Setiap
manusia diatas permukaan bumi ini selalu berusaha. Setiap orang yang berusaha
akan mendapat keyakinan atas apa yang diusahakan. Seorang petani yang usaha
atas pertanian, maka akan dapat keyakinan atas pertaniannya. Seorang pedagang
yang usaha atas perniagaan, maka akan dapat keyakinan untuk dapat sesuatu dari
perniagaannya. Seorang pemerintah yang ada keyakinan atas pemerintahannya, yang
usaha atas kekuasaannya, maka akan datang keyakinan atas kekuasaannya. Setiap
orang berusaha dan dalam hati mereka ada keyakinan atas usaha yang mereka telah
lakukan.
Hari
ini usaha atas agama telah ditinggalkan, usaha atas iman telah ditinggalkan
oleh manusia. Oleh karena itu, keyakinan atas agama telah keluar daripada hati
manusia. Hari ini agama telah jadi satu benda yang ikhtiar dan infiradi
(perseorangan), satu benda pilihan dan bersifat pribadi. Sedangkan agama adalah
bersifat ijtima’i (berjamaah). Asalnya agama bersifat ijtima’i dan umum.Agama
perlu diamalkan secara ijtima’i. Oleh karena tiada usaha atas agama, maka dari
hati orang Islam sendiri sudah tidak ada keyakinan pada agama. Sudah tidak ada
penggantungan pada agama bahwa dengan agama kita akan dapat kejayaan. Puncak
utama adalah karena usaha agama telah ditinggalkan.
Allah
subhanahu wa ta’ala telah janjikan
hidayah dengan usaha mereka yang bermujahadah, berusaha dan bersusah payah.
Usaha yang bagaimana? Maulana berkata ada banyak cara usaha tetapi usaha yang
dikehendaki ialah usaha yang mengikut kehendak Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara yang telah dibuat oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Usaha yang
mana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
telah membangunkan sahabat-sahabatnya. Usaha yang mana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah
sediakan sahabat-sahabatnya. Melalui usaha itu, agama akan datang dalam
kehidupan kita. Kita harus yakin dalam hati kita, bahwa satu-satunya cara yang
pasti untuk dapat hidayah dari Allah subhanahu
wa ta’ala adalah dengan perantaraan usaha
dakwah illallah.
Usaha
tersebut hendaklah dijalankan dengan cara yang telah dibuat oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita harus
buat usaha dengan cara yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wa ta’ala yang telah ditunjukkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita harus
yakinkan dalam hati kita, bahwa hanya dengan usaha yang dibuat oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan
sahabat-sahabat saja agama akan datang dalam kehidupan kita dan seluruh umat.
Tidak ada cara lain. Usaha yang dibuat bukan dengan cara Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan
sahabat, maka bukan agama yang akan dating, tetapi di dikuatirkan
kesesatan/fitnah yang akan datang. Dengan cara lain hidayah tidak akan datang.
Kalau
di dalam hati kita ada sedikit keraguan, kita fikir ada banyak usaha, dan ini
adalah salah satu usaha, dengan cara lain pun boleh dapat hidayah, maka kalau
ada perasaan semacam ini, tidak ada yakin dalam hati, maka dia tidak akan dapat
hidayah. Allah subhanahu wa ta’ala
telah memberitahu dengan sungguh-sungguh, mereka yang
bermujahadah/bersusahpayah dengan cara yang Kami (Allah) kehendaki, pasti dan
pasti Kami akan beri hidayah padanya. Kita harus ada keyakinan 100% bahwa bila
buat usaha dengan cara yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dengan cara Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan sahabat-sahabatnya, maka pasti
hidayah akan datang. Usaha ini perlu dibangun dan dilaksanakan secara ijtimai
dalam umat ini, barulah hidayah akan datang dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Yakin
akan datang dalam hati kita hanya dengan perantaraan dakwah. Agama akan datang
dalam diri manusia hanya dengan perantaraan yakin. Maulana Ilyas rahmatullah ‘alaih berkata inilah
jalannya untuk membina yakin, untuk membentuk yakin. Dengan perantaraan dakwah
yakin akan dapat diubah, yakin akan dapat diperbaiki. Inilah langkah yang
pertama dalam usaha kita dan usaha semua nabi-nabi ‘alaihis salam yaitu untuk membetulkan keyakinan. Bagaimana yakin
dapat dibetulkan, sehingga dalam hati kita tidak ada keyakinan selain dari Allah
subhanahu wa ta’ala. Dalam hati ada
keyakinan bahwa segala sesuatu hanya berlaku dengan kudrat Allah subhanahu wa ta’ala, semua berlaku
dengan perintah Allah subhanahu wa ta’ala.
Setiap perkara yang telah berlaku, akan berlaku, semuanya berlaku karena
perintah Allah subhanahu wa ta’ala.
Ini perkara yang paling dasar. Ini perkara yang paling penting, yang mana semua
orang Islam harus faham. Kita harus meyakini dengan sepenuh hati bahwa inilah
keperluan yang paling penting. Inilah tanggungjawab yang pertama. Inilah tugas
pertama kita yaitu untuk membetulkan yakin. Yakin yang betul dalam hati dan
bulat hanya kepada Allah subhanahu wa
ta’ala.
Maulana
Ilyas rahmatullah ‘alaih begitu berhati-hati
dalam perkara ini. Satu orang telah berkata ‘secara kebetulan benda ini
terjadi’. Maulana Ilyas rahmatullah
‘alaih sangat marah. Manabisa kebetulan bisa terjadi. Ini perkataan orang
yang tidak percaya pada tuhan. Dengan kehendak Allah subhanahu wa ta’ala semua terjadi. Dengan perintah Allah subhanahu wa ta’ala perkara ini telah
terjadi. Untuk membetulkan keyakinan kita, pertama kali harus membetulkan perbicaraan
kita, harus membetulkan fikir kita. Dalam kehidupan kita 24 jam tidak ada satu
perkataan pun yang keluar dari mulut kita yang bertentangan dengan kalimah laailaaha illallaah. Fikir kita,
perbicaraan kita, pandangan kita, tidak ada sedikit pun yang bertentangan
dengan kalimah laailaaha illallaah. Hari
ini, dari pagi sampai petang, siang dan malam, perbicaraan kita, fikir kita,
pendengaran kita, semua bertentangan dengan kalimah laailaaha illallaah. Dalam keadaan macam ini, bagaimana keyakina
kita bisa betul?
Pertama
kali kita harus membetulkan perbicaraan kita, fikir kita dan setiap orang Islam
harus fikir bahwa ini kerja dia dan tanggungjawab dia. Setiap hari pergi jumpa
manusia, bicara tentang kebesaran Allah, bicara tentang kehebatan Allah, bicara
tentang kalimah laailaaha illallaah.
Hari ini timbul salah faham dalam diri orang Islam sendiri, kita menyangka
dakwah iman, dakwah kalimah adalah untuk orang kafir, bukan untuk orang Islam. Kenapa
saya perlu dakwah kalimah, sedangkan saya sudah Islam? Dalam Al Quran, Allah subhanahu wa ta’ala telah terangkan
bahwa orang yang paling berhak atas kalimah adalah orang Islam. Tuan punya
kalimah ini ialah orang yang beriman. Dalam Al Quran, Allah subhanahu wa ta’ala telah perintah orang
yang beriman supaya berterusan beriman pada Allah subhanahu wa ta’ala. ‘Wahai
orang-orang yang telah beriman, berimanlah kamu’. Yakni kamu harus usaha
atas iman kamu, sehingga dapat datang agama yang sempurna dalam kehidupan kamu.
Keseluruhan hidup kamu mengikut hukum Allah subhanahu
wa ta’ala. Usaha atas iman ini adalah perintah Allah subhanahu wa ta’ala.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam telah
perintahkan para sahabat radhiyallanhu
‘anhum selalu mentajdidkan (memperharui) iman mereka. Walaupun sahabat
mempunyai iman setinggi gunung, tetapi nabi shallallahu
‘alaihi wasallam tetap menyuruh mereka mentajdidkan iman mereka. Usaha atas
kalimah adalah keperluan orang Islam, bukan untuk orang kafir. Harus usaha atas
iman, sehingga dapat dihasilkan iman yang mantap, iman yang kuat, iman yang
sempurna pada Allah subhanahu wa ta’ala,
sehingga keseluruhan agama dapat datang dalam kehidupan. Seluruh Quran telah
datang dalam kehidupan sahabat radhiyallahu
‘anhum dengan perantaraan yakin. Sahabat berkata, ‘kami belajar iman sebelum kami
belajar Quran’. Mereka membetulkan keyakinan mereka, dan keseluruhan
Quran telah dapat mereka amalkan dalam kehidupan.
Perkara
pertama yang kita dan seluruh umat harus faham bahwa kita perlu usaha atas
iman. Inilah tanggungjawab saya, inilah kefarduan atas diri saya. Untuk
membetulkan iman saya, untuk membetulkan yakin saya, saya harus lapangkan masa
jumpa manusia untuk bicara tentang kalimah laa
ilaaha illallaah, bicara tentang mahfum kalimah. Saya harus pergi dari
rumah ke rumah jumpa manusia. Dalam perbicaraan, dalam muzakarah, dalam
perbincangan, 24 jam, saya tidak boleh bicara perkataan yang bertentangan
dengan kalimah laai laaha illallaah.
Kita harus bicara tentang kalimah ini lagi dan lagi sebagaimana sahabat-sahabat
telah buat. Sahabat telah pegang tangan sahabat yang lain, duduk sama-sama,
mereka berbincang tentang iman, tentang kebesaran Allah, tentang kudrat Allah subhanahu wa ta’ala. Kita harus rasa ini
tanggungjawab kefarduan atas diri saya.
Dalam
kalimah ini, pertama kali kita harus menafikan. Kita harus nafikan selain dari
Allah, semuanya tak bisa berbuat apa-apa, yang berkuasa hanya Allah subhanahu wa ta’ala. Tujuh petala bumi,
tujuh petala langit, dari sebesar makhluk hingga sekecil makhluk, semuanya
tidak bisa buat apa-apa, tidak ada kuasa untuk memberi manfaat atau mudharat.
Yang berkuasa hanya Allah subhanahu wa
ta’ala. Sebagaimana Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam telah nafikan segala-galanya, telah nafikan benda-benda yang
bergerak, nafikan bintang, nafikan bulan, nafikan matahari, juga nafikan benda
yang tidak bergerak, nafikan berhala-berhala. Beliau telah pecahkan
berhala-berhala tersebut. Beliau telah nafikan segala-galanya. Beliau telah
mentauhidkan Allah subhanahu wa ta’ala.
Beliau telah hadapkan tawajjuh beliau hanya pada Allah subhanahu wa ta’ala. Beliau bukan hanya berkata dengan lidah,
bahkan beliau telah buktikan dengan perbuatannya. Pada ketika beliau hendak
dicampakkan ke dalam api oleh Namrud, maka malaikat Jibrail ‘alaihis salam telah bawa malaikat yang
jaga air, malaikat yang jaga gunung, malaikat yang mengatur angin, untuk membantu
Ibrahim ‘alaihis salam, tetapi pada
ketika itu beliau tidak jadikan malaikat-malaikat sebagai perantaraan. Beliau
telah berpaling dari malaikat, beliau tidak berhajat pada malaikat. Beliau
tidak memeletakkankan apa pun antara beliau dengan Allah subhanahu wa ta’ala, maka bantuan Allah telah datang secara
langsung kepada Ibrahim ‘alaihis salam.
Tanpa asbab, Allah subhanahu wa ta’ala
bantu Ibrahim ‘alaihis salam. Allah subhanahu wa ta’ala perintah api yang
panas agar menjadi dingin dan agar jadi keselamatan dan kesejahteraan untuk
Ibrahim ‘alaihis salam.
Inilah
perkara yang kita hendak belajar dari kisah Ibrahim ‘alaihis salam, bahwa kita tidak boleh meletakkan apa-apa antara
kita dengan Allah subhanahu wa ta’ala.
Keyakinan kita hanya pada Allah subhanahu
wa ta’ala. Hari ini, secara umumnya di seluruh dunia telah terjadi
kesalahfaham yang amat besar dikalangan orang Islam, karena mereka telah meletakkan
antara mereka dengan Allah subhanahu wa
ta’ala, asbab-asbab kebendaan dunia. Maulana Yusuf rahmatullah ‘alaih berkata syarat pertama untuk seseorang itu ambil
faedah daripada kudrat Allah subhanahu wa
ta’ala, dari khazanah Allah subhanahu
wa ta’ala, dia harus buang langsung, tidak ada sedikit pun dalam hati dia
keyakinan pada asbab kebendaan. Dia harus bersihkan keyakinan hati dia selain
dari Allah subhanahu wa ta’ala. Hari
ini, orang Islam berusaha mengambil faedah daripada kudrat Allah subhanahu wa ta’ala untuk selesaikan
masalah dengan perantaraan benda dunia. Maulana Yusuf rahmatullah ‘alaih berkata bahwa orang kafir pun buat, orang kafir
pun pandai, orang kafir pun tahu yaitu mengambil faedah dari khazanah Allah subhanahu wa ta’ala melalui benda-benda
dunia.
Allah
subhanahu wa ta’ala maha pencipta,
Allah subhanahu wa ta’ala maha
pemberi rezeki, tetapi orang kafir meletakkan benda-benda asbab antara mereka
dengan Allah subhanahu wa ta’ala.
Hari ini, orang Islam meletakkan toko, meletakkan pertambangan, meletakkan uang
sebagai perantaraan untuk mendapatkan apa yang diinginkan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Sebenarnya, untuk
dapat secara langsung dari khazanah Allah subhanahu
wa ta’ala, adalah dengan perantaraan amal, bukan asbab. Perkataan yang
keluar dari mulut orang Islam sendiri yang mengatakan dunia darul asbab, untuk
dapat dari Allah subhanahu wa ta’ala
harus ada asbab. Ini tidak betul. Maulana Yusuf rahmatullah ‘alaih berkata syarat untuk dapat faedah/bantuan
daripada Allah subhanahu wa ta’ala
harus buang asbab dari hati. Harus keluarkan keyakinan asbab dari hati.
Ini
perkara yang penting yang kita harus usaha, harus sadar, harus faham, kita
perlu usaha atas iman agar datang dalam hati keyakinan yang bulat hanya pada
Allah subhanahu wa ta’ala.
Perbicaraan kita mestilah perbicaraan yang mengagungkan Allah subhanahu wa ta’ala. Perbicaraan tentang
kehebatan Allah subhanahu wa ta’ala.
Perkara ini sangat penting sehingga baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri, seorang nabi, bila ditanya
tentang ashabul kahfi, maka nabi shallallahu
‘alaihi wasallam telah berkata bahwa baginda akan memberi jawaban besok. Baginda
terlupa untuk mengatakan “insya ‘Allah”.
Maka 15 hari wahyu tidak turun. Selepas 15 hari baru wahyu turun. Allah subhanahu wa ta’ala tegur nabi shallallahu ‘alaihi wasallam karena
tidak berkata insya ’Allah, yaitu ‘sekiranya diizinkan oleh Allah, saya akan
jawab’. Begitu juga kita harus jaga perbicaraan kita. Setiap perkara yang
terjadi, akan terjadi, telah terjadi, semuanya dinisbahkan hanya pada Allah subhanahu wa ta’ala. Semua berlaku
dengan kehendak Allah subhanahu wa ta’ala.
Inilah usaha yang pertama yang kita harus buat, bicara kebesaran Allah.
Pertama,
kita perlu meyakini yang berkuasa hanya Allah subhanahu wa ta’ala. Kedua, cara untuk dapat daripada Allah subhanahu wa ta’ala hanya dengan cara Nabi,
muhammadur rasulullah. Makna beriman pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ialah kita meyakini akan segala apa
yang dikhabarkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam menyampaikan kepada kita janji-janji Allah,
perkara-perkara yang ghaib, tentang syurga, neraka, akhirat. Bila kita meyakini
janji-janji Allah subhanahu wa ta’ala
tersebut, meyakini segala apa yang dikhabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, semata-mata percayanya kita pada Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, itu
adalah iman. Tanpa perkara ini, iman kita tidak sempurna. Syarat untuk iman
kita diterima oleh Allah subhanahu wa
ta’ala, syarat untuk kesempurnaan iman ialah kita harus meyakini 100%
segala yang dikhabarkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam pada kita walaupun kita tidak nampak.
Di
zaman Nabi, sahabat, orang kafir dan orang musyrik semua dengar perkataan nabi.
Sahabat dengar perkataan nabi dengan penuh yakin. Benarlah kata-kata Allah dan
Rasul. Orang musyrik dengar tetapi mereka berkata, apa yang terjadi semua tipu daya
belaka. Bila terjadi sesuatu keadaan, orang beriman lihat pada janji Allah akan
tetapi orang munafik bila terjadi sesuatu keadaan, mereka lihat pada keadaan
tersebut, mereka tidak lihat pada janji Allah.
Dalam
perang Khandak, bila berlaku tekanan, orang beriman lihat pada janji Allah.
Mereka yakin 100% apa yang Allah dan Rasul janji. Orang munafik dalam keraguan.
Mereka tidak yakin bahkan mereka berkata ini semua tipudaya belaka. Hari ini
pun, orang Islam diseluruh dunia, bila berlaku keadaan, banyak orang Islam yang
lemah iman, mereka merasa sangsi dan ragu pada janji Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana orang munafik lihat apa yang
berlaku pada sahabat dalam perang Khandak, mereka ragu dan berkata macam-macam,
mereka berkata janji Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam tidak betul. Orang beriman, apa pun keadaan yang berlaku,
yakin dia 100%, tidak ada sedikit pun keraguan atas apa yang Allah dan Rasul
telah janjikan. Sahabat-sahabat telah diuji atas keimanan mereka, diuji atas
keyakinan mereka pada nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dengan ujian yang sulit-sulit.
Suatu
ketika, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
telah membeli seekor kuda daripada seorang ‘Arabi. Akad telah terjadi. Telah
terjadi jual beli cuma pada ketika itu Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam tidak bawa duit. Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam ajak ‘Arabi itu ikut baginda untuk pergi ambil duit. Dua
pihak telah setuju. Dalam perjalanan, ada satu orang tawarkan pada ‘Arabi itu
untuk beli kuda tersebut. Setelah berbincang, ‘Arabi itu setuju untuk menjual
kuda pada orang kedua. Dia berkata, ‘wahai
Muhammad, kamu mau beli kuda ini?’ Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam berkata, ‘aku kan
sudah beli kuda itu, kita sudah setuju’.‘Arabi tu berkata, ‘aku tidak jadi menjual kuda ini pada kamu’.
Dia telah nafikan kata-kata Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. ‘Arabi tu berkata, ‘kalau
betul kata-kata kamu, bawakan saksi, tiada seorangpun yang melihat akad jual
beli kita’. Satu orang sahabat, Hudzaimah bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, lewat di situ dan dia berkata aku bersedia jadi
saksi. ‘Aku bersaksi bahwa baginda
shallallahu ‘alaihi wasallam telah beli kuda kamu’. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tanya pada
Hudzaimah radhiyallahu ‘anhu, ‘kenapa kamu berani jadi saksi atas perkara
yang kamu tidak lihat’. Hudzaimah radhiyallahu
‘anhu berkata, ‘wahai Rasulullah,
engkau telah memberitahu kami mengenai syurga, neraka, mizan, mahsyar, kubur,
kehidupan setelah mati, semua itu kami tidak nampak, tetapi kami yakin 100% apa
yang telah nabi katakan. Apalagi perkara yang kecil semacam ini, kami pasti
lebih percaya’. Begitu yakin para sahabat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sejak itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam katakan bahwa kekuatan saksi Hudzaimah
sama dengan dua orang.
Inilah
usaha yang kita harus buat. Jalan untuk dapat iman, yakin yang sempurna pada
Allah dan Rasul. Pertama, hanya Allah yang berkuasa, hanya Allah yang buat
segala-galanya. Kedua, caranya ialah cara Rasulullah. Tiada cara lain untuk
kita ambil dari Allah hanya dengan cara perantaraan amal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Hari ni,
orang-orang Islam telah mengganggap bahwa cara untuk dapat khazanah Allah
adalah dengan perantaraan asbab, dengan perantaraan makhluk, benda-benda dunia.
Mereka jadikan warung dan toko mereka, ladang mereka, sebagai perantaraan untuk
dapat dari Allah padahal dalam asbab, dalam benda-benda tidak ada janji Allah.
Janji Allah subhanahu wa ta’ala
semata-mata di dalam amal dengan cara muhammadur
rasulullah.
Allah
subhanahu wa ta’ala telah ciptakan
asbab untuk manusia sebagai imtihan, sebagai ujian bagi manusia. Allah subhanahu wa ta’ala hendak mengetahui
hamba-hambanya, adakah mereka datang kepada Allah dulu atau pergi pada asbab
dulu. Allah hendak melihat, bila kita ada masalah atau mengalami sesuatu
keadaan maka kita pergi pada Allah, kita tawajjuh pada Allah dan kita gunakan
cara yang Allah telah beri, cara yang mana ada janji Allah dengan perantaraan
amal. Dengan perantaraan amal segala masalah kita akan diselesaikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Kalau satu orang
telah pergi pada asbab dulu, tidak pergi pada Allah subhanahu wa ta’ala terlebih dulu, maknanya dia telah utamakan
asbab dan Allah subhanahu wa ta’ala
tidak akan selesaikan masalah dia.
Hari
ini, orang Islam fikir, kita bisa buat asbab yang baik-baik, tanggungjawab
untuk usaha atas asbab, yang sempurnakan Allah subhanahu wa ta’ala. Usaha atas toko, usaha atas ladang, usaha atas
tambang dan kedepankan pada Allah subhanahu
wa ta’ala. ‘Aku sudah usaha, Engkau
bagilah rezeki’. Itu bukan caranya. Caranya ialah dengan amal, dengan
perantaraan shalat, perantaraan do’a, dengan perantaraan amal kita kedepankan
pada Allah subhanahu wa ta’ala, maka
bantuan Allah subhanahu wa ta’ala
akan datang pada kita. Sebagaimana sahabat-sahabat, bila mereka menghadapi
sesuatu keadaan, mereka akan kedepankan amal, mereka dahulukan amal daripada
asbab. Hari ini kita buat asbab dahulu, bila asbab tidak berhasil, selepas itu
baru minta dan memohon kepada Allah subhanahu
wa ta’ala. Sahabat pergi pada Allah subhanahu
wa ta’ala dahulu. Dua keadaan berlaku, baik Allah subhanahu wa ta’ala beri bantuan pada mereka dengan amal mereka,
tanpa perlu pergi pada asbab yaitu tanpa asbab Allah subhanahu wa ta’ala bantu mereka dan kadang-kadang Allah subhanahu wa ta’ala beri bantuan dengan
perantaraan asbab. Sahabat buat amal dan juga asbab tetapi mereka dahulukan
amal.
Perkara
ini kita harus cerita lagi dan lagi. Bantuan ghaib Allah subhanahu wa ta’ala pada sahabat dan bantuan ghaib Allah subhanahu wa ta’ala pada nabi-nabi dan
rasul-rasul. Ini bukan semata-mata sejarah. Hari ini kita baca, kita tulis
kisah nabi sebagai satu sejarah sedangkan kisah nabi-nabi, kisah rasul, bantuan
ghaib Allah subhanahu wa ta’ala pada
nabi dan rasul, bantuan ghaib Allah subhanahu
wa ta’ala pada sahabat, perkara ini dituntut untuk diceritakan lagi dan
lagi untuk bentuk iman kita. Dalam Quran Allah subhanahu wa ta’ala cerita kisah nabi-nabi pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.Allah
berfirman, ‘Kami ceritakan pada kamu
kisah nabi-nabi dahulu yang akan memantapkan hati kamu’. Allah perintahkan
nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
ceritakan pada sahabat. Perlu dibicara lagi dan lagi dalam dakwah kita supaya
timbul dalam hati kita keyakinan pada bantuan Allah.
Hari
ini orang berkata, mereka itu kan sahabat, mereka dapat bantuan karena mereka
adalah sahabat nabi, sedangkan kita ini bukan sahabat, kita harus menggunakan
asbab, kita harus usaha atas asbab. Sahabat dapat bantuan Allah subhanahu wa ta’ala karena amal yang
diyakininya. Padahal janji bantuan Allah subhanahu
wa ta’ala terbuka hingga hari kiamat. Bukan khusus untuk sahabat-sahabat
saja. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman dalam Quran, ‘Kami pasti dan
pasti akan bantu rasul Kami dan orang-orang yang beriman pada hari akhirat’.
Allah subhanahu wa ta’ala telah
berjanji untuk bantu orang-orang yang beriman. Bantuan Allah subhanahu wa ta’ala bukan khusus untuk
para sahabat saja. Janji Allah subhanahu
wa ta’ala untuk setiap orang beriman hingga hari kiamat. Jika kita dapat
wujudkan amal yang sama yang telah wujud dalam diri sahabat, kita juga akan
dapat bantuan secara langsung dari Allah subhanahu
wa ta’ala sebagaimana sahabat-sahabat.
Dalam
hadits diberitahukan, satu orang beriman hari ini sama dengan 10 orang sahabat
dan ganjaran untuk satu orang beriman hari ini sama dengan 50 orang sahabat.
Sahabat tanya, ‘adakah 50 orang
dikalangan mereka?’ Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam menjawab, ‘tidak,
sama dengan 50 orang dikalangan kamu’.
Satu
orang yang terima bantuan ghaib dari Allah subhanahu
wa ta’ala di dunia, ini bukanlah maksud. Maksud amal ialah untuk dapat
keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala.
Tanda sempurna iman seseorang itu bukanlah sebab dia dapat bantuan ghaib Allah subhanahu wa ta’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya, ‘apa tanda iman?’. Nabi tidak katakan
tanda iman ialah bila seseorang itu dapat bantuan ghaib dari Allah subhanahu wa ta’ala. Nabi katakan, tanda
iman ialah bila buat amal baik, kamu rasanya gembira, dan bila buat amal yang
buruk, kamu terasa sedih. Kita harus cerita tentang iman dan cerita tentang
tanda-tanda iman.
Satu
kumpulan sahabat telah datang jumpa Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. Mereka katakan dalam diri mereka ada 15 sifat. 5 perkara
yang kamu perintah kami beriman dengannya. 5 perkara yang kamu perintah kami
beramal dengannya. 5 perkara yang telah ada dalam diri kami sejak zaman
jahiliyah lagi.
5 perkara yang kamu perintah kami
beriman:
1.
beriman kepada Allah dan Rasul
2.
beriman kepada malaikat
3.
beriman kepada kitab-kitab
4.
beriman kepada hari akhirat
5.
beriman kepada takdir
5 perkara yang kamu perintah kami
beramal:
1.
kalimah laa ilaaha illallaah muhammadur rasulullah
2.
shalat
3.
zakat
4.
puasa di bulan Ramadhan
5.
haji
5 perkara yang harus ada dalam diri
kami:
1.
sabar ketika susah
2.
syukur ketika senang
3.
ridha dengan keputusan Allah
4.
berani berhadapan dengan musuh
5.
bila musuh ditimpa kesusahan, kami tidak gembira musibah yang menimpa mereka
Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam berkata
bahwa mereka ini adalah orang-orang yang faqih. Faqih ialah orang yang
mempunyai kefahaman yang sempurna tentang agama. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah iktiraf mereka sebagai fuqaha,
udabaq. Maulana berkata, kalau kamu mahir dalam bahasa arab, namun kamu tidak
akan mungkin sampai ke tahap kemahiran Abu Jahal. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa mereka ini faqih,
fuqaha, udabaq. Kalau pintu kenabian masih terbuka, mereka ini layak untuk jadi
nabi karena ketinggian sifat yang mereka miliki. Ini sifat-sifat yang patut ada
pada setiap orang beriman. Sifat orang beriman, sabar dan syukur. Keseluruhan
sifat iman terkumpul dalam 2 perkara ini. Satu orang yang mempunyai sifat sabar
dan syukur yang sempurna pada Allah subhanahu
wa ta’ala, maka dia ialah seorang yang mempunyai iman yang sempurna pada
Allah subhanahu wa ta’ala. Ini tanda
iman.
Hari
ini kita faham bahwa sabar itu ialah bila satu orang dipukul, dia tahan atas
pukulan tersebut, maka dia orang yang sabar. Satu orang yang dapat nikmat,
dapat kesenangan maka dia katakan dia bersyukur pada Allah subhanahu wa ta’ala. Keduanya ini bukan syukur dan bukan sabar.
Sabar adalah kita menahan diri kita daripada perkara-perkara yang dilarang oleh
Allah subhanahu wa ta’ala. Sedangkan
syukur adalah kita menggunakan diri kita menurut perintah/kehendak Allah subhanahu wa ta’ala.
Walaupun
tiada makanan untuk dimakan, tiada pakaian untuk dipakai, tiada duit untuk
dibelanjakan, dia boleh jadi seorang yang bersyukur pada Allah subhanahu wa ta’ala, ketika dia menggunakan
apa yang ada menurut kehendak dan perintah Allah subhanahu wa ta’ala. Ibadah bukan balasan bagi nikmat. Satu orang
yang dapat nikmat, sebagai balasan, dia beribadah pada Allah subhanahu wa ta’ala. Ibadah adalah hak
Allah subhanahu wa ta’ala.
Iman
adalah taat. Tanda iman dalam diri seseorang ialah dia ada sifat taat pada
perintah-perintah Allah subhanahu wa
ta’ala. Ibadah adalah hak Allah subhanahu
wa ta’ala. Kalau seseorang itu, seumur hidup taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala, walaupun tidak ada
sesuap makanan, tidak ada seteguk air pun, dan Allah tidak memberi berbagai
nikmat pun pada dia, maka diapun tetap harus beribadah pada Allah subhanahu wa ta’ala. Nikmat-nikmat dunia
bukanlah balasan bagi ibadah, karena dunia ini begitu hina disisi Allah subhanahu wa ta’ala. Dunia tidak layak
jadi balasan untuk ibadah.
Satu
orang yang telah mati, minta izin kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk kembali ke dunia untuk bisa mengucapkan
satu subhanallah. Dia sanggup untuk
mengorbankan harta seluruh dunia untuk kembali dan buat satu amal, namun Allah subhanahu wa ta’ala tidak terima. Ini
menunjukkan seluruh dunia ini tidak ada nilai dibandingkan dengan satu subhanallah. Kalau seluruh manusia,
semua taat perintah Allah subhanahu wa
ta’ala, beriman pada Allah subhanahu
wa ta’ala, beribadah pada Allah subhanahu
wa ta’ala dan Allah subhanahu wa
ta’ala tidak memberi apapun balasan di dunia, itu merupakan hak Allah subhanahu wa ta’ala. Kalau seluruh
manusia beribadah dan Allah subhanahu wa
ta’ala masukkan semua ke dalam neraka, itu pun hak Allah subhanahu wa ta’ala. Tiada siapa pun ada
hak untuk bertanya kepada Allah subhanahu
wa ta’ala, ‘kenapa demikian?’ Ibadah adalah semata-mata hak mutlak Allah subhanahu wa ta’ala dan setiap hamba Allah
harus beribadah pada Allah subhanahu wa
ta’ala.
Apa
yang kita fahami ialah bila kita ditimpa musibah kita hendaklah bersabar, nanti
bantuan Allah subhanahu wa ta’ala
akan datang. Seandainya bantuan Allah subhanahu
wa ta’ala tidak akan datang, keadaan tidak akan berubah melainkan dalam
diri kita harus bersabar dan bertaqwa. Kedua sifat ini harus ada serentak.
Kalau cuma hanya ada sabar, taqwa tidak ada, maka musibah yang datang
disebabkan dosa-dosa yang kita telah lakukan, kesusahan tersebut tidak akan
terangkat semata-mata hanya dengan bersabar. Sabar harus datang dengan taqwa.
Dalam Quran, Allah sebut sabar dan taqwa sekali. Kedua sifat harus ada dalam
diri, barulah bantuan Allah subhanahu wa
ta’ala akan datang dan Allah subhanahu
wa ta’ala akan ubah keadaan.
Maulana
Yusuf rahmatullah ‘alaihmemberikanpemisalan,
satu orang sabar tanpa taqwa, seperti seorang pencuri yang ditangkap polisi.
Polisi pukul dia. Dia do’a agar polisi tersebut diazab oleh Allah. Azab Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan turun
pada polisi itu. Kenapa? Karena pencuri tidak ada taqwa. Dia cuma sabar saja.
Allah subhanahu wa ta’ala tidak
terima doa buruk dia pada polisi. Untuk dapat bantuan Allah subhanahu wa ta’ala, untuk Allah subhanahu wa ta’ala ubah keadaan yang
menimpa orang Islam harus ada sifat sabar dan taqwa.
Dalam
Quran, Allah subhanahu wa ta’ala
cerita kisah Nabi Yusuf ‘alaihis salam.
Seluruh kisah Nabi Yusuf ‘alaihis salam
berkisar pada kedua sifat yaitu sabar dan taqwa. Allah subhanahu wa ta’ala telah ubah keadaan beliau dan keluarkan beliau
dari segala masalah. Begitu juga dengan bani Israil dan Nabi Musa ‘alaihis salam. Allah subhanahu wa ta’ala telah keluarkan Nabi
Musa ‘alaihis salam dan bani Israil
dari cengkaman Fir’aun dan Allah subhanahu
wa ta’ala binasakan Fir’aun. Orang Islam do’a laknat atau keburukan bagi
banyak musuhnya, tetapi Allah subhanahu
wa ta’ala tidak mengubah keadaan, bantuan Allah subhanahu wa ta’ala tidak datang, musibah tidak hilang, hal ini
karena sabar dan taqwa tidak ada dalam diri orang Islam.
Orang
Islam amalkan agama tetapi masih gagal. Dua sebab kegagalan, adalah :
Pertama, karena orang Islam
tidak ada keyakinan bahwa kejayaan dalam agama.
Kedua, karena mengganggap bahwa
beberapa amal yang dia telah lakukan itu adalah agama.
Agama
adalah himpunan keseluruhan amal. Ibadah adalah satu himpunan hukum-hukum Allah
subhanahu wa ta’ala. Mentaati segala
hukum-hukum tersebut disebut ibadah. Maulana Zakariyya rahmatullah ‘alaih berkata bahwa ibadah ada 10 perkara. Shalat,
puasa, zakat, haji, zikir, tilawah, tijarah, dakwah, ihtimam (ambil berat) akan
sunnah dan tunaikan hak-hak tetangga. Satu orang yang hendak dapat kejayaan
harus amalkan agama yang sempurna dalam kehidupan. Dari segi dunia, bila asbab
tidak sempurna maka tidak akan memberikan hasil seperti yang dikehendaki.
Sedangkan dia itu, tidak ada janji Allah subhanahu
wa ta’ala. Kalau lengkap pun masih tidak ada janji Allah subhanahu wa ta’ala.
Adakah
dengan agama yang tidak sempurna kita bisa dapat kejayaan? Untuk dapat kejayaan
dari Allah subhanahu wa ta’ala,
pertama harus ada keyakinan bahwa dengan agama kita akan dapat kejayaan. Kedua,
kita harus amalkan agama yang sempurna dalam kehidupan. Oleh karena itu, usaha
dakwah yang kita buat hari ini adalah dakwah kepada agama yang sempurna. ‘Deen
yang kamil’, dengan membawa agama yang sempurna dalam kehidupan.
Usaha
kita bukan bicara saja. Bahkan kita harus tunjukkan, musyahadahkan agama yang
sempurna dalam diri kepada manusia. Ini yang terjadi pada sahabat-sahabat. Sahabat
pergi ke seluruh dunia, mereka membawa agama yang sempurna secara amali dalam
kehidupan mereka. Seorang sahabat sudah cukup untuk mendatangkan hidayah untuk satu
negara. Hari ini, banyak jamaah bergerak ke seluruh dunia tetapi masih belum
cukup untuk mendatangkan hidayah ke seluruh dunia. Kenapa? Kita harus bergerak
dengan membawa agama yang sempurna dalam diri. Bukan hanya bicara tentang iman,
bukan hanya dakwah dengan perbicaraan, bahkan kita juga harus dakwah dengan
amalan. Sahabat-sahabat bergerak dengan membawa agama yang sempurna dalam
kehidupan dan jadi asbab hidayah untuk seluruh dunia. Kita harus buat usaha
dengan penuh yakin, tarbiyah/ tazkiah (bersih) untuk diri dan hidayah untuk
seluruh alam. Hidayah seluruh alam adalah pasti, bila buat usaha yang telah
dibuat oleh Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dan para sahabat. Dengan usaha dakwah, Allah subhanahu wa ta’ala akan ubah yakin dan keadaan.
Allah
subhanahu wa ta’ala telah jelaskan
dalam Quran, tentang suatu kaum yang mana Allah subhanahu wa ta’ala telah buat keputusan untuk dibinasakan sebab
maksiat yang mereka telah buat. Satu golongan mencoba untuk menasihatkan mereka
supaya mereka berhenti daripada maksiat. Satu golongan orang-orang shaleh yang
tidak buat maksiat telah tegur orang yang mencoba hendak mengubah tadi. Apa
faedah yang kamu dapat bila memberi nasihat pada mereka, sedangkan Allah subhanahu wa ta’ala telah buat keputusan
untuk binasakan mereka. Golongan yang buat usaha tadi jawab, pertama, supaya
kami tunaikan tanggungjawab kami pada Allah. Kedua, moga-moga mereka akan
bertaqwa dan tinggalkan maksiat tersebut. Kaum yang Allah telah buat keputusan
pun diharap mereka bisa berubah, apabila mereka didakwahi. Kita harus yakin
dengan perantaraan dakwah Allah akan ubah yakin dan ubah keadaan. Kaum yang
telah diberi peringatan, mereka masih dalam maksiat, Kami telah selamatkan
mereka yang telah beri peringatan tadi.
Satu
orang yang buat dakwah dengan yakin, pasti dia akan selamat dari azab Allah.
Kalau tidak, bila Allah subhanahu wa
ta’ala turunkan azab, semua akan kena, orang shaleh yang tidak buat maksiat
pun akan ditimpa azab. Hanya mereka yang telah berusaha bersungguh-sungguh
dengan berbagai upaya mereka, untuk mengubah keadaan tadi, mereka akan
diselamatkan oleh Allah subhanahu wa
ta’ala. Dalam hadits, ibarat dalam kapal. Satu orang membuat lubang. Yang
akan binasa, bukan orang yang membuat lubang saja, bahkan seluruh penghuni
kapal akan tenggelam. Ahli ibadah, ahli zikir, orang shaleh, orang maksiat,
semuanya akan tenggelam bersama dengan orang yang melubangi kapal tadi. Kecuali
ada orang yang mau melarang dan mencegah. Orang yang telah berusaha untuk mencegah
daripada membuat lubang.
Masalah
di depan kita bukan hanya masalah diri kita saja. Masalah hari ini adalah
masalah seluruh alam, seluruh manusia. Kita dipertanggungjawabkan untuk seluruh
manusia di seluruh dunia. Allah subhanahu
wa ta’ala akan ambil kerja dari mereka yang dalam hati dia ada fikir,
bagaimana agama yang sempurna dapat datang dalam diri saya dan diri seluruh
umat di seluruh alam. Bagaimana agama dapat diamalkan 100% di seluruh dunia. Ini
tanggungjawab kita. Satu orang yang buat maksiat, kalau kita tidak usaha atas
dia, maka dia akan jadi asbab turunnya azab Allah dan semua akan binasa.
Kita
harus yakin dengan usaha Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam yang akan dapat hidayah dari Allah subhanahu wa ta’ala. Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam berada di jalan yang lurus dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bawa manusia ke jalan yang lurus. Satu
orang yang berada di jalan yang lurus, maka dia akan dapat Allah.
Satu
orang sahabat telah dakwah pada satu kaum dia, dari pagi hingga petang, akhirnya
seluruh kaum dia telah masuk Islam. Bila orang kafir didakwahkan dan kesannya dia
masuk Islam, apalagi orang Islam sendiri yang didakwahkan kepada Islam. Baginda
shallallahu ‘alaihi wasallam telah
jadikan setiap orang sahabat sebagai da’i. Jin-jin juga telah beriman kepada
nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan
mereka juga dijadikan da’i. Allah subhanahu
wa ta’ala telah mengutus Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam untuk manusia dan jin. Satu kumpulan jin telah mendengar
bacaan Quran Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam. Mereka telah beriman pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan kembali kepada kaum mereka dan dakwah
kaum mereka masuk Islam. ‘Sahutlah seruan
nabi yang telah dihantar oleh Allah subhanahu wa ta’ala’. Jin-jin juga
telah buat kerja dakwah.
Setiap
sahabat adalah da’i, baik dari golongan mana saja, kabilah mana saja, kulit
putih, kulit hitam, negara mana saja, siapa saja tanpa pengecualian, setiap
orang adalah da’i. Secara ummumi, setiap orang terlibat dalam dakwah. Kerja
dakwah bukan untuk orang tertentu saja. Kerja dakwah adalah kerja setiap umat
nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Setiap
orang yang beriman kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bertanggungjawab untuk buat kerja dakwah. Inilah kerja
umat nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Setiap
lapisan umat perlu dibangunkan atas kerja dakwah. Bila tidak ada ummumiat dalam
usaha dakwah, telah menjadi sebab utama terjadi kemurtadan dalam umat ini.
Bila
usaha dakwah dibuat secara ummumiat maka pintu untuk orang masuk Islam akan
terbuka luas dan pintu untuk orang Islam keluar dari Islam akan tertutup rapat.
Bila kerja dakwah tidak dibuat, pintu untuk orang masuk Islam telah ditutup dan
pintu untuk orang Islam keluar dari Islam telah dibuka. Maulana Yusuf pesan agar
mau membaca kitab hayatus sahabah. Jadikan kitab ini senantiasa kita untuk menelaah,
khususnya untuk orang yang buat usaha ini.Apakah bentuk/cara usaha yang
sahabat-sahabat telah buat dan umat nabi harus ikut. Bila baca kitab hayatus
sahabah akan terbentuk mizaj seorang da’i. Fikir, sifat, tabiat sebagai seorang
da’i.
Dalam
hayatus sahabah ada satu kisah bagaimana Ikrimah bin Abu Jahal. Ikrimah ialah
anaknya Abu Jahal. Abu Jahal musuh Islam yang besar. Anaknya telah masuk Islam
dan menjadi pejuang Islam dan telah korbankan nyawa untuk Islam. Bagaimana
perkara seperti ini boleh terjadi? Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dapat tawanan kota Mekkah, Ikrimah
telah lari keluar dari Mekkah. Dia telah naik sampan menuju ke arah Yaman. Ditengah
laut, datang ribut taufan. Sampan hendak tenggelam. Dia katakan pada pembawa
sampan, apakah cara untuk selamat? Pembawa sampan tadi tidak tanya kamu pandai
berenang atau tidak. Dia katakan, kalau kamu ingin selamat kamu harus ucap
kalimah ikhlas. Dakwah telah jadi ummumiat di zaman nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Pembawa sampan pun buat dakwah. Dalam
keadaan genting macam itu pun dia buat dakwah. Ikrimah Tanya apa itu kalimah
ikhlas? Dia jawab, laa ilaaha illallaah.
Ikrimah berkata karena hendak lari dari kalimah itulah aku datang sini. Aku
hendak lari ke Yaman sebab aku hendak lari dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ditepi pantai, isteri dia memberi
isyarat supaya dia kembali. Kisah yang panjang, akhirnya Ikrimah telah masuk
Islam. Bila dakwah telah dijalankan secara umum, orang yang hendak lari dari
Islam, jalan telah ditutup, dia terpaksa masuk Islam. Hari ini dakwah tidak
dijalankan secara umum. Kita anggap kerja dakwah ini kerja golongan orang
tertentu saja. Bila hilang ummumiat dalam usaha dakwah, pintu kemurtadan telah
terbuka luas. Kita harus usahakan setiap umat atas kerja dakwah.
Kita
mengganggap usaha yang dibuat sekarang ini berlainan dengan usaha yang dibuat
oleh sahabat. Maulana Yusuf rahmatullah
‘alaih berkali-kali katakan, inilah usaha yang sahabat telah buat. Usaha
yang sama, kerja yang sama. Selagi kita tidak yakin ini adalah usaha yang telah
dibuat oleh sahabat-sahabat, maka sejauh itulah Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan datangkan kesan, sebagaimana kesan
yang Allah subhanahu wa ta’ala telah
datangkan pada sahabat. Bantuan, ganjaran, nusrah, pahala, fadhilat, kelebihan
yang sahabat dapat, kita tidak akan dapat selagi kita anggap usaha yang kita
buat tidak sama sebagaimana usaha yang sahabat telah buat. Kita harus
meletakkankan kelebihan/ganjaran yang Allah subhanahu
wa ta’ala telah janjikan di depan kita. Maulana katakan kita harus selalu
baca kitab hayatus sahabah. Kita buat usaha dengan yakin pada janji-janji
tersebut. Kalau tidak, usaha yang kita buat akan jadi semacam satu gerakan,
satu persatuan saja yang tidak mendatangkan perubahan pada umat, tidak akan mendatangkan
kesan apa-apa. Kita harus buat usaha dengan penuh yakin. Inilah kerja yang
telah dibuat oleh para sahabat radhiyallahu
‘anhum. Segala bantuan yang sahabat dapat, kita pun akan dapat bila kita
buat usaha ini.
Matlamat
usaha ini bukan untuk bawa umat kepada amal infiradi, yaitu ibadah, tetapi
untuk membawa umat kepada kerja Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. Bagaimana seluruh ummat Islam ambil bagian dalam kerja
dakwah dan dakwah dijadikan sebagai maksud hidupnya. Sepagi atau sepetang di
jalan Allah subhanahu wa ta’ala lebih
baik daripada dunia dan seisinya. Sepagi di jalan Allah subhanahu wa ta’ala, akan mendahului selama 500 tahun. Kapan saja,
bila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat
sahabat telah menumpukan pada amal infiradi yang menyebabkan dia menangguhkan
untuk keluar di jalan Allah, Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam akan terus menerangkan pada sahabat tentang kelebihan
keluar di jalan Allah subhanahu wa ta’ala
yang mengatasi amal infiradi.
Abdullah
Rawahah radhiyallahu ‘anhu telah
diputuskan untuk keluar di jalan Allah bersama dengan jamaah. Jamaah telah
keluar diawal pagi, sedangkan dia telah menangguhkan keluar, karena hendak melaksanakan
kelebihan shalat Jum’at di belakang Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. Dia fikir dia ada kuda yang cepat dan bisa mengejar jamaah.
Selepas shalat Jum’at, Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dapati Abdullah Rawahah radhiyallahu ‘anhu masih ada. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam panggil dia. ‘Kenapa tidak berangkat keluar?’ Abdullah Rawahah radhiyallahu ‘anhu menangguhkan keluar
di jalan Allah, bukan sebab kerja dunia. Dia
terlewat keluar di jalan Allah sebab agama, sebab hendak shalat Jum’at
dibelakang Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam. Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam tanya, ‘berapa lama kamu terlewat?
’Dia jawab, ‘sepagi’. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam katakan, ‘kamu tahu tidak, berapa banyak mereka telah
mendahului kamu? ’Dari segi masa, mereka telah mendahului kamu selama 500 tahun
dan dari segi jarak, mereka telah mendahului kamu sejauh masyrik dan maghrib
(timur dan barat).’
Maulana
tidak faham, hari ini bila kita dengar hadits kelebihan keluar di jalan Allah,
kita anggap kelebihan ini untuk satu perkara yang khusus, yaitu berperang.
Berperang bukan maksud karena tidak ada seorang nabi yang diutus oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk membinasakan
manusia. Nabi-nabi dihantar oleh Allah subhanahu
wa ta’ala untuk jadi asbab hidayah, agar umatnya mengamalkan perintah Allah.
Nabi berpesan, dakwah dahulu selama 3 hari, bila mereka masuk Islam itu lebih
baik untuk kamu dari unta-unta merah. Bila satu orang masuk Islam, sahabat akan
takbir dengan kuat sekali mengatasi kegembiraan mereka dapat menawan satu
negara. Maksud berjihad bukan untuk berperang, tetapi atas maksud kerja dakwah
untuk mengajak manusia pada Allah subhanahu
wa ta’ala.
Hari
ini orang anggap kerja dakwah ini adalah salah satu daripada amal-amal baik. Pemahaman
seperti ini oleh Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam telah hapus. Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam berkata pada Abdullah Rahawah radhiyallahu ‘anhu, “kalau kamu menginfakkan harta seluruh dunia pun
kamu tidak dapat mengejar mereka, yaitu saudara kaum muslimin yang telah
berangkat ½ hari sebelum kamu.” Kita fikir, bagaimana kalau kita tidak
keluar di jalan Allah bisa menandingi dengan saudara kita tang keluar di jalan
Allah. Berapa selisih waktu dan jarak untuk bisa memasuki syurganya Allah.
Subhanallah!! Sungguh sangat jauh. Karena itu, kerja dakwah ini mengatasi
segala kerja-kerja amal yang lain. Kita harus ada yakin bahwa kita akan dapat
ganjaran dan kelebihan yang sama sebagaimana sahabat-sahabat telah dapat. Kalau
tidak ada yakin, kita tidak akan dapat kesan yang sama.
Tuan-tuan
fikir, apa yang tuan-tuan patut buat, bangun dan bagi nama untuk keluar dijalan
Allah, 4 bulan dan untuk ulama’ 1 tahun. Insya Allah………………………..! Semua
bersedia.