Pages

Senin, 15 Juli 2013

156. ISTIGHATSAH



ISTIGHATSAH
 
۱- اَللَّهُمَّ صَلِّ صَلاَةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلاَمًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍنِالَّذِى تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِىْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ
1. Allaahumma shalli shalaatan kaamilatan wasallim salaaman tamman ‘alaa sayyidinaa Muhammadi nilladzii tanhallu bihil ‘uqad watan fariju bihil kurab watuqdhaa bihil  hawaaij watunaalu bihir raghaaib wahusnul hawaatim wayustasqal ghamaam biwajhihil kariim wa ‘alaa aalihii washahbihii fii kulli lamhatin wanafasin bi’adadi kulli ma’luumil lak.
٢- مَوْلَايَ صَلِّ وَسَلِّمْ دَائِمًاأَبَدًا عَلَى حَبِيْبِكَ خَيْرِ الْخَلْقِ كُلِّهِمِ . هُوَ الْحَبِيْبُ الَّذِيْ تُرْجَى شَفَاعَتُهُ لِكُلِّ هَوْلٍ مِنَ الْأَهْوَالِ مُقْتَحِمِ
2. Maulaaya shalli wasallim daaiman abadaa ‘alaa habiibika khairil khalqi kullihimi. Huwal habiibul ladzii turja syafaa’atuhuu  likulli haulin minal ahwaali muqtahimi.
۳- يَارَبِّ بِالْمُصْطَفَى بَلِّغْ مَقَاصِدَنَا . إِغْفِرْلَنَامَامَضَى يَاوَاسِعَ الْكَرَمِ
3. Ya Rabbi bil mushtafaa balligh maqaashidanaa. Ighfirlanaa maa madhaa yaa Waasi’al karami
٤- اَلصَّلاَةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ يَاسَيِّدِيْ يَارَسُوْلَ اللهِ خُذْبِيَدِيْ قَلَّتْ حِيْلَتِيْ أَدْرِكْنِيْ أَدْرِكْنِيْ أَدْرِكْنِيْ
4. Ashshalaatu wassalaamu ‘alaika yaa sayyidii yaa Rasuulallaah khudz biyadii qallat hiilati adriknii adriknii adriknii
٥- اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِدِنَامُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِدِنَامُحَمَّدٍ
5. Allaahumma shalli ‘alaa sayidinaa Muhammad wa’alaa ‘aali sayyidinaa Muhammad
٦- حَسْبُنَااللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ
6. Hasbunallaah wani’mal wakiil
٧- لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ
7. Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minadz dzaalimiin
٨- وَأُفَوِّضُ أَمْرِيْ إِلَى اللهِ إِنَّ اللهَ بَصِيْرٌ بِالْعِبَادِ
8. Wa ufawwidu amrii ilallaah innallaaha Basiirun bil ’ibaad
٩- كهيعص .كِفَايَتُنَا
9. Kaaf Haa Yaa ‘Aiin Shaad. Kifaayatunaa
- حم عسق . حِمَايَتُنَا
10. Haa Miim ‘Aiin Siin Qaaf. Himaayatunaa
۱۱- ق . وَالْقُرْآنِ الْمَجِيْدِ وِقَايَتُنَا
11. Qaaf . Wal quraanil majiid wiqaayatunaa
۱۲- اللهُ اللهُ رَبِّى لَاأُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
12. Allaah Allaahu rabbii laa usyriku bihii syai-an
۱۳- يَاحَبِيْبيْ يَارَحْمَنُ يَاوَهَّابُ يَا اللهُ
13. Yaa Habiibii ya Rahmaanu yaa Wahhaabu yaa Allaah
۱٤- يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ اَسْتَغِيْثُ
14. Ya Hayyu yaa Qayyuum birahmatika astaghiits
۱٥- يَالَطِيْفُ يَالَطِيْفُ يَالَطِيْفُ يَالَطِيْفُ
15. Yaa Latiifu Yaa Latiifu Yaa Latiifu Yaa Latiif
۱٦- اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
16. Alhamdulillaahi rabbil’ aalamiin
۱٧- لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ
17. Laa ilaaha illallaah

PENGERTIAN ISTIGHATSAH
Kata “istighatsah” استغاثة  berasal dari “al-ghauts”الغوث  yang berarti pertolongan. Dalam tata bahasa Arab kalimat yang mengikuti pola (wazan) “istaf’ala” استفعل  atau “istif’al” menunjukkan arti pemintaan atau pemohonan. Maka istighatsah berarti meminta pertolongan. Seperti kata ghufran غفران yang berarti ampunan ketika diikutkan pola istif’al menjadi istighfar استغفار  yang berarti memohon ampunan.
Jadi istighatsah berarti “thalabul ghauts” طلب الغوث  atau meminta pertolongan. Para ulama membedakan antara istghatsah dengan “istianah” استعانة, meskipun secara kebahasaan makna keduanya kurang lebih sama. Karena isti’anah juga pola istif’al dari kata “al-aun” العون  yang berarti “thalabul aun” طلب العون  yang juga berarti meminta pertolongan.
Istighatsah adalah meminta pertolongan ketika keadaan sukar dan sulit. Sedangkan Isti’anah maknanya meminta pertolongan dengan arti yang lebih luas dan umum.
Baik Istighatsah maupun Isti’anah terdapat di dalam nushushusy syari’ah atau  teks-teks Al-Qur’an atau hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam surat Al-Anfal ayat 9 disebutkan :
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ 
(Ingatlah wahai Muhammad), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu lalu Dia mengabulkan permohonanmu.” (QS. Al-Anfal : 9)
Ayat ini menjelaskan peristiwa ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memohon bantuan dari Allah subhanahu wa ta’ala, saat itu beliau berada di tengah berkecamuknya perang badar dimana kekuatan musuh tiga kali lipat lebih besar dari pasukan Islam. Kemudian Allah mengabulkan permohonan Nabi dengan memberi bantuan pasukan tambahan berupa seribu pasukan malaikat.
Dalam surat Al-Ahqaf ayat 17 juga disebutkan :
وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ
Kedua orang tua memohon pertolongan kepada Allah.” (QS. Al-Ahqaf : 17)
Yang dalam hal ini adalah memohon pertolongan Allah atas kedurhakaan sang anak dan keengganannya meyakini hari kebangkitan, dan tidak ada cara lain yang dapat ditempuh oleh keduanya untuk menyadarkan sang anak kecuali memohon pertolongan dari Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dari kedua cuplikan ayat ini, dapat disimpulkan bahwa istighatsah adalah memohon pertolongan dari Allah subhanahu wa ta’ala untuk terwujudnya sebuah “keajaiban” atau sesuatu yang paling tidak dianggap tidak mudah untuk diwujudkan.
Istighatsah sebenamya sama dengan berdoa akan tetapi bila disebutkan kata istighatsah konotasinya lebih dari sekedar berdoa, karena yang dimohon dalam istighatsah adalah bukan hal yang biasa biasa saja. Oleh karena itu, istighatsah sering dilakukan secara kolektif dan biasanya dimulai dengan wirid-wirid tertentu, sehingga Allah subhanahu wa ta’ala berkenan mengabulkan permohonan itu.
Istighatsah juga disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, di antaranya :
إنَّ الشَّمْسَ ‏تَدْنُوْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَبْلُغَ الْعَرَقُ نِصْفَ الْأُذُنِ, فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ اسْتَغَاثُوْا بِآدَمَ ثُمَّ ‏بِمُوْسَى ثُمَّ بِمُحَمَّدٍ
“Matahari akan mendekat ke kepala manusia di hari kiamat, sehingga keringat sebagian orang keluar hingga mencapai separuh telinganya, ketika mereka berada pada kondisi seperti itu mereka beristighatsah (meminta pertolongan) kepada Nabi Adam, kemudian kepada Nabi Musa kemudian kepada Nabi Muhammad.” (HR. Bukhari).
Hadits ini juga merupakan dalil dibolehkannya meminta pertolongan kepada selain Allah dengan keyakinan bahwa seorang nabi atau wali adalah sebab. Terbukti ketika manusia di padang mahsyar terkena terik panasnya sinar Matahari mereka meminta tolong kepada para Nabi. Kenapa mereka tidak berdoa kepada Allah saja dan tidak perlu mendatangi para nabi tersebut? Seandainya perbuatan ini adalah syirik, niscaya mereka tidak akan melakukan hal seperti itu.
Sedangkan isti’anah terdapat di dalam Al-Qur’an, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ
Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat...” (QS Al-Baqarah :  45)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar