Tabligh, Definisi Etimologi dan Termonilogi
A. Pengertian Tabligh
Secara etimologi (bahasa).
Tabligh
berasal dari kata balagha, yuballighu, tablighan, yang berarti
menyampaikan. Tabligh adalah kata kerja transitif, yang berarti membuat seseorang sampai,
menyampaikan, atau melaporkan, dalam arti menyampaikan sesuatu kepada orang
lain. Dalam bahasa Arab, orang yang menyampaikan disebut Muballigh.
Secara terminologi (istilah).
Dalam pandangan
Muhammad Ali Thanvi, membahas Tabligh sebagai sebuah istilah ilmu dalam retorika,
yang didefinisikan sebagai sebuah pernyataan kesastraan yang secara fisik
maupun logis mungkin. Bagaimana orang yang diajak bicara bisa terpengaruh,
terbuai, atau terbius, serta yakin dengan untaian kata-kata atau pesan yang
disampaikan. Jadi menurut pendapat ini, dalam Tabligh ada aspek yang
berhubungan dengan kepiawaian penyampai pesan dalam merangkai kata-kata yang
indah yang mampu membuat lawan bicara terpesona.
Sedangkan
menurut Dr. Ibrahim, Tabligh adalah, “Memberikan informasi yang benar,
pengetahuan yang factual, dan hakikat pasti yang bisa menolong dan membantu
manusia untuk membentuk pendapat yang tepat dalam suatu kejadian atau dari
berbagai kesulitan.
Sedangkan
dalam koteks ajaran Islam, tabligh adalah penyampaian dan pemberitaan tentang
ajaran-ajaran Islam kepada umat manusia, yang dengan penyampaian dan
pemberitaan tersebut, pemberita menjadi terlepas dari beban kewajiban
memberitakan dan pihak penerima berita menjadi terikat dengannya. Dalam konsep Islam, tabligh merupakan salah satu perintah yang
dibebankan kepada para utusan-Nya. Nabi Muhammad sebagai utusan Allah beliau
menerima risalah dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada seluruh umat
manusia, yang selanjutnya tugas ini diteruskan oleh pegikut dan umatnya.
Tabligh artinya menyampaikan. Maksudnya segala firman Allah yang ditujukan kepada manusia, disampaikan oleh Nabi. Tidak ada yang
disembunyikan meski itu menyinggung Nabi.
لِيَعْلَمَ أَنْ قَدْ أَبْلَغُوا رِسالاتِ رَبِّهِمْ وَ أَحاطَ بِما لَدَيْهِمْ وَ أَحْصى كُلَّ شَيْءٍ عَدَداً
Artinya : “Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah
menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi
apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” [QS.
Al Jin 28]
عَبَسَ وَ تَوَلَّى أَنْ
جاءَهُ الْأَعْمى
Artinya : “Dia (Nabi Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah
datang seorang buta kepadanya” [QS. 'Abasa
1-2]
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa firman Allah
QS. Abasa 80:1 turun berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum yang buta yang datang
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata: “Berilah petunjuk kepadaku ya
Rasulullah.” Pada waktu itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang menghadapi para pembesar kaum musyrikin Quraisy, sehingga
Rasulullah berpaling daripadanya dan tetap mengahadapi pembesar-pembesar
Quraisy. Ummi Maktum berkata: “Apakah yang saya katakan ini mengganggu
tuan?” Rasulullah menjawab: “Tidak.” Ayat ini (S.80:1-10) turun
sebagai teguran atas perbuatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim yang bersumber dari
‘Aisyah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Ya’la yang bersumber dari Anas.)
Sebetulnya apa yang dilakukan Nabi itu menurut
standar umum adalah hal yang wajar. Saat sedang berbicara di depan umum atau
dengan seseorang, tentu kita tidak suka diinterupsi oleh orang lain. Namun
untuk standar Nabi, itu tidak cukup. Oleh karena itulah Allah menegurnya.
Sebagai seorang yang tabligh, meski ayat itu
menyindirnya, Nabi Muhammad tetap menyampaikannya kepada kita. Itulah sifat
seorang Nabi.
Tidak mungkin Nabi itu Kitman atau menyembunyikan
wahyu.
Tabligh mempunyai arti MENYAMPAIKAN WAHYU KEPADA
UMATNYA. Sifat ini terkait dengan sifat Amanah, yg tidak akan berbuat curang
dalam menyampaikan ajaran ALLAH subhanahu wa ta’ala kepada umat. Dengan demikian, Nabi
dan Rasul MUSTAHIL KITMAN (menyembunyikan wahyu).
Maksud dari sifat ini, Nabi dan Rasul akan senantiasa menyampaikan
wahyu, apapun bahaya/ancaman yg datang kepada mereka. Kita barangkali sudah
pernah dan sering mendengar cerita Nabi Ibrahim yg dibakar, kemudian Nabi Yahya
yg dibunuh, bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri diancam akan dibunuh serta mendapat perlakuan
diasingkan oleh kaumnya.
Hal ini
menjelaskan bahwa tugas Nabi dan Rasul sangatlah berat…namun, mereka tidak akan
menganggap berat, karena mereka selalu yakin bahwa Allah subhanahu wa
ta’ala akan senantiasa membantu mereka.
Nabi dan Rasul
Nabi
adalah seseorang dengan jenis kelamin pria yang mendapat wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala
namun tidak wajib disebarkan kepada orang lain.
Rasul adalah seseorang dengan jenis kelamin laki-laki yang mendapatkan
wahyu dari Allah subhanahu wa
ta’ala
dan memiliki kewajiban untuk menyebar luaskan wahyu tersebut.
Nabi
dan rasul dalam ajaran islam wajib kita percayai karena terdapat pada rukun
iman yang ke-4. Nabi serta rosul dalam menyampaikan dan menerima wahyu dari
Allah subhanahu wa
ta’ala
selalu dijaga dari perbuatan dosa dan salah yang disebut dengan ma'shum.
Nabi
dan rasul sebelum diangkat menjadi nabi memiliki ciri-ciri kenabian / nubuwwah
yang disebut juga dengan irhash. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sejak kecil terkenal dengan
akhlak yang mulia dengan sebutan al amin.
Sifat-sifat
para nabi dan rasul Allah subhanahu wa ta’ala :
1.
Siddiq
Siddiq
berarti benar dan perkataan dan perbuatan. Jadi mustahil jika seorang nabi dan
rasul adalah seorang pembohong yang suka
berbohong.
2.
Amanah
Amanah
artinya terpercaya atau dapat dipercaya. Jadi mustahil jika seorang nabi dan rasul
adalah seorang pengkhianat yang suka khianat.
3.
Fathanah
Fathonah
adalah cerdas, pandai atau pintar. Jadi mustahil jika seorang nabi dan rasul
adalah seorang yang bodoh dan tidak mengerti apa-apa.
4.
Tabligh
Tabligh
adalah menyampaikan wahtu atau risalah dari Allah subhanahu wa ta’ala
kepada orang lain. Jadi mustahil jika seorang nabi dan rasul
menyembunyikan dan merahasiakan wahyu / risalah Alaah subhanahu wa ta’ala.
B.
Planning (Perencanaan) Tabligh
Rencana
adalah suatu arah tindakan yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Dari
perencanaan ini akan mengungkapkan tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan dalam mencapai tujuan. Dan secara alami, perencanaan itu sudah
merupakan bagian dari sunnatullah, yaitu dengan melihat Allah SWT menciptakan
alam semesta dengan hak dan perencanaan yang matang, disertai tujuan yang
jelas.
Dalam
oxford, perencanaan (Planning) diartikan dengan beberapa pengertian, yaitu, (1)
the action procces of making plans, (2) to make preparations for
something that is expected to happen. Perencanaan merupakan starting
point dari aktivitas manajerial. Karena bagaimanapun sempurnanya suatu
aktivitas manajemen tetap membutuhkan sebuah perencanaan. Karena perencanaan
merupakan langkah awal bagi sebuah kegiatan dalam bentuk memikirkan hal-hal
yang berkaitan agar memperoleh hasil yang optimal.
Dalm
bertabligh, merencanakan disini menyangkut merumuskan sasaran atau tujuan dari
organisasi Tabligh tersebut, menetapkan strategi menyeluruh untuk mencapai
tujuan dan menyusun hierarki lengkap rencana-rencana untuk mengintegrasikan dan
mengkordinasikan kegiatan-kegiatan. Pada perencanaan Tabligh menyangkut tujuan
apa yang harus dikerjakan dan sarana-sarana bagaimana yang harus dilakukan.
Atas dasar
hal di atas, maka fungsi dari perencanaan adalah menentukan tujuan atau
kerangka tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Ini dilakukan
dengan mengkaji kekuatan dan kelemahannya, menentukan kesempatan dan ancaman,
menentukan strategi, kebijakan taktik dan program.
Secara
garis besar perencanaan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu rencana besar,
dan rencana biasa. Rencana besar adalah rencana menyeluruh dari semua akrivitas
yang dilakukan. Perencanaan menurut Hanry Fayol, adalah semacam prediksi
terhadap apa yang akan terjadi pada masa datang disertai persiapan utnuk
menghadapi masa yang akan datang. Perencanaan juga merupakan sebuah proses
untuk mengakaji apa yang hendak dikerjakan di masa yang akan datang. Komponen
perencanaan adalah: Ide, penentuan aksi, dan waktu. Waktu disini bisa dalam
jangka pendek dan jangka panjang. Adapun langkah-langkah dari perencanaan
adalah:
1.Perkiraan dan perhitungan masa depan
Perencanaan
Tabligh berarti tindakan pengambilan keputusan yang dilakukan sekarang untuk
penyelenggaraan tabligh di masa mendatang. Perencanaan tabligh dengan demikian
berhubungan dengan masa depan, yaitu suatu keadaan yang belum dikenal dan penuh
berisikan serba ketidakpastian. Oleh karena itu dalam hendak melaksanakan fungsi
perencanaan tabligh, pimpinan tabligh harus terlebih dahulu mencari dasar yang
tetap dan kokoh, atas dasar mana perencanaan tabligh akan dilaksakan. Ini
dilaksanakannya dengan jalan mengadakan suatu tindakan memperkirakan dan
memperhitungkan segala kemungkinan kejadian yang bakal timbul dan dihadapi di
masa depan, berdasarkan hasil analisa terhadap data dan keterangan yang
kongkrit.
Tindakan
ini mempunyai arti yang sangat penting bagi perencanaan Tabligh. Sebab dengan
diketahuinya gambaran mengenai keadaan masa depan. Baik keadaan mengenai
kondisi maupun situasi yang melingkupi proses penyampaian pesan da’wah, maka
pimpinan da’wah atau tabligh dapat menetapkan sasaran dan langkah-langkah
tabligh yang rasional dan realistis. Perencanaan tabligh yang tidak didahului
dengan perkiraan dan perhitungan masa depan, akan merupakan tindakan
sewenang-wenang yang dilakukan dengan untung-untungan. Oleh karena itu hasilnya
pun hanya lebih banyak hanya merupakan penyusunan daftar keinginan belaka yang
sukar dilaksanakan.
Dari
uraian di atas, maka jelaslah bahwa adanya kemampuan untuk memperhitungkan dan
memperkirakan kondisi subjek da’wah, beserta dengan segenap sarana-sarana yang
diperlukan pada waktu mendatang adalah mutlak diperlukan. Begitu pula adanya
kecermatan untuk mengidentikan iklim social, politik, ekonomi, kebudayaan, dan
sebagainya yang akan mempengaruh proses tabligh.
2.Penentuan dan perumusan sasaran dalam rangka
pencapaian tujuan Tabligh
Proses
penyelenggaraan tabligh dalam rangka penyampaian syiar Islam, terdiri dari
serangkaian kegiatan yang meliput berbagai bidang, yang dilakukan secara tahap
demi tahap dalam periode-periode tertentu. Pada setiap tahap yang dilakukan
dalam suatu periode atau jangka waktu tertentu, disampng perlu ditentukan hasil
apa yang diharapkan dapat dicapai atau diperoleh. Dengan demikian sasaran
da’wah melalui tabligh adalah merupakan bagian dari tujuan tabligh.
Menentukan
sasaran yang ingin dicapai serta pembagiannya menjadi sasaran-sasaran yang
bersifat temporal dan sektorat serta menentukan skala prioritas pelaksanaannya.
Dengan begitu dapat menjamin secara maksimal tidak adanya sebuah pengabaian
tugas tertentu atau hal-hal lainnya yang tidak kalah pentingnya. Selanjutnya
sesuai dengan pentingnya peranan sasaran bagi seluruh tindakan da’wah/tabligh
yang akan dilakukan, maka haruslah diusahakan agar sasaran yang ditetapkan dan
dirumuskan itu benar-benar effektif. Untuk itu ada beberapa factor yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1.Tujuan Tabligh
Sebagaimana
telah disebutkan diatas, bahwa sasaran yang hendak dicapai merupakan bahagian
dari tujuan da’wah/tabligh. Oleh karena itu sasaran harus bersifat menunjang
dan memberikan sumbangan ke arah pencapaian tujuan tabligh. Suatu tindakan yang
dimaksudkan untuk “Sampainya pesan Tuhan kepada umat manusia, agar mendapat
kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta mendapat ridho Allah” maka inilah
yang dimaksud tujuan tabligh. Baik para pelaku atau penyelenggara da’wah
haruslah memberikan inspirasi dan motivasi guna mencapai tujuan tersebut, dan
mereka pun harus tekun dan sabar dalam menyampaikan pesan Tuhan tersebut.
Sebagaimana di zaman Rasululullah, para sahabat rela menyumbangkan hartanya
demi terciptanya tujuan tabligh/da’wah. Seperti Siti Khadijah, Abu bakar,
Utsman, dll.
2.Masalah-masalah yang dihadapi masyarakat
Sasaran
yang hendak dicapai oleh penyelenggara tabligh hendaknya merupakan jawaban
terhadap persoalan-persoalan yang tengah dihadapi oleh masyarakat. Atas dasar
ini maka sebelum sasaran tabligh itu ditentukan, haruslah dapat
diidentifikasikan masalah-masalah apa yang tengah dihadapi masyarakat itu.
Sebagai contoh, bilamana dapat diidentifikasikan bahwa persoalan-persoalan yang
sangat mendesak adalah soal sandang pangan misalnya, maka meletakan sasaran
tabligh pada bidang social ekonomi tentulah akan mendapat perhatian dan
tanggapan yang sangat positif dari masyarakat. Apabila usaha-usaha dalam rangka
tabligh itu telah mendapatkan simpati dari masyarakat, maka terbukalah jalan
bagi usaha-usaha tabligh yang lebih meningkat lagi. Sehingga secara tahap demi
tahap masyarakat dapat digerakan dan dibawa kea rah tujuan tabligh.
3.Hasil perkiraan dan perhitungan masa depan
Sasaran
tabligh, meskipun masih berupa sesuatu yang diharapkan, tetapi haruslah
ditetapkan dalam taraf yang realistis. Ini berarti bahwa sasaran itu haruslah
masih dalam batas kemungkinan untuk dapat dicapai lewat langkah-langkah dan
usaha yang berencana dan usaha itu merupakan sesuatu yang dapat dikerjakan.
Untuk dapat menetapkan sasaran yang realistis, hasil perkiraan dan perhitungan
masa depan adalah penting. Dari hasil analisa terhadap situasi medan di mana
tabligh akan diselenggarakan di masa depan, begitu pula terhadap kondisi intern
penyelenggara tabligh, dapatlah ditetapkan dan dirumuskan hasil apa yang
kira-kira dapat dicapai oleh penyelenggara tabligh pada suatu tahapan tertentu.
4.Penetapan tindakan tabligh dan prioritas
pelaksanaannya
Tindakan-tindakan
tabligh adalah merupakan penjabaran dari sasaran tabligh yang telah ditentukan,
dalam bentuk aktivitas nyata. Sebagai penjabaran dari sasaran,
tindakan-tindakan tabligh haruslah relevant dengan sasaran itu, baik luasnya
maupun macam-macam aktivitas yang akan dilakukan. Disamping itu dalam
penetapan-tindakan-tindakan tabligh juga harus dipilih tindakan-tindakan yang
sifatnya merupakan pemecahan terhadap masalah-masalah pokok atau penting dalam
rangka pencapaian sasaran itu.
Dengan
uraian di atas, maka langkah-langkah yang harus di tempuh dalam hendak
menetapkan tindakan-tindakan tabligh itu adalah sebagai berikut:
1.Meninjau kembali sasaran tabligh serta menentukan
luasnya skope aktivitas tabligh.
Setiap tindakan
dan kegiatan tabligh haruslah dapat menghasilkan sasaran yang ditetapkan.
Tindakan-tindakan yang tidak mengarah pada pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan, adalah merupakan tindakan sia-sia yang hanya akan meghabmburkan
pikiran, tenaga, biaya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu sebelum penentuan
tindakan tabligh, haruslah terlebih dahulu diketahui dan dipahami sasaran
tabligh yang harus dicapai. Dengan memahami sasaran itu dapatlah dipikirkan
tindakan-tindakan apa yang harus dilaksanakan. Serta seberapa luas skope
kegiatan yang akan dilakukan. Sebagai contoh misalnya, berdasarkan
factor-faktor sebagaimana telah diuraikan di muka, untuk jangka waktu lima
tahun mendatang ini secara kwalitatif sasaran tabligh diformulir sebagai
berikut, “meningkatkan kwalitas ke-Islaman dan penghidupan umat Islam serta
melindungi mereka dari pegaruh-pengaruh negative yang merusak”. Berdasarkan
sasaran tabligh seperti itu dapatlah diperkirakan luas skope kegiatan tabligh
serta dapat dipikirkan macam kegiatan apa yang harus dilaksanakan.
2.Menentuan tindakan-tindakan penting
Apabila
telah dapat diperkirakan luas skope dan macam kegiatan tabligh yang harus
dilakukan, maka langkah berikutnya adalah merumuskan kegiatan-kegiatan itu.
Dalam hal ini harus dipilih kegiatan yang sifatnya penting. Dari rumusan di
atas dapatlah misalnya ditentukan bahwa skope kegiatan tabligh ini mencakup
segenap aspek kehidupan masyarakat. Atas dasar itu dapat pula dirumuskan
kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut:
·
Melalui tabligh, masyarakat dapat meningkatkan dan memperdalam
kesadaran dan pengertian tentang ajaran-aaran islam
·
Pesan tabligh berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah.
·
Menanamkan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan
bagi kehidupan.
·
Melalui kegiatan tabligh, seorang mubaligh mampu meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam bidang ekonomi, social, dan budaya.
·
Mengingatkan masyarakat agar mempunyai filter untuk membendung arus
pengaruh kebudayaan asing yang merusak keyakinan moral umat.
3.Penetapan methode Tabligh
Dari segi metodhe tabligh, apabila mengacu kepada definisi dan contoh
tabligh yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, dapat dibagi menjadi dua, yaitu
tabligh melalui lisan (khitabah), dan tabligh melalui tulisan (kitabah)
1.Khitabah
Khitabah
menurut Harun Nasution adalah ceramah atau pidato yang mengandung
penjelasan-penjelasan tentang sesuatu atau beberapa masalah yang disampaikan
seseorang dihadapan sekelompok orang atau khalayak. Dengan demikian, khitabah
dapat diartikan sebagai upaya sosialisasi nilai-nilai Islam melalui media lisan
baik yang terkait langsung dengan pelaksanaan ibadah mahdhoh, maupun yang tidak
berkait dengan ibadah mahdhoh.
2.Kitabah
Tabligh
melalui media tulisan disebut dengan kitabah, yaitu proses penyampaian ajaran Islam
melalui bahasa tulisan bisa berupa buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur,
dan lain sebagainya. Yang berisi pesan-pesan ke-Islaman. Termasuk dalam
katagori ini bentuk-bentuk media cetak lain berupa lukisan, kaligrafi, photo
yang mengandung pesan-pesan ke-Islaman.
4.Penetapan lokasi atau tempat tabligh
Lokasi
dimana tabligh akan dilakukan, harus ditentukan sebelum dilaksanakannya
tindakan tabligh itu. Dalam hendak menentukan lokasi, harus dipilih tempat mana
yang ditinjau dari berbagai segi menguntungkan. Factor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam rangka pemilihan lokasi itu adalah: macam kegiatan
tabligh, sumber tenaga pelaksana, fasilitas atau alat perlengkapan yang
diperlukan, serta keadaan lingkungan tempat bertabligh. Ketepatan dalam
penentuan dan pemilihan lokasi mempunyai pengaruh bagi kelancaran kegiatan
tabligh. Oleh karena itu masalah lokasi dan tempat, dimana kegiatan tabligh
akan dlakukan, haruslah mendapatkan perhatian dalam rangka perencanaan tabligh.
C.
Evaluasi atau Penilaian Tabligh
Evaluasi
atau penilaian diterapkan untuk memastikan kemajuan yang teah dicapai sesuai
dengan sarana dan penggunaan sumber daya manusia secara efektif dan efisien.
Evaluasi tabligh juga dapat diartikan sebagai proses pemeriksaan dan usaha agar
aktivitas Tabligh dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka proses evaluasi itu terdiri dari
langkah-langkah sebagai berikut:
1.Menetapkan standart
Langkah
pertama dalam rangka proses pengendalian dan penilaian tabligh adalah
menetapkan standart atau alat pengukur. Dengan alat pengukur itu barulah dapat
dikatakan apakah tugas tabligh yang telah ditentukan dapat berjalan dengan
baik, atau dapat berjalan tetapi kurang berhasil, atau sama sekali mengalami
kegagalan total, dan sebagainya. Misalnya tugas tabligh menyatakan,
“Mengusahakan agar masyarakat dapat menyaring arus pengaruh kebudayaan asing.
Yang dapat merusak moral”. Untuk dapat mengatakan berhasil atau tidaknya
pelaksanaan tugas tersebut, tentulah tidak mungkin tanpa adanya standart.
Standar itu diperoleh dari rencana tu sendiri yang telah dijabarkan dalam
target-target yang dapat diukur, baik kwalitas maupun kwantitas. Jika
masyarakat mampu menyaring kebudayaa asing, baik dari segi makanan, pakaian,
prilaku, dan lain sebagainya, berarti proses tabligh ini dikatakan berhasil.
Tapi jika sebaliknya, masyarakat malah semakin terus mengikuti kebudayaan
asing, tanpa memakai filter, maka proses tablig ini bisa dikatakan gagal.
2.Mengadakan pemeriksaan dan penelitian terhadap
pengaruh tabligh yang telah dilaksanakan.
Langkah
kedua dari proses evaluasi tabligh adalah mengadakan pemeriksaan dan penelitian
terhadap pelaksanaan tabligh yang ditetapkan. Dalam fase ini diadakan
pemeriksaan dan penelitian bagaimana dan sampai sejauh mana rencana yang telah
ditetapkan itu berhasil dapat dilaksanakan. Hal ini dilakukan dengan berbagai
macam cara, salah satunya adalah peninjauan pribadi. Peninjauan pribadi
dilakukan dengan jalan, Mubaligh secara langsung melihat hasil dari tabligh.
Apakah proses tabligh itu berhasil dalam merubah masyarakat, atau tidak.
3.Membandingkan antara pelaksanaan tabligh dan
hasilnya.
Setelah
Mubaligh memperoleh informasi selengkap-lengkapnya mengenai pelaksanaan Tabligh
dan hasilnya, maka langkah berikutnya adalah membandingkan antara pelaksanaan
tabligh dan hasil senyatanya dengan standar yang telah ditetapkan. Dari hasi
perbandingan antara hasil senyatanya dengan hasil dengan hasil yang seharusnya
dicapai, dapatlah diadakan penilaian, apakah proses tabligh berjalan dengan
baik? Atau sebaliknya telah terjadi penympangan-penyimpangan. Apabila ternyata
proses tabligh berjalan dengan baik, artinya pelaksanaan tugas berjalan sesuai
dengan rencana dan hasilnya dapat mencapai atau mendekati target-target yang
telah ditetapkan. Tapi jka tidak, maka mubaligh harus memfokuskan perhatiannya
ke arah penyimpangan yang terjadi, baik yang berasal dari dirinya, maupun dari
mad’unya.
4.Mengadakan tindakan perbaikan dan pembetulan
terhadap penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi.
Tindakan
perbaikan dan pembetulan hanya dapat dijalankan secara tepat, bilamana mubaligh
mengetahui dengan pasti apa sebabnya sampai terjadi kegagalan dalam tabligh.
Penyimpangan itu dapat disebabkan karena kemampuan dari pihak mubaligh sendiri.
Atau dapat juga disebabkan karena tidak tersedianya waktu dan biaya yang cukup
untuk menyelesaikan tugas tabligh. Atau dapat juga disebabkan karena tidak
terciptanya kondisi dan situasi yang kondusif.
Daftar
pustaka
1. Pusat bahasa departemen pendidikan nasional, kamus
bahasa Indonesia.
2. Ahmad warson Munawir, al-Munawir kamus besar
Arab-Indonesia, Yogyakarta: ponpes al-Munawir, 1984
3. Dr. Ibrahim Imam, Ushul al-‘Ilam al-Islamy,
(mesir:kairo, dar el-fikr al-‘arabiy, 1985)
4. Drs Ejang AS, Aliyudin M.Ag, dasar-dasar ilmu
dakwah, widya padjajaran, 2009
5. Drs. Abd Rasyad Shaleh, Manajemen da’wah islam, PT
Bulan bintang, Jakarta, 1993
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha,
ia berkata, “sejak zaman jahiliyah, Abu bakar adalah kawan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Pada suatu hari dia pergi keluar ingin menemui
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dia berkata, “Wahai Abul Qosim (panggilan Nabi), ada
apa denganmu, engkau tidak terlihat di majelis kaummu dan orang-orang menuduh
bahwa engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu dan lain-lainnya lagi.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah subhanahu wa ta’alat
dan aku mengajak kamu kepada Allah.” Setelah Nabi selesai berbicara, Abu bakar pun
langsung masuk islam. Melihat keislamannya itu beliau gembira sekali, tidak ada
seorang pun yang ada diantara dua gunung di mekkah yang merasa gembira melebihi
kegembiraan beliau. Kemudian Abu bakar menemui Utsman bin affan, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Sa’ad bin Abi Waqash untuk mengajak
mereka masuk islam, lalu mereka pun masuk islam. Hari berikutnya Abu bakar radhiyallahu ‘anhu menemui Utsman bin mazh’un, Abu ubaidah bin jarrah,
Abdurrahman bin Auf, Abu salamah bin Abdul Asad, dan Arqam bin Abil Arqam juga untuk mengajak
mereka semua untuk masuk islam, dan mereka pun semua masuk islam (Hr Hafizh Abu
Hasan Al Athrabulusi seperti disebutkan dalam al Bidayah, Jilid III halaman 29)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar