Penulis Blog
DUNIA TELAH
BERUBAH
Ketika
pertama kali Syaikh Ilyas rahmatullah ‘alaih melepas jamaah dakwah orang
orang Mewat tahun 1930 an, untuk Khuruj fi Sabilillah sebanyak 7 Orang, pertama
kali dihantar Oleh Syaikh Ilyas rahmatullah ‘alaih sendiri, setelah
sepuluh tahun buat Usaha. Maka beliau katakan : Dunia telah berubah !!.
Kata para Masyaikh : Bukan dunia yang berubah, tetapi hati hati manusia mulai dirubah
oleh Allah subhanahu wa ta’ala dari kecintaan kepada dunia dan
meninggalkannya untuk menyebarkan agamanya Allah.
Sampai
saat ini tahun 2014, dakwah yang telah diusahakan oleh Syech Ilyas rahmatullah
‘alaih ini telah merambah ke seluruh dunia. Hampir setiap tempat telah
dilalui oleh jamaah dakwah dan tabligh. Banyak masjid dan mushalla dikunjungi.
Dari masjid dan mushalla tersebut disebar untuk menyampaikan pentingnya dakwah
dan tabligh pada setiap orang baik yang ada di rumah atau di jalanan atau di
tempat pekerjaan mereka. Disampaikan betapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan para sahabatnya dahulu telah buat usaha dakwah sehingga
amal agama mereka menjadi sempurna dan Islam tersebar ke seluruh alam dan diikuti
serta dipeluk oleh kita ummat Islam sekarang ini. Namun begitu banyak juga
diantara orang Islam sendiri yang merasa aneh dan asing dengan orang yang buat
dakwah tersebut, sebagaimana dahulu dikerjakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallahm dan sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
Orang
yang buat kerja dakwah yang notabene sebenarnya mereka mencontoh bagaimana
dakwah Nabi dan sahabat, telah dikatakan sebagai membuat ajaran baru yang tidak
pas lagi untuk jaman modern sekarang ini. Bahkan yang lebih aneh lagi, mereka
yang tiap hari membuat kajian al Quran dan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam telah membuat suatu criteria bahwa orang yang buat usaha dakwah
dan tabligh sebagai orang yang telah membuat BID’AH, yang tidak dicontohkan
Nabi, yang katanya pelakunya akan masuk neraka. Na’udzubillah min dzalik.
Dan banyak pula yang sinis, tidak senang, dan mencemooh, disamping banyak pula
yang mencintai, membantu dan minimal simpati dengan orang yang buat usaha
dakwah dan tabligh.
Kita
hanya bisa berdoa semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan hidayah
dan inayahnya kepada kita yang telah buat usaha dakwah dan tabligh, yang
simpati dan yang membantunya dan juga kepada mereka yang saat ini masih
mencemooh, mencela, menyesatkan, membid’ahkan, dan bahkan mengkafirkan terhadap orang yang
buat usaha dakwah dan tabligh. Berikan seluruh manusia dan jin hidayah ya
Allah…dan jadikan kami sebagai asbab hidayah bagi seluruh manusia. Berilah
kefahaman kepada saudara kami yang tidak senang dengan dakwah ini ya Allah,
betapa pentingnya dakwah dan sebagai tanggungjawabnya. Istiqamahkan kami dalam
usaha dakwah dan tabligh, dan tambahkan lagi pengorbanan kami dalam usaha
dakwah dan tabligh, sehingga kami bisa datang ke ujung-ujung dunia untuk sampaikan
keagunganMu, kebesaranMu, kehebatanMu, serta seluruh sifat baikMu kepada
seluruh manusia. Kami niat dan memohon kekuatan agar dakwah menjadi maksud
hidup kami dan mati dalam dakwah. Amin………
Hadits
Mengenai Orang yang Dianggap Asing atau Aneh.
Dari
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
بَدَأَ الْإِسْلَامُ
غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam muncul dalam
keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah
orang-orang yang terasingkan itu.” (HR. Muslim
no. 208)
Dalam riwayat lain, dari Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu
dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
اِنَّ اْلاِسْلاَمَ بَدَأَ غَرِيْبًا وَ
سَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ، فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ. قِيْلَ: يَا
رَسُوْلَ اللهِ، وَ مَا اْلغُرَبَاءُ؟ قَالَ: اَلَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ عِنْدَ
فَسَادِ النَّاسِ. و فى رواية، فَقَالَ: اَلَّذِيْنَ يُحْيُوْنَ مَا اَمَاتَ
النَّاسُ مِنْ سُنَّتِى. مسلم و ابن ماجه و الطبرانى
“Sesungguhnya Islam itu pada mulanya datang dengan asing (tidak umum), dan akan kembali dengan asing lagi seperti pada mulanya datang. Maka berbahagialah bagi orang-orang yang asing“. Beliau ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu ?”. Beliau bersabda, “Mereka yang berbuat kebaikan dikala rusaknya manusia”. Dan di lain riwayat beliau ditanya (tentang orang-orang yang asing), beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang menghidup-hidupkan apa-apa yang telah dimatikan manusia daripada sunnahku”. [HR. Muslim, Ibnu Majah dan Thabrani]
“Sesungguhnya Islam itu pada mulanya datang dengan asing (tidak umum), dan akan kembali dengan asing lagi seperti pada mulanya datang. Maka berbahagialah bagi orang-orang yang asing“. Beliau ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu ?”. Beliau bersabda, “Mereka yang berbuat kebaikan dikala rusaknya manusia”. Dan di lain riwayat beliau ditanya (tentang orang-orang yang asing), beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang menghidup-hidupkan apa-apa yang telah dimatikan manusia daripada sunnahku”. [HR. Muslim, Ibnu Majah dan Thabrani]
“Bada-al Islaamu ghariiban wa
saya’uudu kamaa bada-a ghariiban”
(Datangnya Islam itu asing dan akan kembali asing seperti datangnya.) Sebagai
akibatnya orang yang mengamalkan ajaran Islam, mendakwahkan agama Islam seperti
cara Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam akan terasing di tengah-tengah masyarakatnya sendiri.
Ketika awal-awal diangkat menjadi
Rasul, maka pertama kali beliau shallallahu
‘alaihi wasallam usaha dakwah
mengajak kepada Allah. Pada waktu itu belum ada kewajiban shalat 5 waktu,
puasa, zakat dan haji. Kita tahu betapa beliau shallallahu
‘alaihi wasallam ditolak, diasingkan, dikucilkan,
dilempari bangkai dan batu dan bahkan diusir. Namun demikian beliau shallallahu
‘alaihi wasallam tetap buat dakwah dengan penuh keyakinan, sehingga dicapai
kejayaan Islam. Pada masa Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu menjadi
Amirul Mi’minin, 2/3 dunia ikuasai oleh Islam. Demikian juga sekarang
ketika usaha dakwah kembali dihidupkan untuk mengembalikan ummat kepada
kejayaan Islam, maka ummat merasa asing dengan dakwah dan mereka yang buat
usaha dakwah dan tabligh merasa terasing, terpinggirkan
dan terkucilkan.
Akan tetapi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menyampaikan
berita gembira dengan kebahagiaan bagi orang-orang yang terasing: “Fatuubaa
lilghuraba” (Berbahagialah orang-orang yang terasing.) Siapakah orang-orang
yang terasing itu? Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
mereka itu adalah orang-orang yang berbuat kebaikan di tengah kerusakan
manusia.
Makna Thuuba
Thuuba dalam hadits
di atas ditafsirkan secara berbeda, sebagian ulama menafsirkannya dengan nama
pohon di surga, sebagian mengatakan ia adalah kebaikan yang banyak, sebagian
mengatakan ia adalah surga. Akan tetapi, semua makna tersebut adalah benar.
Seorang muslim yang teguh di atas agamanya, dia meneruskan kerja Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam mendakwahkan dan menyampaikan agama dengan berpegang pada
tuntunan Nabinya yang suci, di saat manusia sudah melupakan tuntunan tersebut,
walaupun dia dicela, dihina, diasingkan karena melaksanakan agama Allah maka
Dia akan menyiapkan baginya kebaikan yang sangat banyak.
Namun berbahagialah orang yang asing,
karena menegakkan sunnah di masa seperti ini Allah menjanjikan pahala 50 kali
pahala para sahabat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam.
عَنْ اَبِى
اُمَيَّةَ الشَّعْبَانِيّ، قَالَ: سَأَلْتُ اَبَا ثَعْلَبَةَ اْلخُشَنِيَّ
فَقُلْتُ: يَا اَبَا ثَعْلَبَةَ، كَيْفَ تَقُوْلُ فِى هذِهِ اْلايَةِ عَلَيْكُمْ
اَنْفُسَكُمْ. قَالَ: اَمَا وَ اللهِ لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْهَا خَبِيْرًا سَأَلْتُ
عَنْهَا رَسُوْلَ اللهِ ص فَقَالَ: بَلْ اِئْتَمِرُوْا بِاْلمَعْرُوْفِ وَ
تَنَاهَوْا عَنِ اْلمُنْكَرِ حَتَّى اِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا وَ هَوًى
مُتَّبَعًا وَ دُنْيَا مُؤْثَرَةً فَاِعْجَابَ كُلّ ذِى رَأْيٍ بِرَأْيِهِ
فَعَلَيْكَ يَعْنِى بِنَفْسِكَ وَ دَعْ عَنْكَ اْلعَوَامَّ، فَاِنَّ مِنْ
وَرَائِكُمْ اَيَّامَ الصَّبْرِ. الصَّبْرُ فِيْهِ مِثْلُ قَبْضٍ عَلَى اْلجَمْرِ،
لِلْعَامِلِ فِيْهِمْ مِثْلُ اَجْرِ خَمْسِيْنَ رَجُلاً يَعْمَلُوْنَ مِثْلَ
عَمَلِهِ. وَ زَادَانِى غَيْرُهُ. يَا
رَسُوْلَ اللهِ، اَجْرُ خَمْسِيْنَ مِنْهُمْ؟ قَالَ: اَجْرُ خَمْسِيْنَ مِنْكُمْ.
ابو داود
“Dari Abu Umayyah Asy-Sya‘baniy, ia
berkata : Saya pernah bertanya kepada Abu Tsa‘labah, aku bertanya, “Hai Abu
Tsa‘labah, bagaimana pendapatmu tentang ayat ‘alaikum anfusakum ? -
Al-Maaidah : 105“. Ia berkata, “Demi Allah, sungguh kamu menanyakan sesuatu
yang aku pernah menanyakannya kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam“, beliau bersabda, “Tetapi
hendaklah kalian amar ma‘ruf dan nahi munkar, sehingga apabila kamu melihat
kebakhilan ditha‘ati, hawa nafsu diikuti, keduniaan telah mewarnai, dan orang
bangga dengan pendapatnya, maka wajib atasmu (yakni menjaga dirimu),
tinggalkanlah keumuman orang, karena akan datang di belakang kalian hari-hari
keshabaran. Shabar pada waktu itu seperti orang yang menggenggam bara api. Bagi
orang yang melakukan (amar ma‘ruf nahi munkar) di tengah-tengah mereka pada
hari itu akan mendapat pahala lima puluh orang yang beramal seperti dia“. Perawi
berkata : Dan menambahkan kepadaku selain dia, ia berkata, “Ya Rasulullah,
apakah pahala lima puluh orang dari mereka ?“. Beliau menjawab, “Pahala lima
puluh orang dari kalian“.
[HR. Abu Dawud juz 4, hal. 123]
Catatan :
Dalam hadits di atas, ada kata-kata “dan
orang bangga dengan pendapatnya”, saya jadi takut, jangan-jangan itu
mengenai saya, karena saya telah menulis banyak pendapat dalam blog ini.
Mudah-mudahan Allah memberikan petunjuk kepada saya, sehingga saya menulis
bukan untuk membanggakan diri dan saya niatkan karena Allah. Tulisan ini semoga
bermanfaat bagi peningkatan iman saya dan juga siapa saja yang mau mengambil
pelajaran.
Kenapa
Yang Dianggap Asing adalah Orang yang Buat Kerja Dakwah ?
Jawabannya
adalah : Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا
تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ
بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا
يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ
“Jika kalian berjual-beli dengan
cara ‘inah (salah satu bentuk riba, -pen), kalian memegang ekor-ekor sapi,
ridho dengan bercocok tanam, dan meninggalkan jihad, maka Allah akan
menimpakan kepada kalian suatu kehinaan yang tak akan dicabut oleh Allah sampai
kalian kembali kepada agama kalian“. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya
(3462).
Ketika
dakwah telah ditinggalkan banyak sekali kerusakan-kerusakan, yaitu orang mulai
cinta kepada selain Allah, cinta kepada perdagangannya, cinta kepada ternaknya,
cinta kepada pertaniannya, sehingga tidak mau berkorban dengan diri dan harta
untuk berjihad mendakwahkan agama. Selanjutnya ibadah mulai ditinggalkan,
ibadah tidak seperti yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Selanjutnya mulai tumbuh subur kemaksiatan dan bahkan kemaksiatan
tersebut difasilitasi dengan dibuat peraturan dan hukum yang dibuat oleh Negara,
demi kemanusiaan walaupun bertentangan dengan aturan atau syariat agama Islam.
Dan puncaknya banyak orang Islam keluar dari agama Islam alias murtad.
Apabila
kerja dakwah diusahakan dengan sungguh-sungguh, maka iman mulai tumbuh kemudian
berkembang meningkat sesuai dengan pengorbanan dalam kerja dakwah tersebut,
baik pengorbanan diri dan hartanya. Dengan iman yang sempurna maka akan mudah
amal agama secara sempurna. Allah berfirman :
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا
وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ
الصَّادِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman
hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka
tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan
Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.”
(QS. Al Hujurat : 15)
Untuk menjelaskan bahwa orang yang dianggap asing oleh kebanyakan
manusia atau ummat Islam, adalah kerja dakwah, maka perlu penjelasan yang tidak
bisa dijelaskan secara singkat, apalagi hanya dalam tulisan seperti ini. Hal
ini diperlukan pula hidayah dari Allah. Sebagaimana dahulu ketika Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam sendiri yang buat kerja dakwah pada awal beliau diangkat
menjadi Rasul, maka tidak langsung membuat orang Arab (orang Quraisy), memahami
apa yang dikehendaki oleh Allah dan RasulNya, sehingga beliau ditentang,
dihalangi, diintimidasi, ditakut-takuti dan sebagainya. Manusia pada waktu itu merasa
asing dengan apa yang didakwahkan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Mereka fikir kenapa yang dakwah adalah Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, manusia biasa bukan seorang raja, bukan tokoh masyarakat,
bukan pemimpin orang Quraisy bahkan bukan malaikat dan sebagainya. Oleh karena
itu hanya sebagian kecil saja yang mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mau diikuti dakwahnya
karena merasa asing dan aneh. Namun demikian Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam melaksanakan kerja dakwah penuh dengan keyakinan dan juga
denganpenuh keihlasan bahwa kerja dakwah harus dilaksanakan dan nyawa
taruhannya, karena dakwah perintah Allah subhanahu wa ta’ala.
Ciri dari kerja dakwah yang dibuat oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dan para sahabat, minimal ada 7 yaitu :
1.
Azasnya adalah bahwa dakwah perintah Allah yang dilandasi dengan kasih
sayang pada semua makhluk. Artinya siapapun orangnya harus didakwahi atau
didatangi untuk diberikan peringatan, dengan penuh kasih sayang. Karena
siapapun orangnya yang mati dan tidak ada dua kalimah syahadat, maka dengan
kematiannya dia akan menderita selama-lamanya di nerakanya Allah subhanahu
wa ta’ala.
2.
Mendatangi ummat, bukan didatangi ummat. Artinya siapapun orangnya harus
didatangi baik yang ada di rumah, di kebon, di pasar, di jalan, di tempat
tongkrongan atau dimana saja orang itu berada didakwahi untuk memakmurkan
masjid seperti yang terjadi pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengusahakan
bagaimana seluruh laki-laki memakmurkan masjid Allah, maka usaha dakwah ini
adalah juga menjadikan seluruh laki-laki memakmurkan masjid Allah.
3.
Dengan harta dan diri sendiri, bukan harta orang lain, yayasan, organisasi,
partai politik ataupun harta perusahaan. Demikian pula bukan hanya menginfakkan
harta saja, tetapi dengan dirinya sendiri atau dalam bahasa Al Quran disebut
biamwalikum wa amfusikum fi sabiilillaah. Artinya saat keluar di jalan Allah,
maka dirinya membawa hartanya sendiri untuk mencari ridhonya Allah.
4.
Tanpa minta upah, balasan ataupun ada maksud mendapat keuntungan dunia.
Karena seluruh nabi-nabi dakwah secara ikhlas mengajak manusia kepada Allah
tanpa minta upah atau balasan. Sebaliknya Iblis dan syaithan juga berdakwah
mengajak manusia kepada selain Allah dengan ikhlas tanpa minta balasan.
Walaunpun iblis dan syaithan ini diberi harta, diberi wanita ataupun tahta,
mereka tidak akan mau, karena kerjanya hanya berdakwah menyeru manusia agar
kufur kepada Allah atau menyeleweng dari jalan Alah dan mengajak manusia masuk
nerakanya Allah.
5.
Berjamaah atau ijtima’i amal. Artinya tidak dakwah secara sendiri-sendiri,
tetapi berjamaah dengan tertib seperti Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam mengusahakan dakwah kepada para sahabat radhiyallahu ‘anhum
ajmain.
6.
a. Mengajak dari yakin kepada makhluk menjadi yakin kepada Allah, yakin
bahwa Allah Maha Hebat, Maha besar, Maha Agung, Maha Kaya dan sebagainya, yakin
dengan janji Allah, yakin kepada pertolongan Allah dan sebagainya.
b. Mengajak yakin kepada dunia menjadi yakin
kepada akhirat, bahwa kenikmatan akhirat adalah kenikmatan yang sesungguhnya
dan kenikmatannya kekal, tidak akan rusak selama-lamanya.
c. Mengajak yakin kepada maal atau harta
benda menjadi yakin kepada amal agama, bahwa agamalah yang dapat menyelesaikan
masalah pribadi ataupun masalah ummat. Sedangkan yakin kepada dunia adalah
keyakinan yang tertipu dan tidak akan kekal atau fana.
7.
Bergerak dan menggerakkan orang lain. Artinya Ummat bergerak dalam dakwah
dan menggerakkan orang lain juga untuk berdakwah atau dengan kata lain seorang
dai berusaha menjadikan orang lain juga sebagai dai. Sebagaimana Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam diutus oleh Allah untuk seluruh manusia sampai hari
kiamat, tetapi Nabi tidak hidup sampai hari kiamat dan tidak mendatangi seluruh
manusia. Namun demikian Nabi telah menjadikan seluruh para sahabat menjadi dai
yang menyampaikan agama ke seluruh alam dan menjadikan ummat seterusnya
menyampaikan agama pada generasi berikutnya, hingga agama tetap ada pada ummat
sampai hari kiamat.
Dalam usaha dakwah dan tabligh yang kita
kerjakan adalah melaksanakan dakwah cara Nabi dan sahabat tersebut di atas,
untuk meneruskan kerja Nabi dan sahabat. Jadi dakwah yang dikerjakan oleh
jamaah tabligh sama seperti yang dikerjakan oleh seluruh para Nabi ‘alaihimush
shalatu wassalam. Dan juga sama seperti yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajmain.
Pada saat ini orang yang buat kerja dakwah banyak
dari kalangan orang yang disebut awam, masih sebagian kecil saja yang ulama,
kyai atau ustadz. Bahkan tidak sedikit yang mantan
residivis, mantan preman dan orang-orang yang tidak begitu menonjol dalam ilmu
agama Islam. Ketika mereka buat kerja dakwah, maka celaan, halangan,
penentangan dan sampai dikatakan sebagai orang yang sesat, bid’ah dan kafir.
Dakwah yang dulu dibuat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para
sahabat, saat ini dihidupkan kembali menjadi asing dan aneh. Tetapi anehnya
pula, para pekerja dakwah tersebut, tetap melaksanakan kerja dakwah dengan
penuh percaya diri dan keyakinan, tidak takut kepada siapapun, dan hanya takut
kepada Allah. Hal ini karena merasa bahwa yang memerintahkan kerja dakwah ini
adalah Allah subhanahu wa ta’ala.
Bahkan
Allah mensifati mereka dalam Al-Quran,
إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ
الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ
الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُون نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا
تَدَّعُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan
kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat
akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan
Allah kepadamu. Kamilah pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat; di
dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu minta.” (QS.
Fushilat 30-31)
Orang
yang berpegang teguh dengan agama Islam dan usaha mendakwahkan, memperjuangkan,
meninggikan dan menyebarkan agama Islam walaupun dalam keterasingannya, tidaklah
mendapatkan kejelekan sedikitpun, sebanyak apapun orang yang mencela dan membid’ahkan
mereka. Dari Tsauban radhiallahu anhu -dan ini adalah hadits mutawatir-
dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا
تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ
خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
“Senantiasa ada sekelompok ummatku yang
dimenangkan atas kebenaran, tidak akan membahayakannya orang yang memusuhinya
hingga hari kiamat sedangkan mereka tetap seperti itu.” (HR.
Muslim no. 3544)
Keterasingan
mereka hanya di antara kebanyakan manusia, sementara kebanyakan manusia itu
sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan:
وإن تطع
أكثر من في الأرض يضلوك عن سبيل الله
“Jika kamu mentaati kebanyakan manusia di bumi
niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (QS. Al An’am : 116)
Contoh
Kisah 1.
Ada
seorang Raja sakit kanker hidung, Tabib katakan : Raja bisa sembuh asal
hidungnya dipotong. Raja fikir dari pada mati tak jadi raja, mendingan potong
hidung saja. Maka jadilah ia raja tanpa hidung.
Waktu
raja berpidato depan mentrinya, suaranya jadi lucu dan para mentri tertawa.
Raja marah dan buat peraturan. Kalau masih mau jadi mentri maka harus potong
hidung semua !!
Suatu
saat Raja dan mentri berpidato didepan Rakyatnya. Semua rakyat tertawa karena
suara mereka lucu. Raja marah buat peraturan “ Kalau ingin jadi rakyatnya
tinggal di daerahnya maka harus potong hidung !! “Akhirnya semua rakyat potong
hidung, maka jadilah negeri tanpa hidung. Setiap generasi lahir dipotong
hidungnya sampai beberapa generasi, negeri tersebut sudah biasa tanpa hidung.
Suatu
waktu ada orang normal datang ke negeri tersebut, maka hal ini jadi aneh bagi
orang negeri tersebut sambil berkata, ”Idiih lucu!! Ada orang kok mukanya ada
dagingnya/ ada hidung...”
Tuan
tuan wajar hal ini terjadi justru yang normal yang dikatakan aneh, padahal
mereka yang sakit dan aneh.
Hari
ini.. orang merasa aneh melihat ada orang tinggalkan anak istri buat agama.
Kalau buat pergi berlayar, bekerja di Arab tidak aneh. Padahal kehidupan
sahabat demikian rupa bahkan aib kalau ada sahabat mati di rumah, tidak pergi
buat dakwah.
Sayangnya
orang selalu katakan kalau kamu keluar di jalan Allah (khuruj fi sabilillah),
maka bagaimana dengan anak istri kamu?, Hari ini hampir tak ada yang mengatakan
: “Kalau kamu tak berangkat khuruj bagaimana nanti perasaan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam ketika nanti jumpa kamu” ??
Ingatlah!!!
Bahwa kita akan berjumpa dengan Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam di akherat, bagaimana jika kita biarkan
hati Rasulullah terluka melihat keadaan ummatnya yang jauh dari ajarannya
sementara kita enak makan tidur di rumah bersama keluarga seperti hewan.
Laihatlah
siklus hidup hewan, dia punya anak, kemudian anaknya diajar cari makan, anaknya
besar kawin, makan tidur kemudian punya anak lagi, diajari cari makan lagi,
kawin lagi. Tak pernah fikirkan perintah Allah subhanahu wa ta’ala,
bagaimana dia dapat amalkan agama dan juga orang lain mampu amalkan agama.
Abu
Ishaq al Ashfani rahmatullah ‘alaih seorang ulama tanah Hind ketika
melihat ahli dzikir yang hanya dzikir saja. Beliau rahmatullah ‘alaih
katakan : “Kamu seperti hewan kambing sibuk makan sendiri sementara teman
teman kamu disembelih, tak ada fikir orang lain”.
Contoh
Kisah 2
Seekor
harimau telah lahir di tengah-tengah sekumpulan kambing. Dia dipelihara oleh
induk kambing dan bermain-main dengan anak-anak kambing. Menjelang dewasa ia
merasa minder dengan tanduk yang tumbuk di kepala anak-anak kambing sedangkan
dirinya tidak bertanduk. Ia menyangka kalau tak ada tanduk tak menang jika
berkelahi dengan yang ada tanduk. Keyakinannya bahwa tanduk yang besar akan
kalahkan tanduk yang kecil. Anak harimau menjadi rendah diri dan takut kepada
kambing.
Tiba
tiba ketika dia berjalan seorang diri berjumpa dengan sekawanan harimau, maka
seekor harimau telah katakan kepadanya bahwa kamu adalah harimau, tetapi anak
harimau tadi katakan : tidak saya adalah kambing…” dia tak percaya akan dirinya
sendiri.
Harimau
lain katakan : kamu harimau! Kakuatan kamu bukan pada tanduk melainkan karena
cengkraman kuku kamu dan gigi taringmu, serta suara aumanmu.
Maka
untuk meyakinkan anak harimau itu dibawa ke tepi kolam dan disuruh liat
wajahnya, dikatakannya “ lihatlah wajahmu” bukankah mirip dengan kami?” Barulah
anak harimau itu sadar, kemudian ia dibawa oleh kumpulan harimau lain diajarkan
bagaimana gunakan kuku, taring, suara, dan sebagainya Selama tiga hari.
Lepas
tiga hari maka ia dikembalikan ke kawanan kambing, ketika ia berada ditengah mereka,
maka anak harimau itu mengaum dan larilah semua kambing-kambing mendengar suara
itu.
Begitulah
orang Islam kini telah lama berada ditengah-tengah kebesaran dunia orang kafir,
yang memiliki kerajaan dan kekayaan dan merasa minder karena apa yang ada pada
orang kafir tak ada pada dirinya.
Mereka
terhina, dicaci, dipukuli, diperangi tetapi tak bisa bebuat apa-apa karena
keyakinannya dan kecintaannya kepada yang tampak, yaitu dunia.
Mereka
menyakini kerajaan yang besar akan kalahkan yang kecil, tentara yang lengkap
dengan persenjataan akan kalahkan yang tak memiliki senjata, orang yang banyak
hartanya akan kalahkan orang yang miskin.
Barulah
ketika da’i da’i datang, beritahu mereka bahwa kekuatan kamu bukan karena asbab
dunia, kekayaan, kerajaan, dan sebagainya. Namun kekuatan kamu yang sebenarnya
adalah dalam keyakinan terhadap kalaimat LAA ILAAHA ILLALLAAH dan amal
shaleh yang dicontohkan Nabi Muhammad.
Awalnya
mereka tak percaya bagaimana mungkin melawan mal atau harta hanya dengan amal
agama. Tetapi setelah mereka dibawa keluar di jalan Allah dilatih menggunakan
dua senjata orang beriman yakni dakwah dan doa.
Pulang
keluar tiga hari mereka teriak kepada setiap orang “Allah Kuasa Makhluk
tak bisa apa-apa. Barulah suatu saat nanti, orang kafir, munafik, fasik tak
bisa lawan mereka.
Pengorbanan
Siti Khadijah radhiyallahu ‘anha dalam Dakwah.
Nabi
begitu lelah jumpa manusia dengan menghadapi caci maki dan fitnah manusia, sehingga
Nabi tertidur. Ketika itulah dengan belaian kasih saying, membelai kepala Nabi salallahu
'alaihi wassallam tidak terasa air mata Khadijah menetes di pipi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Nabi
terbangun berkata ''Wahai Khadijah mengapa engkau menangis,? Adakah engkau
menyesal mempersuamikan aku Muhammad, dahulu engkau wanita bangsawan engkau
mulia engkau hartawan tetapi hari ini engkau telah dihina orang. Semua orang
telah menjauh darimu, seluruh hata kekayaanmu telah habis, adakah engkau
menyesal wahai Khadijah mempersuamikan aku (Muhammad)..?”
Khadijah
berkata “Wahai suamiku, wahai Nabi Allah bukan itu yang aku tangiskan,
dahulu aku memiliki kemuliaan, kemuliaan itu aku serahkan pada Allah dan
Rasul-Nya, dahulu mempunyai kebangsawanan, dan kebangsawanan itu aku serahkan
pada Allah dan Rasul-Nya, dahulu aku memiliki harta kekayaan dan kuserahkan
juga pada Allah dan Rasul-Nya.” Wahai Rasulullah sekarang aku tidak mempunyai
apa-apa lagi, tetapi engkau masih terus memperjuangkan Agama ini, “Wahai
Rasulullah, sekiranya aku telah mati sedangkan perjuanganmu ini belum selesai
sekiranya engkau hendak menyeberangi sebuah sungai atau lautan, tetapi engkau
tidak mempunyai rakit atau jembatan maka engkau galilah lubang kuburku ini,
engkau gali dan engkau ambil tulang belulangku, engkau sambunglah
tulang-tulangku dan jadikanlah sebagai jembatan untuk menyebrangi sungai itu
untuk jumpa manusia ingatkan kepada mereka kebesaran Allah, ingatkan kepada
mereka yang hak dan ajak mereka kepada Islam, wahai Rasulullah”.'
Seorang
suami yang agung dan seorang istri yang agung akhirnya berpelukan sambil
menangis memikirkan Agama ini.
Pengorbanan
Sahabat dalam Dakwah.
Agama
tersebar hingga hari ini, kita kenal Allah bukan dengan mudah, Agama sampai
pada kehidupan kita, Agama sampai pada kampung kita, Agama sampai masuk kedalam
rumah-rumah kita, Agama sampai pada hati-hati kita, bukan di bawa oleh burung,
bukan dibawa oleh angin, dan bukan dibawa oleh air sungai yang mengalir, tapi
dibawa oleh pengorbanan Nabi dan para Sahabat, dibawa oleh para janda-janda
para sahabat, dan dibawa oleh yatim-yatim para sahabat.
Ulama
sampaikan, hari ini kita senang-senang amal Agama diatas penderitaan dan
jeritan janda-janda dan yatim-yatim para sahabat.
Hari
ini kita senang amal-amal Agama diatas penderitaan Khadijah radhiyallahu
anha..!!!
Kalaulah
hari ini kita tidak menghargai pengorbanan mereka apa yang harus kita jawab
dihadapan Allah ketika kita berjumpa dengan Allah. Apa yang kita jawab
dihadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Apa yang kita jawab didepan
Abu Bakar radhiyallahu anhu, yang menghabiskan seluruh harta bendanya
untuk Agama ini. Apakah yang akan kita jawab dihadapan ibu-ibu yang mulia kalau
ibu jumpa dengan sahabiyah yang mengorbankan suaminya syahid di jalan Allah, dan
apa yang akan kita jawab sekiranya kita jumpa anak-anak yatim para sahabat
sedangkan mereka yang telah menggerakan ayahnya untuk memperjuangkan Agama ini.
Agama
sangat berhajat pada pengorbanan. Agama tidak akan tersebar dengan
tulisan-tulisan dan Agama tidak akan tersebar dengan bicara-bicara. Agama tidak
akan pernah wujud dalam kehidupan kita tanpa mengorbankan diri kita. Sudah
menjadi syarat Agama akan wujud melalui pengorbanan, dan hidayah akan datang
dalam diri kita melalui pengorbanan. Agama akan tersebar dan hidayah akan
tersebar diujung dunia melalui pengorbanan diri dan harta.
Allah
subhanahu wa ta’ala berirman :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ
أَقْدَامَكُمْ
''Hai
orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.'' (QS. Muhammad 7)
Dunia
akan berubah kalau setiap ummat Islam buat pengorbanan sebagai mana pengorbanan
yang telah dibuat oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para
sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
Perlu
Diketahui, Difikirkan dan Diusahakan.
1.
Kita semua orang Islam wajib buat kerja dakwah. Tinggal kita mau melaksanakan
kerja dakwah atau tidak. Yang mau kerja dakwah akan dimuliakan Allah, dan yang
tidak mau kerja, bagaimana dia akan mendapatkan upah dan balasan dari Allah.
Gak mau kerja kok ingin upah agar dimuliakan. Ini yang aneh…..
2.
Dakwah tidak harus punya ilmu yang banyak, asal dia Islam maka wajib buat kerja
dakwah. Apalagi yang sudah ada ilmu, tentu lebih utama lagi buat kerja dakwah,
untuk menjadi contoh di tengah-tengah ummat. Bukan malah semakin bertambah
ilmunya, membuat perpecahan diantara ummat, tetapi semakin takut kepada Allah,
untuk menyatukan ummat dalam kerja dakwah. Barangsiapa yang ada fikir bahwa
kerja dakwah dibuat kalau sudah punya ilmu banyak, bisa baca kitab kuning,
sudah bisa menafsirkan al Quran dan sebagainya, jangan-jangan dia adalah orang
yang menghijab orang lain buat kerja dakwah. Na’udzubillah min dzalik. Semoga
Allah mengampuninya dan memberikan kefahaman kepada kita, karena hanyalah Allah
yang bisa memberikan kefahaman.
3.
Setelah buat kerja dakwah dan mengajak orang lain agar buat kerja dakwah,
barulah usaha juga terhadap ta’lim, kajian-kajian, dan majelis-mejelis ilmu.
Kenapa? Karena punya kewajiban juga untuk melaksanakan ibadah sesuai yang
dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Amal agama
atau ibadah yang diterima oleh Allah hanyalah amal yang sesuai contoh Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dan niat ikhlas karena Allah subhanahu wa ta’ala.
Kalau kita sekarang dakwah dengan ilmu (baca fiqih), dan mengaggap bahwa ilmu
yang kita sampaikan dan amalkan benar sedangkan yang berbeda dengan kita itu
salah dan bid’ah, maka kita harus tahu bahwa perbedaan pendapat itu sudah ada
sejak zaman Nabi dan sahabat.
Kalau
sekarang kerja dakwah dengan menyentuh perbedaan pendapat di tengah ummat, dan
mau di seragamkan sesuai dengan seleranya, ini akan memecah belah ummat. Dan
akhirnya akan timbul sifat syaithaniyyah, yaitu sombong, takabbur, ujub dan iri
dengki kepada yang lain dan merasa paling benar. Sifat merasa paling benar ini
yang menggelincirkan syaithan menjadi makhluk yang dilaknat dan dikutuk oleh
Allah. Kita harus koreksi, jangan-jangan kita dakwah dengan memecah belah ummat
yang dosanya sangat besar disisi Allah.
Ummat
hanya bisa disatukan dengan kerja dakwah dan pembicaraan iman kepada Allah.
Perbedaan selalu ada di tengah ummat dan dengan kerja dakwah perbedaan tersebut
semakin diminimalkan, sehingga walaupun berbeda dalam cara ibadah (tetapi berpegangan
dengan al Quran dan sunnah Nabi, cuma beda dalam menafsirkan atau berijtihaj
atau mengambil istimbath hukum), maka akan tetap dalam satu jamaah. Tidak ada
perasaan orang lain salah dan pasti neraka, sedangkan saya pasti benar dan
masuk syurga. Camkan….dari hamba Allah yang fakir ini.
4.
Ilmu dicari, dikaji, dipelajari, difikirkan dan yang paling penting setelah itu
ilmunya diamalkan. Ilmu yang tidak diamalkan seperti pohon yang tidak bisa
berbuah atau seperti wanita yang mandul. Amal tanpa ilmu akan tertolak. Setelah
memiliki ilmu, bukan untuk membandingkan dengan ilmu orang lain. Amal inilah
yang akan dinilai oleh Allah, dipersembahkan kepada Allah. Bahkan ada orang
beramal tetapi tidak mendapat apa-apa dari amalnya. Ingat banyak orang yang
berpuasa tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga saja,
karena puasanya tidak disertai ilmu bagaimana agar puasanya diterima oleh Allah.
Demikian juga amal yang lain.
Kita
harus berlomba-lomba dalam amal agama dari ilmu yang kita dapat. Ini namanya fastabiqul
khairat yang diperintahkan oleh Allah dan RasulNya. Kita beramal cuma niat
satu saja yaitu bagaimana amal yang saya laksanakan ini diterima oleh Allah.
Saya yakin amal sudah sempurna dan diterima oleh Allah, tetapi ada perasaan
kalau saya yang dhaif ini belum sempurna dalam amal seperti yang dikehendaki
Allah dan dicontohkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga ada usaha
sungguh –sungguh lagi, dan istiqamah di dalam amal. Karena Allah hanya menerima
amal yang ikhlas dan mengikuti contoh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Tanda amal ikhlas adalah istiqamah di dalam amal dan yakin dengan janji Allah, dan
besungguh-sungguh di dalam amal tersebut dengan perasaan ihsan, merasa dilihat
oleh Allah.
5.
Setelah amal-amal agama dilaksanakan dan istiqamah, barulah Allah akan
memberikan sifat-sifat yang baik pada kita. Timbul dalam dirinya sifat baik
sangka tidak mudah su’udzan, sifat kasih sayang pada semua makhluk tidak kaku
dan keras, sifat sabar tidak mudah mencela dan mengutuk orag lain, sifat
tawadhu’ tidak menonjolkan diri, sifat syukur tidak mudah mencari kesalahan
orang lain, sifat menerima apa adanya tidak mudah mengkambing hitamkan orang
lain dan mencari kesalahan orang lain, dan sebagainya.
Ciri
wajahnya suka tersenyum sebagaimana wajahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, tidak mudah cemberut. Demikian pula mudah bergaul dengan semua
orang yang berbeda sifat dan watak, karena tujuannya hanya satu, yaitu
bagaimana jumpa orang dan buat dakwah. Kemudian memberi tahu pada setiap orang
bahwa saya punya kewajiban dakwah dan semua orang punya tanggungjawab dakwah.
Ini namanya meneruskan sifat-sifat Rasulullah dan para sahabatnya, agar agama
Islam sampai pada semua orang dari timur ke barat di seluruh alam.
6.
Apakah sifat-sifat yang baik ini ada dalam diri kita? Mari kita usaha dan kerja
keras serta sunguh-sungguh, dan usaha tersebut sebenarnya tidak cukup walaupun seumur
hidup kita usaha, pasti belum sempurna. Oleh karena itu perbanyak juga berdoa
memohon kepada Allah agar selalu memberikan pertolongan kepada kita. Kita
merasa amal masih sedikit, kita merasa tiap hari selalu bergelimang dosa karena
kelalaian melaksanakan kewajiban kepada Allah, maka amal yang yang masih belum
sempurna ini semoga dinilai oleh Allah sebagai amal yang sempurna karena usaha
untuk mengikuti orang yang telah sempurna iman dan amalnya yaitu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dan para sahabatnya
radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Kemudian kita berharap semoga termasuk
hambaNya yang mendapatkan ampunan dan
maaf dari kesalahan dan dosa-dosa. Amin
Khatimah.
Marilah
kita azzamkan dengan kuat dan sungguh-sungguh, bahwa kerja kita yang
sesungguhnya adalah kerja dakwah dan tabligh, berkorban dengan diri dan harta
untuk usaha dakwah dan tabligh, sampaikan agama pada setiap orang dan
menjadikan seluruh manusia mendapat hidayah Allah. Fikir dan usaha bagaimana
seluruh manusia terselamat dari adzab Allah dan semua masuk ke dalam syurga yang
didalamnya penuh dengan berbagai kenikmatan.
Ketinggian
apa lagi yang lebih tinggi daripada seorang pendakwah yang kerjanya mengajak
manusia agar taat kepada Allah, sehingga akhirnya Allah mencintai manusia yang
kita dakwahi tersebut, dan dimasukkan ke dalam syurga? Ini dahulu merupakan
kerjanya para Nabi dan Rasul, yang sekarang ini telah diberikan kepada kita
sebagai ummat akhir zaman.
Insya
Allah bersedia………..4 bulan di jalan Allah.