Pages

Kamis, 20 September 2012

59. SIFAT KASIH SAYANG RASULULLAH 1




Prinsip persaudaraan manusia di dalam Islam meletakkan seluruh manusia  dalam satu keluarga besar yang berasal dari nabi Adam. Pengertian ini dapat difahami daripada hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mafhumnya : “…Dan aku menjadi saksi bahwa semua manusia adalah bersaudara” (HR. Abu Daud).
Satu daripada prinsip dan nilai persaudaraan sesama manusia ialah  ‘kasih sayang’ (al-mua’akhah bi al-mawaddah) yang harus disuburkan ummat manusia secara tulus dan suci. Pada prinsipnya kasih sayang adalah sebagian daripada ‘integritas moral’ yang menjadi petunjuk kemuliaan  manusia. Ia adalah sifat yang mendorong jiwa menyempurnakan keseluruhan akhlak yang terpuji dan sekaligus menjadi hiasan kemanusiaan. Melalui penghayatan nilai-nilai asas kemasyarakatan itu maka akan terbinalah solidaritas sosial (ulfah jamai’ah) yang terpadu dan mampu membina interaksi ummat ke arah melakukan kebaikan dan kebajikan serta keramahan dan kemesraan dalam pergaulan.
Untuk mendapatkan keamanan, kebahagiaan dan kedamaian hidup manusia di dunia dan akhirat, maka manusia perlu model atau contoh untuk diikuti. Manusia, walaupun telah diberi bekal oleh Allah berupa fitrah ingin mencintai dan dicintai, tetapi tidak akan dapat melakukannya dengan sempurna jika tidak ada contoh. Begitulah rahmat dan kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala, dimana senantiasa menunjukkan jalan-jalan keselamatan buat hamba-hamba-Nya. Tinggal manusia itu sendiri mau atau tidak mau untuk mencontohnya.Maka atas dasar itu dengan rahmat Allah, Dia telah mengutus seorang manusia bernama Muhammad bin Abdullah sebagai Rasul-Nya di atas muka bumi ini 1400 tahun lebih yang lampau. Allah telah melengkapi Rasul itu dengan sifat yang sempurna lahir dan batin. Allah telah memelihara pribadinya dari kesalahan dan cacat-cela, agar dia menjadi contoh yang agung kepada manusia lain.
Dengan segala pemeliharaan itu maka jadilah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam manusia yang paling tinggi akhlaknya. Baik akhlak kepada Allah subhanahu wa ta’ala maupun akhlak kepada sesama manusia dan makhluk Allah yang lain. Oleh karena itu tidak heranlah jika Allah subhanahu wa ta’ala sendiri memuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam Al Quran dengan firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ ﴿٤
"Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar mempunyai akhlak yang sangat agung." (QS. Al Qalam : 4)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu sebagai insan kamil yang menjadi lambang segala kebaikan. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling sempurna. Seluruh himpunan sifat baik telah dipakaikan oleh Allah pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Itulah gambaran betapa kasih dan sayangnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada seluruh makhluk. Bukan saja kepada manusia bahkan juga kepada binatang. Tidak saja kepada orang Islam tetapi juga kepada yang bukan Islam. Maka atas dasar itulah Allah subhanahu wa ta’ala telah menegaskan dalam Al Quran bahwa kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu adalah sebagai pembawa rahmat.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
وَمَا أَرْ‌سَلْنَاكَ إِلَّا رَ‌حْمَةً لِّلْعَالَمِينَ ﴿١٠٧
"Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat kepada sekalian alam." (QS. Al Anbia: 107) .
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan (kemuliaan) akhlak manusia." (HR. Malik)
Di sini kita ingin menggambarkan tentang kasih sayang, yaitu satu aspek daripada akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sangat perlu untuk manusia. Setidak-tidaknya untuk keselamatan kita di dunia dan akhirat. Kasih sayang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap manusia tidak ada tandingannya. Mari kita lihat bukti bagaimana dan betapa kasih sayang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melalui dua sudut.
Jika kita membaca Al'Quran dan meneliti Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kita akan dapati betapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu sangat pengasih sekalipun kepada anak kecil ataupun binatang. Di antara ayat Quran yang menunjukkan betapa tingginya rasa kasih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu ialah sewaktu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَ‌سُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِ‌يصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَ‌ءُوفٌ رَّ‌حِيمٌ ﴿١٢٨
"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.." (QS. At Taubah : 128)
Dalam ayat yang lain Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman:
فَبِمَا رَ‌حْمَةٍ مِّنَ اللَّـهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ‌ لَهُمْ وَشَاوِرْ‌هُمْ فِي الْأَمْرِ‌ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّـهِ ۚ إِنَّ اللَّـهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ ﴿١٥٩
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran : 159).
Sifat kasih sayang adalah merupakan sifat Allah subhanahu wa ta’ala. Sifat ini terkandung dalam beberapa Asma’ atau nama-nama Allah seperti Al-Rahman (Maha Pemurah), Al-Rahim (Maha Pengasih), Al-Salam, Al-Muhaiminin (Maha memelihara), Al-Ghaffar (Maha Pengampun) dan Al-Wahab (Maha Pemberi). Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
إِنَّ اللَّـهَ بِالنَّاسِ لَرَ‌ءُوفٌ رَّ‌حِيمٌ ﴿١٤٣
“…Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah :143).
Di antara hadits yang menunjukkan betapa besarnya kasih sayang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ialah : "Barang siapa yang tidak mengasihi manusia, dia tidak dikasihi Allah." (HR. At Tirmidzi)
"Kasihilah siapa saja yang ada di nuka bumi niscaya yang di langit akan mengasihi kamu." (HR. Abu Daud)
"Sebaik-baik manusia ialah orang yang memberi manfaat pada manusia (termasuk meratakan kasih sayang).
Sebaik-baik manusia ialah mereka yang paling baik akhlaknya (kasih sayang kepada orang lain)."
(HR. At Tabrani)
"Berbaktilah kepada kedua ibu bapa kamu, maka akan berbakti anak-anak kamu kepada kamu (termasuk memberi kasih sayang)." (HR. Al Hakim)
"Sesungguhnya orang yang paling dekat denganku ialah yang paling baik akhlaknya, mereka menghormati orang lain dan mereka senang mengasihi dan dikasihi.
Orang mukmin ialah yang mudah mengasihi dan dikasihi, dan tiada kebaikan pada mereka yang tidak mengasihi dan dikasihi. Dan sebaik-baik manusia ialah yang banyak memberi manfaat kepada manusia." (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi)
"Barangsiapa yang tidak mengasihi yang muda, sedangkan dia tahu kewajiban sebagai orang tua maka bukanlah dia dari golongan kami." (HR. Al Bukhari)
"Barangsiapa yang berbuat baik (berkasih sayang) kepada anak yatim lelaki atau perempuan, adalah aku dan dia di dalam syurga seperti dua ini (ditunjukkan dua jarinya yang dirapatkan)." (HR. Al Hakim)
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.“ (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Abu Dawud)
“Penyebab utama masuknya manusia ke surga adalah bertakwa kepada Allah dan kebaikan akhlaknya. “ (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.” ( HR. At-Tirmidzi)
“Saya menjamin sebuah rumah yang paling tinggi tingkatannya di surga bagi orang-orang yang berbudi pekerti yang baik.“ (HR. At-Tirmidzi)
“Sesungguhnya orang mukmin dengan akhlaknya yang baik akan mendapatkan kedudukan yang sama dengan orang yang (rajin) melaksanakan puasa dan shalat malam. “ (HR. Abu Dawud)
"Barangsiapa yang menghindari perdebatan dalam keadaan ia salah, niscaya Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di sekitar syurga. Barangsiapa yang menghindari perdebatan dalam keadaan ia benar niscaya Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di tengah-tengah surga. Dan barangsiapa yang baik akhlaknya niscaya Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di ketinggian surga.” (HR. Abu Dawud, Ath-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, mafhumnya : “Manusia yang paling dikasihi Allah ialah orang yang memberi manfaat kepada orang lain dan amalan yang paling disukai oleh Allah ialah menggembirakan hati orang-orang Islam atau menghilangkan kesusahan daripadanya atau menunaikan keperluan hidupnya di dunia atau memberi makan orang yang lapar. Perjalananku bersama saudaraku yang muslim untuk menunaikan hajatnya, adalah lebih aku sukai daripada aku beriktikaf di dalam masjid ini selama sebulan, dan sesiapa yang menahan kemarahannya sekalipun ia mampu untuk membalasnya niscaya Allah akan memenuhi keridhaannya di dalam hatinya pada hari Qiamat, dan sesiapa yang berjalan bersama-sama saudaranya yang Islam untuk menunaikan hajat saudaranya itu hinggalah selesai hajatnya niscaya Allah akan tetapkan kakinya (pada hari Qiamat) dan sesungguhnya akhlak yang buruk akan merusak amalan baik seperti cuka merusak madu.” (HR. Ibnu Abi Dunya)
Sifat rahmat dan kasih sayang adalah termasuk dalam keutamaan akhlak Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena tingginya nilai dan perasaan kasih sayang yang dimiliki Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka baginda tidak mau mendoakan kebinasaan kepada musuh walaupun musuh melakukan kejahatan terhadapnya seperti yang berlaku dalam peristiwa Thaif, dimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tubuhnya dilempari batu. Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam terpaksa meninggalkan tempat tersebut setelah dakwahnya ditentang keras oleh kabilah Tsaqib. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggalkan tempat tersebut lalu seorang lelaki memohon kepada baginda agar nabi berdoa untuk kebinasaan mereka. Namun, baginda yang memiliki sifat kasih sayang tidak berbuat demikian. Sebaliknya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memohon agar Allah memberikan petunjuk kepada kabilah itu.
Demikian juga dalam satu peperangan ada sahabat nabi yang meminta Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat musuh yang sedang dihadapi itu. Namun, baginda menjawab: “Sesungguhnya aku diutus sebagai rahmat dan bukan sebagai pelaknat”.
Dari Umar Ibnul Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya sebagian hamba Allah ada orang-orang yang tidak tergolong dalam golongan para nabi dan para syuhada (orang yang mati syahid), tetapi kedua golongan ini ingin mendapatkan kedudukan seperti kedudukan mereka di sisi Allah.”
Seseorang ada yang bertanya : “Wahai Rasulullah, siapakah mereka dan apa amal-amal mereka?” Sabda beliau : “Mereka adalah orang-orang yang saling kasih sayang dengan sesamanya, meskipun tidak ada hubungan darah maupun harta di antara mereka. Demi Allah, wajah mereka memancarkan cahaya, mereka berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya, mereka tidak akan takut dan susah.”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membacakan firman Allah yang artinya: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (HR. Abu Nu’aim dalam kitab Al Hilya jilid I, hal 5)
Individu akan hilang keseimbangan diri apabila nilai kasih sayang tidak wujud dalam dirinya. Mereka yang gersang hatinya dari nilai kasih sayang sesama manusia biasanya gagal menggunakan akal dan hati yang dikurniakan Allah kepadanya.
Kalbu kemanusiaannya mungkin terkunci rapat menyebabkan ia mudah melakukan kekerasan, kekejian, penganiayaan dan kedzaliman atas orang lain. Jika dia seorang suami atau bapa yang tandus nilai kasih sayang maka ia akan cenderung melakukan kekerasan pada isteri dan anak-anaknya.
Jika ia seorang majikan atau ketua jabatan yang tidak ada belas ihsan dan kasih sayang kepada pekerjanya atau bawahannya maka ia akan mendzalimi atau menganiaya pekerja bawahannya. Jika dia seorang pemerintah yang kering perasaan kasih sayangnya maka dia akan berlaku dzalim kepada rakyatnya.
Hakikatnya, kita disuruh mengamalkan dan menyuburkan nilai kasih sayang sesama manusia, hatta kepada hewan sekalipun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika  melihat seekor himar yang telah diberi tanda pada mukanya dengan besi panas telah menentang perbuatan pemilik hewan itu. Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah subhanahu wa ta’ala melaknat orang yang menyiksa hewan dengan memotong atau mencap anggota badannya”.
Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam juga pernah berpesan dengan pesanan ‘takwa’ supaya berlaku baik kepada binatang seperti maksud hadits: “Bertakwalah kamu kepada Allah di dalam memperlakukan binatang, menjadikannya sebagai kendaraan dan sembelihlah ia dengan cara yang baik”. Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Barangsiapa yang memiliki kasih sayang walaupun terhadap burung sembelihan maka dia akan disayangi Allah pada hari kiamat’. 
 

Kesimpulan, nilai kasih sayang adalah karunia Allah yang harus diusahakan sepanjang masa dan sepanjang zaman. Ia adalah sebagian daripada unsur yang sangat penting untuk membina masyarakat penyayang dan bermoral. Justru sebagai masyarakat yang beragama dan bertamadun, marilah kita sama-sama  menyuburkan dan mengamalkan sifat kasih sayang. Hentikanlah segala bentuk kedzaliman, kekerasan, kemarahan dan penganiayaan sesama manusia karena ia bisa mengundang kemurkaan Allah subhanahu wa ta’ala

Kisah hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  yang menunjukkan betapa tingginya sifat kasih sayang baginda.
1. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  selalu berpakaian sederhana. Beliau kadang memakai jubah buatan Najran yang kasar kainnya. Suatu ketika pernah seorang Arab Badwi menarik jubah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan kasar, sehingga berbekas pada leher beliau. Tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  tidak marah, bahkan beliau menghadiahkan jubah itu kepada Arab Badwi tersebut.
2. Ada seorang wanita tua selalu menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan meletakkan duri, najis dan lain-lain di jalan yang selalu dilalui oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  tidak pernah membalas. Pada suatu ketika wanita itu sedang sakit, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  datang menjenguk menziarahi wanita itu dan menunjukkan kasih sayang terhadapnya. Wanita tua itu terharu atas kebaikan Rasulullah, lantas kemudian memutuskan untuk memeluk Islam di tangan baginda shallallahu ‘alaihi wasallam .
3. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  pernah dilihat oleh para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum mencium anak kecil, lantas seorang sahabat menegurnya, “Engkau mencium anak kecil, ya Rasulullah?” Karena disangkanya Rasulullah tidak pernah mencium anak kecil. Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam mengiyakan lantas bersabda, “Barang siapa tidak mengasihi, dia tidak akan dikasihi.”
4. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  sangat mengasihi sahabat-sahabatnya radhiyallahu ‘anhum. Jika seorang sahabat sudah dua atau tiga hari tidak kelihatan, baginda shallallahu ‘alaihi wasallam  akan bertanya, “Ke mana si fulan tidak kelihatan?”  Kalau dikatakan bahwa sahabat radhiyallahu ‘anhu sedang sakit, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan datang ke rumahnya untuk menjenguknya dan menghiburnya dengan doa dan pesan kesabaran.
5. Jika ada orang yang meminta tolong pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau akan memenuhinya. Walaupun kadang-kadang baju yang dipakainya diberikan kepada orang yang membutuhkannya. Bahkan beliau pernah berhutang dengan atas nama beliau sendiri demi memenuhi permohonan orang yang membutuhkan kepada beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda: “Barang siapa yang menunaikan satu hajat saudaranya, maka Allah akan menunaikan 70 hajatnya.”
6. Pernah suatu ketika seorang Arab Badwi kencing di satu sudut dalam Masjid Nabi. Ada di antara para sahabat radhiyallahu ‘anhu marah karena menunjukkan sikap tidak beradab di dalam masjid. Tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  tetap tenang dan berkata, “Biarkan dia menyelesaikan hajatnya…” Setelah lelaki tersebut selesai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  sendiri membasuh najis itu dan kemudiannya barulah memberitahu Arab Badwi tersebut adab-adab di dalam masjid.
7. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  berdakwah dengan anak angkatnya Zaid bin Harisah radhiyallahu ‘anhu di Thaif, baginda shallallahu ‘alaihi wasallam telah dilempari dengan batu oleh pemuda-pemuda yang disuruh berbuat begitu oleh tokoh-tokoh penduduk kota tersebut. Akibatnya, lutut Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam  telah berdarah. Melihat penganiayaan itu, malaikat sangat marah sehingga menawarkan untuk menghancurkan penduduk Thaif dengan membalikkan bukit-bukit sekitar bandar itu, sehingga penduduk Tha’if akan mati semua. Tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  menolaknya dan berkata, “Jangan, mereka tidak tahu kalau saya ini rasul-Nya.” Malaikat menjawab: “Tuan benar.” Setelah itu baginda terus berdoa untuk penduduk Thaif: “Ya ALLAH berilah petunjuk kepada kaumku, karena mereka tidak mengetahui.”
8. Pernah seorang sahabat radhiyallahu ‘anhu duduk secara menghimpit paha dengan paha Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam  membiarkan saja untuk menjaga hati sahabat tersebut supaya tidak menganggap bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  tidak sudi duduk bersamanya.
9. Sewaktu hijrah ke Madinah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dikejar dengan kuda oleh seorang bernama Suraqah yang bercita-cita merebut hadiah yang ditawarkan oleh kafir Quraisy Makkah jika berhasil membunuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Na’udzubillah. Setiap kali kuda Suraqah mendekati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, setiap kali itulah kudanya tersungkur jatuh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak bertindak apa-apa dan bahkan Rasulullah memaafkannya. Akhirnya Suraqah menyerah dan berjanji tidak akan membunuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lagi.
10. Suatu ketika seorang musuh bernama Da’tsur mendapati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang beristirahat di atas batu. Dia terus melompat dan meletakkan pedangnya di leher Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Siapa yang akan menyelamatkan nyawa kamu dari tanganku?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam spontan menjawab, “ALLAH!”
Mendengar jawaban Rasulullah itu, Da’tsur menggeletar tangannya hingga pedangnya jatuh daripada tangan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil pedang itu dan bertanya, “Kali ini siapa yang akan menyelamatkan kamu dari tanganku?” Da’tsur menjawab, “Tidak ada.”
Akhirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memaafkan Da’tsur. Melihat kasih sayang yang ditunjukkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu, Da’tsur pun mengucapkan dua kalimah syahadah (masuk Islam). Allahu akbar….
11. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat penyayang terhadap putra dan putrinya, termasuk dengan semua anak kecil dan mempunyai sifat kasih sayang terhadap isteri-isterinya. Jika ada kesalahan dari  isteri-isterinya, maka baginda shallallahu ‘alaihi wasallam selalu memaafkannya. Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam juga membantu kerja rumah tangganya sendiri dan pernah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mencuci jubah dan sandalnya sendiri.
12. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering berjalan dan dekat dengan fakir miskin dan sering menziarahi pula janda-janda, dan bertanya akan keperluan hidup mereka. Bahkan dengan orang-orang miskin dan melarat, baginda shallallahu ‘alaihi wasallam sering duduk bersama mereka, berbicara, makan minum dan akrab bergaul dengan mereka.
13. Pernah pada suatu pagi di Hari Raya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertemu seorang anak yang sedang menangis di tepi jalan. Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam sangat terharu dan bertanya, “Mengapa engkau menangis?” Anak tersebut menjawab, “Ayah saya telah mati syahid sementara ibu saya sudah kawin lagi. Saya hidup sendiri dan saya tidak mempunyai baju baru untuk berhari raya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengalirkan air mata mendengar jawaban anak tersebut. Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Sukakah kamu kalau aku menjadi ayahmu dan Aisyah (isteri Rasulullah) menjadi ibumu?” Sungguh tidak terkira gembiranya rasa hati anak itu, ketika mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mulia menjadi ayahnya. Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam pun membawa pulang anak tersebut ke rumahnya. Anak itu dimandikan, dibelikan pakaian baru dan dijamu dengan makanan. Betapa gembiranya hati anak itu, sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ikut bergembira karena dapat menggembirakannya.
14. Pada waktu yang lain, dalam perjalanan menuju ke pasar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang budak (hamba sahaya) sedang menangis di pinggir jalan. Ketika baginda shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya mengapa menangis, budak itu menjawab bahwa dia menangis karena uang yang diberi oleh tuannya telah hilang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian mengganti uangnya yang hilang itu dengan uang baginda sendiri. Tetapi ketika baginda shallallahu ‘alaihi wasallam kembali dari pasar, dilihatnya budak yang sama masih menangis. “Kenapa kamu masih menangis?” tanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. “Sekarang ini saya menangis karena takut dimarahi dan dipukul oleh tuan saya karena saya sudah terlambat pulang dari pasar,” jawab budak itu.
Untuk menghindari agar budak itu tidak dimarahi oleh tuannya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menemaninya pulang. Rupanya rumah itu dihuni oleh sekumpulan wanita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian memberi salam. Setelah tiga kali memberi salam, barulah salam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu dijawab. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah kamu tidak mendengar salam saya sebelumnya?” Wanita-wanita itu menjawab, “Kami semua mendengar, tetapi kami sengaja tidak langsung menjawab supaya kami mendapat doa dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih banyak lagi…”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian menerangkan mengapa budak itu lambat. Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam meminta supaya budak itu tidak dihukum dan tidak dimarahi, tetapi sekiranya mereka tidak merasa puas, Rasulullah menawarkan dirinya sebagai ganti untuk dihukum dan siap dimarahi. Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyingkap lengan bajunya. Mendengar jawaban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu, para wanita itu lantas berkata, ”Tidak, ya Rasulullah. Mulai sekarang, kami memerdekakan budak ini.” Itulah kesan kasih sayang yang ditunjukkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
16. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertetangga dengan seorang Yahudi. Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam sangat menjaga hak-hak tetangga. Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah melakukan sesuatu yang menyakiti hati tetangganya dan bahkan baginda sering menghadiahkan makanan dan lain-lain hadiah kepada tetangga Yahudinya itu.
17. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga sangat berpegang teguh tentang hak-hak orang kafir dzimmi (kafir dzimmi adalah orang kafir yang hidup dalam keamanan orang Islam). Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mendzalimi kafir zimmi walaupun dia orang Islam, maka sayalah pembelanya (penebusnya).”
18. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga sangat mengasihi binatang. Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam melarang anak-anak menyiksa binatang. Untuk menyembelih binatang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan supaya menggunakan pisau yang tajam, agar binatang tersebut cepat mati dan tidak lama dalam kesakitan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering mengingatkan supaya unta-unta dan himar tidak dibebani oleh muatan yang berlebihan daripada apa yang sanggup ditanggung binatang tersebut.
Pernah seekor kucing tidur diatas sorban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka baginda shallallahu ‘alaihi wasallam menggunting bagian tempat kucing itu tidur di atasnya karena tidak mau mengejutkan kucing tersebut. Ketika dalam perjalanan dari Madinah ke Makkah di tahun kemenangan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seekor anjing di tepi jalan. Anjing itu mengeluarkan suara seakan-akan membujuk anaknya yang sedang mengerumuninya untuk menyusu. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminta seorang sahabat untuk menjaga jangan sampai ada dari kalangan anggota rombongan baginda yang mengganggu anjing itu dan anak-anaknya. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seekor himar yang telah diberi tanda dengan besi panas di mukanya, baginda memarahinya dan melarang hewan itu diberi tanda dan dipukul di mukanya.
19. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggalkan kabilah Tsaqif, ada seorang lelaki yang memohon kepada beliau, “Wahai Rasulullah, berdoalah untuk kebinasaan mereka.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Ya ALLAH, berilah petunjuk kepada kabilah Tsaqif dan bimbinglah mereka ke jalan yang benar.”
20. Suatu ketika Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu keluar bersama hamba sahayanya yang berpakaian seperti apa yang beliau pakai, lalu ada orang bertanya, “Mengapa kamu berbuat demikian?” Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu menjawab, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hamba sahaya itu adalah saudaramu, mereka di jadikan oleh ALLAH di bawah kekuasaanmu. Maka barangsiapa saudaranya di bawah kekuasaannya (di bawah penjagaannya), hendaklah dia memberi makan dengan apa yang dia makan dan memberi pakaian dengan pakaian yang ia pakai, dan janganlah hamba itu disuruh melakukan pekerjaan di luar batas kemampuannya. Apabila mereka diperintahkan bekerja maka bantulah mereka.”
Ini sebagian saja dari kisah nyata sebagai bukti betapa pengasih dan pemaafnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, model agung kecintaan yang paling unggul dan patut dicontoh oleh manusia sepanjang zaman.



Kasih Sayang Rasulullah kepada Ummat

·     Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu berpikir bagaimana bayi yang pertama kali lahir dan bayi yang terakhir kali lahir semuanya mendapat hidayah dari Allah subhanahu wa ta’ala.
·  Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah meminta agar didoakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Ampunilah dosa Aisyah yang lalu dan yang akan datang.” Aisyah radhiyallahu ‘anha bukan main senangnya sampai berguling-guling. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya : “mengapa engkau begitu senang, ya humairah?” Aisyah radhiyallahu ‘anha menjawab, “siapa yang tidak senang didoakan oleh kekasih Allah subhanahu wa ta’ala.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan : “ummatku setiap harinya 5 kali aku doakan.” Inilah sayangnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada ummat.
Ketika Isra' Mi'raj penghulunya malaikat (Jibril ‘alaihis salam) dan penghulunya manusia (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) sama mengadakan perjalanan. Setelah sampai di batas yang ditentukan Jibril ‘alaihis salam berkata : “Ya Nabi Allah, saya tidak bisa lagi melanjutkan perjalanan. Kalaulah Aku melangkah satu langkah saja. Niscaya aku akan binasa.” Jadi, perjalanan dilanjutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk berjumpa dengan Allah. (Disini menunjukkan bahwa manusia itu lebih mulia dari pada malaikat). Kemudian terjadi dialog antara Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan Allah subhanahu wa ta’ala :
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : Attahiyyaatul Mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lillaah”. “Ya Allah, segala penghormatan, keberkahan, shalawat dan kebaikan hanya milik-Mu ya Allah”. Allah subhanahu wa ta’ala pun berfirman : Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh”. “Wahai Nabi selamat sejahatera semoga tercurah kepada Engkau wahai Nabi Muhammad, semoga juga Rahmat Allah dan Berkah-Nya pun tercurah kepadamu wahai Nabi”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : Assalaamu’alainaa wa’alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin”. “Semoga salam sejahtera tercurah kepada kami dan hamba-hamba-Mu yang shaleh”.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika itu masih mendokan kita : “Semoga salam sejahtera tercurah kepada kami dan hamba-hamba-Mu yang shaleh”. Begitulah sayangnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita.
Ummat ku yang shaleh, Ya Allah. Pikir ummat, Inilah sayangnya nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada ummat.
· Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak meninggal dunia, malaikat Jibril ‘alaihis salam berkata : “Ya Kekasih Allah, hari ini surga sudah dihias seindah mungkin. Untuk menyambut kedatangan-Mu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya : “Wahai Jibril, itu untuk-ku, apa untuk ummat ku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun masih ingat kepada kita. Malaikat Jibril ‘alaihis salam berkata : ”Akan diharamkan ummat terdahulu masuk surga, sebelum ummat-mu masuk surga.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jadi lega mendengar hal itu.
·    Ketika malaikat Izrail ‘alaihis salam hendak mencabut nyawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya : “Apakah seperti ini juga nanti yang dirasakan ummatku?” Malaikat Izrail ‘alaihis salam menjawab : “Ini yang paling ringan.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menangis, “bagaimana nanti dengan ummat-ku, mereka nanti akan merasakan kesakitan yang luar biasa.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa : “Ya Allah, Engkau limpahkanlah semua kesakitan sakaratul maut ummat-ku kepadaku, supaya mereka tidak merasakan kesakitan sakaratul maut.” Di saat sakaratul maut pun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masih memikirkan ummatnya.
Sehingga akhir dari lisan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ummati, Ummati, Ummati. Tetapi kita sebagai ummat-nya jarang sekali mengingat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
· Orang yang pertama kali nantinya dibangkitkan adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah dibangkitkan, Beliau bukan bertanya : “Mana istriku Khadijah, mana anakku Fatimah, mana cucuku Hasan dan Husain tetapi yang ditanya oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Aina ummati, Aina ummati, Aina ummati dimana ummatku, dimana ummatku, dimana ummatku.”
·     Ketika hendak menyeberangi titian Shirathal Mustaqim, para nabi berkata : “Robbi Sallimna, selamatkan Saya.” Tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata sambil berdiri di penghujung titian : “Robbi Sallim Ummati, selamatkan ummatku.” Disaat itu manusia jatuh keneraka seperti hujan. Titian Shirathal Mustaqim itu 500 tahun mendaki, 500 tahun mendatar, 500 tahun menurun. Melihat keadaan ini Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menangis dan terus berkata : “Robbi Sallim Ummati, Robbi Sallim Ummati, Robbi Sallim Ummati.”
Begitulah sayangnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada ummat.
Apalagi kita sebagai ummat akhir zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sangat sayang kepada kita.
· Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sungguh aku sangat ingin berjumpa dengan saudara-saudaraku,” Seorang sahabat radhiyallahu ‘anhu bertanya, “Ya Rasulullah, bukankah kami ini saudara-saudaramu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Kalian adalah sahabat-sahabatku, sedangkan saudara-saudaraku adalah orang-orang yang beriman kepadaku padahal mereka belum pernah berjumpa denganku.” (HR. Ahmad)
·  “Sungguh beruntung orang yang beriman kepadaku dan pernah melihatku (Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sabdakan demikian satu kali). Dan sungguh beruntung (Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sabdakan hingga tujuh kali) orang yang beriman kepadaku padahal ia tidak pernah melihatku!” (HR. Ahmad)
·  Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling di cintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala, kenapa? Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling banyak mengajak ummat untuk mencintai Allah subhanahu wa ta’ala.  
Kalau kita juga mau di cintai Allah subhanahu wa ta’ala, ajaklah manusia sebanyak-banyaknya mencintai Allah. Maka Allah subhanahu wa ta’ala akan semakin cinta kepada kita. Bagaimana pikir Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi pikir kita. Bagaimana risau Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi risau kita. Bagaimana ummat selamat dari azab yang pedih. 



Usaha Dakwah dab Tabligh
Usaha dakwah adalah sarana tarbiyah ummat untuk mencapai kesempurnaan sifat ummat di seluruh alam yang dikerjakan secara bertahap-tahap sehingga ummat ini layak untuk meneruskan risalah kenabian. Dengan usaha dakwah dan tabligh, sebenarnya merupakan pengamalan secara langsung kasih sayang kepada ummat. Dengan usaha dakwah dan tabligh, kita datang kepada ummat, merayu, menyampaikan kemuliaan kalau mengamalan agama sebagai perintah Allah subhanahu wa ta’ala, dan kemudian mengajak mereka bersama-sama mengamalkan agama secara sempurna sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian memberikan fikir kepada ummat pentingnya meneruskan kerja Nabi sehingga diusahakan bagaimana seluruh manusia bisa amal agama Islam. Dalam pelaksanaannya orang yang buat usaha dakwah dan tabligh mencontoh Rasulullah dan para sahabat, yaitu dengan mengorbankan diri, harta dan waktu sendiri untuk datang kepada ummat manusia sebagai rasa persaudaraan dan kasih sayang agar semua manusia terbebas dari adzab Allah di dunia dan akhirat serta  bisa meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat, masuk ke dalam syurga yang penuh dengan kenikmatan.
Dengan usaha dakwah dan tabligh, maka tarbiyah bagi ummat yang diharapkan agar dicapai sifat-sifat :
1.    Iman dan yakin seperti iman dan yakinnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
2.    Fikir dan risau seperti fikir dan risau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
3.    Maksud hidup seperti maksud hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
4.    Kecintaan seperti kecintaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
5.    Tertib hidup seperti tertib hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Oleh karena itu perlu ada tahapan-tahapan dalam Usaha Dakwah, yaitu :
1.    Tahap dasar ( 10% nishab umur )
2.    Tahap menengah ( 1/3 nishab umur)
3.    Tahap tinggi ( harta, diri, waktu siap dimusyawarahkan)
Fase-fase orang buat usaha dakwah dan tabligh :
1.    Fase jahiliyyah (sebelum kenal usaha dakwah)
2.    Fase Hidayah (dikenalkan dalam usaha dakwah)
3.    Fase Tarbiyah (dididik dan digembleng dalam usaha dakwah)
4.    Fase Nushroh (ditolong Allah dan manusia berbondong-bondong masuk Islam)
Usaha dakwah adalah usaha atas hati-hati manusia yang hasilnya berupa hidayah atau petunjuk jalan yang lurus, yang sering kita memohon dan berdoa dalam shalat kita, ketika kita membaca surat Al Fatihah, yaitu “ihdinash shiraathal mustaqiim”. Jika doa kita dalam shalat tersebut, kemudian diiringi dengan usaha yaitu buat dakwah dan tabligh, niscaya Allah akan menunjukkan jalan-jalan hidayah kepada kita.
Maka perlu ketika kita buat usaha dakwah dan tabligh kita berniat :
1.    Ishlah Diri (memperbaiki diri)
2.    Dakwah sebagai maksud hidup
3.    Siap dihantar ke seluruh alam
4.    Mengharap ridho Allah
Kita harus ada ghiroh dalam dakwah :
1.    Kalah untuk menang
2.    Lembut tapi tembus
3.    Keras tapi tidak kurang ajar
Kita lihat hasil yang dicapai jika kita buat usaha dakwah dan tabligh dengan tertib dan istiqamah, sebagaimana laporan jamaah dakwah yang telah dihantarkan ke seluruh alam, diantaranya contoh laporan Jamaah Arab di bawah ini.
Laporan Jamaah Arab
Alhamdulillah, 1 jama’ah dari Jeddah dan Makkah sedang bergerak di Bandung selama 2 pekan. Amir nya memberikan bayan di malam markaz. Amirnya bekerja di Saudi Airlines, tapi juga seorang Hafidz 30 juz dan ‘alim. Total jama’ah ada 5 orang.
Alhamdulillah, kerja da’wah di Saudi berkembang pesat walaupun kerja mereka masih tidak terang-terangan seperti di Indonesia terkait dengan pemerintahan disana. Mereka masih dapat mengeluarkan jama’ah 4 bulan dan 40 hari dengan lancar. Jama’ah ini sendiri bergerak 40 hari di Indonesia.
Para ‘ulama disana alhamdulillah senang dengan usaha da’wah. Begitu juga para imamnya. Mereka sudah bersilaturahim dengan Imam As Sudais, Ash Shuraim dan lainnya, dan mereka senang dengan usaha ini. Adik dari pengarang buku Laa Tahzan Qais Al Qarni juga aktif dalam usaha da’wah ini. Sedangkan abangnya (sang pengarang) sudah ada keniatan untuk keluar beberapa hari, tapi belum menjumpai waktu yang pas. InsyaAllah do’akan saja…
Beberapa karguzari atau laporan dari jama’ah ini [di tarjimkan (diterjemahkan) oleh Ustadz Husni Cianjur]:
Satu jama’ah dari Mesir dikirim ke daerah pedalaman Sudan. Daerah tersbut hanya bisa ditempuh dengan mengendarai onta. Mereka berjalan hingga memasuki daerah pedalaman tersebut. Dan masya Allah dan Na’udzubillah, sesampainya di sana, mereka menjumpai beberapa wanita Germany yang telah lama tinggal disana dan bekerja sebagai misionaris. Ajib, wanita-wanita Germany ini sudah tinggal disana sejak lama dan berhasil mengKristenkan hampir seluruh penduduk di daerah tersebut.
Akhirnya jama’ah bergerak di daerah tersebut selama 40 hari. Dan alhamdulillah, mereka berhasil mengislamkan kembali para muslim yang telah murtad tersebut. Gereja yang telah mereka dirikan, berubah jadi Masjid. Sekolah yang di bangun misionaris juga berubah jadi madrasah.
Beberapa pemuda asli diajak oleh jama’ah untuk belajar ke Mesir. Subhanallah, inilah asbab dari kehidupan mereka yang sederhana dan jauh dari kehidupan kota. Kehidupan mereka [yang tinggal di daerah pedalaman Sudan tersebut] sangat jauh dari teknologi. Tak ada TV, radio dan sejenisnya. Jual beli masih menggunakan sistem barter dan tak ada mata uang. Para pemuda Sudan tersebut memiliki kecepatan hafalan yang sangat tinggi. Ketika guru mereka membaca 1 hadits, maka mereka langsung dapat menghafal hadits tersebut. Akhirnya selama lebih kurang 4 bulan mereka telah dapat menghafal banyak hadits. Akhirnya mereka pulang menjadi ulama’ di kampung mereka, Sudan pedalaman tersebut.
Salah seorang dari mereka telah berda’wah ke Italy. Ketika itu sedang ada jaula/silaturahim berjama’ah. Pada saat yang lain, seorang dedengkot mafia sedang dikejar-kejar oleh polisi dengan mengendarai mobil. Mafia tersebut lalu melompat dari mobilnya dan menyelinap masuk ke dalam rombongan jaulah tersebut. Anehnya, para polisi tersebut tidak menemukan si mafia ini. Maka mafia ini mengikuti jama’ah sampai ke masjid dan duduk dalam majlis. Ketika itu juga dia masuk islam dan bersyahadat dan mengikuti jama’ah tersebut keluar selama 40 hari. Setelah keluar 40 hari, ia langsung berangkat 4 bulan India Pakistan dan Bangladesh.’
Masya Allah, setelah ia pulang dari 4 bulan IPB (India Pakistan dan Bangladesh), ia menjumpai anak buahnya dan mengajak mereka untuk masuk Islam. Akhirnya, sekitar 1200an anak buahnya memeluk Islam. Dan mereka mendirikan lebih kurang 15 masjid di seluruh Italy. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar