Pages

Minggu, 02 Desember 2012

93. RAHMAT ALLAH 1

http://energikultivasi.files.wordpress.com/2011/09/rahmatallah.jpg

Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini bukanlah tanpa maksud. Apapun yang Allah subhanahu wa ta’ala ciptakan mempunyai tujuan dan manfaat atau hikmah. Dari hal paling kecil yang kadang kali luput dari perhatian manusia sampai hal paling besar. Bahkan ujian dan cobaan yang senantiasa menghampiri setiap kehidupan manusia tak lain adalah datang dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Allah subhanahu wa ta’ala mempunyai sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Dengan sifat Ar-Rahman manusia akan diberikan belas kasih-Nya di dunia sekaligus di akhirat sedangkan sifat Ar-Rahim manusia akan di berikan belas kasihnya hanya di akhirat. Di dunia manusia akan menjalani kehidupan yang menentukan tempat mereka di akhirat kelak. Manusia akan di tempatkan di tempat sesuai dengan apa yang mereka sudah lakukan di dunia. Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan rahmat di tempat yang didalamnya terdapat berbagai kenikmatan yaitu surga dan Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan siksanya di tempat yang didalamnya terdapat berbagai penderitaan yang tak lain adalah neraka.
ARTI DAN MAKNA RAHMAT ALLAH
Rahmat berasal dari akar kata “rahima, yang berarti “karunia”, atau “pemberian” dan kata ini sangat berdekatan dengan kata “nikmat”. Rektor Universitas Al Azhar, Syaikh Mahmud Syaltut merumuskan hubungan pengertian antara keduanya sebagai berikut : “Setiap nikmat Allah yang dikaruniakan hambaNya, baik yang bersifat umum ataupun khusus, semua itu buah dari rahmat” (Min Taujihati Al Islam, hal. 216).
Dari rumusan ini dapat disimpulkan bahwa rahmat itu ibarat pohon dan nikmat ibarat buahnya. Rahmat meliputi segala bidang kehidupan, bertemu dalam setiap keadaan dan situasi. Rahmat menimbulkan sikap ridha dan ikhlas menerima bencana yang menimpa. Pada umumnya kita memahami rahmat hanya berupa kesenangan atau kebahagiaan lahiriah belaka dan tidak pernah terpikirkan bahwa rahmat juga dapat berupa musibah atau bencana. Allah memberikan keuntungan atau kerugian, tetapi keduanya merupakan ujian untuk menguji hambaNya, sehingga apa yang menurut pandangan manusia seakan-akan berupa kebaikan, padahal dibaliknya terdapat kejelekan, atau suatu yang dipandang baik oleh kita padahal menurut pandangan Allah ternyata sebaliknya.
Makna dari rahmat Allah adalah seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. Muhammad Mutawali dalam bukunya tafsir Asy-Sya’rawi : “Allah subhanahu wa ta’ala disebut Dzat Yang Maha Penyayang di dunia karena banyaknya makhluk Allah yang tercakup oleh sifat rahmat-Nya ini. Rahmat Allah subhanahu wa ta’ala di dunia berlaku umum kepada makhluk-Nya, baik orang mukmin, pelaku maksiat, maupun orang kafir. Di dunia Allah subhanahu wa ta’ala memenuhi semua kebutuhan mereka secara merata tanpa memperhitungkan dosa-dosa mereka. Dia memberi rezeki dan ampunan kepada mukmin dan non-mukmin.
Dengan demikian, semua manusia di dunia mendapat rahmat-Nya tanpa memandang apakah mereka beriman atau tidak. Akan tetapi, di akhirat Allah subhanahu wa ta’ala hanya memberikan rahmat kepada orng mukmin saja, sedangkan orang-orang kafir dan orang-orang musyrik tidak akan memperoleh Rahmat-Nya. Oleh karenanya penerima rahmat di akhirat jumlahnya lebih kecil jika dibandingkan saat berada di dunia.
Rahmat (kasih sayang) Allah harus kita cari atau diminta/dimohonkan kepada Allah, agar kita tidak menjadi seperti syaitan yang menjauh dari Allah dan Iblis yang berputus ada dari rahmat Allah. Rahmat tidak selalu datang dari apa yang kita suka. Namun dari yang kita tidak suka pun merupakan rahmat Allah. Orang yang beruntung adalah orang yang mencari rahmat Allah karena akan mampu menerima apapun yang diberikan Allah kepadanya dan dapat menjadi orang yang bertawakkal (berserah diri kepada Allah).
Manusia dalam doanya sering memohon agar diberi keinginannya/hasratnya dikabulkan namun melupakan takdir Allah padahal kehidupan ini berada diantara ikhtiar insani dan takdir Ilahi. Itulah pentingnya rahmat. Jadi paradigmanya harus di rubah. Kita harus yakin dulu akan takdir Ilahi kemudian berdoa dan atau berikhtiar agar apa yang kita inginkan terjadi sehingga kalau pun apa yang kita inginkan tidak terjadi, kita sudah menyadari itu merupakan takdir Ilahi. Dan kesimpulannya orang yang sukses adalah orang yang mendapatkan keinginannya yang sesuai dengan takdir Ilahi.
Lantas bagaimana caranya agar apa yang kita inginkan dapat sesuai dengan takdir Ilahi? Yaitu berharaplah agar Allah memberikan inspirasi atau ilham agar apa yang Allah kehendaki/takdirkan menjadi keinginan kita. Atau menyandarkan keinginan kita dengan Kehendak Allah subhanahu wa ta’ala.
Kandungan kata Rahmat :
·          Allah sudah memberi sebelum diminta
·          Allah selalu memberi kepada yang meminta
·          PemberianNya melebihi dari yang diminta
·          Allah tak pernah berharap kembali dari yang telah diberikanNya
·     PemberianNya meliputi kebutuhan, keinginan dan yang tak pernah terbayangkan.
Siapapun yang telah berbuat sesuatu yang tidak menyukakan Allah, maka seketika hilanglah rasa ketidaksukaan Allah itu apabila segera bertobat kepada-Nya. Itulah salah satu rahmat Allah. Kita diperintahkan oleh Allah agar bersegera mengejar ampunan Allah lalu berlomba lombalah mendapatkan ampunan Allah. 
NAMA ALLAH AR RAHMAN DAN AR RAHIM
Dalam Ensiklopedia Ar-Rahman Ar-Rahim, berasal dari kata rahmat dari segi bentuknya, yang berarti suatu ungkapan dari sekumpulan perasaan yang memiliki hubungan yang tidak terputuskan (saling berhubungan erat) saat menghadapi suatu kejadian atau orang tertentu. Dengan demikian penjelasan diatas mengantarkan kita pada adanya sifat perasaan dalam diri manusia.
Pertanyaannya, “Apa yang dimaksud dengan perasaan?”
Jawabannya, “Perasaan adalah suatu emosi yang muncul sebagai hasil dari proses kimiawi dalam otak manusia.” Pertanyaan berikutnya, “Apakah yang disebut dengan otak ?” Jawabannya, “Otak adalah sebuah laboratorium kimia yang rumit.” Pertanyaan berikutnya, “Apa yang disebut dengan laboratorium kimia (yang terjadi dalam otak manusia) ?” Jawabannya, “Suatu piranti lunak yang menjadi inti dari segala perubahan (transformasi) kimiawi yang terjadi terus menerus tanpa henti dengan kerja yang sangat menakjubkan. Aktivitas ini menghasilkan pemikiran, perasaan takut, ambisi, cita-cita, rencana dan lain sebagainya.”
Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah menciptakan kehidupan di atas bumi ini dengan rahmat-Nya, dan berkat rahmat-Nya pula kehidupan terus berjalan, sehingga sekalipun bumi ini kering dan tandus, maka berkat rahmat-Nya hujanpun turun sebagai sumber kehidupan dan anugerah-Nya. Kehidupan diatas muka bumi ini sama dengan kehidupan di dalam hati. Allah telah menciptakan hati, lalu Dia menghiasinya dengan keindahan Rahmat-Nya.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin [95] : 4) .
Allah subhanahu wa ta’ala meninggikan derajat manusia dengan memberikannya akal dan hikmah, mengistimewakan nya dengan penglihatan yang baik, dan bentuk tubuh yang indah, menjadikan struktur tubuhnya berfungsi dengan aturan-aturan yang harmonis dan penuh keindahan.
Kata Rahmat yang asal katanya Rahmah, merupakan kata yang istimewa, yang didalam Al Quran, Allah subhanahu wa ta’ala mengenalkan diri Allah kepada ummat manusia dengan sifat Ar Rahman dan Ar Rahim, sebagai yang Maha Pengasih dan yang Maha Penyayang
Syaikh Muhammad Khalil Al-Harras mengatakan, “Keduanya adalah nama yang mulia dari nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala. Kedua nama ini menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala memiliki sifat rahmat yang artinya kasih sayang, yang merupakan sifat hakiki bagi Allah dan sesuai dengan kebesaran-Nya.”
Kedua nama Allah subhanahu wa ta’ala ini disebutkan dalam banyak ayat dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, diantaranya :
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Fatihah : 1)
الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
“Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Fatihah : 3)
Maknanya Ar-Rahman artinya yang memiliki rahmat, kasih sayang yang luas, karena wazan (bentuk kata) fa’lan dalam bahasa Arab menunjukkan makna luas dan penuh. (Wazan (timbangan) فَعْلَانُ fa’lan; kata yang sesuai dengan timbangan ini seperti رَحْمَانُ ,غَضْبَانُ عَطْشَانُ, dan lain-lain). Misalnya kata ‘Seorang laki-laki ghadhbaan,’ artinya penuh kemarahan.
Sementara, Ar-Rahim adalah nama Allah subhanahu wa ta’ala yang memiliki makna kata kerja dari rahmat yaitu yang merahmati atau yang mengasihi), karena wazan fa’iil (فَعِيْلٌ) bermakna faa’il فَاعِلٌ) pelaksana, sehingga kata tersebut menunjukkan perbuatan untuk merahmati atau mengasihi). (Wazan (timbangan) فَعِيلٌ fa’iil; kata yang sesuai dengan timbangan ini seperti رَحِيمٌ, حَلِيمٌ, كَرِيمٌ, dan lain-lain).
Oleh karena itu, paduan antara nama Ar-Rahman dan Ar-Rahim bermakna “Rahmat Allah subhanahu wa ta’ala itu luas dan kasih sayang-Nya akan sampai kepada makhluk-Nya.”
Adakah perbedaan antara nama Allah subhanahu wa ta’ala, Ar-Rahman dan Ar-Rahim? Al-Arzami rahimahullah mengatakan: “Ar-Rahman artinya Yang Maha Pengasih terhadap seluruh makhluk, sedangkan Ar-Rahim artinya Yang Maha Pengasih terhadap kaum mukminin.” (Tafsir Ibnu Jarir Ath-Thabari, Tafsir Basmalah)
Dengan demikian, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan Ar-Rahman adalah yang rahmat-Nya meliputi segala sesuatu di dunia, karena bentuk kata/wazan fa’lan itu menunjukkan penuh dan banyak. Sedangkan Ar-Rahim, yang rahmat-Nya khusus terhadap kaum mukminin di akhirat. Akan tetapi, ada pula yang mengatakan sebaliknya. Ibnul Qayyim rahimahullah memandang bahwa Ar-Rahman menunjukkan sifat kasih sayang pada Dzat Allah subhanahu wa ta’ala (yakni Allah memiliki sifat kasih sayang), sedangkan Ar-Rahim menunjukkan bahwa sifat kasih sayang-Nya terkait dengan makhluk yang dikasihi-Nya, sehingga seakan-akan nama Ar-Rahman adalah sifat bagi-Nya, sedangkan nama Ar-Rahim mengandung arti perbuatan-Nya, yakni menunjukkan bahwa Dia memberi kasih sayang kepada makhluk-Nya dengan rahmat-Nya, jadi ini sifat perbuatan bagi-Nya.
Perhatikanlah firman Allah subhanahu wa ta’ala :
وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
“…Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ahzab : 43)
إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
“Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.” (QS. At-Taubah : 117)
Allah subhanahu wa ta’ala tidak menyebutkan dengan nama Ar-Rahman sama sekali. Dengan demikian kita tahu bahwa makna Ar-Rahman adalah Yang memiliki sifat kasih sayang dan makna Ar-Rahim adalah Yang mengasihi dengan kasih sayang-Nya. (Syarah Nuniyyah, Ahmad Isa)
Orang yang memperhatikan nama Allah subhanahu wa ta’ala Ar-Rahman, yaitu bahwa Allah Mahaluas rahmat-Nya, memiliki kasih sayang yang sempurna, dan kasih sayang-Nya telah memenuhi alam semesta baik yang atas maupun yang bawah, serta mengenai seluruh makhluk-Nya, serta mencakup dunia dan akhirat. Mari kita mentadaburi ayat-ayat yang menunjukkan makna semacam ini dalam sub bab bagaimana bentuk rahmat Allah di bawah ini.
BENTUK RAHMAT ALLAH
Rahmat Allah meliputi Semua CiptaanNya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“…Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu...” (QS. Al-A’raf : 156)
فَإِن كَذَّبُوكَ فَقُل رَّبُّكُمْ ذُو رَحْمَةٍ وَاسِعَةٍ وَلَا يُرَدُّ بَأْسُهُ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ
Maka jika mereka mendustakan kamu, katakanlah, Tuhanmu mempunyai rahmat yang luas, dan siksaNya kepada orang-orang yang berdosa tidak dapat dielakkan.’ (QS. Al-Anam, 147)
Rahmat Allah berupa Waktu Siang dan Malam
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَمِن رَّحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِن فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al-Qasas : 73)
Tafakkur Sejenak tentang Penciptaan Siang dan Malam
Sebuah peristiwa yang rutin terjadi setiap hari adalah saling bergantinya antara keadaan siang dan malam hari. Mayoritas manusia, termasuk diri kita menganggap hal itu adalah kejadian biasa. Tidak perlu mendapatkan perhatian khusus, karena hal itu berlangsung terus menerus dan setiap hari kita pasti menjumpainya. Seperti sarapan, makan siang, makan malam, berangkat tidur, bangun dari tidur, siang dan malam adalah suatu kebiasaan. Sebuah kebiasaan yang selalu berlalu tanpa adanya kesan yang mendalam.
Siang pasti datang, demikian juga malam. Kita menyambut siang dengan persiapan kegiatan. Sebuah kegiatan yang monoton seperti berangkat kerja, sekolah, ke pasar atau main-main untuk anak usia dini. Dari ke hari kita menghadapi hal yang hampir sama. Dan sering pula kita mengawali semua kegiatan tersebut dengan “sarapan” atau makan pagi. Sebuah kegiatan yang terkesan itu itu saja. Atau sebuah rutinitas yang sebenarnya “membosankan” tapi kita sangat menikmatinya. Entah dengan suka rela atau terpaksa.
Hal seperti itu berlangsung terus selama kita masih bernafas. Paling tidak untuk lima atau enam hari dari hari Senin sampai hari Jum`at atau sabtu. Sedangkan hari minggu kita bisa merencanakan sesuatu yang lain. Mungkin refreshing. Dengan mengunjungi sanak keluarga yang berada jauh dari tempat tinggal kita atau mengunjungi tempat-tempat rekreasi. Atau memutuskan untuk tetap tinggal di rumah dengan menyelesaikan pekerjaan yang berkaitan dengan situasi dan kondisi dalam rumah.
Jika malam mulai menampakkan gelapnya, kita menyambutnya dengan kilauan cahaya lampu. Menyelesaikan sedikit urusan di luar rumah atau memanjakan diri dengan hiburan. Ada beberapa pilihan dalam menghibur diri di malam hari. Keluar rumah dengan mengeluarkan biaya yang besar kecilnya relatif. Tergantung pilihan hiburan dalam bentuk dan kemasannya. Atau justru diam dirumah dengan memelototi “setan kotak” alias televisi. Sampai beberapa saat kemudian menyusul gelapnya malam dengan mata yang terpejam. Tidur. Demikian setiap harinya, siang dan malam kita lalui dengan variasi-variasi kegiatan yang beraneka ragam tergantung pada kepentingan masing-masing orang.
Apa sebenarnya siang dan malam itu ?
Siang adalah situasi di bagian permukaan bumi yang mendapatkan cahaya dari matahari akibat dari rotasi atau perputaran bumi pada porosnya. Situasi dimana manusia memanfaatkan terangnya alam untuk mencari karunia Allah berupa rizqi yang bersifat materi. Suatu keadaan dimana manusia menyibukkan diri dengan kepentingan masing-masing. Muara dari masing-masing kegiatan yang dilakukan oleh sebagian besar manusia juga berbeda-beda.
Ada yang bermuara pada “ilmu”, seperti mereka yang memanfaatkan waktu untuk belajar di sekolah. Ada pula yang bermuara pada “materi” seperti mereka yang bekerja atau berusaha untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Juga sekalian untuk menunjang kehidupan esok harinya atau masa yang akan datang. Dengan menyisihkan sebagian rizqi atau hasil berupa materi yang di dapat setelah sebagian yang lain digunakan untuk memenuhi kebutuhan pada hari yang sama.
Sedangkan malam adalah situasi dimana sebagian permukaan bumi berada dibalik matahari sehingga tidak mendapatkan cahaya. Situasi dimana manusia memanfaatkannya untuk beristirahat setelah seharian bergelut dengan urusannya masing-masing. Ada yang bermuara pada “istirahat” total. Yaitu mereka yang memanfaatkan malam untuk “tidur”. Ada yang bermuara pada “hiburan”, untuk menikmati malam setelah seharian dalam kelelahan. Ada yang bermuara pada “pengabdian”. Yaitu mereka yang memanfaatkan malam dengan banyak menyebut nama Allah melalui media shalat malam atau tahajud.
Bagaimana proses peristiwa itu terjadi ?
Matahari adalah sebuah bola gas yang berpijar. Bentuknya tidak padat tapi berbentuk plasma. Yang terus bersinar dengan menukar zat hidrogen dengan zat helium melalui sebuah proses yang disebut dengan “fusi” nuklir. Setiap saat matahari “bersedekah” untuk alam dengan massa sebesar 4 juta ton. Dengan sedekah sebesar itu setiap saat, matahari telah memberikan cahaya yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia di permukaan bumi.
Sedangkan bumi adalah sebuah planet yang mempunyai massa sebesar 59.760 milyar ton, dan diameter 12.756 km. Jaraknya dengan matahari adalah 149.680.000 km atau dibulatkan 150 juta km. Bentuk dari bumi ini adalah bulat pipih di atas dan bawahnya yang disebut kutub utara dan kutub selatan. Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan sekitar 1.669 km/jam. Sambil berputar bumi “berjalan” mengitari matahari pada garis edarnya (orbit) atau manzilah dengan kecepatan 107.000 km/jam. Dalam perjalanan “hidup”nya bumi ditemani oleh sebuah satelit, yaitu bulan yang senantiasa setia mengikuti dan mengitarinya.
Kita adalah sebuah parasit bumi. Kita adalah sekelompok penumpang “pesawat” bulat yang melesat dengan kecepatan luar biasa, 107.000 km/jam. Karena besarnya “pesawat” atau “kapal” yang kita tumpangi, hingga kecepatan yang jauh melebihi larinya motor di moto GP dan mobil formula 1 tak bisa kita rasakan layaknya seperti melesatnya sebuah motor dengan kecepatan tinggi. Begitu tenangnya “pesawat” bumi ini sehingga kita bisa leluasa untuk bergerak kemanapun kita mau tanpa harus takut terlempar.
Berputarnya bumi pada porosnya itulah yang menyebabkan terjadinya gelap dan terang di sebagian permukaan bumi. Kita menyebutnya dengan kata “siang dan malam”. Sebuah peristiwa yang menyebabkan kita bisa memisahkan kapan kita harus beraktifitas dan kapan kita harus beristirahat. Untuk merasakan hangatnya sinar matahari dan indahnya bulan dan bintang. Untuk bisa merasakan hiruk pikuknya kehidupan dan kesunyian di kegelapan malam.
Dan berjalannya bumi dan bulan pada “jalur”nya menyebabkan kita mengetahui hitungan bulan dan tahun. Waktu yang dibutuhkan oleh bumi untuk mengitari matahari adalah 1 tahun atau 365 hari. Semua peristiwa tersebut mempunyai kegunaan dalam kehidupan di bumi dan demi menyempurnakan umur manusia dari lahir hingga ajalnya. Dan sebuah kepastian akan adanya Dzat yang mempunyai kemampuan mengatur kesemuanya itu demi bergulirnya sebuah kata, yaitu “kehidupan”.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ﴿٥﴾
”Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”. (QS. Yunus : 5).
Mengapa harus ada siang dan malam ?
Siang dan malam adalah sebutan untuk dua bagian dari permukaan bumi. Dimana pada saat-saat tertentu tersinari cahaya matahari dan pada saat yang lain tidak mendapatkan sinar kecuali hanya cahaya yang dipantulkan bulan. Sedang dua keadaan itu pasti terjadi akibat dari berputarnya bumi dalam perjalanannya mengitari matahari. Karena dua keadaan yang saling bergantian inilah kita sekarang masih bisa menikmati hidup kita. Kita bisa menikmati indahnya alam di siang hari dan indahnya bintang-bintang di malam hari.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ اللَّيْلَ سَرْمَدًا إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَٰهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِضِيَاءٍ ۖ أَفَلَا تَسْمَعُونَ﴿٧١﴾
”Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?” (QS. Al Qashash : 71)
Jika malam berlangsung terus menerus, yang terjadi adalah membekunya air yang ada di seluruh bagian bumi yang gelap. Jika berlangsung lebih lama lagi bahkan semua akan membeku termasuk cairan yang ada dalam tubuh kita. Sehingga diperkirakan dalam hitungan hari semua makhluk di bumi akan mati. Tidak ada kehidupan. Bahkan untuk diri bumi sendiri. Karena hidupnya bumi ditandai dengan bergeraknya bumi pada porosnya dan berjalannya bumi pada orbit yang telah di tentukan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Peristiwa seperti ini harusnya bisa menjadi pelajaran bagi kita kalau kita masih menginginkan sebuah kehidupan. Terutama untuk kehidupan diri kita sendiri. Karena semua gerakan dan lalu lintas dari semua planet tersebut sudah di atur oleh Allah. Bumi sudah diperintahkan oleh Allah untuk berjalan dengan sudut kemiringan tertentu agar masing-masing bagian dari bumi mendapatkan sinar dengan adil. Sesuai dengan kebutuhannya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ النَّهَارَ سَرْمَدًا إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَٰهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُونَ فِيهِ ۖ أَفَلَا تُبْصِرُونَ﴿٧٢﴾
”Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS. Al Qashash : 72)
Allah memberikan pertanyaan itu pada kita, sebuah pertanyaan yang seharusnya membuat kita sadar bahwa peristiwa siang dan malam adalah sebuah kesengajaan dari Allah untuk membuat segala apa yang ada di bumi bisa hidup. Panas yang terus menerus bisa menguapkan seluruh air yang ada di permukaan bumi. Tidak terkecuali cairan yang ada di tubuh kita.
Dalam sebuah buku yang pernah saya baca meginformasikan, hanya dalam beberapa jam saja panas di permukaan bumi bisa meningkat tajam. Jika panas puncak terjadi terus menerus selama lebih dari 100 jam, bisa di pastikan seluruh air yang ada di permukaan bumi, termasuk dalam tubuh kita akan menguap. Dan hanya membutuhkan waktu sekitar 200 jam, seluruh kehidupan di permukaan bumi akan musnah. Tapi Allah menjaga kondisi panas di permukaan bumi tetap dalam batas-batas panas tertentu untuk menjaga kelangsungan hidup bumi dan semua yang ada di atasnya.
Allah sengaja menjadikan siang untuk manusia, agar di siang hari itu mereka mencari sebagian karuniaNya. Dan pada malam harinya mereka memanfaakan waktu untuk beristirahat. Dan Allah menciptakan semua itu tak lain hanyalah agar manusia bersyukur. Dengan mentaati semua perintah Allah dan menjauhi semua yang dilarangNya. Selalu berusaha untuk menjadikan dirinya seorang yang hanya menghamba kepada Allah. Dan selalu berusaha untuk menjadikan dirinya sebagai seorang yang bertaqwa.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ﴿٧٣﴾
”Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al Qashash : 73)
Siang dan malam adalah sebuah tanda. Yaitu tanda-tanda bahwa Allah kuasa untuk memerintahkan kepada semua makhluk untuk tunduk kepadaNya. Termasuk bumi, bulan dan matahari. Cukup banyak ayat-ayat mengenai kuasanya Allah untuk menundukkan siang dan malam agar selalu bergantian dalam kemunculannya. Dn menerangkan bahwa peristiwa siang dan malam adalah tanda-tanda Allah bagi mereka yang mau berpikir.
Kita bisa meneliti di beberapa ayat diantaranya QS. Al Israa’ 12; QS. Ar Ruum 23; QS. An Naml 86; QS. Al Furqan 47 dan 62; QS. An Nuur 44; QS. Yunus 6 dan 67; QS. Ali Imraan 190; QS. Al Mu`min 61; QS. Al Baqarah 164 dan ayat-ayat lain yang masih berkaitan dengan siang dan malam.
Demikianlah, siang dan malam adalah sebuah tanda bagi manusia yang mau berfikir, yang mau melihat, yang mau mendengarkan, yang mau bersyukur kepada Allah. Tetapi kenyataannya banyak manusia yang tidak mau bersyukur. Tidak mau melihat, tidak mau berfikir tidak mau mendengar tentang tanda-tanda kuasanya Allah ini. Kita hanya mau berfikir tentang kebutuhan materi untuk hidup kita. Kita tidak perduli dengan Iman dan kehidupan setelah kematian kita.
Kita cenderung “cuek” atau tidak perduli dengan semua kejadian alam ini. Kita hanya cenderung untuk menikmati dan tidak mau mengambil pelajaran yang ada pada diri siang dan malam yang hampir tiap hari kita jumpai. Kita membiarkan berlalu begitu saja pelajaran hidup berupa tanda-tanda yang diberikan oleh Allah dengan peristiwa-peristiwa alam yang terjadi di sekitar kita. Dan kita menyia-nyiakan waktu yang diberikan oleh Allah kepada kita yang sebenarnya dipakai untuk memahami tanda-tanda kebenaran tentang kehidupan akhirat dengan segala apa yang akan terjadi di dalamnya.
Hanya kekaguman yang kita ungkapkan, bukannya sebuah kesadaran akan arti pentingnya Iman yang sebenarnya. Sebuah kekaguman yang hanya berguna untuk melepaskan dahaga kita tentang keindahan alam. Untuk memanjakan hati dengan rasa senang dengan indahnya sebuah penciptaan. Bukan sebuah kesadaran tentang kuasanya Sang Pencipta. Bukan pula sebuah kesadaran akan pasti datangnya hari kiamat dan hari kebangkitan kita untuk menuju sebuah pengadilan dunia akhirat.
Mudah-mudahan Allah segera memberikan cahayanya kepada kita semua agar masing-masing diri kita memperoleh sebuah pencerahan batin untuk mensyukuri semua nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada kita. Dan mudah-mudahan pula Allah selalu memberikan bimbingan dan petunjuknya dalam memahami ayat-ayat atau tanda-tandaNya. Baik yang ada dalam Al Qur`an maupun yang terserak di diseluruh alam semesta.
Rahmat Allah berupa Keluarga dan Kegembiraan
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَوَهَبْنَا لَهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنَّا وَذِكْرَىٰ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Al-Saad : 43)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَإِذَا أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً فَرِحُوا بِهَا ۖ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ إِذَا هُمْ يَقْنَطُونَ
Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa sesuatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa.” (QS. Ar-Rum : 36)
Allah menjadikan hidup tenang bersama keluarga. Setiap diri kita mempunyai keluarga, baik keluarga dalam rumah kita ataupun tetangga kita. Betapa indahnya hidup ini ketika bersama istri dan anak-anak, dan seterusnya. Kita sering bergembira ria bersama keluarga. Sungguh besar rahmat Allah subhanahu wa ta’ala.  Disamping banyak lagi yang menggembirakan manusia. Bolehlah diambil beberapa contoh seperti makanan, pangkat, kemewahan, kesehatan, kekuasaan dan kekayaan, maka semua itu adalah rahmat Allah.
Kita juga sering mendengar orang berkata, bila hujan turun, mereka akan berkata hujan itu rahmat. Pendek kata apa saja yang disediakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk kebaikan dan kegembiraan manusia adalah rahmatNya. Allahu Akbar….!
Semua yang Diciptakan Allah adalah untuk Manusia
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ
“…Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (QS. Al-Hajj : 65)
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit.  Dan dia Maha Mengetahui segala sesuatu.’ (QS. Al-Baqarah : 29)
Berapa banyakkah untuk dihitung apa yang ada di bumi? Ini mencakupi segala apa yang ada di ruang angkasa bumi, di atas muka bumi, di dalam perut bumi dan lautan. Allah menyediakan segala-galanya untuk kita manusia.


The Biggest Stars in the Universe


 Comparison Of The Entire Universe (Updated 2011) 
Moons, Planets, Stars, Nebulas, Galaxies, Clusters
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا أُحِلَّ لَهُمْ ۖ قُلْ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ ۙ وَمَا عَلَّمْتُم مِّنَ الْجَوَارِحِ مُكَلِّبِينَ تُعَلِّمُونَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ اللَّهُ ۖ فَكُلُوا مِمَّا أَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi mereka?" Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu, kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu , Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu , dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepasnya) Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya". (QS. Al-Maidah : 4)
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ ۚ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ كَذَ‌ٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat . Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.“ (QS. Al-A’raf : 32)
Perhiasan-perhiasan dari Allah dan makanan yang baik-baik itu dapat dinikmati di dunia ini oleh semua orang, baik yang beriman dan yang tidak beriman.
وَالْأَنْعَامَ خَلَقَهَا ۗ لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ وَمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ  وَلَكُمْ فِيهَا جَمَالٌ حِينَ تُرِيحُونَ وَحِينَ تَسْرَحُونَ
“Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfa'at, dan sebagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan.” (QS. An-Nahl : 5-6)
وَأَنزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ ۚ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
“…Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfa'at bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al-Hadid : 25)
Ayat ini menyebut besi, sejenis logam yang kuat, disediakan untuk memberi manfaat kepada manusia. Perkataan besi adalah contoh kepada banyak jenis logam yang disediakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Misalnya emas, tembaga, seng, dan yang bentuk cairan ialah logam raksa. Kesemuanya disediakan untuk kebaikan kita manusia. Sebagian logam kita gunakan untuk perhiasan emas, emas putih. Bahan-bahan ini pula memberi peluang kepada dunia perniagaan.
Apa yang disebut dalam ayat-ayat di atas adalah untuk manusia. Dari bahan-bahan keperluan hidup, seperti makanan termasuk yang berupa binatang buruan, dan pakaian daripada bulu, disediakan juga bahan untuk kegunaan peralatan seperti besi, malah Allah menyediakan juga perhiasan. Kesemuanya ini adalah rahmatNya.
فَانظُرْ إِلَىٰ آثَارِ رَحْمَتِ اللَّهِ كَيْفَ يُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ إِنَّ ذَ‌ٰلِكَ لَمُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Dzat yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ar-Rum : 50)
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً ۗ
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin…” (QS. Luqman : 20)
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (QS. An-Nahl : 53)
وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl : 18)
Juga ayat-ayat setelahnya yang menunjukkan pokok-pokok nikmat, dan cabangnya yang mengandung salah satu dari sekian banyak buah rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh karenanya, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di akhirnya :
ذَ‌ٰلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ
“Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).” (QS. An-Nahl : 81)
Lalu kita mentadaburi pula dalam surat Ar-Rahman dari awal hingga akhirnya, karena surat itu adalah ungkapan dari penjabaran rahmat Allah subhanahu wa ta’ala, maka semua ragam makna dan corak nikmat yang ada padanya adalah rahmat dan kasih sayang-Nya. Oleh karena itu, Allah subhanahu wa ta’ala mengakhiri surat itu dengan menyebutkan apa yang Allah subhanahu wa ta’ala siapkan untuk orang-orang yang taat di dalam surga, berupa kenikmatan abadi yang sempurna, yang merupakan buah dari rahmat-Nya. Oleh karenanya, Allah subhanahu wa ta’ala menamai surga dengan rahmat, sebagaimana dalam ayat-Nya :
وَأَمَّا الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَةِ اللَّهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya.” (QS. Ali ‘Imran : 107)
Dalam hadits disebutkan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan kepada Al-Jannah (Surga) :
أَنْتَ رَحْمَتِي أَرْحَمُ بِكَ مَنْ أَشَاءُ مِنْ عِبَادِي
“Engkau adalah rahmat-Ku yang denganmu Aku merahmati siapa yang Kukehendaki dari hamba-Ku.”
Ringkas kata, Allah subhanahu wa ta’ala telah menciptakan makhluk dengan rahmat-Nya dan mengutus para rasul kepada mereka karena rahmat-Nya pula. Allah subhanahu wa ta’ala memerintah dan melarang mereka serta menetapkan syariat untuk mereka karena rahmat-Nya. Allah melingkupi mereka dengan kenikmatan lahir dan batin karena rahmat-Nya. Dia subhanahu wa ta’ala mengatur mereka dengan berbagai aturan dan melindungi mereka dengan berbagai perlindungan karena rahmat-Nya, serta memenuhi dunia dan akhirat dengan rahmat-Nya.
Oleh karena itu, urusan ini tak akan menjadi baik dan mudah, begitu pula tujuan dan berbagai tuntutan tak akan terwujud melainkan karena rahmat-Nya. Bahkan, kasih sayang-Nya melebihi semua itu, lebih agung dan lebih tinggi. Apatah lagi, orang-orang baik dan bertakwa akan mendapatkan bagian terbesar dan kebaikan terbanyak dari rahmat-Nya.
إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
“Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf : 56)
Buah mengimani nama Allah subhanahu wa ta’ala tersebut akan menambah rasa syukur kita kepada Allah, karena berbagai nikmat yang dikaruniakan Allah subhanahu wa ta’ala kepada kita, baik yang ada dalam organ tubuh, kebutuhan keseharian, alam sekitar kita, maupun alam semesta ini semuanya, adalah semata-mata buah dari kasih sayang-Nya, yang mengharuskan kita untuk tunduk dan bersyukur kepada-Nya, serta membalasnya dengan ketaatan, bukan dengan kemaksiatan dan kerusakan. Wallahu a’lam.
10 WAKTU RAHMAT ALLAH YANG KITA JANGAN MENSIA-SIAKAN
Allah subhanahu wa ta’ala telah mengkhususkan beberapa waktu, di mana pada waktu itu manusia begitu dekat dengan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala dan karunia-Nya. Pada waktu itu manusia begitu dekat dengan Allah subhanahu wa ta’ala, di mana pintu-pintu langit terbuka dan doa-doa diterima. Diantaranya ada 10 waktu sebagaimana yang disebutkan dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, iaitu;
1. Waktu tergelincirnya matahari pada hari Jum’at hingga terbenamnya matahari. Yakni antara selepas masuknya waktu Jum’atan pada hari Jum’at hingga masuknya waktu Maghrib. Ini berlaku hanya seminggu sekali.
2. Waktu ketika dinihari, yaitu sepertiga malam yang akhir, atau waktu suhur sebelum masuk waktu fajar. Yakni antara pukul 2 atau 3 pagi hingga pukul 4 atau 5.
3. Waktu sujud dalam shalat, baik dalam shalat fardhu mahupun shalat sunnat.
4. Waktu setelah adzan berkumandang, yaitu antara adzan dan iqamah.
5. Waktu setelah setiap shalat fardhu lima waktu.
6. Waktu orang yang berpuasa hingga berbuka puasa.
7. Waktu turunnya hujan lebat.
8. Waktu terjadinya peperangan fi sabilillah. Ini jarang-jarang terjadi.
9. Waktu malam Lailatul Qadar. Ini terjadi hanya setahun sekali, yaitu dalam bulan Ramadhan.
10. Waktu hari Arafah, yakni ketika jamaah haji berwuquf di sana pada tanggal 9 Dzulhijjah. Ini juga terjadi setahun sekali. Saya berpendapat (berdasarkan hadith-hadith), masa mustajab adalah mengikut jamaah haji berwuquf di Arafah, walaupun secara perhitungan hisab dalam taqwim tempatan kita masih menunjukkan 8 Dzulhijjah.
(Diambil dari kitab al-Wasiyyah al-Nabawiyyah lil-Ummah al-Islamiyyah fi Hajjah al-Wada’ oleh Prof. Dr. Faruq Hamadah, hlm. 168-174)
RAHMAT ALLAH MENDAHULUI MURKANYA
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman :
وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

“…Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.” (QS. Yusuf : 64)
Dalam hadits shahih disebutkan:
اللهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنَ الْوَالِدَةِ بِوَلَدِهَا
“Allah lebih penyayang terhadap hamba-Nya daripada seorang ibu terhadap anaknya.”
Dari Umar bin al-Khattab radhiyallahu ’anhu, beliau menuturkan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kedatangan rombongan tawanan perang. Di tengah-tengah rombongan itu ada seorang ibu yang sedang mencari-cari bayinya. Tatkala dia berhasil menemukan bayinya di antara tawanan itu maka dia pun memeluknya erat-erat ke tubuhnya dan menyusuinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada kami, “Apakah menurut kalian ibu ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?”. Kami menjawab, “Tidak mungkin, demi Allah. Sementara dia sanggup untuk mencegah bayinya terlempar ke dalamnya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada ibu ini kepada anaknya.” (HR. Bukhari no. 5999 dan Muslim no. 2754)
Dalam hadits lain disebutkan:
إِنَّ اللهَ كَتَبَ كِتَاباً عِنْدَهُ فَوْقَ عَرْشِهِ إِنَّ رَحْمَتِي سَبَقَتْ غَضَبِي
“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah menuliskan sebuah tulisan di sisi-Nya, di atas Arsy-Nya ‘Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului kemurkaan-Ku’.”

عن ابى هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله ص. م. لما قضى الله الخلق كتب في كتابه فهو عنده فوق العرش ان رحمتي غلبت غضبي (اخرجه البخارى(
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya ketika Allah menciptakan makhluq-Nya, Allah menulis didalam kitab-Nya maka dia menulis di sisi-Nya di atas Arsy-Nya : “Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului atas kemurkaan-Ku”. (HR. Bukhari no. 6855 dan Muslim no. 2751)
Di dalam Fathul Bari, hadits di atas menjelaskan bahwa rahmat Allah subhanahu wa ta’ala lebih dahulu ada dan lebih luas daripada murka-Nya. Hal itu disebabkan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala adalah sifat yang sudah melekat pada diri-Nya (sifat dzatiyyah) dan diberikan kepada makhluk-Nya tanpa sebab apapun. Dengan kata lain, walaupun tidak pernah ada jasa dan pengorbanan dari makhluk-Nya, pada asalnya Allah subhanahu wa ta’ala tetap sayang kepada makhluk-Nya. Dia menciptakannya, memberi rizki kepadanya dari sejak dalam kandungan, ketika penyusuan, sampai dewasa, walaupun belum ada amal darinya untuk Allah subhanahu wa ta’ala. Sementara murka-Nya timbul dengan sebab pelanggaran dari makhluk-Nya. Maka dari itu, rahmat Allah subhanahu wa ta’ala sudah tentu mendahului murka-Nya.
Pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : Dia mencatat di dalam kitab-Nya yaitu Allah memerintahkan Qalam untuk mencatat dalam kitab-Nya. Pencatatan itu bukan bertujuan agar Dia tidak lupa, tapi ini merupakan bentuk perhatian atas besarnya urusan itu. Di sisi-Nya di atas Arsy yaitu ilmu itu di sisi-Nya tertulis dan di sembunyikan dari seluruh makhluq.
Maksud dari firman Allah “Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului atas kemurkaan-Ku”, kemurkaan merupakan ketetapan dari murka yaitu menimpakan siksa kepada orang yang terkena murka-Nya, karena mendahului dan memenangkan itu dengan melihat kepada ta’alluq-Nya, yaitu ta’alluq rahmat lebih kuat dari pada ta’alluq murka, karena rahmat itu merupakan ketetapan-Nya sedangkan murka itu tergantung kepada amal hamba.
Dalam kitab Bad’ul Khalqi ada tambahan, At-Turbusyi rahimahullah berkata: “Dalam mendahulukan rahmat ada keterangan bahwa makhluq itu lebih banyak mendapat keadilan dalam rahmat daripada dalam siksa karena rahmat itu akan didapat meskipun dia tidak berhak, tetapi kemurkaan itu akan diterima oleh orang yang berhak.”
Allah subhanahu wa ta’ala maha suci dari bersemayam disuatu tempat dan catatan-catatan itu bukan bertujuan agar Dia tidak lupa. Allah subhanahu wa ta’ala Maha Suci dari itu semua. Adapun yang ditulis adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala : “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan amarah-Ku”, maka yang dimaksud amarah atau murka adalah dampak dari amarah, yakni menimpakan siksaan kepada orang yang dimurkai.
Rahmat Allah subhanahu wa ta’ala mengalahkan murkanya karena sifat mendahului dan mengalahkan itu berdasarkan adanya ta’alluq (hubungan atau keterkaitan). Maksudnya adalah keberadaan hubungan rahmat dengan Allah subhanahu wa ta’ala lebih dahulu daripada keberadaan hubungan amarahnya karena sifat rahmat merupakan sifat kesempurnaan yang selalu menetap pada dzatnya yang maha suci, sedangkan sifat amarah itu bergantung pada amal perbuatan manusia.
Al Qasthalani rahimahullah menyebutkan dalam kitab Bad’i Al-Khalqi sebagai tambahan penjelasan mengenai hal ini, dia mengutip pendapat At- Turubasyti rahimahullah bahwa rahmat Allah subhanahu wa ta’ala mendahului (mengalahkan) amarah atau murkanya mengisyaratkan bahwa semua makhluk mempunyai bagian rahmat Allah subhanahu wa ta’ala yang lebih besar daripada bagian adzabnya. Rahmat diberikan Allah subhanahu wa ta’ala kepada mereka tanpa didahului oleh sebab, sedangkan amarah atau murkanya diberikan kepada mereka setelah adanya suatu sebab.
Rahmat Allah subhanahu wa ta’ala merata kepada seluruh ummat manusia, baik masih berupa janin, bayi yang menyusu, kanak-kanak, maupun remaja tanpa didahului oleh ketaatan yang mereka kerjakan. Sebaliknya, Allah tidak menimpakan amarah atau kemurkaannya kepada mereka kecuali jika mereka berbuat sesuatu yang melanggar hukumnya.
Dalam kitab Al-Mashabih dijelaskan bahwa amarah atau kemurkaan adalah kehendak untuk menyiksa, sedang rahmat adalah kehendak untuk memberi pahala. Jadi, rahmat adalah pahala dan kebaikan, sedangkan murka adalah sangsi dan adzab. Dengan demikian, rahmat Allah subhanahu wa ta’ala lebih banyak daripada murkanya.
Rahmat merupakan kata yang mencakup setiap kebaikan dan murka adalah kata yang mencakup setiap keburukan. Tempat rahmat yang murni adalah surga dan tempat murka yang murni adalah neraka. Adapun dunia adalah tempat campuran antara rahmat dan murka. Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada manusia yang senantiasa melakukan kebaikan yang semata hanya karena Allah subhanahu wa ta’ala, dan murka Allah akan senantiasa menunggu manusia yang setia kepada keburukan.
Satu hal yang harus kita ketahui bahwa rahmat Allah subhanahu wa ta’ala diberikan kepada seluruh mahluq ciptaan, tidak terkecuali pada saat manusia di dunia. Setiap manusia mendapatkan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala tanpa terkecuali, baik muslim ataupun non Muslim. Pada realitanya sering kali orang Islam menuntut keadilan terhadap Allah subhanahu wa ta’ala terhadap semua kebaikan atau bahkan kenikmatan yang diberikan terhadap orang non Muslim.
Misalnya saja orang-orang non Muslim mendapatkan berbagai kenikmatan berupa ilmu, harta benda, dan lain sebagainya. Sedangkan orang Islam sendiri pada saat ini sering kali tertinggal dalam segala hal. Untuk itu kita sebagai orang Islam jangan menyia-nyiakan segala kenikmatan yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
ALLAH MENCIPTAKAN 100 RAHMAT
Abul-Laits As Samarqandi rahimahullah dalam Tanbihul Ghafilin, meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : "Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : "Allah telah menjadikan rahmat dalam seratus bagian, maka ditahan pada-Nya yang sembilan puluh sembilan dan diturunkan dibumi satu bagian, maka dengan satu bagian rahmat itu masing-masing makhluk berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya karena khawatir menginjak anaknya."
Abul-Laits rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya dari Al Hasan rahmatullah ‘alaih, ia berkata : "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : "Sesungguhnya Allah mempunyai seratus rahmat, diturunkan kebumi hanya satu rahmat untuk penduduk dunia, maka mencukupi hingga habis ajal mereka, dan Allah akan mencabut rahmat itu yang satu pada hari kiamat untuk mengenapkan pada yang sembilan puluh sembilan, untuk diberikannya kepada para wali dan ahli taat kepada-Nya."
Kata kata indah dan kata mutiara :Ada 100 Rahmat Allah, 1 Rahmat di Dunia dan 99 Rahmat di Akhirat
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إن الله خلق الرحمة يوم خلقها مائة رحمة ، فأمسك عنده تسعا وتسعين رحمة ، وأرسل في خلقه كلهم رحمة واحدة ، فلو يعلم الكافر بكل الذي عند الله من الرحمة لم ييأس من الجنة ، ولو يعلم المؤمن بكل الذي عند الله من العذاب لم يأمن من النار. الراوي: أبو هريرة المحدث: البخاري - المصدر: صحيح البخاري
Sesunggguhnya Allah menciptakan rahmat pada hari ia diciptakan sebanyak 100 rahmat, maka Allah menahan 99 Rahmat di sisi-Nya dan memberikan kepada seluruh mahluk-Nya satu rahmat. Kalau seandainya orang kafir mengetahui seluruh rahmat yang ada sisi Allah tentu dia tidak akan berputus asa dari surga, dan kalau sekiranya orang-orang beriman mengetahui segala adzab yang ada di sisi Allah tentu mereka tidak akan merasa aman dari Api Neraka. (HR. Imam Bukhari no. 6469)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إن لله مائة رحمة . أنزل منها رحمة واحدة بين الجن والإنس والبهائم والهوام . فبها يتعاطفون . وبها يتراحمون . وبها تعطف الوحش على ولدها . وأخر الله تسعا وتسعين رحمة . يرحم بها عباده يوم القيامة . الراوي: أبو هريرة المحدث: مسلم - المصدر: صحيح مسلم
Sesunggguhnya Allah memiliki 100 Rahmat, Allah menurunkan darinya satu Rahmat kepada jin dan manusia, hewan ternak dan seranggga. Maka dengan satu rahmat tsb mereka saling mengasihani, dan saling  menyayangi dan dengannya binatang buas mengasihi anaknya. dan Allah mengakhirkan 99 Rahmat pada hari kiamat yg dengannya hamba-hamba Allah saling berkasih sayang.” (HR. Imam Muslim no hadits 2752) 
Selain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, hadits ini ternyata memiliki syawahid dari banyak shahabat yang lain, yaitu:
1.  Al-Hasan dalam kitab silsilah hadits as Shahihah,
2.    Jundub bin Abdillah dalam kitab Umdatut Tafsir, dan Syaikh Ahmad Syakir mengatakan, “Saya telah isyaratkan kesahihan hadits ini di Muqaddimah”
3.    Abu Said Al Khudri radhiyallahu ‘anhu dalam kitab Tarikh Damaskus, Syaikh Ibnu Asakir mengatakan tentang derajat hadits ini, “Pada sanadnya terdapat Ibrahim bin Ahmad bin Muhammad  al Maymudzi, berkata Khatib Al Baghdady dia tidak tsiqah, juga dalam kitab shahih Ibnu Majah.
4.     Salik al Ghatfany dalam shahih Muslim no 2753 dengan lafadz berikut ini :
 إن الله خلق ، يوم خلق السماوات والأرض ، مائة رحمة . كل رحمة طباق ما بين السماء والأرض . فجعل منها في الأرض رحمة . فبها تعطف الوالدة على ولدها . والوحش والطير بعضها على بعض . فإذا كان يوم القيامة ، أكملها بهذه الرحمة الراويسليك الغطفاني المحدث: مسلم - المصدر: صحيح مسلم خلاصة حكم المحدث: صحيح
“Sesungguhnya Allah menciptakan 100 rahmat pada hari Allah menciptakan langit dan bumi, setiap rahmat sesuai bagi apa yang ada diantara langit dan bumi, maka Allah menjadikan darinya di bumi rahmat, dengannya orang tua mengasihi anaknya juga binatang buas dan burung-burung satu sama lain, sehingga jika datang hari kiamat Allah menyempurnakan rahmat tersebut”. (HR. Muslim, no. 2753)
5. Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dalam kitab Shahih al-Jami’.
6. Salman al-Faritsi radhiyallahu ‘anhu dalam shahih Muslim
7.Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu dalam kitab Al Budurus Safirah, Imam As-Suyuti mengatakan tentang derajat hadits ini  sanadnya hasan dan  juga ada dalam kitab shahih al-Jami’.
Adapun salah satu asbabul wurud hadits ini (kalau dalam hadits tidak disebut asbabun nuzul tapi asbabul wurud) adalah hadits dari Jundub bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu (no 2 di atas)
جاء أعرابي فأناخ راحلته ثم عقلها , ثم صلى خلف رسول الله صلى الله عليه وسلم . فلما صلى رسول الله صلى الله عليه وسلم أتى راحلته فأطلق عقالها , ثم ركبها ! ثم نادى : اللهم , ارحمني ومحمدا , ولا تشرك في رحمتنا أحدا ! ! فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أتقولون هذا أضل أم بعيره ؟ ألم تسمعوا ما قال ؟ ! قالوا : بلى . قال : لقد حظرت رحمة واسعة إن الله , عز وجل , خلق مائة رحمة , فأنزل رحمة واحدة يتعاطف بها الخلق ؛ جنها وإنسها وبهائمها , وأخر عنده تسعا وتسعين رحمة , أتقولون هو أضل أم بعيره ؟ !
“Datang arab Badui maka menderum untanya kemudian ia mengikatnya, kemudian shalat di belakang Rasulullah, ketika  Rasulullah selesai shalat dia mendatangi untanya kemudian melepaskan ikatannya dan mengendarainya kemudian menyeru “Ya Allah rahmati aku dan Muhammad dan jangan Engkau rahmati selain kami seorang pun juga”, maka Rasulullah berkata apakah kamu berkata ini sesat atau untanya? Apakah kalian tidak mendengar apa yang dia katakan? Para shahabat menjawab, ”Iya”. Rasulullah bersabda “Sungguh dia telah menyempitkan rahmat yang luas, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menciptakan seratus rahmat, maka Allah menurunkan satu rahmat yang dengannya para makhluq saling mengasihi, para jinnya dan manusianya dan hewan ternaknya dan Allah mengakhirkan yang ada di sisinya 99 rahmat, apakah kalian mengatakan dia sesat atau untanya?”
Yahya bin Mu'adz Arrazi dalam doanya berkata: "Ya Allah, Engkau telah menurunkan satu rahmat dan memuliakan kami dengan rahmat beragama Islam, apabila melengkapi rahmat yang merata, bagaimana kami tidak akan mengharapkan pengampunan-Mu."
Dengan banyaknya riwayat tentang hadits tersebut maka jelaslah status keshahihan hadits tersebut bahkan hadits tersebut bisa mencapai derajat mutawatir maknawi. Wallahu a’lam
BAGAIMANA CARA MEMPEROLEH RAHMAT ALLAH
Agar diri kita memperoleh rahmat Allah subhanahu wa ta’ala, maka ada banyak cara diantaranya sebagai berikut:
1. Taat kepada Allah dan RasulNya
Taat kepada Allah dan taat kepada Rasulullah adalah salah satu sebab yang bisa mendatangkan rahmat Allah. Sesungguhnya memenuhi perintah Allah dalam mengerjakan amal-amal taat dan mencegah dari maksiat, serta menaati segala perintah dan menjauhi segala larangan Rasulullah  adalah salah satu wasilah datangnya ridha Allah, dan turunnya rahmat Allah kepada hamba-Nya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat." (QS. Ali 'Imran : 132).
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Katakanlah (wahai Muhammad) : Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran 3 : 31)
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata : "Ketika turun ayat:
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ ۚ
 “…Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu..." (QS. Al A’raf : 156)
Maka iblis laknatullah ’alaih menonjol-nonjolkan dirinya sambil berkata: “Saya termasuk dari sesuatu, tentu saya akan mendapat bagian dari rahmat-Nya.” Demikian pula kaum Yahudi dan Nashara (Kristen), kemudian diturunkan lanjutannya:
فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُم بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ
"Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku pada orang-orang yang bertaqwa, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang beriman pada ayat-ayat Kami." (QS. Al A’raf : 156)
Iblis laknatullah ‘alaih putus harapan untuk mendapat rahmat Allah tetapi Yahudi dan Nashara merasa tidak syirik dan sudah mengeluarkan zakat dan percaya pada kitab Allah subhanahu wa ta’ala. Kemudian turun ayat lajutannya:
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنجِيلِ يَأْمُرُهُم بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Al A’raf : 157)
Sampai disini kaum Yahudi dan Nashara putus dari rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan demikian syarat untuk mendapatkan rahmat Allah, dengan cara mengikuti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
2. Taqwa kepada Allah
Taqwa kepada Allah, hanya takut kepada Allah, dan hanya memohon kepada Allah adalah salah satu wasilah meraih rahmat Allah. Setiap kali rasa taqwa memenuhi hati kaum mukminin lalu dari anggota tubuhnya keluar tindakan-tindakan yang berangkat dari rasa taqwa kepada Allah, maka ia akan mendapatkan rahmat dari Allah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَـاةَ وَالَّذِينَ هُم بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ
Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” (QS. Al-A’raf : 156)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِن رَّحْمَتِهِ وَيَجْعَل لَّكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman (kepada Para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al Hadid 57 : 28)
فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِي رَحْمَتِهِ ۚ ذَ‌ٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ
 “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih Maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata” (QS. Al Jatsiyah 45 : 30)
Dari beberapa ayat di atas, Allah subhanahu wa ta’ala menunjukkan bahwa jika kita menginginkan ridha Allah, rahmat Allah maka kita mesti beriman, bertaqwa dan beramal shalih. Itu prinsip dasar, artinya implementasi dari konsep ketaqwaan dan bentuk-bentuk amal shalih akan sangat bervariasi tergantung situasi dan kondisi masing-masing orang.
3. Beramal Shaleh dan Berbuat Kebaikan
Abul-Laits rahimahullah berkata: "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menerangkan kepada kaum mukmin rahmat Allah subhanahu wa ta’ala, supaya mereka bersyurkur kepada yang telah memuliakan mereka dengan rahmat-Nya dan rahmat amal shaleh, sebab barangsiapa yang mengharapkan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala, harus beramal mengikuti petunjukNya untuk mencapai rahmatNya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
"…Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al A’raf : 56)
فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
"…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al Kahfi : 110)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ta'atlah kepada Rasul, supaya kamu diberi rahmat." (QS. an-Nur : 56).
4. Mengasihi Manusia dan Semua Makhluk
Sesungguhnya orang yang sangat perhatian untuk merahmati atau menyayangi manusia, menolong yang fakir, dan menyayangi yang kecil, maka ia berhak mendapatkan rahmat dan kasih sayang dari Allah. 
http://ustadchandra.files.wordpress.com/2011/08/senyum-itu-sedekah.jpg?w=535&h=296
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang belas kasihan akan dikasihi ar Rahman, karena itu kasih sayangilah yang di muka bumi, niscaya kamu dikasih-sayangi mereka yang di langit (HR. Bukhari dan Tirmidzi).
Satu hari seorang wanita miskin menemui Aisyah radhiyallahu ‘anha dengan menggendong dua orang puterinya yang masih kecil. Tujuannya meminta sesuatu makanan. Kepadanya Aisyah radhiyallahu ‘anha memberikan tiga butir kurma. Dengan girang, wanita itu membagikan kurma tersebut satu persatu kepada anaknya. Sedang yang satunya lagi untuk dirinya. Tetapi ketika ia akan memakan kurma bagiannya tiba-tiba anaknya yang telah dulu menghabiskan kurmanya, meraih kurma kurma yang baru akan dimakannya. Betapa iba hati ibu ini, hingga dengan penuh sayang, kurma yang sedianya akan dimakannya itu dibagi dua dan diberikan kepada kedua anaknya. Aisyah radhiyallahu ‘anha sangat kagum melihat adegan ini, sehingga dia menceritakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Mendengar cerita itu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah benar-benar menentukan baginya surga".
http://www.iluvislam.com/pic/isyrak/bottlefeeder.jpg
Setelah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu wafat, diantara masyarakat Madinah bermimpi berjumpa dengannya. Dalam mimpi itu mereka bertanya, "Apa gerangan yang diperbuat Allah kepadamu?" "Dia mengampuniku dan tidak menyiksaku" jawab Umar radhiyallahu ‘anhu.
"Lalu sebab apa Allah mengampunimu. Apa karena sifat kedermawan dan keadilan selama menjadi Khalifah. Atau mungkin karena kezuhudanmu?" tanya mereka dalam mimpi itu. "Itu semua juga bukan. Tetapi begini" katanya. "Suatu hari saya berjalan-jalan di sepanjang gang-gang kota Madinah. Saya memergoki seorang bocah sedang mempermainkan seekor burung pipit di tangannya. Merasa kasihan, saya lalu membeli burung itu. Burung tersebut kemudian saya lepas dan kembali terbang bebas ke angkasa. Ternyata perbuatan itu menyebabkan Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan rahmat-Nya".
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu berkata: "Tiga macam yang saya berani bersumpah sedang yang keempat bila saya bersumpah pasti benar : Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan memelihara seseorang didunia, kemudian diserahkan kepada lainNya dihari kiamat.
·       Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan menyamakan orang yang mempunyai bagian dalam Islam dengan yang tidak mempunyai bagian.
·   Tidak seorang yang cinta pada suatu kaum, melainkan akan berkumpul dengan mereka pada hari kiamat.
·  Allah subhanahu wa ta’ala tidak menutupi hamba didunia melainkan pasti akan menutupinya diakhirat.
5. Mengikuti al-Qur`an al-Karim dan Mengamalkannya.
Sesungguhnya Al-Quran ini adalah rahmat bagi seluruh alam. Mendengarkannya dan mentadaburi isinya adalah salah satu wasilah mendapatkan rahmat Allah. Al-Quran sendiri telah menunjukan hal itu kepada kita.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَهَـٰذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Dan Al-Qur`an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (QS. al-An'am : 155).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Dan apabila dibacakan Al-Qur`an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat." (QS. al-A'raf : 204).
6. Istighfar.
Seorang muslim tidaklah maksum (suci dari dosa). Seorang muslim pasti memiliki dosa sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya. Jika kalian tidak berdosa, tentulah Allah akan menghilangkan kalian dan mendatangkan suatu kaum yang berdosa. Mereka lalu memohon ampunan kepada Allah dan Allah mengampuni mereka.” (HR. Muslim)
Akan tetapi, orang yang berdosa ini dianjurkan oleh Allah untuk beristighfar atas dosa yang dilakukannya. Allah juga memberitahukan bahwa istighfar adalah jalan menuju ampunan dan jalan mendapatkan rahmat Allah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
لَوْلَا تَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"…Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar
kamu mendapat rahmat." (QS. an-Naml: 46).
Abul-Laits meriwayatkan dari Athaa' rahimahullah dari seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang kepada kami sedang kami tertawa. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Apakah kamu tertawa sedang api neraka menanti dibelakangmu. Demi Allah, saya tidak senang melihat kamu tertawa." Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pergi membelakangi kami, sedang kami diam, seolah-olah ada burung diatas kepala kami, kemudian kembali berjalan mundur kepada kami lalu bersabda: "Allah telah berfirman:
نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ . وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الْأَلِيمُ
"Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih." (QS. Al Hijr : 49-50)
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Amr Al-ash radhiyallahu ‘anhu berkata: "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya bagi Allah tidak ada dosa yang tidak dapat diampunkannya, ada pada ummat yang sebelum kamu seorang yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang kemudian pergi kepada pendeta dan berkata: "Saya telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa, apakah ada jalan bagiku untuk bertaubat?" Jawab pendeta: "Tidak ada, sebab perbuatanmu sudah melampaui batas." Maka segera ia berdiri dan langsung membunuh pendeta itu sehingga genap yang dibunuh seratus orang. Kemudian pergi ke pendeta yang lain dan berkata: "saya telah membunuh seratus orang, apakah ada jalan bagiku untuk bertaubat?" Jawab pendeta itu: "Sebenarnya perbuatan mu sudah melampau dan saya tidak mengetahui, hanya disana ada dua dusun, yang satu bernama Bushro dan penduduknya orang-orang baik yang selalu mengerjakan amal ahli syurga, sedang yang lain bernama Kafrah, penduduknya hanya berbuat derhaka melakukan amal ahli neraka, maka bila kamu pergi ke Bushro dan mengikuti amal perbuatan mereka, maka jangan ragu bahawa taubat mu akan diterima." Maka pergilah ia ke Bushro, dan ketika ia ditengah jalan jatuh mati, maka bertengkarlah Malaikat Siksa dan Malaikat Rahmat, sehingga bertanya kepada Tuhan. Maka disuruh: "Ukur saja maka kedusun mana ia lebih dekat, masukkan ia kegolongan penduduknya." Tiba-tiba terdapat ia lebih dekat kedusun Bushro sekadar ujung jari, maka ia tercatat dari golongan penduduknya."
 
7. Beriman, Berhijrah, dan Berjihad di jalan Allah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَـٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al-Baqarah: 218).
Maka orang-orang yang beriman selalu mengharapkan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala setelah mereka melaksanakan sebab-sebab mendapatkan rahmat yaitu iman, hijrah, dan berjihad di jalan Allah subhanahu wa ta’ala. Adapun hijrah meliputi meninggalkan apa yang dilarang Allah dan RasulNya, sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah Ta'ala." (Muttafaq 'alaih).
Sedangkan jihad mencakup jihad melawan hawa nafsu dalam mentaati Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Orang yang berjihad adalah orang yang memerangi hawa nafsunya dalam mentaati Allah subhanahu wa ta’ala." (HR. al-Baihaqi).
Jihad melawan setan dengan menyelisihinya dan bersungguh-sungguh untuk mendurhakainya dan jihad dalam memerangi orang-orang kafir dan jihad terhadap orang-orang munafik dan pelaku-pelaku maksiat baik dengan tangan, kemudian (jika tidak mampu) dengan lisan, kemudian (jika tidak mampu juga), maka dengan hati.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzYL1mOQO0DmHDVG_llgcwgXwYDJrsiYWdcDiA5rVGagXcIKgGoP8_bp3R6MoflgbzpdcyyFGp8D3aAGI272cl6mBbW4cyaZ-ccDUY2dmQT1arU1b8JE0wNx8u5rQ1gUzEnK9cUR1ipFX1/s1600/hijrah2.gif
8. Berdzikir dan Berdoa
Berdzikir kepada Allah adalah salah satu wasilah datangnya rahmat Allah kepada kaum mukminin. Pasalnya, berdzikir kepada Allah adalah mengagungkan, memuji, dan menyanjung Allah dengan asma-Nya yang mulia dan sifat-sifat-Nya yang suci. Orang yang berdzikir kepada-Nya  akan diselimuti rahmat dan dillimpahi kelembutan-Nya. Membaca Al-Quran juga merupakan salah satu bentuk zikir kepada Allah. Berdzikir adakalanya dengan membaca Al-Quran, berdo’a, bertasbih, dan lain sebagainya. Dan, mereka yang berdzikir kepada Allah dan mempelajari kitab-Nya diganjar oleh Allah dengan rahmat-Nya yang melingkupi segala sesuatu.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Suatu kaum berkumpul dalam sebuah rumah di rumah Allah, mereka membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat menyelimuti mereka, para malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut mereka di kalangan para malaikat yang ada di sisi-Nya.”
Mengenai do’a, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ
"Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdo'alah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu'…." (QS. Al-Mu'min (Al Ghafir) : 60).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَقُل رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
"Dan katakanlah, 'Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik." (QS. Al-Mu'minun : 118).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ
"…Hanya milik Allah asma`ul Husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asma`u al-Husna itu..." (QS. al-A'raf : 180).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
"…Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisiMu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." (QS. al-Kahfi : 10).
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
"Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau memesongkan hati kami sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan kurniakanlah kepada kami limpah rahmat dari sisiMu, sesungguhnya Engkau jualah Tuhan Yang melimpah-limpah pemberianNya." (QS. Ali 'Imran : 8)
Sungguh Allah subhanahu wa ta’ala telah menyuruh kita agar berdo'a dan menjamin ijabah (mengabulkan) do'a tersebut dan Dia Maha Suci yang tidak pernah mengingkari janji.
"Ya Rahman (Wahai Yang Maha Penyayang), sayangilah aku (rahmatilah aku), ya Allah  sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan rahmatMu yang luas yang meliputi segala sesuatu agar Engkau mengampuni dosaku dan menyayangiku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDyy9e44uUOmKYmap0PMn4ifipjJfRJvSE3Hmi6vLseJbzCoAZdJ1AUbTxDvKSbcJFWdodmUOyDdhsK3uNQUsF3uvlDJiDLDP0o-zLs7k28vjXPXl_agWMvj_OCzpU_00qyzpesya4Z2Y/s1600/196641_1728666968889_1004894143_1479601_1756654_n.jpg
TENTANG SIKSA NERAKA DAN NIKMAT SURGA
عن ابى هريرة ان رسول الله ص . م. قال لو يعلم المؤمن ما عند الله من العقوبة ما طمع بجنته احد ولو يعلم الكافر ما عند الله من الرحمة ما قنط من جنته احد (اخرجه المسلم(
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Seandainya orang mukmin tahu siksa yang ada di sisi Allah, tentu tak seorangpun berani mengharapkan surga-Nya. Dan seandainya orang kafir tahu Rahmat yang di sisi Allah, tentu tak seorangpun berputus asa untuk mendapatkan surga-Nya.” (HR. Bukhari no. 6469 dan Muslim no. 2755)
Sifat rahmat itu adalah kelembutan dalam hati yang mencakup kebaikan, kehalusan, dan kasih sayang. Apabila Allah mensifati Dzat-Nya dengan Al-Bari, maha suci nama-Nya dan maha bersih sifat-Nya, maka maksudnya bukan sebatas Ihsan (berbuat baik) tanpa ada kelembutan hati, karena dia adalah Allah Azza wa Jalla. Akan tetapi, manusia mungkin dapat menyifati dirinya dengan Ihsan.
Makna rahmat adalah memberikan nikmat dan keutamaan. Rahmat Allah di dunia akan di berikan kepada seluruh manusia, baik yang mukmin maupun yang kafir. Akan tetapi, di akhirat nanti, Allah Maha penyayang terhadap orang mukmin dengan demikian, makna Al-Rahman adalah memiliki keluasan Rahmat yang tidak terbatas kepada orang-orang yang menaati-Nya saja. Bahkan, Rahmat Allah itu meliputi keturunan mereka sebagai kemuliaan dan ketenangan bagi mereka.
Sedangkan siksa adalah balasan Allah subhanahu wa ta’ala yang diberikan di Neraka terhadap orang-orang yang melakukan keburukan-keburukan atau tidak mentaati segala larangan Allah subhanahu wa ta’ala. Orang-orang non Muslim yang pada saat di dunia masih mendapatkan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala nantinya di akhirat tidak akan mendapat rahmat melainkan mendapatkan siksa yang murni yaitu di neraka. Adapun peristiwa-peristiwa pada zaman Nabi-nabi terdahulu, misalnya pada saat umat Nabi Nuh ‘alaihis salam tidak mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, maka umat nabi Nuh álaihis salam langsung mendapatkan siksa yang berat di dunia misalnya berupa banjir yang begitu dahsyatnya yang konon banjir tersebut sampai meliputi seluruh permukaan bumi tanpa tersisa, kecuali umat beliau yang masuk kapal besar yang dibuat oleh Nabi Nuh ‘alaihis salam sendiri terselamatkan dari siksa dunia yang begitu pedih.
Berbeda lagi dengan ummat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang mendapat keistimewaan, yaitu bahwasanya tidak mendapatkan siksa melainkan hanya sebuah peringatan atau cobaan berupa bencana atau apa saja yang menimpa umat manusia baik yang taat ataupun yang membangkang, semuanya akan mendapatkan dampaknya tanpa terkecuali. Sedangkan siksa diberikan kepada orang yang tidak menjalankan perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan siksa yang murni ada di neraka bukan di dunia.
Manusia hidup di dunia yang hanya sementara, haruslah berlomba-lomba melakukan kebaikan yang nantinya akan mendapatkan balasan yang baik pula. Hendaklah manusia melakukan kebaikan dengan segala kenikmatan yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, yang berupa rahmat di dunia dan akhirat.
MASUK SURGA KARENA RAHMAT ALLAH
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ  مَّن يُصْرَفْ عَنْهُ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمَهُ ۚ وَذَ‌ٰلِكَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ
“Katakanlah: "Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku. Barang siapa yang dijauhkan azab dari padanya pada hari itu, Maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. dan Itulah keberuntungan yang nyata.” (Al An’am 6 : 15 – 16)
فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَاعْتَصَمُوا بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِّنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطًا مُّسْتَقِيمًا
“Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya.” (QS. An Nisa :175)
عن ابى هريرة قال سمعت رسول الله ص. م. يقول لن يدخل احدا عمله الجنة قال ولا انت يا رسول الله ؟ قال لا ولا انا الا ان يتغمدني الله بفضل ورحمة فسددوا وقاربوا ولا يتمنين احدكم الموت اما محسنا فلعله ان يزداد خيرا واما مسيئا فلعله ان يستعتب (اخرجه البخارى(
Dari abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda : “Amal seseorang tidak akan memasukkannya ke surga, tidak juga engkau ya Rasulullah? Beliau bersabda: tidak juga saya, hanya saja Allah telah meliputi aku dengan keutamaan dan rahmat, maka berbuat benarlah dan mendekatkanlah diri (kepada Allah). Dan janganlah seseorang daripadamu mencita-citakan mati, adakalanya orang yang baik maka barangkali ia akan menambah kebaikan dan adakalanya orang yang buruk maka barangkali ia menghentikannya.” (HR. Bukhari)
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata: "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Ada seorang masuk syurga tanpa amal kebaikan, hanya ketika ia akan mati berpesan kepada keluarganya: "Jika saya meninggal bakar mayatku dan tumbuk tulang-tulangku sampai halus kemudian abunya taburkan separuh didarat dan separuh dilaut, maka ketika mati, dilaksanakan wasiatnya. Maka Allah menyuruh darat dan laut supaya mengumpulkan abunya, kemudian ketika ditanya: "Mengapa kau berbuat sedemikian itu?" Jawabnya: "Karena takut kepadaMu, wahai Tuhan. Maka Allah memberikan ampun baginya karena takutnya kepada Tuhan itu."
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dahulu ada seorang lelaki yang belum pernah melakukan satu kebaikan pun, dia berpesan kepada anak-anaknya, ‘Kalau dirinya telah meninggal maka bakarlah jenazahnya, kemudian tebarkanlah setengah abunya di daratan dan setengahnya lagi di lautan. Demi Allah, seandainya Allah mampu membangkitkannya niscaya Allah akan menyiksanya dengan siksaan yang belum pernah diberikan kepada siapa pun di antara umat manusia ini.’ Tatkala lelaki itu meninggal anak-anaknya melaksanakan apa yang dia pesankan kepada mereka. Kemudian, Allah perintahkan daratan untuk mengumpulkan abunya yang tersebar di sana, dan Allah perintahkan lautan untuk mengumpulkan abunya yang tersebar di sana, lantas Allah bertanya kepadanya, ‘Mengapa kamu lakukan hal ini?’. Dia menjawab, ‘Karena takut kepada-Mu ya Rabb. Sedangkan Engkau Maha mengetahui.’ Maka Allah pun mengampuninya.” (HR. Bukhari no. 3481 dan Muslim no. 2756)
Abul-Laits rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibn Mas'ud radhiyallahu ‘anhu berkata: "Empat ayat surah Annisaa' bagi kaum muslimin lebih baik dari dunia seisinya."
Ayatnya ialah:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَ‌ٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa : 48)
وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُوا أَنفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَّحِيمًا
Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa : 64)
إِن تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلًا كَرِيمًا
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS. An Nisa : 31)
وَمَن يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَّحِيمًا
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa : 110)
Jabir bin Abdillah An-Anshari radhiyallahu ‘anhu berkata : "Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : "Syafaatku untuk orang-orang yang berdosa besar dari ummatku, siapa yang mendustakannya tidak akan mencapainya." Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata : "Orang yang tidak berdosa besar tidak memerlukan syafaat sebagaimana ayat ketiga diatas."
Muhammad bin Al Munkadir dari Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata: "Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam keluar kepada kami dan bersabda: "Malaikat Jibril tadi datang kepadaku dan berkata: "Ya Muhammad, demi Allah yang mengutuskanmu sebagai nabi yang besar, sesungguhnya ada seorang hamba Allah yang beribadat selama lima ratus tahun diatas sebuah bukit yang lebar, panjangnya tiga puluh hasta kali tiga puluh hasta dan dikelilingi oleh laut seluas empat ribu farsakh dari tiap penjuru, disitu Allah subhanahu wa ta’ala mengeluarkan sumber air yang segar selebar satu jari dari bawah bukit, juga pohon delima pada tiap hari berbuah sebuah delima, maka bila siang hari turunlah orang itu untuk wuduk dan memetik delima, lalu dimakannya, kemudian berdiri shalat dan ia minta kepada Tuhan supaya dimatikan dalam sujud, dan supaya badannya tidak disentuh bumi atau lain-lainnya hingga bangkit dihari kiamat sambil sujud, maka Allah subhanahu wa ta’ala  telah menerima permintaannya, kerana itu tiap kami naik turun dari langit selalu melaluinya ia sedang sujud. Jibril berkata: "Kami dapat dalam ilmu, bahwa ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan dihadapkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, lalu Allah subhanahu wa ta’ala menyuruh: "Masukkanlah hambaKu itu kedalam syurga dangan rahmatKu." Maka berkata orang itu: "Dengan amalku." Maka Allah subhanahu wa ta’ala menyuruh Malaikat supaya menghitung semua amalnya dan nikmatKu iaitu nikmat melihat (penglihatan), tiba-tiba nikmat penglihatan itu telah mengelilingi ibadatnya selama lima ratus tahun, sedang nikmat-nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang lain-lainnya belum. Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: "Masukkan ia kedalam neraka." dan ketika ditarik menuju ke neraka, ia berkata: "Masukkanlah aku kedalam syurga dengan rahmatMu."
Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada Malaikat: "Kembalikanlah ia." Lalu ditanya oleh Allah subhanahu wa ta’ala : "Hambaku, siapa yang menjadikan kau daripada tidak ada?" Jawabnya: "Engkau Tuhan." Lalu ditanya: "Apakah itu karena amalmu atau rahmatKu?" Jawabnya: "Dengan RahmatMu." Lalu ditanya: "Siapakah yang memberi kekuatan kepadamu untuk beribadat lima ratus tahun?" jawabnya: "Engkau Tuhanku." Lalu ditanya lagi: "Dan siapakah yang menempatkan kau diatas bukit dan ditengah laut dan mengeluarkan air segar yang tawar dari tengah-tengah laut yang masin getir dan menumbuhkan buah delima tiap pagi, padahal buah itu hanya berbuah satu tahun satu kali, lalu kau minta kepadaKu untuk mati sujud, siapakah yang berbuat itu semua?" Jawabnya: "Engkau Tuhanku." Firman Allah subhanahu wa ta’ala: "Maka semua itu dengan rahmatKu." Malaikat Jibril berkata: "Segala sesuatu terjadi dengan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala."
Al Hasan radhiyallahu ‘anhu berkata: "Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Tiada berkumpul dua perasaan berharap pada rahmat Allah dan takut dari siksa Allah dalam hati seorang mukmin ketika akan mati melainkan pasti akan diberi oleh Allah harapannya dan dihindarkan dari ketakutannya."
Abu Said Al Maqburi dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: "Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Tiada seorang diantara kamu yang dapat selamat karena amalnya sendiri. Seorang sahabat bertanya: "Engkau juga tidak, ya Rasulullah?" Jawab Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam : "Saya juga tidak, kecuali Allah meliputi saya dengan rahmatNya, karena itu sedang-sedanglah kamu dan tetapkan segala perbuatanmu dan beramal diwaktu pagi dan petang dan sedikit diwaktu malam, sederhanalah supaya sampai dengan selamat."
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata: Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Permudahlah dan jangan mempersulit dan gembirakan dan jangan menggusarkan."
Ibn Mas'ud radhiyallahu ‘anhu berkata: "Rahmat akan melimpah-limpah pada manusia dihari kiamat sehingga iblis laknatullah mengangkat kepalanya ingin mendapatkannya kerana luasnya rahmat Allah dan syafa'at orang-orang yang diberikan syafa'at oleh Allah subhanahu wa ta’ala."
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Pada hari kiamat akan terdengar seruan dari bawah Arsy: "Ya ummat Muhammad, adapun dosa-dosamu terhadap Aku maka Aku maafkan bagi kamu dan tinggal yang terjadi diantara sesama kamu, maka maaf memaafkan diantara kamu dan masuklah kamu ke syurga dengan rahmatKu."
Al-Fudhail bin Iyaadh rahmatullah ‘alaih berkata: "Rasa takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala itu lebih baik bagi orang yang sehat tetapi jika ia sakit dan lemah (tidak kuat beramal) maka mengharap itu lebih baik, sebab jika sehat kuat untuk beramal taat dan meninggalkan maksiat sebaliknya bila telah sakit atau lemah maka mengharapkan rahmat itu yang lebih utama."
Abul-Laits rahmatullah ‘alaih meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad bin Al Fadhel dari Ibn Abi Ruwad dari ayahnya berkata: "Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan wahyu kepada nabi Daud ‘alaihis salam : "Hai Daud, gembirakan orang-orang yang berdosa, dan peringatkan kepada orang-orang siddiq."  Maka Nabi Daud ‘alaihis salam bertanya: "Bagaimana menggembirakan orang-orang yang berdosa dan mengancam orang-orang yang siddiq?" Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: "Gembirakan orang-orang yang berdosa bahwa tidak ada dosa yang tidak dapat Aku ampunkan dan peringatkan pada orang siddiq supaya mereka tidak berbangga (sombong) dengan amal perbuatan mereka kerana bila Aku tegakkan keadilanKu dan perhitunganKu pada seseorang pasti binasa."
Ibn Abi Ruwad dari ayahnya berkata: "Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: "Aku-lah Allah yang memiliki semua raja, hati raja-raja itu semua ditangan-Ku, maka tiap kaum yang Aku ridha. Aku jadikan hati raja itu rahmat pada mereka dan tiap kaum yang Aku murka, Aku jadikan raja itu siksa bagi mereka, karena itu kamu jangan sibuk mengutuk raja dan taubatlah kamu kepadaKu niscaya Aku lunakkan hati mereka kepadamu."
Al' Alaa bin Abdirrahman dari ayahnya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: "Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Andaikan orang mukmin mengetahui siksa yang disediakan Allah subhanahu wa ta’ala niscaya tidak akan mengharapkan syurgaNya seorang pun dan andaikata orang kafir mengetahui kebesaran rahmat Allah subhanahu wa ta’ala nescaya tidak akan merasa putus dari rahmat Allah subhanahu wa ta’ala seorangpun."
Abu Ya'la Husain bin Muhammad An Naisaburi meriwayatkan dengan sanadnya dari Ahmad bin Sahl berkata: "Saya bermimpi kelihatan Yahya bin Aktsam, maka saya bertanya kepadanya: "Apakah tang telah kau dapat dari Tuhanmu?” jawabnya: "Saya dipanggil oleh Tuhan: "Hai orang tua yang jahat, kau telah berbuat ini dan itu." Maka jawabku: "Ya Tuhan, tidak sedemikian yang saya dengar tentang Engkau." Tuhan bertanya:  "Apakah yang kau dengar tentang Aku?" Jawabku: "Saya telah mendengar dari Abdur Razzaq dari Ma'mar dari Az Zuhri dari Urwah dari Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan Jibril ‘alaihis salam bahwa Engkau berfirman: " Tiada seorang muslim yang telah beruban dalam Islam, maka saya akan menyiksanya melainkan saya malu untuk menyiksanya." Sedang saya seorang yang telah sangat tua. Maka firman Allah subhanhu wa ta’ala: "Benar Abdur Razzaq, dan benar Ma'mar dan benar Az Zuhri dan benar Urwah dan benar Aisyah dan benar Nabi Muhammad dan benar Jibril dan benar apa yang Aku firmankan itu, ya Yahya. Aku tidak akan menyiksa orang tua yang beruban dalam Islam." kemudian saya diperintahkan ke sebelah kanan ke syurga."
Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: "Dia masuk kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba ia mendapati Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sedang menangis, maka ditanya: "Apakah yang menyebabkan engkau menangis, ya Rasulullah?" Jawab Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam : "Saya telah didatangai oleh malaikat Jibril ‘alaihis salam dan berkata kepadaku : "Sesungguhnya Allah malu akan menyiksa seorang yang telah beruban didalam Islam, maka bagaimana orang yang beruban tidak malu berbuat maksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala."
Abul-Laits rahmatullah ‘alaih berkata: "Karena itu maka wajib bagi orang yang telah tua menyadari kehormatan ini dan bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan malu kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan kepada kedua malaikat yang mencatat amalnya. Dan menghentikan segala maksiat dan selalu rajin taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala sebab tanaman itu jika sudah dekat musim mengetam, tidak boleh ditunda-tunda dan demikian pula yang masih muda, harus bertaqwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan menjauhkan dari maksiat (dosa) serta rajin kepada taat, sebab dia tidak mengetahui bilakah tiba ajalnya, sebab bila pemuda itu rajin berbuat taat, ia akan mendapat naungan Allah subhanhu wa ta’ala pada hari kiamat dibawah arsy, sebagaimana tersebut didalam hadis yang diceritakan kepada kami oleh Abulhasan Al Qasim bin Muhammad dari Isa bin Khosy Hafash dari Suwaid dari Malik bin Habib dari Abdurrahman bin Hafash dari Aashim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: 
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : "Tujuh macam orang yang akan dinaungi Allah pada hari kiamat pada saat tidak ada naungan kecuali naungan Allah : 
1.    Imam (pemimpin yang adil).
2.  Pemuda yang tumbuh dalam ibadat kepada Allah subhanhu wa ta’ala.
3. Seorang yang hatinya tergantung pada masjid, jika keluar sehingga kembali (yakni rajin menjaga sembahyang berjama'ah).
4. Dua orang saling menyinta (Kasih sayang) kerana Allah subhanhu wa ta’ala baik ketika berkumpul atau berpisah.
5.  Seorang yang ingat kepada Allah subhanhu wa ta’ala ketika bersendirian lalu mencucurkan airmata ketana takut kepada Allah subhanhu wa ta’ala.
6.    Seorang yang bersedekah dirahasiakan sehingga yang dikirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh kanannya.
7.  Seorang lelaki yang dipanggil oleh wanita yang cantik untuk berzina, lalu ia berkata: "Saya takut kepada Allah subhanhu wa ta’ala."
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada surga, “Kamu adalah rahmatKu”. Surga disebut sebagai rahmat karena didalamnya nampak rahmat Allah subhanahu wa ta’ala sebagaimana firmannya : “Denganmulah aku memberi rahmat kepada siapa saja diantara hamba-hambaKu yang aku kehendaki”. Atau rahmat adalah salah satu sifatnya yang selalu disebut didalamnya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada neraka, “Sesungguhnya kamu adalah adzab” dan dalam salah satu naskah dengan lafal “adzabKu”. Denganmulah aku menyiksa siapa saja hamba-hambaKu yang Aku kehendaki.”
Adapun surga, maka Allah akan menciptakan makhluk sebagai penghuni baginya. Yakni orang-orang yang selalu mengerjakan kebaikan sehingga surga menjadi penuh. Pahala itu tidak semata-mata berdasarkan amalan tetapi juga karena rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Hadits di atas menunjukkan bahwa manusia masuk surga mutlak hanya berdasarkan karena rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Jadi, dengan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala seseorang ditentukan masuk surga dan tidaknya. Sesudah ada keputusan masuk surga maka, ketentuan masuk surga tingkatan yang mananya itu ditentukan berdasarkan amal, selanjutnya imam Ibn Bathal rahimahullah menjelaskan bahwa masuk surga itu tergantung pada rahmat Allah dan amal-amal kita.
Dari uraian ini bisa ditarik kesimpulan bahwa “Amal tetap sebagai penyebab adanya balasan surga. Hanya berdasarkan hadits ini seseorang tidak boleh berbangga diri dengan amalnya sendiri, karena di sana pasti ada peran rahmat Allah subhanahu wa ta’ala.” Dengan hadits ini juga seseorang tidak perlu mempersulit diri dengan amal-amal yang dikerjakannya. Tetapi optimis dengan amal-amal yang sudah, sedang dan harus dikerjakan, semuanya itu pasti akan menyebabkan kita sampai pada cita-cita yang diidamkan yaitu tempat kenikmatan yang abadi (di surga).
Ada satu kisah :
Seorang pemuda bermaksud membeli sepeda. Dia datang ke toko sepeda berbekal uang Rp 200.000,- . Tetapi apa hendak dikata, harga sepeda yang diinginkannya ternyata jauh di atas kemampuannya sekitar Rp 1.500.000,-. Bahkan harga sepeda termurah-pun seharga Rp 600.000,-, masih di atas uang yang ditentengnya. Sang pemuda beranjak melangkah hendak meninggalkan toko sepeda. Belum sempat keluar dari toko, sang pemilik toko memanggil si pemuda itu. “Mau beli apa nak?” Tanya sang empunya toko. “Pinginnya beli sepeda pak, tapi gak jadi, duitnya gak cukup.” sahut si pemuda dengan suara lemah. Tiba-tiba si pemilik toko terperanjat begitu memperhatikan wajah si pemuda. Dia ingat pemuda ini yang pernah menolongnya ketika dia terjatuh naik sepeda motor malam-malam di jalanan sepi sekitar 6 bulan lalu. Yang sudah dicari-cari selama 6 bulan dan belum ketemu. Rasa hutang budi si pemilik toko akhirnya membuatnya justru kemudian memberikan sepeda yang diinginkan si pemuda itu, gratis. Inilah ketika seseorang sudah ridha dengan orang lain maka segala kekurangan menjadi tidak penting dan apapun yang diinginkan selama masih bisa, akan dipenuhi.
Begitu juga dengan Allah, sekiranya Allah sudah ridha, maka surga bukan hal yang sulit untuk diberikan, demikian juga dengan menghindarkan dari api neraka. Meski amal kita tidak cukup.
Pertanyaan berikutnya adalah kalau begitu amal apa yang membuat Allah ridha? Sayangnya ini adalah bagian dari rahasia Allah. Ada amalan yang terlihat begitu kecil, sepele, tapi juga ada amalan yang begitu luar biasa.
Ada kisah dimana Allah ridha dengan amalan seorang pelacur yang memberi minum anjing yang hampir mati. Di lain kisah Allah ridha dengan hukuman rajam dari seorang wanita yang pernah berzina (sebagai bentuk pengorbanannya yang terbesar demi menebus kesalahan dan mencari ridha Allah dengan mengorbankan kesenangan diri) dimana Rasulullah menyatakan bahwa darah dari perempuan tersebut cukup untuk mensucikan seluruh penduduk kota. Ada juga kisah seorang lelaki yang masuk surga karena berbakti luar biasa kepada orang tuanya, selalu mengutamakan urusan orangtuanya, hingga bahkan sampai suatu ketika dia lupa memberi minum susu orang tuanya dan kemudian memilih menunggu di depan pintu kamar orangtuanya sampai pagi karena sang orang tua sudah terlanjur tidur. Dan bahkan anak-anaknya tidak diizinkan minum susu sebelum orangtuanya si lelaki itu minum susu. Atau kisah di mana Allah ridha dengan amalan seorang anak yang rela menggendong orang tuanya berjalan kaki dari Irak sampai di Mekkah untuk menunaikan haji.
Lalu apa amal yang mesti kita lakukan untuk mencari ridha Allah ini?
JANGAN BERPUTUS ASA DARI RAHMAT ALLAH
Setelah mengetahui betapa luasnya rahmat Allah ta’ala, maka seharusnya kita lebih bersemangat lagi untuk menggapainya dan jangan sampai berputus asa darinya. Sikap putus asa dari rahmat Allah inilah yang Allah sifatkan kepada orang-orang kafir dan orang-orang yang sesat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
قَالُوا بَشَّرْنَاكَ بِالْحَقِّ فَلَا تَكُن مِّنَ الْقَانِطِينَ  قَالَ وَمَن يَقْنَطُ مِن رَّحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ
Mereka menjawab, ‘Kami menyampaikan berita gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa’. Ibrahim berkata, ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabb-Nya, kecuali orang-orang yang sesat’.” (QS. Al Hijr : 55-56)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِن رَّوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِن رَّوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
Wahai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf: 87).
Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaly hafidzahullah memberikan faidah untuk ayat di atas, “Oleh sebab itu, berputus asa dari rahmat Allah ta’ala merupakan sifat orang-orang sesat dan pesimis terhadap karunia-Nya merupakan sifat orang-orang kafir. Karena mereka tidak mengetahui keluasan rahmat Rabbul ‘Aalamiin. Siapa saja yang jatuh dalam perbuatan terlarang ini berarti ia telah memiliki sifat yang sama dengan mereka, laa haula wa laa quwwata illaa billaah.”
Selain itu, berputus asa dari rahmat Allah juga termasuk salah satu diantara dosa-dosa besar. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditanya tentang dosa-dosa besar beliau menjawab, “Yaitu syirik kepada Allah, putus asa dari rahmat Allah, dan merasa aman dari makar/adzab Allah.” (HR. Ibnu Abi Hatim, hasan)
Ampunan Allah Termasuk Rahmat-Nya
Pembaca yang dirahmati Allah, salah satu bentuk luasnya rahmat Allah adalah luasnya ampunan Allah bagi para hamba-Nya yang pernah melakukan kemaksiatan kepada Allah, selama hamba tersebut mau bertaubat. 
 
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar : 53)
Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat di atas, “Ayat yang mulia ini berisi seruan kepada setiap orang yang berbuat maksiat baik kekafiran dan lainnya untuk segera bertaubat kepada Allah. Ayat ini mengabarkan bahwa Allah akan mengampuni seluruh dosa bagi siapa yang ingin bertaubat dari dosa-dosa tersebut, walaupun dosa tersebut amat banyak, bagaikan buih di lautan.”
Kemudian beliau menambahkan, “Berbagai hadits menunjukkan bahwa Allah mengampuni setiap dosa (termasuk pula kesyirikan) jika seseorang mau bertaubat. Janganlah seseorang berputus asa dari rahmat Allah, walaupun begitu banyak dosa yang ia lakukan karena pintu taubat dan rahmat Allah begitu luas.”
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Allah ta’ala berfirman, “…Hai anak Adam, sungguh seandainya kamu datang menghadapKu dengan membawa dosa sepenuh bumi, dan kau datang tanpa menyekutukan-Ku dengan sesuatupun. Sungguh Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi, hasan)
Jangan Kau Undang Murka Allah dan Merasa Aman Darinya
Banyak manusia yang terlena karena luasnya rahmat dan kasih sayang Allah terhadapnya, sehingga menjadikan dia merasa aman dari datangnya murka Allah disebabkan dosa dan kemaksiatan yang ia lakukan. Kemurkaan Allah bisa datang berupa adzab dan siksa baik di dunia maupun di akhirat.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
“Maka apakah mereka aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga datangnya)? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 99).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa diantara sifat orang-orang musyrik adalah mereka merasa aman dari siksa Allah dan tidak merasa takut dari siksa-Nya. Maka hakikat adzab (makar) Allah ta’ala ialah Allah memberikan kelonggaran kepada seorang hamba yang senantiasa berbuat dosa dan maksiat dengan memudahkan urusannya (dalam bermaksiat) sehingga di benar-benar merasa aman dari murka dan siksa-Nya. Dan hal inilah yang dinamakan “istidraj”.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika Allah memberikan kenikmatan kepada seorang hamba padahal dia tetap dengan maksiat yang dikerjakannya, maka sesungguhnya itu adalah istidraj.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membacakan firman Allah :
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ
“Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong. Maka ketika itu mereka terdiam dan berputus asa.” [QS. Al An'am: 44] (HR. Ahmad, shahih)
Miliki Rasa Harap (raja’) dan Takut (khauf)
Sudah seharusnya bagi seorang muslim untuk memiliki rasa harap (raja’) dan takut (khauf) dalam dirinya. Yaitu senantiasa berharap atas rahmat Allah dan tidak berputus asa darinya, dan senantiasa takut akan datangnya adzab dan siksa Allah ta’ala. Bagaimana selayaknya menyeimbangkan antara kadar harap (raja’) dan takut (khauf) pada diri seseorang? Berikut uraian singkat mengenai masalah tersebut. —  dinukil dari Buku Mutiara Faidah Kitab Tauhid —
·   Jika seseorang berada dalam keadaan sehat, lapang, dan rajin dalam beramal shalih, maka semestinya kadar keduanya (harap dan takut) dijaga kesimbangannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَىٰ وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al Anbiya’ : 90)
·   Jika dalam keadaan sehat dan lapang, namun selalu berbuat maksiat kepada Allah, maka semestinya kadar takutnya lebih ditinggikan.
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika Allah memberikan kenikmatan kepada seorang hamba padahal dia tetap dengan maksiat yang dikerjakannya, maka sesungguhnya itu adalah istidraj.” (HR. Ahmad)
·  Jika dalam keadaan menghadapi kematian (dalam keadaan kesulitan), maka semestinya kadar harapnya lebih ditinggikan.
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan berprasangka baik kepada Allah ‘azaa wa jalla.” (HR. Muslim). Wallaahu a’lam.
Dengan rahmat Allah sperma itu bertemu sel telur
Dengan rahmat Allah mereka menjadi segumpal darah
Dengan rahmat Allah mereka menjadi segumpal daging
Dengan rahmat Allah mereka mempunyai bentuk
Dengan rahmat Allah mereka memiliki ruh
Dengan rahmat Allah ditunjukinya jalan ketakwaan dan jalan kesesatan
Dengan rahmat Allah jiwa berniat mengabdi kepada Allah
Dengan rahmat Allah kaki mampu melangkah ke tempat wudlu, melangkah ke mesjid, berdiri, ruku, sujud, tahyat, menjelajah penjuru bumi untuk mencari rahmat Allah berupa rizki.
Dengan rahmat Allah tangan mampu bertakbiratul ikram, mengusap anggota wudlu, bersedekah, mencari karunia Allah
Dengan rahmat Allah mereka BERAMAL SHOLEH
Dengan rahmat Allah mereka mendapatkan surga
Dengan rahmat Allah mereka dijauhkan dari neraka
Tanya Jawab
Dalam sesi tanya jawab ada pertanyaan dari salah satu jamaah yang cukup menarik saya catat disini karena realitanya memang ada pernyataan seperti ini. Salah seorang menanyakan bahwa ia mempunyai seorang teman yang mengatakan bahwa ia tidak pernah minta dilahirkan jadi untuk apa harus shalat dan taat kepadaNya. Ini merupakan satu pernyataan putus asa dari seorang yang masih buta mata hatinya. Jamaah tersebut menanyakan bagaimana cara menyadarkan dia. Maka katakan saja pada orang itu :
·   Bukankah engkau tidak pernah minta diberikan mata ? Tetapi kamu gunakan juga untuk melihat.
·   Bukankah engkau tidak pernah minta diberikan tangan ? toh kamu gunakan juga untuk menyuap makanan ke mulutmu.
·          Bukankah engkau  tidak pernah minta diberikan kaki ? toh kamu gunakan juga untuk berjalan?
·          Bukankah engkau tidak pernah minta diberikan otak ? toh kamu gunakan juga buat berpikir.
·          Dan sebagainya
Jadi kita memang tidak pernah meminta dilahirkan tapi kita diciptakan untuk menyembah dan taat kepada yang menciptakan kita. Andai kita tidak mau menyembah dan taat kepada yang menciptakan kita, maka jangan kita gunakan apa yang dikaruniakanNya, sanggupkah engkau kawan ?
Sudahkan rahmat Allah yang sangat luas menjadi perhiasan kita sehari-hari?
KESIMPULAN
A.   Rahmat merupakan kata yang mencakup setiap kebaikan dan murka adalah kata yang mencakup setiap keburukan. Tempat rahmat yang murni adalah surga dan tempat murka yang murni adalah neraka.
B.   Setiap makhluk yang diciptakan Allah subhanahu wa ta’ala berpeluang mendapatkan rahmat tanpa terkecuali, baik Muslim ataupun Non Muslim, baik taat maupun yang tidak taat, karena Allah Maha Pengasih. Berbeda dengan rahmat yang ada di akhirat, akan diberikan kepada orang-orang yang senantiasa menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah subhanahu wa ta’ala.
C.   Makna rahmat adalah memberikan nikmat dan keutamaan. Rahmat Allah di dunia akan di berikan kepada seluruh manusia, baik yang mukmin maupun yang kafir. Akan tetapi, di akhirat nanti, Allah maha penyayang terhadap orang mukmin.
D.   Amal tetap sebagai penyebab adanya balasan surga, seseorang tidak boleh berbangga diri dengan amalnya sendiri, karena di sana pasti ada peran rahmat Allah subhanahu wa ta’ala.
E.   Cara merealisasikan rahmat Allah adalah : 
Mensyukuri nikmat rahmat
·        Berkasih sayang
Orang yang betul-betul mengharapkan rahmat Allah :
·        Beriman
·        Berhijrah
·        Berjihad di jalan Allah dengan diri dan harta

DOA PENUTUP
Ya Allah Ya Tuhan kami, Ya Allah Wahai Tuhan yang Maha Penyayang. Wahai Tuhan yang memiliki Arsy yang mulia, Wahai Tuhan yang Maha Mencipta, Wahai Tuhan yang Maha Berkuasa Mengembalikan, Wahai Tuhan yang Maha Berkuasa melakukan apa yang dikehendaki, kami bermohon kepadaMu dengan cahaya keAgunganMu yang meliputi ArsyMu, dengan kekuasaanMu yang Engkau telah tentukan ke atas seluruh makhlukMu, dengan rahmatMu yang meliputi setiap sesuatu. Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau. Wahai Tuhan yang menolong orang-orang yang meminta pertolongan, kami mohon kepadamu Ya Allah, pandanglah kami dengan pandangan rahmatMu, jangan pandang kami dengan pandangan murkaMu, karena kami tidak akan sanggup menerima murkaMu dan siksaMu. Siapa pun yang membaca blog ini ya Allah, Engkau rahmatilah mereka, berilah hidayah kepada mereka, bukalah hati mereka, pimpinlah mereka ke jalan yang benar kearah jalan yang diridhai oleh Mu.


إِنَّهُ كَانَ فَرِيقٌ مِّنْ عِبَادِي يَقُولُونَ رَبَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ

"Sesungguhnya, ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdo'a (di dunia):


    
Amin Ya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar