IMAN YAQIN DAN NAFI ISBAT
إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ
سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن . اَمَّابَعْدُ.
قَالَ
اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: وَمَنۡ أَحۡسَنُ قَوۡلاً۬ مِّمَّنْ دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ
وَعَمِلَ صَـٰلِحً۬ا وَقَالَ إِنَّنِىْ مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِيْنَ
1. Iman yang Lurus.
Sesungguhnya suasana dan keadaan alam semesta dipengaruhi
oleh amalan manusia, dan amalan manusia dipengaruhi oleh iman dan yaqin
manusia. Apabila iman telah lurus, maka amalan akan menjadi baik, sehingga
ibadah, muamalah, muasyarah dan akhlak akan menjadi baik pula. Apabila amalan
telah baik, maka suasana dan keadaan alam semesta akan menjadi baik pula,
sehingga iklim, cuaca, udara, daratan dan lautan akan berkhidmat atau melayani kepada
manusia.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ
الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ…
Artinya : “Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman
dan bertaqwa, pastilah Kami (Allah) akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi.... “ (QS. Al A’raf : 96)
Bagaimana iman bisa lurus? Iman bisa lurus jika hatinya
lurus. Bagaimana hatinya bisa lurus? Hati bisa lurus jika lisannya lurus.
Bagaimana lisannya bisa lurus? Lisannya bisa lurus jika sering digunakan untuk
membicarakan kebesaran dan keagungan Allah subhanahu wa ta’ala.
Yakni membicarakan
bahwasanya :
Allah
khaliq : Allah Maha Menciptakan
Allah
malik : Allah Maha
Menguasai/Memelihara/Merajai
Allah
raziq : Allah Maha Pemberi Rezeki
Apabila 3 perkara tersebut sering dibicarakan, maka akan
menimbulkan sifat QANA’AH.
Dan juga
membicarakan bahwasanya :
Allah
sami’ : Allah Maha
Mendengar
Allah
bashir : Allah Maha Melihat
Allah
‘alim : Allah Maha Mengetahui
Apabila 3 perkara tersebut sering dibicarakan, maka akan
menimbulkan sifat TAQWA.
Hadirin yang dimuliakan Allah...
2. Iman yang Rusak.
Sebaliknya apabila iman manusia telah rusak, maka amalan
manusia akan menjadi rusak, sehingga ibadah, muamalah, muasyarah dan akhlak
akan menjadi rusak pula. Apabila amalan telah rusak, maka suasana dan keadaan
alam semesta akan menjadi rusak, sehingga iklim, cuaca, udara, daratan dan
lautan semuanya tidak lagi berkhidmat kepada manusia.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي
الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ…
Artinya : “Telah nampak kerusakan didarat dan dilaut,
disebabkan karena perbuatan tangan manusia....: (QS. Ar Rum : 41).
Apakah itu iman yang rusak? Iman yang rusak adalah
apabila di dalam hati ada keyakinan bahwasanya makhluk bisa memberi manfaat
atau madharat. Padahal sesungguhnya yang bisa memberikan manfaat atau
mudharat hanyalah Allah subhanahu wa ta’ala. Makhluk dapat memberikan
manfaat atau mudharat atas ijin dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Sekarang ini sebagian manusia mempunyai keyakinan
bahwasanya kebahagiaan itu terletak pada harta benda. Untuk mendapatkan harta
benda harus ada uang, dan untuk memperoleh uang harus bekerja. Ini adalah
keyakinan yang salah yang harus diluruskan.
Hadirin yang dimuliakan Allah...
3. Nafi Isbat.
Sesungguhnya harta itu tidak bisa mendatangkan
kebahagiaan, tetapi Allah yang mendatangkan kebahagiaan. Harta bisa
mendatangkan kebahagiaan itu berhajat kepada Allah dan Allah mendatangkan
kebahagiaan tidak berhajat kepada harta. Jika Allah kehendaki dengan harta akan
datang kebahagiaan, dan jika Allah kehendaki dengan harta tidak datang
kebahagiaan. Dan jika Allah kehendaki pula tanpa harta, Allah berkuasa
mendatangkan kebahagiaan.
Inilah makna dari LAA
ILAAHA ILLALLAAH.
Sesungguhnya uang tidak bisa mendatangkan harta, tetapi
Allah yang mendatangkan harta. Uang bisa mendatangkan harta berhajat kepada
Allah dan Allah mendatangkan harta tidak berhajat kepada uang. Jika Allah
kehendaki dengan uang akan datang harta, dan jika Allah kehendaki dengan uang
tidak datang harta. Dan juga jika Allah kehendaki tanpa uang, maka Allah
berkuasa untuk mendatangkan harta.
Inilah makna dari LAA
ILAAHA ILLALLAAH.
Sesungguhnya kerja tidak mendatangkan uang, tetapi Allah
yang mendatangkan uang. Kerja bisa mendatangkan uang berhajat kepada Allah dan
Allah mendatangkan uang tidak berhajat kepada kerja. Jika Allah kehendaki
dengan kerja akan datang uang, dan jika Allah kehendaki dengan kerja tidak
datang uang. Dan jika Allah kehendaki pula tanpa kerja, maka Allah berkuasa
mendatangkan uang.
Inilah makna dari LAA
ILAAHA ILLALLAAH.
Hadirin yang dimuliakan Allah...
4. Tidak Ada Keberkahan jika Amalan Manusia Rusak.
Dulu semua buah-buahan rasanya
manis, tidak ada yang beracun dan berduri. Ketika putranya Nabi Adam as. yaitu
Qabil menumpahkan darah di muka bumi dengan membunuh adiknya sendiri, Habil,
maka dengan qudrat dan iradah-Nya, Allah subhanahu wa ta’ala mengubah
buah-buahan itu sebagian ada yang pahit, berduri, dan beracun. Berapa banyak
orang yang keracunan dan terkena duri hingga hari kiamat?
Akibat ulah Bani Israil, sampai
hari ini umat akhir zaman terkena dampaknya. Dulu hewan-hewan yang disembelih dagingnya
tidak pernah busuk walaupun disimpan berhari-hari. Tapi akibat amal buruk Bani
Israil yang mengingkari Allah, daging akan membusuk dalam tiga hari saja tanpa
diawetkan. Berapa banyak daging yang terbuang sampai hari Kiamat?
Begitu pula sejak Qarun la'natullah
'alaih menimbun-nimbun harta, sehingga hartanya menimbunnya dengan gempa
bumi dan dampaknya sampai hari ini.
Hadirin yang dimuliakan Allah...
5. Allah Hantarkan Agama untuk Keselamatan Manusia.
Manusia ingin hidup bebas, tetapi
tidak ada yang bisa hidup bebas. Barangsiapa mengikuti peraturan, maka ia akan
selamat, dan yang tidak ikut peraturan akan celaka. Orang yang meletakkan
dirinya dalam tertib akan menjadi baik, dan kebaikannya akan dirasakan juga
oleh orang lain. Sedang yang tidak mengikuti tertib akan celaka dan
mencelakakan orang lain. Seorang pengemudi yang patuh pada peraturan lalu
lintas akan selamat, namun apabila ugal-ugalan, maka ia akan menabrak
benda-benda di depannya atau masuk jurang, sehingga mencelakakan dirinya dan
orang lain.
Sungguh sangat beruntung kita
tidak diciptakan sebagai makhluk yang lain, binatang misalnya. Tetapi derajat
manusia bisa lebih rendah dari binatang jika tidak memiliki iman di dalam
hatinya. Maka untuk makhluk yang bernama manusia, Allah subhanahu wa ta’ala
tidak membiarkannya tanpa aturan khusus. Memang menurut Allah subhanahu wa
ta’ala sendiri, manusia itu makhluk yang istimewa dan sebaik- baik ciptaan.
Tetapi bila tidak didasari dengan iman, mereka akan beramal jahat dan menjelma
menjadi makhluk yang paling hina. Dalam perkara ini nampak jelas Allah subhanahu
wa ta’ala banyak ikut campur tangan dalam tata aturan manusia. Demi kasih
sayang-Nya, Allah subhanahu wa ta’ala mengutus 124.000 nabi dan rasul
untuk membawa aturan khusus yaitu agama. Apabila manusia diberi otonomi
dalam membuat tata aturan sendiri, maka rusaklah kehidupan manusia di dunia dan
di akhirat selama-lamanya.
Hadirin yang dimuliakan Allah...
6. Terjadinya Musibah karena Manusia Jauh dari Amal
Agama.
Ulama’ mengatakan bahwa hari ini
agama (iman dan amal) telah terlepas dari kehidupan kita dan ummat manusia.
Orang-orang tidak merasa menyesal jika tidak mengamalkan agama. Sementara
hubungan dengan rumah sangat kuat, sehingga apabila rumah terbakar merasa
sangat sedih. Hubungan dengan pekerjaan sangat kuat, sehingga tidak mau
meninggalkan pekerjaan walaupun untuk sementara. Hubungan dengan anak isteri
sangat kuat, sehingga apabila mereka sakit, akan ikut bersedih dan berusaha
mencari cara penyembuhannya. Namun jika agama yang sakit, tidak merasa sedih,
tenang-tenang saja. Ketika berkumpul dengan keluarga atau sedang berada di
tempat kerja tidak mengantuk, namun ketika mendengarkan pembicaraan iman dan
amal saleh keadaannya seperti orang sakit dan gelisah, karena hubungan dengan
agama sangat lemah.
Sebagaimana hubungan pedagang
dengan tokonya, setiap hari ia datang ke toko, memikirkan kemajuan tokonya.
Malam hari pun ia memikirkan dagangannya. Begitu pula apabila hubungan dengan
agama kuat, maka setiap hari yang dipikirkan adalah agama. Bagaimana agar agama
bisa wujud dalam kehidupannya, keluarganya, lingkungannya, dan seluruh alam?
Jika tidak membiasakan diri dengan amal-amal agama, maka akan lalai mengingat
Allah. Di kantor, di pasar, di sawah, di ladang lupa kepada Allah subhanahu
wa ta’ala, di masjid lalai kepada Allah, bahkan ketika shalat pun lalai
kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karena banyak waktu yang digunakan
untuk mengurus harta benda, pekerjaan, keluarga, rumah dan sebagainya, maka
timbullah kecintaan kepada perkara tersebut, yang menyebabkan lalai terhadap
agama sebagai maksud hidupnya. Hal ini menyebabkan terjadinya banyak masalah
dalam kehidupan manusia.
Abdullah bin Umar radhiyallahu
‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
bersabda, "Wahai kaum Muhajirin, ada lima hal yang apabila kalian
melakukannya, maka bencana akan menimpa kalian. Semoga Allah menghindarkan
kalian dari perbuatan itu:
(1) apabila perzinaan telah
merajalela di tengah-tengah suatu kaum, wabah penyakit akan menimpa mereka mupun
penyakit baru yang sebelumnya tidak dikenal;
(2) jika suatu kaum melakukan
kecurangan dalam menimbang dan mengukur, mereka akan mengalami kekeringan,
kelaparan, kesusahan, dan diperintah oleh penguasa yang kejam;
(3) jika suatu kaum menahan
zakatnya, maka hujan dari langit akan ditangguhkan, dan seandainya bukan untuk
kebutuhan binatang, maka tak setetes pun yang diturunkan lari langit;
(4) Suatu kaum yang melanggar
perjanjian mereka dengan Allah dan Rasul-Nya, mereka akan menjadi kelinci
percobaan musuh;
(5) suatu kaum yang menerapkan
hukum yang tidak adil, akan ditimpa perang saudara dan pemberontakan." (At
Targhib wat Tarhib)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, "Apabila ummatku mulai membenci ulama dalam
hatinya, apabila mereka membangun pasar dan tempat perbelanjaan dengan megah,
dan apabila mereka mengadakan pernikahan hanya karena kekayaan (bukan karena
ketakwaannya, keshalihannya, dan akhlak yang baik orang yang akan dinikahinya)
maka Allah akan menurunkan empat bencana kepada mereka. Berupa kelaparan,
kezhaliman penguasa, ketidakjujuran para pejabat yang mengatur urusan mereka,
dan serangan musuh." (HR. Hakim)
Perubahan apapun yang terjadi
pada suasana dan keadaan, namun perintah Allah subhanahu wa ta’ala tidak
akan pernah berubah sejak zaman Nabi Adam ‘alaihis salam hingga hari
Kiamat. Ali radhiyallahu ‘anhu berkata, "Kemalasan beribadah,
kekurangan rezeki, dan kurangnya kedamaian adalah balasan atas dosa."
(Tarikhul Khulafa)
Umar radhiyallahu ‘anhu
berkata, "Aku telah diberitahu bahwa Nabi Musa ‘alaihis salam atau Nabi
Isa ‘alaihis salam pernah bertanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala, 'Apakah
tanda keridhaan-Mu kepada ummat ini?' Allah subhanahu wa ta’ala
menjawab, 'Tandanya adalah pada saat mereka menyemai benih di ladang, Aku
mengirimkan hujan. Dan pada musim panen, aku menahan hujan. Urusan pemerintahan
mereka Aku serahkan ke tangan orang yang berhati lembut dan urusan harta benda
mereka aku serahkan kepada orang yang dermawan.' Kemudian mereka bertanya, 'Dan
apakah tanda ketidakridhaan-Mu terhadap umat ini?' Allah subhanahu wa
ta’ala menjawab, 'Tandanya adalah pada musim menyemai benih di ladang,
aku menahan hujan. Dan pada musim panen aku mengirimkan hujan lebat. Urusan
pemerintahan Aku serahkan ke tangan orang-orang jahil dan urusan harta benda
mereka Aku serahkan kepada orang yang kikir." (Ad Durrul Mantsur)
Hadirin yang dimuliakan Allah...
7. Pentingnya Petunjuk Agama.
Seseorang akan bersemangat
mengamalkan agama, jika dia betul-betul mengenal siapa yang memerintahkan untuk
mengamalkan agama. Jika banyak orang mengamalkan agama, maka dengan sendirinya
orang-orang akan belajar agama di pondok pesantren, dan mau memakmurkan masjid,
karena masjid merupakan rumahnya Allah. Kemudian akan muncullah orang-orang
hebat seperti para sahabat radhiyallahu ‘anhum yaitu menjadi petani,
pedagang, pengusaha, dan pejabat yang taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Akan tetapi bila agama tidak hidup, maka yang lahir adalah para penjahat,
pencinta-pencinta dunia, dan ahli-ahli dunia. Orang shalih sangat kurang,
seribu berbanding satu. Petani, pedagang, pejabatnya tidak shalih, bahkan
santri dan ustadznya tidak shalih.
Agama tidak bisa hidup dengan
larangan dan perintah manusia, seperti tanaman pohon yang diperintah untuk
tumbuh; "Hai daun, kamu harus rimbun, kamu harus berbuah banyak! Hai
benalu, jangan tumbuh di sini! Hai rumput, mengapa kamu tumbuh di sini?" Demikian
pula dengan perkara agama, tidak bisa menyalahkan orang lain, "Mengapa
kamu berbuat maksiat?" Apalagi hanya mencela, menghujat, menggunjing, atau
mencari kambing hitam. Sehingga lingkungan dikambinghitamkan, ini karena
pengaruh lingkungan dan lingkungan pun dibakar!”
Kita tidak dapat mengubah siapa
pun termasuk diri sendiri, tidak dapat memberikan hidayah kepada siapa pun
termasuk pada hati kita sendiri. Hidayah dapat diperoleh hanya dengan cara
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah subhanahu wa ta’ala
memberikan hidayah kepada hati yang menginginkan hidayah, manusia tidak akan
mendapat hidayah jika hatinya tidak menginginkan hidayah, meskipun dia anak,
isteri atau keluarga seorang Nabi, sebagaimana anak dan isteri Nabi Nuh ‘alaihis
salam, isteri Nabi Luth ‘alaihis salam atau ayah Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam. Tetapi, meskipun dia seorang penjahat atau seorang hamba sahaya jika
hatinya mau menerima hidayah, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan
memuliakan dia, sebagaimana Umar radhiyallahu ‘anhu diangkat menjadi
khalifah. Padahal pada masa jahiliyah, beliau pernah membuat berhala dan roti
dan ketika lapar dia memakan berhala itu. Sebagian sahabat tidak percaya jika
Umar radhiyallahu ‘anhu memeluk Islam. Mereka berkata, "Saya
lebih percaya jika kudanya Umar masuk Islam."
Bilal radhiyallahu ‘anhu
ialah seorang hamba sahaya diangkat menjadi gubemur setelah mendapat hidayah.
Ikrimah radhiyallahu ‘anhu, anak seorang kafir Quraisy yaitu putra Abu
Jahal, yang sangat membenci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia
menghindar dari hidayah. la mengatakan kepada kaumnya, "Saya tidak akan
memeluk Islam sampai mati!" Tapi ia dikejar hidayah, ia meninggalkan
kampung halamannya dengan menumpang sebuah kapal, namun di atas kapal ia
mendengar suara orang yang mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah, padahal ia
melarikan diri karena kalimat itu. Dan ia tidak bisa mengelak, ia terkurung
oleh hidayah, akhirnya menerima hidayah. Setelah kembali pada kaumnya, ia
ditanya, "Dulu engkau bersumpah tidak akan masuk Islam." la
menjawab, "Saya tidak masuk Islam, tetapi Islam yang masuk ke dalam
diri saya."
Barangsiapa yang diberi petunjuk
oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barang siapa yang
disesatkan oleh Allah, maka tak ada seorang pun yang mampu menunjukinya. Para
sahabat radiallahu 'anhum telah berjaya dan sukses didunia dan di
akhirat, karena agama mereka junjung di atas kepala dan dunia hanya dijinjing
di tangan. Apabila agama bergoyang, dunia dilepaskan untuk sementara untuk
memegang agama. Tapi umat akhir zaman sebaliknya dunia dijunjung di kepala dan
agama dijinjing di tangan. Apabila dunianya bergoyang, agama rela dilepaskan.
Hadirin yang dimuliakan Allah...
8. Pentingnya Amal Agama dan Berkorban untuk Agama.
Seluruh sahabat radhiyallahu
‘anhu telah berkorban dengan menjalani kehidupan dunia dengan kesederhanaan
yang maksimal. Bahkan rumah, pakaian, dan makanan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam sangat sederhana. Bagaimana mengerahkan seluruh kemampuan
dan potensi yang ada pada diri untuk usaha agama, seluruh apa yang dimiliki
untuk agama. Agama hanya akan wujud dengan pengorbanan. Pertolongan Allah subhanahu
wa ta’ala akan datang pada ummat, apabila berkorban untuk agama,
sebagaimana Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu berkorban sampai habis hartanya
untuk agama.
Seorang pedagang yang hanya paham
dengan perdagangan, seorang petani yang hanya paham dengan pertaniannya, dan
seorang pejabat yang hanya paham dengan kantornya, adalah suatu kejahilan
(kebodohan). Orang yang pandai dan sukses adalah seorang pedagang, petani, dan
pejabat yang ta'aluq (ada hubungan) dengan Allah subhanahu wa ta’ala
serta mengenal Allah subhanahu wa ta’ala. Apabila hubungan dengan Allah
baik, maka percakapan, pendengaran, dan penglihatan akan baik, sehingga segala
gerak-gerik akan menjadi baik.
Orang yang tidak melakukan usaha
agama (berkorban untuk agama) akan tunduk kepada anak isterinya, pekerjaannya, sawah
ladangnya, bahkan kepada hewan ternaknya. Setiap pagi harus memberinya makan,
menjaganya, dan memandikannya.
Orang yang mengamalkan agama
berbeda dengan pemilik agama. Pengamal agama seperti pekerja toko yang hanya
mengharap gaji dari pekerjaannya. Pemilik agama seumpama pemilik toko, dia
selalu berpikir bagaimana usahanya bisa maju, bagaimana seluruh karyawannya
bisa hidup makmur. Jika hanya mengamalkan agama, ibadah sendiri, wirid munajat
sendiri, tapi tidak punya tanggung jawab agama, ia bukanlah pemilik agama. Oleh
karena itu perbaikilah hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia dan
makhluk Allah yang lain.
Dalam beberapa hadits Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diungkapkan bahwa Allah subhanahu
wa ta’ala menolak bencana dari penduduk bumi atau menahannya dengan sebab
(berkah) orang-orang yang suka beristigfar dan memakmurkan masjid. Bahkan,
Allah subhanahu wa ta’ala pun berkenan memberi rezeki kepada penduduk
bumi, memberikan pertolongan dan menolak bencana karena adanya hamba-hamba yang
shaleh, yang suka beristighfar dan memakmurkan masjid.
Diriwayatkan oleh Imam Thabrani
dalam Al-Kabir dan Imam Baihaki dalam Al-Sunan dari Mani' Ad-Dailami radhiyallahu
‘anhu la menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
لَوْلاَ عِبَادٌ
لِلَّهِ رَكَعَ وَصَبِيَّةٌ رُضِعَ وَبَهَائِمٌ رَتَعَ لَصَبَّ عَلَيْكُمُ
الْعَذَابَ صَبًّا ثُمَّ رَضَّ رَضًّا
Artinya : “Jika bukan karena
berkah hamba-hamba Allah yang rukuk atau mendirikan salat, bayi-bayi yang
disusui, dan binatang-binatang yang digembalakan, pasti siksaan akan dikucurkan
kepadamu dengan derasnya dan kamu akan dihancurkan sehancur-hancurnya.”
Jabir bin Abdullah radhiyallahu
‘anhu mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
اِنَّ اللهَ
لَيَصْلُحُ بِصَلاَحِ الرَّجُلِ الْمُسْلِمِ وَلَدِهِ وَوَلَدِوَلَدِهِ وَاَهْلِ
دَوِيْرَتِهِ وَدَوِيْرَاتِ حَوْلِهِ وَلاَ يَزَالُوْنَ فِى حِفْظِ اللهِ عَزَّ
وَجَلَّ مَادَامَ فِيْهِمْ
Artinya : “Allah memperbaiki
atau menjadikan saleh dengan kesalehan seseorang, anaknya, anak dari anaknya
(cucunya), dan penduduk tetangganya yang terdekat dan yang dekat di sekitarnya.
Dan mereka akan selalu dalam penjagaan Allah Yang Maha Perkasa lagi Mahaagung,
selama ia berada di sisi mereka.”
Abdullah bin Umar radhiyallahu
‘anhu juga pernah mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
اِنَّ اللهَ
لَيَدْفَعُ بِالْمُسْلِمِ الصَّالِحِ عَنْ مِائَةِ اَهْلِ بَيْتٍ مِنْ جِيْرَانِهِ
بَلاَءً
Artinya : “Sesungguhnya Allah
subhanahu wa ta’ala dengan berkah Muslim yang saleh menolak bencana atau
musibah dari seratus penduduk rumah dari tetangganya.”
Hadirin yang dimuliakan Allah...
9. Tanggungjawab Ummat akhir Zaman adalah Dakwah.
Kita adalah ummat akhir zaman, ummat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, dimana Allah memberi gelar ummat ini sebagai ummat yang
terbaik, yang dilahirkan di tengah-tengah manusia dengan tugas Amar
Ma’ruf Nahi Mungkar, sebagaimana firmanNya :
كُنْتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ…
Artinya : “Kalian
adalah ummat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…….” (QS. Ali Imran : 110)
Hari ini Agama Islam bisa sampai ke tempat kita dan ada pada ummat seluruh
alam tumbuh berkembang atas pengorbanan harta, jiwa raga, tetesan darah para
syuhada’, dan tetesan air mata Nabi dan para sahabat. Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam telah memberi tahu bahwa sebelum datangnya hari kiamat,
Islam akan kembali jaya. Tanda-tandanya adalah ummat paham agama, orang
berbondong-bondong mengamalkan agama, sehingga laki-laki yang baligh
memakmurkan masjid, wanitanya tutup aurat secara sempurna, menyuruh suami dan
anak laki-laki keluar di jalan Allah, mendidik anak secara Islam sehingga
menjadi Alim alimah, Dai daiyah, Hafidh hafidhah, Abid abidah dan Mujahid
mujahidah
Ini
semua bisa terwujud manakala :
a.
Menangguhkan 8 perkara yaitu menangguhkan keperluan
bapak, anak, saudara, istri, keluarga, harta yang diusahakan, perniagaan yang ditakuti
kerugiannya, rumah yang dicintai
b.
Mendahulukan 3 perkara, yaitu perintah Allah, sunnah Rasul dan keluar di jalan
Allah
c.
Menafikan 6 perkara, yaitu bangsa, suku, bahasa, warna kulit, profesi, dan
madzhab
Untuk merealisasikan perkara
ini maka kita perlu melibatkan diri dalam USAHA DAKWAH, dengan membawa 6
keyakinan, yaitu :
a.
Usaha dakwah adalah perintah Allah
b.
Usaha dakwah adalah sunnah Rasulullah
c.
Usaha dakwah adalah semata-mata mencari ridha Allah
d.
Dalam dakwah ada janji Allah, yaitu dibalas di akhirat
e.
Dalam dakwah ada jaminan Allah yaitu diberikan
di dunia
f.
Dalam dakwah ada pertolongan Allah, yaitu yang datangnya sewaktu-waktu (saat dibutuhkan)
Hai ummat Nabi, jadikan dakwah sebagai maksud hidup,
hidup untuk dakwah, dakwah sampai mati, mati dalam dakwah. Ini namanya mendapat
hidayah.
Jangan jadikan sawah sebagai maksud hidup, hidup untuk
sawah, sawah sampai mati, mati dalam sawah. Ini namanya musibah.
Bersedia 4 bulan...Insya Allah....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar