Pages

Rabu, 16 Oktober 2013

182. KHUTBAH IDUL ADHA 1434 H



 Dibawakan Sendiri oleh Penulis Blog ini :
 Muhammad Fajar Ramadan
Di Masjid Nurul Islam
Selasa 15 Oktober 2013
Mulai Shalat jam 06.30 dan Selesai Khutbah jam 07.05 
Fajar
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَللهُ أَكْبَرُ-  اَللهُ أَكْبَرُ-  اَللهُ أَكْبَرُ-  اَللهُ أَكْبَرُ-  اَللهُ أَكْبَرُ-  اَللهُ أَكْبَرُ-  اَللهُ أَكْبَرُ-  اَللهُ أَكْبَرُ-  اَللهُ أَكْبَرُ-  اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَعَبْدَهْ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَلَانَعْبُدُ اِلاَّ اِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ .اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بَسَطَ لِعِبَادِهِ مَوَاعِدَ اِحْسَانِهِ وَاِنْعَامِهِ. وَاعَادَ عَلَيْنَا فِى هَذِهِ الْايَامِ عَوَائِدَ بِرِّهِ وَاِكْرَامِهِ .اَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى جَزِيْلِ اِفْضَالِهِ وَاِمْدَادِهِ. وَاَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ جُوْدِهِ وَحُسْنِ وِدَادِهِ بِعِبَادِهِ
أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ فِى مُلْكِهِ وَبِلاَدِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَشْرَفُ عِبَادِهِ وَزُهَادِهِ.  وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ عِبَادِهِ. وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الطَّاهِرِيْنَ مِنْ بَعْدِهِ . اَلَّلهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى آلِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى أَصْحَابِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى َانْصَارِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى اَزْوَاجِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى ذُرِّيِّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.  أَمَّا بَعْدُ
فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ… أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَاللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَبَادِرُوا رَحِمَكُمُ الله بِإِحْيَاءِ سُنَةِ اَبِيْكُمْ اِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ بِمَاتُرِيْقُوْنَهُ مِنَ الدِّمَاءِ فِى هَذَاالْيَوْمِ الْعَظِيْمِ . اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ-  اَللهُ أَكْبَرُ - وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Di pagi yang sakral dan khidmat ini teriring gema takbir, tahmid dan tahlil yang berkumandang sepanjang malam hingga pagi hari ini, semoga bisa menggugah dan membangkitkan semangat dalam menjalankan perintah Allah dan meninggalkan semua laranganNya. Apabila kita ingin berbahagia, beruntung dan selamat dunia maupun akhirat maka marilah kita tingkatkan ketaqwaan dan keimanan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Idul adha dikenal dengan sebutan “Hari Raya Haji”, dimana mulai dari kemarin, tanggal 9 Dzul Hijjah seluruh jama’ah haji di kota suci Mekkah al – Mukarromah melaksanakan wuquf di ‘Arofah, malam hari kemudian mabit di Muzdalifah, dan hari ini, tanggal 10 Dzul Hijjah atau Yaumunnahr mereka sedang melakukan prosesi lempar jumroh ‘aqobah kemudian thowaf ifadoh.
Selanjutnya mulai besok hari, selama di tasyriq, mereka akan mabit di Mina dan melempar jumrah. Semoga seluruh prosesi haji di tahun ini berjalan lancar, membawa berkah bagi seluruh umat islam dan seluruh alam. Dan semoga jamaah haji Indonesia, selalu dalam keadaan sehat wal afiat dan pulang membawa predikat haji mabrur.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Disamping itu, Idul Adha dinamakan pula “Idul Qurban”, karena merupakan hari raya yang menekankan pada arti berkorban. Qurban itu sendiri artinya dekat, sehingga Qurban ialah menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala, diberikan kepada fuqoro’ wal masaakiin.
Masalah pengorbanan, dalam lembaran sejarah kita diingatkan pada beberapa peristiwa yang terjadi pada Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam beserta keluarganya Ismail ‘alaihis salam dan Siti Hajar
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Idul Adha yang kita peringati saat ini, dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari cara memotong kurban binatang ternak. Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling berat yang menimpa Nabiyullah Ibrahim. Disebabkan kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan  “Khalilullah” (kekasih Allah).
Setelah titel Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal bhaktinya!”
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mengizinkan para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam ketaatan kepada Allah.
Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zaman sekarang adalah tergolong milliuner. Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang,  “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini ada padaku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku, niscaya akan aku serahkan juga.”
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa itu dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah As-Shaffat : 102 :
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.(QS. As-shaffat: 102).
Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah. Iblis datang menggoda sang ayah,  sang ibu dan sang anak silih berganti. Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah oleh bujuk rayuan iblis yang menggoda agar membatalkan niatnya. Bahkan siti hajarpun mengatakan, : ”jika memang benar perintah Allah, akupun siap untuk di sembelih sebagai gantinya ismail.” Mereka  melempar iblis dengan batu, mengusirnya pergi dan Iblispun lari tunggang langgang. Dan ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar jumrah; jumrotul ula, wustho, dan aqobah yang dilaksanakan di Mina.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Setelah sampai disuatu tempat, dalam keadaan tenang Ismail berkata kepada ayahnya : ”ayah, ku harap kaki dan tanganku diikat, supaya aku tidak dapat bergerak leluasa, sehingga menyusahkan ayah. Hadapkan mukaku ke tanah, supaya tidak melihatnya, sebab kalau ayah melihat nanti akan merasa kasihan. Lepaskan bajuku, agar tidak terkena darah yang nantinya menimbulkan kenangan yang menyedihkan.  Asahlah tajam-tajam pisau ayah, agar penyembelihan berjalan singkat, sebab sakaratul maut dahsyat sekali. Berikan bajuku kepada ibu untuk kenang-kenangan serta sampaikan salamku kepadanya supaya dia tetap sabar, saya dilindungi Allah subhanahu wa ta’ala, jangan cerita bagaimana ayah mengikat tanganku.  Jangan izinkan anak-anak sebayaku datang kerumah, agar kesedihan ibu tidak terulang kembali, dan apabila ayah melihat anak-anak sebayaku, janganlah terlampau jauh untuk diperhatikan, nanti ayah akan bersedih.
Nabi Ibrahim menjawab ”baiklah anakku, Allah subhanahu wa ta’ala akan menolongmu”. Setelah ismail, putra tercinta ditelentangkan diatas sebuah batu, dan pisaupun diletakkan diatas lehernya, Ibrahim pun menyembelih dengan menekan pisau itu kuat-kuat, namun tidak mempan, bahkan tergorespun tidak.
Pada saat itu, Allah subhanahu wa ta’ala membuka dinding yang menghalangi pandangan malaikat di langit dan dibumi, mereka tunduk dan sujud kepada Allah subhanahu wa ta’ala, takjub menyaksikan keduanya. ”lihatlah hambaku itu, rela dan senang hati menyembelih anaknya sendiri dengan pisau, karena semata-mata untuk memperoleh kerelaanku.
Sementara itu, Ismail pun berkata : ”ayah.. bukalah ikatan kaki dan tanganku, agar Allah subhanahu wa ta’ala tidak melihatku dalam keadaan terpaksa, dan letakkan pisau itu dileherku, supaya malaikat menyaksikan putra kholilullah Ibrahim taat dan patuh kepada perintah-Nya.”
Ibrahim mengabulkannya. Lantas membuka ikatan dan menekan pisau itu ke lehernya kuat-kuat, namun lehernya tidak apa-apa, bahkan bila ditekan, pisau itu berbalik, yang tajam berada di bagian atas. Ibrahim mencoba memotongkan pisau itu ke sebuah batu, ternyata batu yang keras itu terbelah. ”hai pisau, engkau sanggup membelah batu, tapi kenapa tidak sanggup memotong leher” kata ibrahim. Dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala, pisau itu menjawab, ”anda katakan potonglah, tapi Allah mengatakan jangan potong, mana mungkin aku memenuhi perintahmu wahai ibrahim, jika akibatnya akan durhaka kepada Allah subhanahu wa ta’ala”
Dalam pada itu Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan Jibril ‘alaihis salam untuk mengambil seekor kibasy dari surga sebagai gantinya. Dan Allah subhanahu wa ta’ala berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya, tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya. Allah telah meridloi ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Shaffat ayat 107-110:
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
 “Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian.”
سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril menyaksikan ketaatan keduanya, setelah kembali dari syurga dengan membawa seekor kibasy, kagumlah ia seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menyambutnya  “Laailaha illallahu Allahu Akbar.” Yang kemudian di sambung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Inilah sejarah pertamanya korban di Hari Raya Qurban. Yang kita peringati pada pagi hari ini. Allah Maha pengasih dan Penyayang. Korban yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup binatang ternak, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya. Sebab Allah tahu, kita tidak akan mampu menjalaninya, jangankan memotong anak kita, memotong sebagian harta kita untuk menyembelih hewan qurban, kita masih terlalu banyak berfikir. memotong 2,5 % harta kita untuk zakat, kita masih belum menunaikannya. Memotong sedikit waktu kita untuk sholat lima waktu, kita masih keberatan. Menunda sebentar waktu makan kita untuk berpuasa, kita tak mampu melaksanakannya, dan sebagainya. Begitu banyak dosa dan pelanggaran yang kita kerjakan, yang membuat kita jauh dari Rahmat  Allah subhanahu wa ta’ala.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul Adha ini adalah, bahwa hakikat manusia adalah sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya. Dan bagi yang menunaikan ibadah haji, pada waktu wukuf di Arafah memberi gambaran bahwa kelak manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar untuk dimintai pertanggung jawaban.
Di samping itu, kesan atau i’tibar yang dapat diambil dari peristiwa tersebut adalah:
Pertama, Hendaknya kita sebagai orang tua, mempunyai upaya yang kuat membentuk anak yang sholih, menciptakan pribadi anak yang agamis, anak yang berbakti kepada orang tua, lebih-lebih berbakti terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Kedua, perintah dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, harus dilaksanakan. Harus disambut dengan tekad sami’na wa ‘atha’na. Karena sesungguhnya, ketentuan-ketentuan Allah subhanahu wa ta’ala pastilah manfaatnya kembali kepada kita sendiri.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
I’tibar ketiga, adalah kegigihan syaitan yang terus menerus mengganggu manusia, agar membangkang dari ketentuan Allah subhanahu wa ta’ala. Syaitan senantiasa terus berusaha menyeret manusia kepada kehancuran dan kegelapan. Maka janganlah mengikuti bujuk rayu syaithan, karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata.
Keempat, jenis sembelihan berupa bahimah (binatang ternak), artinya dengan matinya hayawan ternak, kita buang kecongkaan dan kesombongan kita, hawa nafsu hayawaniyah harus dikendalikan, jangan dibiarkan tumbuh subur dalam hati kita.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Tepatlah apabila perayaan Idul Adha digunakan menggugah hati kita untuk berkorban bagi negeri kita tercinta, yang tidak pernah luput dirundung kesusahan. Sebab pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang paling besar dalam sejarah umat manusia itulah yang membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan mempunyai arti besar. Dari sejarahnya itu, maka lahirlah kota Makkah dan Ka’bah sebagai kiblat umat Islam seluruh dunia, dengan air zam-zam yang tidak pernah kering, sejak ribuan tahunan yang silam, sekalipun tiap harinya dikuras berjuta liter, sebagai tonggak jasa seorang wanita yang paling sabar dan tabah yaitu Siti Hajar dan putranya Nabi Ismail.
Akhirnya dalam kondisi seperti ini kita banyak berharap, berusaha dan berdoa,  mudah-mudahan kita semua, para pemimpin kita, elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok, tapi berjuang untuk kepentingan dan kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara. Kendatipun perjuangan itu tidaklah mudah, memerlukan pengorbanan yang besar. Hanya orang-orang bertaqwa lah yang sanggup melaksanakan perjuangan dan pengorbanan ini dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah melaksanakan sholat ‘Idul Adha yang pertama pada tahun kedua Hijryah dengan menyembelih hewan qurban, untuk melestarikan tradisi yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Karena perbuatan yang paling disukai Allah pada hari Nahr adalah qurban, seperti sabda Nabi:
مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّخْرِ عَمَلًا اَحَبَّ اِلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ اِرَاقَةِ الدَّمِ. الحديث (رواه الحاكم وابن ماجه والترمدى)
Artinya: “Tidak ada perbuatan manusia pada hari Nahr (10 dzul Hijjah) yang  paling dicintai Allah subhanahu wa ta’ala dari pada mengalirkan darah (menyembelih hewan qurban)”
Adapun keutamaan-keutamaan menyembelih hewan qurban, Rasulullah telah menjanjikan bahwa keutamaan menyembelih hewan qurban ialah “BIKULLI SYA’ROTIN HASANATAN” bahwa dari setiap helai bulu binatang qurban yang disembelih akan mendapat pahala satu kebaikan. Kemudian dalam hadis lain Nabi bersabda:
مَنْ ضَحَى طَيِّبَةً بِهَا نَفْسَهُ مُحْتَسِبًا اَجْرَهَا عَلَى اللهِ كَانَتْ لَهُ حِجَابًا مِنَ النَّارِ
Artinya: “Barang siapa yang menyembelih qurban dengan baik dan rela hatinya mengharap pahala dari Allah, maka qurbanya akan menjadi penutup baginya dari api neraka”.
Dalam hadis lain juga disebutkan yang artinya: “Agungkanlah dan mulikanlah hewan qurbanmu sekalian, karena itu akan menjadi kendaraanmu di atas Shiroth dan ingatlah bahwa sesungguhnya qurban itu bagian dari amal yang bisa menyelamatkan pelakunya dari kejelekan hidup di dunia maupun di akhirat” sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mewajibkan dirinya sendiri untuk berqurban lewat sabdanya:
ثَلاَثَةٌ هُنَّ عَلَيَّ فَرَائِضٌ وَهُنَّ لَكُمْ تَطَوُّعٌ, اَلْوِتْرُ وَالنَّخْرُ وَصَلاَةُ الضُّحَى. (رواه احمد فى مسنده)
 Artinya: “Ada tiga hal yang bagiku (Nabi) adalah fardu dan bagi kamu sekalian adalah sunat (mu’akad), yaitu: shalat witir, Nahr (berqurban) dan sholat Duha”
Sekalipun Rasulullah sudah pernah melaksanakan qurban, namun selalu selalu menganjurkan qurban tiap tahunya:
 يَااَيُّهَاالنَّاسُ, عَلَى كُلِّ أَهْلِ بَيْتٍ فِى كُلِّ عَامٍ أُضْحِيَّةٌ – (رواه احمد وابن ماجه والترمدى)
Artinya: “Wahai sekalian manusia: Upayakan bagi setiap-setiap rumah dalam setiap tahun ada yang berqurban”
Bahkan beliau pada saat haji pernah berqurban 100 ekor unta, 63 ekor unta disembelih nabi sendiri, sedangkan sisanya diserahkan kepada sahabat Ali agar disembelih. Menurut pandangan madzhab Syafi’iyah bahwa tidak disunatkan qurban bagi anak-anak, begitu pula qurban untuk orang lain tanpa seizin yang bersangkutan serta bagi mayit kalau tidak ada wasiat qurban.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Adapun hikmah disyariatkanya qurban antara lain adalah sebagai berikut:
1.  Menghidupkan warisan Khalilullah Ibrahim ‘alaihis salam
2.  Untuk mensyukuri atas nimat Allah dan karunianya yang teramat banyak serta mensyukuri atas keberadaan manusia yang terus berkembang dari tahun ketahun
3.  Untuk melebur kejelekan-kejeleken si qurban, yakni kejelekan yang berupa menyalahi aturan maupun kurang mematuhi beberapa printah Allah subhanahu wa ta’ala, sehingga dapat ampunan dari-Nya
4.  Memberi kejembaran keluarga dan tetangga serta yang lainya agar ikut senang dengan adanya qurban dan lain sebagainya.
Karena qurban merupakan ibadah sosial yang sangat mulia, maka perhatikanlah kaifiyah atau tata caranya dengan benar dan teliti. Misalnya:
1.  Pada saat menyembelih hewn qurban, ia berkata degan kalimat ”Hewan ini insya Allah untuk qurban” maka hal tersebut dihukumi qurban sunat, namun apabila ia berkata ” hewan ini untuk qurban” maka dihukumi qurban wajib sama dengan nadzar.
2.  Hewan qurban harus benar-benar sehat dan senpurna, maka tidak sah apabila hewan qurban itu buta, pincang, sakit parah dan sangat kurus.
3.  Waktu penyembelihan qurban dimulai sejak selesainya shalat ’id sampai hari tasyrik yang terakhir yakni tanggal 13 dzul hijjah dan hindarilah menyembelih pada malam hari karena makruh, seperti yang diriwayatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
 إنَّهُ نَهَى عَنِ الذَبْحِ  (اخرجه الطبرنى)
Yang lebih utama bagi pria yang terampil menyembelih qurban sendiri, bagi wanita diwakilkan kepada seorang muslim, dan pada saat penyembelihan sebaiknya hadir dan menyaksikan, sambil berdoa
اَللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي للهِ رَبِّ الْعَالمَيْنَ, لَاشَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ اُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Sedangkan yang menyembelih menghadap hewan qurban kearah qiblat sambil berdoa sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
وَجَهْتُ وَجْهِي لِلِّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضِ حَنِيْفًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ اِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ, لَاشَريْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ اُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ, بِسْمِ اللهِ واللهُ اَكْبَرُ اَللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَاِلَيْكَ.
Sembelihlah hewan qurban itu di komplek tempat sholat ’id
لِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَذْبَحُ وَيَنْحَرُ بِالْمُصَلَّى (وَهُوَ مَكَانُ صَلاَةِ اْلعِيْدِ) رواه البخاري
Apabila qurban wajib/nadzar maka bagikanlah seluruh daging qurban termasuk kulitnya kepada yang berhak menerimanya, si qurban sekeluarga/ serumah tidak boleh makan daging tersebut. Namun apabila qurban sunat, si qurban disunatkan untuk makan sebagian dari qurbannya dengan tujuan untuk memperoleh barokahnya.
Terkait dengan kulitnya, apabila qurban wajib/nadzar maka wajib dishodaqohkan seluruhnya, dan apabila qurban sunat, maka kulitnya bisa dimanfaatkan untuk tabir dinding, atau lapak atau lemek dan lain sebagainya, akan tetapi yang lebih utama dishodaqohkan semuanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga memerintahkan untuk membagikan kulit qurban dan melarang untuk menjualnya, lewat sabdanya:
مَنْ بَاعَ جِلْدَ أُضْحِيَتِهِ فَلاَ أُضْحِيَةَ لَهُ. رواه الحاكم
Artinya: “barang siapa menjual kulit qurbanya maka tidak ada qurban”.
Disebutkan dalam hadis nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abi Sa’id sebagai berikut:
وَلَا تَبِيْعُوْا لحُوُمَ اْلهَدْيِ وَاْلأُضَاحِي
Artinya: “janganlah kalian menjual daging hadiah dan daging qurban”.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Demikian mudah-mudahan yang menjadi panitia qurban atau yang diberi amanat untuk mengurusi qurban bisa melaksanakan dengan baik dan benar, begitu pula bagi peserta qurban, semoga ikhlas, hanya mencari ridlo Allah subhanahu wa ta’ala, mendapat balasan rizki yang lebih banyak lagi berkah, anak yang shalih/shalihah, terhindar dari bilahi dan musibah, sehingga meningkat iman dan ketakwanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala, amin ya robal alamin.
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ – لَنْ يَنَالُ اللهَ لُحُوْمُهَا وَلَادِمَآؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَكُمْ وَبَشِّرِ اْلمُحْسِنِيْنَ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
 اللهُ اَكْبَرْ –  اَللهُ أَكْبَرُ-  اَللهُ أَكْبَرُ-  اَللهُ أَكْبَرُ-  اَللهُ أَكْبَرُ-  اَللهُ أَكْبَرُ-  اَللهُ أَكْبَر.اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَالللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ. اْلحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ اْلأَعْيَادَ بِالْاَفْرَحِ وَالدُّرُوْرِ, وَضَاعَفَ لِلْمُتَّقِيْنَ جَزِيلَ اْلأُجُوْرِ, وَكَمَّلَ الضِّيَافَةَ فِيْ يَوْمِ اْلعِيْدِ لِعُمُوْمِ اْلمُؤْمِنِيْنَ بِسَعْيِهِمُ اْلمَشْكُوْرِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ العفو الغفور, وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ نَالَ مِنْ رَبِّهِ مَالَمْ يَنَلْهُ مَالِكٌ مُقَرَّبٌ وَلاَرَسُوْلٌ مُطَهَّرٌ مَبْرُوْرٌ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍالنَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ كَانُوْا يَرْجُوْنَ تِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَِثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ 
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ, وَاعْلَمُوْا ياَاِخْوَانِيْ رَحمِكُمُ اللهُ اِنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ يَتَجَلىَ الله ُفِيْهِ عَلَى عِبَادِهِ مِنْ كُلِّ مُقِيْمٍ وَمُسَافِرٍ فَيُبَاهِيْ لَكُمْ مَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَاهِيْمَ وَبَرِكْ عَلَى ِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ كَمَا بَرَكْتَ عَلَى سَيِّدِناَ اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ اِبْرَاهِيْمَ فِي اْلعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ, اَللَّهُمَّ ارْضَ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَْلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ اَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ اكْفِنَا شَرَّ الظَّالِمِيْنَ وَاكْفِنَا شَرَّ مَنْ يُؤْذِناَ بِجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ اِسْتَجِبَ دُعَائَنَا يَارَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ اكْسِفْ عَنَّا اْلبَلاَءَوَاْلغَلاَء َ وَاْلوَبَاءَ وَفَحْشَاءَ وَاْلمُنْكَرِ وَالْبَغْيَ وَالشَّدَائِدَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقْيْمَ الصَّلاَةِ وَمِنْ ذُرِّيَتِيْ رَبَّنَا وَتَقَبَلْ دُعَاءِ, رَبَّنَا اغْفِرْلِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُ, رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلاَدًا اَمِنَا وَرْزُقْ اَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ اَمَنَ مِنْهُمْ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْأَخِرِ, رَبَّنَا تَقَبَلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ, رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِناَ قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَاْجَعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامَا. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته ……

Tidak ada komentar:

Posting Komentar