BERDAKWAH MENDATANGI UMMAT
TA'LIM
PERBEDAAN
ANTARA MENGAJAK DAN MENGAJAR
Ketika telinga kita mendengar
kata Da’wah, mata melihat tulisan Da’wah, benak kita membayangkan bahwa perkara
ini pasti yang berkaitan dengan Khotbah, Ceramah, dan hal-hal yang ilmiah?
Da’wah ini
artinya mengajak, artinya siapapun yang mengajak kepada Allah dia telah
melakukan da’wah, berbeda dengan Ta’lim yang artinya mengajar,
ini memang perlu keahlian dan ilmu yang dipersyaratkan.
Pengertian
Dakwah
Pengertian
dakwah menurut bahasa; dakwah berasal dari bahasa Arab yakni دعا– يدعوا – دعوة (da’a -
yad’u - da'watan). Kata dakwah tersebut merupakan ism masdar dari
kata da’a yang dalam Ensiklopedia Islam diartikan sebagai “ajakan
kepada Islam. Kata da’a dalam al-Quran, terulang sebanyak 5 kali,
sedangkan kata yad’u terulang sebanyak 8 kali dan kata dakwah
terulang sebanyak 4 kali.
Kata
da’a pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengadu (meminta
pertolongan kepada Allah) yang pelakunya adalah Nabi Nuh ‘alaihis salam.
Lalu kata ini berarti memohon pertolongann kepada Tuhan yang pelakunya adalah
manusia (dalam arti umum). Setelah itu, kata da’a berarti menyeru kepada
Allah yang pelakunya adalah kaum Muslimin.
Kemudian
kata yad’u, pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengajak ke
neraka yang pelakunya adalah syaitan. Lalu kata itu berarti mengajak ke surga
yang pelakunya adalah Allah, bahkan dalam ayat lain ditemukan bahwa kata yad’u
dipakai bersama untuk mengajak ke neraka yang pelakunya orang-orang musyrik.
Sedangkan
kata dakwah atau da’watan sendiri, pertama kali digunakan dalam al-Quran
dengan arti seruan yang dilakukan oleh para Rasul Allah itu tidak berkenan
kepada obyeknya. Namun kemudian kata itu berarti panggilan yang juga disertai
bentuk fi’il (da’akum) dan kali ini panggilan akan terwujud
karena Tuhan yang memanggil. Lalu kata itu berarti permohonan yang digunakan
dalam bentuk doa kepada Tuhan dan Dia menjanjikan akan mengabulkannya.
Berdasarkan
pandangan tersebut, maka pengertian dakwah menurut istilah adalah menyeru,
memanggil, mengajak dan menjamu, dengan proses yang berkesinambungan dan
ditangani oleh para USAHA DAKWAH. Hal ini dikarenakan Islam adalah
dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif
melakukan kegiatan dakwah. Maka Da’wah ini adalah tugas semua
orang Islam yang sudah ada kalimat Laa Ilaaha Illallaah.
Pengertian
Ta’lim.
Secara
bahasa ta’lim berarti pengajaran (masdar dari ‘alama-yu’alimu-ta’liman),
secara istilah berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampian
pengertian, pengetahuan dan ketrampilan. Menurut Abdul Fattah Jalal, ta’lim
merupakan proses pemberian pengatahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab,
sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga
siap menerima hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya
( ketrampilan).
Mengacu
pada definisi ini, ta’lim, berarti adalah usaha terus menerus manusia sejak
lahir hingga mati untuk menuju dari posisi ‘tidak tahu’ ke posisi ‘tahu’
seperti yang digambarkan dalam surat An Nahl ayat 78,
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ
شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ
“Dan
Allah mengeluarkan dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
apapun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu
bersyukur”.
(QS. An Nahl : 78)
At
Ta’lim Dalam Al Quran
At-Ta’lim
dalam al-qur’an menggunkan bentuk fi’il (kata kerja) dan isim (kata benda),
dalam fi’il madliy disebutkan sebanyak 25 ayat dari 15 surat, Fi’il mudlari 16
kali dalam 8 surat.
Kata-kata at-Ta’lim dalam bentuk fi’l madliy (kata kerja lampau) adalah ‘allama dengan berbagai variasinya, antara lain :
Kata-kata at-Ta’lim dalam bentuk fi’l madliy (kata kerja lampau) adalah ‘allama dengan berbagai variasinya, antara lain :
1.
QS. Al-Baqarah : 31
Al-Maraghi
menjelaskan kata ‘allama dengan alhamahu (memberi Ilham), maksudnya
Allah memberi Ilham kepada Nabi Adam ‘alaihis salam untuk mengetahui
jenis-jenis yang telah diciptakan beserta zat, sifat, dan nama-namanya.
2.
Q.S. Ar-Rahman : 1-4
Kata
Allama’ mengandung arti memberitahukan, menjelaskan, memberi pemahaman.
3.
QS. Al-‘Alaq : 4-5
Ash-Shawi,
Al-Maraghi, dan Al-Juzi menafsirkan makna ‘allama, dengan makna
memberitahukan atau menyampaikan ilmu menulis dengan kalam, menjadikan kalam
sebagai alat untuk saling memahami di antara manusia.
At-Ta’lim
Dalam Hadits
Menurut
Al-Asqalani, kata ta’lim nabi kepada umatnya, lai-laki dan perempuan dengan
cara tidak mengunakan pendapatnya dan juga qiyas. Secara struktur, kata hum
dalam hadits menunjukan makna ta’lim bersifat umum, bagi siapa saja dan
tingkatan usia.
Kata ta’lim berasal dari kata dasar “allama”
yang berarti mengajar, mengetahui. Pengajaran (ta’lim) lebih mengarah pada
aspek kognitif, ta’lim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku yang baik.
Dari pengertian diatas, ta’lim mencakup
aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam
hidupnya serta pedoman perilaku yang baik, sebagai upaya untuk mengembangkan,
mendorong dan mengajak manusia lebih maju dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk
pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun
perbuatan karena seseorang dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
apapun, tetapi ia dibekali dengan berbagai potensi untuk mengembangkan
keterampilannya tersebut agar dapat memahami ilmu serta memanfaatkannya dalam
kehidupan.
Kalau ada yang
mengatakan Da’wah itu harus berimu tinggi, harus pakai dalil, pakai ayat, pakai
hadits, kitab tertentu,… hal ini masih rancu dalam pengertian antara
Da’wah (mengajak) dan Ta’lim (mengajar). Jika kita mengatakan Da’wah harus
berilmu tinggi, jangan-jangan kita ini termasuk penghalang dalam Da’wah. Karena
mempersulit kerja atau usaha Da’wah itu sendiri.
Untuk berda’wah ada dalil yang
sangat sederhana :
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Ballighuu ‘anny walau ayah” (Shahih Al Bukhari)
“Sampaikan
dariku walau satu ayat” (Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad bin Hambal, Al-Imam Al-Bukhari dan
Al-Imam At-Tirmidzi rahimahumullah dari sahabat Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiyallahu
‘anhuma, yang berarti: “Sampaikanlah dariku meskipun hanya satu
ayat saja (yang kamu tahu)”. Artinya bahwa, meskipun kita hanya tahu satu ayat
Al-Qur’an atau satu hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam atau satu hukum Islam saja misalnya, maka wajib bagi kita untuk
menyampaikan apa yang kita ketahui itu kepada orang lain. Apalagi jika kita
mengetahui lebih dari satu.)
Dalam hadits lain,
عن أبي سعيد الخدري رضى الله تعالى عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَده، فَإنْ
لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، ومن لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أضْعَفُ الإيمَانِ
Dari abu Said
al-Khudri, dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah bresabda, "Siapa
diantara kalian melihat kemungkaran, hendaklah dia mengubahnya (mencegahnya)
kengan tangannya (kekuasannya), jika dia tidak sanggup, maka dengan lisannya
(menasihatinya), dan jika tidak sanggup juga, maka dengan hatinya(merasa tidak
senang dan tidak setuju), dan demikian itu adalah selemah-lemah iman". (HR.
Muslim no.
49)
Perkataan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam: مَنْ
رَأَى, ditujukan bagi siapa saja
yang telah sampai kepadanya perkara kemungkaran, baik dengan melihat ataupun
dengan mendengar.
Hadits diatas memuat dorongan yang sangat kuat bagi setiap
orang Islam tanpa kecuali untuk turut berperan aktif mengambil bagian dalam
aktivitas dakwah ke jalan Allah, masing-masing dalam batas kemampuannya. Dan
hal itu tanpa membedakan antara ulama dan orang awam, antara kyai dan
santrinya, antara ustadz dan jamaahnya, dan seterusnya. Semuanya wajib
berdakwah dalam rangka menyampaikan ajaran Islam yang merupakan warisan
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, karena ummat ini memang telah
ditetapkan sebagai ummat dakwah.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan hendaklah kalian menjadi satu ummat (yang bersatu), yang berdakwah mengajak kepada kebaikan,ber-amr bil-ma’ruf dan ber-nahy ‘anil-munkar. Dan hanya merekalah orang-orang yang selamat dan beruntung” (QS. Ali ‘Imran 3: 104).
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan hendaklah kalian menjadi satu ummat (yang bersatu), yang berdakwah mengajak kepada kebaikan,ber-amr bil-ma’ruf dan ber-nahy ‘anil-munkar. Dan hanya merekalah orang-orang yang selamat dan beruntung” (QS. Ali ‘Imran 3: 104).
Walaupun masuk ke dalam hutan..., SIAP DAKWAH!!!
Dan karena kebanyakan kita sekarang telah meninggalkan kewajiban dan tugas mulia itu maka tidak heran jika gelar “khairu ummah” itu seakan-akan telah tanggal dan lepas dari ummat ini, meskipun bukan berarti berpindah ke tangan ummat lain karena hal itu memang tidak mungkin disebabkan kekufuran mereka. Faktanya bahwa diantara ummat ini, hanya tinggal sedikit saja yang tetap berkomitmen dan konsisten dalam mengemban amanah dakwah, yang tentu saja tidak akan bisa menutupi kebutuhan dan tuntutan dakwah yang sangat besar dengan problematika-problematika dan tantangan-tantangannya yang begitu banyak, beragam dan kompleks.
Dan salah satu faktor penyebab yang melatarbelakangi keengganan
banyak kalangan untuk ikut aktif dalam berdakwah ialah adanya persepsi yang
salah bahwa, dakwah dan penyebaran Islam hanya menjadi kewajiban dan kewenangan
ulama, kyai dan ustadz saja. Juga pemahaman yang salah pula bahwa, untuk
berdakwah seseorang disyaratkan harus hafal banyak dalil, baik ayat maupun
hadits, dan juga harus menguasai banyak hukum Islam. Dan itu semua hanya
dimiliki oleh para ulama. Maka hanya merekalah yang berhak dan berkewajiban
untuk berdakwah. Itu masih ditambah lagi dengan kesalahpahaman lain yang
membatasi makna dan cakupan aktivitas dakwah hanya pada ceramah dan khotbah
saja, sedangkan tidak semua orang mampu berceramah dan berkhotbah. Itu semua
merupakan kesalahpahaman yang terbantahkan secara sangat tegas oleh penggalan
hadits diatas, yang bahkan mengharuskan bagi seseorang yang hanya tahu satu
ayat sekalipun agar menyampaikan dan mendakwahkan yang diketahuinya itu. Dan
juga oleh dua ayat yang telah disebutkan tadi.
Tentu saja masih banyak dalil lain lagi yang mewajibkan
berdakwah bagi setiap orang Islam, masing-masing dalam batas kemampuannya.
Bahkan saat ini seorang muslim yang awam dan buta huruf sekalipun tetap bisa
ikut berdakwah, tentu saja dakwah dengan arti yang luas yang mencakup setiap
bentuk ajakan kepada kebenaran dan kebaikan dalam ajaran Islam. Apalagi jika
kita ingat bahwa, banyak sekali aspek dan materi dakwah saat ini yang memang
tidak butuh banyak dalil atau bahkan tidak perlu dalil sama sekali, disebabkan
karena begitu jelas dan gamblangnya masalah yang dihadapi! Misalnya, jika
seseorang ingin mendakwahi dan mengajak orang Islam yang tidak shalat untuk
shalat, yang tidak puasa Ramadhan agar mau berpuasa, yang tidak mengenal masjid
agar mau ke masjid, yang masih suka minum minuman keras, berjudi, mencuri, melacur
dan semacamnya agar mau meninggalkan semua kejahatan dan kemaksiatan itu.
Materi-materi dakwah seperti itu di kalangan mayoritas ummat Islam tidak butuh
banyak dalil lagi, karena kebanyakan mereka seawam apapun, termasuk para
pelanggarnya sendiri, telah mengetahui dan meyakini wajibnya yang wajib dan
haramnya yang haram diantara prinsip-prinsip ajaran Islam itu semua.
Untuk Hal yang sifatnya sudah
umum/kita sudah tahu maka “lakukan saja” dan berarti kita telah berdakwah
kepada diri sendiri. Mengajak Shalat berjamaah, melarang berjudi dan sebagainya
itupun termasuk dakwah, walaupun tidak pakai dalil ayat Quran atau hadits Nabi.
Bahkan Alim ulama sampaikan kalau kita membangunkan anak kita dipagi hari untuk
Shalat subuh, inipun sudah Da’wah kepada anak sendiri.
Rasulullah dalam berda’wah
kepada Sahabat kadang menggunakan Tamsil agar lebih mudah diterima, begitupun
Alim ulama juga sering memberi contoh kepada kita dengan tamsil, kitapun
tentunya juga tidak salah membuat tamsil-tamsil untuk memberi kemudahan kepada
orang yang kita Da’wahi (Mad’un).
Marilah ber-Da’wah, sesuai
kapasitas kita, sesuai apa yang kita sudah tahu, syukur lagi yang sudah kita
amalkan kalau kita mati, amalan Da’wah kita tetap mengalir kepada kita.
Dari firman Allah subhanahu
wa ta’ala :
كُنْتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ…
“Kalian adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…….”
(QS Ali Imran : 110)
Menunjukkan bahwa kita semua
dilahirkan atau dikeluarkan ke muka bumi oleh Allah adalah untuk berdakwah
kepada seluruh manusia dimanapun berada. Sehingga tidak salah kalau dikatakan kita
sekarang ini adalah juru dakwah (da’i) yang sedang di kantor, kita da’i yang
sedang di pasar, di sawah, di kebun, di jalan, dan dimana saja berada.
Hari ini agama Islam susah
berkembang karena merasa diri kita bukan sebagai da’i tetapi kita sebagai
pegawai, pedagang, petani, dsb. Inilah kesalah pahaman umat hari ini. Sehingga
kita tidak peduli sahabat tidak shalat, tidak peduli sahabat maksiat. Kita
tidak mau mengajak memberi peringatan untuk taat kepada Allah dan tidak mau
menyampaikan pentingnya agama Islam sebagai agama yang diridhai oleh Allah.
Dan ingat bahwa Da’wah yang
dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Da’wah dengan
(mahabah) Kasih sayang sebagaimana ketika Rasulullah di tolak Da’wah beliau di
Tho’if (kaum Tsaqif) namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tetap
sayang kepada kaum Tsaqif tersebut.
Jika amalan kita ingin
diperbaiki oleh Allah dan dosa kita digugurkan oleh Allah inilah jalanNya yaitu
DA’WAH. Dak’wah yang akan membawa umat kembali jaya sebagaimana era sahabat radhiyallahu
‘anhum, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mendatangi Umat, bergerak
laksana awan (tidak diundang)
2. Korban harta dan diri (bukan
mencari materi dari Da’wahnya, justru mengorbankan yang dimiliki untuk agama)
3. Ijtima’iat (melibatkan orang
lain, Saudara sahabat, tetangga dsb) serta memiliki tertib yang sama seluruh
dunia.
4. Semata-mata karena Allah,
bukan karena diutus oleh organisasi, Yayassan atau yang lainnya. Istiqamah
dalam buat dakwah, walaupun orang lain ada yang tidak senang dan menentang.
5. Bergerak dan menggerakkan
orang lain, artinya kita berdakwah dan menjadikan semua orang juga berdakwah.
6. Dakwahnya mengajak hanya
kepada Allah, bukan kepada partai atau golongan atau madzhab tertentu.
Semoga Allah bimbing kita
menjadi Da’i dan tidak terkesan kepada para penghalang Da’wah. (penghalang
Da’wah hanyalah Makhluk Allah yang tidak memberi manfaat dan mudhorot kecuali
atas izin Allah, dan akan selalu ada penghalang dakwah ini sampai hari kiamat).
Hadits : Balighuu Anni Walau Ayah
“Balighuu
Anni Walau Ayah”
“Sampaikanlah
kepada mereka walaupun hanya satu ayat”
Dalam
Haji Wada, Haji Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang pertama dan yang
terakhir, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam mahfum kepada
para sahabat yang hadir :
“Sudahkah
aku sampaikan kepada kamu perintah-perintah Allah?” para sahabat radhiyallahu
anhu semua menjawab, “Ya, engkau telah menyampaikan risalah itu !”
lalu Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Ya Allah,
saksikanlah ini ( pengakuan umatku ).” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda kembali : “Hendaklah yang hadir disini menyampaikan kepada yang
tidak hadir disini…”
Ketahuilah
bahwa hadits ini ada silsilah yang shahih dari Masyaikh dalam Usaha Dakwah dan
Tabligh. Lihat di bawah ini.
Telah diturunkan dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam kepada para sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in dan terus pada
para Ulama’ hingga saat ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda pada hari perhimpunan Haji Wada', 9 Dzulhijjah tahun 9 Hijrah, hari
jum’at, selepas shalat ashar "Sampaikan dari ku walaupun satu
ayat.."
Rasulullah shallallah ‘alaihi wasallam
||
Abdullah bin 'Amr bin al-Ash radhiyallahu ‘anhu
||
Abu Qasiyyah rahmatullah ‘alaih
||
Hassan bin Autiyyah rahmatullah ‘alaih
||
Auza'i rahmatullah ‘alaih
||
Dahhak bin Makhlash rahmatullah ‘alaih
||
Amirul Mukminin Fi Hadits wa Imamul Muhaditsin,
Muhammad bin Isamail bin Al-Barzabah Al-Bukhari rahmatullah ‘alaih
||
Muhammad bin Yusuf Al-Qarbawi rahmatullah ‘alaih
||
Muhammad bin Ahmad At-Tarukhi rahmatullah ‘alaih
||
Muhammad Abdullah Muhammad bin Muzaffar Al-Ra'udi rahmatullah ‘alaih
||
Abdul Awwal Abdul Rahman bin Isa al-Harawi rahmatullah ‘alaih
||
Abu Hussain bin Mubarak Al-jabiili rahmatullah ‘alaih
||
Muhammad bin Ibrahim At-Tanukhi rahmatullah ‘alaih
||
Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Hajar Al-Ashqolani Al-Khinani rahmatullah ‘alaih
||
Zainul Abidin Muhammad bin Zakariyya Al-Anshari rahmatullah ‘alaih
||
Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Ar-Romawi rahmatullah ‘alaih
||
Muhammad bin Ahmad bin Quddus rahmatullah ‘alaih
||
Ahmad Al-Qusyayi rahmatullah ‘alaih
||
Ibrahim Al-Qurdi rahmatullah ‘alaih
||
Abu Tahir bin Ibrahim Al-Qurdi rahmatullah ‘alaih
||
Maulana Muhammad bin Abdul Rahim rahmatullah ‘alaih
||
Syah Waliyullah Muhaditsin Al-Dehlawi rahmatullah ‘alaih
||
Maulana Abdul Aziz Al-Dehlawi rahmatullah ‘alaih
||
Maulana Muhammad Bin Ishaq Al-Dehlawi rahmatullah ‘alaih
||
Maulana Muhammad bin Ali Al-Dehlawi rahmatullah ‘alaih
||
Maulana Abdul Ghani Al-Dehlawi rahmatullah ‘alaih
||
Maulana Rasyid Ahmad Gangohi rahmatullah ‘alaih
||
Maulana Muhammad Ilyas bin Ismail Al-Kandahlawi rahmatullah ‘alaih
||
Maulana Muhammad Yusuf bin Ilyas Al-Kandahlawi rahmatullah ‘alaih
||
Maulana 'Inamul Hassan Al-Kandahlawi rahmatullah ‘alaih
||
Maulana Muhammad Saad Al-Kandahlawi dan Maulana Zubairul Hassan Al-Kandahlawi (ulama yang menjadi syura usaha dakwah dan tabligh sekarang)
Inilah
sign, tanda, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam agar kita siap
untuk menyampaikan agama ke seluruh permukaan bumi. Inilah sebabnya banyak makam
sahabat ditemukan di luar negeri. Dari 114.000 sahabat hanya 14.000 sahabat
yang ditemukan makamnya antara Mekkah dan Madinah, selebihnya di luar negeri.
Seperti Saad bin Abi Waqqash radhiyallahu anhu makamnya ditemukan
di Cina, Ayub Al Anshori di Turkey, Tariq bin Ziyad radhiyallahu anhu di
Spanyol, dan lain-lain. Andaikata sahabat ini hanya memikirkan ibadah saja di
mesjidil haram dan mesjid Nawabi maka islam tidak akan tersebar dan kita
kemungkinan masih menyembah patung dan kuburan.
Imam
Malik Rah. A berkata :
“Tidak
ada cara lain untuk memperbaiki ummat ini selain menggunakan cara Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam ketika memperbaiki Ummat pada kurun Awal.”
Jadi
hanya dengan dakwah ummat akan terperbaiki karena dakwah ini adalah sarana atau
alat untuk mempromosikan atau menyebar luaskan agama. Sudah tertulis
dalam sejarah setiap ummat terdahulu setelah tidak ada lagi kerja dakwah dari
nabi-nabi mereka maka kecenderungan mereka akan menjadi kafir melalui tahapan :
1.
Tahap Pertama : manusia akan
meninggalkan amal ibadah
2.
Tahap Kedua : manusia akan
mengerjakan maksiat atau perbuatan mungkar
3.
Tahap Ketiga : manusia akan
meninggalkan agama, menjadi kafir atau murtad karena sudah tidak ada lagi
keyakinan pada agama bahwa agama dapat menyelesaikan masalah.
Tanpa
Dakwah maka agama lambat laun akan pudar hingga tidak ada lagi orang yang
mengamalkannya. Bahkan ketika ada yang mengamalkannya akan nampak aneh, bahkan
yang mengamalkannya akan dicap seperti orang gila. Jika tidak ada dakwah maka
tidak ada orang yang saling ingat mengingatkan karena Allah. Padahal di dalam
Al Qur’an dikatakan :
وَذَكِّرْ
فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya
peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.”. (QS. Adz
Dzariyat : 55)
Tanpa
Dakwah, agama ini seperti barang bagus tetapi tidak laku atau tidak ada yang
mau membeli. Ini karena tidak ada yang mempromosikannya sehingga agama tidak
ada yang mau membeli.
Dakwah
ini adalah sarana untuk mempromosikan manfaat-manfaat agama dan menjelaskan
kerugian yang terjadi bila kita meninggalkannya. Jadi Dakwah ini adalah tulang
punggung agama. Tanpa Dakwah yang Haq maka Dakwah yang Bathil akan masuk. Jika
Dakwah yang bathil sudah masuk seperti promosi minuman keras, perjudian,
prostitusi, pakaian-pakaian yang vulgar, dan lain-lain, maka keimanan orang
akan menurun. Jika Iman sudah menurun maka Amal Ibadah akan berkurang, akhlaq
manusia akan menjadi buruk, muamalah dan muasyarah manusia akan rusak. Ketika
itu maka do’a tidak akan didengar dan pertolongan Allah tidak akan datang, yang
ada hanya kerusakan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Ketika itu semua
masalah akan berdatangan. Namun dengan Dakwah maka keimanan akan datang, agama
akan tersebar, amal agama akan meningkat, akhlaq manusia akan bagus,
perdagangan dan hubungan antar manusia akan baik, dan pertolongan Allah akan
datang kepada ummat ini. Atas perkara ini penting kita istiqamah dalam dakwah, membantu
agama Allah agar Allah memperbaiki kehidupan kita.
Allah
berfirman :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ
أَقْدَامَكُمْ
“Hai
orang-orang beriman jika kamu membantu agama Allah maka Allah akan menolongmu
dan menguatkankan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7)
Ini
adalah janji Allah bagi mereka yang mau membantu agama Allah, maka Allah akan
menolong kehidupan kita memperbaiki keadaan rusak dan Allah akan menyelesaikan
seluruh masalah yang dihadapi oleh seluruh manusia. Inilah yang dianjurkan
ulama yaitu belajar menyelesaikan masalah dengan amal agama. Belajar
menyelesaikan masalah dengan pertolongan Allah. Bagaimana cara mendatangkan
pertolongan Allah yaitu dengan menjalankan perintahnya. Setiap perintah Allah
dibaliknya pasti ada pertolongan Allah. Seperti seorang duta negara yang
diperintahkan negaranya jika terjadi sesuatu pasti negara tersebut akan
menolong dutanya karena si duta bertindak berdasarkan perintah negara. Apalagi
dengan menolong agama Allah, pasti Allah akan menolong kita balik. Hanya dengan
agama Allah saja semua permasalahan dapat terselesaikan. Namun syaratnya harus
ada niat dan kesungguhan usaha dari ummat tersebut untuk memperbaiki keadaan.
Allah
berfirman :
…إِنَّ
اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ…
“…Sesungguhnya
Allah tidak akan merubah keadaan nasib suatu kaum sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (Qs. Ar Ra’d : 11)
Jadi
Allah mau membantu merubah suatu kaum setelah kaum itu mau berusaha untuk
merubah kehidupannya sendiri. Allah akan mendatangkan perbaikan pada suatu kaum
jika kaum itu mau buat usaha perbaikan. Apa yang harus diperbaiki pertama kali
yaitu kondisi agamanya, karena baik atau buruknya manusia tergantung pada
kondisi agama yang ada diri mereka. Sedangkan Agama ini adalah solusi
yang Allah berikan untuk menyelesaikan seluruh masalah manusia sampai hari
kiamat.
Hidupkan
amal-amal mesjid Nabawi di setiap mesjid maka akan datang perbaikan dan
peningkatan qualitas hidup bagi orang-orang yang tinggal di kampung itu.
Sebagaimana baiknya kehidupan ummat di Madinah pada jaman Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. Bagaimana kehidupan para sahabat menjadi baik dan
meningkat qualitasnya setelah Agama tersebar melalui mesjid Nabawi. Syaratnya
harus ada orang yang mau bergerak mengajak manusia kepada kebaikan.
Dari
Anas radhiyallahu anhu : Kami para sahabat radhiyallahu anhu
bertanya “Ya Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam kami tidak akan
menyuruh orang untuk berbuat baik sebelum kami sendiri mengamalkan semua
kebaikan dan menjauhi semua kemungkaran.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “ Tidak, bahkan serulah orang untuk berbuat baik, meskipun
kalian belum mengamalkan semuanya. Dan cegahlah kemungkaran, meskipun kalian
belum menghindari semuanya.” (HR Thabrani)
Inilah
isyarat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai pentingnya
kerja dakwah walaupun kita belum sempurna mengerjakan kebaikan dan belum
sempurna meninggalkan kemaksiatan. Dan hanya dengan mendakwahkan agama saja
keadaan akan terperbaiki bukan dengan ekonomi, teknologi, kebudayaan atau
dengan kekuasaan itu hanya keperluan saja. Kalau masih memerlukan itu berarti
agama belum sempurna karena tidak bisa menyelsaikan masalah manusia. Sedangkan
Agama ini sudah sempurna Allah berikan kepada manusia sebagai solusi untuk
menyelesaikan seluruh masalah. Siapa saja yang mencari solusi diluar solusi
yang telah Allah berikan kepada manusia maka yang akan terjadi hanyalah
masalah. Selain dengan agama maka manusia hanya menyelesaikan masalah dengan
masalah, bukan masalah selesai tetapi hanya akan menambah masalah.
Allah
berfirman :
…الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الإسْلامَ دِينًا…
“…Pada
hari ini telah aku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Aku sempurnakan
nikmatKu kepadamu dan telah Aku relakan islam menjadi agamamu…” (QS. Al Maidah : 3)
Semua
sudah sempurna Allah berikan dari rumus dan methode untuk menyelesaikan seluruh
masalah yang di hadapi oleh manusia sampai hari kiamat, tidak ada cara lain.
Selain cara Allah dapat dipastikan akan menemukan kegagalan. Seperti kaum ad
yang sukses membuat usaha atas kesehatan dan kekuatan tetapi ingkar terhadap
Agama maka mereka berakhir binasa. Kaum Madyan yang sukses membuat usaha atas
perbaikan ekonomi dan keuangan juga berakhir binasa karena mereka ingkar
terhadap Allah dan AgamaNya. Kaum Saba yang sukses membuat usaha atas pertanian
namun ingkar terhadap perintah Allah maka mereka Allah binasakan. Kaum Luth
yang sukses membuat usaha atas peningkatan qualitas seksualitas untuk mencapai
kebahagiaan, merekapun Allah binasakan. Kaum Tsamud yang sukses membuat usaha
atas teknologi arsitektur juga Allah telah hancurkan. Firaun dan Namrud yang
sukses membuat usaha atas kekuasaan, sangking berkuasa sampai mengaku sebagai
tuhan, juga Allah hancurkan. Qorun yang sukses membuat usaha atas peningkatan
harta dan kebendaan juga Allah telah hancurkan. PM Hamman Laknatullah Alaih
yang sukses membuat usaha atas karir politik juga telah Allah hancurkan karena
ingkar terhadap perintah Allah. Abrahah yang sukses membuat usaha atas kekuatan
militer juga telah Allah hancurkan.
Hanya
dengan cara Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat
saja keadaan akan menjadi baik selain itu akan berakibatkan kebinasaan. Hanya
dengan amal-amal agama saja keadaan menjadi baik, bahkan akan Allah buat ummat
islam berkuasa kembali. Lalu Allah akan menukar keadaan mereka yang susah dan
penuh dengan masalah dan penderitaan menjadi keadaan yang aman dan sentosa. Dan
ini adalah janji Allah yang mutlak kepastiannya. Caranya mendapatkannya
bagaimana ? yaitu dengan menghidupkan amal-amal agama didalam kehidupan ummat
saat ini.
Allah
berfirman :
وَعَدَ اللَّهُ
الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي
الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ
دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ
أَمْنًا...
“Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman diantara kamu dan yang mengerjakan
amal-amal sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di
bumi, sebagaimana mereka telah menjadikan orang-orang sebelum kamu berkuasa,
dan sungguh dia akan menguhkan bagi mereka Agama yang telah di RidhoiNya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada
dalam ketakutan menjadi aman sentausa… ” (QS. An Nur : 55 )
Apa
yang perlu kita fikirkan dan kita risaukan saat ini. Bagaimana umat yang 6
milyar, tetapi hanya 1.5 milyar yang muslim. Dari 1.5 milyar berapa banyak yang
sudah melakukan shalat. Lalu berapa banyak orang yang mati tiap hari tanpa
mengucapkan Laa ilaaha illallaah. Tiap hari kurang lebih 200.000 orang mati
tanpa mengucapkan Laa ilaaha illallaah, ini siapa yang bertanggung jawab. Kita
ini Allah kasih islam bukannya gratis tetapi datang dengan tanggung jawab untuk
menyampaikan agama kepada yang belum tau. Akherat adalah tempat untuk saling
menagih Hak, nanti asbab orang tidak dakwah ini maka ini bisa menjadi asbab
orang tersebut masuk kedalam Neraka.
Anaknya,
Saudaranya, tetangganya, temannya dan umat akan menagih haknya kenapa tidak
disampaikan atau diajak dalam berbuat kebaikan ketika di dunia, kenapa mereka
tidak diperingatkan. Asbab ini Allah bisa kirim kita ke Neraka. Tetapi ada
orang yang dosanya sejauh mata memandang, tetapi Allah tunjukan suatu buku
amalan yang penuh dengan amal Ibadah orang lain asbab dia mengajak satu orang
lain untuk tobat dan orang ini mengajak yang lainnya dalam amal dan ibadah.
Sehingga Allah duplikatkan amal ibadah mereka kepada orang pertama yang
mengajak mereka.
Jika
tidak ada risau dan fikir maka agama tidak bisa bergerak atau berkembang. Kalau
Kerja Agama tidak jalan maka kerusakan akan timbul dimana-mana. Tanpa
agama manusia ini akan rusak dan merusaki, jauh lebih jahat dari binatang
sebagaimana kaum jahiliyah terdahulu yang menjadikan ibu hamil sebagai ladang
judi. Ibu hamil ini di belah perutnya hidup-hidup lalu diambil anaknya untuk
sebagai bahan perjudian. Jadi tanpa Dakwah atas yang Haq maka Dakwah terhadap
yang Bathil akan tegak dan merajalela.
Seperti
Iklan yang ada di TV menawarkan baju-baju ketat yang tidak pantas bagi wanita
dikenakan. Dulu di Indonesia tahun 1970-an jika ada orang pakai rok mini atau
baju ketat yang terlihat auratnya maka orang ini akan dibilang tidak punya
moral. Tetapi kini orang yang berpakaian demikian akan dibilang maju dan
modern. Hari ini karena tidak ada usaha atas agama, perempuan bangga
memperlihatkan aurat mereka, sehingga laki-laki mudah tergoda untuk bermaksiat.
Maksiat dimana-mana, perjudian, perzinahan, dan minum-minuman keras dimana-mana
sudah menjadi hal biasa. Saat ini dalam diri ummat sudah ada rasa kebanggaan
ketika melanggar perintah Allah, inilah yang namanya Dzoluman Jahula,
yaitu Kebodohan yang Paling Jahil. Sahabat dibilang jahil karena belum
mengenal agama, sedangkan kita lebih super jahil dari mereka karena kita sudah
tahu perintahnya tetapi masih dilanggar. Ini karena tidak ada Kerja Agama atau
Dakwah.
Berdasarkan
perkiraan, dulu tahun 1980-an jika orang ditanya berapa persen penduduk
Indonesia jawabnya 90% penduduk Indonesia adalah orang Islam ( 90% dari 200Jt =
180Jt). Tahun 2003 karena tidak ada kerja Dakwah, umat Islam tinggal 85 %
menurut pendataan penduduk. Ini siapa yang salah, butuh berapa lama lagi untuk
umat Islam di Indonesia pindah agama jika dalam 20 tahun terjadi penurunan 5%
dari jumlah total umat Islam. 5% dari 200 juta orang berarti 10 juta orang
pindah agama dalam kurun waktu kurang lebih 20 tahun. Ini berarti satu juta
orang tiap 2 tahun lari dari agama Islam. Ini perlu jadi fikir kita jika tidak
maka nanti tanpa kita sadari cucu-cucu kita telah tidak kenal Allah lagi. Salah
siapa, ini salah kita karena kurang sungguh-sungguh dalam kerja agama. Hanya
dengan Dakwah, yang bathil akan hilang dan yang Haq akan tegak. Namun hanya
Dakwah yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang akan
effective dalam menumpas kebathilan.
Perancis
tidak ada dakwah, maka gereja mereka dijadikan Night Club. Dan inipun bisa
terjadi pada kita di indonesia yang mayoritas islam jika kita tidak mau
mengerjakan Kerja Dakwah dan Tabligh ini. Di Perancis tahun 1960-an Mesjid
hanya satu namun asbab ada kerja dakwah dari orang-orang India yang mengirimkan
rombongan jemaah tabligh kesana, sekarang di Paris saja terdapat 700 mesjid,
dan diseluruh Perancis terdapat 3000 mesjid. Dulu Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam asbab kerja bermulai dari 5 orang sahabat dengan sungguh-sungguh
berapa banyak umat Islam kini termasuk kita yaitu tidak kurang 1.5 milyar orang
telah masuk kedalam Islam. Jika ada Fikir dan Risau yang sungguh-sungguh maka
Agama akan wujud dalam diri kita dan dalam diri umat.
Nikmat
yang paling tinggi bagi umat ini adalah diwarisinya umat ini atas kerja nubuwah
atau kerjanya para Nabi. Nabi tidak mewariskan harta dan tahta, tetapi Nabi dan
umat ini diwarisi kerja Nubuwat oleh Allah Ta’ala. Asbab kerja ini umat ini
diangkat derajatnya oleh Allah sebagai “Choiru Ummah : Umat Terbaik”, dan telah
diberitakan dalam kitab-kitab terdahulu yang membuat nabi-nabi iri terhadap
umat ini. Penting kita jadikan Kerja Nubuwat ini menjadi kerja kita,
karena ini adalah identitas kita sebagai Umat Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dan Amanah dari Allah Ta’ala. Dan semua nikmat di dunia ini akan
dihisab oleh Allah Ta’ala termasuk Nikmat terbesar umat ini yaitu kerja Dakwah.
Sahabat
karena telah menjadikan Kerja, Fikir, dan Maksud Nabi menjadi Kerja, Fikir, dan
Maksud hidup mereka, maka kemuliaanpun dan kejayaan Allah datangkan di bawah
kaki mereka. Bilal radhiyallahu anhu sebelumnya menjadi budak lalu
meninggal sebagai Gubernur di Yaman. Jaman Umar radhiyallahu anhu,
Romawi dan Persia beserta kemewahannya takluk dibawah kaki Umar radhiyallahu
anhu.
Allah
berfirman :
الَّذِينَ
آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ
أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ يُبَشِّرُهُمْ
رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ
مُقِيمٌ
“Orang-orang
yang beriman dan berhijrah serta berjuang di jalan Allah dengan harta dan diri
mereka adalah lebih tinggi derajat mereka di sisi Allah, dan mereka itulah yang
mendapatkan kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan
rahmat dari padaNya, keridhoanNya, dan Surga, mereka memperoleh didalamnya
kesenangan yang kekal.” (QS. At Taubah : 20-21 )
Sahabat
telah korbankan segala-galanya, anak, istri, harta, dan diri mereka agar kita
dapat selamat dari adzab Allah, tetapi lihat kini apa yang kita lakukan, hanya
duduk saja sibuk dengan urusan kita masing-masing, tidak ada waktu sama sekali
buat agama. Apa yang akan kita katakan nanti kepada mereka jika bertemu dengan
para Sahabat. Bagaimana Jika sahabat tidak buat kerja Agama. Apa yang terjadi
jika kita tidak memeluk Islam pada hari ini, ketika Mati Allah buang kita ke
neraka selama-lamanya. Bagaimana perasaan orang yang dilempar Allah ke dalam
Neraka selama-lamanya karena kita belum sempat menyampaikan perkara ini
kepada mereka.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam menangisi kita tiap hari dan selalu mendo’akan
kita hingga kakinya bengkak bengkak dan matanya menjadi sembab karena
kebanyakan menangis. Ketika hidupnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
sudah mengatakan kita sebagai kekasih dan mereka yang lebih beruntung dari
Sahabat, yang Imannya paling afdhol, karena mereka tidak pernah melihat Aku dan
mukjizatku kata nabi, tetapi mereka beriman kepadaku.
Kitalah
yang dirindukan dan dirisaukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
siang dan malam dalam do’anya. Sebelum beliau wafat menjelang sakaratul maut
yang di ingatnya adalah umatnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bekata kepada Jibril jika ini sakit yang dirasakan umatku maka timpakanlah
seluruh sakit umatku sampai hari kiamat kepadaku saja. Inilah fikir dan risau
Nabi. Sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam wafat kata-kata terakhir
yang keluar dari mulut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah
“ummati…ummati : umatku, umatku”.
Ketika
dibangkitkan yang diingat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pertama kali
adalah umatnya, bukan istrinya, keluarganya, sahabatnya tetapi umatnya. Ketika
umat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berjatuhan di shirath seperti
hujan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menunggu di ujung shirath
sambil bersujud kepada Allah berdo’a : Selamatkan umatku, selamatkan umatku ya
Allah. Inilah fikir dan risau Nabi terhadap kita. Jika kita duduk-duduk saja
nanti ketemu nabi apa yang akan kita katakan kepadanya.
Allah
telah mudahkan agama ini untuk kita, beda dengan sahabat yang harus menjalankan
agama dengan sempurna 100%. Tetapi kalau kita dalam sebuah mahfum hadits hanya
dengan 10% saja sudah bisa menjadi asbab kita mendapat pertolongan dari
Allah Ta’ala. Tetapi cara dan modelnya harus sama dengan sahabat. 10% dari 1
tahun adalah 40 hari, 10 persen dari 1 bulan adalah 3 hari. 10% dari 24 jam
adalah 2.5 jam, dan ini yang harus kita jaga minimal. Yang penting adalah
keistiqomahan kita untuk menjaga 10% waktu kita buat agama Allah. Sehingga
Fikir Nabi dan Risau Nabi selalu ada dalam diri kita dan ummat manusia.
Kalau
kita hanya duduk saja dalam ta’lim, tanpa dakwah mendatangi ummat, maka kita
belum amalkan kesempurnaan agama, karena Rasulullah dan para sahabat semuanya
disamping ta’lim tiap hari, mereka semua dakwah setiap hari. Maka kita jadikan
diri kita setiap hari duduk dalam ta’lim agar kita selalu bergairah dalam amal
agama dan mengamalkan agama menurut cara yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. Tiap hari pula kita buat dakwah minimal 2,5 jam untuk
menunaikan hak ummat, saling ingat mengingatkan (watawaa shaubil haq watawaa
shaubish shabri), sehingga agama juga diamalkan oleh saudara kita yang belum
amal agama atau masih dalam keadaan lalai. Disamping itu pula untuk
mengingatkan agar semua manusia melaksanakan tugasnya sebagai da’i.
Hari ini mereka yang
boleh jadi setiap hari duduk dalam ta’lim dan kadang menyalahkan orang yang
buat dakwah, ketahuilah bahwa anda punya kewajiban juga buat dakwah setiap
hari. Kalau anda tidak melaksanakan dakwah seperti dicontohkan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dan para sahabat radhiyallahu anhum, berarti anda
telah meninggalkan sunnah Nabimu. Dan berarti pula anda telah meninggalkan
petunjuk Nabimu, sebagai penerus perjuangan, pengorbanan diri dan harta, fikir
dan risau serta tangisan dan doa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk
ummat. Ini juga termasuk dosa, karena tanggung jawab dakwah yang telah
dipikulkan kepada ummat (dan kita termasuk ummat Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam) telah kita lalaikan. Apalagi anda menentang orang yang buat
dakwah, dan ini menunjukkan anda semakin jauh dari petunjuk, walaupun anda
menyangka mendapat petunjuk Allah. Pada hari kiamat kelak anda akan mengetahui
bahwa anda telah meninggalkan kewajiban dakwah dan penentang orang yang buat
dakwah. Dan anda memperolok-oloknya. Ingatlah firman Allah :
يَا
حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ
يَسْتَهْزِئُونَ
“Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada
datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu
memperolok-olokkannya.” (QS. Yasin : 30)
وَمَا يَأْتِيهِمْ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا
كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
“Dan
tiada seorang nabipun datang kepada mereka melainkan mereka selalu
memperolok-olokkannya.” (QS. Az Zukhruf : 7)
Dan
tidak ada seseorang Nabi pun yang datang kepada mereka, melainkan mereka
mempersenda dan mengejek-ejeknya.
And
never came there a prophet to them but they mocked him.
だが預言者が来る度に,かれらは嘲笑しないことはなかった。
每有先知来临他们的时候,他们都加以愚弄。
Renungkanlah
:
Ketika Allah berkenan menghadirkan
seorang rasul/nabi (dimana nabi tersebut adalah seorang dai) di muka bumi, ada
beberapa tanda yang dihadirkan-Nya. Tanda-tanda tersebut adalah sbb:
1. PERPECAHAN UMAT.
Wahai manusia, sesungguhnya telah
datang Rasul itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka
berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka
kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena sesungguhnya apa yang di
langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisaa’ 4:170)
Hai anak-anak Adam, jika datang
kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku,
maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Dan
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya,
mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-A’raaf
7:35-36)
Dengan kata lain, kehadiran para rasul akan memperjelas siapa yang beriman dan siapa yang kafir.
Dengan kata lain, kehadiran para rasul akan memperjelas siapa yang beriman dan siapa yang kafir.
2. KEHADIRAN MEREKA DISIA-SIAKAN.
Dan tidak datang seorang rasulpun
kepada mereka, melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya. (QS. Al-Hijr
15:11)
Alangkah besarnya penyesalan terhadap
hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasulpun kepada mereka melainkan mereka
selalu memperolok-olokkannya. (QS. Yaa Siin 36:30)
Demikianlah tidak seorang rasulpun
yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka
mengatakan: “Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila.” (QS.
Adz-Dzaariyaat 51:52)
Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah). (QS. Al-Baqarah 2:101)
Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah). (QS. Al-Baqarah 2:101)
Apabila datang sesuatu ayat kepada
mereka, mereka berkata: “Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami
yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah“. Allah
lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. Orang-orang yang
berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras
disebabkan mereka selalu membuat tipu daya. (QS. Al-An’aam 6:124)
Dan apabila mereka dipanggil kepada
Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka,
tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang. Tetapi jika keputusan itu
untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada rasul dengan patuh. (QS.
An-Nuur 24:48-49)
3. IRI DAN DENGKI.
Alangkah buruknya (hasil perbuatan)
mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah
diturunkan Allah, karena DENGKI bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa
yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka
sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang
menghinakan. (QS. Al-Baqarah 2:90)
Manusia itu adalah umat yang satu.
(setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi
peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi
keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah
berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada
mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang
nyata, karena DENGKI antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk
orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan
itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Baqarah 2:213)
Kemudian sesudah rasul-rasul itu, Kami
utus Musa dan Harun kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya, dengan (membawa)
tanda-tanda (mu’jizat-mu’jizat) Kami, maka mereka menyombongkan diri dan mereka
adalah orang-orang yang berdosa. (QS. Yuunus 10:75)
Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di
antara kaumnya menjawab: “Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu,
yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari kamu. Dan kalau
Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat. Belum pernah
kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang kami yang
dahulu. (QS. Al-Mu’minuun 23:24)
Nabi mereka mengatakan kepada mereka:
“Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.” Mereka menjawab:
“Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan
pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup
banyak?” Nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan
menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan
pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas
pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah 2:247)
4. MUSUH.
4. MUSUH.
Dan demikianlah Kami jadikan bagi
tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan
jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu
menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan
apa yang mereka ada-adakan. (QS. Al-An’aam 6:112)
Demi Allah, sesungguhnya Kami telah
mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan
menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka
syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat
pedih. (QS. An-Nahl 16:63)
…Dan sesungguhnya telah datang kepada
mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas,
kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas
dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. (QS. Al-Maa-idah 5:32)
…Apakah setiap datang kepadamu seorang
rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu
kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan
beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? (QS. Al-Baqarah 2:87)
…Katakanlah: “Sesungguhnya telah
datang kepada kamu beberapa orang rasul sebelumku membawa keterangan-keterangan
yang nyata dan membawa apa yang kamu sebutkan, maka mengapa kamu membunuh
mereka jika kamu adalah orang-orang yang benar“. (QS. Ali ‘Imraan 3:183)
Dan mereka heran karena mereka
kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan
orang-orang kafir berkata: “Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak
berdusta“. (QS. Shaad 38:4)
5. PENDERITAAN DAN KESENGSARAAN.
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus
(rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka
dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada
Allah) dengan tunduk merendahkan diri. (QS. Al-An’aam 6:42)
Kami tidaklah mengutus seseorang
nabipun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu),
melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya
mereka tunduk dengan merendahkan diri. (QS. Al-A’raaf 7:94)
6. AZAB.
…Kami tidak akan meng’azab sebelum
Kami mengutus seorang rasul. (QS. Al-Israa’ 17:15)
Maka (masing-masing) mereka
mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang
sangat keras. (QS. Al-Haaqqah 69:10)
Sehingga apabila para rasul tidak
mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa
mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu
diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa
Kami dari pada orang-orang yang berdosa. (QS. Yuusuf 12:110)
Dan sesungguhnya telah datang kepada
mereka seorang rasul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya; karena
itu mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (QS.
An-Nahl 16:113)
Orang-orang yang sebelum mereka telah
mendustakan (rasul-rasul), maka datanglah kepada mereka azab dari arah yang
tidak mereka sangka. (QS. Az-Zumar 39:25)
Dan sesungguhnya telah datang kepada
mereka seorang rasul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya; karena
itu mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (QS.
An-Nahl 16:113)
Yang demiklan itu adalah karena telah
datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata
lalu mereka kafir; maka Allah mengazab mereka. Sesungguhnya Dia Maha Kuat lagi
Maha Keras hukuman-Nya. (QS. Al-Mu’min 40:22)
Maka tatkala datang kepada mereka
rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa keterangan-keterangan,
mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka
dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu. (QS. Al-Mu’min
40:83)
7. KEMENANGAN.
Allah telah menetapkan: “Aku dan
rasul-rasul-Ku pasti menang“. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
(QS. Al-Mujaadilah 58:21)
Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya
(dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk
dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak
menyukai. (QS. At-Taubah 9:33)
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan
membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala
agama-agama meskipun orang musyrik membenci. (QS. Ash-Shaff 61:9)
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan
membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama.
Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (QS. Al-Fath 48:28)
Dan barang siapa yang taat kepada
Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka
adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. (QS. An-Nuur 24:52)
Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya
Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan
barangsiapa menta’ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar. (QS. Al-Ahzaab 33:70-71)
Subhanallah.. tulisan ini membuat hati saya lapang, Selama ini saya ingin berdakwah tapi tidak bisa karena saya tidak hafal al-qur'an dan hadist. Tapi sekarang,saya mengerti arti dakwah.. Semoga allah melimpahkan kebaikan kepada anda
BalasHapus