Pages

Jumat, 07 September 2012

55. USAHA NUBUWAH VS USAHA HUKUMAH (1)


 vs

Allah berfirman :
إِنَّ اللَّـهَ لَا يُغَيِّرُ‌ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُ‌وا مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَ‌ادَ اللَّـهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَ‌دَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ ﴿١١
“…Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar Ra’du : 11)
Allah subhanahu wa ta’ala baru mau membantu suatu kaum untuk berubah dari keadaan buruk menjadi keadaan baik setelah kaum itu mau berusaha untuk merubah kehidupannya sendiri. Allah akan mendatangkan perbaikan pada suatu kaum jika kaum itu mau buat usaha perbaikan. Apa yang harus diperbaiki pertama kali yaitu kondisi agamanya, karena baik atau buruknya manusia tergantung pada kondisi agama yang ada diri mereka. Sedangkan Agama ini adalah solusi yang Allah berikan untuk menyelesaikan seluruh masalah manusia sampai hari kiamat.
Di dunia ini hanya ada 2 macam usaha :
1.    Usaha Hukumat atau yang disebut sebagai Usaha atas Pemerintahan
2.    Usaha Nubuwat atau yang disebut sebagai Usaha atas Agama atau Usaha atas Amal Manusia
Usaha Hukumat ini adalah suatu usaha atas perbaikan jasad atau fisik manusia. Contohnya seperti perbaikan jalan, kendaraan, perdagangan, pakaian, makanan, dan perkawinan. Caranya dengan membuat peraturan atau perundang-undangan, didukung dengan usaha atas perbaikan kebendaan atau fisik manusia. Natijah atau hasil dari usaha ini adalah hubungan struktural, kasta, dan status sosial seperti atasan dan bawahan, orang miskin dan kaya, kuat dan lemah, orang baik dan orang jahat. Sehingga akan terjadi saling tuntut menuntut hak, menimbulkan budaya kebencian dan permusuhan. Targetnya bagaimana semua orang bisa taat pada pemerintah namun secara ekonomi kebutuhan mereka terpenuhi.
Usaha Nubuwah adalah suatu usaha atas hati manusia agar mau taat kepada seluruh perintah Allah. Contohnya mengajak manusia mendirikan shalat, berpuasa, membayar dzakat, dan naik Haji. Caranya dengan mengenalkan Allah kepada manusia yaitu melalui dakwah. Dengan demikian, manusia akan mudah melakukan ketaatan kepada Allah. Natijah dari Usaha Nubuwat ini adalah Ketaqwaan, Keimanan, dan Penghambaan yang benar kepada Allah. Sehingga yang timbul adalah Suasana Amal, Persatuan diantara umat islam, dan persaudaraan yang kuat, seperti di jaman Rasullullah Saw.
Sekarang dimana-mana ada keinginan umat islam untuk memiliki pemerintahan yang adil, yang menjalankan syariat islam, inilah cita-cita dari umat. Tapi masalahnya perjuangan kearah itu mereka tidak pahami, mereka menggunakan cara sendiri. Mereka memilih orang-orang dengan mendirikan partai, memilih di Pemilu, dan sebagainya. Mereka memilih orang-orang yang menurut pendapat mereka dan menurut pemikiran mereka bisa adil dan bisa amanah. Ternyata dari pengalaman setelah terpilih orang yang mereka anggap baik, taunya sama saja. Ini karena adanya pemerintah yang adil bukan dengan cara seperti itu walaupun itu adalah salah satu cara saja untuk mencapai tujuan yang diinginkan manusia.
Menurut Al Quran dan Hadits, apabila umat ini taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala, menjalankan agama secara sempurna, maka Allah akan turunkan rahmat diantaranya Allah akan angkat pemerintahan yang adil. Jadi pemerintahan yang adil ini adalah karunia dari Allah subhanahu wa ta’ala kepada masyarakat yang taat kepada Allah. Namun jika masyarakat ini mungkar, tidak taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka Allah akan turunkan adzab, berdasarkan Al Quran dan Hadits, salah satu adzab itu adalah Allah akan angkat pemerintahan yang tidak adil, yang dzalim dan yang khianat.
Kita ini mau berusaha mendirikan pemerintah yang adil ditengah-tengah masyarakat yang tidak taat pada Allah, yang mungkar, ini sama dengan melawan sunnatullah. Tidak mungkin terjadi dan tidak pernah terjadi. Walaupun ada orang baik yang menjadi pemimpin tapi kalau dakwah tidak ditegakkan dan ummat tetap dalam keadaan rusak, maka orang yang baik yang terpilih menjadi pemimpin akan ikut jadi rusak juga. Ini karena sudah menjadi ketetapan Allah subhanahu wa ta’ala kalau manusia tidak taat, maka Allah akan menghukum, diantaranya dengan mengangkat pemerintahan yang dzalim. Namun jika masyarakatnya taat kepada Allah sebagai rahmat dari Allah, maka Allah akan angkat pemerintahan yang adil. Jadi karena kita tidak paham kepada agama, perjuangan-perjuangan menuju arah situ, bukan pada arah yang benar, tetapi berada pada arah yang salah.
Hari ini ada juga yang ingin menegakkan yang Haq, dengan cara menghapuskan kebathilan yaitu dengan cara diperangi, dibunuhin, tempat-tempat mereka dihancurkan. Ini bukanlah yang dicontohkan oleh Nabi shallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Nabi shallahu ‘alaihi wasallam diutus bukan untuk membunuh orang-orang penyembah berhala atau peminum arak. Pada waktu itu oang-orang arab adalah para penyembah berhala dan peminum arak, berbagai macam pelanggaran dan kemakiatan dilakukan mereka, tapi Nabi shallahu ‘alaihi wasallam tidak diperintahkan untuk membunuh mereka. Namun yang dilakukan Nabi shallahu ‘alaihi wasallam adalah bermujahaddah berdakwah mengajak mereka kepada Iman dan taat kepada Allah. Kemudian Allah memberikan mereka Hidayah dan kepahaman agama. Sehingga yang tadinya penyembah berhala dan peminum arak menjadi orang-orang yang taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Demikianlah apabila mata hati kita tidak terbuka untuk memahami agama sering terjadi kesalah pahaman. Memang diantara perintah Allah dalam Al Quran salah satunya adalah berperang dengan orang kafir. Namun timingnya harus diperhatikan, karena kata ulama :
“Al Qital qabla Dakwah kas shalah Qabla Wudhu”
Artinya : “Berperang membunuh orang kafir tanpa dakwah seperti sholat tanpa wudhu”
Kalau kita shalat tanpa wudhu tidak akan diterima. Walaupun tingginya nilai shalat tapi kalu tanpa wudhu maka tidak akan diterima. Katakanlah Jihad berperang itu tinggi nilainya disisi Allah tetapi kalau tidak ditegakkan dakwahnya, makanya tidak akan diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Tidak ada Nabi yang diutus oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk langsung membunuh orang kafir, membunuh para ahli maksiat, tetapi di dakwah terlebih dulu.
Apa yang terjadi di kita hari ini sebagai hukuman dari Allah kepada kita,dari Tsunami Aceh, Gempa Padang, Gempa Cianjur, Gempa Jogya, Tanah Longsor, dan lain lain. Untuk menghilangkannya, kita hari ini tidaklah menggunakan jalan yang benar. Kita gunakan jalan kejahilan dengan ketidak pahaman sehingga sering tidak berhasil. Sering kita dengar harga barang naik dimana-mana, apa yang dilakukan umat islam ? mereka berdemo tiap hari, supaya harga turun, sehingga timbulah keributan dan kekacauan-kekacauan. Namun harga tetap tidak turun-turun. Jika kita pandang semua ini dengan kacamata Iman, naiknya semua harga di dunia ini atau di suatu negeri bukan kerja pemerintah tapi kerja Allah subhanahu wa ta’ala. Semuanya diatur oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dari harga yang penting-penting sampai yang kecil-kecil di pasar dari cabe, gula, garam, semuanya atas izin dan ketentuan Allah subhanahu wa ta’ala.
Tidak ada harga yang naik bukan dari ketentuan Allah subhanahu wa ta’ala, hakekatnya semuanya atas ketentuan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Apa yang menyebabkn harga naik ini karena nafsu manusia yang berlebihan sehingga melebihi stock yang sehingga harga naik. Inilah lifestyle manusia yang hidup berlebihan dan boros, sementara Allah meminta kita untuk hidup sederhana. Bisa juga harga pangan naik, dikarenakan gagal panen yang disebabkan karena adanya gempa, kemarau yang berkepanjangan, dan lain-lian. Jadi ini semua perubahannya ada ditangan Allah pengaturannya. Namun Allah subhanahu wa ta’ala memberikan pelajaran melalui Al Quran dan Hadits asbab-asbabnya.
Nasehat Agama :
“Setiap Keadaan yang terjadi ini berubah-ubah menurut amal kita. Keadaan yang baik lahir dari amal yg baik. Keadaan buruk lahir dari amal yang buruk. Jadi baik buruknya keadaan tergantung dari amalan kita. Jangan sampai kita tertipu atau salah bergantung. Hanya Allah yang bisa selain Allah tidak bisa apa-apa. Laa Haula walaa Quwwata Illaa Billaah. Allah subhanahu wa ta’ala saja yang mampu memberikan manfaat dan mudharat atas sesuatu. Mahluk tidak bisa memberikan manfaat ataupun mudharat tanpa seizin Allah subhanahu wa ta’ala. Jagalah Allah maka Allah akan menjaga kita”
Bagi Allah mudah saja memberikan kebaikan kepada manusia jika amal-amal mereka baik. Seperti kisah Nabi Musa ‘alaihis salam dengan Bani Israil sewaktu mereka tersesat di lembah yang kering kerontang, tidak ada tempat atau bangunan untuk bernaung, tidak ada makanan untuk dimakan, tidak ada air untuk diminum. Mereka 40 tahun tersesat di lembah itu, tidak ada jalan keluar. Allah beri pertolongan kepada Nabi Musa dan Bani Isaril karena perjalanan mereka dalam rangka menolong agama Allah. Bagaimana Allah menolong mereka ? yaitu Allah perintahkan awan untuk menaungi mereka dari sengatan sinar matahari. Selama 40 tahun awan Allah kirim untuk menaungi Bani Israil, sehingga mereka terselamat dari sengatan matahari.
Walaupun mereka tidak punya rumah, tidak punya tempat bernaung, tetapi karena mereka sibuk memperjuangkan agama Allah, maka Allah selesaikan masalah mereka. Lalu bagaimana dengan makanan, di Al Qur’an diceritakan bagaimana Allah menyelesaikan masalah ini, yaitu Allah turunkan daripada langit makanan dari surga, Manna dan Salwa. Bani Israil di supply oleh Allah selama 40 tahun makanan turun dari langit, tanpa kerja, tidak ada pabrik, tidak ada pertanian, tidak ada apa-apa. Makanan di supply oleh Allah dari langit selama 40 tahun, bukan 1 atau 2 hari tetapi 40 tahun, untuk bani Israil tanpa mereka harus mengerjakan apa-apa, karena mereka sibuk memperjuangkan agama Allah subhanahu wa ta’ala.
Lalu bagaimana Allah menyelesaikan masalah krisis air, kekurangan air minum, yaitu dengan memerintahkan Musa ‘alaihis salam untuk memukulkan tongkatnya kepada batu yang kering. Sehingga dari batu yang kering ini terpancarlah 12 mata air keluar dari batu tersebut selama 40 tahun tidak berhenti mengeluarkan air. Selama 40 tahun Bani Israil tidak pernah kekurangan air. Lalu datanglah krisis pakaian, kekurangan pakaian dan tidak adanya bahan untuk membuat kain. Ini karena pakaian hanya layak pakai untuk beberapa tahun saja setelah itu rusak. Bagaimana Allah selesaikan masalah ini yaitu Allah buat baju yang mereka kenakan awet, tidak rusak-rusak selama 40 tahun.
Lalu bagaimana dengan bayi-bayi yang baru lahir, disini Allah subhanahu wa ta’ala buat semua bayi yang lahir dari perut seorang ibu Bani Israil sudah terlahir dengan mengenakan pakaian ketika keluar dari perut ibunya. Lalu bagaimana ketika bayi itu beranjak besar, maka dengan kuasa Allah seiring dengan pertumbuhan badan bayi maka bajupun membesar mengikuti pertumbuhan bayi tadi. Semua kebutuhan pokok mereka selama 40 tahun terpenuhi sehingga mereka hidup dalam keteduhan, makanan yang cukup, air yang tidak pernah kering, dan baju yang awet.
Kata ulama ini semua sengaja Allah ceritakan kepada kita untuk diambil sebagai pelajaran, agar kita jangan takut dengan masalah-masalah kecil seperti ini. Allah subhanahu wa ta’ala akan selesaikan masalahnya, tidak ada asbabpun Allah mampu selesaikan masalah manusia. Allah mampu menyelesaikan masalah manusia tanpa asbab sebagaimana masalah Bani Israil dapat Allah selesaikan tanpa asbab. Di lembah kering tidak ada apa-apapun Allah mampu selesaikan masalah Bani Israil, tanpa asbab lagi, apalagi hanya masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.
Dalam Suatu Hadist Mahfum :
Apabila ummat ini melakukan 3 dosa maka Allah akan datangkan 4 Adzab :
3 Dosa apa saja :
1.          Membangun gedung tinggi-tinggi
2.          Melaksanakan pesta pernikahan mewah-mewah
3.          Membenci dan memusuhi ulama-ulama tidak mau mendengarkan fatwa dan nasehat mereka
Maka akan datang 4 Adzab :
1.          Diangkatnya pemerintah yang dzalim
2.          Diangkat pejabat-pejabat yang khianat
3.          Dinaikkannya harga-harga barang
4.          Dicabut keberkahan daripada ummat.
Jadi kita tidak sadar bahwa kondisi yang ada sekarang akibat dari dosa-dosa kita sendiri. Andaikata kita tobat dari dosa tersebut maka dengan sendirinya segala keburukan ini akan Allah perbaiki.
Banyak contoh-contoh bahwa kita ini dalam kekeliruan, tidak memahami. Ada orang berpikir, bahwa untuk menghidupkan islam maka kita harus paksakan syariat islam, dibentuk syariat islam. Supaya Islam bisa berjalan harus dengan kekuasaan, dengan pemerintahan, buat undang-undang, jalankan syariat islam, seperti kalau berzina dirajam, yang mencuri dipotong tangan. Ini bukanlah cara yang dicontohkan Nabi shallahu ‘alaihi wasallam, karena harus ada kronologinya.
Ada suatu cerita seorang presiden di Pakistan memanggil ulama-ulama. Presiden berkata kepada para ulama, ini kekuasaan ada ditangan saya, silahkan ulama-ulama jalankan syariat islam di pakistan. Kebanyakan Ulama di Pakistan menyetujuinya dan segera akan menjalankannya. Namun ada ulama dari ahlul dakwah ini berkata kita memperjuangkan agama ini harus ikut cara atau tertib Rasullullah shallahu ‘alaihi wasallam. Nabi shallahu ‘alaihi wasallam diutus bukan untuk menghukum orang bersalah, bukan untuk merajam orang berzina atau memotong tangan orang mencuri, tetapi membuat preventif agar mereka tidak mau berzina ataupun mencuri yaitu dengan ditanamkan Iman.
Kalau kita meloncat tanpa membuat usaha preventif bagaimana ummat ini jangan sampai berbuat salah, langsung menghukum orang bersalah, maka akan terjadi fitnah. Sebagian besar rakyat pakistan tangannya akan buntung semua, karena pencuri semua. Sebagian besar pejabat-pejabat Pakistan ini adalah pejabat-pejabat yang korup. Apa kata dunia nanti sebagian besar rakyat Pakistan setelah melaksanakan syariat islam, tangannya buntung semua.
Demikian bahwa usaha pertama dari para Nabi menuju kepada kesempurnaan islam ini adalah dengan dakwah. Mereka bermujahaddah dalam usaha dakwah. Nanti akan Allah subhanahu wa ta’ala berikan hidayah dan Allah akan bukakan mata hati kita, Allah pahamkan agama kepada kita, sehingga kita ada kekuatan untuk melaksanakan agama. Demikian juga para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in, diajak Nabi shallahu ‘alaihi wasallam untuk bermujahaddah dalam dakwah. Asbab dakwah ini, Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan syariat menurut kronologi tergantung kekuatan iman atau setelah terbukanya mata hati para Sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Mereka diajak oleh Nabi shallahu ‘alaihi wasallam bermujahaddah secara terus menerus sampai keimanan terbentuk dalam diri sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in, sehingga ada sahabat yang sudah shalat padahal perintah shalat belum turun.
Ini karena hatinya sudah terbuka, menginginkan adanya perintah shalat. Sehingga waktu perintah shalat turun, 100% para sahabat melaksanakan perintah shalat. Ini karena hatinya sudah terbuka. Ada sahabat sebelum turun perintah meninggalkan minuman keras, mereka sudah meninggalkan minuman keras. Sehingga waktu turun ayat meninggalkan minuman keras, 100% sahabat segera tidak minum lagi, tanpa menghitung untung-ruginya. Ada yang sedang minum tiba-tiba mendengar pengumuman, saat itu langsung dibuang. Ada yang sudah masuk kemulutnya tapi mendengarkan pengumuman tentang haramnya khamar langsung dimuntahkan lagi. Ada yang sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in bisnis minuman keras, baru belanja besar-besaran, tapi ketika mendengar pengumuman tentang haramnya minuman keras, langsung dihancurkan, tanpa berpikir kerugian yang dia tanggung. Ini karena sudah ada Nur Iman di hati mereka, sudah terbuka mata hati, sudah melihat yang Haq, bahwa perintah Allah ini nilainya lebih dari segala-galanya.
Sekarang dengan ketidak pahaman kita ini, bukannya kita menyelamatkan ummat dengan agama, tetapi malah membawa kecelakaan pada ummat. Seorang ulama berkata, kalau ada seorang perempuan membuka aurat padahal syariat Islam hukumnya harus menutup aurat, maka si perempuan itu hukumnya si perempuan tadi fasik. Namun jika dipaksakan hukum Islam dengan perundang-undangan, padahal mata hatinya belum terbuka, saat mereka berdemo menentang daripada perundang-undangan yang isinya adalah perintah Allah subhanahu wa ta’ala, maka dari fasik hukumnya meningkat menjadi Kafir.
Ini karena menentang hukum Allah ini adalah membawa seseorang derajatnya menjadi kafir. Selama mereka tidak menjalankan hukum Allah karena lemah iman, tetapi tidak menentang, maka hukumnya hanya fasik. Kita ingin membawa ummat kepada keselamatan, tetapi karena tertib yang tidak benar, karena kita tidak paham, kita telah membawa ummat kepada kecelakaan.
Sekarang kebanyakan kita ini risaunya adalah orang-orang Islamnya, seperti orang Islam ada yang dibunuh, diperkosa, diperangi, hak-haknya dirampas, kekurangan makan, miskin keadaannya, pengungsi-pengungsi, ini boleh saja. Tetapi seharusnya yang lebih penting lagi adalah risau atas Islamnya. Akibat Islamnya tidak dijaga, sehingga Allah tidak menjaga ummat Islam. Ini karena Islam itu sendiri sudah diacuhkan oleh orang Islam.
Kita lihat hari ini orang Islam kebanyakan tidak shalat, masjid kosong. Shalat berjamaah di masjid sudah tidak diacuhkan oleh ummat saat ini. Lalu sunnah-sunnah Rasullullah shallahu ‘alaihi wasallam sudah ditinggalkan oleh orang Islam, bahkan dianggap aneh bagi yang mengamalkannya. Kehidupan orang Islam sudah seperti kehidupan orang Yahudi dan Nasrani, tidak ada bedanya dengan cara-cara atau kehidupan orang kafir, sulit dibedakan mana yang beriman dan mana yang kafir. Semua kehidupan sunnah Nabi shallahu ‘alaihi wasallam sudah ditinggalkan oleh ummat Islam itu sendiri. Tetapi begitu terjadi musibah, semua orang berpikir sama, “Apa dosa saya ? Kenapa ini bisa terjadi, musibah seperti ini ? Kenapa Allah tidak tolong kita ?”.
Ummat Islam diusir, dibunuh, dijajah, diperkosa hak-haknya, tetapi fikirnya hanya diri mereka sendiri saja (“Apa dosa saya ?”). Padahal jemaah-jemaah dakwah sudah datang mengajak kepada sunnah, kembali kepada amal Nabi shallahu ‘alaihi wasallam, amalkan Islam, taat pada perintah Allah subhanahu wa ta’ala. Walaupun perkara-perkara ini sudah didengar berkali-kali, tetapi tetap saja sama tidak ada peningkatan amal. Ditaskil, diminta untuk keluar di jalan Allah tidak mau, maka itulah akibatnya, musibah banyak datang. Tetapi fikirnya “Apa dosa saya ?”. Islamnya sudah kita tinggalin, kita acuhkan, tetapi ketika musibah tiba-tiba datang tidak terpikir amal-amal kita yang buruk, bahkan bertanya, “Kenapa Allah tinggalkan kita ? kenapa Allah tidak tolong kita ?”
Bagaimana Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menyelesaikan masalah di masa awal kekhalifahannya ? Setelah Khalifah baru diangkat 3 hari setelah Nabi shallahu ‘alaihi wasallam meninggal, terdengar kabar bahwa :
1.    Pasukan Romawi di perbatasan sudah siap untuk menyerang
2.    Nabi Palsu dengan bala tentaranya 40.000 orang juga akan menyerang Madinah.
3.    Orang Munafiq mulai menentang kebijakan2 yang ada
4.    Orang yahudi mulai menghasut di dalam kota Madinah
5.    Munculnya banyak orang murtad sebanyak 100.000 orang (padahal ulama2 besar dan sahabat2 masih ada)
6.    Orang tidak mau membayar zakat
Menurut ulama beliau menggunakan 2 prinsip :
1. Prinsip Taqwa :
“Saya tidak rela agama berkurang di jaman kekhalifahan saya ini walaupun itu hanya seutas tali yang mengikat di leher hewan qurban.”
Takwa ini maksudnya adalah Sempurna Amal. Jadi atas dasar prinsip ini, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu tidak rela dijamannya agama ini berkurang sedikitpun walaupun itu hanya seutas tali yang mengikat leher hewan korban. Fikirnya Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu ini adalah bagaimana agama dapat sempurna diamalkan oleh umat islam ketika itu. Inilah prinsip yang digunakan untuk menghadapi orang-orang Islam yang tidak mau membayar zakat. Jadi mereka diancam akan diberantas jika mereka tidak mau membayar zakat.
2. Prinsip Tawakkul :
“Keluarkan semua laki-laki untuk pergi di jalan Allah. Nanti biar Allah yang menjaga Ummul mukminin, keluarga nabi dan wanita-wanita di Madinah.”
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhum ajma’in rela melihat keluarga Nabi dalam bahaya, dibanding harus melihat agama dalam bahaya. Jadi bagi Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, derajat Agama ini lebih utama dibanding keluarga Nabi shallahu ‘alaihi wasallam dan ummat Islam itu sendiri. Agama lebih penting untuk diselamatkan dibandingkan ummat itu sendiri. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, mengirimkan semua laki-laki keluar dijalan Allah dan berserah diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas keadaan di Madinah inilah Tawakkalnya Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Prinsip ini yang digunakan untuk menghadapi orang murtad, nabi palsu, dan musuh islam yang mau menyerang madinah dari luar.
Ini sesuai dengan dengan hadits ketika Jibril ‘alaihis salam berbicara dengan Nabi shallahu ‘alaihi wasallam, “Mulia mana antara aku dan engkau (Nabi shallahu ‘alaihi wasallam).” Nabi shallahu ‘alaihi wasallam jawab,”Mulia aku wahai jibril, karena engkau diutus untuk aku.” Lalu Jibril bertanya,”Mulia mana antara engkau dan islam ?” Nabi shallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Mulia Islam karena aku diutus untuk Islam.”
Disinilah terdapat 2 perbedaan pemikiran dan menyangkut kepada masalah keimanan. Dimana Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu yakin jika semua pergi di jalan Allah mendakwahkan agama Allah, maka nanti Allah subhanahu wa ta’ala akan selesaikan semua masalah : orang murtad, nabi palsu, yang tidak mau bayar zakat, dan pasukan romawi yang sudah siap menyerang. Hanya dalam waktu tempo 30 hari saja setelah semua pergi di jalan Allah akhirnya masalah terselesaikan : Madinah tetap aman, 100.000 orang murtad masuk Islam lagi, orang membayar zakat lagi, Nabi palsu dapat ditumpas, dan Pasukan romawi mundur. Jadi siapa yang menyelesaikan masalah ? Allah.
Dari Abu Said Al Khudri, Nabi shallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Barangsiapa melihat suatu kemungkaran maka hendaklah cegah dengan tangannya. Jika tidak mampu cegahlah dengan lidahnya. Jika tidak mampu hendaklah dia merasa benci dalam hatinya dan ini adalah selemah-lemahnya Iman.” (HR Muslim)
Berdasarkan Hadits ini dapat kita tarik suatu rumusan amalan yang bisa membawa kepada perubahan :
1.          Dengan tangannya –> Amal
2.          Dengan Lidah –> Dakwah
3.          Dengan Hati –> Fikir dan Niat (selemah-lemahnya Iman)
Seperti yang kita ketahui bahwa Pemilu sudah selesai. Ada pelajaran yang menarik yang bisa kita ambil dari pemilu ini. Dari pemilu ini dapat kita lihat kondisi ummat saat ini. Ummat saat ini sudah terbawa dengan pola pikir musuh-musuh Allah yaitu menyelesaikan masalah dengan demokrasi bukan merujuk pada Al Quran dan Al Hadits sebagai panduan hidup kita. Kelemahan dari cara berdemokrasi hari ini bahwa suara rakyat adalah suara tuhan. Maka pemenang Pemilu mempunyai kekuasaan yang sangat tinggi dalam membuat undang-undang (partai pemenang pemilu) dan kekuasaan menentukan arah kebijakan kehidupan manusia selama 5 tahun kedepan. Resikonya adalah para wakil rakyat dan presiden terpilih mempunyai kemampuan untuk bekerja sama membuat suatu undang-undang yang bisa bertentangan dengan hukum-hukum Allah.
Padahal Rasullullah shallahu ‘alaihi wasallam pernah mengatakan kepada salah seorang sahabat ketika belum memeluk Islam bahwa dia dari golongan Yahudi dan Nasrani suka menyembah pendeta-pendeta mereka. Sahabat tersebut membantahnya karena dia sebelum memeluk islam merasa tidak pernah menyembah pendeta-pendeta mereka seperti Tuhan. Lalu Nabi shallahu ‘alaihi wasallam katakan bukankan pendeta-pendeta kalian menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan mengharamkan apa yang sudah dihalalkan oleh Allah, lalu kamu mengikutinya. Tindakan seperti itu adalah menyamakan diri mereka seperti tuhan, dan kalian mengikutinya seperti menyembah kepada mereka. Inilah resiko yang kita hadapi dengan demokrasi. Bukan saja kita telah memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada wakil rakyat dan presiden terpilih kekuasaan untuk membuat peraturan yang bisa bertentangan dengan hukum Allah, sedangkan kita harus mengikuti.
Hari ini secara dzohiriah kerusakan yang disebabkan oleh tangan-tangan manusia sudah terjadi dimana-mana seperti penebangan penggundulan hutan, polusi, narkotika, perdagangan manusia, korupsi, dan lain-lain. Hari ini ummat sudah meninggalkan perintah-perintah Allah, bahkan berani membuat peraturan yang membatasi perintah Allah untuk dijalankan. Mereka berani membuat undang-undang yang bertentangan dengan perintah Allah. Bagaimana musibah tidak turun dimana-mana jika kondisi kita masih tetap seperti ini? Bagaimana pemimpin terpilih menyelesaikan dan memberikan solusi kepada bangsa kita? Mampukah mereka membawa ummat ini kepada ketaatan dan menghindari bala dari langit? Inilah konsekwensi dari demokrasi hari ini mereka yang dipilih oleh rakyat belum tentu disetujui oleh langit. wallahu a’lam bishawab.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
ظَهَرَ‌ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ‌ وَالْبَحْرِ‌ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْ‌جِعُونَ ﴿٤١
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali.” (30:14)
Sebagai bahan perenungan mari kita resapi peringatan dari Nabi shallahu ‘alaihi wasallam dalam Mahfum Hadits, Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata mendengar Nabi shallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“ Hai Manusia, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada kalian : “Serulah (dakwahlah) kepada manusia untuk berbuat kebaikan dan cegahlah mereka dari perbuatan mungkar”, sebelum datang kepada kalian (akibatnya) dimana kalian berdo’a kepadaKu tetapi Aku tidak akan menerima do’a kalian, kalian meminta kepadaKu tetapi Aku tidak akan memenuhi permintaan kalian, kalian memohon pertolongan kepadaKu tetapi Aku tidak akan menolong kalian.” (At Targhib)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar