Pages

Sabtu, 12 Mei 2012

2. MENGENAL PUSAT HADITS DUNIA DI INDIA


Sumbangan Madrasah Darul Ulum Deoband pada Dunia Islam

 Darul Ulum Deoband India


Sumbangan Madrasah Darul Ulum Deoband pada Dunia Islam
Harus diakui, keselamatan umat Islam ini tergantung dari pengorbanan ulama ummat, seperti apa yang bisa dilihat di India. Kemerdekaan India dari Inggris adalah berkah perjuangan dan pengorbanannya ulama-ulama India pada saat penjajahan Inggris yang selalu menyuarakan jihad kepada rakyat India yang Muslim. Dan pusat lahirnya ulama-ulama India adalah dari  Darul Ulum Deoband.
Darul Ulum Deoband adalah madrasah yang tertua diseluruh negeri India bahkan boleh dikatakan salah satu dari madrasah yang tertua di seluruh dunia. Darul Ulum Deoband didirikan tahun 1866, Deoband adalah nama kampung yang terletak di Provinsi Uttar Pradesh.
Pada penjajahan Inggris di India keadaan umat Islam pada saat itu sangat rusak. Inggris berhasil memecahbelahkan kesatuan umat Islam India dan berhasil menjahui umat Islam dari kehidupan Islam seperti mana Belanda berhasil merusak kesatuan umat Islam di Indonesia ketika zaman penjajahan dulu.
Kerusakan umat Islam di India inilah yang membuat timbulnya kerisauan seorang ulama India bernama Almarhum Syaikh Maulana Muhammad Qosim untuk menyelamatkan ummat Islam dari kerusakan. Suatu malam, Syaikh Maulana Muhammad Qosim Nanutwi bermimpi berjumpa dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam mimpinya, ia diperintahkan oleh Rasulullah untuk memulai madrasah. Akhirnya Maulana Muhammad Qosim dengan santri pertamanya Maulana Mahmudul hasan memulai madrasah di bawah sebuah pohon yang rindang di tengah-tengah kampung Deoband. Karena keikhlasnya dan pengorbanan Maulana Muhammad Qosim, Allah Allah subhanahu wa ta’ala menolong ulama ini kembali menghidupkan cahaya Islam di India yang telah redup. Sampai sekarang Darul Ulum Deoband telah berhasil mencetak 15.000 ulama termasuk Syaikh Ustad Nik Aziz, ketua partai PAS, Malaysia.

Deobandi dan Sejarah Kebangkitan Islam di India-Pakistan (Sebuah Sketsa Awal)
Deobandi merupakan sebuah gerakan keagamaan yang lahir di ‘Deoband’ (Uttar Pradesh) India, bermula dari sebuah madrasah dengan nama Darul Ulum Deoband. Dengan banyaknya pengikut dan pengaruh madrasah ini maka tidak heran kalau akhirnya institusi seperti Deoband kemudian berkembang menjadi sebuah pergerakan religius yang besar dan menyebar hampir disetiap komunitas Muslim Sunni di Pakistan. Disamping para pengikut kelompok lainnya seperti Barelwi, Jamaah Tabligh dan lain-lain. Tidak diragukan lagi dengan kehebatan para ulama mereka, tercatat bahwa pendiri Barelwi, Tablighi Jamaat dan lainnya merupakan hasil didikan madrasah Darul Ulum Deoband.
Berikut ini sedikit ikhtisar tentang sejarah, perkembangan dan kiprahnya dalam menegakkan Shariat Islam yang berpedoman pada Quran dan Sunnah, begitu juga dengan perjuangannya untuk kemerdekaan bangsa dari kolonialisme yang saat itu berekspansi di Sub-Continent. 

Darul Ulum Deoband; Batu Pertama Revivalisme Islam
Darul Ulum Deoband didirikan pada 30 Mei 1866 pada sebuah masjid kecil di kota Deoband oleh Maulwi Fadlur Rahman, Maulwi Zulkfikar Ali dan Maulwi Muhammad Mahmud. Murid pertama yang mengemban ilmu di madrasah ini adalah Syeikhul Hind Maulana Mahmud-ul-Hasan dan kemudian pada akhir tahun jumlahnya meningkat hingga 78 pelajar. Disebutkan bahwa sebenarnya cikal bakal berdirinya Darul Ulum Deoband merupakan buah pemikiran Maulana Muhammad Qasim Nanotwi (1833-1877), yang mana beliau berharap tidak adanya beban finansial bagi pelajar dan pengajarnya sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan penuh takwa dan ikhlas karena Allah subhanahu wa ta’ala. Kemudian pada tahun 1880 Maulana Muhammad Qasim meninggal dan posisinya digantikan oleh Maulana Rashid Ahmed Gangohi (1829-1905).
Sekitar tahun 1866 Darul Ulum Deoband memulai belajar dari bawah pohon pada sebuah Masjid Chatta, dan ketika masjid ini tidak dapat menampung lagi jumlah pelajar yang semakin bertambah hari demi hari akhirnya dibangunlah masjid lainnya yang kemudian berpindah pada tahun 1874. Perkembangan pesat terjadi pada jumlah pelajar yang terus berdatangan di madrasah ini sehingga ia harus mulai mengepakkan sayapnya dengan pembangunan-pembangunan gedung dan penambahan fasilitas belajar seperti gedung fakultas Hadist yang telah diseleseikan pada tahun 1931 dan gedung fakultas Tafsir. Pada tahun 1940, Raja Zahir Shah Afghanistan telah membangun Gerbang madrasah yang kemudian diberi nama ‘Baab-uz-Zahir’.
Darul Ulum juga dikenal dengan sebutan Qasim-ul-Ulum yang diambil dari nama Maulana Muhammad Qasim Nanotwi sebagai pendirinya dan institusi ini merupakan institusi religius dengan sistem pendidikan yang bagus. Perlu diketahui bahwa Deobandi adalah pengikut madzhab fiqih Abu Hanifa, sedangkan untuk aqidah mereka mengikuti Abu Mansur Maturidi. Sekitar seribu pelajar lebih mengemban pendidikan di madrasah ini sedangkan yang empat ratus nya mendapatkan fasilitas asrama. Pelajar yang berdatangan kesini bukan hanya berasal dari India tapi juga dari berbagai negara muslim lainnya seperti Afghanistan, Afrika Selatan dan Inggris. Jamiah Millia Nawakhali dan Madrasah Qasim-ul-Ulum Muradabad juga termasuk cabang dari institusi ini.
Ada beberapa ajaran yang dipegang kuat oleh Deobandi dan dianggap sebagai elemen dasar mereka, yaitu:
(i)       Tauhid, konsep yang mereka fahami sebagai Abrahamic monotheism bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat menyerupai sifat-sifat Nya.
(ii)     Mengikuti Sunnah, yaitu menerapkan dan mengamalkan ajaran Rasulullah shallalluhu alaihi wasallam.
(iii)   Mencintai para Sahabat Rasulullah shallalluhu alaihi wasallam dengan mengikuti tindak-tanduk mereka.
(iv)    Taqlid wal Ittiba’, memberikan preferensi kepada salah satu yurisprudensi Islam yang terdahulu.
(v)      Jihad fi Sabilillah, mengerjakan jihad yaitu berjuang di jalan Allah subhanahu wa ta’ala.
Metode pengajaran yang digunakan dalam madrasah ini yaitu mengikuti sylabus belajar-mengajar pada zaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam hingga abad ke-10 Hijriyah; yang menitikberatkan pada sistem belajar tradisional dalam Islam yaitu menghubungkan nalar rasionil dan ilmu tradisional (traditional science). Adapun buku-buku pokok yang diajarkan pada setiap kurikulumnya sekitar 11 buku hadist dan beberapa buku tambahan untuk materi-materi lainnya, sedangkan kurikulum lengkapnya mencapai 81 buku yang akan dipelajari. Dibawah kuasa Maulana Rashid Ahmad Gangohi institusi ini meniadakan mata pelajaran seperti ilmu logika dan filsafat seperti yang dilakukan oleh Shah Wali Allah pada Rahimiyah yaitu dengan menekankan belajar al-Qur’an, Hadist dan Fiqh.
Rizvi memaparkan tiga metode yang mereka terapkan pada institusi ini:
(i)       primer (yaitu memahami kandungan isi buku),
(ii)     tingkat menengah (mengerti isi buku dan topik disamping juga naskah buku),
(iii)   tingkat tinggi (lebih menekankan pada diskusi dan pemahaman yang mendalam).
Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Urdu, maka setiap pelajar harus mengerti dan bisa menggunakan bahasa tersebut baik dari dalam negri maupun luar negri. Dan disebutkan bahwa Deoband merupakan institusi pendidikan pertama kali di India yang tidak menarik biaya kepada pelajarnya selama lebih dari se-abad. Pada akhir abad ke-19 banyak madrasah-madrasah yang dikenal dengan Deoband dari Peshawar hingga Madras, dan mereka terdaftar mencapai 8934 madrasah, primer maupun tingkat lanjut, sampai sekarang-pun masih terus menyebar dengan satu karakteristiknya yaitu merupakan divisi utama bagi ulama sub-continent.

Suasana Madrasah Deoband
Ulama-ulama alumi Darul Ulum Deoband telah menyebar di seluruh dunia dan membuka madrasah-madrasah di seluruh dunia. Semua madrasah-madrasah di Pakistan, Bangladesh, Burma, Afghanistan, Srilanka, Afrika selatan, Inggris, Thailand, Malaysia merupakan hasil dan dampak baik secara langsung atau tak langsung dari Darul Ulul Deoband. Bahkan terbentuknya negara Pakistan juga salah satu hasil dari pengorbanan ulama-ulama Deoband.
Madrasah Darul Ulum Deoband menjadi pusat mahzab Hanafi dan terkenal dengan ilmu hadistnya sehingga kelas yang tertinggi di madrasah Deoband adalah kelas hadist yaitu kelas yang hanya mempelajari kitab kitab hadist. Dan banyak muhadisin (ulama pakar hadis) yang telah lulus dari Deoband, seperti Almarhum Syaikh Maulana Anwar Shah Kasymiri beliau seorang ulama yang mengajar kitab Bukhari di madrasah Deoband dan beliau hafal semua hadist-hadist yang ada dalam kitab Bukhari.
Kelebihan lain dari Darul Ulum Deoband adalah turut melahirkan para pengarang kitab agama yang terkenal diseluruh India, seperti Almarhum Syaikh Maulana Asyraf Ali Natutwi, beliau berhasil mengarang hampir 1000 kitab dalam bahasa Arab maupun Urdu.

 Ashraf Ali Thanwi


Di antara murid Ashraf Ali Thanwi yang menetap di seluruh bagian Asia Selatan adalah :
·        Abdul Hai Arifi
·        Maulana Zafar Ahmad Utsmani
·        Qari Muhammad Tayyib Qasimi, cucu dari pendiri Darul 'Ulum Deoband, Muhammad Qasim Nanotvi, dan pokok kepala Dar al-' Ulum Deoband selama lebih dari 50 tahun, dari awal 1930-an ke 1980-an
·        Muhammad Maseehullah Khan Sherwani (pendiri Madrasah al-'Ulum Miftah di Jalalabad, India, dan seorang tokoh spiritual terkemuka abad yang lalu)
·        Muhammad Syafi'i, kepala mufti dari Dar al-'Ulum Deoband dan pendiri kemudian dari Dar al-' Ulum Karachi
·        Abdul Bari Nadvi (teolog dan filsuf terkenal di India yang mengajar filsafat modern di Osmania University di Hyderabad dan menerjemahkan buku-buku para filsuf Barat seperti Descartes, ke dalam bahasa Urdu dan tertinggal saluran sastra banyak)
·        Allamah Syed Sulaiman Nadvi, peneliti dan mahasiswa Syibli Nu 'mani
·        Maulana Faqir Muhammad, Peshawar, Pakistan
·        Muhammad Ilyas al-Kandhlawi Rahmatullahialahi (pendiri Gerakan Jamaat Tabligh)
·        Qazi Abdusalam Nowshera
·        Hafiz Tanweer Ahmed Khan Khalifa Majaz Molana Muhammad Masihulah Khan, Hyderabad, Pakistan
·        Maulana Abraruhaq Hardoi, khalifah terakhir dan termuda Ashraf Ali Thanvi yang mendirikan Ashraful Madaris Hardoi dan memimpin gerakan Dawatul Haq, yang didirikan oleh Ashraf Ali Thanvi
·        Khawja Aziz ul Hassan Majzuoob
·        Syed Ali Shah Inayat Gujranwala, Pakistan Wrote Buku Bagh-e-Jannat
Darul Ulum Deoband juga berhasil mencetak dai dan para mubaligh yang sudah tersebar seluruh India, bahkan dunia, seperti Almarhum Syaikh Maulana Ilyas pemimpin dan pencetus pertama Jamaah Tabligh. Syaikh Maulana Ilyas adalah salah satu alumni madrasah Deoband yang risau dengan keadaan umat Islam dan memulai langkapnya di dalam dakwah dan tabligh. Sampai kini, gerakan Jamaah Tabligh mengirimkan dai ke seluruh India, Pakistan, bahkan ke berbagai penjuru dunia.

John Butt: Hippy Inggris yang jadi imam

Nadene Ghouri, BBC News, Deoband, India

 John kini menyebarkan perdamaian sebagai ulama Islam

Empat puluh tahun setelah mengikuti petualangan sebagai seorang hippy ke Asia Selatan, John Butt masih tinggal di kawasan ini dan masih menyebarkan pesan perdamaian dan cinta, sekarang sebagai ulama Islam. John kembali ke sebuah daerah di India yang penuh menara marmer. John Mohammed Butt tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya.
"Bisa Anda lihat?," tanyanya. "Ini seperti belajar Islam di Universitas Oxford. Bagi saya menara mesjid dan kubahnya seperti menara di Oxford," katanya. "Sudah 30 tahun berlalu ketika saya terakhir berada di sini dan hati saya masih tergetar. Ini almamater saya," lanjutnya.
Yang disebut almamater itu tak lain adalah Darul-Uloom Deoband, pesantren terbesar di Asia Selatan.
Deoband didirikan tahun 1866 oleh Muslim India yang menentang kekuasaan Inggris. Tidak banyak yang berubah di daerah ini, jalan-jalan sempit, halaman yang kecil dipadati dengan penjual teh harum, nasi panas dan lukisan Mekkah. Dimana-mana terlihat santri, para pemuda yang membawa buku atau diam-diam membaca Al Quran. Dan juga pemandangan seperti di Oxford, para mahasiswa yang naik sepeda.
Seorang penjual teh wangi mengenal John dan bergegas kepadanya, "John Sahib, John Sahib"


John Butt satu-satunya orang Barat lulusan Darul-Ulum Deoband
Keduanya sudah beberapa dasawarsa tidak bertemu namun pria itu masih mengenalnya. "John Sahib satu-satunya santri yang saya lihat biasa jogging," katanya.
"Hanya ada satu John Mohammed, unik, "lanjutnya.
Memang tidak mengherankan karena John Butt masih menjadi satu-satunya dan hanya orang Barat yang pernah lulus dari Deoband.
John menunjukkan ruangan di asrama tua, ruangan tanpa jendela dimana dia selama delapan tahun hidup seperti di pengasingan, shalat dan mempelajari Al Quran.

Kagumi Quran

Namun ini hanya satu sisi dari kehidupan pria istimewa ini. Disamping tinggal di Deoband, dia juga menghabiskan waktu dalam 40 tahun lalu tinggal diantara suku Pasthun yang mediami daerah tak bertuan antara Afghanistan dan Pakistan. Dia datang ke sana tahun 1969, katanya, sebagai seorang hippy pengisap ganja dan tidak pernah pulang ke rumahnya.
"Ketika orang-orang memanggil saya, bekas hippy tua, saya selalu menjawab bahwa memang saya sudah tua namun saya bukan bekas hippy, saya masih seorang hippy," tuturnya.
Tubuh John Butt memang gampang dilihat. Tinggi badannya 1,9 meter, janggut putih panjang dan kulitnya putih.
Ketika orang-orang memanggil saya, bekas hippy tua, saya selalu menjawab bahwa memang saya sudah tua namun saya bukan bekas hippy, saya masih seorang hippy
John Mohammed Butt
Dia bercerita mengagumi Al Quran namun Stilton masih jadi keju favoritnya dan sepakbola masih dicintainya.
Bagi John, rumahnya adalah desa kecil di lembah Swatt, Pakistan.
Swatt pernah populer menjadi tujuan wisatawan namun sekarang menjadi ajang bentrokan militer Pakistan dan Taliban.
Namun tahun 1969, John muda tertambat beberapa saat di Swat yang dilukiskan sebagai pegunungan berlapis es, sungai mengalir seperti intan berlian, hutan dan padang rumput yang luas.
Daerah itu, katanya, "seperti dunia magis dan aneh Tolkien" yang dihuni suku tradisional yang "sangat menyenangkan, berlapang dada, toleran, santai dan ramah".
Tolkien yang dia maksud adalah penulis trilogi fantasi The Lord of Rings yang juga diangkat menjadi film populer.
Ketika rekan-rekannya sesama hippy tumbuh dewasa dan pulang ke kampung halamannya menjadi akuntan dan pengacara, John tetap tinggal sehingga lancar berbahasa Pashtun dan belajar Islam.
Namun dunia John berubah akhir tahun 1980-an ketika kaum jihadis datang ke perbatasan dari seluruh dunia untuk untuk melawan Rusia di Afghanistan.
"Saya menyaksikan cara-cara hidup religius Pashtun tercemar dan teracuni khususnya oleh orang-orang Arab dari Timur Tengah," ceritanya.
"Cara mempraktekkan Islam sangat berbeda dengan suku tradisional namun mereka menggunakan uang dan pengaruh untuk memaksakan nilai-nilai mereka," lanjutnya.

Perlu diperhatikan :
1.   Muhammad Ilyas al-Kandhlawi rahimahullahu ta’ala
Darul Ulum Deoband banyak mencetak dai dan para mubaligh yang sudah tersebar seluruh India, bahkan dunia, diantaranya Almarhum Syaikh Maulana Ilyas rahimahullah pemimpin dan pencetus pertama Jamaah Tabligh. Syaikh Maulana Ilyas adalah salah satu alumni madrasah Deoband yang risau dengan keadaan umat Islam dan memulai langkahnya di dalam dakwah dan tabligh. Sampai kini, gerakan Jamaah Tabligh mengirimkan dai ke seluruh India, Pakistan, bahkan ke berbagai penjuru dunia. (Harnes Yudha). http://www.sabili.co.id/aspirasi-anda/sumbangan-madrasah-darul-ulum-deoband-pada-dunia-islam
Muhammad Ilyas al-Kandhlawi adalah pendiri Islam gerakan Jamaah Tabligh di anak benua Asia Selatan. Dia dapat dikatakan sebagai salah satu pendiri yang paling berpengaruh si abad ke-20 dalam agama Islam. Ia dilahirkan pada tahun 1886 pada keluarga yang sangat taat beragama, dan pendidikan awalnya dilakukan di rumah. Dia kemudian belajar di pusat belajar terkenal Islam, Darul Ulum Deoband, di mana dia belajar di bawah bimbingan beberapa ulama terkenal. Sesudah menyelesaikan studinya, dia mengajar di berbagai madrasah.
Pada akhir 1920-an, dia mendirikan Jamaah Tabligh untuk menghidupkan lagi agama Islam, sebagaimana zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum ajma’in
[http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Ilyas_al-Kandhlawi]

2. Sayyid Muhammad Bin Alawi Al Maliki Al Hasani rahimahullahu ta’ala

Beliau mengisahkan segala pengalamannya di India dan beliau sangat tertarik dengan system pelajaran ilmu hadith di Madrasah Darul Ulum Deoband, Uttar Pradish, India. Lalu beliau memohon sekali lagi dengan segala kerendahan hati agar ayahanda beliau mengizinkannya berangkat ke India untuk mempelajari ilmu hadits, yang kedua kalinya.
Sayyid Alawi memahami hasrat anaknya yang berkobar-kobar itu sehingga beliau mengizinkannya untuk berangkat sekali lagi ke India untuk belajar ilmu hadits di Madrasah Darul Ulum Deoband.
Beliau berangkat ke India dan menuju Madrasah Darul Ulum Deoband dan terus mengikuti “Daurah” khusus dengan ilmu hadits, yang berarti mengkhatamkan “Al-Kutubus-Sittah” (Kitab hadits yang enam itu, yaitu Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasai dan Ibnu Majah) dalam waktu yang singkat. Disana beliau mendapat sanad hadits kutubus sittah yang bersamung sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dan semasa di India beliau berguru dengan Maulana Syeikh Muhammad Zakaria Al Kandahlawi, pengarang Syarah Muwaththa’ dan Fadhailul A’mal yang biasa dibaca oleh orang-orang yang Usaha Dakwah dan Tabligh setiap hari di masjid dan di rumah, Syeikh Fakhruddin Ahmad Syaikhul-Hadith di Darul-Ulum Deoband, Syeikh Habiburrahman Al A’zhami, Syeikh Abul Wafa al Afghani, Syeikh Muhammad Yusuf Al Kandahlawi, pengarang kitab Hayatus-Shahabah, Syeikh Muhammad Idris Al Kandahlawi, Syeikh Zhafar Ahmad Al Utsmani, Syeikh In’amul Hasan dan Syeikh Mufti Musthafa Bin Imam Ahmad Ridha Khan Al-Berilewi dan lain-lainnya.
Setelah menamatkan daurah hadits, beliau kembali ke Mekkah dengan hati yang penuh gembira karena apa yang beliau idam-idamkan telah tercapai. Beliau tinggal di India pada kali ini selama lima bulan.
Selain India, beliau juga pergi ke Pakistan dan beliau juga berguru kepada Mufti Pakistan Syeikh Muhammad Syafi’ dan Syeikh Muhammad Yusuf Al Bannuri dan lain-lain lagi.
[“Sayyid Muhammad Bin Alawi Al Maliki Al Hasani rahimahullahu ta’ala – Sejarah Hidup dan Dasar-dasar Pemikirannya”, oleh Abu Ali Al Banjari An Nadwi Al Maliki (Ahmad Fahmi bin Zamzam), Khazanah Banjariah, Maahad Tarbiyah Islamiah Derang, Pokok Sena, Kedah, ISBN 983-2052-47-5, m/s 28 & 29]