Khuruj Fi Sabilillah
Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam wafat ketika itu terjadi goncangan hebat
didalam ummat islam. Banyak masalah bermunculan yang harus dihadapi ummat islam
ketika itu :
1. Orang murtad dimana-mana
2. Orang islam tidak mau membayar zakat
3. Nabi-nabi palsu bermunculan
4. Musuh Islam di luar madinah sudah siap
menyerang ummat islam.
Ketika itu
kira-kira 1 minggu, 7 hari saja, sahabat-sahabat di kota Madinah semuanya
buntu, tidak mempunyai jalan keluar atau solusi. Orang-orang di Madinah hanya memikirkan bagaimana nasib
orang-orang islam dan siapa yang akan menggantikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ini saja kesibukan sahabat selama seminggu.
Asbab kefakuman sahabat ini, tidak ada fikir untuk agama, maka tidak ada
lagi yang keluar di jalan Allah, semua rombongan tertunda. Akibatnya ketika
itu karena tidak ada fikir agama adalah 100.000 orang islam menjadi murtad.
Satu minggu saja sahabat ini vakum dari dakwah, dari keluar di jalan Allah,
walaupun di jaman itu hidup ulama-ulama besar dan sahabat-sahabat yang besar
dan kuat, 100.000 orang murtad dari islam. Lalu Nabi palsu bermunculan, dan
tentara Romawi sudah sampai di perbatasan siap masuk ke Madinah untuk menghancurkan ummat islam.
Setelah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dilantik menjadi khalifah, bagaimana cara
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menyelesaikan masalah ini. Keputusan
pertama yang dibuat Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu adalah segara
mengirimkan rombongan yang tertunda pergi di jalan Allah, yaitu yang telah
dibentuk oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum beliau shallallahu ‘alaihi wasallam wafat. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu memutuskan untuk mengirim seluruh orang
beriman yang laki-laki untuk keluar di jalan Allah semuanya. Para sahabat
bingung dengan keputusan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Mereka
memikirkan jika semua laki-laki keluar dijalan Allah, maka siapa yang akan
menjaga madinah dari musuh, siapa yang akan menjaga ummul mukminin dan keluarga
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. Maka Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dengan suara lantang berkata, “Kalian tetap
keluar di jalan Allah, nanti Allah yang akan menjaga semuanya.” Ketika itu yang
orang-orang fikirkan adalah keselamatan orang-orang islamnya, padahal yang
harus dirisaukan adalah bagaimana menyelamatkan agamanya terlebih dahulu.
Inilah yang difikirkan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Inilah perbedaan
fikir yang mencolok antara satu orang sahabat ini melawan fikir sahabat-sahabat
yang lain. Disini ada perbedaan pendapat diantara sahabat yang dapat menjadi
pelajaran bagi kita semuanya.
Ketika itu Abu
Bakar radhiyallahu ‘anhu yakin sepenuhnya jika kita menolong
agamaNya, maka Allah pasti akan menolong mereka. Jika kita keluar di jalan
Allah untuk melaksanakan perintah Allah, maka pasti Allah akan tolong kita.
Jadi keputusan Abu Bakar ini untuk mengeluarkan seluruh laki-laki ke luar
madinah di jalan Allah ini sungguh tidak masuk diakal bagi sahabat yang
lainnya. Apalagi ketika itu hewan-hewan buas bisa masuk kapan saja memangsa
wanita dan anak-anak di Madinah, jika semua laki-lakinya keluar dari Madinah.
Secara logika laki-laki yang ada seharusnya dibagi menjadi dua yaitu yang
menjaga dalam kota dan yang menjaga diluar kota atau yang pergi di jalan Allah.
Tetapi disini Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu justru menyuruh
laki-lakinya untuk semuanya keluar, pergi di jalan Allah.
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menyelesaikan masalah dengan menggunakan 2
prinsip :
1. Prinsip Taqwa :
“Saya tidak rela
agama berkurang di jaman kekhalifahan saya ini walaupun itu hanya seutas tali
yang mengikat di leher hewan qurban.”
à
Takwa ini maksudnya adalah Sempurna Amal. Jadi atas dasar prinsip ini, Abu
Bakar radhiyallahu ‘anhu tidak rela dijamannya agama ini berkurang
sedikitpun walaupun itu hanya seutas tali yang mengikat leher hewan korban.
Fikirnya Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu ini adalah
bagaimana agama dapat sempurna diamalkan oleh umat islam ketika itu. Inilah
prinsip yang digunakan untuk menghadapi orang-orang islam yang tidak mau
membayar zakat. Jadi mereka diancam akan diberantas jika mereka tidak mau
membayar zakat.
2. Prinsip Tawakkul :
“Keluarkan semua
laki-laki untuk pergi di jalan Allah. Nanti biar Allah yang menjaga Ummul
mukminin, keluarga nabi dan wanita-wanita di madinah.”
à Abu Bakar
radhiyallahu ‘anhu lebih rela melihat keluarga Nabi dalam
bahaya, dibanding harus melihat agama dalam bahaya. Jadi bagi Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, derajat Agama ini lebih utama dibanding
keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan ummat islam
itu sendiri. Agama lebih penting untuk diselamatkan dibandingkan ummat itu
sendiri. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, mengirimkan
semua laki-laki keluar dijalan Allah dan berserah diri kepada Allah atas
keadaan di Madinah inilah Tawakkalnya Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Prinsip ini yang digunakan untuk menghadapi
orang murtad, nabi palsu, dan musuh islam yang mau menyerang madinah dari luar.
Disinilah terdapat
2 perbedaan pemikiran dan menyangkut kepada masalah keimanan. Dimana Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu yakin jika semua pergi di jalan Allah
mendakwahkan agama Allah, maka nanti Allah akan selesaikan semua masalah :
orang murtad, nabi palsu, yang tidak mau bayar zakat, dan pasukan romawi yang
sudah siap menyerang.
Hanya dalam waktu tempo 3 hari saja setelah semua pergi di jalan
Allah akhirnya masalah terselesaikan : Madinah tetap aman, 100.000 orang murtad
masuk islam lagi, orang membayar zakat lagi, Nabi palsu dapat ditumpas, dan
Pasukan Romawi mundur.
Jadi risaunya Abu
Bakar radhiyallahu ‘anhu ini adalah Islamnya atau Agamanya dulu,
bukan orang-orang Islamnya. Hari ini ada pemikiran seperti yang terjadi ketika
sahabat berbeda pendapat dahulu. Sekarang kebanyakan kita ini risaunya adalah
orang-orang islamnya, seperti orang islam ada yang dibunuh, diperkosa,
diperangi, hak-haknya dirampas, kekurangan makan, miskin keadaannya,
pengungsi-pengungsi, ini boleh saja. Tetapi seharusnya yang lebih penting lagi
adalah risau atas islamnya. Akibat islamnya tidak dijaga, sehingga Allah tidak
menjaga ummat islam. Ini karena islam itu sendiri sudah diacuhkan oleh orang
islam.
Kita lihat hari
ini orang islam kebanyakan tidak shalat, masjid kosong. Shalat berjamaah di masjid sudah tidak diacuhkan
oleh umat saati ini. Lalu sunnah-sunnah Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah ditinggalkan oleh orang islam, bahkan
dianggap aneh bagi yang mengamalkannya. Kehidupan orang islam sudah seperti
kehidupan orang yahudi dan nasrani, tidak ada bedanya dengan cara-cara atau
kehidupan orang kafir, sulit dibedakan mana yang beriman dan mana yang kafir.
Semua kehidupan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sudah
ditinggalkan oleh ummat islam itu sendiri. Tetapi begitu terjadi musibah, semua
orang berpikir sama, “Apa dosa saya ? Kenapa ini bisa terjadi, musibah seperti
ini ? Kenapa Allah tidak tolong kita ?”. Ummat islam diusir, dibunuh, dijajah,
diperkosa hak-haknya, tetapi fikirnya hanya diri mereka sendiri saja (“Apa dosa
saya ?”). Padahal jemaah-jemaah dakwah sudah datang mengajak kepada
sunnah, kembali kepada amal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, amalkan islam,
taat pada perintah Allah. Walaupun perkara-perkara ini sudah didengar
berkali-kali, tetapi tetap saja sama tidak ada peningkatan amal. Ditaskil,
diminta untuk keluar di jalan Allah tidak mau, maka itulah akibatnya, musibah
banyak datang. Tetapi fikirnya “Apa dosa saya ?”. Islamnya sudah kita
tinggalin, kita acuhkan, tetapi ketika musibah tiba-tiba datang tidak terpikir
amal-amal kita yang buruk, bahkan bertanya, “Kenapa Allah tinggalkan kita ?
kenapa Allah tidak tolong kita ?”
Inilah sifat
manusia, ketika senang mereka beramai-ramai meninggalkan perintah Allah,
melupakan Allah, tidak mempedulikan kehendakNya. Tetapi ketika musibah datang
baru nangis-nangis kepada Allah minta ditolong. Sudah menjadi sifat manusia
hanya ingat kepada Allah dikala susah dan suka melupakan Allah dikala senang.
Bahkan ketika kesusahan itu datang bisanya hanya merengek minta tolong tetapi
tidak mau memikirkan apa yang Allah kehendaki atas dirinya saat itu dan tidak
mau memikirkan kekurangan atau keburukan amal yang telah dia perbuat. Orang
seperti ini bagaimana do’anya mau di dengar oleh Allah ? Jadi kalau mau masalah
ummat selesai, kirimkan rombongan untuk pergi di jalan Allah sebanyak-banyaknya
secara bergiliran. Nanti Allah akan selesaikan masalah yang ada pada ummat ini
sebagaimana Allah selesaikan masalah yang terjadi pada kekhalifahan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu .
Mudzakaroh “Learning
By Doing” – Belajar dengan Beramal
Hari ini banyak
orang yang membicarakan tentang pengorbanan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat radhiyallahu ‘anhu untuk agama. Namun masalahnya pada hari ini
tidak semua orang yang mengerti dan memahami maksud dan kepentingan dari
pengorbanan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para Sahabat radhiyallahu ‘anhum tersebut. Ini disebabkan karena kita tidak
melakukan pengorbanan yang sama seperti mereka. Untuk bisa merasakan
pengorbanan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan Sahabat dalam
memperjuangkan agama maka kita harus ikuti napak tilas mereka. Seperti pelatih
renang dan orang yang baru mau belajar berenang. Walaupun si pelatih ini juara
dunia dan juara olimpiade renang dan ahli dalam menjelaskan tentang air dan
teknik renang kepada muridnya, tetapi jika si murid renang ini tidak terjun ke
air maka dia tidak akan mampu memahami apa yang dikatakan dan dijelaskan
gurunya. Tetapi jika si murid sudah terjun ke air, maka dia akan tau apa yang
dirasakan dan dimaksud gurunya. Semakin dicoba dan diusahakan semakin mengerti
dia akan penjelasan gurunya, sampai pada akhirnya dia bisa berenang bahkan
menjadi sehebat gurunya. Ini karena si murid tersebut sudah merasakannya
langsung pengorbanan gurunya ketika berada di dalam air.
Begitu juga mengapa hari ini umat sangat jauh dari agama, sehingga yang
tinggal hanya pengetahuan atau teori saja, bangunan-bangunan saja,
tulisan-tulisan saja, ini dikarenakan umat tidak dilibatkan dalam pengorbanan
untuk agama sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah
melibatkan para sahabat dalam pengorbanan untuk agama. Sehingga hari ini umat hanya tahu saja tetapi
tidak ada kefahaman dan kerisauan terhadap agama.
Tujuan dari keluar
di jalan Allah itu sendiri sebagai individu adalah dalam rangka islah atau
perbaikan diri, sebagaimana trainingnya atau latihannya seorang tentara yang
dikirim ke barak untuk peningkatan qualitas. Ketika tentara ini balik ke barak
maka dia akan di evaluasi kekurangannya dan akan menjalankan traning atau
latihan-latihan kembali dalam rangka meningkatkan kualitas. Sehingga ketika
tentara balik ke medan pertempuran maka kemampuan dan kesiapannya akan
menjadi lebih tambah baik lagi. Jadi kita perlu mengembalikan umat islam ini
kepada baraknya agar bisa dilatih kembali dan ditingkatkan qualitasnya. Namun
hari ini permasalaannya ummat hari ini sedang terjangkit penyakit lemah Iman.
Asbab lemah Iman ini ummat tidak ada gairah atau tidak ada kekuatan untuk
memperbaiki diri, atau meningkatkan amal ibadah. Maka untuk mengobati lemah
iman ini perlu perawatan khusus. Ibarat orang sakit maka mesjid ini adalah
rumah sakitnya orang beriman agar orang beriman ini dapat terperbaiki Iman dan
Hatinya. Jika kita sakit badan maka kita bisa pergi ke dokter dan tinggal di
rumah sakit. Tetapi rusaknya hati atau iman ini hanya Allah yang bisa
memperbaiki yaitu di rumah sakitnya orang beriman, di mesjid. Jika mesjid
tempat pabriknya perbaikan untuk orang beriman sudah tidak digunakan lagi, maka
bisa dijamin bahwa kehidupan ummat saat ini sudah terjangkit banyak penyakit
hati dan penyakit iman.
Mengapa diri kita
bisa terperbaiki dengan keluar di jalan Allah ? Dengan keluar di jalan Allah
maka kita akan mempunyai waktu khusus untuk memperbaiki keimanan dan amaliat
kita. Kita keluar di jalan Allah ini adalah latihan meninggalkan
perkara-perkara yang kita cintai sebagaimana sahabat telah meninggalkan
perkara-perkara yang mereka cintai demi agama Allah. Dengan demikian akan
terbentuk dalam diri kita keyakinan bahwa bukan kitalah yang memelihara
keluarga kita tetapi Allah lah yang memelihara keluarga kita. Dengan keluar di
jalan Allah kita akan mendapatkan kefahaman dan perasaan yang dirasakan oleh
sahabat ketika mereka berkorban untuk agama di jalan Allah sampai tidak ada
lagi yang bisa mereka korbankan untuk agama Allah.
Semakin bertambah
pengorbanan kita maka akan semakin bertambah pemahaman kita atas pengorbanan
sahabat untuk agama Allah. Sampai pada akhirnya kecintaan pada agama akan
timbul, ketaqwaan dalam menjalankan perintah Allah akan meningkat, dan
kehidupan agama kita, keluarga kita, kerabat kita, tetangga kita, akan
terperbaiki. Dengan keluar di jalan Allah kita akan mendapatkan banyak
pelajaran seperti dari bertemu dengan ulama-ulama untuk mendapatkan pengajaran
dari mereka, berteman dengan orang-orang sholeh, menambah pertemanan,
meningkatkan ilmu dan wawasan, menambah pengalaman, merasakan napak tilas nabi
dan sahabat sehingga wujud didalam diri kita kecintaan sahabat pada agama,
kerisauan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap ummat,
dan lain-lain.
Da’i ini hanya
mempunyai 2 keadaan saja :
1. Maqomi
2. Khuruj Fissabillillah
Khuruj
Fissabillillah atau Keluar di Jalan Allah ada 2 cara :
1. Nishab à Waktu Keluar yang
di istiqomahkan
2. Takaza à Pembentangan Kepentingan
Agama
Namun untuk dapat
menggerakkan ummat ke arah kebaikan ini diperlukan risau dan fikir yang
sungguh-sungguh, sebagaimana risau dan fikir Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Begitu juga dalam menyiapkan Ummat ini
diperlukan sifat-sifat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan Sahabat. Para
Sahabat ini dimuliakan oleh Allah karena memiliki sifat-sifat dan
qualitas-qualitas yang Allah sukai. Jika kita bisa mendapatkan qualitas atau
sifat ini, maka kemuliaan yang Allah berikan kepada para Sahabat radhiyallahu ‘anhum, juga akan Allah berikan kepada kita. Sifat,
Risau, dan Fikir ini akan datang melalui keadaan-keadaan mujahaddah atas agama,
pengalaman berjuang untuk agama.
Bagaiaman cara
mendapatkan Sifat, Risau, dan Fikir ini :
1. Pergi Khuruj Fissabillillah ( Keluar di jalan
Allah )
2. Membuat Amal Maqomi
Inilah kepentingan
kita bawa fikir ketika kita pergi di jalan Allah :
1. Bagaimana diri kita bisa terperbaiki atau
meningkat qualitasnya
2. Bagaimana Amal Maqami dapat wujud di masjid yang dikunjungi
3. Bagaimana
rombongan dari mesjid itu bisa keluar di jalan Allah
Sedangkan
maksudnya Dakwah ini adalah untuk memenuhi takaza ( pembentangan atau penawaran
kerja agama ) yang ada, bukan nishab ( waktu yang di istiqomahkan untuk keluar
) saja. Jika waktunya nishab tetapi datang takaza, maka tinggalkan nishab untuk
memenuhi takaza. Sahabat-sahabat radhiyallahu ‘anhum menurut ulama,
nishab harian mereka itu 12 jam untuk agama, sisanya buat selain agama. Sahabat
meluangkan waktu mereka untuk mesjid itu 12 jam, sedangkan takazanya mereka 24
jam, kapan saja diminta mereka siap tinggalkan semua. Jadi sahabat ini nishab
12 jam, sedangkan kesiapan mereka untuk ditaskil ( dipanggil ) memenuhi takaza,
yaitu 24 jam. Jadi dengan gerak yang dilakukan seperti sahabat ini maka Allah
akan tolong ummat islam. Maksud daripada Dakwah ini adalah memenuhi takaza,
dimana daerah yang belum islam, dimana daerah yang belum mengucapkan syahadat,
dimana daerah yang belum dimasuki jemaah, dimana daerah yang belum hidup amal
mesjid Nabawi ? kita siap berangkat kapan saja. Keadaan sahabat itu seperti
itu, siap kapan saja berangkat ketika dibentangkan takaza.
Dari riwayat
Tirmidzi, Allah berfirman :
“Wahai anak Adam
jadikan seluruh hidupmu untuk beribadah kepadaKu, niscaya Aku akan penuhi
dadamu dengan kekayaan dan Aku akan penuhi kebutuhanmu. Dan apabila engkau
tidak mengerjakannya, niscaya Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan
Aku tidak akan memenuhi kebutuhanmu.”
Keadaannya di
jaman Nabi ini beda dengan kita, ketika itu para sahabat selalu dalam keadaan
siap mengambil takaza lagi dan lagi. Sekali tasykil sahabat itu lamanya mereka pergi di jalan
Allah adalah 4 bulan full, yaitu di jaman Umar radhiyallahu ‘anhu. Ketika mereka pulang dari ambil takaza,
ternyata ada takaza lagi, sehingga mereka berangkat lagi 4 bulan di jalan
Allah. Inilah kehidupan sahabat dalam memenuhi takaza agama. Dalam setahun
berarti sahabat ini 8 bulan di jalan Allah dan hanya 4 bulan saja tinggal di
kampungnya. Sahabat ini 4 bulan dikampungnya adalah 2 bulan untuk masjid, dan sisanya 2 bulan lagi adalah 1 bulan
di rumah bersama keluarga dan 1 bulan (24 jam x 30 hari = waktu sahabat di
pasar / di sawah selama 1 tahun) lagi untuk buat kerja yang mampu memenuhi
keperluan untuk 1 tahun.
Allah telah
ringkaskan buat sahabat kerja untuk 1 tahun dapat dilakukan dalam 1 bulan saja.
Ini karena apa ? ini adalah berkat amalan dakwah sehingga kehidupan sahabat ini
penuh dengan keberkahan. Sedangkan kita kini kerja satu tahun tidak cukup untuk
satu bulan, berbeda dengan keberkahan yang didapat oleh para Sahabat radhiyallahu ‘anhum. Inilah yang terjadi jika ummat telah
meninggalkan kerja dakwah ini, maka Allah akan cabut keberkahan rizki dari
kehidupan ummat. Kalau ummat islam ini kembali kepada amalan dakwah, sibuknya
mengambil takaza, maka kerja 3 hari saja bisa mencukupi kerja satu bulan.
Tetapi jika ummat islam sibuk mengurusi dunia saja, tinggalkan amalan dakwah,
tidak mau mengambil takaza agama, maka kerja 1 bulan tidak bisa mencukupi
keperluan 3 hari, tidak ada keberkahan. Ini semuanya karena manusia sudah
melecehkan Allah dan perjuangan untuk agama Allah. Padahal semua rezki itu
datang dari Allah, dan sedangkan syetan itu hanya menakut-nakuti kita.
Allah berfirman :
“Inna syaithon ya
adzikumul fakro waya’murukum bil fahsya…”
artinya : “Setan itu
menakut-nakuti kamu dengan kefakiran.”
Setan akan
membisikkan : “Kalau kamu korban, ambil takaza lagi, lalu ambil takaza
lagi, maka miskin kamu nantinya. Bangkrut nanti usaha kamu. Terlantar nanti
rumah tangga kamu.” Masalahnya hari ini kita lebih percaya pada perkataan
syetan dibanding percaya pada perkataan Allah. Sedangkan Allah menjanjikan
kepada yang pergi di jalan Allah ampunan dan keuntungan-keuntungan.
Keuntungan
Dunia-Akherat :
1. Keuntungan dunia
à Rizki yang
berkah
2. Keuntungan
Akherat à Ampunan (
masuk surganya Allah )
Allah berfirman :
وَ الَّذينَ آمَنُوا وَ هاجَرُوا وَ
جاهَدُوا في سَبيلِ اللَّهِ وَ الَّذينَ آوَوْا وَ نَصَرُوا أُولئِكَ هُمُ
الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَ رِزْقٌ كَريمٌ
“Walladziina’aamanuu
wahaajaruu wajaahaduu fiissabillillaahi walladziina awaw wa nasharuu ulaaika
humul mukminuuna haqqan lahum maghfirotuw warizqun kariim.” (QS Al Anfal 8 : 74 )
Artinya : “Dan orang-orang
yang beriman dan berhijrah ( Muhajjir ) serta berjuang pada jalan Allah, dan
orang-orang yang memberi tempat kediaman ( Anshar ) dan memberi pertolongan (kerja sama antara Muhajjir
dan Anshar / orang
tempatan), mereka itulah orang-orang yang beriman dengan Haq ( yang
benar-benar beriman ). Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia.”
Keadaan dalam
kerja dakwah ini hanya 2 saja :
1. Muhajjir
à orang-orang yang Hijrah untuk agama Allah
2. Anshar à orang-orang yang
Nushroh (memberi pertolongan)
Orang yang
melakukan 2 keadaan ini, merekalah orang-orang yang beriman dengan sebenarnya,
Iman yang Haq. Apa yang Allah ganjarkan untuk mereka ? Allah akan ampuni
dosa-dosa mereka dan Allah akan berikan mereka rizki yang mulia. Siapa bilang
orang yang dakwah akan menjadi miskin ? Sedangkan Allah mengatakan akan
memberikan ampunan dan rizki yang mulia lagi. Bagaimana datangnya rizki yang
mulia ? itu adalah kerjanya Allah, bukan kerjanya kita. Sedangkan kerja kita :
1. Buat Amalan Dakwah à
Maqomi dan Intiqoli (Khuruj Fissabillillah)
2. Nusroh à
Menolong para
Muhajjirin / Pendatang
Kita jangan
memikirkan kerjanya Allah. Allah itu Maha Tahu bagaimana cara mendatangkan
rizki yang mulia itu. Kerja Dakwah ini bukan kerja yang susah, tetapi kerja
yang sangat mudah. Saking mudahnya dapat diberikan dan dibawa oleh semua orang
dari yang Raja, yang jelata, yang cendikia, yang tidak pernah sekolah, yang
tua, yang muda, yang miskin, yang kaya, yang ulama, yang awam, yang sehat, dan
yang sakit sekalipun. Lalu bagaimana caranya ? mudah saja, yaitu ngikut
saja, ikutin saja programnya. Dengan cara ikut-ikutan saja, mengikuti jalan
ini, maka dia akan faham dan mengerti maksudnya.
Contoh :
Seperti di
kampung, ketika seseorang belajar bagaimana menanam padi. Dia tidak dikasih
kuliah ama petani, atau dimasukin ke kampus pertanian. Bagaimana cara nyangkul,
cara menggaruk, cara menyebar benih, cara menanam, cara membersihkannya, cara
mengatur air, ini tidak ada kuliahnya sama sekali. Lalu bagaimana cara
belajarnya ? yaitu dengan mengikuti bapak kita atau petani ke sawah, belajar
langsung dengan mengikuti apa yang mereka lakukan di sawah. Belajar langsung
dengan pengamalannya, “Learning by Doing”.
Bapak pagi-pagi
bangun habis shalat bawa cangkul
langsung ke sawah, maka kitapun demikian juga bawa cangkul ke sawah. Bapak
mencangkul disawah, kita lihat sebentar, lalu kita ikut nyangkul. Ini caranya,
ikutin saja, amalkan saja, lama-lama mahir juga, lama-lama faham juga, karena
sehari-hari begitu saja kerjanya maka lama-kelamaanpun jadi bisa. Tanpa kuliah,
tanpa masuk keperguruan tinggi, seseorang bisa langsung menjadi petani.
Sekarang kalau kita lihat orang-orang yang lulus dari perguruan tinggi bidang
pertanian, dengan gelar professor, doktor, ahli pertanian, yang nanam padi juga
bukan mereka, tetapi menanam orang kampung juga, para petani lapangan lansung
yang tidak pernah sekolah. Yang mengirim beras ke kota itu siapa ? yang
mengirim beras kepada orang-orang pintar di kota itu adalah orang bodoh-bodoh
juga dari desa yang mengirimkannya. Justru beras datangnya dari mereka yang
tidak pernah kuliah dikirim kepada ahli-ahli pertanian yang kuliah.
Ashabul Kahfi
adalah satu rombongan pemuda yang risau terhadap iman, dan bagaimana
menyelamatkan Iman. Mereka bermusyawarah, mengambil keputusan untuk melarikan
diri dari kemaksiatan yang ada. Mereka hijrah ke gunung, dan kehutan-hutan.
Mereka mengambil keputusan tidak mau mati dikampungnya demi menyelamatkan iman
mereka. Dalam perjalanan ikutlah seekor anjing, karena ngikut saja, mengekor
perjalanan pemuda ashabul kahfi ini, maka anjingpun Allah selamatkan juga.
Pemuda-pemuda ini
adalah mereka yang cinta pada Allah dan cinta kepada Iman. Mereka ini risau
atas keselamatan iman mereka. Sehingga mereka buat keputusan bahwa mereka harus
pergi dari kampung mereka, menjauhi suasana kemaksiatan, dan tinggal di goa.
Atas fikir mereka ini, maka Allah selamatkan mereka. Sedangkan anjing yang
cuman ngikut-ngikut mereka saja, Allah selamatkan juga. Inilah keberkahan
dengan mengikuti jejak langkah orang yang pergi di jalan Allah untuk menyelamatkan
Iman.
Anjing ini
binatang najis, dan tidak berakal, tidak mengerti apa-apa, tetapi karena dia
ngikut saja, maka selamat juga. Ketika pemuda itu berjalan, si anjing berjalan
juga. Ketika si pemuda berhenti, si anjing berhenti. Ketika pemuda-pemuda itu
masuk ke dalam goa, si anjingpun ikut-ikutan masuk juga. Ketika para pemuda itu
tidur, maka si anjingpun ikut tidur. Akhirnya ditidurkan oleh Allah selama 309
tahun. Anjing Ashabul Kahfi ini adalah satu-satunya anjing yang masuk surga.
Kalau anjing saja ikut pergi dijalan Allah diselamatkan, apalagi kita yang
beriman mau keluar di jalan Allah.
Sedangkan kita ini
ummat yang da’i, modal kita bukan tinggal dihutan, masuk kegoa mengucilkan
diri, tidur disana, kita ini bukan yang seperti itu. Kita bukan lari dari
tempat yang penuh dengan kemungkaran dan kemaksiatan, bahkan kita tetap berada
ditempat yang seperti itu dengan buat kerja untuk merubah tempat itu menjadi
tempat yang penuh dengan ketaatan kepada Allah. Nanti Allah akan tolong kita
dan selamatkan kita. Sedangkan orang-orang yang ikut-ikut kitapun juga akan
Allah selamatkan, walaupun tidak mengerti apa-apa, tidak pernah ke madrasah,
tidak bisa ngaji, Insyaallah akan diselamatkan juga. Jadi kerja ini sangat
mudah, ikut saja dengan rombongan, lalu ikutin amalannya, seperti anjingnya
ashabul kahfi yang Allah selamatkan juga. Jika anjing yang mengikuti ahli
ibadah saja selamat, apalagi anjing yang mengikutin para ahlul dakwah.
Mudzakaroh
Pentingnya Memakmurkan Mesjid
Nabi shallahu ‘alaihi wasallam sudah memberikan kita warning, peringatan,
kepada kita dalam mafhum hadits dikatakan nanti di akhir zaman jika kita
tidak buat dakwah, maka akan terjadi :
1. Tidak
tertinggal dari Islam melainkan hanya sekedar nama saja
à Hari ini di KTP
orang Indonesia banyak yang menyatakan agamanya Islam tetapi kelakuan dan
kehidupannya jauh dari yang dicontohkan Nabi shallahu ‘alaihi wasallam
2. Tidak
tertinggal dari Al Qur’an hanya sekedar tulisannya saja
à Hari ini berapa
banyak masjid yang ramai dari ukiran-ukiran kaligrafi
Al Qur’an tetapi kosong dari amal agama mesjidnya.
3. Tidak tertinggal dari masjid melainkan hanya bangunan-bangunan megah
saja
à Hari ini orang
berlomba-lomba membangun masjid tetapi tidak
memikirkan bagaimana memakmurkannya, sehingga masjidnya kosong dari jemaah.
Hari ini masjid banyak dimana-mana tetapi kosong dari
amal agama. Di Kordova, Spanyol, Mesjid Kordova pernah menjadi pusat
perkembangan Islam di dunia, namun kini telah menjadi pusat pariwisata, bahkan
didalamnya terdapat gereja. Ini asbab ditinggalkannya Dakwah sehinggah fungsi mesjid telah hilang dan
orang tidak ada lagi yang peduli dengan masjid.
Di Indonesia saja
ada ± 300.000 masjid, dan di
jakarta berapa banyak masjid mewah dan
megah. Namun berapa banyak mesjid yang 5 waktu orang ramai shalat berjamaah. Dan berapa banyak yang sudah
makmur hidup dengan Amalan mesjid Nabawi ?
Hari ini orang ke masjid bukan bertambah keimanannya, tetapi malah makin
rusak seperti dipakai untuk berbisnis, membicarakan aib orang lain, dipakai
sebagai sarana untuk politik, hujat menghujat orang lain. Hari ini di Masjid bukan terlihat suasana akherat
tetapi malah suasana maksiat kepada Allah seperti wanita yang memakai
pakaian yang terlihat auratnya. Padahal di jaman Nabi, ketika orang kafir masuk
mesjid ke mesjid Nabi, setelah keluar telah bisa menjadi orang beriman.
Di zaman Nabi shallahu ‘alaihi wasallam setiap ada masalah bisa langsung ke masjid, lalu pulang-pulang masalah bisa
terselesaikan dan hati bisa tenang. Beda kita hari ini, orang kafir ke mesjid
malah dipakai foto-foto untuk pariwisata, dan ketika orang Islam ke mesjid
bukannya hilang masalah malah tambah masalah, seperti ditagih sumbanganlah,
musti berpihak pada siapalah dan lain-lain. Mengapa hari ini kita lihat orang
ke masjid buat melaksanakan ibadah tetapi ketika
keluar dari mesjid masih terus bermaksiat dan tidak berhenti dari berbuat dosa.
Padahal Masjid ini Allah perintahkan dibangun atas
dasar Taqwa, Takut kepada Allah. Tetapi mengapa ketaqwaan kita tidak bertambah
ketika kita masuk ke masjid. Ini
dikarenakan masjid tersebut tidak mempunyai ruh. Apa itu
ruh dari mesjid yaitu amal-amal agama, dan inilah yang dibentuk oleh Nabi shallahu ‘alaihi wasallam dimesjid Nabawi yaitu membuat Amal Mesjid.
Apa itu Amal Masjid Nabawi yaitu Dakwah, Taklim, Dzikir
Ibadah, dan Khidmat. Sehingga orang yang tadinya kafir masuk ke masjid nabawi keluar-keluar sudah masuk Islam.
Ini dikarenakan di mesjid hidup amal-amal agama. Nabi shallahu ‘alaihi wasallam itu sendiri adalah Ketua Masjid pertama, Awallun Takmir Masjid, yang kerjanya memikirkan bagaimana Masjid Nabawi ini dan masjid-masjid kecil disekitar Madinah bisa makmur
dengan jemaah dan amal-amal agama.
Caranya adalah
dengan mengirimkan rombongan Dakwah dan menerima rombongan orang-orang yang mau
belajar agama. Inilah fikir Nabi shallahu ‘alaihi wasallam, bahkan ketika
hijrah ke madinah yang Nabi shallahu ‘alaihi wasallam fikirkan pertama
kali bukannya tempat tinggal untuk dirinya, dimana keluarga dia tinggal, tetapi
bagaimana mesjid dapat berdiri. Di sekitar Madinah ini ada mesjid-mesjid kecil
dimana Nabi shallahu ‘alaihi wasallam mengirim
rombongan dakwah ke mesjid-mesjid itu dan menerima rombongan atau perorangan
dari mesjid-mesjid itu buat belajar agama kepada beliau shallahu ‘alaihi wasallam.
Madinah sebelum
Islam masuk merupakan kota yang tidak kalah Jahilnya dari Mekkah. Di Madinah
ketika islam belum masuk terdapat banyak sekali rumah-rumah perjudian,
pelacuran, bahkan orang-orangnya bisa dibilang Jahil dan Barbar. Namun asbab
dihidupkannya Dakwah dari Mesjid Madinah oleh Nabi shallahu ‘alaihi wasallam, ini seperti cahaya yang menerangi
kegelapan. Jadi bagaimana kita bisa menghilangkan kegelapan, maka perlu kita
hadirkan amalan nuraniat, atau amalan yang dapat menghadirkan nur cahaya dari
Allah. Jika cahaya masuk kegelapan pasti hilang. Sehingga lambat laun
rumah-rumah yang mempunyai bendera putih atau lambang kemaksiatan ketika itu
perlahan-lahan lenyap dari kota madinah asbab dakwahnya Nabi shallahu ‘alaihi wasallam dan para Sahabat radhiyallahu ‘anhum. Lalu penduduknya menjadi orang-orang yang
Allah muliakan dan kotanya diberi gelar Al Munawaroh yaitu tempat terpancarnya
Cahaya atau Hidayah.
Begitu juga kalau kita sering ke masjid, maka sepulangnya kita dari mesjid,
kita akan menjadi sarana untuk menghantarkan nur rahmat dan hidayah Allah
kepada rumah-rumah kita. Masjid ini adalah pusat turunnya rahmat dan nur
hidayah Allah. Jadi Masjid ini adalah
generatornya Nur Hidayah dan kita adalah kendaraannya untuk menyebar Nur
Hidayah tersebut. Jika generatornya mati, maka matilah sarana penyebar rahmat
dan hidayah. Bagaimana caranya kita bisa memakmurkan atau menghidupkan mesjid ?
yaitu dengan menghidupkan amalan-amalan mesjid Nabi shallahu ‘alaihi wasallam.
Apa itu Amal Masjid Nabawi :
1. Dakwah
Illallah
à Mengajak manusia taat kepada Allah
2. Taklim
wa Taklum
à Belajar dan Mengajar
3. Dzikir
Ibadah
à Dzikir, Baca Qur’an, Sholat berjamaah,
Do’a, Sholat Sunnat, Adab-adab
4. Khidmat
à Melayani Mesjid dan Memenuhi Hajat Orang
Masjid ini adalah jantung dari suatu kota atau
desa atau daerah. Jika masjidnya baik dalam
artian hidup amal-amal agama seperti amal masjid Nabawi, maka baiklah daerah itu. Tetapi
jika masjidnya mati, gersang dari jemaah dan
amal-amal agama, berarti matilah daerah itu, maksudnya daerah itu bisa di
asumsikan terdapat banyak masalah.
Masjid yang hidup dengan amal agama dan ramai
jemaahnya, maka daerahnya akan makmur, seperti hidup sillaturhami, ukhuwah yang baik, rukun, tentram, dan damai.
Setiap ada masalah maka dapat diselesaikan oleh jemaah masjid itu melalui musyawarah, sillaturahmi,
dan gotong royong. Tetapi daerah yang masjidnya mati dari amal agama dan sepi dari
jemaah, maka daerahnya akan timbul banyak masalah seperti permusuhan antar
tetangga, ketidak pedulian sosial, dan kejahatan akan berkembang dari
premanisme, perjudian, permabukan, sampai perzinaan akan tersebar di daerah
itu. Dan ini adalah suatu kenyataan yang terjadi dibanyak daerah.
Jika yang haq
tidak ditegakkan dan disebar, maka yang bathil akan masuk dan tersebar. Jika
tidak ada dakwah atas yang haq maka dakwah yang bathil akan masuk. Apa itu
dakwah yang bathil yaitu ajakan untuk berjudi, membeli minuman keras, dan
lain-lain, secara terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi.
Penting saat ini
kita fikirkan bagaimana masjid-masjid yang ada ini dapat makmur dengan amal
agama. Allah perintahkan pada kita di dalam Al Qur’an untuk memakmurkan masjid-masjid Allah bukan hanya satu tetapi setiap
orang memakmurkan banyak masjid.
إِنَّما يَعْمُرُ مَساجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ
بِاللَّهِ وَ الْيَوْمِ
الْآخِرِ...
“Innama ya’muru masajidallahu man amanna
billahi wal yaumil akhir…”
Artinya : “Hanyalah yang
memakmurkan mesjid- mesjid Allah ialah orang- orang yang beriman kepada Allah
dan hari kemudian...” (QS At Taubah 9:17).
Dari masjid ini kebaikan akan tersebar. Hidupkan
dakwah dari mesjid maka nanti Allah akan perbaiki keadaan umat. Jika setiap
dari kita ini sungguh-sungguh dalam dakwah maka nanti Allah akan perbaiki amal-amal
kita.
يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَ
قُولُوا قَوْلاً سَديداً
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمالَكُمْ وَ
يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَ مَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَ رَسُولَهُ فَقَدْ فازَ
فَوْزاً عَظيماً
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman takutlah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar (qoulan sadida), niscaya Allah akan
memperbaiki bagimu amal- amalmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan
Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”.(QS Al Ahzab 33 : 70-71 ).
Apa itu perkataan
yang benar atau Qoulan Sadida yang bisa memperbaiki amal-amal ibadah kita dan
menjadi asbab ampunan terhadap dosa kita ? Allah berfirman :
وَ مَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِمَّنْ دَعا إِلَى
اللَّهِ وَ عَمِلَ صالِحاً وَ قالَ إِنَّني مِنَ الْمُسْلِمين
Artinya : “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
mengajak untuk taat kepada Allah mengerjakan amal yang saleh dan berkata:" Sesungguhnya aku termasuk
orang- orang yang berserah diri" (QS Fushshilat 41 : 33 ).
(dakwah à waman Ahsanu Qoulan mimman da’a Illallah)”
Jadi kita ajak
orang kepada Allah bukan kepada figur, kepada organisasi, kepada partai, kepada
harta benda, tetapi hanya kepada Allah. Sedangkan segala sesuatu selain Allah
ini adalah dunia atau mahluk. Hari ini orang saling ajak mengajak kepada
golongannya, ini malah akan memecah belah islam. Seperti firqoh-firqoh atau
aliran-aliran yang ada, mereka mengajak orang kepada golongannya masing-masing.
Apa yang mereka lakukan adalah membenarkan firqoh mereka dan menyalahkan yang
lain sehingga terpecah belah semuanya. Jika ummat sudah terpecah belah maka
pertolongan Allah tidak akan turun, dan jika umat sudah saling menghujat maka
jatuhlah mereka dari pandangan Allah.
Pada hakekatnya, yang benar itu hanya Rasullullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan sahabatnya saja, itulah yang seharusnya jadi acuan kita, bukan
alirannya. Kalau ditanya
siapa yang paling benar, jawab saja yang paling benar itu adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan sahabat RA, cukup itu saja. Kita ikuti
saja Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dan para Sahabat sadhiyallahu ‘anhum, yaitu mereka yang sudah jelas-jelas ada
jaminannya dari Allah. Bukan aliran kita, atau aliran saya, atau guru saya,
atau pendapat saya yang bener, tetapi yang bener itu hanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Jadi bagaimana semua
aliran yang ada sama-sama bahu membahu bersatu bersama memikul tanggung jawab
dakwah ini. Jangan sampai perbedaan yang ada malah membuahkan perpecahan antar
umat dan terhalangnya umat dari tanggung jawab meneruskan risalat kenabian.
Tetapi jadikan perbedaan ini sebagai rahmat dan wacana keilmuan untuk dipelajari.
Pernah dalam suatu
riwayat tentang 2 pimpinan Islam terbesar di Indonesia yaitu Buya Hamka dari
Muhammadiyah dan KH. Idham Khalid dari Nahdlatul Ulama pergi Haji bersama.
Ketika shalat subuh hari pertama maka KH Idham Khalid
memimpin shalat subuh berjamaah sebagai Imam. Ketika itu
KH Idham Khalid menyadari dibelakangnya ada Buya Hamka dari Muhammadiyah yang
menganut faham sholat subuh tanpa Qunut. Walaupun KH Idham Khalid adalah dari
NU yang menganut Qunut ketika subuh, tetapi ketika itu malah melakukan sholat
subuh tanpa Qunut seperti Muhammadiyah. Hari esoknya, ketika Buya Hamka menjadi
Imam Subuh, beliau menyadari dibelakangnya ada KH Idham Khalid dari NU yang
memakai Qunut ketika subuh, maka ketika itu beliau memilih melakukan Subuh
tidak seperti biasanya ala muhammadiyah tetapi ala NU yaitu dengan menggunakan
Qunut.
Inilah toleransi
dan akhlaq yang baik yang dicontohkan oleh 2 ulama besar dalam menghadapi
perbedaan. Bukannya kita malah saling menyalahkan atau saling menghujat dengan
keyakinan, “saya yang paling benar”. Kebenaran itu pada hakekatnya hanya Allah
yang tau, dan siapa yang paling benar yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum. Selama dia mengakui Allah dan Rasulnya maka
mereka saudara kita. Jangan kita pernah merasa menjadi yang paling baik dan
paling benar karena ini sifatnya setan. Posisikan diri kita sebagai orang yang
ingin menambah ilmunya, dengan demikian kita akan siap menerima perbedaan.
Inilah maksud dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa perbedaan
diantara umatku ini adalah Rahmat. Sedangkan yang bukan rahmat dan mendatangkan
Laknat adalah jika perbedaan menjadi perpecahan dan permusuhan.
Perhatian :
Jadi kerja dakwah
ini adalah kerja untuk seluruh umat islam. Inilah tanggung jawab ummat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai penerus risalat kenabian. Atas
perkara ini perlu kita keluar di jalan Allah untuk bisa melatih diri kita
menghidupkan Amal Mesjid Nabawi dari latihan 3 hari, 40 hari sampai, 4 bulan,
tergantung kesiapannya. Inilah salah satu tujuan kita keluar di jalan Allah
bagaimana masjid-masjid yang didatangi oleh rombongan khuruj
fissabillillah dapat hidup amal-amal masjid Nabawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar