Meninggalnya putra angkat Ketua Umum
Partai Hanura, Wiranto, yang bernama Zainal Nur Rizki di Afrika Selatan membawa
berbagai informasi mengenai dakwah Jamaah Tabligh di Benua Hitam tersebut. Zainal
yang menimba ilmu keislaman belajar di Darul Uloom Zakariyya, sebuah pesantren
yang berafiliasi pada Jamaah Tabligh asal India.
Diberitakan Hidayatullah, Darul
Uloom Zakariyya, Johanesburg, Afrika Selatan didirikan oleh ulama hadits,
Syaikh Maulama Muhammad Zakariya Kandhalawi pada tahun 1981 (1402 H),
saat kunjungannya ke Afrika.
Syaikh Maulana Muhammad Zakariya
Kandhalawi rahmatullah ‘alaih adalah
seorang ulama Sunni bermadzhab Hanafi, lahir 2 Februari 1898 di Kandahla dan
meninggal 24 Mei 1982 di Madinah. Ia merupakan keponakan dari pendiri Jamaah
Tabligh, Syaikh Maulana Muhammad Ilyas rahmatullah
‘alaih. Jalur nasabnya bersambung hingga Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.
Karya tulisnya yang terkenal adalah
kitab Fadhilah Amal, Fadhilah Ramadhan, Fadhilah Shadaqah, Fadhilah Shalat,
Syarah Muwatha’ Imam Malik, Syarah Syamail Imam At Tirmidzi, Hayatush Shahabat,
dan kumpulan tulisan Aujaz Masalik (fiqih dalam Madzhab Maliki).
Sebagaimana dikutip laman darulfiqh.com,
di tanah seluas 24 hektar di di pinggiran Lenasia saat ini Darul Uloom
memiliki 715 siswa, dengan 300 siswa lokal dan sisanya dari 56 negara. 300
siswa belajar untuk menjadi hafidz sementara sisa siswa belajar untuk menjadi
ulama.
Lembaga Darul Uloom yang berafiliasi
pada Jamaah Tabligh ini memiliki 5 jurusan;
1. Hifdhul-Qur’an (Menghafal Al-Qur’an)
2. Aalimiyah (Studi Fikih dan
Ilmu Islam)
3. Tajwid dan Qira’aat (Ilmu Al Quran,
Qira’aah Sab’ah dan Asyarah)
4. Ifta’ (Spesialisasi dalam
Ilmu Fikih dan Penelitian Islam)
5. Adab
Selain belajar klasikal, Darul Uloom
juga mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam Tabligh dan Jaula
Maqamiyah (kunjungan lokal) yang dilakukan setiap hari Kamis setelah Ashar,
Jaula Intiqaliyah (kunjungan ke lingkungan sekitar) berlangsung pada
hari Ahad dan siswa juga didorong untuk pergi keluar selama akhir pekan untuk
jangka waktu 24 jam serta selama liburan untuk waktu yang cukup lama.
Putra
Angkat Wiranto Menghafal Al Quran di Pesantren Jamaah Tabligh Afrika Selatan
Zainal Nur Rizki, putra angkat Ketua
Umum Partai Hanura, Wiranto, yang meninggal Rabu 29 Mei 2013, berangkat ke
Afrika Selatan untuk belajar Islam di pondok pesantren milik Jamaah Tabligh.
Diceritakan Wiranto, putranya itu
pernah kuliah satu semester di Fakultas Hukum UGM (Universitas Gadjah
Mada) Yogyakarta. Tapi tidak melanjutkan karena tertarik untuk belajar agama.
“Akhirnya Ia ambil
keputusan bahwa Ia lebih baik mendalami agama dulu, merasa ada yang salah
selama ini dalam hidupnya. Ia minta izin untuk pindah ke sekolah agama. Lalu
mencari tempat belajar agama terbaik untuk pendalamam Al Quran,” kata Wiranto,
seperti dilansir Detik.
Zainal pergi ke Afrika Selatan untuk
menghafal Al Quran dan memilih pesantren Darul Ulum Zakariyya. Dia baru belajar
selama dua tahun disana. Darul Ulum Zakariyya adalah salah satu tempat terbesar
pusat pengajaran Islam Jamaah Tabligh. Pendiri pesantren tersebut adalah
seorang warga Afrika Selatan keturunan India.
Menurut politisi Yuddy Chrisnandi,
Zainal baru saja menikah bulan Maret 2013 yang lalu.
“Zainal Nur Rizki putra bungsu Pak
Wiranto usianya masih 23 tahun dan baru menikah Maret lalu di Afrika Selatan.
Dinikahkan oleh Pak Wiranto dan Ibu,” kata Yuddy.
Sementara itu KH. Yusuf Supendi
menyatakan bahwa almarhum Zainal yang sedang dalam proses belajar Al Quran
berarti wafat fi sabilillah.
“Almarhum Zainal Nur Rizki wafat fi
Sabilillah, karena almarhum berada di Afrika Selatan dalam rangka menuntut ilmu
dan mendalami Al Quran al Karim dengan bimbingan umat Islam keturunan India,”
jelas Yusuf Supendi kepada itoday.
Menurut Yusuf Supendi, almarhum Zainal,
baru menjalani studi Al Quran di Johanesburg, Afrika Selatan, selama dua tahun.
“Masih perlu waktu lima tahun lagi bagi almarhum untuk menyelesaikan studinya,”
ungkap Yusuf Supendi.
Sosok
Putra Angkat Wiranto di Mata Ibundanya
itoday.co.id
Kehilangan anak untuk selama-lamanya
menimbulkan kesedihan tersendiri bagi seorang ibu. Rughaiyah Usman kini hanya
bisa mengenang dan menceritakan kembali sosok putra satu-satunya yang baru saja
meninggal.
“Dia sebagai anak
apalagi laki-laki tentunya baik, kadang-kadang bandel, kan biasa. Tapi pada
akhirnya dia memilih untuk sekolah di UGM dan ikut kakak iparnya siar agama.
Dia tertarik mendalami agama, ” ujar Rughaiyah Usman yang akrab disapa
Uga Wiranto selepas acara pengajian di kediamannya di Jl Palem Kartika 21,
Bambu Apus, Jakarta Timur, Rabu (29/05/2013), seperti dikutip Detik.
Dua minggu yang lalu, Zainal sempat
pulang untuk mengurus perpanjangan paspornya. Saat itu tiba-tiba Inal –sapaan
akrab Zainal– meminta untuk mencucikan kaki bapak dan ibunya. Tanpa menaruh
perasaan apa-apa, Uga dan Wiranto mengizinkan putranya untuk mencuci kaki
mereka.
“Pada saat dia
memilih menikah, istrinya usia 15 tahun, mereka belum pernah bertemu, belum
pernah melihat mukanya, rela untuk dimintakan orang tua melamar istrinya. Baru
saja menikah kemarin. Itu yang membuat saya terhibur, dia sudah sempurna, dari
kecil dewasa dan sempat melaksanakan menikah,” jawab Uga ketika
ditanya kenangan yang paling membekas tentang Zainal.
Zainal menikah pada 13 Maret 2013. Dia
menikahi Salsabila yang saat itu baru berusia 15 tahun. Mereka melangsungkan
pernikahan di Afrika Selatan.
“Dia senang nyanyi, baca puisi dan baca
Al Qur’an. Meski belum hafal Al Qur’an, dia setiap hari menghafal
hadits-hadits, dia juga belajar bahasa Urdu dan Arab,” kenang istri
purnawirawan TNI itu.
Zainal kecil belajar di SD Al
Azhar, setelah itu dia melanjutkan ke SMP Sudirman. Di tengah perjalanan
masa SMP, Zainal pindah ke Sentul Boarding School. Masa SMA dihabiskannya untuk
bersekolah di SMA Lab School Rawamangun.
Inal pernah mengenyam pendidikan di
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Selama 1 semester dia belajar Ilmu Hukum
Internasional. Akhirnya Zainal Nur Rizki memutuskan untuk memperdalam ilmu
agama di Perguruan Tinggi Ilmu Agama Islam Darul Uloom Zakariyya, Johanesburg,
Afrika Selatan, milik Jamaah Tabligh.
Putra
Wiranto Meninggal di Afrika Selatan
liputan6.com
Putra ketiga Ketua Umum Partai Hanura
Wiranto, Zainal Nurrizki (23) meninggal dunia hari ini di Afrika Selatan,
demikian diberitakan Inilah.
“Iya saya juga dapat
SMS dari Sekretaris Pak Wiranto, katanya meninggal di Afrika Selatan,” kata Ketua DPP
Partai Hanura, Syarifudin Suding saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu
(29/5/2013).
Suding mengaku sudah mendapatkan
informasi itu dari rekan-rekannya di DPP Hanura. Namun dia belum mengetahui
secara pasti penyebab meninggalnya anak ketiga Wiranto tersebut. “Saya belum dapat informasi lebih detail,
sakit apa dan bagaimana,” ujarnya.
Yusuf Supendi, yang kini bergabung ke
Partai Hanura menyatakan bela sungkawa atas meninggalnya salah satu anak Ketua
Umum Partai Hanura Wiranto, Jumat 29 Mei 2013. Almarhum yang bernama Zainal
Nurrizki wafat dalam usia yang masih muda, yakni 23 tahun.
“Inna lillahi wainna
ilaihi raji’un. Turut berduka. Semoga amal ibadah almarhum, putra ketiga Bapak
H Wiranto dan Ibu Hj Uga diterima Allah subhanahu wa ta’ala dengan balasan
surga di sisi-Nya,”
kata Supendi. Zainal meninggal di Afrika Selatan, dan saat ini telah dimakamkan
di sana.
Supendi menyatakan, “Zainal berada di Afsel dalam rangka
menuntut ilmu. “Ia mendalami Alquran dengan bimbingan umat Islam keturunan
India di sana. Studinya baru berjalan dua tahun. Perlu lima tahun lagi untuk
tamat. Namun Allah berkehendak lain,” kata Supendi.
Ia yakin Allah memberikan jalan yang
terbaik bagi putra bungsu Wiranto itu. “Semoga
almarhum menjadi aset pemberi syafaat bagi kedua orangtua almarhum. Semoga
keluarga sabar dan meyakini bahwa syafaat akan diberikan almarhum pada hari
pembalasan kelak,” ujar Supendi.
Supendi meminta semua pihak memaafkan
kesalahan Zainal semasa hidupnya. Ia juga meminta Wiranto dan keluarga untuk
ikhlas melepas kepergian Zainal.
Mengintip Pesantren Tempat
Putra Wiranto Berguru
Darul Uloom Zakariyya jadi tempat belajar anggota Jamaah Tabligh.
Pesantren Darul Uloom Zakariyya, Afrika Selatan (Wikipedia)
VIVAnews - Zainal Nur
Rizky, putra bungsu Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, meninggal dunia di
Johanesburg, Afrika Selatan, Rabu 29 Mei 2013. Dia menghadap Yang Kuasa saat
sedang menuntut ilmu agama di Perguruan Tinggi Agama Islam Darul Uloom
Zakariyya, Afrika Selatan.
Perguruan Tinggi ini adalah satu dari
banyak tempat para pengikut Jamaah Tabligh memperdalam ilmu agama mereka,
selain di India dan Pakistan. Pesantren modern dengan luas 9,7 hektar ini terletak
di tengah bekas lahan pertanian yang sejuk di Lenasia.
Melansir dari darulfiqh.com, pesantren
ini pertama kali didirikan pada tahun 1983. Nama Zakariyya diambil dari nama
ulama Tabligh yang terkenal kala itu Sheikh Maulana Muhammad Zakariyya Kandhelwi.
Sheikh Zakariyya mengunjungi Afrika Selatan pada tahun 1981 dan meminta doa
dari para
pengikut Tabligh untuk mendoakan pembangunan Darul Uloom di negara itu.
pengikut Tabligh untuk mendoakan pembangunan Darul Uloom di negara itu.
Awal berdiri perguruan tinggi ini
dipimpin oleh Qori Addul Hamid dari Panoli, India, tahun 1986. Tahun pertama,
hanya ada 35 santri. Karena belum lengkapnya fasilitas, kala itu para santri
belajar di bawah pohon dan tidur di sebuah rumah besar. Perkembangan perguruan
ini sangat pesat, seiring bertambahnya pengikut Jamaah Tabligh di seluruh dunia.
Menurut data tahun 2011 lalu, ada
sekitar 715 santri di perguruan tinggi ini. Hanya 300 yang berasal dari Afsel,
sisanya dari 56 negara yang berbeda, termasuk Indonesia. Ada lima fakultas yang
tersedia, yaitu Hifdhul-Qur'an (Menghafal Al-Qur'an), Aalimiyah (Studi Fikih
dan Ilmu Islam), Tajwid dan Qira'aat (Ilmu al-quran, Qira’aah Sab’ah dan
Asyarah), Ifta' (Spesialisasi
dalam Ilmu Fikih dan Penelitian Islam) serta Sastra Arab.
dalam Ilmu Fikih dan Penelitian Islam) serta Sastra Arab.
Sejak didirikan hingga 2011, perguruan
tinggi ini telah melahirkan ribuan tahfidz (penghafal Al-Quran), 619 ulama, 137
qori.
Sekilas
Mengenai Jamaah Tabligh
Jamaah Tabligh adalah salah satu
organisasi keagamaan terbesar dengan anggota lebih dari 10 juta orang di 200
negara. Gerakan ini didirikan tahun 1926 oleh Muhammad Ilyas bin Muhammad
Isma'il Al-Hanafi Ad-Diyubandi Al-Jisyti Al-Kandahlawi di Mewat, India.
Markas besar mereka terletak di daerah
Nizhamuddin, Delhi, India. Markas kedua di Raywind, sebuah desa di Lahore,
Pakistan. Markas ketiga di kota Dakka, Bangladesh. Misi mereka adalah
menyebarkan dakwah Islam dan mengajak masyarakat mengamalkan ajaran Islam.
Ada enam asas dan landasan gerakan
ini. Pertama, merealisasikan kalimat 'Laa Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah'.
Kedua, Shalat dengan Penuh Kekhusyukan dan Rendah Diri. Ketiga, keilmuan yang
Ditopang dengan Dzikir. Keempat, menghormati Setiap Muslim. Kelima, memperbaiki
niat. Dan keenam, dakwah dan khuruj (keluar berdakwah) di jalan Allah.
Di Indonesia, gerakan ini bisa
dikenali dengan surban dan gamisnya. Mereka biasa mengunjungi mesjid-mesjid di
tanah air untuk berdakwah ketika khuruj (keluar berdakwah).
Khuruj versi jamaah Tabligh biasanya
dilakukan selama empat bulan untuk seumur hidup, 40 hari pada tiap tahun, tiga
hari setiap bulan, atau dua kali berkeliling pada tiap minggu. Yang pertama
dengan menetap pada suatu daerah dan yang kedua dengan cara berpindah-pindah
dari suatu daerah ke daerah yang lain.
Sumber http://dunia.news.viva.co.id