Dikisahkan, bahwasanya di waktu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam sedang asyik bertawaf di Ka’bah, beliau mendengar
seseorang dihadapannya bertawaf, sambil berdzikir: “Ya Karim! Ya
Karim!”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menirunya membaca “Ya Karim! Ya Karim!” Orang itu Ialu
berhenti di salah satu sudut Ka’bah, dan berdzikir lagi : “Ya Karim! Ya
Karim!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berada di
belakangnya mengikut dzikirnya “Ya Karim! Ya Karim!” Merasa
seperti diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya
seorang laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya. Orang
itu Ialu berkata:
“Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja
memperolok-olokkanku, karena aku ini adalah orang Arab baduwi? Kalaulah bukan
karena ketampananmu dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada
kekasihku, Muhammad Rasulullah.”
Mendengar kata-kata orang baduwi itu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam tersenyum, lalu bertanya: “Tidakkah engkau mengenali
Nabimu, wahai orang Arab?” “Belum,” jawab orang itu. “Jadi bagaimana kau
beriman kepadanya?”
“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya,
sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya, sekalipun
saya belum pernah bertemu dengannya,” kata orang
Arab baduwi itu pula.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun berkata
kepadanya : “Wahai orang Arab! Ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan
penolongmu nanti di akhirat!” Melihat Nabi dihadapannya, dia tercengang,
seperti tidak percaya kepada dirinya.
“Tuan ini Nabi Muhammad?!” “Ya” jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Dia segera tunduk untuk
mencium kedua kaki Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Melihat hal
itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menarik tubuh orang Arab
itu, seraya berkata kepadanya:
“Wahal orang Arab! janganlah berbuat serupa itu.
Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada juragannya,
Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabbur yang
meminta dihormati, atau diagungkan, tetapi demi membawa berita.”
Ketika itulah, Malaikat Jibril ‘alaihis salam
turun membawa berita dari langit dia berkata: “Ya Muhammad! Tuhan As-Salam
mengucapkan salam kepadamu dan bersabda: “Katakanlah kepada orang Arab itu,
agar dia tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahwa Allah akan
menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang
kecil maupun yang besar!” Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian
pergi. Maka orang Arab itu pula berkata:
“Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan
membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan
dengannya!” kata orang Arab baduwi itu.
“Apakah yang akan engkau perhitungkan dengan Tuhan?” Rasulullah bertanya kepadanya.
“Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka
hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran maghfirahnya,“ jawab orang itu. “Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka
hamba akan memperhitungkan betapa keluasan pengampunan-Nya. Jika Dia
memperhitungkan kekikiran hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa
kedermawanannya!“
Mendengar ucapan orang Arab baduwi itu, maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun menangis mengingatkan betapa
benarnya kata-kata orang Arab baduwi itu, air mata beliau meleleh membasahi
Janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril ‘alaihis salam turun lagi
seraya berkata:
“Ya Muhammad! Tuhan As-Salam menyampaikan salam
kepadamu, dan bersabda: Berhentilah engkau dari menangis! Sesungguhnya karena
tangismu, penjaga Arasy lupa dari bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga la
bergoncang. Katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan menghisab
dirinya, juga tidak akan memperhitungkan kemaksiatannya. Allah sudah rnengampuni
semua kesalahannya dan la akan menjadi temanmu di syurga nanti!”
Betapa
sukanya orang Arab baduwi itu, mendengar berita tersebut. la Ialu menangis
karena tidak berdaya menahan keharuan dirinya. (http://nu.or.id/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar