Anda ketahui tentang hal ini?’ Dia menjawab, ‘Sesungguhnya
ketika kalian muncul dan naik dari perbukitan, tidak satu pun dari bebatuan
ataupun pepohonan melainkan bersujud kepadanya, dan keduanya tidak akan
bersujud kecuali kepada seorang Nabi. Sesungguhnya aku dapat mengetahuinya
melalui tanda kenabian yang terletak pada bagian bawah tulang rawan pundaknya
yang bentuknya seperti apel.’ Kemudian sang Rahib kembali dan membuatkan
makanan untuk mereka. Tatkala sang Rahib datang kepada mereka dengan membawa
makanan tersebut, yang pada saat itu Nabi berada bersama para penjaga unta, si
Rahib berkata, ‘Kirimlah orang untuk memanggilnya.’ Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam datang dan di atas beliau ada awan yang menaungi
beliau. Tatkala beliau mendekat kepada kerumunan orang, beliau mendapatkan
mereka telah lebih dahulu mengambil tempat yang ternaungi oleh pohon di sana,
tetapi ketika beliau duduk, naungan pohon itu beralih kepada beliau. Maka si
Rahib berkata, naungan pohon ini pindah kepadanya.’ Lalu Rahib itu berkata, ‘Aku
bertanya kepada kalian dengan Nama Allah, siapa di antara kalian yang menjadi
walinya?’ Mereka berkata Abu Thalib.’ Dan si Rahib terus bertanya dengan
Nama Allah, hingga Abu Thalib menjawabnya…. Si Rahib itu kemudian
membekali beliau dengan roti dan minyak.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi,
kitab al-Manaqib, Bab Ma Ja Ja’a fi Bad’I Nubuwwati an-Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, no.3624, dan at-Tirmidzi berkata, “Ini adalah hadits hasan gharib.”
Dan al Albani berkata dalam Takhrij al-Misykat, 3/187, “Hadits shahih, para
perawinya adalah orang-orang tsiqah.”)
Tangisan Sebatang Pohon Kurma
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu,
“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam dahulu ketika Hari Jum’at,
beliau berdiri (berkhutbah) di samping sebuah batang pohon atau pohon kurma.
Lalu ada seorang wanita, atau laki-laki, dari Anshar berkata, “Wahai
Rasulullah, maukah kami buatkan mimbar untuk Anda?’ Beliau menjawab, ‘(Silahkan)
jika kalian berkehendak.’ Lalu para shahabat pun membuatkan sebuah mimbar
untuk beliau. Tatkala pada Hari Jum’at, beliau diminta untuk berdiri di mimbar,
maka pohon kurma tersebut menjerit layaknya bayi yang menjerit. Kemudian beliau
shallallahu ‘alaihi wassalam turun dari mimbar dan memeluknya. Lantas
pohon kurma itu merintih seperti rintihan bayi yang ditenangkan. Beliau
bersabda, ’Pohon ini menangis karena mendengar nasihat yang biasa
disampaikan disampingnya.”
Didalam riwayat lain darinya pula disebutkan,
“Dahulu masjid Nabawi diatapi dengan bertiangkan batang pohon kurma. Dan Nabi shallallahu
‘alaihi wassalam apabila berkhutbah, beliau berdiri pada salah satunya.
Tatkala beliau dibuatkan mimbar dan beliau berkhutbah padanya, kami mendengar
batang pohon kurma tersebut mengeluarkan suara seperti suara unta hamil. Hingga
Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam mendatanginya dan meletakkan tangan
beliau padanya, maka ia pun diam. (HR.Bukhari, kitab Ahadits al-Anbiya, Bab
Alamat an-Nubuwwah fi al-Islam, 4/168)
Dan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu,
“Pada awalnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah disamping
sebatang pohon kurma. Tatkala dibuatkan mimbar, beliau berdiri padanya maka
batang pohon kurma tersebut merintih. Lalu beliau mendatanginya dan mengusapkan
tangan beliau padanya.” (HR.Bukhari)
17]. Kelebihan Ummat Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam :
Abu
Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Muqathil bin Sulaiman
berkata : Nabi Musa alaihis salam bermunajat :
Ya
Rabb, saya mendapatkan dalam alwaah, ada suatu ummat yang dapat memberi
syafa'at dan akan diterima syafa'at mereka. Jadikanlah mereka umatku? Jawab
Allah : Mereka ummat Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ya
Rabb, saya dapatkan juga ummat yang tebusan dosa mereka cukup dengan sembahyang
lima waktu, jadikanlah mereka umatku. Jawab Allah : Mereka ummat Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam.
Ya
Rabb, saya dapatkan juga ada ummat yang akan membasmi kesesatan sehingga mereka
akan membunuh Dajjal yang bermata sebelah, jadikanlah mereka ummatku. Jawab
Allah : Mereka ummat Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ya
Rabb, juga saya dapatkan ada ummat yang kesucian mereka dengan air dan tanah,
jadikanlah mereka ummatku. Jawab Allah : Mereka ummat Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam.
Ya
Rabb, juga saya dapatkan ada ummat yang boleh menerima sedekah dan memakannya,
padahal ummat yang dahulu harus dibakar dengan api. Jadikanlah mereka ummatku. Jawab
Allah : Mereka ummat Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ya
Rabb, juga saya dapatkan ada ummat yang bila seorang niat akan berbuat kebaikan
dan tidak jadi berbuat dicatat satu hasanat (kebaikan), lalu bila dikerjakan
dicatat sepuluh hasanat, dan dapat dilipatgandakan hingga tujuhratus lebih, dan
bila niat kejahatan tidak ditulis, dan jika dikerjakan kejahatan itu ditulis
hanya satu. Jadikanlah mereka ummatku. Jawab Allah : Mereka ummat Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam.
Ya
Rabb, juga saya dapatkan pada ummat yang tujuh puluh ribu orang dari mereka
akan masuk surga tanpa hisab, jadikanlah mereka ummatku. Jawab Allah : Mereka ummat
Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ma'mar
meriwayatkan dari Qatadah sama dengan ini dan ada tambahan :
Ya
Rabb, juga saya dapatkan ada suatu ummat sebaik-baik ummat karena mereka
melakukan amar ma'ruf (menyuruh pada kebaikan) dan nahi munkar (mencegah
kemungkaran), jadikanlah mereka ummatku. Jawab Allah : Mereka ummat Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam.
Ya
Rabb, juga saya dapatkan ada ummat yang terakhir masanya, tetapi terdahulu di
hari kiamat. Jadikanlah mereka ummatku. Jawab Allah : Mereka ummat Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam.
Ya
Rabb, juga saya dapatkan ada ummat yang kitab Allah itu di dalam dada mereka
(hafal) tetapi mereka membacanya sambil melihat, jadikanlah mereka ummatku. Jawab
Allah : Mereka ummat Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Sehingga
nabi Musa ‘alaihis salam ingin menjadi ummat Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam. Lalu Allah menurunkan wahyu kepadanya : “Ya Musa, Aku
telah memilih engkau dari semua manusia untuk menerima risalahKu dan firmanKu
maka terimalah apa yang aku berikan kepadamu, dan jadilah golongan orang-orang
yang bersyukur.” Dan dari ummat Musa ada orang-orang yang memimpin ummat ke
jalan yang haq, dan dengan haq itu mereka berlaku adil. Maka puaslah Nabi Musa ‘alaihis
salam dengan jawaban Allah ini dan ridho.
Muqatil
bin Hayyaan berkata : Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Ketika
saya dimi'rajkan ke langit, dibawa oleh Malaikat Jibril sehingga ke diding yang
besar di sidratil muntaha, lalu jibril berkata: Majulah hai Muhammad. AKu
jawab: Tidak, bahkan engkaulah yang maju. Jibril berkata: Ya Muhammad, tidak
boleh seorang pun melampaui tempat ini kecuali engkau, dan engkau lebih mulia
di sisi Allah daripadaku. Maka majulah Nabi Muhammad sehingga sampai ke suatu
ranjang emas dengan seprei sutera dari surga, lalu Jibril berseru dari
belakang: Ya Muhammad, Tuhan memuji padamu maka dengarkanlah dan taatlah, dan
jangan gentar mendengar firman Allah. Maka segera aku memuji Allah dan membaca
: Attahiyyaatu lillah wassholawaatu waththoyyibaat. Dijawab: Assalaamu
alaika ayyuhannabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh. Lalu saya berkata: Assalaamu
alainaa wa ala ibaadillaahish shaalihiin. Lalu disambut oleh Jibril : Asyhadu
an laa ilaaha illallaah, wa asyyhadu anna muhammadan abduhu warasuluhu.
Kemudian Alla berfirman : Aamanarrasuulu bimaa unzila ilaihi min rabbihii.
Maka jawabku: BenarBenar aku percaya kepadaMu. Firman Allah : Wal mu'minuuna
kullun aamana billaahi wamalaaikatihi wakutubihii warusulihi laa nufarriqu
baina ahadin min rusulihi (Dan orang-orang mukmin semuanya percaya kepada
ALlah, dan MalaikatNya, dan kitab-kitabNya, dan nabi-nabi utusanNya, dengan
tidak membedakan antara seorang pun dari utusan-utusan itu.) Sebagaimana orang
Yahudi yang membedakan antara Musa dengan Isa, juga orang Kristen membedakan
antara keduanya.
Firman
Allah: Laa yukallifullahu nafsan illaa wus'ahaa, lahaa maa kasabat
wa'alaihaa maktasabat (Allah tidak memaksakan kepada seseorang kecuali
menurut kekuatannya, ia pasti akan mendapat pahala amal kebaikannya, dan akan
menanggung dosa kejahatannya). Kemudian dipersilakan untuk meminta dan akan
diberi. (Mintalah engkau pasti akan diberi): Ghufraanaka rabbanaa wailaikal
mashiir. (Ampunkan dosa-dosa kami ya Tuhan, dan kepadaMu kami akan
kembali). Allah menjawab: Telah aku ampunkan bagimu dan umatmu yang bertauhid
dan percaya kepadamu. Kemudian diperintah pula: Mintalah pasti akan diberi.
Lalu meminta : Rabbana laa tuaahidzna innasiinaa au akhtho'na (Ya Tuhan
kami, jangan menuntut kami bila kami lupa atau keliru. Dijawab olah Tuhan:
Tidak akan Aku tuntut atas keluapaan dan kekeliruanmu, atau yang dipaksakan
kepadamu sedang kamu tidak rela. Maka aku minta: Rabbana walaa tahmil
'alainaa ishron kama hamaltahuu 'alalladziina min qoblina (Ya Tuhan, jangan
ditanggungkan atas kami yang berat-berat sebagaiman yang Engkau tanggungkan
atas umat yang sebelum kami). Sebagaimana bani Israil jika berbuat salah lalu
diharamkan oleh Allah beberapa makanan yang tadinya halal bagi mereka. Kemudian
disuruh minta, lalu aku berkata : Rabbana walaa tuhammilna maa laa thaa
qatalanaa bihi. (Ya Tuhan, jangan menanggungkan atas kami yang kami tidak
kuat). Wa'fu 'anna waghfir lana warhamnaa anta maulaana fanshurnaa 'alal
qoumil kaafiriin. (Dan maafkanlah kami, ampunkanlah kami, dan berikanlah
kami rahmatMu, hanya Engkau Tuhan kami, dan tolonglah (menangkanlah) kami
menghadapi kaum yang kafir). Jawab Tuhan: Semua itu Aku beri kepadamu, sehingga
jika ada dari kamu duapuluh orang yang tabah hati dapat mengalahkan duaratus
orang dari musuh." Wallaahu a'lam. Sumber: Tanbihul Ghafilin
18]. Allah subhanau wa ta’ala berfirman :
لَّقَدْ كَانَ
لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (QS.
Al Ahzab :21)
19]. Allah subhanau wa ta’ala berfirman :
النَّبِيُّ
أَوْلَىٰ بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنفُسِهِمْ ۖ
وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ ۗ…
“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mu'min dari
diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka…” (QS. Al Ahzab
: 6)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لا يؤمن أحدكم
حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس اجمعين
“Tidak
sempurna iman seorang di antara kamu sebelum ia lebih mencintai aku daripada
mencintai ibu-bapaknya, anaknya, dan semua manusia” (HR Bukhari no
15).
20]. Kisah Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu.
Satu-satunya shahabat yang namanya tercantum dalam
Al-Qur'an
Bapaknya bernama Abdul Uzza bin Imri' Al-Qais,
ibunya bernama Sa'di binti Tsa'laba. Ketika masih kecil, ia diajak ibunya
menengok kampung. Tiba-tiba datang pasukan Bani Al-Qayn menyerang kampung
tersebut. Mereka juga menawan serta membawa pergi Zaid. Kemudian ia dijual
kepada Hakim bin Hizam, dengan harga 400 dirham, yang kemudian dihadiahkan
kepada bibinya, Khodijah binti Khuwailid. Ketika Khodijah menikah dengan
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, Zaid bin Haritsah dihadiahkan kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam.
Haritsah, bapak Zaid sedih kehilangan anaknya.
Ketika beberapa orang dari Ka'ab menunaikan haji, mereka melihat dan mengenal
Zaik sebagaimana Zaid mengenal mereka. Kepada mereka Zaid berkata : "Sampaikan
beberapa bait syairku ini kepada keluargaku, karena sesungguhnya aku mengerti
bahwa mereka sedih karena kehilanganku". Lalu ia melantunkan beberapa
bait syairnya. Setelah Haritsah mengetahui kabar anaknya, ia berangkat ke
Mekkah bersama Ka'ab bin Syarahil sebagai jaminan. Di hadapan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, mengajukan permohonan agar anaknya, Zaid
dibebaskan, dan ia akan memberikan Ka'ab bin Syarahil sebagai jaminannya. Oleh
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dikatakan bahwa apabila Zaid memilih untuk ikut
ayahnya, maka mereka tidak perlu memberikan jaminan. Tetapi seandainya Zaid
memilih untuk ikut bersama Rasulullah, sungguh tidak ada paksaan untuk itu.
Lalu dipanggillah Zaid. Dikatakan kepadanya : "Apakah kamu mengenal
mereka?" "Ya, ini bapakku dan ini pamanku" jawabnya. Lalu
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda : "Aku telah mengenalmu (Zaid),
dan kau pun telah mengetahui kecintaanku kepadamu. Sekarang pilihlah, aku atau
mereka berdua". Dengan tegas Zaid menjawab : "Aku sekali-kali
tidak akan memilih orang selain Engkau (ya Rasulullah), Engaku sudah kuanggap
sebagai bapak atau pamanku sendiri".
Setelah itu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam mengumumkan kepada khalayak, bahwa Zaid diangkat
sebagai anaknya. Ia mewarisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun mewarisinya. Setelah mengetahui demikian, bapak dan paman Zaid
pergi dengan hati lapang. Zaid akhirnya masuk Islam, dan dinikahkan dengan Zainab
binti Jahsy. Ketika Zainab dicerai Zaid, ia dipersunting oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Maka tersebarlah gunjingan orang-orang Munafiq,
bahwa Muhammad telah menikahi anak perempuannya. Seketika itu turun ayat 40
surah Al-Ahzab yang membatalkan 'tabanni' (mengangkat anak angkat), sekaligus
penjelasan bahwa anak angkat, secara hukum tidak bisa dianggap sebagai anak
kandung.
مَّا كَانَ
مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَـٰكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ
النَّبِيِّينَ ۗ
وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Muhammad
itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu , tetapi
dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.” (QS.
Al Ahzab : 40)
Anak angkat tidak bisa saling waris mewarisi dengan
bapak angkatnya. Demikian pula, isteri yang telah dicerai halal untuk dinikahi
bapak angkatnya. Dalam ayat tersebut tercantum langsung nama 'Zaid', yang
dengan demikian, ia adalah satu-satunya shahabat yang namanya tercantum dalam
Al-Qur'an.
Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu gugur
sebagai syahid dalam perang Mu'tah, pada Jumadil Awwal 8 H. Pada waktu itu
usianya 55 tahun.
21]. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam : “Seseorang itu akan dihimpunkan bersama dengan orang yang dicintainya.”
Imam Nawawi telah meriwayatkan dalam Syarah Muslim tentang arti cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Abu Salamah al-Khaththaby. Dalam Syarah itu dikatakan, ”…Engkau tidak dikatakan benar-benar mencintaiku hingga dirimu binasa dalam taat kepadaku, dan engkau lebih mementingkan ridhaku daripada hawa nafsumu, meski engkau binasa karenanya.”
Imam Nawawi telah meriwayatkan dalam Syarah Muslim tentang arti cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Abu Salamah al-Khaththaby. Dalam Syarah itu dikatakan, ”…Engkau tidak dikatakan benar-benar mencintaiku hingga dirimu binasa dalam taat kepadaku, dan engkau lebih mementingkan ridhaku daripada hawa nafsumu, meski engkau binasa karenanya.”
Dalam
hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
- صلى الله عليه وسلم
- قَالَ فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ
وَوَلَدِهِ
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam
bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak sempurna keimanan
seseorang dari kalian sampai ia mencintai aku melebihi kedua orang tuanya dan
anaknya.” (HR.
Bukhari no.14)
Penjelasan
Hadits
قَالَ فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ
Demi
Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya
Rasulullah
mengawali sabdanya dengan sumpah. Ini menunjukkan bahwa apa yang akan
disampaikan beliau benar-benar sangat penting. Orang yang mendengar sumpah
Rasulullah perlu memperhatikan dengan ekstra bahwa ada taklimat atau instruksi
yang khusus dan istimewa. Termasuk dalam hadits ini. Ibnu Hajar berdalil dengan
hadits ini untuk memperbolehkan sumpah terhadap sesuatu dengan niat
menguatkannya.
Siapakah
Dzat yang jiwa Rasulullah berada di tangan-Nya? Dzat itu tidak lain adalah
Allah. Kadang kita jumpai terjemahan yang kurang tepat dalam bahwa Indonesia
dengan mengartikannya menjadi “demi jiwaku yang berada dalam kekuasaan-Nya”.
Padahal kita dilarang untuk bersumpah dengan selain Allah.
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ
tidak
sempurna keimanan seseorang dari kalian
Sebagaimana
dijelaskan dalam hadits sebelumnya, arti kalimat ini adalah “tidak sempurnya
keimanan seseorang”. Makna kesempurnaan iman lebih tepat dari pada sahnya iman.
Sebab jika yang dimaksud hadits ini adalah sahnya iman, yang berarti hilangnya
iman atau menjadi kafir ketika kecintaan kepada Rasulullah tidak sempurna maka
sungguh sedikit orang yang beriman. Sebagian besar muslim dituduh kafir dengan
kurangnya kecintaan kepada Rasulullah. Ini bisa menjadi sebab takfir yang
berbahaya.
حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ
sampai
ia mencintai aku melebihi kedua orang tuanya dan anaknya
Inilah
cinta yang dituntut dari seorang mukmin agar keimanannya sempurna. Ia harus
mencintai Rasulullah melebihi kecintaannya pada orang tua dan anak. Mengapa
disebutkan orang tua dahulu baru anak? Ibnu Hajar Al-Asqalani berpendapat
karena setiap orang pasti memiliki orang tua, namun tidak semua orang memiliki
anak. Urutan penyebutan ini berbeda dengan hadit berikutnya. Pada hadits lainnya,
anak didahulukan melebihi orang tua. “Karena,” kata Ibnu Hajar Al Asqalani
melanjutkan, “umumnya orang lebih mencintai anak dari pada orang tua.”
Hadits
ini singkat, tetapi sangat berat pengamalannya. Seorang mukmin harus mencintai
Rasulullah melebihi orang tua dan anaknya. Jika cinta kepada orng tua
melahirkan hormat serta bakti, dan cinta kepada anak berarti memenuhi
permintaan-permintaannya, maka cinta kepada Rasulullah harus lebih hebat dari
pada itu. Cinta kepada Rasulullah melebihi kecintaan kepada orang tua berarti
mentaati Rasulullah melebihi kepatuhannya kepada orang tua. Pun demikian dengan
cinta Rasulullah yang melebihi kecintaan kepada anak berarti menjalankan
sunnah-sunnah Rasulullah melebihi bersegeranya ayah memenuhi permintaan
anak-anaknya.
22]. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَلَقَدْ
ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ
لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا
وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ
أُولَـٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ
أُولَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu
seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang
yang lalai.” (QS.
Al A’raf : 179)
23]. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda
:
وعن
ابنِ عُمرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُما قالَ: قالَ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُو مِنْهُمْ)). أَخْرَجَهُ أبو داودَ، وصَحَّحَهُ ابنُ
حِبَّانَ.
“Barangsiapa meniru-niru suatu kaum, maka
(pada dikumpulkan hari akherat) bersama kaum itu” (HR. Abu Daud, Shahih
Ibnu Hibban)
24]. Allah subhanau wa ta’ala berfirman :
وَإِنَّ
عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ كِرَامًا
كَاتِبِينَ يَعْلَمُونَ
مَا تَفْعَلُونَ
“Padahal
sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu),
yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu),
mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Infithar : 10-12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar