Pages

Minggu, 29 Desember 2013

186. DAKWAH MERUBAH SUASANA DAN KEADAAN MENJADI BAIK

Penulis Blog


DUNIA TELAH BERUBAH
Ketika pertama kali Syaikh Ilyas rahmatullah ‘alaih melepas jamaah dakwah orang orang Mewat tahun 1930 an, untuk Khuruj fi Sabilillah sebanyak 7 Orang, pertama kali dihantar Oleh Syaikh Ilyas rahmatullah ‘alaih sendiri, setelah sepuluh tahun buat Usaha. Maka beliau katakan : Dunia telah berubah !!. Kata para Masyaikh : Bukan dunia yang berubah, tetapi hati hati manusia mulai dirubah oleh Allah subhanahu wa ta’ala dari kecintaan kepada dunia dan meninggalkannya untuk menyebarkan agamanya Allah.
Sampai saat ini tahun 2014, dakwah yang telah diusahakan oleh Syech Ilyas rahmatullah ‘alaih ini telah merambah ke seluruh dunia. Hampir setiap tempat telah dilalui oleh jamaah dakwah dan tabligh. Banyak masjid dan mushalla dikunjungi. Dari masjid dan mushalla tersebut disebar untuk menyampaikan pentingnya dakwah dan tabligh pada setiap orang baik yang ada di rumah atau di jalanan atau di tempat pekerjaan mereka. Disampaikan betapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya dahulu telah buat usaha dakwah sehingga amal agama mereka menjadi sempurna dan Islam tersebar ke seluruh alam dan diikuti serta dipeluk oleh kita ummat Islam sekarang ini. Namun begitu banyak juga diantara orang Islam sendiri yang merasa aneh dan asing dengan orang yang buat dakwah tersebut, sebagaimana dahulu dikerjakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallahm dan sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
Orang yang buat kerja dakwah yang notabene sebenarnya mereka mencontoh bagaimana dakwah Nabi dan sahabat, telah dikatakan sebagai membuat ajaran baru yang tidak pas lagi untuk jaman modern sekarang ini. Bahkan yang lebih aneh lagi, mereka yang tiap hari membuat kajian al Quran dan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah membuat suatu criteria bahwa orang yang buat usaha dakwah dan tabligh sebagai orang yang telah membuat BID’AH, yang tidak dicontohkan Nabi, yang katanya pelakunya akan masuk neraka. Na’udzubillah min dzalik. Dan banyak pula yang sinis, tidak senang, dan mencemooh, disamping banyak pula yang mencintai, membantu dan minimal simpati dengan orang yang buat usaha dakwah dan tabligh.
Kita hanya bisa berdoa semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan hidayah dan inayahnya kepada kita yang telah buat usaha dakwah dan tabligh, yang simpati dan yang membantunya dan juga kepada mereka yang saat ini masih mencemooh, mencela, menyesatkan, membid’ahkan,  dan bahkan mengkafirkan terhadap orang yang buat usaha dakwah dan tabligh. Berikan seluruh manusia dan jin hidayah ya Allah…dan jadikan kami sebagai asbab hidayah bagi seluruh manusia. Berilah kefahaman kepada saudara kami yang tidak senang dengan dakwah ini ya Allah, betapa pentingnya dakwah dan sebagai tanggungjawabnya. Istiqamahkan kami dalam usaha dakwah dan tabligh, dan tambahkan lagi pengorbanan kami dalam usaha dakwah dan tabligh, sehingga kami bisa datang ke ujung-ujung dunia untuk sampaikan keagunganMu, kebesaranMu, kehebatanMu, serta seluruh sifat baikMu kepada seluruh manusia. Kami niat dan memohon kekuatan agar dakwah menjadi maksud hidup kami dan mati dalam dakwah. Amin………
Hadits Mengenai Orang yang Dianggap Asing atau Aneh.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (HR. Muslim no. 208)
Dalam riwayat lain, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dia berkata:  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
اِنَّ اْلاِسْلاَمَ بَدَأَ غَرِيْبًا وَ سَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ، فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَ مَا اْلغُرَبَاءُ؟ قَالَ: اَلَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ عِنْدَ فَسَادِ النَّاسِ. و فى رواية، فَقَالَ: اَلَّذِيْنَ يُحْيُوْنَ مَا اَمَاتَ النَّاسُ مِنْ سُنَّتِى. مسلم و ابن ماجه و الطبرانى

“Sesungguhnya Islam itu pada mulanya datang dengan asing (tidak umum), dan akan kembali dengan asing lagi seperti pada mulanya datang. Maka berbahagialah bagi orang-orang yang asing“. Beliau ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu ?”. Beliau bersabda, “Mereka yang berbuat kebaikan dikala rusaknya manusia”. Dan di lain riwayat beliau ditanya (tentang orang-orang yang asing), beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang menghidup-hidupkan apa-apa yang telah dimatikan manusia daripada sunnahku”. [HR. Muslim, Ibnu Majah dan Thabrani]
“Bada-al Islaamu ghariiban wa saya’uudu kamaa bada-a ghariiban” (Datangnya Islam itu asing dan akan kembali asing seperti datangnya.) Sebagai akibatnya orang yang mengamalkan ajaran Islam, mendakwahkan agama Islam seperti cara Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam akan terasing di tengah-tengah masyarakatnya sendiri.
Ketika awal-awal diangkat menjadi Rasul, maka pertama kali beliau shallallahu ‘alaihi wasallam usaha dakwah mengajak kepada Allah. Pada waktu itu belum ada kewajiban shalat 5 waktu, puasa, zakat dan haji. Kita tahu betapa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ditolak, diasingkan, dikucilkan, dilempari bangkai dan batu dan bahkan diusir. Namun demikian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tetap buat dakwah dengan penuh keyakinan, sehingga dicapai kejayaan Islam. Pada masa Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu menjadi Amirul Mi’minin, 2/3 dunia ikuasai oleh Islam. Demikian juga sekarang ketika usaha dakwah kembali dihidupkan untuk mengembalikan ummat kepada kejayaan Islam, maka ummat merasa asing dengan dakwah dan mereka yang buat usaha dakwah dan tabligh merasa terasing, terpinggirkan dan terkucilkan.
Akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan berita gembira dengan kebahagiaan bagi orang-orang yang terasing: “Fatuubaa lilghuraba” (Berbahagialah orang-orang yang terasing.) Siapakah orang-orang yang terasing itu? Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim mereka itu adalah orang-orang yang berbuat kebaikan di tengah kerusakan manusia.
Makna Thuuba
Thuuba dalam hadits di atas ditafsirkan secara berbeda, sebagian ulama menafsirkannya dengan nama pohon di surga, sebagian mengatakan ia adalah kebaikan yang banyak, sebagian mengatakan ia adalah surga. Akan tetapi, semua makna tersebut adalah benar. Seorang muslim yang teguh di atas agamanya, dia meneruskan kerja Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendakwahkan dan menyampaikan agama dengan berpegang pada tuntunan Nabinya yang suci, di saat manusia sudah melupakan tuntunan tersebut, walaupun dia dicela, dihina, diasingkan karena melaksanakan agama Allah maka Dia akan menyiapkan baginya kebaikan yang sangat banyak.
Namun berbahagialah orang yang asing, karena menegakkan sunnah di masa seperti ini Allah menjanjikan pahala 50 kali pahala para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
عَنْ اَبِى اُمَيَّةَ الشَّعْبَانِيّ، قَالَ: سَأَلْتُ اَبَا ثَعْلَبَةَ اْلخُشَنِيَّ فَقُلْتُ: يَا اَبَا ثَعْلَبَةَ، كَيْفَ تَقُوْلُ فِى هذِهِ اْلايَةِ عَلَيْكُمْ اَنْفُسَكُمْ. قَالَ: اَمَا وَ اللهِ لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْهَا خَبِيْرًا سَأَلْتُ عَنْهَا رَسُوْلَ اللهِ ص فَقَالَ: بَلْ اِئْتَمِرُوْا بِاْلمَعْرُوْفِ وَ تَنَاهَوْا عَنِ اْلمُنْكَرِ حَتَّى اِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا وَ هَوًى مُتَّبَعًا وَ دُنْيَا مُؤْثَرَةً فَاِعْجَابَ كُلّ ذِى رَأْيٍ بِرَأْيِهِ فَعَلَيْكَ يَعْنِى بِنَفْسِكَ وَ دَعْ عَنْكَ اْلعَوَامَّ، فَاِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ اَيَّامَ الصَّبْرِ. الصَّبْرُ فِيْهِ مِثْلُ قَبْضٍ عَلَى اْلجَمْرِ، لِلْعَامِلِ فِيْهِمْ مِثْلُ اَجْرِ خَمْسِيْنَ رَجُلاً يَعْمَلُوْنَ مِثْلَ عَمَلِهِ. وَ زَادَانِى غَيْرُهُ. يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَجْرُ خَمْسِيْنَ مِنْهُمْ؟ قَالَ: اَجْرُ خَمْسِيْنَ مِنْكُمْ. ابو داود
Dari Abu Umayyah Asy-Sya‘baniy, ia berkata : Saya pernah bertanya kepada Abu Tsa‘labah, aku bertanya, “Hai Abu Tsa‘labah, bagaimana pendapatmu tentang ayat ‘alaikum anfusakum ? - Al-Maaidah : 105“. Ia berkata, “Demi Allah, sungguh kamu menanyakan sesuatu yang aku pernah menanyakannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam“, beliau bersabda, “Tetapi hendaklah kalian amar ma‘ruf dan nahi munkar, sehingga apabila kamu melihat kebakhilan ditha‘ati, hawa nafsu diikuti, keduniaan telah mewarnai, dan orang bangga dengan pendapatnya, maka wajib atasmu (yakni menjaga dirimu), tinggalkanlah keumuman orang, karena akan datang di belakang kalian hari-hari keshabaran. Shabar pada waktu itu seperti orang yang menggenggam bara api. Bagi orang yang melakukan (amar ma‘ruf nahi munkar) di tengah-tengah mereka pada hari itu akan mendapat pahala lima puluh orang yang beramal seperti dia“. Perawi berkata : Dan menambahkan kepadaku selain dia, ia berkata, “Ya Rasulullah, apakah pahala lima puluh orang dari mereka ?“. Beliau menjawab, “Pahala lima puluh orang dari kalian“. [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 123]
Catatan :
Dalam hadits di atas, ada kata-kata “dan orang bangga dengan pendapatnya”, saya jadi takut, jangan-jangan itu mengenai saya, karena saya telah menulis banyak pendapat dalam blog ini. Mudah-mudahan Allah memberikan petunjuk kepada saya, sehingga saya menulis bukan untuk membanggakan diri dan saya niatkan karena Allah. Tulisan ini semoga bermanfaat bagi peningkatan iman saya dan juga siapa saja yang mau mengambil pelajaran.
Kenapa Yang Dianggap Asing adalah Orang yang Buat Kerja Dakwah ?
Jawabannya adalah : Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ
Jika kalian berjual-beli dengan cara ‘inah (salah satu bentuk riba, -pen), kalian memegang ekor-ekor sapi, ridho dengan bercocok tanam, dan meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kepada kalian suatu kehinaan yang tak akan dicabut oleh Allah sampai kalian kembali kepada agama kalian“. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (3462).
Ketika dakwah telah ditinggalkan banyak sekali kerusakan-kerusakan, yaitu orang mulai cinta kepada selain Allah, cinta kepada perdagangannya, cinta kepada ternaknya, cinta kepada pertaniannya, sehingga tidak mau berkorban dengan diri dan harta untuk berjihad mendakwahkan agama. Selanjutnya ibadah mulai ditinggalkan, ibadah tidak seperti yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selanjutnya mulai tumbuh subur kemaksiatan dan bahkan kemaksiatan tersebut difasilitasi dengan dibuat peraturan dan hukum yang dibuat oleh Negara, demi kemanusiaan walaupun bertentangan dengan aturan atau syariat agama Islam. Dan puncaknya banyak orang Islam keluar dari agama Islam alias murtad.
Apabila kerja dakwah diusahakan dengan sungguh-sungguh, maka iman mulai tumbuh kemudian berkembang meningkat sesuai dengan pengorbanan dalam kerja dakwah tersebut, baik pengorbanan diri dan hartanya. Dengan iman yang sempurna maka akan mudah amal agama secara sempurna. Allah berfirman :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al Hujurat : 15)
Untuk menjelaskan bahwa orang yang dianggap asing oleh kebanyakan manusia atau ummat Islam, adalah kerja dakwah, maka perlu penjelasan yang tidak bisa dijelaskan secara singkat, apalagi hanya dalam tulisan seperti ini. Hal ini diperlukan pula hidayah dari Allah. Sebagaimana dahulu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri yang buat kerja dakwah pada awal beliau diangkat menjadi Rasul, maka tidak langsung membuat orang Arab (orang Quraisy), memahami apa yang dikehendaki oleh Allah dan RasulNya, sehingga beliau ditentang, dihalangi, diintimidasi, ditakut-takuti dan sebagainya. Manusia pada waktu itu merasa asing dengan apa yang didakwahkan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Mereka fikir kenapa yang dakwah adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, manusia biasa bukan seorang raja, bukan tokoh masyarakat, bukan pemimpin orang Quraisy bahkan bukan malaikat dan sebagainya. Oleh karena itu hanya sebagian kecil saja yang mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mau diikuti dakwahnya karena merasa asing dan aneh. Namun demikian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan kerja dakwah penuh dengan keyakinan dan juga denganpenuh keihlasan bahwa kerja dakwah harus dilaksanakan dan nyawa taruhannya, karena dakwah perintah Allah subhanahu wa ta’ala.
Ciri dari kerja dakwah yang dibuat oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat, minimal ada 7 yaitu :
1.    Azasnya adalah bahwa dakwah perintah Allah yang dilandasi dengan kasih sayang pada semua makhluk. Artinya siapapun orangnya harus didakwahi atau didatangi untuk diberikan peringatan, dengan penuh kasih sayang. Karena siapapun orangnya yang mati dan tidak ada dua kalimah syahadat, maka dengan kematiannya dia akan menderita selama-lamanya di nerakanya Allah subhanahu wa ta’ala.
2.    Mendatangi ummat, bukan didatangi ummat. Artinya siapapun orangnya harus didatangi baik yang ada di rumah, di kebon, di pasar, di jalan, di tempat tongkrongan atau dimana saja orang itu berada didakwahi untuk memakmurkan masjid seperti yang terjadi pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengusahakan bagaimana seluruh laki-laki memakmurkan masjid Allah, maka usaha dakwah ini adalah juga menjadikan seluruh laki-laki memakmurkan masjid Allah.
3.    Dengan harta dan diri sendiri, bukan harta orang lain, yayasan, organisasi, partai politik ataupun harta perusahaan. Demikian pula bukan hanya menginfakkan harta saja, tetapi dengan dirinya sendiri atau dalam bahasa Al Quran disebut biamwalikum wa amfusikum fi sabiilillaah. Artinya saat keluar di jalan Allah, maka dirinya membawa hartanya sendiri untuk mencari ridhonya Allah.
4.    Tanpa minta upah, balasan ataupun ada maksud mendapat keuntungan dunia. Karena seluruh nabi-nabi dakwah secara ikhlas mengajak manusia kepada Allah tanpa minta upah atau balasan. Sebaliknya Iblis dan syaithan juga berdakwah mengajak manusia kepada selain Allah dengan ikhlas tanpa minta balasan. Walaunpun iblis dan syaithan ini diberi harta, diberi wanita ataupun tahta, mereka tidak akan mau, karena kerjanya hanya berdakwah menyeru manusia agar kufur kepada Allah atau menyeleweng dari jalan Alah dan mengajak manusia masuk nerakanya Allah.
5.    Berjamaah atau ijtima’i amal. Artinya tidak dakwah secara sendiri-sendiri, tetapi berjamaah dengan tertib seperti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengusahakan dakwah kepada para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajmain.
6.    a. Mengajak dari yakin kepada makhluk menjadi yakin kepada Allah, yakin bahwa Allah Maha Hebat, Maha besar, Maha Agung, Maha Kaya dan sebagainya, yakin dengan janji Allah, yakin kepada pertolongan Allah dan sebagainya.
b. Mengajak yakin kepada dunia menjadi yakin kepada akhirat, bahwa kenikmatan akhirat adalah kenikmatan yang sesungguhnya dan kenikmatannya kekal, tidak akan rusak selama-lamanya.
c. Mengajak yakin kepada maal atau harta benda menjadi yakin kepada amal agama, bahwa agamalah yang dapat menyelesaikan masalah pribadi ataupun masalah ummat. Sedangkan yakin kepada dunia adalah keyakinan yang tertipu dan tidak akan kekal atau fana.
7.    Bergerak dan menggerakkan orang lain. Artinya Ummat bergerak dalam dakwah dan menggerakkan orang lain juga untuk berdakwah atau dengan kata lain seorang dai berusaha menjadikan orang lain juga sebagai dai. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diutus oleh Allah untuk seluruh manusia sampai hari kiamat, tetapi Nabi tidak hidup sampai hari kiamat dan tidak mendatangi seluruh manusia. Namun demikian Nabi telah menjadikan seluruh para sahabat menjadi dai yang menyampaikan agama ke seluruh alam dan menjadikan ummat seterusnya menyampaikan agama pada generasi berikutnya, hingga agama tetap ada pada ummat sampai hari kiamat.
Dalam usaha dakwah dan tabligh yang kita kerjakan adalah melaksanakan dakwah cara Nabi dan sahabat tersebut di atas, untuk meneruskan kerja Nabi dan sahabat. Jadi dakwah yang dikerjakan oleh jamaah tabligh sama seperti yang dikerjakan oleh seluruh para Nabi ‘alaihimush shalatu wassalam. Dan juga sama seperti yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajmain.
Pada saat ini orang yang buat kerja dakwah banyak dari kalangan orang yang disebut awam, masih sebagian kecil saja yang ulama, kyai atau ustadz. Bahkan tidak sedikit yang mantan residivis, mantan preman dan orang-orang yang tidak begitu menonjol dalam ilmu agama Islam. Ketika mereka buat kerja dakwah, maka celaan, halangan, penentangan dan sampai dikatakan sebagai orang yang sesat, bid’ah dan kafir. Dakwah yang dulu dibuat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat, saat ini dihidupkan kembali menjadi asing dan aneh. Tetapi anehnya pula, para pekerja dakwah tersebut, tetap melaksanakan kerja dakwah dengan penuh percaya diri dan keyakinan, tidak takut kepada siapapun, dan hanya takut kepada Allah. Hal ini karena merasa bahwa yang memerintahkan kerja dakwah ini adalah Allah subhanahu wa ta’ala.
Bahkan Allah mensifati mereka dalam Al-Quran,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُون نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu minta.” (QS. Fushilat 30-31)
Orang yang berpegang teguh dengan agama Islam dan usaha mendakwahkan, memperjuangkan, meninggikan dan menyebarkan agama Islam walaupun dalam keterasingannya, tidaklah mendapatkan kejelekan sedikitpun, sebanyak apapun orang yang mencela dan membid’ahkan mereka. Dari Tsauban radhiallahu anhu -dan ini adalah hadits mutawatir- dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
“Senantiasa ada sekelompok ummatku yang dimenangkan atas kebenaran, tidak akan membahayakannya orang yang memusuhinya hingga hari kiamat sedangkan mereka tetap seperti itu.” (HR. Muslim no. 3544)
Keterasingan mereka hanya di antara kebanyakan manusia, sementara kebanyakan manusia itu sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan:
وإن تطع أكثر من في الأرض يضلوك عن سبيل الله
“Jika kamu mentaati kebanyakan manusia di bumi niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (QS. Al An’am : 116)
Contoh Kisah 1.
Ada seorang Raja sakit kanker hidung, Tabib katakan : Raja bisa sembuh asal hidungnya dipotong. Raja fikir dari pada mati tak jadi raja, mendingan potong hidung saja. Maka jadilah ia raja tanpa hidung.
Waktu raja berpidato depan mentrinya, suaranya jadi lucu dan para mentri tertawa. Raja marah dan buat peraturan. Kalau masih mau jadi mentri maka harus potong hidung semua !!
Suatu saat Raja dan mentri berpidato didepan Rakyatnya. Semua rakyat tertawa karena suara mereka lucu. Raja marah buat peraturan “ Kalau ingin jadi rakyatnya tinggal di daerahnya maka harus potong hidung !! “Akhirnya semua rakyat potong hidung, maka jadilah negeri tanpa hidung. Setiap generasi lahir dipotong hidungnya sampai beberapa generasi, negeri tersebut sudah biasa tanpa hidung.
Suatu waktu ada orang normal datang ke negeri tersebut, maka hal ini jadi aneh bagi orang negeri tersebut sambil berkata, ”Idiih lucu!! Ada orang kok mukanya ada dagingnya/ ada hidung...”
Tuan tuan wajar hal ini terjadi justru yang normal yang dikatakan aneh, padahal mereka yang sakit dan aneh.
Hari ini.. orang merasa aneh melihat ada orang tinggalkan anak istri buat agama. Kalau buat pergi berlayar, bekerja di Arab tidak aneh. Padahal kehidupan sahabat demikian rupa bahkan aib kalau ada sahabat mati di rumah, tidak pergi buat dakwah.
Sayangnya orang selalu katakan kalau kamu keluar di jalan Allah (khuruj fi sabilillah), maka bagaimana dengan anak istri kamu?, Hari ini hampir tak ada yang mengatakan : “Kalau kamu tak berangkat khuruj bagaimana nanti perasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika nanti jumpa kamu” ??
Ingatlah!!! Bahwa kita akan berjumpa dengan Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di akherat, bagaimana jika kita biarkan hati Rasulullah terluka melihat keadaan ummatnya yang jauh dari ajarannya sementara kita enak makan tidur di rumah bersama keluarga seperti hewan.
Laihatlah siklus hidup hewan, dia punya anak, kemudian anaknya diajar cari makan, anaknya besar kawin, makan tidur kemudian punya anak lagi, diajari cari makan lagi, kawin lagi. Tak pernah fikirkan perintah Allah subhanahu wa ta’ala, bagaimana dia dapat amalkan agama dan juga orang lain mampu amalkan agama.
Abu Ishaq al Ashfani rahmatullah ‘alaih seorang ulama tanah Hind ketika melihat ahli dzikir yang hanya dzikir saja. Beliau rahmatullah ‘alaih katakan : “Kamu seperti hewan kambing sibuk makan sendiri sementara teman teman kamu disembelih, tak ada fikir orang lain”.
Contoh Kisah 2
Seekor harimau telah lahir di tengah-tengah sekumpulan kambing. Dia dipelihara oleh induk kambing dan bermain-main dengan anak-anak kambing. Menjelang dewasa ia merasa minder dengan tanduk yang tumbuk di kepala anak-anak kambing sedangkan dirinya tidak bertanduk. Ia menyangka kalau tak ada tanduk tak menang jika berkelahi dengan yang ada tanduk. Keyakinannya bahwa tanduk yang besar akan kalahkan tanduk yang kecil. Anak harimau menjadi rendah diri dan takut kepada kambing.
Tiba tiba ketika dia berjalan seorang diri berjumpa dengan sekawanan harimau, maka seekor harimau telah katakan kepadanya bahwa kamu adalah harimau, tetapi anak harimau tadi katakan : tidak saya adalah kambing…” dia tak percaya akan dirinya sendiri.
Harimau lain katakan : kamu harimau! Kakuatan kamu bukan pada tanduk melainkan karena cengkraman kuku kamu dan gigi taringmu, serta suara aumanmu.
Maka untuk meyakinkan anak harimau itu dibawa ke tepi kolam dan disuruh liat wajahnya, dikatakannya “ lihatlah wajahmu” bukankah mirip dengan kami?” Barulah anak harimau itu sadar, kemudian ia dibawa oleh kumpulan harimau lain diajarkan bagaimana gunakan kuku, taring, suara, dan sebagainya Selama tiga hari.
Lepas tiga hari maka ia dikembalikan ke kawanan kambing, ketika ia berada ditengah mereka, maka anak harimau itu mengaum dan larilah semua kambing-kambing mendengar suara itu.
Begitulah orang Islam kini telah lama berada ditengah-tengah kebesaran dunia orang kafir, yang memiliki kerajaan dan kekayaan dan merasa minder karena apa yang ada pada orang kafir tak ada pada dirinya.
Mereka terhina, dicaci, dipukuli, diperangi tetapi tak bisa bebuat apa-apa karena keyakinannya dan kecintaannya kepada yang tampak, yaitu dunia.
Mereka menyakini kerajaan yang besar akan kalahkan yang kecil, tentara yang lengkap dengan persenjataan akan kalahkan yang tak memiliki senjata, orang yang banyak hartanya akan kalahkan orang yang miskin.
Barulah ketika da’i da’i datang, beritahu mereka bahwa kekuatan kamu bukan karena asbab dunia, kekayaan, kerajaan, dan sebagainya. Namun kekuatan kamu yang sebenarnya adalah dalam keyakinan terhadap kalaimat LAA ILAAHA ILLALLAAH dan amal shaleh yang dicontohkan Nabi Muhammad.
Awalnya mereka tak percaya bagaimana mungkin melawan mal atau harta hanya dengan amal agama. Tetapi setelah mereka dibawa keluar di jalan Allah dilatih menggunakan dua senjata orang beriman yakni dakwah dan doa.
Pulang keluar tiga hari mereka teriak kepada setiap orang “Allah Kuasa Makhluk tak bisa apa-apa. Barulah suatu saat nanti, orang kafir, munafik, fasik tak bisa lawan mereka.
Pengorbanan Siti Khadijah radhiyallahu ‘anha dalam Dakwah.
Nabi begitu lelah jumpa manusia dengan menghadapi caci maki dan fitnah manusia, sehingga Nabi tertidur. Ketika itulah dengan belaian kasih saying, membelai kepala Nabi salallahu 'alaihi wassallam tidak terasa air mata Khadijah menetes di pipi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Nabi terbangun berkata ''Wahai Khadijah mengapa engkau menangis,? Adakah engkau menyesal mempersuamikan aku Muhammad, dahulu engkau wanita bangsawan engkau mulia engkau hartawan tetapi hari ini engkau telah dihina orang. Semua orang telah menjauh darimu, seluruh hata kekayaanmu telah habis, adakah engkau menyesal wahai Khadijah mempersuamikan aku (Muhammad)..?”
Khadijah berkata “Wahai suamiku, wahai Nabi Allah bukan itu yang aku tangiskan, dahulu aku memiliki kemuliaan, kemuliaan itu aku serahkan pada Allah dan Rasul-Nya, dahulu mempunyai kebangsawanan, dan kebangsawanan itu aku serahkan pada Allah dan Rasul-Nya, dahulu aku memiliki harta kekayaan dan kuserahkan juga pada Allah dan Rasul-Nya.” Wahai Rasulullah sekarang aku tidak mempunyai apa-apa lagi, tetapi engkau masih terus memperjuangkan Agama ini, “Wahai Rasulullah, sekiranya aku telah mati sedangkan perjuanganmu ini belum selesai sekiranya engkau hendak menyeberangi sebuah sungai atau lautan, tetapi engkau tidak mempunyai rakit atau jembatan maka engkau galilah lubang kuburku ini, engkau gali dan engkau ambil tulang belulangku, engkau sambunglah tulang-tulangku dan jadikanlah sebagai jembatan untuk menyebrangi sungai itu untuk jumpa manusia ingatkan kepada mereka kebesaran Allah, ingatkan kepada mereka yang hak dan ajak mereka kepada Islam, wahai Rasulullah”.'
Seorang suami yang agung dan seorang istri yang agung akhirnya berpelukan sambil menangis memikirkan Agama ini.
Pengorbanan Sahabat dalam Dakwah.
Agama tersebar hingga hari ini, kita kenal Allah bukan dengan mudah, Agama sampai pada kehidupan kita, Agama sampai pada kampung kita, Agama sampai masuk kedalam rumah-rumah kita, Agama sampai pada hati-hati kita, bukan di bawa oleh burung, bukan dibawa oleh angin, dan bukan dibawa oleh air sungai yang mengalir, tapi dibawa oleh pengorbanan Nabi dan para Sahabat, dibawa oleh para janda-janda para sahabat, dan dibawa oleh yatim-yatim para sahabat.
Ulama sampaikan,  hari ini kita senang-senang amal Agama diatas penderitaan dan jeritan janda-janda dan yatim-yatim para sahabat.
Hari ini kita senang amal-amal Agama diatas penderitaan Khadijah radhiyallahu anha..!!!
Kalaulah hari ini kita tidak menghargai pengorbanan mereka apa yang harus kita jawab dihadapan Allah ketika kita berjumpa dengan Allah. Apa yang kita jawab dihadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Apa yang kita jawab didepan Abu Bakar radhiyallahu anhu, yang menghabiskan seluruh harta bendanya untuk Agama ini. Apakah yang akan kita jawab dihadapan ibu-ibu yang mulia kalau ibu jumpa dengan sahabiyah yang mengorbankan suaminya syahid di jalan Allah, dan apa yang akan kita jawab sekiranya kita jumpa anak-anak yatim para sahabat sedangkan mereka yang telah menggerakan ayahnya untuk memperjuangkan Agama ini.
Agama sangat berhajat pada pengorbanan. Agama tidak akan tersebar dengan tulisan-tulisan dan Agama tidak akan tersebar dengan bicara-bicara. Agama tidak akan pernah wujud dalam kehidupan kita tanpa mengorbankan diri kita. Sudah menjadi syarat Agama akan wujud melalui pengorbanan, dan hidayah akan datang dalam diri kita melalui pengorbanan. Agama akan tersebar dan hidayah akan tersebar diujung dunia melalui pengorbanan diri dan harta.
Allah subhanahu wa ta’ala berirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
''Hai orang-orang mukmin,  jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.'' (QS. Muhammad 7)
Dunia akan berubah kalau setiap ummat Islam buat pengorbanan sebagai mana pengorbanan yang telah dibuat oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
Perlu Diketahui, Difikirkan dan Diusahakan.
1. Kita semua orang Islam wajib buat kerja dakwah. Tinggal kita mau melaksanakan kerja dakwah atau tidak. Yang mau kerja dakwah akan dimuliakan Allah, dan yang tidak mau kerja, bagaimana dia akan mendapatkan upah dan balasan dari Allah. Gak mau kerja kok ingin upah agar dimuliakan. Ini yang aneh…..
2. Dakwah tidak harus punya ilmu yang banyak, asal dia Islam maka wajib buat kerja dakwah. Apalagi yang sudah ada ilmu, tentu lebih utama lagi buat kerja dakwah, untuk menjadi contoh di tengah-tengah ummat. Bukan malah semakin bertambah ilmunya, membuat perpecahan diantara ummat, tetapi semakin takut kepada Allah, untuk menyatukan ummat dalam kerja dakwah. Barangsiapa yang ada fikir bahwa kerja dakwah dibuat kalau sudah punya ilmu banyak, bisa baca kitab kuning, sudah bisa menafsirkan al Quran dan sebagainya, jangan-jangan dia adalah orang yang menghijab orang lain buat kerja dakwah. Na’udzubillah min dzalik. Semoga Allah mengampuninya dan memberikan kefahaman kepada kita, karena hanyalah Allah yang bisa memberikan kefahaman.
3. Setelah buat kerja dakwah dan mengajak orang lain agar buat kerja dakwah, barulah usaha juga terhadap ta’lim, kajian-kajian, dan majelis-mejelis ilmu. Kenapa? Karena punya kewajiban juga untuk melaksanakan ibadah sesuai yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Amal agama atau ibadah yang diterima oleh Allah hanyalah amal yang sesuai contoh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan niat ikhlas karena Allah subhanahu wa ta’ala. Kalau kita sekarang dakwah dengan ilmu (baca fiqih), dan mengaggap bahwa ilmu yang kita sampaikan dan amalkan benar sedangkan yang berbeda dengan kita itu salah dan bid’ah, maka kita harus tahu bahwa perbedaan pendapat itu sudah ada sejak zaman Nabi dan sahabat.
Kalau sekarang kerja dakwah dengan menyentuh perbedaan pendapat di tengah ummat, dan mau di seragamkan sesuai dengan seleranya, ini akan memecah belah ummat. Dan akhirnya akan timbul sifat syaithaniyyah, yaitu sombong, takabbur, ujub dan iri dengki kepada yang lain dan merasa paling benar. Sifat merasa paling benar ini yang menggelincirkan syaithan menjadi makhluk yang dilaknat dan dikutuk oleh Allah. Kita harus koreksi, jangan-jangan kita dakwah dengan memecah belah ummat yang dosanya sangat besar disisi Allah.
Ummat hanya bisa disatukan dengan kerja dakwah dan pembicaraan iman kepada Allah. Perbedaan selalu ada di tengah ummat dan dengan kerja dakwah perbedaan tersebut semakin diminimalkan, sehingga walaupun berbeda dalam cara ibadah (tetapi berpegangan dengan al Quran dan sunnah Nabi, cuma beda dalam menafsirkan atau berijtihaj atau mengambil istimbath hukum), maka akan tetap dalam satu jamaah. Tidak ada perasaan orang lain salah dan pasti neraka, sedangkan saya pasti benar dan masuk syurga. Camkan….dari hamba Allah yang fakir ini.
4. Ilmu dicari, dikaji, dipelajari, difikirkan dan yang paling penting setelah itu ilmunya diamalkan. Ilmu yang tidak diamalkan seperti pohon yang tidak bisa berbuah atau seperti wanita yang mandul. Amal tanpa ilmu akan tertolak. Setelah memiliki ilmu, bukan untuk membandingkan dengan ilmu orang lain. Amal inilah yang akan dinilai oleh Allah, dipersembahkan kepada Allah. Bahkan ada orang beramal tetapi tidak mendapat apa-apa dari amalnya. Ingat banyak orang yang berpuasa tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga saja, karena puasanya tidak disertai ilmu bagaimana agar puasanya diterima oleh Allah. Demikian juga amal yang lain.
Kita harus berlomba-lomba dalam amal agama dari ilmu yang kita dapat. Ini namanya fastabiqul khairat yang diperintahkan oleh Allah dan RasulNya. Kita beramal cuma niat satu saja yaitu bagaimana amal yang saya laksanakan ini diterima oleh Allah. Saya yakin amal sudah sempurna dan diterima oleh Allah, tetapi ada perasaan kalau saya yang dhaif ini belum sempurna dalam amal seperti yang dikehendaki Allah dan dicontohkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga ada usaha sungguh –sungguh lagi, dan istiqamah di dalam amal. Karena Allah hanya menerima amal yang ikhlas dan mengikuti contoh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Tanda amal ikhlas adalah istiqamah di dalam amal dan yakin dengan janji Allah, dan besungguh-sungguh di dalam amal tersebut dengan perasaan ihsan, merasa dilihat oleh Allah.
5. Setelah amal-amal agama dilaksanakan dan istiqamah, barulah Allah akan memberikan sifat-sifat yang baik pada kita. Timbul dalam dirinya sifat baik sangka tidak mudah su’udzan, sifat kasih sayang pada semua makhluk tidak kaku dan keras, sifat sabar tidak mudah mencela dan mengutuk orag lain, sifat tawadhu’ tidak menonjolkan diri, sifat syukur tidak mudah mencari kesalahan orang lain, sifat menerima apa adanya tidak mudah mengkambing hitamkan orang lain dan mencari kesalahan orang lain, dan sebagainya.
Ciri wajahnya suka tersenyum sebagaimana wajahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak mudah cemberut. Demikian pula mudah bergaul dengan semua orang yang berbeda sifat dan watak, karena tujuannya hanya satu, yaitu bagaimana jumpa orang dan buat dakwah. Kemudian memberi tahu pada setiap orang bahwa saya punya kewajiban dakwah dan semua orang punya tanggungjawab dakwah. Ini namanya meneruskan sifat-sifat Rasulullah dan para sahabatnya, agar agama Islam sampai pada semua orang dari timur ke barat di seluruh alam. 
6. Apakah sifat-sifat yang baik ini ada dalam diri kita? Mari kita usaha dan kerja keras serta sunguh-sungguh, dan usaha tersebut sebenarnya tidak cukup walaupun seumur hidup kita usaha, pasti belum sempurna. Oleh karena itu perbanyak juga berdoa memohon kepada Allah agar selalu memberikan pertolongan kepada kita. Kita merasa amal masih sedikit, kita merasa tiap hari selalu bergelimang dosa karena kelalaian melaksanakan kewajiban kepada Allah, maka amal yang yang masih belum sempurna ini semoga dinilai oleh Allah sebagai amal yang sempurna karena usaha untuk mengikuti orang yang telah sempurna iman dan amalnya yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  dan para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Kemudian kita berharap semoga termasuk hambaNya yang  mendapatkan ampunan dan maaf dari kesalahan dan dosa-dosa. Amin
Khatimah.
Marilah kita azzamkan dengan kuat dan sungguh-sungguh, bahwa kerja kita yang sesungguhnya adalah kerja dakwah dan tabligh, berkorban dengan diri dan harta untuk usaha dakwah dan tabligh, sampaikan agama pada setiap orang dan menjadikan seluruh manusia mendapat hidayah Allah. Fikir dan usaha bagaimana seluruh manusia terselamat dari adzab Allah dan semua masuk ke dalam syurga yang didalamnya penuh dengan berbagai kenikmatan.
Ketinggian apa lagi yang lebih tinggi daripada seorang pendakwah yang kerjanya mengajak manusia agar taat kepada Allah, sehingga akhirnya Allah mencintai manusia yang kita dakwahi tersebut, dan dimasukkan ke dalam syurga? Ini dahulu merupakan kerjanya para Nabi dan Rasul, yang sekarang ini telah diberikan kepada kita sebagai ummat akhir zaman.
Insya Allah bersedia………..4 bulan di jalan Allah.