Pages

Kamis, 28 Februari 2013

114. 6 KOTA DUNIA TERANCAM TENGGELAM

Ancaman banjir, penurunan tanah (land subsidence) serta naiknya air laut jadi ancaman bebarapa kota besar dunia. Bukan tak mungkin bila dalam 20 hingga 80 tahun ke depan ada kota yang akan lenyap dari peta bumi.
Simak 5 kota dunia yang terancam tenggelam berikut ini.
1. Bangkok
Pada tahun 2100, Bangkok diprediksi akan menjadi Atlantis kedua. Ibukota Thailand tersebut tenggelam disebabkan beberapa faktor, antara lain perubahan iklim karena efek rumah kaca, naiknya permukaan air laut, erosi pantai, dan pergeseran tanah.
Prediksi tersebut dikemukakan oleh kepala Pusat Peringatan Bencana Nasional Thailand Smith Dharmasaroja. Oleh sejumlah pihak, prediksi Smith ditanggapi serius. Sebelumnya dia sudah meramalkan adanya Tsunami di sekitar Samudera Hindia pada tahun 2004.
Selain itu, letak kota yang berada 1,5 meter di bawah permukaan laut menyebabkan Bangkok selalu mengalami banjir setiap tahun.
2. Ho Chi Minh City
Salah satu kota di Asia Tenggara yang terancam tenggelam adalah Ho Chi Minh City. Setiap tahun, ketinggian banjir meninggi setinggi 2 sentimeter.
3. Shanghai
Struktur tanah yang semula daerah rawa yang kemudian dipenuhi oleh bangunan pencakar langit, menyebabkan permukaan tanah Shanghai menurun setengah inchi setiap tahunnya.
Kebutuhan akan bangunan pencakar langit tersebut meupakan imbas dari melonjaknya populasi penduduk Shanghai. Pada tahun 2001, penduduk kota yang berada di muara Sungai Yangze ini berjumlah 20 juta orang.
4. Mumbai
Pada tahun 2008, Kelompok aktivis Greenpeace memperkirakan, pada tahun 2100, kota Mumbai akan tenggelam oleh air laut. Naiknya air laut hingga 5 meter disebabkan oleh mencairnya es kutub.
Dalam laporan yang berjudul ‘Iklim Migran di Asia Selatan’ Greenpeace mencairnya es kutub disebabkan oleh meningkatnya suhu bumi hingga 4-5 derajat karena pemanasan global.
5. Jakarta
Banjir di Bundaran HI Jakarta
Selain letak geografis yang berada di bawah permukaan air laut, kebutuhan akan air tanah yang tinggi ditengarai menjadi salah satu penyebab tenggelamnya daratan Jakarta. Populasi penduduk yang terus meningkat menjadi alasan utama kebutuhan akan air tanah. Dalam kurun waktu 20 tahun ke depan, diperkirakan jumlah penduduk di Ibukota meningkat hingga 40 juta jiwa.
pakar hidrologi asal Belanda, Jan Jaap Brinkman menjelaskan, jika proses penyedotan air yang terus-menerus dilakukan tidak segera dihentikan, di akhir abad, Jakarta akan tenggelam.
“Jika ekstraksi (penyedotan) air tanah tidak segera dihentikan, di penghujung abad, Jakarta akan tenggelam dengan kedalaman lima hingga enam meter,” jelasnya seperti dikutip theatlanticcities.com.
Dahsyat! Anjloknya Tanah Jakarta Terekam dari Luar Angkasa
Penurunan permukaan tanah Jakarta diabadikan dari luar angkasa melalui satelit yang mengorbit Bumi. Foto dirilis Badan Antariksa Eropa (ESA).
Foto tersebut dirilis situs Badan Antariksa Eropa
atau European Space Agency (ESA) pada 2 April 2012.
Sudah lima hari (17-22 Januari 2013) banjir belum mau pergi dari Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Empat kelurahannya -- Pluit, Penjaringan, Penjagalan, dan Kapuk masih terendam. Ribuan warga masih mengungsi, sebagian menempati lokasi yang tak layak ditinggali.
Setidaknya ada sejumlah hal yang disebut sebagai penyebab banjir di Penjaringan, di antaranya Waduk Pluit yang meluap, tingginya curah hujan, dan pompa yang mati. Namun ada penyebab lain yang sejatinya nampak secara kasat mata : permukaan tanah yang makin anjlok.
Deformasi berupa penurunan permukaan tanah di Jakarta Utara sempat diabadikan dari luar angkasa melalui satelit yang mengorbit Bumi.
"Peta ini mempresentasikan deformasi permukaan tanah dari tahun 2007 hingga 2011 di ibukota Indonesia, Jakarta," demikian keterangan yang disampaikan ESA di situs www.esa.int.
Terutama di Teluk Jakarta, yang ditandai dengan kotak bergaris biru. "Terdeteksi terjadi penurunan tanah lebih dari 20 centimeter per tahun."
Saat peta ESA dicocokkan dengan peta DKI Jakarta, bisa dilihat wilayah yang berada di garis biru adalah sebagian Pluit, Penjaringan, Pademangan, hingga Tipar. Dan jika dikalkulasi total, penurunan tanah di kawasan itu diperkirakan lebih dari 1 meter.
Tanah Turun, Drainase Gagal
Penurunan tanah tentu saja berimplikasi pada makin parahnya banjir. "Secara kasat mata implikasinya kegagalan sistem drainase," kata pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna kepada Liputan6.com, Selasa (22/1/2013) malam.
Penurunan elevasi tanah akan membuat air yang menggenang stagnan dan makin lambat mengalir. Apalagi ditambah fakta, sejumlah wilayah Jakarta ketinggiannya berada di bawah permukaan air laut.
Untuk kasus Pluit, Yayat menduga, ada indikasi penurunan tanah yang diperparah pasang laut. "Makin banyak penurunan tanah, makin menambah wilayah genangan baru," kata dia.
Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk menanggulanginya?
Untuk mengatasi banjir, yang harus dilakukan adalah membuat penampungan air sementara atau fodder. "Kemudian dari sana air akan dipompa ke laut," kata Yayat.
Sementara, untuk menghentikan laju penurunan tanah, jawabannya, tak lain tak bukan adalah dengan menghentikan pengambilan air tanah. "Selama air baku tak disediakan dengan baik, sementara kebutuhan tinggi. Diperparah daratan banjir terbentuk dari tanah aluvial, endapan pasir -- tanah muda, permukaan tanah akan terus turun."
Bukti penurunan tanah sudah bisa dilihat dengan amblesnya sejumlah bangunan. "Ambles bahkan sudah dialami sejumlah gedung, rumah-rumah fondasinya turun dan retak-retak," kata dia.
Pengaruhnya sudah terasa, yang kini bisa dilakukan adalah melakukan aksi untuk menghentikannya. "Penurunan terparah ada di Jakarta Utara dan Jakarta Pusat," kata Yayat.(Ein)
Begini Cara Kerja TMC untuk Atasi Banjir Jakarta
Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) merupakan suatu upaya pemerintah DKI Jakarta dalam mengurangi intensitas curah hujan di wilayah Jakarta agar banjir dapat diredam.
Pelaksanaan TMC ini dilakukan dengan mengerahkan empat pesawat terbang yaitu satu Hercules C-130 TNI AU dan 3 peswat CASA 212-200 untuk mempercepat awan menjadi hujan.
Sedangkan untuk menghambat pertumbuhan awan dipasang 25 titik GBG (Ground Based Generator) yang membakar flare berisi bahan higroskopis (NaCl). Selain itu, teknologi ini didukung tiga radar hujan, dan enam stasiun pos meteorologi. Posko dengan Hercules di Lanud Halim PK sedangkan tiga Casa berada di Pondok Cabe.
Dengan menggunakan pesawat hercules milik TNI Angkatan Udara ini, lima ton garam diangkut untuk kemudian akan dijatuhkan ke gumpalan awan yang telah ditargetkan. Teknik ini akan mempercepat proses awan menjadi hujan sebelum memasuki aliran sungai di hulu maupun di hilir yang bisa mengakibatkan banjir.
"Teknologi modifikasi cuaca ini kita targetkan mampu mengurangi curah hujan di DKI Jakarta minimal 30 persen. "Jadi kita harapkan dengan target tadi, banjir yang diperkirakan akan kembali menggenangi jakarta pada tanggal 27 Januari ini dapat dikurangi," kata Kepala BPPT, Sutopo Purwo Nugroho, Ahad (27/1).
Kekhawatiran akan adanya hujan lebat di tanggal 27 Januari ini ternyata tidak terbukti adanya. Hujan hanya mengguyur beberapa wilayah Jakarta dengan intensitas ringan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang memprediksi cuaca pada tanggal 27 Januari di wilayah Jabodetabek memiliki peluang curah hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Namun, BMKG menyatakan hingga satu pekan ke depan curah hujan lebat dapat saja terjadi di Jakarta dan sekitarnya.
108,6 Ton Garam Disebar ke Awan
Selama 16 hari, terhitung sejak 26 Januari 2013 (termasuk hari ulang tahun penulis blog ini) sampai Minggu 10 Pebruari 2013, operasimodifikasi cuaca dilakukan dengan menyebar sebanyak 108,6 ton bahan semai beruma NaCl atau garam dapur ke awan di wilayah Jabodetabek. Hal ini dilakukan untuk menghindari tingginya curah hujan sehingga diharapkan tidak terjadi banjir di Jakarta.
Oprasi modifikasi cuaca itu dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), serta didukung Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan TNI. Caranya dengan memanfaatkan arah angindan letak awan, sehingga hijan bisa dipindahkan.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNBP di Jakarta, Minggu 10 Pebruari 2013 menjelaskan, totalnya sudah 36 sorti penerbangan dilakukan untuk menaburkan bahan semai ke awan, yaitu 24 sorti dengan pesawat Hercules C-130 dan 12 sorti dengan pesawat Casa 212-200.
Berdasarkan evaluasi sementara, diketahui bahwa upaya modifiaski cuaca ini telah berhasil mendistribusikan hujan. Dibandingkan dengan rata-rata hujan historis wilayah Jakarta, curah hujan yang terjadi selama pelaksanaan modifikasi cuaca lebih kecil. Berarti ada penurunan curah hujan di Jakarta dan sekitarnya.
Menurut Sutopo, target awal hujan berkurang 30 % dari hujan normalnya. Pada hari Minggu 10 Pebrurasi 2013 dilakukan 3 sorti penerbangan. Sorti pertama pada pukul 10.56 – 12.53 wib menggunakan pesawat Hercules. Penyemaian dilakukan pada sesl-selawan Cumulus pada ketinggian 11.000-13.000 kaki di Timur Jatiluhur sampai Lembang dan di daerah Laut Utara Pantai Indramayu dengan bahan 4 ton garam dapur tepung. Sorti kedua pukul 11.28 – 12.57 wib menggunakan pesawat Casa 212-200. Penyemaian dilakukan pada awan Cumulus dengan ketinggian 13.000-14.000 kaki di daerah Cikotok. Ketinggian penyemaian 10.000 kaki dan menghabiskan bahan semai 1 ton. Sorti ketika dengan pesawat Hercules A323 pada pukul 14.45 – 16.06 wib, penyemaian dilakukan di daerah Purwakarta, Cikampek, dan Subang pada ketinggian 10.000 kaki. Di darat telah dilakukan pengoperasian GBG dengan 23 flare di13 lokasi dan GBG sistem larutan di 3 lokasi selama masing-masing 6,5 jam.

6. Venice is Sinking [Kota Venesia akan tenggelam]

Venice is known as a town which sinking , but these pictures says more than a word!
Venesia memang dikenal sebagai kota yang terapung diatas air, sudah tenggelam. Tapi foto-foto berikut, menjelaskan lebih “jelas”
Venice (Italian: Venezia, Venetian: Venesia) is a city in northern Italy known both for tourism and for industry, and is the capital of the region Veneto, with a population of about 272,000 (census estimate 1 January 2004). Together with Padua, the city is included in the Padua-Venice Metropolitan Area (population 1,600,000).
Venesia, adalah kota yang terletak di Utara Italia, yang sudah dikenal lama sebagai kota Industri dan tujuan wisata dunia. Populasi Venesia mencapai 272 ribu jiwa pada tahun 2004.
The name is derived from the ancient tribe of Veneti that inhabited the region in Roman times. The city historically was the capital of an independent city-state. Venice has been known as the “La Dominante”, “Serenissima”, “Queen of the Adriatic”, “City of Water”, “City of Masks”, “City of Bridges”, “The Floating City”, and “City of Canals”. Luigi Barzini, writing in The New York Times, described it as “undoubtedly the most beautiful city built by man”. Venice has also been described by the Times Online as being one of Europe’s most romantic cities.
Beberapa julukan untuk Venesia diantaranya “La Dominante”, “Serenissima”, “Queen of the Adriatic”, “Kota Air”, “Kota Topeng”, “Kota Jembatan”, “Kota Terapung”, dan “Kota Kanal”
The city stretches across 117 small islands in the marshy Venetian Lagoon along the Adriatic Sea in northeast Italy. The saltwater lagoon stretches along the shoreline between the mouths of the Po (south) and the Piave (north) Rivers. The population estimate of 272,000 inhabitants includes the population of the whole Comune of Venezia; around 60,000 in the historic city of Venice (Centro storico); 176,000 in Terraferma (the Mainland), mostly in the large frazioni of Mestre and Marghera; and 31,000 live on other islands in the lagoon.
The Republic of Venice was a major maritime power during the Middle Ages and Renaissance, and a staging area for the Crusades and the Battle of Lepanto, as well as a very important center of commerce (especially silk, grain and spice trade) and art in the 13th century up to the end of the 17th century. This made Venice a wealthy city throughout most of its history. It is also known for its several important artistic movements, especially the Renaissance period. Venice has played an important role in the history of symphonic and operatic music, and it is the birthplace of Antonio Vivaldi.
Jaman dulu, Republik Venesia terkenal dengan kemampuan kelautannya.
Origins
While there are no historical records that deal directly with the obscure and peripheral[7] origins of Venice, tradition and the available evidence have led several historians to agree that the original population of Venice consisted of refugees from Roman cities near Venice such as Padua, Aquileia, Treviso, Altino and Concordia (modern Portogruaro) and from the undefended countryside, who were fleeing successive waves of Germanic invasions and Huns.

Kota yang Telah Tenggelam Ribuan Tahun Silam

1. Kota Kuno Alexandria Tenggelam 1600 Tahun Lalu (Mesir)

Bottom of Form
Kota Kuno Alexandria, Mesir yang tenggelam 1600 tahun lalu
1600 tahun lalu kota kuno Alexandria, Mesir, tenggelam karena gempa bumi dan tsunami yang melanda daerah itu. Kota bersejarah itu telah ditemukan termasuk sejumlah sisa-sisa reruntuhan kota yang menjadi jejak sejarah kota kuno itu.
Kota Alexandria merupakan kediaman Cleoptra, ratu mesir yang terkenal. Kota itu juga menjadi saksi sejarah hubungan Cleopatra dengan Julius Caesar, Marc Antony dan Octavius, semuanya adalah petinggi Kerajaan Romawi yang tergila-gila pada oleh Cleopatra.
Meski terbenam selama 1600 tahun, namun jejak kemewahan istana-istana di Alexandria, masih bisa ditemukan oleh para arkeolog. Dikabarkan, ada sekitar 500.000 rumah ikut terbenam dalam bencana mengerikan kala itu. Ini diketahui dari 700.000 gulungan catatan yang ditemukandi perpustakaan. Ditemukan juga 25 sphinx, patung dewa-dewa juga patung Cleopatra. Penggalian dipusatkan di bawah laut Pulau Antirhodus yang diperkirakan merupakan pusat istana sang ratu. Penemuan lainnya adalah kapal karam serta tiang granit merah, patung wajah ayah Cleopatra, King Ptolemy XII. Namun sebagian peninggalan itu diminta tidak dibawa naik ke darat karena Pemerintah Mesir menginginkan semua peninggalan pulau Cleopatra itu tetap di dasar laut. Pemerintah menjadikan dasar laut itu museum di dalam air.
2. Port Royal
Pusat Perdagangan Abad Ke-17 (Jamaika)Gempa bumi dahsyat telah menghancurkan sebuah kota yang gegap gempita, Port Royal, di Jamaika. Bukan hanya meluluhlantakan kota itu, tapi juga membenamkan semua yang ada di sana ke dasar laut. Dulunya, kota pelabuhan itu sangat terkenal sebagai sarang bajak laut, pelacuran, mabuk-mabukan.
Kota yang berada di Laut Karibia ini tenggelam hampir dua abad silam. Bandar itu dulu dikenal sebagai pusat perdagangan Spanyol yang paling terkenal di Karibia, bahkan di seluruh Amerika waktu itu. Menjelang senja hari, 7 Juni 1692, terasa bumi di bawah Port Royal menggeliat tiga kali, yang segera disusul gelombang pasang.
Tak ada lagi waktu untuk mengungsi. Sebab dalam beberapa menit saja, 90% dari kota bergedung 2000 itu -- kebanyakan bertingkat dua dan tiga -- atau amblas atau meluncur ke dalam laut. Lebih dari 2000 orang meninggal seketika. Kerugian harta benda tak tertaksir banyaknya. Catatannya kebanyakan tersimpan di arsip-arsip pemerintahan kolonial Spanyol.
Berpedoman pada arsip-arsip Spanyol itu, tahun 1966 pemerintah Jamaica mulai melancarkan operasi penyelaman dan penggalian besar-besaran untuk menemukan bandar abad ke-17 yang tenggelam itu. Walaupun lokasi kota di bawah-air itu tak terlalu dalam -- berkisar antara 1 sampai 20 meter -- sedang seluruh lokasi yang diselami 'hanya' 140 ribu mÿFD, toh penyelaman dan pengangkatan artifak-artifak Port Royal praktis makan waktu tiga tahun.
3. Mahabalipuram Candi yang Berada di Dalam Air (India)
Menurut 'legenda'nya Candi Tepi Laut yang terkenal dengan sebutan Mahabalipuram di pantai Tamil Nadu, bukanlah satu satunya candi tapi satu dari tujuh candi yang ada di sana, namun enam candi lain telah tenggelam. Kisah rakyat itu kemudian dibuktikan dengan ekspedisi tim arkeolog di lepas pantai dari Mahabalipuram, dan ditemukan sisa sisas batu, tembok, dll. Dikisahkan, pada abad ke 7, Dinasti Pallava yang memerintah daerah itu telah membuat banyak candi diantaranya Mahabalipuram dan Kanchipuram.
4. Yonaguni-Jima Tenggelam 2000 Tahun Lalu (Jepang)
Yonaguni-Jima letaknya dekat ujung selatan Kepulauan Ryukyu, Jepang, kira-kira 75 mil (120 kilometer) pantai timur Taiwan. Pulau Yonaguni digambarkan sebagai tempat yang luar biasa, namun daya tarik paling istimewa dari pulau ini adalah reruntuhan kota bawah laut yang berada di pantai selatan Yonaguni. Disebutkan kota ini tenggelam karena gempa bumi dan tsunami pada 2000 tahun lalu.
Ditemukan artefak dari lempengan batu yang masih kokoh, yang diduga menggunakan teknologi tinggi untuk mengukirnya. Artefak artefak yang ditemukan dipahat dengan lempengan batu yang sepertinya menggunakan peralatan yang belum ada pada zaman itu.
Namun Masaaki Kimura, ahli geologi laut dari Universitas Ryukyu, Jepang, meyakini kalau reruntuhan itu merupakan kota kuno yang telah ada 5000 tahun lalu.
5. Pavlopetri , Kota Pelabuhan Zaman Perunggu (Yunani)
Kota kuno Pavlopetri terdapat pada tiga sampai empat meter air saja di lepas pantai selatan Laconia di Yunani. Reruntuhan gedung sedikitnya ada 15 gedung yang masih terlihat bentuknya, masing-masing terdiri dari 3-4 kamar, jalan-jalan, bahkan kuburan masih bisa ditemukan. Dari penelitian ada perkiraan kalau kota ini telah ada pada 2800 SM namun ada pendapat lain bahwa kota lebih tua dari itu, yakni periode Mycenaean sekitar 1600-1100 BC. Yang menakjubkan, meski telah berusia ribuan tahun, namun struktur kota yg ditemukan terbilang utuh. Dari artefak tembikar yang ditemukan, diduga dibuat sekitar 1100 BC.
Diperkirakan, dulunya Pavlopetri adalah kota pelabuhan yang maju dan menjadi tempat berbisnis dengan penduduk setempat ataupun dengan pedagang di seluruh Mediterranean. Penemuan tempat ini menambah gambaran pengetahuan baru, khususnya tentang kehidupan masyarakat zaman perunggu.
Arkeolog Dr Jon Henderson, dari Universitas Nottingham, adalah arkeolog pertama untuk mempunyai akses resmi meneliti tempat itu. Ia mendapat izin istimewa dari pemerintah Yunani untuk meneliti kota di bawah laut itu. Menurut Henderson, penemuan ini sangat langka dan penting
6. Bay of Cambay, India
Beberapa tahun yang lalu ditemukan sebuah kota berumur lebih dari 9500 tahun. Lebih penting lagi penemuan ini lebih tua 5000 tahun dari apa yang pernah ditemukan di daerah ini, memaksa para ahli sejarah untuk mengevaluasi kembali pengertian mereka tentang sejarah kebudayaan di daerah itu. Penemuan ini dinamakan Dwarka atau Kota Emas, yang dinamakan menurut kota tua dalam laut yg dimiliki dewa Khrisna.
7. Kwan Phayao, Thailand
Sebetulnya candi berumur 500 tahun yang berada di dasar danau Phayao tidak aneh.Tetapi yang aneh adalah bahwa danau tersebut baru dibuat dengan sengaja 70 tahun yang lalu.
8. Havana, Cuba
Sebuah tim ilmuwan melanjutkan penelitian tentang puing-puing megalitic di selat Yucatan dekat Cuba. Mereka menemukan bukti bahwa ada sebuah pemukiman urban sepanjang beberapa mil sepanjang pantai. Beberapa percaya bahwa yang dahulu tinggal ditempat tersebut adalah kebudayaan America tua.
9. North Sea, Europe
Sebuah landscape baru-baru ini ditemukan di bawah Laut Utara. Dulu pernah didiami oleh manusia kurang lebih 10000 tahun yang lalu. Area tersebut dulu adalah sungai, danau dan samudra sekarang ada di bawah dasar laut.
10. Atlantis, Antarctica?
Lebih dari 100 tahun yang lalu seorang kurator museum di Istanbul menemukan sebuah peta tua. Setelah menelitinya dia menemukan lokasi yang ditandai dengan deretan gunung yang lokasinya adalah dimana Antartica sekarag berada. Peta ini adalah salah satu dari sekian bukti yang menyatakan bahwa Antartica adalah kota Atlantis yang hilang. Bukti terbaru adalah penemuan menggunakan teknologi sonar yg menunjukkan bahwa ada struktur lagi dibawah Antartica.
11. Singkil, Kisah Kota yang Tenggelam
1
Pohon-pohon mati di tepi pantai Singkil lama, Aceh, Sabtu (25/2). Ratusan tahun lalu, kawasan tersebut merupakan hutan lebat. Hutan tersebut kemudian tenggelam karena naiknya air laut ke daratan akibat gempa dan tsunami.
Air laut perlahan mengusir kehidupan dari kota Singkil, Aceh. Rumah, sekolah, kantor polisi, dan masjid ambles ke dalam bumi, lalu terisi air. Kota Singkil sepertinya akan bernasib sama dengan Singkil lama yang terlebih dulu hilang ditelan Samudra Hindia.
Pagi itu langit cerah setelah berhari-hari sebelumnya mendung mengirim hujan. Kami menghilir menyusuri Sungai Singkil dengan perahu untuk mencari jejak kota Singkil lama.
Lebat nipah dan bakau memagari tepian sungai. Sekitar 45 menit berperahu, kami tiba di tepi pantai. Deretan pohon mengering. Akar dan sebagian batang pohon itu tenggelam.
”Dulu ini hutan lebat. Setelah gempa 2004 dan 2005, tanah turun. Pohon-pohon mati. Hanya bakau yang bisa tumbuh,” kata Alimuddin (64), penduduk Singkil baru yang jadi penunjuk jalan. ”Di sini masih ada kuburan, rel, sumur, dan tembok rumah,” kata Alimuddin. Dia lalu menuntun kami ke rawa-rawa untuk mencari reruntuhan kota yang ditinggalkan itu.
Hutan bakau tumbuh lebat, lumpur hingga sepaha dalamnya. ”Terakhir ke sini tiga tahun lalu tidak selebat ini,” kata Alimuddin kebingungan.
Tiba-tiba Alimuddin yang berjalan cepat menghilang dalam lebat bakau. Kami terpisah dan berpencar. Dari hutan, muncul Rai Radi (34). ”Wah, kalian menakuti burung. Bakal tak ada tangkapan hari ini,” keluh lelaki dari Desa Ujung, Singkil.
Rai berburu burung di Singkil lama sejak 10 tahun lalu. Dia membuat jebakan kurungan yang diberi batok kelapa berisi air dan makanan. Setiap burung yang masuk tak akan bisa keluar. Hanya burung dan ikan yang bisa hidup di Singkil lama.
”Padahal, di sinilah dulu kakek-nenek kami bermukim,” katanya. Rai lalu menunjuk lubang-lubang bekas penggalian yang menganga di sejumlah titik. ”Itu bekas orang menggali untuk cari harta karun,” katanya.
Rai mengajak mencari peninggalan Singkil lama. Di rawa-rawa yang dikelilingi lebat bakau, kami menemukan makam tua yang dikelilingi reruntuhan tembok bata. Kami juga menemukan koin bertuliskan Hindia Belanda berangka tahun 1834, pecahan keramik dan kaca, sumur tua, serta reruntuhan tembok bata. ”Ini hanya sisanya. Kata orang tua, dulu di sebelah sana banyak deretan dinding rumah,” kata Rai, menunjuk Samudra Hindia.
”Galoro”
Tak ada catatan pasti kapan Singkil lama tenggelam. Namun, berdasarkan catatan Moehammad Saleh dalam buku otobiografinya, Riwajat Hidoep dan Perasaian Saja, 1965, hingga pertengahan abad ke-19, kota Singkil masih menjadi salah satu pusat perdagangan.
Sekitar awal 1861, Saleh berlayar ke Singkil untuk berdagang. Dia menginap beberapa hari, lalu kembali berlayar ke Pariaman. ”Belum lama saya di Pariaman, kembali dari Singkil, pecah kabar bahwa Pasar Singkil tenggelam, terbenam karena gelora (air laut) naik yang disertai gempa bumi,” tulis Saleh. Gempa itu disebut Saleh telah menenggelamkan gosong Djawi-Djawi yang berada di dekat Singkil. ”Bukan hanya Pasar Singkil yang tandas, perkuburan pun disapu licin air bah. Banyak orang mengungsi, melarikan badan ke bagian selatan Singkil, ke Ujung Bawang.”
Dalam rekaman warga, Singkil lama ditinggalkan karena dilanda galoro, yaitu ombak besar yang menerjang daratan setelah terjadi gempa. ”Cerita galoro ini berulang kali diceritakan orangtua kami,” kata Datuk Amirul Alam (74), warga Kilangan, Singkil. ”Kami baru tahu galoro itu sama seperti tsunami setelah gempa 26 Desember 2004.”
Setelah dilanda galoro, warga Singkil lama pindah, menjauh dari muara Kuala Singkil. Permukiman baru itu kini dikenal dengan Singkil. ”Permukiman pertama di Kilangan yang paling ujung di dekat sungai, kemudian menyebar ke Desa Ujung, Desa Pasar, dan Pulau Sarok.”
Singkil Baru
Namun, kota Singkil (baru) di sebelah hulu sungai, sekitar 45 menit berperahu motor dari Singkil lama, kembali tenggelam setelah dihantam gempa pada 26 Desember 2004, disusul gempa pada 28 Maret 2005.
Setelah dua gempa itu, daratan di Singkil ambles. Peneliti gempa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Danny Hilman, menemukan, daratan di Singkil turun 0,5 meter hingga 1,5 meter akibat gempa Maret 2005.
Sedikitnya 3.000 rumah di Singkil terendam air laut akibat turunnya tanah. Warga terpaksa meninggalkan rumah. Sebagian di antaranya kembali dan meninggikan lantai rumah mereka.
Abnan Balok (44), warga Kampung Kilangan, Singkil, mengatakan sudah tiga kali meninggikan lantai rumahnya. Akibatnya, jarak lantai rumah dan langit-langit semakin pendek.
”Padahal, di sini dulu pasar ikan, ramai sekali,” ujar Bakarudin (63), warga Desa Pasar, Singkil, meratapi kotanya yang terus tenggelam.
Hilangnya Singkil lama dan tenggelamnya Singkil (baru) membuktikan kuasa alam dalam mengubah jalan sejarah.(Agung Setyahadi/Ingki Rinaldi)

12. Banjarmasin, Kota yang Tenggelam

Jembatan Pasar Lama Banjarmasin
Bila kita melihat di Wikipedia, tercantum bahwa Kota Banjarmasin (3°,15 sampai 3°,22 Lintang Selatan dan 114°,32 Bujur Timur) mempunyai ketinggian tanah pada 0,16 m di bawah permukaan laut dan hampir seluruh wilayah digenangi air pada saat pasang.
Artinya? Kota Banjarmasin sudah tenggelam sejak awal dia didirikan. Dan masyarakatnya sudah memutuskan untuk membangun suatu peradaban diatas air. Maka rumah-rumah didirikan diatas tiang-tiang tinggi atau dibiarkan mengapung seperti rakit, yang dinamakan lanting. Masyarakat asli Banjarmasin tidak mengurug tanah untuk mendirikan bangunan, namun menajakkan tiang-tiang rumah, membiarkan air mengalir disela-selanya. Demikian juga dalam membuat jalan, yaitu membuat titian. Sedangkan jalan, adalah sungai. Masyarakat asli Banjarmasin telah beradaptasi dengan kondisi alamnya, dengan menyeleraskan, bukan menaklukkannya. Tuhan juga telah menciptakan kayu ulin yang kuat dan tahan air di daerah itu. Jadi arti pembangunan infrastruktur di masyarakat seperti itu seharusnya juga berbeda dengan masyarakat darat. Bukan jembatan, namun terusan. Bukan pengurugan, namun pengerugan dan pelebaran sungai. Bukan mobil, namun perahu.
Namun kenyataan ini hanya diketahui sebagian kecil penduduk Indonesia, meskipun nama Banjarmasin sebagai ibukota provinsi Kalimantan Selatan (yang paling dekat dengan Pulau Jawa) sudah dihapalkan dalam pelajaran geografi di sekolah dasar. Dan parahnya hal ini juga dialami para pengambil kebijakan di tingkat pusat. Kekurangan pemahaman akan keunikan geografis dalam pola negara yang sentralistik (di Jawa) menyebabkan arah pembangunan Banjarmasin selanjutnya mirip dengan Jawa yang berkonsep kedarat-daratan. Di Jawa sungai adalah saluran pembuangan, atau sesuatu yang dianggap kotor, maka itu mayoritas bangunan-bangunan di Jawa membelakangi sungai. Lain halnya dengan Banjarmasin yang bangunan (aslinya) malah menghadap sungai. Budaya sungai di Banjarmasin juga mulai bergeser, hal ini bisa ditengarai dengan bergesernya transportasi kota ke arah transportasi darat, bangunan perumahan yang berkonsep ala bangunan di tanah padat dan penyumbatan dan pengurugan sungai tanpa memperhatikan keseimbangan alam. Kemudian timbul pandangan (terutama dari ‘orang darat’) bahwa budaya sungai tidak higienis dan tidak modern.
Tiang pada (rangka) Rumah Bertajak
Bergesernya budaya sungai ke budaya darat ini pula yang bisa menyebabkan kekacauan dan kesemrawutan sebagaimana yang dialami oleh Banjarmasin. Lahan (tanah padat) di Banjarmasin bukannya mudah didapat, terutama karena biaya dan keterbatasan titik kembang kota. Pembangunan di wilayah rawa-rawa jauh lebih sulit dan menghabiskan biaya daripada lahan bertanah padat. Menimbun tanah rawa juga bukannya tidak menimbulkan masalah dikemudian hari karena bila tak dibatasi akan mengurangi daerah resapan air.
Sekarang kita melihat ke ibukota, dimana selalu dihantui akan banjir dan tenggelamnya kota karena pemanasan global, penyedotan air tanah dan abrasi air laut. Biaya yang dibuang untuk menanggulangi banjir saja sudah tak terhitung, dan penduduknya merasa tidak ada perbaikan atau tidak ada gunanya dalam mengatasi banjir. Ada baiknya melihat jauh ke negeri yang pernah menjajah kita, Belanda, tanahnya di bawah permukaan laut. Sudah ratusan tahun penduduknya berjuang melawan banjir, dengan pembangunan kanal-kanal, sistem drainase dan bendungan. Namun bukan berarti masalah telah selesai. Setiap dibangun suatu infrastruktur dan sistem anti banjir, alam sepertinya juga membuat pola penyerangan terbaru. Perang melawan banjir tidak ada habisnya.
Ada baiknya belajar mengenai apa yang dilakukan oleh masyarakat Banjarmasin (tempo doeloe). Daripada terus menerus berperang melawan alam, lebih baik menyelaraskannya. Daripada menghadang air dan banjir, ada baiknya membiarkan air menggenangi kota dan mulai beradaptasi dengannya.
Tidak mau? Solusinya pindah saja ke dataran tinggi. Nanti masalah banjir dan air mungkin dapat sedikit teratasi. Tapi silakan berkenalan dengan tanah longsor, gempa bumi dan kontur yang ektrim.
Cara Menyelesaikan Masalah
Sebenarnya sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah ditentukan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Setiap masalah yang datang pada diri kita ataupun pada alam ini karena ketentuan dari Allah, maka bagi orang yang beriman adalah menyelesaikan masalah yang terjadi, dengan berbuat amal kebaikan dan memohon atau berdoa selalu kepada Allah agar masalahnya diselesaikan oleh Allah.
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. [QS:13:11]
Untuk menyelesaikan permasalahan ummat, agar ummat tidak terjatuh pada kesusahan yang panjang, penderitaan yang abadi, dan dijauhkan dari segala musibah baik di dunia dan akhirat, maka 3 perkara yang dibuat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah Hijrah :
1. Membangun Masjid
2. Meluangkan Masa untuk Masjid
3. Membuat Amalan Masjid
Apa itu Amalan Masjid Nabawi? Amalan Masjid Nabawi adalah :
1. Dakwah Ilallah
2. Taklim Wa Ta’alum
3. Dzikir Ibadah
4. Khidmat
Jika suatu masjid sudah hidup 4 Amalan Masjid, maka rahmat Allah akan turun di kampung tersebut bercurah-curah. Keadaan kampung akan aman, tentram, dan sejahtera. Bukan semata-mata dengan cara perbaikan ekonomi, fasilitas kota, keamanan, tetapi dengan perbaikan amalan masjid, baru keadaan masyarakat di daerah itu akan baik dan aman. Sebagaimana baik dan amannya kehidupan kota Madinah, karena asbab hidupnya amalan Masjid Nabawi, dengan 4 amalan tersebut diatas.
7 Jaminan Allah subhanahu wa ta’ala akan diberikan bagi yang menghidupkan Amalan Masjid :
1. Keberkahan Rizki dan pertolongan dari arah yang tidak disangka-sangka
2. Allah akan menjaga rumah kita sebagaimana Allah menjaga Baitullah
3. Allah akan jaga istri dan anak kita sebagaimana Allah jaga istri dan anak Ibrahim ‘alaihis salam
4. Allah akan menangkan yang Haq dan hancurkan yang Bathil
5. Allah akan jadikan diri kita sebagai asbab hidayah
6. Allah akan jaga anak keturunan kita hingga 11 keturunan dalam kebaikan
7. Allah akan lindungi keluarga dan kampung kita dari fitnah dajjal
Mari kita hidupkan hidupkan 4 Amalan Masjid Nabawi dalam Masjid atau Mushalla kita, sehingga kita dan ummat manusia akan diberi keamanan, ketentraman, kesuksesan, kejayaan dan kebahagiaan dunia dan akhirat…..
Insya Allah sedia semuanya!!!!