Maulana Yunus Palanpuri
Markaz
Indonesia, Mesjid Jami’ Kebon Jeruk
Bayan
Maghrib
Allah
telah jadikan dunia ini tempat ujian, Darul Imtihan. Setiap manusia dalam
keadaan apa saja dan siapa saja selalu dalam keadaan di uji oleh Allah.
Kesenangan itu ujian dari Allah, kesusahan itu juga ujian dari Allah. Kesehatan
itu ujian dari Allah dan sakitpun juga ujian dari Allah. Harta, jabatan, keluarga,
perdagangan, rumah, kerabat, teman, tetangga, anak yatim, semua keadaan adalah
ujian dari Allah. Allah tidak pandang status seseorang atau jabatannya, yang
Allah lihat adalah sejauh mana orang itu mau sabar dalam ujian dan taat pada
perintah Allah ketika di uji. Allah awasi manusia setiap saat, semuanya
tercatat oleh malaikat seluruh perbuatannya, tidak ada yang meleset. Hasilnya
akan Allah nampakkan nanti di akherat. Kita disuruh baca sendiri oleh Allah,
disuruh menghitung sendiri amal perbuatannya. Di pengadilan Allah, semuanya
akan Allah hisab, ditanya, dan harus dipertanggung jawabkan. Hasilnya hanya ada
2 saja :
1.
Surga : Bahagia selama-lamanya
2.
Neraka : Menderita selama-lamanya
Firman
Allah :
قُلْ هَـٰذِهِ
سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ
بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ
اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah:
"Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada
termasuk orang-orang yang musyrik".” (QS. Yusuf : 108)
Jalannya
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya adalah
mengajak manusia untuk taat kepada Allah. Sejauh mana mereka mengikuti jalan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan sahabat radhiyallahu ‘anhum
ajma’in, sejauh itu pula pertolongan Allah dan bantuan Allah kepada mereka.
Mereka inilah orang-orang yang akan Allah menangkan, sebagaimana Allah telah
menangkan para Nabi ‘alaihimush shalatu wassalam dan Sahabat radhiyallahu
‘anhum ajma’in diatas musuh-musuh mereka. Sedangkan musuh para Nabi ‘alaihimush
shalatu wassalam adalah mereka yang menentang Jalan Hidup para Anbiya ‘alaihimush
shalatu wassalam, mereka inilah orang yang celaka. Sudah Allah ceritakan
dalam Al Quran kehidupan musuh-musuh Nabi yang menyebabkan mereka Allah
binasakan. Allah tidak memandang kesuksesan mereka dalam hal keduniaan, yang Allah
mau adalah ketaatan mereka kepada Allah.
Inilah
yang namanya ujian, hanya ada 2 jalan :
1.
Hidup Cara Nabi : Jalan keselamatan dan kebahagiaan (Darrussalam)
2.
Hidup Cara Musuh-musuh Nabi : Jalan menuju Kebinasaan dan kesengsaraan
Sekarang
kita coba Tafakkur (berpikir tentang kehidupan kita) dan Muhasabbah (menghisab
kehidupan kita), ada di jalan yang mana kita saat ini. Inilah modal kita untuk
selamat yaitu sering bertafakkur dan bermuhasabah agar kita tetap berada pada
jalan yang benar. Jika kita ternyata berada pada jalan yang keliru, segeralah
bertobat dan ubah haluan. Kita tata hidup kita kembali menjadi seperti
kehidupan yang Allah mau, yaitu kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Mumpung kita masih punya
waktu untuk merubah jalan dari yang salah kepada jalan yang benar. Penyesalan
di akherat nanti sudah tidak ada gunanya lagi. Jalan Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dan para sahabat adalah jalan yang menuju kepada pengampunan dosa.
Yaitu jalan-jalan orang yang bertobat dan senantiasa memperbaiki diri. Mereka
yang mengambil jalan ini akan selalu berinabah, mengembalikan segala sesuatunya
kepada Allah.
Kesalah
fahaman terbesar yang terjadi pada ummat saat ini adalah ummat saat ini
berkerja, bersusah payah, memaksakan diri untuk mendapatkan sesuatu yang pada
akhirnya akan ditinggalkan, dan tidak akan di bawa ke dalam kubur. Suatu ketika
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada para sahabat radhiyallahu
‘anhum ajma’in, “Mana yang lebih kamu sukai harta yang kamu miliki atau
harta yang dimiliki oleh ahli waris ?” para sahabat menjawab, “Tentu
harta yang kami miliki sendiri ya Rasullullah” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata dalam mahfum hadits, “Sesungguhnya seluruh harta yang
kamu kirim untuk akheratmu adalah harta kamu yang sebenarnya, sedangkan harta
yang kamu tinggalkan adalah milik ahli warismu.” Inilah yang tidak di
sadari oleh umat saat ini bahwa yang namanya tabungan kita atau harta kita
adalah yang telah kita infakkan kepada Allah, dan yang kita tinggalkan ini akan
menjadi milik orang lain. Jadi hari ini orang mati-matian mengumpulkan harta,
agar bisa dinikmati oleh orang lain. Harta yang di dunia ini tidak akan
selamanya bersama kita, tetapi yang telah dikirim kepada Allah inilah yang akan
kekal.
Ada
3 Macam Nikmat yang Allah berikan kepada manusia :
1.
Nikmat Zohiriah : Dari Sifat Pengasih Allah (Ar Rahman)
Seperti
Nikmat : Udara, Air, Panas Matahari, Harta, Pangkat, dan lain-lain. Ini
diberikan kepada seluruh manusia
2.
Nikmat Bathiniah : Dari Sifat Penyayang Allah (Ar Rahim)
Seperti
Nikmat : Taqwa, Qona’ah, Hidayah, Shalat, Dzikir, dan lain-lain. Ini diberikan
hanya kepada orang yang beriman
3.
Nikmat Tertinggi : Yang diberikan kepada para Nabi dan Rasul
Yaitu
: Fikirnya, Risaunya, Akhlaqnya, dan Kerjanya Anbiya ‘alaihimush shalatu
wassalam. Ini diberikan kepada kekasih-kekasih Allah
Jika
nikmat tertinggi itu wujud dalam diri kita, berarti Allah sangat sayang pada kita.
Sedangkan Allah hanya memberikan nikmat tertinggi itu kepada orang yang paling
Allah cintai yaitu para Anbiya ‘alaihimush shalatu wassalam. Nikmat
kerajaan Allah berikan kepada musuh Allah juga seperti Firaun dan Namrud.
Nikmat harta juga Allah telah berikan kepada musuhnya yaitu Qorun. Nikmat
kesehatan Allah juga berikan kepada musuhnya yaitu Kaum Ad. Nikmat Teknologi
industri dan Arsitektur juga Allah berikan kepada kaum Tsamud. Nikmat Pertanian
juga Allah berikan kepada kaum Saba’. Namun nikmat yang paling mulia adalah
pertolongan dari Allah untuk mengikuti jalannya para Anbiya ‘alaihimush
shalatu wassalam dan sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Sekarang
pilihan ada di kita apakah kita mau mengikuti jejak musuh Allah atau kekasih
Allah.
Barang
siapa merasa lebih nikmat mendapat nikmat harta dibanding dengan nikmat Iman
dan Amal, berarti dia sudah menghina Allah sebagai pemberi Nikmat tertinggi.
Nikmat harta ini nilainya tidak lebih besar dari sebelah sayap nyamuk,
sedangkan nikmat amal disisi Allah melebihi besarnya langit dan seluruh isinya.
Untuk itu kita harus mensyukuri nikmat amal ini melebihi nikmat harta yang kita
miliki. Satu Amal ini walaupun sebesar biji sawi, dapat kita bawa sampai mati,
dan dapat menyelamatkan kita dari adzab Allah di akherat. Sedangkan harta di
dunia, jika tidak kita gunakan untuk kemauan Allah maka ini hanya laku di
dunia, sedangkan di akherat akan di hisab dengan keras. Siapa saja yang kufur
dari nikmat yang Allah berikan maka Allah akan rampas nikmat itu dan Allah akan
binasakan orang itu. Sebagaimana Allah telah binasakan orang-orang yang kufur dari
nikmat Allah seperti Firaun, Qorun, Kaum Ad, Kaum Saba, dan lain-lain. Hari ini
kita lihat hati kita, lebih terkesan mana mendapatkan nikmat-nikmat musuh Allah
atau nikmat menjalani kehidupan para Nabi.
Firman
Allah subhanahu wa ta’ala :
كُنتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ…
“Kamu
adalah umat yang terbaik (Chairu Ummah) yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang Ma’ruf dan mencegah yang Mungkar, dan kalian beriman kepada Allah…” (QS. Ali Imran :
110)
Nikmat
Akbar atau nikmat besar dari Allah yang diberikan kepada Ummat saat ini adalah
Predikat Chairu Ummah, Gelar Ummat Terbaik. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah pemimpin para Anbiya ‘alaihimush shalatu wassalam
dan kita adalah ummat yang terbaik. Allah berikan pridikat umat terbaik kepada
umat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam asbab kerja yang mulia yaitu
kerja Dakwah, kerjanya para Nabi. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan
para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in datang kepada manusia untuk
mengajak mereka kepada Nikmat yang Akbar. Tetapi kebanyakan dari mereka malah
lari bahkan menentangnya.
Yang
harus menjadi fikir kita saat ini adalah bagaimana umat dapat selamat dari
adzab Allah, di dunia dan akherat. Kita perlu kerjakan Dakwah ini dengan :
1.
Yakin Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam : Tidak terkesan pada keadaan
apapun
2.
Tertib Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam : Cara yang di contohkan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
3.
Akhlaq Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam : Iqram, Khidmat, Kasih Sayang,
Hikmah
4.
Fikir Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam : Kerisauannya dan Bashirahnya
Sedangkan
modalnya dan asbabnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hanya :
1.
Yakin yang benar : Allah bersama Saya
2.
Perintah Allah : Dibalik perintah ada pertolongan Allah
3.
Do’a : Senjata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
Inilah
methode dakwah peninggalan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Siapa saja
yang meninggalkan dakwah maka dia akan jatuh dari pandangan Allah. Allah akan
buang dia seperti manusia membuang sampah ke tempat sampah lalu tidak di
lihatnya lagi. Allah akan tutup pintu-pintu keberkahan wahyu darinya. Dia tidak
akan diperhatikan dan ditolong oleh Allah. Do’anya tidak akan di dengar dan
Allah akan sibukkan dia pada amal-amal yang Allah benci. Sehingga dia akan mati
dalam keadaan dibenci oleh Allah.
Sahabat
memenangkan peperangan, namun ketika pembagian ghanimah malah banyak yang
menangis. Abu Darda radhiyallahu ‘anhu ditanya oleh yang lain kenapa dia
menangis, dia menjawab, “Jika kita sampai kufur terhadap nikmat yang Allah
beri ini, maka nanti Allah akan hinakan kita seperti Allah hinakan Bani Israil
ketika mereka kufur dari Nikmat Allah. Mereka meninggalkan perintah Allah,
sehingga Allah cabut kenikmatan mereka dan Allah hinakan mereka.” Abu Darda
radhiyallahu ‘anhu takut kita tertimpa musibah dan kehinaan seperti Bani
Israil ketika mereka kufur dari Nikmat yang Allah berikan.
Bani
Israilpun pada awalnya Allah berikan banyak kenikmatan seperti :
1.
Kenikmatan bebas dari rasa takut terhadap Firaun
2.
Kemenangan melawan Firaun
3.
Makanan dan minuman yang datang dari langit
4.
Di tunjukkan kebesaran-kebesaran Allah, dan lain-lain
Namun
mereka lalai dari pemberian Allah kepada mereka. Mereka tinggalkan perintah
Allah dan kufur terhadap nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka.
Akhirnya Bani Israil Allah hinakan sampai hari kiamat. Abu Darda radhiyallahu
‘anhu takut kita bernasib sama seperti Bani Israil yang kufur dari nikmat
Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata mahfum, “Setiap
umat memeliki fitnah, sedangkan fitnah ummatku adalah harta.” Awal
kehancuran dari ummat ini adalah ketika fitnah harta sudah masuk ke dalam
kehidupan ummat. Apa itu fitnah harta yaitu harta yang dapat melalaikan kita
dari perintah Allah dan menyebabkan kita kufur dari nikmat Allah. Jika harta
sudah masuk ke dalam ummat akan terjadi 4 perkara, dan ini telah terjadi secara
berulang-ulang dan terus menerus sampai hari kiamat. 4 perkara itu adalah :
1.
Kesibukan mengurus harta, sehingga lalai dari Amal Agama
2.
Perpecahan diantara ummat
3.
Menyebabkan hati menjadi keras
4.
Pintu menuju kemaksiatan akan terbuka
Jika
kita lebih menangisi harta kita yang telah hilang dibanding menangisi perintah
Allah yang kita tinggalkan, maka do’a kita tidak akan di dengar oleh Allah. Ciri-ciri
orang yang tawakkal kepada Allah adalah ketika dia kehilangan sesuatu, maka dia
akan berkata, “Innalillaahi wa innaa illaihi Raaji’uun”, segala sesuatu
datangnya dari Allah dan kepada Allahlah kembalinya segala sesuatu. Pada
hakekatnya kita tidak memiliki apa-apa. Allahlah yang memberikan segala sesuatu
kepada kita, dan Allah pulalah yang mengambilnya. Bahkan diri kita ini adalah
milik Allah, yang sewaktu waktu Allah akan mengambilnya. Maulana Ibrahim rahmatullah
‘alaih dari India berkata, “Ciri-ciri kebathilan terbesar dalam diri
manusia adalah ketika dia mengira bahwa harta dan diri dia adalah milik dia.
Padahal segala sesuatu ini adalah milik Allah. Untuk membenarkan kesalah
fahaman ini, maka penting kita korbankan diri dan harta kita di jalan Allah.”
Kita
ini adalah dutanya Allah di muka bumi, sehingga kita di tuntut untuk bekerja
seperti seorang duta. Jika seorang duta di kirim ke suatu negeri, maka kekuatan
negara yang mengirim akan bersama dia. Jika si duta ini disakiti maka negara
yang mengirimpun akan turun tangan. Begitu juga kita, sebagai duta Allah,
kekuatan yang mengirim bersama yang di kirim. Namun jika kita tidak menjalankan
tugas kita sebagai seorang duta, maka Allah akan memecat kita sebagaimana
negara akan memecat dutanya yang lalai dari amanat negara dan akan menggantinya
dengan yang lain. Tanpa kita sadari kita sudah bekerja sebagai supir, pembantu,
atau yang tingkatannya jauh lebih rendah dari seorang duta. Begitu juga kita,
jangan tertipu dengan pekerjaan yang lebih kecil, sehingga pekerjaan besar kita
tinggalkan yaitu sebagai duta Allah. Jangan mau meninggalkan pekerjaan yang
besar dan mempunyai derajat tinggi di sisi Allah, demi mengurusi dunia saja
yang kecil disisi Allah.
Apa
tujuannya membuat Amal Maqomi dan Khuruj Fisabilillah? Tujuannya
adalah untuk perbaikan hati (Tazkiyatun Nafs) dan perbaikan Iman (Tazkiyatul
Iman). Kita buat maqomi dan keluar di jalan Allah agar hati kita ini bercahaya
dan agar kita siap menjadikan kerja dakwah ini sebagai maksud hidup. Maksud
dikirimnya para Anbiya ‘alaihimush shalatu wassalam adalah untuk buat
kerja dakwah agar manusia selamat dari siksa neraka dan membimbing mereka
menuju jalan ke surga. Siksa Neraka itu tidak terbayangkan kedahsyatannya,
kengeriannya, kepedihannya. Mereka meminta kepada Allah untuk dikembalikan ke
dunia agar bisa beramal. Namun kata Allah dalam Qur’an walaupun mereka di
kembalikan ke dunia, mereka akan tetap durhaka. Dikatakan Ahli Neraka ini akan
mengerang kesakitan dan saling menangisi selama ribuan tahun. Mereka akan
berteriak, “keluarkan kami…keluarkan kami..” Lalu Allah menjawab, “Diamlah
kamu dan terhinalah kamu selamanya.” Inilah penderitaan Ahli Neraka, dan
inilah asbab diutusnya para Anbiya ‘alaihimush shalatu wassalam.
Dakwah
para Anbiya ‘alaihimush shalatu wassalam itu adalah :
1.
Perkara Tauhid : Keyakinan yang sempurna
2.
Perkara Risalat : Jalan Keselamatan / Cara Hidup
3.
Perkara Akherat : Tempat kembali / Tujuan Akhir
Sedangkan
maksud dikirim para Anbiya ‘alaihimush shalatu wassalam adalah untuk :
1.
Tabligh : Menyampaikan perkara yang Haq
2.
Taklim : Mengajar manusia mengenal yang Haq
3.
Tazkiyah : Memperbaiki Akhlaq dan Keyakinan Manusia
Allah
subhanahu wa ta’ala menceritakan bagaimana doa Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam :
رَبَّنَا
وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ
وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ
أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Ya
Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al
Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka.
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al
Baqarah : 129)
Doa
Nabi Ibrahim ‘alaihis salam adalah memohon kepada Allah agar
dibangkitkan Rasul yang mentablighkan agama/ayat-ayat Allah, taklim Al Kitab
dan al Hikmah dan Tazkiyah. Dan ini juga kerja seluruh para Anbiya ‘alaihimush shalatu
wassalam
mengajak
terhadap tiga perkara tersebut.
Kita
harus tingkatkan pengorbanan kita sampai batas akhir kemampuan kita menuju
SurgaNya Allah. Sedangkan batas akhir Ahlul Dunia adalah Neraka Jahannam
sebagai tempat kembalinya. Kita perlu timbulkan rasa kasihan, sedih, prihatin
kepada mereka yang jauh dari Allah. Kita harus bisa menyayangi mereka
sebagaimana kita menyayangi keluarga dan diri kita sendiri. Kita harus risaukan
keadaan mereka di akherat nanti. Beri mereka nasehat dengan kerisauan yang
tinggi. Inilah Jalannya Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, Umar radhiyallahu
‘anhu, Utsman radhiyallahu ‘anhu, Ali radhiyallahu ‘anhu,
sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para Anbiya ‘alaihimush
shalatu wassalam yaitu Jalan Dakwah. Jika kita ikuti jalan mereka maka hati
kita akan bercahaya penuh dengan hidayah sehingga akan terlihat dengan jelas
oleh kita antara yang Haq dan yang Bathil. Terus kita tingkatkan pengorbanan
sampai ke batas pengorbanan sahabat sampai hilang kesan kita terhadap
keduniaan. Banyak do’a kepada Allah karena ketaatan hanya dapat dilakukan
dengan pertolongan Allah.
Maulana
Ilyas rahmatullah ‘alaih berkata : “Barangsiapa yang ikut kerja
dakwah tetapi tidak yakin Allah akan menolong dia berarti orang ini adalah
orang yang fasik.”
Allah
akan tolong kita seperti Allah telah tolong sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in
dan para Nabi ‘alaihimush shalatu wassalam. Siapa saja yang mengisi
hatinya dengan Amal Agama, maka Allah akan masukkan cahaya ke dalam hatinya
sehingga ia dapat melihat dengan cahaya Allah. Umar radhiyallahu ‘anhu
pernah berkata, “Hati-hati dengan firasat orang beriman.” Khalid bin
Walid radhiyallahu ‘anhu suatu ketika mau di jebak oleh seorang Raja,
tetapi ketika itu Allah beri Ilham dan firasat kepada Khalid bin Walid radhiyallahu
‘anhu. Si utusan Raja ketakutan ketika Khalid sadar bahwa dirinya akan di
jebak, sehingga dia beberkan seluruh rahasia dan rencana penjebakan tersebut.
Ketika itu Khalid radhiyallahu ‘anhu datang menuju jebakan Raja, namun
dia datang dengan persiapan. Akhirnya jebakan tersebut hanya memakan si raja
itu sendiri. Inilah pertolongan Allah kepada orang beriman. Khalid radhiyallahu
‘anhu tidak bisa di tipu karena dia dapat melihat dengan cahaya Allah.
Ketika Cahaya masuk ke dalam hati, maka akan menghilangkan kegelapan di
sekililingnya. Sehingga sesuatu yang tidak nampak oleh mata manusia terlihat
oleh orang yang hatinya di penuhi oleh cahaya Allah. Ummat hari ini di tipu
atau di jebak tetapi dirinya tidak tau bahwa dirinya telah di tipu dan di
jebak. Ini dikarenakan Hati ini tidak masuk cahaya Allah. Seperti katak dalam
tempurung, di kegelapan merasa dapat mengetahui segalanya, padahal dia tertutup
dari yang namanya kebenaran.
Seorang sahabat setiap ada peperangan selalu membuka pakaian besinya agar bisa mati di jalan Allah. Tetapi apa yang terjadi, pesan pimpinan musuhnya, “Jika kalian bertemu dengan orang yang telanjang dada, lari saja…” Maka dalam peperangan, tentara musuh, setiap melihat Birrah radhiyallahu ‘anhu lari ketakutan seperti domba yang lari melihat srigala. Ini dikarenakan hati para sahabat ini telah dimasuki oleh cahaya Allah. Sehingga cahaya ini bisa menembus dan melihat kepada kehidupan sesudah mati. Sahabat mencintai mati sebagaimana Ahlul Dunia mencintai harta.
Seorang sahabat setiap ada peperangan selalu membuka pakaian besinya agar bisa mati di jalan Allah. Tetapi apa yang terjadi, pesan pimpinan musuhnya, “Jika kalian bertemu dengan orang yang telanjang dada, lari saja…” Maka dalam peperangan, tentara musuh, setiap melihat Birrah radhiyallahu ‘anhu lari ketakutan seperti domba yang lari melihat srigala. Ini dikarenakan hati para sahabat ini telah dimasuki oleh cahaya Allah. Sehingga cahaya ini bisa menembus dan melihat kepada kehidupan sesudah mati. Sahabat mencintai mati sebagaimana Ahlul Dunia mencintai harta.
Kenapa
kita dikenalkan kepada usaha nubuwah ini yaitu untuk menyebarkan kebaikan
kepada seluruh manusia, membawa kabar gembira tentang Surga yang Allah
janjikan, dan memberi peringatan tentang Adzab Allah. Kebaikan yang kita dapat
dari Dakwah ini adalah untuk diri kita sendiri. Bencana akan datang jika dakwah
di tinggalkan, dan Allah akan meminta pertanggung jawaban kita atas kerja
dakwah ini. Kita ajak manusia mengenal Allah dan janji-janjinya, lalu kita bawa
mereka kepada kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para
sahabat radhiyallahu ‘anhum ajam’in. Bagaimana mereka, Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajam’in, Allah
muliakan dunia dan akherat. Dakwah ini adalah usaha agar umat mau balik kepada
jalan keimanan dan jalan ketaqwaan, yaitu jalannya para Anbiya ‘alaihimush
shalatu wassalam dan Sahabat radhiyallahu ‘anhum ajam’in. Kesibukan
kita hari ini adalah dengan perkara yang kecil dan hina disisi Allah. Kita
melupakan perkara yang dapat menaikkan derajat kita dan yang justru menyebabkan
kita mulia dan besar disisi Allah. Kekuatan Allah akan bersama dengan umat ini
jika mereka mau hidupkan dakwah dan kembali kepada kehidupan dan jalan para
Anbiya ‘alaihimush shalatu wassalam dan Sahabat radhiyallahu ‘anhum
ajam’in.
Permisalan
gerak dakwah yang dilakukan umat ini adalah seperti salju yang meleleh karena
sinar matahari sehingga mengalir turun gunung, masuk ke lembah-lembah, turun ke
parit, lalu ke sungai, dan menuju Laut. Air ini memberi manfaat kepada semua
yang di lewatinya. Gerak air ini suci dan mensucikan. Ketika air ini gerak
manfaatnya adalah buat tumbuh-tumbuhan, binatang yang haus, membersihkan
kotoran, dan lain-lain. Semuanya dapat mengambil manfaat, selama air itu dalam
keadaan bergerak.
Sedangkan
permisalan orang yang berhenti dari dakwah ini seperti air yang terjebak ke
dalam lobang-lobang air, dia akan menetap disana. Air yang terjebak ini akan
tergenang, lalu dikencingi orang, diberaki binatang, diminum anjing, sehingga
tidak suci lagi dan banyak penyakit. Seiring waktu berjalan air yang terjebak
itu akan menjadi mudharat buat yang lain. Begitu juga orang yang tidak buat
gerak dakwah maka dia akan terjebak ke dalam lobang-lobang dunia, kantor,
tahta, jabatan, sehingga orang ini akan menjadi rusak dan membawa mudharat bagi
orang lain. Ketika dia terjebak dalam lobang dunia maka dia akan mulai
meninggalkan sunnah, yakinnya mulai rusak, mulai lalai dari perintah Allah, dan
akhlaqnya akan menjadi buruk. Sehingga yang muncul adalah perbuatan merusak
seperti mencuri, korupsi, memfitnah, seperti penyakit yang timbul dari air yang
kotor. Asbab ini yang terlihat dari umat adalah sisi yang buruk saja.
Sahabat
bergerak menyebarkan cahaya Allah, sehingga semua orang dapat mengambil manfaat
dari kehidupan mereka. Allah berjanji siapa saja yang menolong Agama Allah maka
Allah akan menolong mereka. Kita aja manusia kepada cahaya Allah yang
mengeluarkan manusia dari kegelpan. Tambah pengorbanan jangan sampai kerja kita
tidak ada peningkatan nanti ada yang marah. Seperti anak kecil ketika dia kecil
hanya bisa mencoret-coret saja namun masih di puji-puji oleh orang tuanya dan
gurunya. Tetapi jika sudah besar masih kerjanya coret-coret saja tidak ada
perkembangan maka ini bisa menjadi asbab dimarahi oleh guru dan orang tuanya.
Begitu juga dalam kerja ini jika kita tidak ada peningkatan dalam kerja agama
nanti Allah akan marah pada kita. Bagi orang yang sudah lama dalam usaha ini
buat peningkatan kerja dan pengorbanan lebih banyak lagi. Orang lama ini
seperti mobil yang memimpin di depan, jika mobil yang di depan ini mogok maka
mobil yang dibelakang akan berhenti dan akan terjadi kemacetan. Jadi jangan
biarkan diri kita berhenti, maju terus, berkorban terus sampai tidak ada lagi
yang bisa kita korbankan. Nanti Allah akan tampakkan hasilnya di akherat.
Insya
Allah niat 4 bulan keluar di jalan Allah……………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar