KEGIGIHAN SEORANG WANITA
6.4. MENDIDIK ANAK
SECARA SUNNAH.
6.5. USHUL-USHUL
DAKWAH.
6.6. ISTIQBAL.
6.7. DAKWAH INFIRADI.
6.4. MENDIDIK ANAK SECARA SUNNAH.
Sabda-sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Mengenai Anak
1.
Bau tubuh anak-anak adalah sebagian
dari angin surga.
2.
Surga itu adalah sebuah kampung
kesenangan, tidak masuk surga melainkan orang yang menyukai anak-anak.
3.
Barangsiapa yang menggembirakan anak
perempuannya, derajatnya seumpama orang yang menangis karena takutkan Allah subhanahu wa ta’ala. Orang yang menangis
tersebut, oleh Allah subhanahu wa ta’ala
diharamkan akan api neraka ke atas tubuhnya.
4.
Ciumlah anakmu karena pahala setiap
ciuman itu dibalas dengan satu derajat di surga.
5.
Barangsiapa keluar ke pasar muslimin
dan membeli barang-barang dan kembali ke rumah dengan membawa buah tangan untuk
anak-anaknya niscaya mendapat rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak akan disiksa di hari kiamat.
6.
Barangsiapa membeli akan sesuatu di
pasar untuk ahli keluarganya dan ia memikulnya ke rumah pahalanya seperti ia
memberi sedekah untuk orang yang sangat berhajat.
7.
Hendaklah mendahulukan anak perempuan
daripada anak laki-laki, maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan
seolah-olah ia memerdekakan hamba sahaya dari kalangan bani Israil.
8.
Utamakanlah uang belanja untuk anak-anakmu.
9.
Suruhlah anak-anak mu shalat ketika
berumur 7 tahun dan pukullah ia karena meninggalkan shalat ketika berumur 10
tahun dan pisahkan anak laki-laki dan perempuan dalam tempat tidurnya.
10. Memuliakan
anak-anak dengan mengajarkan kepada mereka adab dan ilmu agama. Barangsiapa
memuliakan anak-anaknya maka Allah subhanahu
wa ta’ala akan memuliakannya di surga.
11. Barangsiapa
diberi rezeki seorang anak, wajiblah baginya mengajarkan anak itu adab adab
akhlak semoga ia mendapat kemudahan rezeki dari syafaat anak-anaknya.
12. Barangsiapa
meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan jahil dia turut menanggung tiap dosa
yang dilakukan oleh anaknya itu dan barangsiapa membekalkan anaknya itu dengan
ilmu dan adab, maka pahala anak itu turut diperolenya.
13. Sesuatu
yang lebih mulia diberikan oleh bapak kepada anaknya ialah mengajarkan adab.
Mengajar anak tentang adab lebih utama daripada menakut-nakutkan dia dengan
pukulan karena meninggalkan kebaikan atau melanggar perintah Allah.
14. Di
antara kewajiban seorang bapak kepada anaknya ialah mendidiknya dengan baik dan
memberi nama yang baik.
15. Sesuatu
kaum yang mengadakan musyawarah lalu hadir di dalamnya seorang yang bernama
Muhammad akan mendapat kebaikan kaum itu.
16. Sesungguhnya
di surga ada rumah yang disebut Darul Farah. Tidak ada yang bisa masuk Darul
Farah kecuali orang-orang yang suka membahagiakan anak yatim.
17. Setelah
anak perempuan berusia 16 tahun maka nikahkanlah ia dan ketika itu seorang
bapak memegang tangannya sambil berkata : “Anakku, engkau telah kudidik,
kuajar, dan ku nikahkan, semoga aku dilindungi oleh Allah dari bencana dunia
dan akhirat.”
18. Seorang
laki-laki bertanya : “Ya Rasulullah,
kepada siapakah saya harus berbakti?” Jawab baginda, “Berbaktilah kepada ibu bapakmu!” Kata laki-laki tadi : “Ibu bapakku sudah tidak ada lagi.”
Sabda Nabi, “Kalau begitu berbaktilah
kepada anakmu, ibu bapakmu berhak atas dirimu dan anakmu juga berhak atas
dirimu.”
6 Tahapan
Mendidik Anak secara Sunnah.
Mendidik
anak secara sunnah mempunyai 6 tahapan dan 5 langkah, dari mulai memilih jodoh sampai
mempunyai anak dan anak tersebut menjadi besar, bahkan sampai dinikahkan. Dalam
Islam untuk mewujudkan anak yang shaleh dan shalehah perlu banyak pengorbanan,
sehingga kita perlu berhati-hati dan waspada dalam mendidiknya. 6 tahapan
mendidik anak secara sunnah adalah :
1. Tarbiyatul Junub.
· Pada
tahapan ini kita memerlukan extra hati-hati karena mencakup beberapa bagian.
Dari mulai memilih jodoh, cara khitbah (meminang dan menerima pinangan), cara
menikah, cara bercampur hingga janin hadir dalam perut istrinya.
· Hal
ini perlu dipersiapkan jauh-jauh hari, sehingga membuahkan anak yang diharapkan
sesuai dengan yang dikehendaki Allah dan RasulNya, serta juga orang tua.
2. Tarbiyatul Rahim.
· Pendidikan
pada tahapan ini, mulai memperkenalkan amalan pada sang janin yang ada dalam
kandungan istrinya.
· Amalan
yang yang diperkenalkan pada sang janin adalah dengan cara ibu dan bapaknya
(suami istri) menghidupkan amalan maqami, intiqali secara istiqamah, baca al
Quran, qiyamul lail + doa malam, shalat sunnah isyraq, dhuha, rawatib, awwabin,
puasa senin kamis, jaga piker dan risau untuk agama.
· Tahapan
pendidikan ini sampai anaknya lahir.
3. Tarbiyatul Wiladah.
· Dalam
tahapan ini dari mulai cara melahirkan, tahnik, mengadzankan di telinga kanan
dan iqamat di telinga kiri, aqikah, mencukur rambut dan dishadaqahkan, member
nama dan lainnya.
4. Tarbiyatul Jisim.
· Dalam
mendidik jasad anak tidak terlepas dari agama. Misalnya memberikan makan untuk
membesarkannya dengan harta yang halal, sehingga tubuh anak itu bukan hanya
besar dan sehat saja, tetapi perkembangan membesarnya jasad (jisim) juga
disertai dengan agama. Semakin besar tubuhnya juga semakin tebal ilmu dan
pengetahuan agamanya.
5. Tarbiyatul
Aqal.
· Kemampuan
akal yang dimiliki semakin dewasa, akalnya semakin tunduk pada keimanannya,
bukan sebaliknya.
· Tatkala
akal anak tumbuh, maka sebagai orang tuanya wajib mengarahkan akal anak pada
agama, pada keyakinan dan keimanan bahwa dirinya dan semua makhluk diciptakan
oleh Allah dan wajib tunduk dan patuh hanya kepada aturan Allah.
6. Tarbiyatud
Din.
· Pendidikan
agama pada anak, kita terapkan sedini mungkin,bahkan semenjak anak baru lahir
saja kita ajarkan membaca doa
makan-minum, walaupun yang membaca hanyalah ibunya sendiri.
· Demikian
pula jika anak mau tidur, ke wc, pakai baju dan sebagainya.
· Tatkala
anak sudah mulai bisa bicara maka ajarkanlah asma (nama-nama) Allah.
· Tatkala
anak daya nalarnya sudah nampak, maka mulailah diberi hafalan al Quran, bacaan
shalat, gerakan shalat dan sebagainya
Mudzakarah
Tarbiyatul Aulad
Setiap
orang tua tentunya mneginginkan memiliki keturunan yang memiliki akhlak dan
agama yang baik. Hal itu tentunya tidak mudah untuk didapatkan, mengingat
kehidupan di masa sekarang ini sangat jauh dari sunnah. Lingkungan kita telah
dipenuhi oleh maksiat. Maka dari itu keluarga menjadi benteng yang paling utama
bagi anak sebelum terjun di tengah masyarakat. Bagaimana cara mendidik anak
agar menjadi generasi yang baik?
- Dimulai dari hubungan antara suami dan istri dengan adab- adab sesuai yang dicontohkan rasulullah SAW. Ketika melakukan hubungan suami istri jangan sampai setan ikut campur di dalamnya. Sebelum berhubungan hendaklah antara suami istri sholat berjamaah 2 rakaat terlebh dahulu, selanjutnya sang suami memegang ubun- ubun istri dan mendoakannya agar apabila tercipta anak dalam rahim sang istri janin tersebut tidak dipengaruhi oleh setan.
- Ketika hamil hendaknya sang istri memperbanyak bacaan dzikir dan membaca Al Qur'an. Begitu pula dengan sang suami.
- Pada saat melahirkan usahakan dibantu oleh wanita muslimah. Sang anak di adzani dan di iqomahi, ditahnik dengan madu atau kurma. Lalu dilaksanakan aqiqahnya, sang anak dicukur rambutnya lalu rambutnya ditimbang dengan emas atau perak kemudian emas atau perak tersebut di sedekahkan. Aqiqah hendaknya sesuai dengan tata cara yang Nabi SAW ajarkan, tidak dengan nyanyi nyanyian seperti sekarang ini.
- Ketika anak masih kecil, didiklah akhlaknya. Selenggarakan ta'lim rumah yang melibatkan seluruh anggota keluarga. Ketika memasuki usia 7 tahun suruhlah sholat, sehingga ketika telah sampai masanya untuk wajib sholat, sang anak telah terbiasa. Pisahkan tempat tidur anak ketika mereka telah memasuki usia 10 tahun.
- Ketika baligh berikanlah pakaian sesuai dengan yang disyariatkan. Memutupi aurat, dan berikanlah penutup kepala bagi yang laki- laki. Dalam usia ini diharapkan sang anak telah mengerti kewajiban- kewajiban agamanya tanpa harus diingatkan. Namun ketika dia lupa atau sengaja untuk tidka melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim, ingatkanlah ia dengan cara yang ma'ruf.
- Ketika telah sampai waktunya, carikanlah jodoh untuknya. Jangan sampai anak- anak kita terjerumus dalam lembah kemaksiatan apalagi sampai berpacaran. Carikan seorang lelaki yang shalih yang mampu menjadi seorang pemimpin rumah tangga, carikan seorang perempuan yang shalihah karena dia yang akan melahirkan dan mendidik anak- anaknya kelak.
5 langkah Tarbiyatul Aulad sebagai berikut :
1. Uswah/contoh/teladan.
· Orang
tua adalah contoh yang utama untuk anak-anak.
· Orang
tua jangan berharap anaknya menjadi anak shaleh/ shalehah jika bapak dan ibunya
tidak shaleh dan shalehah.
· Jika
orang tua menginginkan anaknya mengamalkan sunnah, maka orang tuanya yang
mencontohkan terlebih dahulu dalam pengamalan sunnah. Demikian pula jika
diharapkan anaknya berlaku sopan santun, maka orang tuanya terlebih dahulu
memberikan contoh bagaimana berlaku sopan santun.
2. Adab-adab tata tertib.
· Pengenalan
adab-adab sunnah diterapkan sedini mungkin semenjak anak baru lahir.
· Jika
hal ini dibiasakan, maka akan menjadi kebiasaan atau adat anak hingga menjadi
dewasa, bahkan sampai meninggal dunia.
3. Nasihat.
· Nasihat
diberikan kepada anak bukan saja pada anak yang melakukan kesalahan, tetapi
nasihat diberikan pada anak tatkala mengamalkan apa yang kita nasihatkan. Maksudnya
untuk menguatkan amalan anak, jangan sekali-kali menasihati atau memarahi anak
tatkala melakukan kesalahan yang dilakukan di khalayak ramai, sebab hal ini
akan menumbuhkan sifat tidak percaya diri atau minder atau merasa dipermalukan.
· Nasihat
yang baik diberikan pada saat anak-anak sedang merasa senang bersama orang
tuanya.
4. Hadiah.
· Memberikan
hadiah pada anak bukan berarti kita memberikan sesuatu berupa benda saja,
tetapi memuji anak juga merupakan hadiah yang sangat berharga bagi anak. Inilah
barangkali yang kerap kali diabaikan oleh orang tua, dimana kebanyakan orang
tua sangat pelit untuk memuji kepada anak.
· Hadiah
yang berupa barangpun untuk anak mempengaruhi sekali pada perkembangan jiwanya,
tetapi ini tidak untuk selalu dilakukan. Sifatnya hanya untuk merangsang agar
anak semakin bersemangat, untuk lebih mandiri dalam bersikap dan berfikir,
sehingga anak memiliki sifat percaya diri dan sebagainya.
· Hadiah
diberikan kepada anak misalnya bila anak dapat rangking dalam kenaikan kelas,
hatam al Quran ataupun prestasi lainnya.
5. Hukuman.
· Hukuman
buat anak seringkali diartikan sebagai sesuatu yang paling ditakuti oleh anak
atau sebagai sangsi atas kesalahan yang dilakukan anak, seperti dipukul,
disekap di wc, dijewer telinganya. Hal seperti ini sebenarnya tidak diharapkan
dan bukan maksud yang diinginkan.
· Hukuman
dalam tarbiyatul aulad adalah hukuman yang bersifat ringan, misalnya setelah
melakukan kesalahan, maka ibunya mendiamkan anaknya dengan tidak disapa dan hal
ini sudah merupakan hukuman bagi anak.
· Hukuman
pun ada tahapan-tahapannya, sehingga orang tua tidak menghukum anak secara
langsung dengan dihukum seenaknya. Misalnya, ketika anak melakukan kesalahan,
maka pertama kali orang tua cukup mendiamkannya. Ketika anak melakukan
kesalahan kedua, maka orang tua menasehati dengan intonasi suara yang lembut.
Berbeda dengan saat anak melakukan kesalahan ketiga, maka intonasi nasehat
lebih keras lagi. Apabila anak masih melakukan kesalahan lagi, boleh anak
diberi ultimatum yang agak keras.
· Emergency
yang diajarkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam baru diamalkan, dengan catatan kesalahan yang dilakukan
anak seperti meninggalkan shalat sedangkan saat itu anak telah mencapai usia 10
tahun. Ketika memukul anak dengan menggunakan rotan, maka yang dipukul adalah
bagian kaki sebelah bawah.
6.5. USHUL-USHUL
DAKWAH.
4 Hal Yang Diperbanyak
1.
Da`wah
2.
Ta`lim Wata`lum
3.
Dzikir Ibadah
4. Khidmat
4 Hal yang Dikurangi
1.
Kurangi masa makan dan minum
2.
Kurangi masa tidur dan istirahat
3.
Kurangi keluar masuk tandas, berhias dan mengurus diri
4. Kurangi bicara
sia-sia.
4 Hal Yang Ditinggalkan
1.
Jangan mengharap kepada makhluk kecuali hanya kepada Allah swt
2.
Jangan meminta kepada makhluk kecuali hanya kepada Allah
3.
Jangan menggunakan barang orang lain tanpa izin
4.
Jangan boros / mubazir
4 Hal Yang Tidak Boleh Disentuh
1.
Masalah khilafiyah / perbedaan mazhab
2.
Masalah politik
3.
Kedudukan / pangkat / sumbangan
4.
Aib masyarakat.
6.6. ISTIQBAL.
Istiqbal
artinya penerima tamu. Ulama
katakan : Pekerjaan istiqbal sama dengan tugas malaikat di akhirat nilainya.
Keutamaan
menerima tamu adalah :
-
Datangnya tamu membawa 1000
rahmat
-
Keluarnya tamu dari tuan rumah
akan membawa keluar dosa-dosa tuan rumah
-
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda : “Barangsiapa memuliakan tamu maka ia memuliakan aku, barangsiapa
memuliakan aku maka ia memuliakan Allah.”
-
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasalam
bersabda, “Barangsiapa yang beriman
kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka hendaklah menjamu tamunya”. Jadi muliakanlah
kedudukan nya, karena tidak akan dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala orang yang tidak memuliakan tamunya.
Adab-adab
istiqbal adalah :
· Pada
petugas istiqbal perlu ditanamkan bahwa tamu-tamu yang datang dalam majelis
merupakan orang-orang pilihan Allah. Tamu-tamu yang datang adalah orang yang
mendapat hidayah dan taufik untuk menghadiri majelis yang sangat disukai oleh
Allah. Jadi kesankan bahwa tamu bukan orang-orang biasa
·
Istiqbal duduk dekat pintu dan memberikan salam sebelum tamu masuk.
·
Menerima tamu (jamaah masturah)
dengan hati yang terbuka dan senang, dengan suasana ramah tamah, lemah lembut
dan murah senyum, sebab mereka adalah tamu-tamunya Allah subhanahu wa ta’ala
·
Apabila tamu datang, bersikaplah
seolah-olah kita sudah pernah mengenalnya walaupun kita belum pernah
mengenalnya, sambutlah kedatangannya dengan hangat, jabat tangannya dengan
erat, peluklah dengan rapat seolah-olah kita sudah lama tidak bertemu
·
Tamu dipersilahkan menempati
ruang utama yang ada fasilitasnya
·
Bila ada tamu yang membawa
anak, maka ditempatkan ditempat yang tak mengganggu majelis
·
Bila tamu datang berbarengan
dengan program halaqah tajwid, jangan langsung dilibatkan dengan halaqah
tajwid. Ajak dulu ngobrol sampai halaqah tajwid selesai, baru dilibatkan dalam
majelis
·
Membuat amalan masjid selama
jamaah berada di rumahnya
·
Menyediakan makanan sederhana
untuk jamaah
·
Pakaian suami istri harus
disimpan dengan rapih selama jamaah masturah berada di rumahnya
·
Apabila dalam rumah ada gambar
yang tergantung atau patung maka disimpan atau ditutup dengan kain
·
Rumah harus tertutup agar gerak
gerik wanita tidak terlihat.
·
Bila selesai ta’lim, katakan
terimakasih dan kapan-kapan kalau ada majelis lagi bisa datang lagi.
6.7. DAKWAH INFIRADI.
Da`wah
adalah ibarat kita melempar bola ke tembok, akhirnya mengenai diri kita
sendiri.
·
Sewaktu kita memberikan da`wah hati
kita harus selalu ingat kepada Allah subhanahu
wa ta’ala, agar dalam pembicaraan kita Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan pertolongan kepada kita,
sehingga setiap kata yang kita ucapkan dalam bimbingan Allah subhanahu wa ta’ala.
·
Sewaktu memberikan da`wah hendaklah
dengan hati yang lembut, rendah hati, kecilkan diri kita, besarkan saudara kita,
anggaplah bahwa saudara kita lebih mulia kedudukannya di sisi Allah subhanahu wa ta’ala dan anggap saudara
kita itu lebih alim dari kita.
·
Sewaktu kita berikan da`wah
tunjukkanlah sikap yang baik, jangan sekali-kali mempunyai sifat mengajari
orang lain, serahkan semua pada Allah subhanahu
wa ta’ala, karena Allah subhanahu wa
ta’ala jugalah yang akan memberikan petunjuk pada pada saudara kita.
·
Kita harus mempunyai rasa hormat pada
orang yang kita beri da`wah, berterimakasihlah pada orang – orang yang diberi
da`wah, karena tanpa kehadirannya kita tidak akan bisa berda`wah.
·
Berikan da`wah dengan perhatian dan
pengertian. Dengan siapa kita da`wah ? lihat latar belakang pendidikannya, dari
golongan mana, tua atau muda, sedang sakitkah dia atau dalam keadaan sehat ?
Lihat juga cara berpakaiannya dan juga latar belakang agamanya.
·
Kita harus da`wahkan tentang kebesaran
Allah subhanahu wa ta’ala, mengenai
alam akhirat, kehidupan di surga, katakanlah semua itu bisa didapatkan dengan
mengamalkan Islam secara menyeluruh dan tidak setengah-setengah. Sebaiknya
tidak diceritakan adzab-adzab. Ceritakanlah fadhilah-fadhilah orang yang keluar
di jalan Allah subhanahu wa ta’ala.
·
Usahakan agar timbul dalam hati orang
yang kita da`wahi tentang agama dan berkeinginan untuk mengajak orang-orang
yang belum hadir untuk bisa ikut fikir seluruh umat di dunia ini sehingga Allah
subhanahu wa ta’ala akan turunkan
hidayah-Nya ke seluruh alam.
·
Hidayah dari Allah subhanahu wa ta’ala sebanding dengan sejauh mana tingkat usaha kita
dan tingkat fikir kita serta pengorbanan-pengorbanan kita.
·
Apabila dalam satu jemaah hanya terdiri
dari beberapa orang saja atau ada teman kita mendapat tugas da`wah, kawan-kawan
yang lainnya ikut mendengarkan dengan penuh tawajuh kepada Allah subhanahu wa ta’ala, karena akan
berpengaruh kepada yang hadir dan bantulah saudara kita yang berda`wah dengan
dzikir dan do`a pada Allah subhanahu wa
ta’ala agar kata-katanya berhikmah.
Amalan-amalan
infirodi kita harus tertib ; shalat wajib dan shlat sunatnya, tilawat Qurannya,
dzikirnya, karena amalan infirodi bagi yang sedang da`wah bagaikan sayap
burung. Siang hari da`wah, malam hari do`a, banyak-banyaklah manangis di saat
berdo`a dalam tahajud. Mohonlah hidayah untuk seluruh saudara-saudara kita dan
umat seluruh alam.
izin copy
BalasHapus