Maulana
Zakariyya rahmatullah ‘alaih menyampaikan suatu ulasan yang cukup gamblang
tentang ayat-ayat dan hadits mengenai bencana-bencana dan
penderitaan-penderitaan yang dialami ummat Islam yang diakibatkan oleh
ketidaktaatan kepada Allah. Penyebab ini memiliki pengaruh yang sangat kuat,
sehingga mereka yang tidak berdosa pun, tidak akan terlepas dari akibatnya.
Sebuah
hadits menyatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Pada
akhir umur ummat ini, akan terdapat Khusuf (nyawa manusia dan rumah-rumah
mereka terkubur ke dalam bumi), akan terdapat Maskh (perubahan rupa/wajah dari
manusia menjadi anjing dan kera) dan akan terdapat Qadhf (hujan batu dari
langit)." Seseorang bertanya, "Ya Rasulullah! Akankah kami
dibinasakan, sedangkan masih ada orang-orang shaleh di tengah-tengah
kami?" Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, "Ya,
apabila maksiat telah mengalahkan kebaikan." (Hadits Riwayat Tirmidzi
– Kitab Ishabah).
Ternyata
bencana akan turun walaupun ada orang-orang shaleh, sedangkan maksiat di
sekitarnya merajalela. Juga telah ditegaskan di dalam banyak hadits dengan
berbagai cara, agar setiap individu muslim menyuruh dan mengajak setiap orang
untuk beramal baik dan mencegah dari perbuatan mungkar. Jika tidak, Allah yang
Maha Perkasa akan menurunkan berbagai bencana ke atas ummat Islam secara
menyeluruh.
Di
dalam beberapa hadits juga dinyatakan bahwa doa-doa dan permintaan-permintaan
kita pada masa itu tidak akan dipedulikan oleh Allah. Hadits lain menyebutkan, "Apabila
perbuatan haram merajalela di dalam masyarakat, padahal masyarakat mampu
mencegahnya, tetapi mereka tidak melakukannya, maka Allah akan menurunkan bala
bencana ke atas mereka sebelum mereka dilenyapkan (dari muka dunia ini)."
Menyimak
sebuah hadits lagi, bahwa Allah telah memerintahkan Jibril ‘alaihis salam
menghancurkan suatu kawasan. Malaikat itu berdoa seraya mengatakan, bahwa di
tempat itu terdapat seorang shaleh yang mentaati-Nya. Allah menjawab, "Benar,
tetapi ia tidak memperlihatkan kerutan di dahinya demi-Ku (yaitu ia tidak
sedikit pun bersedih atau marah atas ketidaktaatan manusia kepada Allah).
Inilah sekurang-kurangnya yang diharapkan ada pada seseorang terhadap
kemaksiatan." (Sumber: Kitab Misykat).
Terdapat
berbagai hadits yang menegaskan hal ini, namun sulit mengemukakan semuanya di
sini. Hadits-hadits tersebut menyatakan bahwa, apabila tidak mampu mencegah
suatu kemungkaran, maka sekurang-kurangnya yang patut ada pada diri seseorang
muslim adalah merasa sedih ketika melihat kemungkaran itu. Jika ia tidak
memilikinya, maka adzab Allah akan menimpanya.
Sekarang,
marilah kita menilai keadaan kita dengan garis-garis peringatan yang telah
tertera di atas. Kita melakukan dosa setiap saat. Sedangkan menurut ayat-ayat
dan hadits yang diterangkan di atas, kita patut mendapat adzab yang lebih
besar. Kita sepatutriya disiksa dengan penderitaan dan kesusahan yang lebih
besar lagi karena kesalahan-kesalahan kita tersebut. Kita telah banyak berbuat
dosa dan kita tidak bersedih atau khawatir atas sikap bebas manusia untuk tidak
mentaati Allah. Dosa-dosa itu dilakukan terus-menerus di hadapan mata kita dan
kita tidak bersedih atas wabah ini.
Dalam
suasana demikian, harapan bagaimanakah yang ada dalam diri kita? Bagaimana
doa-doa kita dan permohonan kita akan dikabulkan? Dan bagaimana caranya agar
kesusahan dan penderitaan-penderitaan kita dapat berakhir? Jika bukan karena
rahmat Allah dan doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam serta kita
bernasib baik menjadi umatnya, tentu kita semua sudah dibinasakan. Walaupun
hubungan kita dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat
lemah, hal itu dapat menyelamatkan kita dari kehancuran ini. Hari ini kita
malah berbangga dengan perbuatan maksiat yang merajalela, bahkan menganggap
bentuk-bentuk kemaksiatan itu sebagai jalan yang benar menuju kesuksesan. (Astaghfirullah!).
Hari
ini, hampir setiap orang bebas berbicara tentang masalah agama, sedangkan ia
sama sekali tidak memiliki kapasitas dan kompetensi yang memadai. Bahkan seandainya
perkataannya itu menghujat aturan-aturan dalam agama, mengacaukan pemahaman
agama, mencela ulama-ulama, maka dia akan disanjung-sanjung, dianggap intelek,
inovatif, kreatif, berwawasan luas, penyambung lidah Islam dan Barat dan
sebagainya. Siapa yang berbicara dengan nara sumber yang membawa ke arah
kemurtadan dianggap maju, ilmiah dan modern. Jika ada orang yang berani
mengingatkan, menasehatinya, maka ia akan dianggap orang yang layak disudutkan/
dijatuhkan. Dia akan dicap sebagai orang yang tidak mengetahui kemajuan dunia,
tidak memahami trend modern, musuh kemajuan, penghalang pembangunan dan
sebagainya.
Uraian
di atas adalah pandangan umum yang berlaku, yang seharusnya perintah-perintah
Allah-lah yang menjadi pegangan kita. Untuk lebih memperjelas, rnari kita
perhatikan beberapa contoh; Perintah yang paling utama dalam Islam setelah iman
adalah shalat lima kali sehari. Berbagai hadits menyatakan bahwa meninggalkan
shalat menyebabkan iman tertolak. Pembeda antara Islam dengan kafir adalah
shalat. Betapa rugi seseorang di akherat dan di dunia ini, karena meninggalkan
shalat.
Maulana
Zakariyya rahmatullah ‘alaih telah menerangkan secara ringkas mengenai
hal ini dalam kitab 'Fadhilah Sholat'. Namun, berapa banyakkah kaum muslimin
yang benar-benar mengutamakan tugas penting ini? Yang lebih menyedihkan lagi,
ternyata sangat sedikit orang yang menyampaikan kepentingan shalat ini kepada
mereka yang belum shalat. Jika orang miskin yang melalaikan shalat, kita berani
memperingatkannya, tetapi tiada seorang pun yang berani mengingatkan orang
kaya. Orang kaya atau penguasa atau selebritis, atau siapa saja yang
berkedudukan, tidak akan dicela jika meninggalkan shalat. Tiada seorang pun
yang berani menemui orang yang berpengaruh untuk mengingatkan kewajiban ini.
Keadaan
seperti ini sangatlah parah. Penyakit ini telah menjalar ke akar-akarnya dan
jika ada orang yang mengumumkan secara terbuka bahwa shalat bukanlah suatu
penyembahan kepada Allah, maka orang seperti itu tidak dicela, tetapi dipuji
dan digelari sebagai ulama yang bijak. Dia akan dimuliakan karena kata-katanya
dianggap memahami kehendak zaman. Dia akan dipromosikan sebagai pembawa harapan
baik bagi kaum muslimin dan dianggap orang yang berkapasitas memberikan solusi
atas permasalahan yang ada. Dan siapa yang menentangnya akan dianggap bodoh dan
tidak memahami kemajuan zaman serta keperluan kaum muslimin.
Mereka
lupa, bahwa shalat adalah penyejuk mata Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam! Alangkah tragisnya, seseorang yang menyatakan dirinya sebagai
pengikut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tetapi ia mampu
berkata bahwa shalat adalah perbuatan yang tidak berfaedah. Orang seperti itu
bahkan diberi gelar sebagai orang yang berwawasan maju dan memiliki pemahaman
yang dalam?! Dalam keadaan yang sangat menyedihkan ini, mengapa kaum muslimin
masih mengeluhkan penderitaan yang menimpanya?
Dan
apa yang disampaikan sebelumnya, baru salah satu rukun Islam yang biasa kita
sepelekan. Belum lagi jika kita melihat bagaimana penunaian rukun Islam secara
menyeluruh, seperti puasa Ramadhan, zakat dan haji. Tentu akan lebih nyata lagi
sikap kita terhadap rukun-rukun tersebut. Berapa banyakkah di antara kita yang
menunaikannya dengan tertib dan gairah yang tinggi? Sebaliknya, kita malah
berkiprah tanpa malu dalam kemaksiatan terhadap-Nya! Seperti minuman keras dan
berjudi yang sudah menjadi kebiasaan sebagian kaum muslimin.
Dapat
kita saksikan, orang-orang mengaku dirinya sebagai muslim, bahkan berujar ia
siap mati kapanpun demi Islam, justru ia melindungi peredaran minuman keras
hanya karena kepentingan dunia yang sedikit ini, bahkan mereka pun ikut
meminumnya secara terbuka dan tanpa malu. Padahal Al Qur’an telah berkali-kali
memperingatkan tentang arak beserta seluruh urusan yang berhubungan dengannya,
dan mengharamkannya dengan kalimat-kalimat yang jelas. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam mengutuk mereka yang meminumnya, yang membuatnya, yang
menyajikannya, yang membeli, yang menjualnya, yang mengangkutnya, yang menerima
upah dari pengangkutannya, dan semua jenis penghasilan yang berhubungan dengan
arak. Sebuah hadits lain menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, "Jibril datang kepadaku dan berkata, "Wahai
Muhammad, sesungguhnya Allah telah mengutuk arak. Dia telah mengutuk orang yang
menyediakannya, menguruskan penyediaannya, yang meminumnya, yang membawanya,
yang menerima upah dari pembawanya, penjual, penghidang dan yang
menyuguhkannya." Hakim rahamtullah ‘alaih telah membuktikan
bahwa kedua hadits itu shahih.
Sekaranglah
saatnya berpikir bahwa hanya dengan satu perbuatan, yaitu minuman keras, berapa
banyak orang yang terkena siksa dan kutukan Allah dan Rasul-Nya? (semoga Allah
menyalamatkan kita semua). Apa yang akan terjadi ke atas mereka yang dikutuk
oleh Allah dan Rasul-Nya? Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
sangat mencintai ummatnya dan selalu memikirkan kebaikan dan kesuksesan ummatnya.
Dan bagaimanakah nasib mereka yang tidak mencela dan mencegah peminum khamr,
padahal mereka sanggup mencegahnya?
Inilah
yang hendaknya kita pikirkan. Sayangnya, jika ada orang yang berani mencela
atau mencegah kemungkaran ini, maka ia akan dianggap berpikiran sempit atau
disebut ulama kemarin sore. Padahal jelas-jelas Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, "Jauhilah khamr karena ia adalah puncak
segala dosa."
Lalu,
jika kita sendiri yang membuka pintu penderitaan dan bencana itu, mengapa kita
mengeluh ketika bencana-bencana ini melanda kita? Dimanakah akal sehat kita? Bukankah
telah diperingatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, -bahwa
kesusahan dan bencana adalah hasil perbuatan maksiat kita-, namun mengapa kita
masih terus melakukannya?
Demikian
pula yang terjadi dengan riba, Pertama, renungkanlah perintah-perintah Allah
dan sabda Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, dan pikirkanlah
bagaimana ketegasan Allah dalam mengharamkan riba di dalam kitab suci-Nya, dan
bagaimana Rasul-Nya telah mengumumkan perang ke atas orang yang tidak berhenti
dari riba. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman;
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِن كُنتُم
مُّؤْمِنِينَ فَإِن
لَّمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ …
"Wahai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya
akan memerangimu..." (QS. Al-Baqarah : 278-279).
Pada
masa jahiliyah dan kegelapan, perniagaan dengan sistem riba begitu meluas.
Ketika ayat di atas diwahyukan, pemberi pinjaman haram menerima uang bunga,
sehingga semua bentuk perniagaan pada masa itu sudah tidak menggunakan sistem
riba.
Terdapat
berbagai peringatan hadits yang melarang segala bentuk perniagaan yang
mengandung riba. Beberapa hadits merumuskan bahwa kehebatan dosa akibat riba
dibagi menjadi 73 tingkatan dan tingkatan yang terendah adalah sama dengan dosa
menzinahi ibunya sendiri dan yang terburuk adalah seperti dosa merendahkan
seorang muslim. Sebuah hadits menyatakan, "Selamatkanlah dirimu dari
dosa-dosa yang tidak diampuni dan (mengambil) riba adalah salah satu darinya.
Barangsiapa berbuat riba, niscaya akan dibangkitkan sebagai orang gila pada
hari Kiamat."
Pada
suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Orang
yang hidup dengan pendapatan dari riba tidak akan dapat masuk surga."
(Misykat).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengutuk dalam banyak hadits atas
orang yang memberi bunga, yang membayar riba, yang menjadi saksi terhadap
barang yang menggunakan riba, dan orang yang menulis perjanjian yang
berhubungan dengan riba. Betapa malang nasib yang akan dihadapi oleh orang yang
dikutuk oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebuah hadits juga
menyatakan, "Negeri yang terdapat di dalamnya perzinahan dianggap
sebagai perbuatan biasa, maka negeri itu telah menyediakan diri bagi adzab
Allah."
Demikianlah,
dengan memperhatikan larangan-larangan di atas, mari kita memperhatikan kembali
keadaan perekonomian kita, tidak terkira berapa banyak sistem ekonomi yang
terlibat riba secara terang-terangan. Lebih parah lagi, sistem ekonomi demikian
dianggap halal dan tidak terhitung buku-buku/artikel-artikel ditulis untuk
menghalalkannya. Jika ada orang/pihak yang berani membicarakan hukum keharaman
riba, maka ia/mereka akan ditentang habis-habisan dan dicela dengan berbagai
alasan yang naif. Dan para musuh Allah itu, para pelaku riba itu, akan
melancarkan berbagai macam cara, usaha serta kasak-kusuk tiada henti untuk
membuat propaganda agar tiada seorang pun yang mendengarkan ketentuan Allah
ini.
Bukan
hanya dalam aspek ekonomi, ketidaktaatan kepada hukum Allah terjadi, namun
hampir terjadi di setiap aspek kehidupan. Anda dapat melihat dan memikirkannya,
begitu banyak sikap ketidaktaatan dan pengabaian perintah-perintah Allah ini,
bahkan sudah muncul pula gerakan penolakan terhadap semua perintah agama.
Hal-hal yang diharamkan ditentang dan dikatakan bukan dari Allah, sedangkan
perbuatan dosa dilakukan dengan terbuka dan tanpa rasa malu. Tiada seorang pun
yang berani menentang atau melarang pelakunya. Jika ada yang melarangnya, maka
orang itu akan dikatakan sebagai orang yang berpikir konservatif.
Maulana
Zakariyya rahmatullah ‘alaih telah mengemukakan beberapa hadits untuk
menerangkan, bahwa penderitaan ummat Islam dan kesusahan kita adalah disebabkan
perbuatan kita, tanpa harus menyalahkan pihak manapun. Jika kaum muslimin
percaya, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah lurus dan
benar, mereka seharusnya mempercayai bahwa segala kesulitan dan penderitaan
yang telah beliau nyatakan, adalah akibat dari tindakan-tindakan dan dosa-dosa
tertentu. Dan jika kita ingin selamat dari kesusahan-kesusahan itu, seharusnya
kita meninggalkan semua bentuk perbuatan yang melanggar tersebut. Seolah-olah
kita sekarang ini terjun ke dalam api lalu menjerit dan mengatakan kita
terbakar. Hal itu adalah omong kosong. Dalam suatu penjelasan hadits,
berkali-kali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan.
"Ummatku akan tercampak ke dalam kesulitan-kesulitan dan
penderitaan-penderitaan apabila ummatku melakukan tiga belas ( 13 ) perbuatan
dosa/ maksiat berikut ini:
1.
Harta rampasan dijadikan milik pribadi.
2.
Harta amanah digunakan sebagai harta
rampasan.
3.
Zakat dianggap pajak (diberikan dengan
berat hati).
4.
Merebak perilaku mentaati istri dan
mendurhakai ibu.
5. Berperilaku baik terhadap kawan dan
berlaku kasar terhadap ayah.
6.
Terjadi kegaduhan dan hura-hura di
dalam masjid.
7.
Orang zhalim yang rendah, hina, dan
lemah (lemah iman, akal, akhlaq) menjadi pemimpin masyarakat.
8. Seseorang dihormati karena kejahatannya
(karena ia akan mendatangkan kesusahan bila tidak dihormati).
9.
Merebak minum-minuman keras.
10.
Kaum laki-laki memakai pakaian sutera.
11.
Bermunculan penyanyi-penyanyi wanita
(Diva, trio, Idol, dll).
12.
Meluas/ merebak/ merrajalelanya
penggunaan alat-alat musik.
13.
Orang-orang masa kini menghina
orang-orang pada zaman awal ummat (para sahabat, tabi'in dan mujahidin yang
mu'tabar).
Apabila
sudah sampai pada kondisi demikan, maka tunggulah akibatnya (atas malapetaka)
seperti angin taufan, tanah longsor, gempa bumi dan penjelmaan (perubahan rupa)
dan hujan batu dari langit."
Hadits
yang lain menyatakan, "Apabila Baitul Mal (Perbendaharaan umum/ Kas
Negara) dijadikan sebagai harta pribadi (uang negara dicuri/ dipakai secara
diam-diam dan tidak bertanggung jawab untuk kepentingan partai demi memenangkan
Pilpres atau Pemilu, dll), dan uang amanah dianggap sebagai harta rampasan,
zakat dianggap sebagai pajak, dan belajar agama bukan dengan tujuan meninggikan
agama (Motivasinya adalah untuk keduniaan, kekayaan dan kehormatan, biar jadi
ustadz ngetop, dll), dan laki-laki tunduk kepada istrinya, dan merebak sikap
tidak mentaati ibu, sikap akrab kepada kawan dan memutuskan hubungan dengan
ayahnya sendiri menjadi masalah biasa, terjadi kegaduhan dan keramaian di dalam
masjid-masjid (masjid untuk kampanye, peragaan busana, arisan kampung, dll), dan
orang-orang pendosa menjadi pemimpin, orang-orang lemah memegang kekuasaan,
seseorang dihormati karena ditakuti kejahatannya, penyanyi-penyanyi wanita dan
alat-alat musik merebak dimana-mana, mimunam keras banyak diminum, dan
orang-orang pada awal zaman ummat ini direndahkan (ummat sekarang mencela para
shahabat, tabi’in. Contohnya kata-kata jorok berikut yang lazim diungkapkan,”
Ah itu kan jaman dulu, jaman unta !”), maka tunggulah kedatangan angin taufan,
gempa bumi, tanah longsor dan perubahan bentuk serta hujan batu dari
lagit."
Hadits
ini hampir sama dengan dua hadits di atas, hadits ketiga disertai tambahan
'anak-anak muda (yang masih mentah) berkhutbah di atas mimbar'.
Adakah
salah satu dari masalah-masalah yang telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam ini, yang belum terjadi pada masa ini? Perhatikan satu
persatu dosa-dosa tersebut, jika melihat keadaan dunia sekarang ini, Anda dapat
pastikan bahwa seluruh penjuru dunia sedang sibuk terlibat di dalamnya.
Abdullah
bin Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, "Sebuah masyarakat yang di
dalamnya ketidakjujuran merata, Allah yang Maha Perkasa akan memasukkan rasa
takut (tunduk) terhadap musuh, ke dalam hati ahli masyarakat (ulama, umara,
pejabat pemerintahan) tersebut. Dan masyarakat/ negeri yang mana perzinahan
telah berlaku umum di tengah mereka, maka akan terjadi kematian yang berlebihan
dalam masyarakat tersebut. Jika pengurangan timbangan (kecurangan dalam
berdagang/ berbisnis) telah umum di suatu masyarakat, maka rezeki akan dikurangkan.
Masyarakat manapun yang menyimpang dari keadilan (memutuskan sesuatu
bertentangan dengan kebenaran) akan terjadi bala pembunuhan dan pemusnahan
nyawa. Dan orang-orang yang gemar memungkiri/ ingkar janji, akan Allah
datangkan kepada mereka beberapa musuh yang akan menguasai/ menaklukkan
mereka." (Sumber: Kitab Misykat).
Ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa suatu ketika, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam secara khusus menekankan sabdanya, "Wahai, kaum
Muhajirin, empat ( 4 ) masalah yang jika kalian terlibat di dalamnya, maka bala
bencana akan menimpamu; 1); Masyarakat yang di dalamnya merata perzinahan, akan
terjangkit wabah jenis penyakit-penyakit baru yang belum pernah terdengar sebelumnya
(AIDS, Raja Singa, dll). 2); Masyarakat yang di dalamnya merebak perbuatan
curang dalam timbangan dan ukuran, akan menderita kekurangan makanan,
kesusahan-kesusahan, dan kezhaliman dari penguasa. 3); Masyarakat yang tidak
membayar zakat, maka tidak akan mendapatkan hujan. Kalaulah bukan karena masih
ada hewan-hewan, tentu tidak akan diturunkan hujan (walaupun sedikit) ke atas
mereka. 4); Masyarakat yang melanggar perjanjian (perintah) dengan Allah dan
Rasul-Nya, maka tidak akan terjadi keadilan dan akan terjerumus ke dalam
peperangan di antara mereka sendiri." (Sumber: Kitab At-Targhib).
Beberapa
riwayat lainnya menyebutkan bahwa apabila perzinahan merebak, kemiskinan akan
merajalela. Dan beberapa kali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, "Masyarakat yang biasa melanggar perjanjian, akan ditimpa
pertumpahan darah dan peperangan antar saudara. Masyarakat yang di dalamnya
perzinahan merajalela, maka akan mengalami angka kematian yang tinggi.
Masyarakat yang enggan berzakat, maka tidak akan rnendapatkan hujan."
Sebuah hadits menyebutkan, bahwa jika suap menyuap sudah menjadi kebiasaan
suatu masyarakat, maka hati-hati mereka akan gentar dan takut kepada musuh.
Ka'ab radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa kehancuran ummat ini adalah disebabkan
melanggar perjanjian (perintah Allah).” (Sumber: Kitab Durrul Mantsur).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Akan terdapat suatu
golongan dari ummat ini yang sibuk dengan makan dan hura-hura pada waktu malam
(Dugem, dll), dan pada pagi harinya mereka berubah menjadi kera dan babi. Dan
di antara mereka ada yang dimurkai Allah dengan ditenggelamkan ke dalam bumi
(gempa yang mengakibatkan tanah longsor, runtuhnya bangunan, dll). Orang-orang
akan berkata pada keesokan harinya, "Malam tadi beberapa keluarga dan
rumah ditelan bumi." Sebagian orang akan dilempari batu dari langit (
Meteorit )seperti umat Nabi Luth ‘alaihis salam dan sebagian yang lain akan
disapu bersih oleh badai pasir. Dan semua kecelakaan serta bencana ini
diakibatkan oleh mereka yang gemar meminum minuman keras, memakai pakaian
sutera (bagi laki-laki), mempertontonkan penari-penari wanita, berbuat riba dan
tidak menghiraukan hubungan keluarga," Hakim menerangkan bahwa hadits
ini shahih. (Durrul Mantsur).
Sebuah
hadits menerangkan bahwa memperhatikan (membantu) keluarga dekat akan
mempercepat pahala diberikan pada masa yang akan datang. Walaupun mereka
berbuat dosa, mereka akan diberkahi dengan bertambah keturunan serta harta
mereka. Hanya disebabkan mereka mempererat hubungan keluarga. Sebaliknya,
kezhaliman dan sumpah palsu adalah dosa-dosa yang mempercepat murka Allah
datang, bahkan lebih cepat daripada dosa-dosa lainnya. Dan dosa-dosa ini
mengakibatkan harta benda musnah, wanita-wanita menjadi mandul, dan mengurangi
jumlah penduduk karena angka kematian yang tinggi. (Durrul Mantsur).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Allah menangguhkan
balasan atas dosa-dosa seseorang, selama yang Dia suka, kecuali dosa tidak
mentaati kedua ibu bapak dan dosa yang menimbulkan murka mereka. Akibat dosa
itu akan didatangkan ketika ia ( si anak ) hidup sebelum ia mati."
(Durrul Mantsur).
Sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, "Sucikanlah dirimu, agar
istrimu dalam keadaan suci. Berlaku baiklah kepada ibu bapakmu, sehingga
anak-anakmu akan memperlakukanmu demikian." (Durrul Mantsur).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tegas bersabda, "Demi Allah,
yang nyawaku dalam genggaman-Nya, suruhlah manusia beramal baik dan melarang
amalan buruk. Jika tidak, Allah akan mendatangkan kepadamu bala bencana dan
doa-doamu tidak akan dikabulkan." Hadits lain menyatakan,
"Teruslah menyuruh manusia berbuat baik dan melarang kemungkaran, sebelum
datang suatu masa dimana doa-doamu tidak akan diterima." Dinyatakan
dalam sebuah hadits, "Allah tidak akan mendatangkan bencana alam karena
perbuatan-perbuatan mungkar dari beberapa orang tertentu, sehingga kemungkaran
itu dilakukan di depan orang yang mampu mencegahnya, tetapi ia tidak
melakukannya. Jika tiba saat demikian, maka bencana akan ditimpakan kepada
semuanya, baik orang biasa ataupun orang mulia." (Durrul Mantsur).
Inilah
penyebab terjadinya berbagai bencana baru, seperti gempa bumi, angin ribut,
kemarau, kelaparan, kecelakaan kereta api dan sebagainya, yang telah menjadi
peristiwa-peristiwa biasa pada hari ini. Juga timbul berbagai penyakit dan
kerusakan model baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Semakin hari,
penyakit dan kerusakan itu semakin menjadi-jadi. Bagi mereka yang selalu
membaca surat kabar, tentu lebih mengetahui masalah-masalah tersebut.
Gempa Bumi
Angin Ribut
Kemarau
Kelaparan
Kecelakaan Kereta Api
Disebabkan
amalan mengajak kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran (amar ma'ruf nahi
mungkar) hampir punah, maka sangat sulit kita mengharapkan doa-doa kita akan
dikabulkan oleh Allah. Di satu sisi, kita berharap dengan berdoa dan memohon
setelah shalat, namun di sisi lain kita masih melakukan hal-hal yang
menyebabkan doa-doa kita ditolak.
Banyak
hadits yang menyebutkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam benar-benar
mengutuk orang yang memberi dan yang menerima suap. Juga mengutuk perantara di
antara keduanya (pemberi dan penerima suap). Sekarang lihatlah, betapa banyak
orang yang melakukan dosa ini. Jika Allah dan Rasul-Nya yang mulia mengutuk
mereka, maka apa yang terjadi atas nasib mereka?
Selanjutnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Janganlah
kamu menjadi seorang pendzalim, karena doa-doamu tidak akan diterima." Dalam
hadits yang lain dikatakan, "Allah yang Maha Perkasa melambatkan adzab
bagi para pendzalim (diharapkan pendzalim akan meninggalkan kedzalimannya),
tetapi jika sekali Dia mengadzab mereka, mereka tidak akan lolos
dari-Nya." Allah berfirman,
وَكَذَٰلِكَ
أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَىٰ وَهِيَ ظَالِمَةٌ ۚ
إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
"Dan
begitulah adzab Tuhanmu, Apabila Dia mengadzab penduduk-penduduk negeri yang
berbuat zhalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu adalah sangat pedih lagi
keras."
(QS Hud: 102).
Sekarang
lihatlah kezhaliman-kezhaliman yang merata terjadi di seluruh dunia lalu
pikirkanlah; pencegah apakah yang dapat menghalangi penderitaan dan bencana
itu, jika Allah sendiri yang membuat perhitungannya? Sebuah hadits menyatakan
bahwa doa-doa orang yang didzalimi akan dikabulkan, walaupun ia seorang
pendosa. Hadits lain menyatakan, walaupun ia seorang kafir. (Sumber: Kitab
At-Targhib dan Hishni Hashin).
Dalam
sebuah hadits Qudsi, Allah berfirman, "Aku sangat murka kepada orang
yang berlaku zhalim atas seseorang yang tidak mengharapkan siapapun melainkan
Aku sebagai penolongnya." Seorang penyair Parsi berkata, “Berhati-hatilah
terhadap keluhan orang yang didzalimi, karena dari pintu Allah sendiri
datang menyambut panggilan doa orang-orang yang didzalimi itu."
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Para penghuni langit
tidak akan menunjukkan belas kasihnya ke atas mereka yang tidak menyayangi
penduduk bumi." (At-Targhib).
Dalam
keadaan demikian, jika doa-doa orang yang didzalimi itu bertambah setiap
harinya dan para penghuni langit tidak menunjukkan kasih sayangnya lagi kepada
kita, maka wajarlah jika terjadi begitu banyak halilintar, gempa, hujan batu
dan bencana yang menimpa kita. Disebutkan dalam sebuah hadits, "Selamatkanlah
dirimu dari doa orang-orang yang tertindas, karena tidak ada hijab/ penghalang
di dalam doanya baik dia orang yang sesat atau pelaku maksiat." Sebuah
hadits lagi mengatakan bahwa Allah berfirman, "Aku tidak akan menolak
rayuan dari orang yang tertindas, walaupun ia seorang kafir." (Sumber:
Kitab Hishni Hashin).
Kemaksiatan
selanjutnya adalah seperti yang dinyatakan dalam sebuah hadits, "Ummatku
akan selalu berada di jalan kebaikan dan kebajikan, sampai pada satu keadaan
dimana banyak anak-anak di luar nikah dilahirkan. Apabila hal ini terjadi,
Allah akan menimpakan adzab ke atas umat ini." (Sumber: Kitab
At-Targhib).
Walaupun
jika dikatakan bahwa perzinahan itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi,
tanyakanlah; Adakah kota kecil atau besar yang di dalamnya tidak tersebar
perzinahan dan kelahiran anak-anak haram? Para anggota dewan yang muslim di
tingkat wilayah tersebut terpaksa mengurus tempat-tempat yang tepat untuk
pelaku perzinahan itu dan untuk anak-anak yang lahir di luar nikah itu. Jika
semakin banyak jumlahnya, semakin memerlukan tempat yang lebih luas untuk
mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Suatu
kawasan yang merebak riba dan perzinahan di dalamnya, hendaklah penduduknya
memahami, bahwa mereka sedang mencampakkan diri mereka ke dalam murka Allah
yang Maha Perkasa."
Renungkanlah
hal ini dan lihatlah berapa banyak kita justru terlibat di dalam dosa dan aib
ini, dan berapa banyak orang-orang terhormat serta berpendidikan telah
menyediakan lokasi-lokasi khusus bagi mereka ( lokalisasi ) untuk perbuatan
maksiat yang sangat merusak ini? Dan berapa banyak para anggota dewan yang
beragama juga harus ikut mengurus lokasi-lokasi tersebut?
Contoh
lain dari kemungkaran-kemungkaran itu adalah sebagaimana yang banyak dinyatakan
oleh beberapa hadits bahwa para malaikat rahmat tidak akan memasuki rumah yang
ada anjing dan gambar makhluk hidup di dalamnya. Abu Wail radhiyallahu ‘anhu
meriwayatkan, "Aku menyertai Perang Syria bersama Umar radhiyallahu
‘anhu. Kami pernah tinggal di suatu tempat, dimana seorang bangsawan daerah itu
datang mencari Umar radhiyallahu ‘anhu. Setelah berjumpa dengan Umar radhiyallahu
‘anhu, ia bersujud di hadapannya. Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya,
"Mengapa engkau berbuat demikian?" Dia menjawab, "Demikianlah
adat kami bila menghadap Raja." Umar radhiyallahu ‘anhu
menjawab, "Sujud hanya diperuntukkan kepada Allah Maha Perkasa yang
menciptakanmu." Kemudian bangsawan itu merayu, "Telah
kusediakan makanan untuk tuan. Aku sangat berharap tuan datang ke rumahku dan
makan bersamaku." Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya kepadanya,
"Apakah di rumahmu terdapat gambar-gambar?" Ketika orang itu
menjawab ada, Umar radhiyallahu ‘anhu menolak pergi ke rumahnya dan
berpesan agar ia dikirimi satu jenis makanan saja. Bangsawan itu pun mengirim
makanan yang dipesan Umar radhiyallahu ‘anhu dan beliau
memakannya." (Hadits Riwayat Hakim).
Sekarang
lihatlah rumah-rumah para tokoh terpelajar dewasa ini, adakah hiasan-hiasan
yang tidak bergambar makhluk hidup di sana? Dan beranikah para ulama/ ustadz
menegurnya? Katakanlah kepada saya, bagaimana penderitaan kaum muslimin dapat
dikurangi, jika kita sendiri yang menutup pintu rahmat Allah dan mengikuti
berbagai cara yang membuat Allah murka? Oleh sebab itu, sangat wajar, jika
dalam keadaan yang demikian, penderitaan dan bencana atas kita semakin
bertambah.
Orang-orang
shaleh dahulu menolak memasuki rumah orang-orang kafir dan rumah yang di
dalamnya terdapat gambar-gambar. Sedangkan kita yang mengikrarkan diri sebagai
ummat Islam, telah menghiasi rumah-rumah kita dengan hal-hal yang diharamkan
tersebut. Renungkanlah sejenak sabda-sabda ini dan cobalah menilai diri sendiri
dan keadaan dunia ini berdasarkan sabda-sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Niscaya Anda akan bertambah kaget ketika menyadari bagaimanakah
keadaan diri kita yang sebenarnya, yang telah banyak mengabaikan ajaran-ajaran
Islam yang sempurna.
Perbuatan
dosa selanjutnya yang menarik murka Allah adalah sebagaimana yang disabdakan
oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, "Jika matahari naik, dua
malaikat yang berhampiran dengannya menyeru, "Wahai manusia, ingatlah
terhadap Tuhanmu. Sedikit bekal yang mencukupi lebih baik daripada tumpukan
harta yang membawamu kepada kesenangan yang sia-sia. Dan jika matahari
terbenam, dua malaikat yang berdiri di sisinya berdoa, "Ya Allah! Berilah
pahala ke atas orang yang menginfakkan hartanya untuk kebaikan dan binasakanlah
harta orang yang menyimpan hartanya (karena kikir)." (Sumber: Kitab-
At Targhib).
Sekarang
pikirkanlah betapa dahsyat bahaya yang sedang menunggu mereka yang kikir dan
menyimpan harta. Mereka telah bersusah payah menahan berbagai kesusahan ketika
mengumpulkannya, namun jika mereka kikir, sehingga mereka tidak menginfakkan
hartanya di jalan Allah, sebenarnya mereka telah mengundang berbagai bencana
yang akan membinasakan diri mereka sendiri.
Kadangkala
mereka jatuh sakit dan jutaan bahkan ratusan juta uang hilang untuk membayar
biaya pengobatan. Atau mereka terkena kasus di pengadilan (baik kasusnya benar
atau salah), yang akhirnya menguras seluruh harta mereka. Walaupun seandainya
ada sebagian harta mereka yang tersisa disebabkan keberkahan amal shaleh
mereka, maka ahli waris mereka yang sesat akan menghabiskan hidup mereka dalam
foya-foya dan kesia-sian, sehingga dalam hitungan minggu atau bulan, harta itu
pun habis. Padahal orang tua mereka telah membanting tulang selama bertahun-tahun
dan menghadapi berbagai penderitaan demi mengumpulkan harta tersebut.
Pernyataan
ini bukan cerita yang dibuat-buat, tetapi suatu kenyataan yang terjadi di
tengah kita. Kita dapat melihat bahwa harta yang berlimpah ruah yang
dikumpulkan oleh orang-orang tua dengan tetesan keringat telah dihabiskan oleh
anak-anak mereka dengan boros dan sia-sia dalam jangka beberapa minggu saja
setelah kematian mereka.
Benarlah
apa yang dinyatakan oleh beberapa hadits bahwa manusia berteriak, "Ini
hartaku! Itu hartaku!" tetapi sesungguhnya harta miliknya hanyalah;
apa yang ia makan, apa yang ia pakai atau apa yang ia simpan untuk Allah
(diinfakkan di jalan Allah). Selain itu, adalah milik orang lain." (At-Targhib).
Ali
radhiyallahu ‘anhu berkata, "Apapun yang kamu simpan melebihi
keperluan hidupmu, adalah milik orang lain dan kamu adalah penjaganya."
(Kitab Al-Muhallat).
Banyak
sekali hadits yang menyatakan bahwa apapun yang melebihi keperluan seseorang,
bukan untuk disimpan atau dikumpulkan, tetapi untuk diberikan kepada orang
lain. Al Qur’an menyatakan,
…وَيَسْأَلُونَكَ
مَاذَا يُنفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ ۗ…
"...Mereka
bertanya kepadamu, apa yang mereka infakkan, katakanlah: 'Apa yang melebihi
keperluanmu'… "
(QS. Al-Baqarah : 219) .
Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa yang dimaksud dengan 'afwa'
adalah yang melebihi keperluan' yaitu tersisa dari menunaikan keperluan pokok
keluarga.
Berkenaan
dengan masalah ini, terdapat suatu masalah besar lainnya yang tengah melanda
umat manusia di seluruh dunia, yaitu masalah penanggulangan orang-orang miskin
dan pengentasan kemiskinan.
Dewasa
ini, tercurah perhatian yang besar di berbagai belahan dunia terhadap masalah
penanggulangan kemiskinan. Namun adakah cara penanggulangan yang lebih baik
daripada apa yang telah dinasehatkan oleh ajaran Islam mengenai hal ini?
Bukankah Islam telah menganjurkan agar jangan membelanjakan harta di luar
keperluan, tidak menyimpan harta yang melebihi keperluan, dan membelanjakan
sisa hartanya dengan ikhlas untuk orang-orang miskin?
Terdapat
perbedaan besar antara dua pandangan yang ada. Pertama anjuran itu dianggap
anjuran yang zhalim, dan mematikan orang dalam meraih cita-cita mereka, serta
membuat orang akan malas dan tidak bersemangat mencari harta. Dan yang Kedua
anjuran yang dianggap baik karena sesuai dengan hawa nafsu, membuat orang
berlomba-lomba mencari harta, dan dapat menggunakan harta mereka sesuka
hatinya.
Terlebih
lagi, Islam mendorong agar seseorang tidak hanya dianjurkan agar menginfakkan
kelebihan harta dari keperluannya, namun juga dianjurkan agar memerangi hawa
nafsu, sehingga dapat membatasi pengeluaran mereka untuk keperluan dan
memberikan selebihnya kepada orang-orang miskin. Demikianlah ajaran Islam
menganjurkan. Oleh karena itu, Al Qur’an telah memuji kaum Anshar dengan
mengatakan:
…وَيُؤْثِرُونَ
عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ…
"…Mereka
(kaum Anshar) mengutamakan (kaum Muhajirin) atas diri mereka sendiri sekalipun
mereka dalam kesusahan…" (QS. Al-Hasyr : 9) .
Apa
yang telah kita bincangkan di atas, bukan hanya diucapkan oleh para sahabat radhiyallahu
‘anhum. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah
memberikan contoh amaliyah dan berusaha agar orang lain menirunya melalui
kehidupan beliau tersebut. Seluruh kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan para sahabat adalah bukti nyata atas amalan ini. Bab-bab
Az-Zuhud dan Ar-Riqaq di dalam kitab-kitab hadits adalah dipenuhi dengan
kisah-kisah mereka dalam masalah ini. Sebagai rujukan, Anda dapat melihat
beberapa contohnya, melalui kitab 'Hikayatus Shahabah'.
Pada
kesempatan ini, bukanlah tempat kita untuk membahas point-point tersebut. Apa
yang ingin saya tekankan di sini adalah; bahwa semua jenis penderitaan dan
musibah yang menimpa kita adalah semata-mata akibat perilaku dan perbuatan kita
sendiri. Itulah penyebab penyakit kita yang sebenamya. Dan obatnya telah
diberitahu oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan jelas.
Beliau adalah seorang dokter spesialis sesungguhnya yang terpercaya, yang
bertanggung jawab serta mahir dalam ilmunya, yang belum pernah gagal dalam
diagnosanya, dengan jelas telah melihat sebab-sebab penyakit itu dan telah
memberikan obat serta cara pengobatan yang tepat untuk penyembuhannya.
Selanjutnya,
bukan dokter yang harus menjauhkan diri dari sebab-sebab penyakit itu kemudian
ia harus diobati, tetapi pasienlah yang harus melakukannya. Jika para pasien
tidak mempedulikan obat dan tidak segera disembuhkan, maka dirinya sendirilah
yang akan rugi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya
aku telah membawa kepadamu syariat yang terang dan jelas." (Sumber:
Kitab Misyka ).
Dalam
lain hadits beliau bersabda, "Demi Allah, telah kutinggalkan bagimu
suatu jalan yang terang, seperti terangnya perbedaan siang dan malam."
(Sumber: Kitab Jami'ul Fawaid).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam telah memperingatkan berkali-kali mengenai
segala sesuatu berikut gejala-gejalanya. Dalam masa hidup beliau, beliau tidak
meninggalkan suatu bagian pun, baik mengenai urusan agama maupun dunia, kecuali
beliau memberikan bimbingan atasnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, "Bersegeralah beramal baik, sebelum muncul berbagai fitnah,
sebagaimana malam yang gelap gulita (sukar membedakan yang hak dan yang batil).
Pada masa itu, seseorang akan beriman pada pagi hari dan menjadi kafir pada
sore harinya. Dan ia beriman pada sore hari dan menjadi kafir pada pagi
harinya. Ia menjual agamanya dengan bagian dunia yang sedikit."
(At-Targhib).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Bertaubatlah kepada
Allah sebelum maut tiba. Beramal baiklah kamu sebelum disibukkan oleh dunia.
Binalah hubungan dengan Allah dengan banyak mengingat-Nya. Dan bersedekahlah
dengan sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Dan kuatkanlah hubunganmu dengan
Allah, karena dengannya kamu akan diberi rezeki dan akan ditolong dan keadaanmu
akan diperbaiki." (Sumber: Kitab At-Targhib).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Dengan bersedekah kekayaan
tidak akan berkurang. Dan barangsiapa mengampuni orang yang dzalim, maka Allah
akan menambah kemuliaannya. Oleh sebab itu, ampunilah orang dzalim, niscaya
Allah akan memuliakanmu. Dan barangsiapa membuka pintu meminta-minta, niscaya
baginya akan dibukakan pintu kemiskinan." (Sumber: Kitab Mujamush
Shaghir).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, "Jika umatku
memusuhi alim ulamanya, dan pasar-pasar dihiasi dengan meriah (seperti
pusat-pusat perbelanjaan; Mall, Plaza, Trade Centre, dll), dan pernikahan hanya
dilakukan demi harta (menikah semata-mata karena faktor harta bukan berdasarkan
ketakwaan dan agama pada calon yang akan dinikahinya), maka Allah akan
mendatangkan empat bencana: kelaparan, pemerintahan yang zhalim, pejabat yang
mengkhianati urusan mereka dan serangan musuh-musuh." (Hadits Riwayat
Hakim).
Anas
radhiyallahu ‘anhuberkata, "Kemalasan mendirikan shalat,
kekurangan rezeki dan ketidakgembiraan adalah akibat dari dosa-dosa."
(Sumber: Kitab Tarikhul Khulafa).
Anas
radhiyallahu ‘anhu juga berkata, "Aku telah melayani Rasulullah
saw. selama sepuluh tahun, tetapi beliau tidak pernah sekali pun bermuka masam
kepadaku. Beliau memberitahuku, "Selalulah berwudhu dengan sempurna,
karena ia akan menambah umur dan para malaikat penjaga akan mengasihimu."
(Hadits Riwayat Thabrani – Kitab Jami'ush Shagir).
"Dan
lakukanlah sebagian shalat (sunnah) di rumahmu, karena hal itu akan menambah
kebaikan (keberkahan) rumahmu. Dan jika kamu memasuki rumahmu, selalulah
mengucapkan 'salam' kepada ahli rumah¬mu, keberkatannya akan melimpahimu juga
keluargamu."
Ulasan
singkat mengenai berbagai manfaat duniawi dan ruhani, yang didapat dari
mengerjakan shalat sebagaimana penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam -, dapat dilihat dalam Kitab 'Fadhilah Shalat.
Namun
demikian, seluruh riwayat hadits di atas sudah cukup jelas menerangkan bahwa
dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan maksiat akan membawa kepada berbagai bencana
dan penderitaan. Sedangkan sifat ketaatan dan ibadah akan menghasilkan
keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akherat. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
"Wahai
anak Adam! Gunakanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya akan
Ku-penuhi hatimu dengan rasa cukup dan Ku-hapuskan kemiskinanmu. Jika
tidak, niscaya akan Ku-penuhi tanganmu dengan kesibukan dan Ku-penuhi
hatimu dengan kesusahan dan kebimbangan dan tidak Ku-hilangkan kemiskinanmu.
"
Inilah
pernyataan Allah Sang pencipta, Raja segala raja, yang dalam genggaman-Nya
terletak segala kekayaan dunia ini. Dan masih banyak lagi riwayat lain yang
menguatkan maksud yang sama, bahwa kesuksesan di dunia ini semata-mata
bergantung pada ketaatan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Namun
bagaimana keadaan kita saat ini? Kita banyak melupakan shalat kita.
Shalat-shalat kita telah tenggelam dalam kesibukan duniawi kita. Padahal
sekarang inilah kesempatan kita untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan dunia.
Jika kita berpendapat bahwa kesuksesan kita hanya akan dicapai dengan
bermaksiat kepada Allah, lalu kita berprilaku demikian, maka wajarlah jika
segala bencana dan penderitaan kita semakin bertambah.
Dengan
mengabaikan agama, kaum muslimin menyangka masalah rezeki mereka akan dapat
diselesaikan, padahal bagaimana mungkin hal itu dapat terjadi? Sedangkan
Pemberi rezeki telah menyatakan bahwa Dia tidak akan menghapuskan kemiskinan
dan Dia tidak akan membebaskan hati dari kebimbangan serta keresahan, jika kita
tidak sibuk mentaati-Nya?
Diriwayatkan
dalam hadits yang shahih, bahwa Allah berfirman, "Jika manusia menaati
perintah-perintah-Ku, akan Ku-datangkan hujan kepada mereka pada malam hari
ketika mereka tidur dan kujadikan matahari bersinar sepanjang hari (agar urusan
mereka tidak terganggu), dan mereka tidak akan mendengar bunyi petir sekali pun
(agar mereka tidak merasa ketakutan)." (Sumber: Kitab Jami'us
Shaghir).
Lihatlah
nasib kita! Karena perbuatan kita sendirilah, pergantian malam dan siang --yang
telah tersusun sempurna-, dipenuhi dengan keluhan-keluhan tiada henti mengenai
kemarau yang berkepanjangan atau seandainya hujan pun, akan selalu diiringi
banjir yang mengerikan.
Diriwayatkan
dalam Ihya Ulumuddin yang ditulis oleh Imam Ghazali rahmatullah ‘alaih,
bahwa pernah terjadi kelaparan yang berkepanjangan pada masa Nabi Musa ‘alaihis
salam. Musa ‘alaihis salam telah keluar selama tiga hari bersama
Bani Israil untuk mengerjakan shalat Istisqa' meminta hujan tetapi hujan tidak
turun. Pada hari ketiga, diwahyukan kepada Musa ‘alaihis salam, bahwa
ada seorang yang suka menyebarkan aib orang lain dalam kelompoknya, dan
disebabkan kehadirannya di tengah-tengah mereka, doa-doa mereka tidak
dikabulkan. Musa ‘alaihis salam memohon kepada Allah agar menunjukkan
siapakah orang itu, agar ia dikeluarkan dari kaumnya. Allah menjawab, "Jika
Aku melarangmu dari menceritakan keburukan orang lain, bagaimana mungkin Aku
sendiri menceritakan siapakah orang itu? Aku tidak akan memberitahukan siapa
orang itu." Kemudian Musa ‘alaihis salam menyeru umatnya agar
bertaubat kepada Allah dari perbuatan membuka aib orang lain dan memohon ampun
kepada-Nya. Ketika Musa ‘alaihis salam menerima baiat mereka untuk tidak
bermaksiat terutama menyebarkan aib orang lain, maka tidak lama kemudian hujan
pun turun.
Sufyan
At-Tsauri rahmatullah ‘alaih berkata, "Di kalangan Bangsa Israel
pernah terjadi kelaparan yang hebat selama tujuh tahun, sehingga orang-orang
memakan bangkai dari tumpukan sampah, bahkan mereka sampai memakan daging
manusia. Keadaan mereka sangat menyedihkan. Setiap hari mereka pergi ke
gunung-gunung dan hutan-hutan untuk berdoa dan shalat Istisqa meminta hujan.
Kemudian Allah swt. mewahyukan kepada para Nabi tentang keadaan pada masa itu,
"Walaupun lidah-lidah kalian kering dengan berdoa dan tangan-tangan kalian
terus menengadah hingga ke langit, Aku tidak akan mengasihi siapapun yang
menangis hingga kamu menghentikan perdagangan-perdaganganmu yang curang dan
kezhaliman-kezhaliman yang merebak di kalangan kalian."
Kitab-kitab
sejarah dan hadits banyak memuat peristiwa-peristiwa seperti di atas.
Ringkasnya, banyak sekali kenyataan yang dengan jelas menerangkan kepada kita
bahwa kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan akherat sangat bergantung pada
amal shaleh kita. Dan kesengsaraan di dunia sertas akherat juga akibat amal
perbuatan yang buruk.
Bukan
maksud saya mengutip seluruh kisah itu di sini. Tujuan saya merujuk kepada
kejadian-kejadian ini hanya untuk menegaskan bahwa jika kita mengakui
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu benar, mengapa kita demikian
dzalim sehingga melibatkan diri kita menjadi mangsa dosa-dosa ini secara
terang-terangan? Tiada gunanya kita berteriak-teriak lantang; 'Kita kaum
muslimin...!' namun secara tidak sadar, kita juga sedang menyerukan
kemusnahannya. Ibarat seseorang yang sakit diare, tetapi ia terus menerus
meminum obat pencahar, seraya berteriak kesana-kemari tentang sakitnya, maka
penyakitnya bukan menjadi sembuh bahkan akan semakin parah.
Kita
selalu mengecam kedzaliman-kedzaliman penjajahan Inggris di India (Maulana
Zakariyya mencontohkan pemerintahan kolonialisme Inggris di India, periode saat
beliau masih hidup. Intinya adalah keberadaan kolonialisme dan pemerintahan dzalim
di mana saja) dan mencemaskan pemerintahan yang akan mengganti mereka. Bukankah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengingatkan kita dan
menerangkan dengan jelas bahwa, 'Perbuatan pemerintah adalah akibat amal
perbuatan kita? Adakah kekurangan dalam pengajaran dan kasih sayang Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam terhadap kita? Tidak! Bahkan semuanya telah lengkap dan
jelas. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Sebagaimana
keadaanmu (amal perbuatanmu), seperti itulah kalian akan diperlakukan oleh
penguasa." (Sumber: Kitab Misykat).
Oleh
sebab itu, jika kita ingin diperintah oleh orang-orang yang terbaik dan
terpilih, maka caranya adalah senantiasa beramal baik. Tiada cara selainnya.
Dari
Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman, "Aku adalah Allah.
Tiada Tuhan selain-Ku. Aku Raja segala raja. Aku Pemegang hati para raja dalam
genggaman-Ku. Jika orang-orang menaati-Ku, akan Ku-jadikan hati para raja belas
kasih ke atas mereka. Jika mereka mengingkari-Ku, akan Ku-palingkan hati para
raja menjadi murka dan dendam ke atas mereka, sehingga para raja itu akan
menyusahkan dan menyakiti mereka. Oleh sebab itu, janganlah kamu mengutuk
mereka. Kembalilah mengingati-Ku dan berdoa (kepada-Ku) agar Aku dapat
melindungimu dari kedzaliman mereka. "
Malik
bin Maghul berkata bahwa ia telah membaca ayat yang sama di dalam Kitab Zabur
Dawud ‘alaihis salam. Dan permasalahan ini telah diulang-ulang dalam
berbagai hadits. Di antara doanya dalam hadits tersebut berbunyi, "Ya
Allah! Kami memohon kepada-Mu agar jangan meletakkan atas kami, orang-orang
yang tidak belas kasih kepada kami, karena dosa-dosa kami."
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَكَذَٰلِكَ
نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
"Dan
demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zhalim itumenjadi teman bagi
sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan." (QS. Al-An'am : 129)
.
Terdapat
berbagai penjelasan mengenai ayat di atas. Pengarang 'Tafsir Jalalain' telah
membuat penafsiran yang tepat, yaitu; 'Disebabkan keburukan amal perbuatan
mereka, mereka diperintah oleh pemerintah yang kejam'. Qatadah radhiyallahu
‘anhu berkata, "Jin-jin yang dzalim diletakkan ke atas orang yang dzalim."
A'mash rahmatullah ‘alaih berkata, "Apabila amal perbuatan
manusia buruk, orang-orang yang paling jahat akan dijadikan sebagai penguasa
mereka."
Umar
radhiyallahu ‘anhu berkata, "Telah diriwayatkan kepadaku bahwa Isa ‘alaihis
salam atau Musa ‘alaihis salam bertanya kepada Allah subhanahu wa
ta’ala; apakah tanda-tanda kegembiraan-Nya atas hamba-Nya? Allah subhanahu
wa ta’ala menjawab, "Ku-turunkan hujan ke atas mereka pada masa
menanam benih di ladang dan menghentikannya pada saat menuai. Urusan
pemerintahannya Ku-serahkan kepada orang-orang yang lemah lembut dan beradab,
dan urusan kekayaan negara diberikan di bawah pengawasan orang-orang yang
amanah." Kemudian beliau bertanya, Apakah tanda kemurkaan-Nya atas
hamba-Nya? Allah berfirman, "Aku menahan hujan pada waktu menyemai
benih dan menurunkannya saat menuai. Tangung-jawab pemerintahan mereka akan
Ku-berikan kepada orang-orang jahil/ bodoh, dan harta kekayaan negara akan
diletakkan di bawah pengawasan orang-orang yang kikir." (Sumber: Kitab
Durrul Mantsur).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Selalulah menyuruh kepada
kebaikan dan melarang dari kemungkaran. Jika tidak, Allah subhanahu wa ta’ala
akan mengangkat orang-orang yang paling jahat dari bangsamu sendiri sebagai
penguasa kamu. Dan do’a-do’amu tidak dikabulkan (walaupun dari orang yang
paling alim di antara kamu).” (Kitab Jami’ush Shaghir).
Orang-orang
musyrik bertanya, ”Mengapa orang-orang sholeh tidak berdo’a agar terhapus
semua masalah ini?”. Biarkanlah mereka berpikir sejenak, sejauh mana mereka
telah mengajak manusia untuk kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran.
Jika amar ma’ruf nahi munkar sudah tidak ada, maka adakah harapan do’a-do’anya
akan dikabulkan?
Disebutkan
dalam sebuah hadits, “Jika Allah menghendaki kebaikan atas suatu masyarakat,
Dia akan melantik orang-orang yang berhati baik sebagai pemimpin mereka dan
alim ulama akan menghakimi masalah-masalah mereka (dengan benar dan adil) dan
orang-orang yang pemurah dan dermawan akan diamanahi harta (sehingga banyak
orang akan mendapatkan manfaat dari mereka). Sebaliknya jika Allah menghendaki
kehancuran pada suatu masyarakat/ kaum/bangsa (disebabkan keburukan amal
perbuatan mereka sendiri), maka akan dijadikan orang-orang kejam sebagai
pemimpin-pemimpin mereka, dan orang-orang jahil akan dijadikan sebagai
hakim-hakim mereka, dan harta-harta mereka akan berada di bawah kekuasaan
orang-orang bakhil.”
Hadits
lainnya menyebutkan, “ Sesungguhnya jika Allah murka atas suatu kaum/
masyarakat/ negeri, tetapi tidak menampakkan murka-Nya yang besar seperti gempa
bumi dan kematian, melainkan dalam bentuk Dia akan menaikkan harga-harga dan
menahan hujan serta meletakkan orang-orang jahat sebagai pemimpin-pemimpin
mereka.”
Dalam
hadits lainnya lagi dikatakan, “Sesungguhnya Allah berfirman,” Aku membalas
orang-orang yang Ku-murkai melalui orang-orang yang Ku-murkai juga (Ku-gunakan
orang dzalim untuk menindas pendzalim lainnya), kemudian Ku-masukkan mereka
semua ke dalam neraka.”
Oleh
sebab itu, juga dalam satu hadits diterangkan, “ Jangan kamu biarkan hatimu
sibuk mengutuk para penguasa. Sebaliknya, bertaqarrublah/ mendekatlah kepada
Allah dengan mendoakan kebaikan bagi mereka, sehingga Allah akan melembutkan
hati mereka atas kalian.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar