Cat Stevens ketika jadi artis
Berubah menjadi Yusuf Islam Dalam Dakwah
DUNIA TELAH BERUBAH
Ketika
pertama kali Syech Ilyas rahmatullah ‘alaih melepas jamaah dakwah orang
orang Mewat tahun 1930 an, untuk Khuruj fi Sabilillah sebanyak 7 Orang, pertama
kali dihantar Oleh Syech Ilyas rahmatullah ‘alaih sendiri, setelah
sepuluh tahun buat Usaha. Maka beliau katakan : Dunia telah berubah !!.
Kata para Masyaich : Bukan dunia yang berubah, tetapi hati hati manusia mulai dirubah
oleh Allah subhanahu wa ta’ala dari kecintaan kepada dunia dan
meninggalkannya untuk menyebarkan agamanya Allah.
Sampai
saat ini tahun 2013, dakwah yang telah diusahakan oleh Syech Ilyas rahmatullah
‘alaih ini telah merambah ke seluruh dunia. Hampir setiap tempat telah
dilalui oleh jamaah dakwah dan tabligh. Banyak masjid dan mushalla dikunjungi.
Dari masjid dan mushalla tersebut disebar untuk menyampaikan pentingnya dakwah
dan tabligh pada setiap orang baik yang ada di rumah atau di jalanan atau di
tempat pekerjaan mereka. Disampaikan betapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan para sahabatnya dahulu telah buat usaha dakwah sehingga
amal agama mereka menjadu sempurna dan Islam tersebar ke seluruh alam dan
diikuti serta dipeluk oleh kita ummat Islam sekarang ini. Namun begitu banyak
juga diantara orang Islam sendiri yang merasa aneh dan asing dengan orang yang
buat dakwah tersebut, sebagaimana dahulu dikerjakan Nabi dan sahabat.
Orang
yang buat kerja dakwah yang notabene sebenarnya mereka mencontoh bagaimana
dakwah Nabi dan sahabat, telah dikatakan sebagai membuat ajaran baru yang tidak
pas lagi untuk jaman modern sekarang ini. Bahkan yang lebih aneh lagi, mereka
yang tiap hari membuat kajian al Quran dan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam telah membuat suatu criteria bahwa orang yang buat usaha dakwah
dan tabligh sebagai orang yang telah membuat BID’AH, yang tidak dicontohkan
Nabi, yang katanya pelakunya akan masuk neraka. Na’udzubillah min dzalik.
Dan banyak pula yang sinis, tiak senang, dan mencemooh, disamping banyak pula
yang mencintai, membantu dan minimal simpati dengan orang yang buat usaha
dakwah dan tabligh.
Kita
hanya bisa berdoa semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan hidayah
dan inayahnya kepada kita yang telah buat usaha dakwah dan tabligh, yang
simpati dan yang membantunya dan juga kepada mereka yang saat ini masih
mencemooh, mencela, menyesatkan, membid’ahkan, dan bahkan mengkafirkan terhadap orang yang
buat usaha dakwah dan tabligh. Berikan seluruh manusia dan jin hidayah ya
Allah…dan jadikan kami sebagai asbab hidayah bagi seluruh manusia. Berilah
kefahaman kepada saudara kami yang tidak senang dengan dakwah ini ya Allah,
betapa pentingnya dakwah dan sebagai tanggungjawabnya. Istiqamahkan kami dalam
usaha dakwah dan tabligh, dan tambahkan lagi pengorbanan kami dalam usaha
dakwah dan tabligh, sehingga kami bias datang ke ujung-ujung dunia untuk
sampaikan keagunganMu, kebesaranMu, kehebatanMu, serta seluruh sifat baikMu
kepada seluruh manusia. Jadikan dakwah menjadi maksud hidup kami dan mati dalam
dakwah. Amin………
Gito Rolies Saat jadi Artis
Gito Rolies dalam Dakwah
Hadits
Mengenai Orang yang Dianggap Asing atau Aneh.
Dari
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
بَدَأَ الْإِسْلَامُ
غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam muncul dalam
keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah
orang-orang yang terasingkan itu.” (HR. Muslim no. 208)
Dalam
riwayat lain, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
اِنَّ اْلاِسْلاَمَ بَدَأَ غَرِيْبًا وَ
سَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ، فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ
اللهِ، وَ مَا اْلغُرَبَاءُ؟ قَالَ: اَلَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ عِنْدَ فَسَادِ
النَّاسِ. و فى رواية، فَقَالَ: اَلَّذِيْنَ يُحْيُوْنَ مَا اَمَاتَ النَّاسُ مِنْ
سُنَّتِى. مسلم و ابن ماجه و الطبرانى
“Sesungguhnya Islam itu pada mulanya datang dengan asing (tidak umum), dan akan kembali dengan asing lagi seperti pada mulanya datang. Maka berbahagialah bagi orang-orang yang asing“. Beliau ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu ?”. Beliau bersabda, “Mereka yang berbuat kebaikan dikala rusaknya manusia”. Dan di lain riwayat beliau ditanya (tentang orang-orang yang asing), beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang menghidup-hidupkan apa-apa yang telah dimatikan manusia daripada sunnahku”. [HR. Muslim, Ibnu Majah dan Thabrani]
“Sesungguhnya Islam itu pada mulanya datang dengan asing (tidak umum), dan akan kembali dengan asing lagi seperti pada mulanya datang. Maka berbahagialah bagi orang-orang yang asing“. Beliau ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu ?”. Beliau bersabda, “Mereka yang berbuat kebaikan dikala rusaknya manusia”. Dan di lain riwayat beliau ditanya (tentang orang-orang yang asing), beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang menghidup-hidupkan apa-apa yang telah dimatikan manusia daripada sunnahku”. [HR. Muslim, Ibnu Majah dan Thabrani]
“Bada-al Islaamu ghariiban wa saya’uudu kamaa
bada-a ghariiban” (Datangnya
Islam itu asing dan akan kembali asing seperti datangnya.) Sebagai akibatnya
orang yang mengamalkan ajaran Islam, mendakwahkan agama Islam seperti cara Nabi
shallallahu
‘alaihi wasallam
akan terasing di tengah-tengah masyarakatnya sendiri.
Ketika
awal-awal diangkat menjadi Rasul, maka pertama kali beliau shallallahu
‘alaihi wasallam usaha dakwah mengajak kepada Allah. Pada
waktu itu belum ada kewajiban shalat 5 waktu, puasa, zakat dan haji. Kita tahu
betapa beliau shallallahu
‘alaihi wasallam ditolak,
diasingkan, dikucilkan, dilempari bangkai dan batu dan bahkan diusir. Namun
demikian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tetap buat dakwah dengan
penuh keyakinan, sehingga dicapai kejayaan Islam. Pada masa Umar bin Khatthab radhiyallahu
‘anhu menjadi Amirul Mi’minin, 2/3 dunia ikuasai oleh Islam. Demikian
juga sekarang ketika usaha dakwah kembali dihidupkan untuk mengembalikan ummat
kepada kejayaan Islam, maka ummat merasa asing dengan dakwah dan mereka yang
buat usaha dakwah dan tabligh merasa terasing,
terpinggirkan dan terkucilkan
Akan
tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menyampaikan berita gembira dengan kebahagiaan bagi orang-orang yang terasing: “Fatuubaa
lighuraba” (Berbahagialah orang-orang yang terasing.) Siapakah orang-orang
yang terasing itu? Menurut sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
mereka itu adalah orang-orang yang berbuat kebaikan di tengah kerusakan
manusia.
Makna
Thuuba
Thuuba
dalam
hadits di atas ditafsirkan secara berbeda, sebagian ulama menafsirkannya dengan
nama pohon di surga, sebagian mengatakan ia adalah kebaikan yang banyak,
sebagian mengatakan ia adalah surga. Akan tetapi, semua makna tersebut adalah
benar. Seorang muslim yang teguh di atas agamanya, dia meneruskan kerja Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam mendakwahkan dan menyampaikan agama dengan berpegang pada
tuntunan Nabinya yang suci, di saat manusia sudah melupakan tuntunan tersebut,
walaupun dia dicela, dihina, diasingkan karena melaksanakan agama Allah maka
Dia akan menyiapkan baginya kebaikan yang sangat banyak.
Namun
berbahagialah orang yang asing, karena menegakkan sunnah di masa seperti ini
Allah menjanjikan pahala 50 kali pahala para sahabat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam.
عَنْ اَبِى
اُمَيَّةَ الشَّعْبَانِيّ، قَالَ: سَأَلْتُ اَبَا ثَعْلَبَةَ اْلخُشَنِيَّ
فَقُلْتُ: يَا اَبَا ثَعْلَبَةَ، كَيْفَ تَقُوْلُ فِى هذِهِ اْلايَةِ عَلَيْكُمْ
اَنْفُسَكُمْ. قَالَ: اَمَا وَ اللهِ لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْهَا خَبِيْرًا سَأَلْتُ
عَنْهَا رَسُوْلَ اللهِ ص فَقَالَ: بَلْ اِئْتَمِرُوْا بِاْلمَعْرُوْفِ وَ
تَنَاهَوْا عَنِ اْلمُنْكَرِ حَتَّى اِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا وَ هَوًى
مُتَّبَعًا وَ دُنْيَا مُؤْثَرَةً فَاِعْجَابَ كُلّ ذِى رَأْيٍ بِرَأْيِهِ
فَعَلَيْكَ يَعْنِى بِنَفْسِكَ وَ دَعْ عَنْكَ اْلعَوَامَّ، فَاِنَّ مِنْ
وَرَائِكُمْ اَيَّامَ الصَّبْرِ. الصَّبْرُ فِيْهِ مِثْلُ قَبْضٍ عَلَى اْلجَمْرِ،
لِلْعَامِلِ فِيْهِمْ مِثْلُ اَجْرِ خَمْسِيْنَ رَجُلاً يَعْمَلُوْنَ مِثْلَ
عَمَلِهِ. وَ زَادَانِى غَيْرُهُ. يَا رَسُوْلَ اللهِ،
اَجْرُ خَمْسِيْنَ مِنْهُمْ؟ قَالَ: اَجْرُ خَمْسِيْنَ مِنْكُمْ. ابو داود
“Dari
Abu Umayyah Asy-Sya‘baniy, ia berkata : Saya pernah bertanya kepada Abu
Tsa‘labah, aku bertanya, “Hai Abu Tsa‘labah, bagaimana pendapatmu tentang ayat
‘alaikum anfusakum ? - Al-Maaidah : 105“. Ia berkata, “Demi Allah, sungguh
kamu menanyakan sesuatu yang aku pernah menanyakannya kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam
“, beliau bersabda, “Tetapi hendaklah kalian amar
ma‘ruf dan nahi munkar, sehingga apabila kamu melihat kebakhilan ditha‘ati,
hawa nafsu diikuti, keduniaan telah mewarnai, dan orang bangga dengan
pendapatnya, maka wajib atasmu (yakni menjaga dirimu), tinggalkanlah keumuman
orang, karena akan datang di belakang kalian hari-hari keshabaran. Shabar pada
waktu itu seperti orang yang menggenggam bara api. Bagi orang yang melakukan
(amar ma‘ruf nahi munkar) di tengah-tengah mereka pada hari itu akan mendapat
pahala lima puluh orang yang beramal seperti dia“. Perawi berkata : Dan
menambahkan kepadaku selain dia, ia berkata, “Ya Rasulullah, apakah pahala lima
puluh orang dari mereka ?“. Beliau menjawab, “Pahala lima puluh orang dari
kalian“. [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 123]
Catatan
:
Dalam
hadits di atas, ada kata-kata “dan orang bangga dengan pendapatnya”,
saya jadi takut, jangan-jangan itu mengenai saya, karena saya telah menulis
banyak pendapat dalam blog ini. Mudah-mudahan Allah memberikan petunjuk kepada
saya, sehingga saya menulis bukan untuk membanggakan diri dan saya niatkan
karena Allah. Tulisan ini semoga bermanfaat bagi peningkatan iman saya dan juga
siapa saja yang mau mengambil pelajaran.
Kenapa
Yang Dianggap Asing adalah Orang yang Buat Kerja Dakwah ?
Jawabannya
adalah : Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا
تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ
بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا
يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ
“Jika kalian berjual-beli dengan
cara ‘inah (salah satu bentuk riba, -pen), kalian memegang ekor-ekor sapi,
ridho dengan bercocok tanam, dan meninggalkan jihad, maka Allah akan
menimpakan kepada kalian suatu kehinaan yang tak akan dicabut oleh Allah sampai
kalian kembali kepada agama kalian“. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya
(3462).
Ketika
dakwah telah ditinggalkan banyak sekali kerusakan-kerusakan, yaitu orang mulai
cinta kepada selain Allah, cinta kepada perdagangannya, cinta kepada ternaknya,
cinta kepada pertaniannya, sehingga tidak mau berkorban dengan diri dan harta
untuk berjihad mendakwahkan agama. Selanjutnya ibadah mulai ditinggalkan,
ibadah tidak seperti yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Selanjutnya mulai tumbuh subur kemaksiatan dan bahkan kemaksiatan
tersebut difasilitasi dengan dibuat peraturan dan hukum yang dibuat oleh Negara,
demi kemanusiaan walaupun bertentangan dengan aturan atau syariat agama Islam.
Dan puncaknya banyak orang Islam keluar dari agama Islam alias murtad.
Apabila
kerja dakwah diusahakan dengan sungguh-sungguh, maka iman mulai tumbuh kemudian
berkembang meningkat sesuai dengan pengorbanan dalam kerja dakwah tersebut,
baik pengorbanan diri dan hartanya. Dengan iman yang sempurna maka akan mudah
amal agama secara sempurna. Allah berfirman :
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا
وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ
الصَّادِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka
itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al Hujurat : 15)
Untuk menjelaskan bahwa orang yang dianggap asing oleh kebanyakan
manusia atau ummat Islam, adalah kerja dakwah, maka perlu penjelasan yang tidak
bisa dijelaskan secara singkat, apalagi hanya dalam tulisan seperti ini. Hal
ini diperlukan pula hidayah dari Allah. Sebagaimana dahulu ketika Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam sendiri yang buat kerja dakwah pada awal beliau diangkat
menjadi Rasul, maka tidak langsung membuat orang Arab (orang Quraisy), memahami
apa yang dikehendaki oleh Allah dan RasulNya. Sehingga beliau ditentang,
dihalangi, diintimidasi, ditakut-takuti dan sebagainya. Manusia pada waktu itu merasa
asing dengan apa yang didakwahkan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Mereka fikir kenapa yang dakwah adalah Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, bukan seorang raja, bukan tokoh masyarakat, bukan
pemimpin orang Quraisy bahkan bukan malaikat dan sebagainya. Oleh karena itu
hanya sebagian kecil saja yang mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mau diikuti dakwahnya
karena merasa asing dan aneh. Namun demikian Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam melaksanakan kerja dakwah penuh dengan keyakinan bahwa hal
tersebut harus dilaksanakan karena perintah Allah subhanahu wa ta’ala.
Demikian pula saat ini, orang yang buat kerja dakwah banyak dari
kalangan orang yang disebut awam, sebagian kecil saja yang ulama, kyai atau
ustadz. Bahkan tidak sedikit yang mantan residivis, mantan preman dan
orang-orang yang tidak begitu menonjol dalam ilmu agama Islam. Ketika mereka
buat kerja dakwah, maka celaan, halangan, penentangan dan sampai dikatakan
sebagai orang yang sesat, bid’ah dan kafir. Dakwah yang dulu dibuat Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dan para sahabat, saat ini dihidupkan kembali menjadi
asing dan aneh. Tetapi anehnya pula, para pekerja dakwah tersebut, tetap
melaksanakan kerja dakwah dengan penuh percaya diri dan keyakinan, tidak takut
kepada siapapun, dan hanya takut kepada Allah. Hal ini karena merasa bahwa yang
memerintahkan kerja dakwah ini adalah Allah subhanahu wa ta’ala.
Bahkan
Allah mensifati mereka dalam Al-Quran,
إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ
الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي
كُنْتُمْ تُوعَدُون نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا
تَدَّعُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:
“Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka
dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung kalian
dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu
inginkan dan apa yang kamu minta.” (QS. Fushilat 30-31)
Orang
yang berpegang teguh dengan agama Islam dan usaha mendakwahkan, memperjuangkan,
meninggikan dan menyebarkan agama Islam walaupun dalam keterasingannya, tidaklah
mendapatkan kejelekan sedikitpun, sebanyak apapun orang yang mencela dan membid’ahkan
mereka. Dari Tsauban radhiallahu anhu -dan ini adalah hadits mutawatir-
dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا تَزَالُ
طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ
خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
“Senantiasa
ada sekelompok ummatku yang dimenangkan atas kebenaran, tidak akan
membahayakannya orang yang memusuhinya hingga hari kiamat sedangkan mereka
tetap seperti itu.” (HR.
Muslim no. 3544)
Keterasingan
mereka hanya di antara kebanyakan manusia, sementara kebanyakan manusia itu
sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan:
وإن تطع
أكثر من في الأرض يضلوك عن سبيل الله
“Jika
kamu menaati kebanyakan manusia di bumi niscaya mereka akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah.” (QS. Al An’am : 116)
Contoh
Kisah 1.
Ada
seorang Raja sakit kanker hidung, Tabib katakan : Raja bisa sembuh asal
hidungnya dipotong. Raja fikir dari pada mati tak jadi raja, mendingan potong
hidung saja. Maka jadilah ia raja tanpa hidung.
Waktu
raja berpidato depan mentrinya, suaranya jadi lucu dan para mentri tertawa.
Raja marah dan buat peraturan. Kalau masih mau jadi mentri maka harus potong
hidung semua !!
Suatu
saat Raja dan mentri berpidato didepan Rakyatnya. Semua rakyat tertawa karena
suara mereka lucu. Raja marah buat peraturan “ Kalau ingin jadi rakyatnya
tinggal di daerahnya maka harus potong hidung !! “Akhirnya semua rakyat potong
hidung, maka jadilah negeri tanpa hidung. Setiap generasi lahir dipotong
hidungnya sampai beberapa generasi, negeri tersebut sudah biasa tanpa hidung.
Suatu
waktu ada orang normal datang ke negeri tersebut, maka hal ini jadi aneh bagi
orang negeri tersebut sambil berkata, ”Idiih lucu!! Ada orang kok mukanya ada
daging / ada hidung...”
Tuan
tuan wajar hal ini terjadi justru yang normal yang dikatakan aneh, padahal
mereka yang sakit dan aneh.
Hari
ini.. orang merasa aneh melihat ada orang tinggalkan anak istri buat agama.
Kalau buat pergi berlayar, bekerja di Arab kagak aneh. Padahal kehidupan
sahabat demikian rupa bahkan aib kalau ada sahabat mati di rumah, tidak pergi
buat dakwah.
Sayangnya
orang selalu katakan kalau kamu khuruj fi sabilillah maka bagaimana dengan anak
istri kamu?, Hari ini hampir tak ada yang mengatakan : “Kalau kamu tak
berangkat khuruj bagaimana nanti perasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam ketika nanti jumpa kamu” ??
Ingatlah!!!
Bahwa kita akan berjumpa dengan Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam di akherat, bagaimana jika kita biarkan
hati Rasulullah terluka melihat keadaan umatnya yang jauh dari ajarannya
sementara kita enak makan tidur di rumah bersama keluarga seperti hewan.
Laihatlah
siklus hidup hewan, dia punya anak, kemudian anaknya diajar cari makan, anaknya
besar kawin, makan tidur kemudian punya anak lagi, diajari cari makan lagi,
kawin lagi. Tak pernah fikirkan perintah Allah subhanahu wa ta’ala,
bagaimana dia dapat amalkan agama dan juga orang lain mampu amalkan agama.
Abu
Ishaq al Ashfani rahmatullah ‘alaih seorang ulama tanah Hind ketika
melihat ahli dzikir yang hanya dzikir saja. Beliau rahmatullah ‘alaih
katakan : “Kamu seperti hewan kambing sibuk makan sendiri sementara teman
teman kamu disembelih, tak ada fikir orang lain”.
Contoh
Kisah 2
Seekor
harimau telah lahir di tengah-tengah sekumpulan kambing. Dia dipelihara oleh
induk kambing dan bermain-main dengan anak-anak kambing. Menjelang dewasa ia
merasa minder dengan tanduk yang tumbuk di kepala anak-anak kambing sedangkan
dirinya tidak bertanduk. Ia menyangka kalau tak ada tanduk tak menang jika
berkelahi dengan yang ada tanduk. Keyakinannya bahwa tanduk yang besar akan
kalahkan tanduk yang kecil. Anak harimau menjadi rendah diri dan takut kepada
kambing.
Tiba
tiba ketika dia berjalan seorang diri berjumpa dengan sekawanan harimau, maka
seekor harimau telah katakan kepadanya bahwa kamu adalah harimau, tetapi anak
harimau tadi katakan : tidak saya adalah kambing…” dia tak percaya akan dirinya
sendiri.
Harimau
lain katakan : kamu harimau! Kakuatan kamu bukan pada tanduk melainkan karena
cengkraman kuku kamu dan gigi taringmu, serta suara aumanmu.
Maka
untuk meyakinkan anak harimau itu dibawa ke tepi kolam dan disuruh liat
wajahnya, dikatakannya “ lihatlah wajahmu” bukankah mirip dengan kami?” Barulah
anak harimau itu sadar, kemudian ia dibawa oleh kumpulan harimau lain diajarkan
bagaimana gunakan kuku, taring, suara, dsb Selama tiga hari.
Lepas
tiga hari maka ia dikembalikan ke kawanan kambing, ketika ia berada ditengah
mereka, maka anak harimau itu mengaum dan larilah semua kambing-kambing
mendengar suara itu.
Begitulah
orang Islam kini telah lama berada ditengah-tengah kebesaran dunia orang kafir,
yang memiliki kerajaan dan kekayaan dan merasa minder karena apa yang ada pada
orang kafir tak ada pada dirinya.
Mereka
terhina, dicaci, dipukuli, diperangi tetapi tak bisa bebuat apa-apa karena
keyakinannya dan kecintaannya kepada yang tampak, yaitu dunia.
Mereka
menyakini kerajaan yang besar akan kalahkan yang kecil, tentara yang lengkap
dengan persenjataan akan kalahkan yang tak memiliki senjata, orang yang banyak
hartanya akan kalahkan orang yang miskin.
Barulah
ketika da’i da’i datang, beritahu mereka bahwa kekuatan kamu bukan karena asbab
dunia, kekayaan, kerajaan, dsb. Tetapi kekuatan kamu yang sebenarnya adalah
dalam keyakinan terhadap kalaimat LAA ILAAHA ILLALLAAH dan amal shaleh
yang dicontohkan nabi-nabi.
Awalnya
mereka tak percaya bagaimana mungkin melawan mal atau harta hanya dengan amal
agama. Tetapi setelah mereka dibawa keluar di jalan Allah dilatih menggunakan
dua senjata orang beriman yakni dakwah dan doa.
Pulang
keluar tiga hari mereka teriak kepada setiap orang “Allah Kuasa Makhluk
tak bisa apa-apa. Barulah suatu saat nanti, orang kafir, munafik, fasik tak
bisa lawan mereka.
Pengorbanan
Siti Khadijah radhiyallahu ‘anha dalam Dakwah.
Nabi
begitu lelah jumpa manusia dengan menghadapi caci maki dan fitnah manusia, sehingga
Nabi tertidur. Ketika itulah dengan belaian kasih saying, membelai kepala Nabi salallahu
'alaihi wassallam tidak terasa air mata Khadijah menetes di pipi Nabi.
Nabi
terbangun berkata ''Wahai Khadijah mengapa engkau menangis,? Adakah engkau
menyesal mempersuamikan aku Muhammad, dahulu engkau wanita bangsawan engkau
mulia engkau hartawan tetapi hari ini engkau telah dihina orang, Semua orang
telah menjauh darimu, seluruh hata kekayaanmu telah habis, adakah engkau
menyesal wahai Khadijah mempersuamikan aku (Muhammad)..?”
Khadijah
berkata “Wahai suamiku , wahai Nabi Allah bukan itu yang aku tangiskan,
dahulu aku memiliki kemuliaan, kemuliaan itu aku serahkan pada Allah dan
Rasul-Nya, dahulu mempunyai kebangsawanan, kebangsawanan itu aku serahkan pada
Allah dan Rasul-Nya, dahulu aku memiliki harta kekayaan dan kuserahkan juga
pada Allah dan Rasul-Nya.” Wahai Rasulullah sekarang aku tidak mempunyai
apa-apa lagi, tetapi engkau masih terus memperjuangkan Agama ini, “Wahai
Rasulullah sekiranya aku telah mati sedangkan perjuanganmu ini belum selesai
sekiranya engkau hendak menyebrangi sebuah sungai, lautan engkau tidak
mempunyai rakit atau jembatan maka engkau galilah lubang kuburku engkau gali
engkau ambil tulang belulangku engkau jadikanlah sebagai jembatan untuk
menyebrangi sungai itu untuk jumpa manusia ingatkan kepada mereka kebesaran
Allah ingatkan kepada mereka yang hak ajak mereka kepada Islam wahai
Rasulullah”.'
Seorang
suami yang agung, seorang istri yang agung, suami istri berpelukan sambil
menangis memikirkan Agama ini.
Pengorbanan
Sahabat dalam Dakwah.
Agama
tersebar hingga hari ini, kita kenal Allah bukan dengan mudah, Agama sampai
pada kehidupan kita, Agama sampai pada kampung kita, Agama sampai masuk kedalam
rumah-rumah kita, Agama sampai pada ke hati-hati kita. Bukan di bawa oleh
burung, bukan dibawah oleh angin, bukan dibawah oleh air sungai yang mengalir
tapi dibawah oleh pengorbanan Nabi dan para Sahabat, dibawah oleh para
janda-janda para sahabat, dibawah oleh yatim-yatim para sahabat.
Ulama
sampaikan, hari ini kita senang-senang amal Agama diatas penderitaan dan
jeritan janda-janda dan yatim-yatim para sahabat.
Hari
ini kita senang amal-amal Agama diatas penderitaan Khadijah radhiyallahu
anha..!!!
Kalaulah
hari ini kita tidak menghargai pengorbanan mereka apa yang harus kita jawab
dihadapan Allah kalaulah kita berjumpa Allah, apa yang kita jawab dihadapan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, apa yang kita jawab didepan Abu Bakar
radhiyallahu anhu, yang menghabiskan seluruh harta bendanya untuk Agama
ini, apalah yang akan kita jawab dihadapan ibu-ibu yang mulia kalau ibu jumpa dengan
sahabiyah'' yang mengorbankan suami nya syahid di jalan Allah, apa yang akan
kita jawab sekiranya kita jumpa anak-anak yatim para sahabat sedangkan mereka
yang telah menggerakan ayah'nya untuk memperjuangkan Agama ini.
Agama
sangat berhajat pada pengorbanan, Agama tidak akan tersebar dengan
tulisan-tulisan dan Agama tidak akan tersebar dengan bicara-bicara.
Agama
tidak akan pernah wujud dalam kehidupan kita tanpa mengorbankan diri kita,
sudah menjadi syarat Agama akan wujud melalui pengorbanan, hidayah akan datang
dalam diri kita melalui pengorbanan, Agama akan tersebar hidayah akan tersebar
diujung dunia melalui pengorbanan diri dan harta.
Allah
subhanahu wa ta’ala berirman :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ
أَقْدَامَكُمْ
''Hai
orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.'' (QS. Muhammad 7)
Dunia
akan berubah kalau setiap ummat Islam buat pengorbanan sebagai mana pengorbanan
yang telah dibuat oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para
sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
Perlu
Diketahui, Difikirkan dan Diusahakan.
1.
Kita semua orang Islam wajib buat kerja dakwah. Tinggal kita mau melaksanakan kerja
dakwah atau tidak. Yang mau kerja dakwah akan dimuliakan Allah, dan yang tidak
mau kerja, bagaimana dia akan mendapatkan upah dan balasan dari Allah. Gak mau
kerja kok ingin upah agar dimuliakan. Ini yang aneh…..
2.
Dakwah tidak harus punya ilmu yang banyak, asal dia Islam maka wajib buat kerja
dakwah. Apalagi yang sudah ada ilmu, tentu lebih utama lagi buat kerja dakwah,
untuk menjadi contoh di tengah-tengah ummat. Bukan malah semakin bertambah
ilmunya, membuat perpecahan diantara ummat, tetapi semakin takut dengan Allah,
untuk menyatukan ummat dalam kerja dakwah. Barangsiapa yang ada fikir bahwa
kerja dakwah dibuat kalau sudah punya ilmu banyak, bisa baca kitab kuning,
sudah bisa menafsirkan al Quran dan sebagainya, jangan-jangan dia adalah orang
yang menghijab orang lain buat kerja dakwah. Na’udzubillah min dzalik. Semoga
Allah mengampuninya dan memberikan kefahaman, karena hanyalah Allah yang bisa
memberikan kefahaman.
3.
Setelah buat kerja dakwah dan mengajak orang lain agar buat kerja dakwah, barulah
usaha juga terhadap ta’lim, kajian-kajian, dan majelis-mejelis ilmu. Kenapa?
Karena punya kewajiban juga untuk melaksanakan ibadah sesuai yang dicontohkan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Amal agama atau ibadah
yang diterima oleh Allah hanyalah amal yang sesuai contoh Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dan niat ikhlas karena Allah subhanahu wa ta’ala.
Kalau kita sekarang dakwah dengan ilmu (baca fiqih), jangan-jangan kita dakwah
dengan memecah belah ummat yang dosanya sangat besar disisi Allah.
Di
zaman nabi dan sahabat sudah ada perbedaan-perbedaan. Kalau sekarang kerja dakwah
dengan menyentuh perbedaan pendapat di tengah ummat, dan mau di seragamkan
sesuai dengan seleranya, ini akan memecah belah ummat. Dan akhirnya akan timbul
sifat syaithaniyyah, yaitu sombong, takabbur, ujub dan iri dengki kepada yang
lain dan merasa paling benar. Sifat merasa paling benar ini yang
menggelincirkan syaithan menjadi makhluk yang dilaknat dan dikutuk oleh Allah.
Ummat
hanya bisa disatukan dengan kerja dakwah dan pembicaraan iman kepada Allah.
Perbedaan selalu ada di tengah ummat dan dengan kerja dakwah perbedaan tersebut
semakin diminimalkan, sehingga walaupun berbeda dalam cara ibadah (tetapi
berpegangan dengan al Quran dan sunnah Nabi, cuma beda dalam menafsirkan atau
berijtihaj atau mengambil istimbath hukum), maka akan tetap dalam satu jamaah.
Tidak ada perasaan orang lain salah dan pasti neraka, sedangkan saya pasti
benar dan masuk syurga. Camkan….dari hamba Allah yang fakir ini.
4.
Ilmu dicari, dikaji, dipelajari, difikirkan dan yang paling penting setelah itu
ilmunya diamalkan. Ilmu yang tidak diamalkan seperti pohon yang tidak bisa
berbuah atau seperti wanita yang mandul. Amal tanpa ilmu akan tertolak. Setelah
memiliki ilmu, bukan untuk membandingkan dengan ilmu orang lain. Amal inilah
yang akan dinilai oleh Allah, dipersembahkan kepada Allah. Bahkan ada orang
beramal tetapi tidak mendapat apa-apa dari amalnya. Ingat banyak orang yang
berpuasa tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga saja,
karena puasanya tidak disertai ilmu bagaimana agar puasanya diterima oleh Allah.
Demikian juga amal yang lain.
Kita
harus berlomba-lomba dalam amal agama dari ilmu yang kita dapat. Ini namanya fastabiqul
khairat yang diperintahkan oleh Allah dan RasulNya. Kita beramal cuma niat
satu saja yaitu bagaimana amal yang saya laksanakan ini diterima oleh Allah.
Saya yakin amal sudah sempurna dan diterima oleh Allah, tetapi ada perasaan
kalau saya yang dhaif ini belum sempurna dalam amal seperti yang dikehendaki
Allah dan dicontohkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga ada usaha
sungguh –sungguh lagi, dan istiqamah di dalam amal. Karena Allah hanya menerima
amal yang ikhlas dan mengikuti contoh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Tanda amal ikhlas adalah istiqamah di dalam amal dan yakin dengan janji Allah, dan
besungguh-sungguh di dalam amal tersebut dengan perasaan ihsan, merasa dilihat
oleh Allah.
5.
Setelah amal-amal agama dilaksanakan dan istiqamah, barulah Allah akan
memberikan sifat-sifat yang baik pada kita. Timbul dalam dirinya sifat baik
sangka tidak mudah su’udzan, sifat kasih sayang pada semua makhluk tidak kaku
dan keras, sifat sabar tidak mudah mencela, sifat tawadhu’ tidak menonjolkan
diri, sifat syukur tidak mencari kesalahan orang lain, sifat menerima apa
adanya tidak mudah mengkambing hitamkan orang lain dan mencari kesalahan orang
lain, dan sebagainya.
Ciri
wajahnya suka tersenyum sebagaimana wajahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, tidak mudah cemberut. Demikian pula mudah bergaul dengan semua
orang yang berbeda sifat dan watak, karena tujuannya hanya satu, yaitu
bagaimana jumpa orang dan buat dakwah. Kemudian memberi tahu pada setiap orang
bahwa saya punya kewajiban dakwah dan semua orang punya tanggungjawab dakwah.
Ini namanya meneruskan sifat-sifat Rasulullah dan para sahabatnya, agar agama
Islam sampai pada semua orang dari timur ke barat di seluruh alam.
6.
Apakah sifat-sifat yang baik ini ada dalam diri kita? Mari kita usaha dan kerja
keras serta sunguh-sungguh, dan usaha tersebut sebenarnya tidak cukup walaupun
seumur hidup kita usaha, pasti belum sempurna. Oleh karena itu perbanyak juga
berdoa memohon kepada Allah agar selalu memberikan pertolongan kepada kita.
Kita merasa amal masih sedikit, kita merasa tiap hari selalu bergelimang dosa
karena kelalaian melaksanakan kewajiban kepada Allah, maka amal yang yang masih
belum sempurna ini semoga dinilai oleh Allah sebagai amal yang sempurna karena
usaha untuk mengikuti orang yang telah sempurna iman dan amalnya yaitu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum
ajma’in. Kemudian kita berharap semoga termasuk hambaNya yang mendapatkan ampunan dan maaf dari kesalahan
dan dosa-dosa. Amin
Khatimah.
Marilah
kita azzamkan dengan kuat dan sungguh-sungguh, bahwa kerja kita yang
sesungguhnya adalah kerja dakwah dan tabligh, berkorban dengan diri dan harta
untuk usaha dakwah dan tabligh, sampaikan agama pada setiap orang dan
menjadikan seluruh manusia mendapat hidayah Allah. Fikir dan usaha bagaimana
seluruh manusia terselamat dari adzab Allah dan semua masuk ke dalam syurga yang
didalamnya penuh dengan berbagai kenikmatan.
Ketinggian
apa lagi yang lebih tinggi daripada seorang pendakwah yang kerjanya mengajak
manusia agar masuk ke dalam syurga? Ini dahulu merupakan kerjanya para Nabi dan
Rasul, yang sekarang ini telah diberikan kepada kita sebagai ummat akhir zaman.
Insya Allah bersedia………..4 bulan di jalan Allah.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
BalasHapusIzin copas
ولسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
HapusSilahkan, dan boleh disharekan kepada siapa saja. Terimakasih banyak.......