Pages

Rabu, 07 Agustus 2013

157. AZAS DAN MAKSUD USAHA MASTURAH

WANITA SHALIHAH IDAMAN HATI

I. MAKSUD DAN TUJUAN MASTURAH DIKELUARKAN
1. MENJADI ALIMAH.
2. MENJADI ZAHIDAH.
3. MENJADI ‘ABIDAH.
4. MENJADI MURABBIYAH
5. MENJADI KHADIMAH.
6. MENJADI DA’IYAH.
II. AZAS USAHA MASTURAH.

I. MAKSUD DAN TUJUAN MASTURAH DIKELUARKAN
Usaha dakwah adalah tanggung jawab kita baik laki-laki maupun wanita tanpa kecuali. Dalam kerja dakwah mutlak kita harus melibatkan istri-istri dan wanita-wanita kita. Dalam kerja dakwah tidak cukup dengan anggapan yang penting istri kita sudah memperbolehkan kita ikut usaha dakwah saja, atau yang penting istri kita sudah senang dengan usaha dakwah, karena yang sesungguhnya diharapkan dari kita para pria adalah bagaimana kita membawa istri-istri dan wanita-wanita ahli keluarga kita supaya terlibat dan terjun langsung didalam usaha dakwah ini.
Seperti kita sering dengar begitu pentingnya wanita-wanita dilibatkan dalam usaha dakwah karena kalau kita mau melihat pada kenyataan yang ada jumlah wanita lebih banyak dari jumlah laki-laki mungkin bisa dua kali lipat bahkan bisa juga empat kali lipat. Jadi kalau hanya laki-laki saja yang ambil bagian dalam usaha dakwah ini artinya baru 25% usaha kita untuk mencapai keberhasilan dalam dakwah, tetapi kalau wanita-wanita dan istri-istri ikut terlibat dalam usaha dakwah ini maka keberhasilan bisa betul-betul mencapai 100%.
Kita juga dapat melihat bahwasanya anak-anak fitrahnya lebih dekat kepada ibu, karena memang sehari-hari waktu mereka habiskan dengan ibu-ibu mereka, sedangkan bapak-bapak mereka sibuk di luar rumah, baik untuk bekerja maupun untuk yang lainnya, sehingga anak-anak kita ini selama 24 jam waktunya akan di habiskan untuk berkumpul bersama ibunya.
Kalau wanita-wanita ambil bagian dalam dakwah maka gerak dakwah akan lebih leluasa, sering kita dengar kalau hanya laki-laki saja yang berdakwah agama hanya sampai keruang tamu, karena kita tidak bisa langsung berdakwah kepada wanita, tapi kalau wanita sudah ikut ambil bagian dalam usaha dakwah ini maka agama akan betul-betul masuk kedalam rumah bahkan sampai ke dapur, sampai ke sumur dan yang dasyatnya akan sampai “kekasur”.
Allah subhanahu wa ta’ala tidak pernah mengutus Rasul dari kalangan wanita, tapi apabila Allah hendak menurunkan hidayah pada suatu negeri maka Allah akan lihat sejauh mana wanita-wanita ambil bagian dalam kerja-kerja dakwah, sehingga kalau kita lihat Nabi-nabi yang istri-istri mereka ikut ambil bagian dalam kerja dakwah hidayah akan tercurah-curah (seperti istri Nabi Ibrahim ’alaihis salam dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam), begitu sebaliknya Nabi Nuh ‘alaihis salam berdakwah 950 tahun hanya 83 orang saja karena istri beliau tidak mendukung dalam kerja dakwah. Kalau hanya suami saja yang aktif dalam usaha dakwah tanpa di dukung oleh istrinya seperti burung hanya dengan 1 sayap.
Sekiranya istri kita tidak mendukung dalam usaha dakwah maka akan berakibat kita menjadi lemah dalam usaha dakwah, walau pun orang sekampung menolak kita tapi istri kita mendukung maka hati akan menjadi tenang, tapi sebaliknya walau pun orang sekampung mendukung tapi istri menentang maka suasana hati dan rumah kita menjadi panas, maka bisa kita lihat banyak pekerja dakwah yang lemah karena istri-istri mereka tidak mendukung dalam kerja dakwah.
Oleh karenanya penting sekali wanita di libatkan dalam usaha dakwah, karena wanita memiliki potensi dan kekuatan diantaranya :
·           Didalam memegang prinsip dan keyakinan wanita jauh lebih hebat di banding pria, karena kalau wanita sudah mendapatkan dan menyakini suatu prinsip maka dia akan bersungguh-sungguh memegang prinsip dan keyakinannya tersebut. Kita bisa lihat ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal dunia dan diawal-awal Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menjadi khalifah yang ketika itu banyak kaum muslim menjadi murtad tetapi ajibnya tak satu pun wanita yang murtad, dan kita juga bisa lihat manusia yang pertama kali habis-habisan untuk usaha agama adalah wanita yaitu Khadijah radhiyallahu ‘anha.
·           Wanita memiliki kekuatan untuk menyebarkan sesuatu, kalau kemampuannya itu digunakan untuk menyebarkan kebatilan maka kebatilan akan cepat tersebar begitupun kalau kemampuannya itu di gunakan untuk perkara agama maka agamapun akan mudah tersebar. Oleh karena itu bagaimana kita berusaha sekuat tenaga untuk kita membawa istri dan para wanita di keluarga kita agar terlibat dalam usaha dakwah ini.
·           Maksud kerja agama di kalangan wanita adalah agar wujudnya agama yang sempurna di rumah kita, sehingga kebahagiaan yang sempurna akan datang kepada kita sehingga kita dapat menjadikan rumah kita sebagai surgaku dengan terwujud agama yang sempurna.
·           Salah satu maksud masturah dikeluarkan adalah untuk membentuk fikir agama, karena setiap hari wanita selalu disibukkan dengan urusan rumah tangga sehingga fikirnya hari-hari hanya urusan dunia. Oleh karena itu dengan keluar di jalan Allah (jalan agama) diharapkan setelah pulang ke rumah dapat membawa fikir agama untuk bekal menghadap Allah subhanahu wa ta’ala, sehingga akan menjadikan wanita tersebut asbab hidayah dengan beberapa amalan yang perlu wujud dalam rumah. Yang dikehendaki bagaimana seluruh wanita di dunia :
1. MENJADI ‘ALIMAH.
Yaitu wanita yang berilmu dengan menjaga ta`lim secara istiqamah.
·      Ta`lim adalah perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan salah satu sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
·      Ta`lim adalah ruh agama
·      Ta`lim ini merupakan salah satu pintu gerbang masuknya agama ke dalam rumah.
·      Keberhasilan masturah bukan diukur berapa lama keluar di jalan Allah, tetapi keberhasilan masturah sejauh mana menjalankan ta’lim harian di rumahnya dan ta’lim mahalah. Dengan istiqamah dalam ta’lim, baik masail dan fadhail, maka istri akan jadi cakap, pandai, dan faham ilmu agama.
·      Taklim di rumah adalah usaha awal kerja agama dikalangan wanita, apabila kita telah membuat dan menghidupkan taklim di rumah maka ini seolah-olah kita telah mempersilahkan agama masuk kerumah kita.
·      Apabila di rumah kita ada taklim yakni dibacakan firman Allah subhanahu wa ta’ala dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka ini seolah-olah istri dan anak-anak kita setiap harinya mendapatkan nasehat langsung dari Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya. Sehingga ahli keluarga kita akan lembut dan ada kegairahan beramal serta ada kerinduan terhadap kampung akhirat dan bahkan ahli keluarga kita ada semangat untuk berjuang dan berkorban untuk agama Allah subhanahu wa ta’ala.
2. MENJADI ZAHIDAH.
Yaitu wanita yang hidup secara sederhana.
·      Hidup sederhana adalah salah satu sunnah cara hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
·      Dengan hidup sederhana hisab akan mudah dan ringan
·      Hidup sederhana didalam berpakaian, makanan, perumahan, perabotan, penampilan, kendaraan, gaya hidup, pernikahan dan lain sebagainya, sehingga akan wujud kehidupan sahabiyah di rumah kita.
·      Kehidupan dan rumah para sahabiyah sangat sederhana, bahkan seumur hidupnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah memakan tepung yang halus dan Aisyah radhiyallahu ‘anha selama menjadi istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hanya mempunyai pakaian baru cuma dua kali saja.
·      Para sahabiyah dan istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan segala perkerjaan rumah tangga sendiri sampai-sampai Fatimah radhiyallahu ‘anha anak dari junjungan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu dalam keadaan yang sangat memprihatinkan padahal dia adalah putri kesayangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu melalui usaha dakwah ini kita mengharapkan istri-istri kita mencontoh kehidupan para sahabiyah.
3. MENJADI ‘ABIDAH.
Yaitu  wanita yang ahli ibadah.                               
·      Menjaga shalat di awal waktu
·      Menjaga dzikir pagi dan petang
·      Semua pekerjaan rumah selalu diiringi dengan berdzikir dan doa-doa masnunah sehingga istri kita dapat membantu kita menarik pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala, bahkan nanti sampai pada tahapan istri kita selalu menyelesaikan setiap masalah langsung kepada Allah subhanahu wa ta’ala melalui amalan.
·      Istiqamah membaca Al-Qur`an minimal 1 juz setiap hari dan berusaha untuk selalu mengkhatamkannya
·      Rajin menjaga shalat-shalat nawafil atau shalat sunnat (seperti shalat tahajjud, dhuha, hajad, taubat, rawatib dan sebagainya)
·      Puasa wajib dan puasa sunnat
·      Serta gemar bershadaqah.
4. MENJADI MURABBIYAH.
Yaitu wanita sebagai guru yang mendidik anak – anak secara Islam sesuai dengan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
·      Karena anak adalah amanah dari Allah subhanhu wa ta’ala
·      Tarbiyatul adab : jaga ada-adabnya
·      Tarbiyatul jasad : jaga badan, pakaian dan makanan
·      Tarbiyatul wiladhah : jaga setelah melahirkan
·      Tarbiyatud diin : jaga agamanya, kenalkan agama sejak anak-anak masih kecil, latih untuk selalu takut hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala, tanamkan pada anak Cinta Allah dan RasulNya, cinta saudara dan lain-lain.
·      Kalau kita melihat generasi sahabat, maka pada saat umur 18 tahun sampai 20 tahun seperti Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu dan Thariq bin Ziyad radhiyallahu ‘anhu, mereka sudah sanggup membawa pasukan yang jumlahnya puluhan ribu untuk menyebarkan agama keluar negeri.
·      Namun kalau kita melihat keadaan hari ini sangat berbeda jauh sekali, dimana anak-anak kita yang sudah berumur 20 tahun, hanya bisa kongko-kongko menghabiskan harta orang tuanya, bahkan yang terparah mereka sudah tak mengetahui lagi maksud hidup mereka, bahkan sudah tak mempunyai cita-cita untuk menyebarkan agamanya. Maka disinilah peran istri kita untuk mendidik dan membina anak-anak kita supaya menjadi generasi-generasi pilihan; Alim-alimah, Hafidz-hafidzah, Shaleh-shalehah, Dai-daiyah.

5. MENJADI KHADIMAH.
·      Yaitu wanita yang selalu berkhidmat untuk suami dan anak – anak dalam setiap menunaikan keperluan dan kebutuhan suami dan anak-anak serta setiap tamu yang datang ke rumah dengan ikhlas karena Allah subhanhu wa ta’ala.
·      Demikian pula istri kita menjadi khadimah (berkhidmad), dalam membantu melayani dan mendorong suami keluar dijalan Allah subhanahu wa ta’ala atau untuk kerja-kerja agama.

6. MENJADI DA’IYAH.
Yaitu wanita yang mengajak manusia untuk selalu ta`at kepada Allah subhanhu wa ta’ala dan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan menanamkan iman yakin kepada kampung akhirat, dan lain-lain.
·      Istri harus memahami konsep kerja da’wah suaminya
·      Istri harus tahu jadwal suaminya dalam kerja da’wah
·      Tak satupun wanita yang masuk ke rumahnya, melainkan mereka tahu dan faham akan kepentingan agama. Artinya istri kita setiap bertemu dengan wanita lain, maka yang dibicarakan terlebih dahulu mengenai pentingnya agama.
·      Pada dasarnya istri-istri sering kali berfikir atas hal-hal yang menyusahkan dirinya (beras belum habis sudah pusing mikirin beras untuk besok). Demikian pula istri mudah menangis (anak yang sakit dia yang menangis), maka kalau mereka gunakan tangisan dan risau dia, maka hal tersebut sangat kuat untuk menarik pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan kekuatan itu dia akan membujuk wanita-wanita yang datang kerumah kita untuk ambil bagian dalam usaha atas agama
·      Medan kerja da’wah wanita adalah dirumah, sehingga tercetak rumah-rumah sebagaimana rumahnya sahabiyah. Dhahirnya istri kita ada di rumah, tetapi sesungguhnya mereka memikirkan, merisaukan dan mendoakan rumah-rumah yang ada di seluruh dunia agar hidup amalan agama.
II. AZAS USAHA MASTURAH.
5 tertib umum masturah dan persiapan masturah keluar di jalan Allah :
1.  Menggunakan garis taqwa, bukan garis fatwa ( memakai full hijab / purdah )
2.  Tidak ada amir untuk masturah, amir hanya dari kaum laki-laki
3. Tanggung jawab masturah adalah tanggung jawab semua jumidar atau penanggung jawab ( oleh karena itu jumidar harus tahu kerja masturah )
4.  Kerja masturah harus terkontrol dan terkendali
5.  Semua kerja masturah hanya boleh berjalan dengan hasil musyawarah laki-laki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar