اَسْتَغْفِرُاللهَ
الْعَظِيْمِ ×8 اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمِ الَّذِى لاَاِلَهَ اِلاَّهُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ.
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
أما بعد : فَيَا عِبَادَ اللهِ أُصِيْكُمْ وَ اِيَّايَ بِتَقْوَاللهِ وَ
قَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ, اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا
وّ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ . أَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمَنِ الرَّحِيْمِ. هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ
نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُواْ عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا
خَلَقَ اللّهُ ذَلِكَ إِلاَّ بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ. قَالَ النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ،
فَاذْكُرُوا اللهَ، وَكَبِّرُوْا، وَصَلُّوْا، وَتَصَدَّقُوْا
Jamaah shalat gerhana yang berbahagia
Allah subhanahu wa ta’ala Maha Pencipta. Semua ciptaan Allah disebut
makhluk. Allah berkuasa mutlak kepada makhlukNya. Diantara makhlukNya ada
bernama matahari dan bulan, dan Allah mengatur dan menundukkan keduanya untuk kemaslahatan
manusia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً
وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُواْ عَدَدَ السِّنِينَ
وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللّهُ ذَلِكَ إِلاَّ بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ
لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan
bulan itu, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah
tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS. Yunus : 5)
Allah
subhanahu wa ta’ala juga berfirman:
سَخَّرَ
لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ
وَالنَّهَارَ
“Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari
dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan
bagimu malam dan siang.”
(QS. Ibrahim :
33)
Allah subhanahu wa ta’ala banyak memberikan hikmah dan kemaslahatan yang banyak bagi
manusia dalam pergantian siang dan malam.
Pergantian siang dan malam termasuk diantara tanda kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala. Apa
jadinya jika matahari terus bersinar dan tidak ada
waktu malam. Waktu siang panas terus menerus tiada pernah berganti.
Demikian pula apa yang akan terjadi jika bulan bercahaya terus tanpa ada waktu
siang. Malam dingin terus
menerus tanpa akhir,
tanpa pernah bertemu
fajar dan terbit matahari.?
Siang dijadikan agar
manusia mencari
penghidupan dan beraktivitas.
Sedangkan malam
menggantikan siang supaya
manusia beristirahat dan
untuk mengembalikan
kekuatan badan serta menjaga stamina tubuh. Di
balik fenomena ini, terkandung hikmah yang banyak. Ada 2 hikmah yang mendasar :
·
Hikmah
yang pertama, agar manusia hendaknya menyadari bahwa umurnya yang telah berlalu
tidak akan pernah kembali lagi untuk selamanya sampai hari kiamat kelak. Sesungguhnya
hari mengurangi
minggu. Minggu mengurangi
bulan. Perjalanan bulan mengurangi tahun. Pergantian tahun mengurangi umur.
Jika hakikat ini disadari oleh seorang muslim, maka sungguh ia akan berusaha maksimal
untuk mengisi dan menghiasi sisa umurnya dengan hal-hal yang bermanfaat pada hari
yang tidak bermanfaat harta dan anak yang banyak.
·
Hikmah
yang kedua, adalah agar manusia bersyukur kepada Rabbnya yang telah
memanjangkan umurnya dan masih memberikan kesempatan untuk merubah diri menjadi
lebih baik.
Dua hikmah ini
termaktub dalam firman
Allah :
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً
لِّمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا
“Dan dia
(pula) yang menjadikan
malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin
mengambil pelajaran
atau orang yang ingin bersyukur.” (QS. Al
Furqan: 62).
Waktu
itu ibarat gudang tempat penyimpanan barang. Hendaknya kita memperhatikan
keadaan dirinya masing-masing. Apa yang telah kita simpan
pada siang hari?
Apakah itu ibadah kita yang mengharap pahala
dari Allah saja? Atau
kah itu Al Qur’an yang kita
baca dan kita amalkan? Atau dzikrullah
yang dapat memperberat
timbangan kebaikan? Atau
kita lewatkan
hari-hari dengan tidur dan
kemalasan? Bagaimana pula keadaannya ketika
malam hari? Apakah kita mengisi malam-malam dengan qiyam dan
qur`an? Atau kita
lewatkan dengan sia-sia?
Jamaah shalat gerhana yang berbahagia
Gerhana matahari maupun bulan merupakan fenomena alam
yang ditakdirkan oleh Allah Azza wa Jalla untuk menunjukkan tanda-tanda
kebesaran-Nya. Di mana gerhana matahari akibat posisi bulan yang berada di
antara matahari dan bumi sehingga menghalangi cahayanya, dan gerhana bulan
akibat posisi bumi yang berada di antara matahari dan bulan sehingga tidak bisa
memantulkan cahaya matahari ke bumi.
Pada zaman Nabi shallallahu alaihi wasallam
telah terjadi satu kali gerhana matahari, tepatnya menurut ulama pada tanggal
29 Rabi’ul Awal tahun 10 Hijriyah, karena memang gerhana matahari tidak terjadi
kecuali pada akhir bulan Hijriah sedangkan gerhana bulan pada pertengahan bulan
Hijriah, bertepatan dengan meninggalnya putra beliau tercinta yaitu Ibrahim.
Kejadian gerhana matahari yang bersaman dengan
wafatnya Ibrahim, putra Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menjadikan
masyarakat jahiliyah berkeyakinan bahwa gerhana terjadi karena kematian atau
lahirnya seorang bangsawan atau yang berkedudukan tinggi. Allah subhanahu wa
ta’ala melalui Nabi shallallahu alaihi wasallam memberikan penjelasan
bahwa gerhana adalah murni fenomena alam yang merupakan ketetapan Allah subhanahu
wa ta’ala dan tidak ada kaitannya dengan kejadian apapun di muka bumi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,
عن أبي مَسْعُودٍ قال
قال النبي صلى الله عليه وسلم. إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ
لِحَيَاتِهِ ، وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، فَإِذَا
رَأَيْتُمُوهُمَا فَصَلُّوا) . رواه
البخاري ومسلم(.
“Sungguh, tidaklah terjadi gerhana matahari dan bulan
terkait kematian atau lahirnya seseorang, melainkan, keduanya merupakan
tanda-tanda kebesaran Allah. Apabila kalian melihatnya, maka laksanakanlah
shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ
مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ،
فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا
وَتَصَدَّقُوا) . رواه البخاري(.
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda
di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena
kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka
berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”
(HR. Bukhari no. 1044)
Gerhana merupakan tanda kekuasaan Allah sebagaimana
peristiwa alam yang lain: gempa bumi, angin kencang, halilintar, hujan deras
dan yang lainnya. Itu semua adalah peringatan bagi manusia agar manusia kembali
kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu, saat terjadi gerhana, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam memerintahkan orang-orang ketika itu untuk melaksanakan
shalat, berdoa, berdzikir, beristighfar, bersedekah, dan melakukan amal shaleh lainnya.
Jamaah shalat gerhana yang berbahagia
Ketika terjadi gerhana ada beberapa sikap yang
perlu dilakukan, di antaranya adalah:
1. Memiliki rasa takut kepada Allah Ta’ala.
2. Memikirkan siksaan Allah kepada orang-orang yang berbuat maksiat.
Dalam hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dalam khutbahnya seusai shalat kusuf bersabda,
مَا مِنْ شَىْءٍ كُنْتُ لَمْ أَرَهُ إِلاَّ قَدْ
رَأَيْتُهُ فِى مَقَامِى هَذَا حَتَّى الْجَنَّةَ وَالنَّارَ ، وَلَقَدْ أُوحِىَ
إِلَىَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِى الْقُبُورِ ….
“Tidak ada satu pun yang belum pernah aku lihat kecuali sekarang aku
melihatnya, di tempatku ini, sampai surga dan neraka. Telah diwahyukan kepadaku
bahwa kalian akan diuji ketika di kubur… dst.” (HR. Bukhari)
Pada saat itu diperlihatkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
surga dan neraka. Beliau juga diperlihatkan siksaan yang menimpa penghuni
neraka, dilihatnya seorang wanita yang disiksa karena mengurung seekor kucing
tanpa memberinya makan dan minum. Demikian pula dilihatnya
‘Amr bin Malik bin Luhay menarik ususnya di neraka, dimana dia adalah orang
pertama yang merubah agama Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, dia yang membawa
berhala kepada orang-orang Arab sehingga mereka menyembahnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga
bersabda:
وَاللهِ لَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا
أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً، وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا
“Demi Allah, kalau sekiranya kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya
kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”
3. Melakukan shalat Gerhana.
4. Bersegera untuk berdzikir, berdoa, beristighfar,
bertakbir, melakukan berbagai amal shaleh, melakukan shalat, dan berlindung dari azab kubur
dan azab neraka.
Takutlah dengan fenomena alami ini. Sikap yang tepat ketika fenomena
gerhana ini adalah menghadirkan perasaan takut, khawatir akan terjadi hari
kiamat. Bukan kebiasaan orang sekarang yang hanya ingin menyaksikan peristiwa
gerhana dengan mengabadikan fenomena tersebut atau sekedar mengkaji dari sisi
ilmiah saja, tanpa mau mengindahkan tuntunan dan ajakan Nabi Muhammad shallallahu
’alaihi wasallam ketika itu. Siapa tahu peristiwa ini adalah tanda
datangnya bencana atau adzab, atau tanda semakin dekatnya hari kiamat.
Lihatlah yang dilakukan oleh Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam:
عَنْ أَبِى
مُوسَى قَالَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى زَمَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَامَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ
السَّاعَةُ حَتَّى أَتَى الْمَسْجِدَ فَقَامَ يُصَلِّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ
وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ مَا رَأَيْتُهُ يَفْعَلُهُ فِى صَلاَةٍ قَطُّ ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِى يُرْسِلُ اللَّهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ
وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ
فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ
وَاسْتِغْفَارِهِ
Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, ”Pernah
terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga
beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri,
ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat
sedemikian rupa. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam lantas
bersabda,”Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang
ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau
hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti
hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka
bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah.” (HR. Muslim, Ibnu Hibban, Ibnu Khuzaimah).
Demikianlah adab-adab yang diajarkan Nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ketika terjadi gerhana. Dengan
ini, mudah-mudahan kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang diberi
petunjuk dan perlindungan oleh Allah subhanahu wa ta’ala di dunia maupun
di akhirat.
Ada beberapa hikmah yang bisa kita petik dari
peristiwa gerhana matahari :
1. Matahari dan bulan adalah
makhluk ciptaan Allah yang sangat besar dibandingkan manusia. Adanya gerhana
matahari atau bulan, merupakan salah satu
tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla. Jika yang demikian
mudah bagi Allah, maka lebih mudah lagi bagi-Nya menghidupkan manusia yang telah
mati untuk diberi-Nya pembalasan.
2. Untuk menakut-nakuti manusia agar mereka kembali
kepada-Nya dan berhenti dari berbuat maksiat serta mengisi hidupnya di dunia
dengan amal yang shaleh. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
.....وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا
تَخْوِيفًا
“.....Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk
menakut-nakuti.” (QS. Al Israa' :
59)
3. Terdapat bukti bahwa matahari, bulan dan alam semesta
ini diatur oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dan bahwa semua itu tidak
berhak untuk disembah, dan yang berhak disembah hanyalah Allah. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ
وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا
لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan
bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tetapi sembahlah Allah yang
menciptakannya, jika Dialah yang kamu sembah.” (QS. Fushshilat : 37)
4. Sebagai permisalan terhadap hal yang akan terjadi pada
hari kiamat. Jika sekiranya Allah
membiarkan tidak diperintah untuk bergerak atau beredar lagi maka akan terjadi
kiamat, sehingga akan hancur lebur semua makhlukNya. Dan perkara itu sangat mudah bagi Allah Azza wa Jalla.
5. Menunjukkan kuasanya Allah menimpakan hukuman kepada
orang-orang yang kufur dan durhaka kepada-Nya.
6. Dan mungkin masih banyak hikmah-hikmah yang lain yang
bisa dipetik atas peristiwa gerhana.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ
إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ
الخطبة الثانى
اَسْتَغْفِرُاللهَ
الْعَظِيْمِ ×6 اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمِ الَّذِى لاَاِلَهَ اِلاَّهُوَ
الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ.
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ
رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ
وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ قَالَ الله تَعَالَى فِى الْقُرْأَنِ
الْكَرِيْمِ يَاأَيُّهاَ
الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُم مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِى العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَنْبِياَئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَائِكَتِكَ الْمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اَللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَناَّ مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ ياَ أَرْحَمَ الراَّحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِيَ الحَاجَاتِ ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا
وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ،
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُالنَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَإِنَّكَ
خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْلَنَافَإِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ
وَارْحَمْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَإِنَّكَ
خَيْرُالرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَامِنَ الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ
وَنَجِّنَامِنَ الْقَوْمِ الْجَاهِلِيْنَ وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ
الْمُنَافِقِيْنَ وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الْكَفِرِيْنَ رَبَّنَا عَلَيْكَ
تَوَكَلْنَا وَاِلَيْكَ اَنَبْنَاوَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ
وَالْغِنَى اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ
نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ وَصَلىَّ
اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. . وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar