Pages

Selasa, 01 Maret 2016

236. SHALAT HAJAT



Setiap manusia memiliki kebutuhan dan keinginan, bahkan bisa dikatakan keinginan tersebut selalu ada dan tidak terbatas.Dari mulai keinginan yang dibutuhkan menyangkut dirinya sampai kepada keinginan yang dibutuhkan menyangkut sebuah negara. Bagi orang yang beriman, segala kebutuhan, cita-cita, harapan, dan keinginan tersebut, tidak serta merta selalu ditempuh melalui jalan usaha secara praktis belaka. Akan tetapi, ia akan terlebih dahulu mengadukannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala, sebab Dia adalah Dzat Yang Mahakaya, yang memiliki langit, bumi, dan seluruh alam semesta, Dzat Yang tidak bakhil dalam memberi kepada yang memohon dan meminta kepada-Nya.

Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam setiap kali menghadapi kesulitan beliau selalu mengadukannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala melalui shalat. Mengadu dan memohon kepada Tuhan yang tidak pernah sekali pun berada dalam lemah dan miskin. Kenapa? Karena shalat adalah jalan keluar bagi mereka yang memiliki kesulitan dan kebutuhan, juga sebagai media dimana seorang hamba mengadukan segala persoalan hidup yang dihadapinya.

Shalat hajat merupakan bagian dari keringanan dan rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala bagi hamba-Nya. Pada praktiknya shalat hajat ini sangat mudah dan bisa dilakukan pada siang hari atau malam, tidak seperti pada shalat-shalat lainnya secara umum. Misalnya, shalat dhuha hanya bisa dilakukan pada saat matahari terbit sampai datangnya waktu zuhur, atau shalat tahajud yang hanya bisa dilakukan pada malam hari.

Shalat hajat, ditetapkan atau disyariatkan yang secara khusus dikaitkan kepada ibadah bagi yang sedang memiliki kebutuhan atau permasalahan. Dan tentunya, ini lebih spesifik dibandingkan dengan shalat-shalat lain dan memiliki suatu keistimewaan sendiri dari Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Selain itu, shalat hajat merupakan suatu cara paling tepat dalam mengadukan permasalahan yang sedang dihadapi oleh seorang muslim kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

1. Dalil Shalat Hajat.

A. Dalil dalam Al Qur’an.

Di dalam Al-Qur`an, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَاسْتَعِينُوابِالصَّبْرِوَالصَّلَاةِ ۚ) البقرة :153(

“Carilah pertolongan (Allah) dengan sabar dan shalat.” (QS. Al Baqarah: 45)

Penjelasan QS. Al Baqarah : 45 :

Terdapat kisah mengenai Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu. Ketika ia sedang dalam perjalanan, ia mendapatkan berita kematian saudaranya yang bernama Qutsam. Maka ia segera turun dari untanya dan mengerjakan shalat 2 raka’at di pinggir jalan. Ia berdoa cukup lama di dalam tasyahudnya. Kemudian ia berdiri untuk melanjutkan perjalanannya seraya membaca ayat Al Qur’an:

وَاسْتَعِينُوابِالصَّبْرِوَالصَّلَاةِ ۚ

“Carilah pertolongan (Allah) dengan sabar dan shalat.” (QS. Al Baqarah : 45)

Ada kisah lain mengenai Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, yaitu ketika ia mendengar berita wafatnya salah seorang Azwaajun Muthahharah (Istri-istri Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam). Ia segera bersujud. Ketika ada seseorang menanyakan perbuatannya itu, ia menjawab,”Beginilah yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika kita mendapatkan musibah. Hendaklah kita sibuk dengan shalat, dan tidak ada musibah yang lebih besar selain wafatnya Ummul Mukminin.”  HR. Abu Dawud)

Ketika Ubadah radhiyallahu ‘anhu hampir wafat, ia berkata kepada orang-orang di sekitarnya,”Janganlah kalian menangisiku. Jika ruhku keluar, aku minta agar kalian berwudhu dengan sempurna dan pergi ke masjid. Sholatlah dan beristighfarlah untukku, karena Allah menuyuruh kita agar selalu memohon pertolongan dengan sabar dan shalat, kemudian baringkanlah aku dalam liang kubur.”

Suami Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anha yaitu Abdurrahman radhiyallahu ‘anhu telah ditimpa sakit parah. Sedemikian parah sakitnya sehingga semua orang menyangka ia telah wafat. Melihat hal itu, Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anha segera mendirikan shalat.Selesai shalat, Abdurrahman radhiyallahu ‘anhu siuman.Ia bertanya kepada orang-orang di sekelilingnya,”Apakah aku tadi seperti orang mati?” Orang-orang menjawab,”Ya.” Abdurrahman radhiyallahu ‘anhu berkata,”Dua malaikat telah mendatangiku dan berkata,’Pergilah menghadap Ahkamul Haakimiin.Dialah yang akan memutuskan perkaramu.’Kedua malaikat itupun membawaku pergi. Lalu kami berjumpa dengan malaikat ketiga yang menghampiri kami dan berkata kepada dua orang malaikat yang membawaku tadi,” Kamu berdua pergilah! Dia (Abdurrahman radhiyallahu ‘anhu) termasuk golongan orang-orang yang berbahagia dan beruntung yang tertulis sejak ia berada dalam kandungan ibunya. Dan sekarang anak-anaknya masih mendapatkan manfaat darinya.’” Setelah peristiwa itu, Abdurrahman radhiyallahu ‘anhu masih hidup selama kurang lebih 1 bulan, lalu ia meninggal dunia. (Dari Kitab Durrul Mantsur)

Abdullah bin Salam radhiyallahu ‘anhuberkata,”Apabila keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ditimpa suatu kesulitan, maka beliau akan menyuruh keluarganya mendirikan sholat seraya membaca Al Qur’an:

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاة ِوَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَانَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ  ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

“Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeqi kepadamu, tapi Kamilah yang memberi rezeqi kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Thaahaa: 132)

B. Dalil dalam Al Hadits dan Kisah-kisah.

Shalat hajat merupakan salah satu jenis shalat yang disyariatkan di dalam Islam. Dasar hukum shalat hajat terdapat di dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.Para sahabat, ulama salaf, dan para shalihin biasa melakukan shalat hajat, terutama ketika mereka memiliki suatu kebutuhan, baik dalam situasi mendesak maupun dalam situasi biasa. Dari beberapa keterangan yang terdapat di kitab-kitab, baik ulama salaf maupun khalaf (kontemporer), shalat ini telah banyak membuktikan keampuhan atau terkabulnya seluruh permohonan dari kebutuhan yang mereka pinta kepada Allahsubhanahu wa ta’ala.

Dalam buku "Keajaiban Shalat Hajat" yang ditulis oleh Ibnu Thahir, telah banyak para shalihin atau hamba Allah yang mendapatkan keajaiban shalat hajat ini, bahkan secara spontan.

Hadits Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam terkait shalat hajat antara lain :

a. Kisah Shalat Hajat Istri Nabi Ibrahim a’alihis salam.

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ حَدَّثَنَا شُعَيْبٌ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَاجَرَ إِبْرَاهِيمُ بِسَارَةَ دَخَلَ بِهَا قَرْيَةً فِيهَا مَلِكٌ مِنْ الْمُلُوكِ أَوْ جَبَّارٌ مِنْ الْجَبَابِرَةِ فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ أَنْ أَرْسِلْ إِلَيَّ بِهَا فَأَرْسَلَ بِهَا فَقَامَ إِلَيْهَا فَقَامَتْ تَوَضَّأُ وَتُصَلِّي فَقَالَتْ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ آمَنْتُ بِكَ وَبِرَسُولِكَ فَلَا تُسَلِّطْ عَلَيَّ الْكَافِرَ فَغُطَّ حَتَّى رَكَضَ بِرِجْلِهِ

“Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu'aib telah menceritakan kepada kami Abu Az Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengatakan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ibrahim berhijrah bersama Sarah, kemudian mereka memasuki suatu desa yang dipimpin oleh seorang raja atau diktator. Raja mengutus seorang ajudan untuk menemui Ibrahim; 'Panggil Ibrahim untuk menghadapku bersama isterinya', lantas sang ajudan membawa isterinya kepada sang raja. Ketika raja berdiri menghadap Sarah, Sarah lantas berwudhu dan shalat dan memanjatkan doa; 'Ya Allah, jika aku beriman terhadap-Mu dan rasul-Mu, maka janganlah Engkau kuasakan seorang kafir kepada kami', ketika itu pula kaki sang raja terbenam ke dalam bumi hingga meronta-ronta dengan kakinya." (HR. Imam Bukhari No. 6436)

b. Kisah Shalat Hajat Seorang Buta Agar Bisa Melihat.

Hadits dari ‘Utsman bin Hunaif radhiyallahu ‘anhu.

حديث مرفوع (وَسَمِعْتُ أَبَا زُرْعَةَ ، وَحَدَّثَنَا بِحَدِيثٍ : اخْتَلَفَ شُعْبَةُ وَهِشَامٌ الدَّسْتَوَائِيُّ فَرَوَى شُعْبَةُ ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ الْخَطْمِيِّ ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ خُزَيْمَةَ ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ ، أَنَّ رَجُلا ضَرِيرَ الْبَصَرِ ، أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَنِي ، فَأَمَرَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ وَيُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ وَيَدْعُوَ : " اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ ، يَا مُحَمَّدُ إِنِّي تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ فَتُقْضَى لِي ، اللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ هَكَذَا رَوَاهُ عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ ، عَنْ شُعْبَةَ ، حَدَّثَنَا بِهِ أَبُو سَعِيدِ بْنُ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ الْقَطَّانُ ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عُمَرَ . وَرَوَاهُ مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ الدَّسْتَوَائِيُّ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ ، عَنْ عَمِّهِ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعْتُ أَبَا زُرْعَةَ يَقُولُ : الصَّحِيحُ : حَدِيثُ شُعْبَةَ قَالَ أَبُو مُحَمَّد : حكم أَبُو زُرْعَةَ لشعبة ، وذلك لم يكن عنده أن أحدا تابع هِشَام الدستوائي ، ووجدت عندي عَنْ يُونُس بْن عَبْد الأعلى ، عَنْ يَزِيد بْن وَهْب ، عَنْ أَبِي سَعِيد التميمي يَعْنِي شبيب بْن سَعِيد ، عَنْ روح بْن الْقَاسِم ، عَنْ أَبِي جَعْفَر ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْن سَهْل بْن حنيف ، عَنْ عمه عُثْمَان بْن حنيف ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، مثل حَدِيث هِشَام الدستوائي ، وأشبع متنا ، وروح بْن الْقَاسِم ثقة يجمع حديثه ، فاتفاق الدستوائي وروح بْن الْقَاسِم يدل عَلَى أن روايتهما أصح

“Seorang buta datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu mengatakan, “Berdoalah engkau kepada Allah untukku agar menyembuhkanku.”Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, “Apabila engkau mau, aku akan menundanya untukmu (di akhirat) dan itu lebih baik. Namun, apabila engkau mau, aku akan mendo’akanmu.” Orang itu pun mengatakan, “Do’akanlah.”Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu menyuruhnya untuk berwudhu dan memperbagus wudhunya serta shalat dua rakaat kemudian berdoa dengan doa ini, “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan Muhammad Nabiyyurrahmah. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap kepada Rabbku denganmu dalam kebutuhanku ini agar ditunaikan. Ya Allah, terimalah syafa’atnya untukku.” (HR. Ibnu Majah no. 1385 dan Tirmidzi no. 3578. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Riwayat Lain Shalat Hajat Seorang Buta Agar Bisa Melihat.

عن عثمان بن حنيف قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم وجاءه رجل ضريرفشكا إليه ذهاب بصره، فقال : يا رسول الله ! ليس لى قائد وقد شق علي فقال  رسول الله عليه وسلم : :ائت الميضاة فتوضأ ثم صل ركعتين ثم قل : اللهم إنى أسألك وأتوجه إليك لنبيك محمد نبي الرحمة يا محمد إنى أتوجه بك إلى ربك فيجلى لى عن بصرى، اللهم شفعه فيّ وشفعنى فى نفسى، قال عثمان : فوالله ما تفرقنا ولا طال بنا الحديث حتى دخل الرجل وكأنه لم يكن به ضر.  (أخرجه الحاكم فى المستدرك(

Dari Utsman bin Hunaif radhiyallahu ‘anhubahwa ada seorang yang buta matanya menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu ia mengatakan, “Sesungguhnya saya mendapatkan musibah pada mata saya, maka berdoalah kepada Allah (untuk) kesembuhanku.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Pergilah, lalu berwudhu, kemudian shalatlah dua rakaat. Setelah itu, berdoalah (dengan mengucapkan): ALLAHUMMA INNI AS`ALUKA, WA ATAWAJAHU ILAIKA BINABIYYI MUHAMMADIN NABIYIR ROHMATI, YAA MUHAMMAD INNI ASTASYFA’U BIKA ‘ALA ROBBI, FII RODDI BASHORI (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, dan aku menghadap kepada-Mu atas [perintah] Nabiku, Muhammad sebagai Nabi rahmat, wahai Muhammad, sesungguhnya saya meminta syafa’at kepada Tuhan-ku dengan dirimu agar Dia mengembalikan penglihatanku)."

Utsman bin Hunaif radhiyallahu ‘anhuberkata, “Dalam waktu yang singkat, laki-laki itu terlihat kembali seperti ia tidak pernah buta matanya.”Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika kamu memiliki kebutuhan, maka lakukanlah seperti itu (shalat Hajat).” (HR. Tirmidzi)

c. Dikabulkan Permintaannya Oleh Khalifah Utsman bin Affanradhiyallahu ‘anhu.

Dalam kitab Mu’jamu ash-Shaghir wal Kabiir, Imam Thabrani menceritakan: Ada seorang laki-laki memiliki kebutuhan (hajat), kemudian ia memintanya kepada Amirul Mukminin Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, tetapi Utsman bin Affan tidak memberikan apa yang dimintanya. Kemudian ia bertemu seseorang, yaitu Utsman bin Hunaif radhiyallahu ‘anhu. Lalu ia mengadukan permasalannya kepadanya. Akhirnya, Utsman bin Hunaif radhiyallahu ‘anhu menyuruhnya untuk melaksanakan shalat hajat, sebagaimana yang telah diajarkan –tata caranya-- dalam hadits. Kemudian, ia pun mengerjakannya. Setelah itu, ia pun datang kembali menemui Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Tidak disangka, Utman bin Affan radhiyallahu ‘anhu memuliakannya dan mengabulkan permintaan laki-laki tersebut. Dengan kejadian itu, ia pun menemui Utman bin Hunaif radhiyallahu ‘anhu (yang telah mengajarkannya shalat hajat) dan mengucapkan terima kasih kepadanya.

d. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Mengajari Doa Khusus Setelah Shalat Hajat.

Dari Abdullah bin Abi Aufa radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ كَانَتْ لَهُ إِلَى اللهِ حَاجَةٌ أَوْ إِلَى أَحَدٍ مِنْ بَنِي آدَمَ فَلْيَتَوَضَّأْ وَلْيُحْسِنِ الْوُضُوءَ ثُمَّ لْيُصَلِّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ لْيُثْنِ عَلَى اللهِ وَلْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ ثُمَّ لْيَقُلْ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، لاَ تَدَعْ لِي ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضًا إِلاَّ قَضَيْتَهَا، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

“Barang siapa yang mempunyai kebutuhan kepada Allah atau kepada seseorang dari bani Adam, maka berwudhulah dan perbaikilah wudhunya kemudian shalatlah dua raka’at. Lalu hendaklah ia memuji Allah Ta’ala dan bershalawat kepada Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mengucapkan (do’a), ‘Tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah yang Maha Penyantun dan Mahamulia, Mahasuci Allah Rabb Arsy yang agung, segala puji millik Allah Rabb sekalian alam, aku memohon kepada-Mu hal-hal yang menyebabkan datangnya rahmat-Mu, dan yang menyebabkan ampunan-Mu serta keuntungan dari tiap kebaikan dan keselamatan dari segala dosa. Janganlah Engkau tinggalkan pada diriku dosa kecuali Engkau ampuni, kegundahan melainkan Engkau berikan jalan keluarnya, tidak pula suatu kebutuhan yang Engkau ridhai melainkan Engkau penuhi, wahai Yang Maha Penyayang di antara penyayang’.”(HR. Tirmidzi no. 479 dan Ibnu Majah no. 1384. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if jiddan)

Dalam riwayat Ibnu Majah disebutkan,

ثُمَّ يَسْأَلُ اللَّهَ مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ مَا شَاءَ فَإِنَّهُ يُقَدَّرُ

“Kemudian ia meminta pada Allah urusan dunia dan akhiratnya, maka ia akan ditetapkan.”

Hadits di atas dibawakan oleh At-Tirmidzi pada Bab “Tentang Shalat Hajat”.

e.Kisah Shalat Hajat Seorang Laki-laki Agar Keledainya yang Telah Mati Bisa Hidup Kembali.

Diriwayatkan dari Abu Sirah an-Nakha’iy, dia berkata, “Seorang laki-laki menempuh perjalanan dari Yaman.Di tengah perjalan keledainya mati, lalu dia mengambil wudhu kemudian shalat dua rakaat, setelah itu berdoa.Dia mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya saya datang dari negeri yang sangat jauh guna berjuang di jalan-Mu dan mencari ridha-Mu. Saya bersaksi bahwasanya Engkau menghidupkan makhluk yang mati dan membangkitkan manusia dari kuburnya, janganlah Engkau jadikan saya berhutang budi terhadap seseorang pada hari ini. Pada hari ini saya memohon kepada Engkau supaya membangkitkan keledaiku yang telah mati ini.” Maka, keledai itu bangun seketika, lalu mengibaskan kedua telinganya.” (HR. Baihaqi; ia mengatakan, sanad kisah ini shahih)

f. Riwayat Shalat Hajat Seorang Kuli dengan Perampok.

Di Kuffah ada seorang kuli barang yang terkenal.Orang-orang selalu mempercayainya.Karena sifatnya yang jujur dan terpercaya, sehingga para pedagang banyak menitipkan barang atau uang kepadanya. Ketika ia sedang dalam perjalanan, ia bertemu dengan seorang laki-laki. Laki-laki itu bertanya, “Engkau mau kemana?” Kuli itu menjawab, “Akau akan ke kota....” Laki-laki itu berkata, “Aku juga akan ke sana. Aku dapat berjalan kaki bersamamu, atau bagaimana jika aku menumpang keledaimu dengan bayaran satu dinar?”Kuli itu pun setuju.

Ketika sampai di persimpangan jalan, laki-laki itu bertanya, “Jalan manakah yang akan engkau lalui?” “Jalan besar yang umum ini,” jawab kuli itu. Penumpang itu berkata, “Jalan yang satu ini lebih dekat dan lebih mudah bagi makanan binatang karena banyak rumput di sana.”Kuli itu menyahut, “Aku belum pernah melewati jalan ini.” “Aku sering melewatinya,” sahut penumpang itu. “Baiklah, jika begitu,” jawab kuli itu. Mereka pun melalui jalan itu.Beberapa lama kemudain, mereka tiba di sebuah hutan seram yang banyak terkapar mayat manusia.Tiba-tiba, penumpang tadi melompat dari keledai yang dinaikinya dan langsung mengeluarkan pedang dari balik punggungnya dengan niat membunuh kuli tadi.“Jangan!” teriak kuli itu “Ambillah keledai beserta semua barangnya, tetapi jangan bunuh aku.” Penumpang itu tidak memperdulikan tawaran tersebut, bahkan ia bersumpah akan membunuhnya, kemudian mengambil semua barangnya. Kuli tersebut merasa cemas, namun si penumpang tidak memperdulikannya sama sekali. Akhirnya, kuli itu pun berkata, “Baiklah, izinkan aku shalat dua rakaat untuk terakhir kalinya.”

Sambil tertawa, penumpang tadi mengabulkan permintaan kuli itu dengan mengatakan, “Silakan, cepatlah shalat!Mereka yang mati ini pun telah meminta hal yang sama sebelum mati, tetapi shalat mereka ternyata tidak menolong mereka sedikit pun.”Kuli itu pun segera melaksanakan shalat. Akan tetapi, setelah membaca surah Al-Fatihah, ia tidak dapat mengingat satu surah pun –untuk dibacanya--. Sementara itu, orang zalim itu (penumpang) menunggu sambil terus berteriak, “Cepat, selesaikan shalatmu!” Tanpa sengaja, sambil menangis, terbaca oleh lidah si kuli itu ayat yang berbunyi:

اَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّإِذَادَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ…..

“Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan ....” (QS An-Naml [27]: 62)

Setelah membaca ayat itu, tiba-tiba, muncullah seorang penunggang kuda bertopi gemerlapan dari besi. Ia datang dan menikam orang zalim tadi hingga mati. Di tempat orang zalim itu mati, keluarlah nyala api. Kuli itu langsung bersujud syukur ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala. Lalu, ia lari ke penunggang kuda tadi dan bertanya, “Siapakah engkau dan bagaimanakah engakau datang?”Ia menjawab, “Aku adalah hamba dari ayat yang engkau baca tadi. Sekarang, engkau aman dan dapat pergi ke mana pun sesukamu.”Setelah berkata demikian, orang itu pun menghilang.

g. Dengan Shalat Hajat, Permohonan Kita Dikabulkan Allah.

·        Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,”Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menemui suatu kesulitan, maka beliau segera mengerjakan shalat.” (Hadits Riwayat Ahmad, Abu Dawud- dalam Kitab Durrul Mantsur)

·        Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad shahih dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : "Barangsiapa yang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, kemudian shalat dua rakaat (Shalat Hajat) dan menyempurnakan ruku’ dan sujudnya, maka Allah akan memberikan apa yang ia minta, baik secara cepat atau lambat" (HR. Ahmad)

·        Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mempunyai kebutuhan (hajat) kepada Allah atau salah seorang manusia dari anak-cucu Adam, maka wudhulah dengan sebaik-baik wudhu. Kemudian shalat dua rakaat (shalat Hajat)....” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

2. Cara Shalat Hajat.


Dalam Ensiklopedia Fikih atau Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah 27: 211, “Para ulama sepakat bahwa shalat sunnah hajat adalah shalat yang disunnahkan.”

Shalat hajat tersebut dua raka’at sebagaimana pendapat dari ulama Malikiyah, Hambali dan masyhur dalam pendapat Syafi’iyah. Waktu pelaksanaan shalat hajat tidak ada waktu khusus dan pelaksanaan dua raka’at sama seperti shalat sunnah lainnya, tidak ada tata cara khusus. Juga ada penjelasan dari menantu Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin tentang anjuran shalat hajat menurut mayoritas ulama.

Shalat hajat bisa dilakukan kapan saja pada waktu siang atau malam hari, kecuali waktu yang dilarang atau dimakruhkan untuk melaksanakan shalat.Misalnya tidak boleh mengerjakan shalat hajat setelah shalat subuh hingga terbit matahari atau setelah shalat ashar hingga terbenam matahari.Namun waktu yang baik untuk melaksakan shalat hajat adalah sebelum tidur di malam hari.

Bagaimana kalau sekiranya dikerjakan setelah tidur bersamaan dengan shalat tahajjud? Ketahuilah bahwa shalat tahajjud adalah saat dimana Allah subhanahu wa ta’ala juga memperkenankan doa atau saat ijabah bagi orang yang berdoa. Oleh karena itu shalat hajat baik dikerjakan sebelum tidur, dan setelah tidur mengerjakan shalat tahajjud dengan lebih sungguh-sungguh lagi dalam berdoa atas hajat kita, dan doa hajat tersebut diulang-ulang lagi setelah shalat lima waktu atau shalat sunnat lainnya.

Shalat hajat minimal adalah dua rakaat dan maksimal tidak ada batasan menurut kemampuan.Yang penting berusaha untuk istiqamah dalam mengerjakannya.Misalnya hati merasa mantap dan ikhlas melaksanakan 12 rakaat, maka selanjutnya istiqamah 12 rakaat. Boleh jadi saat kita malas melaksanakan 12 rakaat, karena mungkin siang harinya kerja keras sehingga malamnya kecapaian, maka timbulkan keyakinan dalam hati, boleh jadi saat malas tersebut sebenarnya Allah subhanahu wa ta’ala ingin memberikan atau mengabulkan apa yang kita hajatkan. Berusahalah untuk selalu istiqamah dalam jumlah rakaat yang kita kerjakan.Oleh karena itu perlu azam yang kuat, kira-kira berapa rakaat saya mampu mengerjakan shalat hajat setiap malam.

Ketika kita punya hajat dan hajat kita diadukan dan disampaikan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan kesungguhan dan keikhlasan, insya Allah kita akan mendapatkan sifat berikut :

1.  Merasa lebih tenang, setelah beban fikiran kita disampaikan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

2.  Menjaga sifat tawakkal,untukmenyerahkan segala masalah kepada Allahsubhanahu wa ta’ala.

3.  Menambah keyakinan, karena permohonan kita yakin akandikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Beberapa cara dalam mengerjakan shalat hajat yang diajarkan oleh para ulama’, yaitu :

1. Shalat hajat 2 rakaat salam.

·        Rakaat pertama, setelah suratAl Fatihah membaca surat Al Kafirun 1 x.

·        Rakaat kedua, setelah surat Al Fatihah membaca surat Al Ikhlas 1 x. Salam

2. Shalat hajat 2 rakaat salam.

·        Rakaat pertama, setelah suratAl Fatihah membaca surat Al Kafirun 11 x atau ayat Kursi 11 x.

·        Rakaat kedua, setelah surat Al Fatihah membaca surat Al Ikhlas 11 x. Salam

3. Di dalam kitab Hasyiyatu Ibnu ‘Aabidiin, disebutkan guru-gurunya melaksanakan shalat hajat 4 rakaat 2 x salam, dan tercapai hajatnya, yaitu :

·        Rakaat pertama setelah surah Al-Fatihah membaca ayat Kursi 3 x.

·        Rakaat keduasetelah surah Al-Fatihah membaca surat Al Ikhlas 1 x. Salam

·        Rakaat ketigasetelah surah Al-Fatihah membaca surat Al Falaq 1 x.

·        Rakaat keempatsetelah surah Al-Fatihah membaca surat An Nas 1 x. Salam

4. Cara Shalat Hajat, 4 Rakaat 2 x Salam.

Ø Shalat Hajat 2 Rakaat, salam :


·        Rakaat pertama setelah surat al Fatihah membaca surat al Ikhlas 10 x


·        Rakaat kedua setelah surat al Fatihah membaca surat al Ikhlas 20 x. Salam


Ø Shalat Hajat 2 Rakaat, salam :


·        Rakaat ketiga setelah surat al Fatihah membaca surat al Ikhlas 30 x


·        Rakaat keempat setelah surat al Fatihah membaca surat al Ikhlas 40 x. Salam


v Setelah Salam kemudian sujud, dan dalam keadaan sujud membaca berikut ini masing-masing sebanyak 10 x, yaitu :


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.(10 x)

Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan keluarganya. 10 x.

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَلاَحَوْلاَ وَلاَ قُوَّةَ إلاَّ باِللهِ االْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ  ((10 x


Maha Suci Allah, dan segala puji bagiNya, dan tiada yang berhak disembah kecuali Allah, dan Allah Maha Besar, dan tiada daya upaya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. 10 x.


رَبَّناَ آَتِنَا فىِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ.  (10 x)

Ya Allah, berikanlah kami kebaikan dunia dan akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka. 10 x.

Kemudian mohon hajat…………..

Setelah itu,duduk tahiyat akhir dan salam.

Setelah shalat baca istighfar :

أَسْتَغْفِرَاللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لَاإِلَهَ إِلَّا هُوَالْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ (100 x)

Saya mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang Maha Hidup Maha Berdiri Sendiri, dan saya bertobat kepada-Nya. 100 x.

لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ(100 x)

Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya. 100 x.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. (100 x)

Ya Allah limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan keluarganya. 100 x.

3. Do’a Sesudah Shalat Hajat.


بِسْــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيـْمِ . اْلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَارَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِى لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ.


Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji Allah Yang Menguasai alam semesta, dengan pujian yang sesuai dengan nikmat-nikmat-Nya dan memadai dengan penambahan-Nya, yaa Tuhan kami, hanya bagi-Mu segala puji sebagaimana layak bagi keluhuran Dzat-Mu dan keagungan-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu.

اللهُمَّ صَلِّ عَلَي سَيِّدِنَا مُحمَدٍ صَلاَةٌ تُنْجِيْنَا بِهَا مِنَ جَمِيْعَ الأهَوْاَلِ وَالأَفَاتِ وَتَقْضِي لَنَا بها جَمِيعَ الحَاجَاتِ وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَيّئاتِ وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَي الدَرَجَاتِ وَتُبَلّغُنَا بِهَا أَقْصَي الغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الخَيرَاتِ فِي الحَيَاةِوَبَعْدَ المَمَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang dengan rahmat itu Engkau akan menyelamatkan kita dari semua keadaan yang mendebarkan dan dari semua cobaan yang dengan rahmat itu Engkau akan mendatangkan kepada kita hajat, Yang dengan rahmat itu Engkau akan membersihkan kita dari semua keburukan/kesalahan. Yang dengan rahmat itu Engkau akan mengangkat kita kepada setinggi-tinggi derajat. Yang dengan rahmat itu pula Engkau akan menyampaikan kita kepada sesempurna-sempurnanya semua maksud dari semua kebaikan pada waktu hidup dan setelah mati, dengan rahmatMu wahai yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبُنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِمَشَايِخِنَا وَِلإِخْوَانِنَا وَِلأَصْحَابِ اْلحُقُوْقِ الْوَاجِباَتِ عَلَيْنَا وَلِجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.


Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami, kedua orang tua kami, guru-guru kami, saudara-saudara kami, dan orang yang mempunyai hak atas kami, serta muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat yang masih hidup dan yang sudah mati dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang.

سُبْحَانَ الَّذِي لَبِسَ الْعِزَّ وَقَالَ بِهِ , سُبْحَانَ الَّذِي تَعَطَّفَ بِالْمَجْدِ وَتَكَرَّمَ بِهِ , سُبْحَانَ الَّذِي أَحْصَى كُلَّ شَيْءٍ بِعِلْمِهِ , سُبْحَانَ الَّذِي لَا يَنْبَغِي التَّسْبِيحُ إلَّا لَهُ , سُبْحَانَ ذِي الْمَنِّ وَالْفَضْلِ ,سُبْحَانَ ذِي الْعِزِّ وَالْكَرَمِ , سُبْحَانَ ذِي الطَّوْلِ , أَسْأَلُك بِمَعَاقِدِ الْعِزِّ مِنْ عَرْشِك , وَمُنْتَهَى الرَّحْمَةِ مِنْ كِتَابِك وَبِاسْمِك الْأَعْظَمِ وَجَدِّك الْأَعْلَى , وَكَلِمَاتِك التَّامَّاتِ الْعَامَّاتِ الَّتِي لَا يُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَلَا فَاجِرٌ أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّد

Maha Suci Allah yang bersifat dengan kemuliaan dan Dia berfirman dengannya.Maha Suci Allah yang mempunyai sifat ketinggian dan menjadi mulia dengannya. Maha Suci Allah yang ilmuNya meliputi segala sesuatu, Maha Suci Allah yang tidak ditasbih melainkan diriNya. Maha Suci Allah yang mempunyai pemberian dan kelebihan.Maha Suci Allah yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.Maha Suci Allah yang mempunyai pemberian dan nikmat.Aku memohon RahmatMu dari kitabMu dan dengan namaMu yang mulia dan kehormatanMu yang tinggi dan kalimat-kalimatMu yang sempurna yang tidak dapat diatasi oleh setiap kebaikan dan kejahatan bahwa Engkau bershalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan keluarganya.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَّلُكَ بِمَعَاقِدِ الْعِزِّ مِنْ عَرْشِكَ, وَمُنْتَهَى الرَّحْمَةِ مِنْ كِتَبِكَ, وَبِسْمِكَ اْلأَعْظَمِ وَوَجْهِكَ اْلأَعْلَى وَكَلِماَتِكَ التَّآمَّةِ. لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ الْحَلِيْمُ الْكَرِيْمُ. سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ. الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَن. نَسْئَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ, وَ عَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ, وَ الْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِـرٍّ, وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلَّ إِثْمٍ, لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ, وَلاَ عَيْبًا إِلاَّ سَتَرْتَهُ, وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ, وَلاَ مَرِيْضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ, وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ, وَلاَ ضَالاً إِلاَّ هَدَيْتَهُ, وَلاَ فَقِيْرًا إِلاَّ أَغْنَيْتَهُ, وَلاَ فَسَادًا إِلاَّ أَصْلَحْتَهُ, وَلاَ جَاهِلاً إِلاَّ عَلَّمْتَهُ, وَلاَ مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ, وَلاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا وَالأَخِرَةِ لَكَ فِيْهَا رِضًا إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا, يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن .

Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepadaMu dengan keteguhan kemuliaan arsyMu, dan setinggi rahmat yang tercatat dalam kitabMu, dan dengan namaMu yang Maha Agung, dan wajahMu yang Maha Tinggi, dan kalaimahmu yang Maha Sempurna. Tidak ada sesembahan yang benar melainkan Allah yang Maha Penyantun dan Maha Mulia, Maha Suci Allah Rabb Arsy yang agung, segala puji millik Allah Rabb sekalian alam, aku memohon kepada-Mu hal-hal yang menyebabkan datangnya rahmat-Mu, dan yang menyebabkan ampunan-Mu serta keuntungan dari tiap kebaikan dan keselamatan dari segala dosa. Janganlah Engkau tinggalkan pada diriku dosa kecuali Engkau ampuni, tiada suatu ‘aib kecuali Engkau tutupi, tiada kegundahan kecuali Engkau berikan jalan keluarnya, tiada suatu penyakit kecuali Engkau sembuhkan, tiada beban hutang kecuali Engkau lepaskan hutang, tiada suatu kesesatan kecuali Engkau berikan petunjuk, tiada kefakiran kecuali Engkau berikan kekayaan, tiada kerusakan kecuali Engkau memperbaiki, tiada kebodohan kecuali Engkau ajarkan ilmu, tiada kematian kecuali Engkau rahmati, dan tiada suatu hajat daripada hajat dunia dan akhirat yang Engkau ridhai kecuali Engkau kabulkan dan Engkau mudahkan, wahai rabb sekalian alam.

اللَّهُمَّ إِنِّانَسْأَلُكَ وَنَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِمُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ. يَا مُحَمَّدُ، إِنَّانَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّنَا فِي حَاجَتِنَا هَذِهِ.…mohon hajat ….. لِتُقْضَى لَنَا. اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيْنَا

Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan Nabi Muhammad Nabiyyurrahmah.Wahai Nabi Muhammad, sesungguhnya kami menghadap kepada Rabbkami denganmu dalam kebutuhan kami ini ……..mohon hajat……… agar ditunaikan hajat kami.Ya Allah, terimalah syafa’atnya untuk kami.

اَللَّهُمَّ لاَسَهْلَ إِلاَّ مَاجَعَلْتَهُ سَهْلاً, وَأَنْتَ تَجْعَلُ الْحُزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

"Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah. 

رَبَّناَ آَتِنَا فىِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ.

Ya Allah, berikanlah kami kebaikan dunia dan akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka.

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَباَرَكَ وَسَلَّمَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلْفَاتِحَة ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar