Khutbah
Pertama
اَسْتَغْفِرُاللهَ
الْعَظِيْمِ ×8 اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمِ الَّذِى لاَاِلَهَ اِلاَّهُوَ
الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ.
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتَ وَالنُّوْرِ
ثُمَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُوْنَ . اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا
بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ اتَّقُوْا اللهَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ
بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ
Marilah
kita sama-sama meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah subhanahu
wa ta’ala dengan sebenar-benar taqwa, yaitu istiqamah dalam mengerjakan
segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Mudah-mudahan dengan
istiqamah dalam keimanan dan ketaqwaan, kita akan menjadi umat yang terbaik dan
unggul serta mendapat keredaan Allah subhanahu wa ta’ala di dunia dan di
akhirat.
Muslimin
-
muslimat yang dirahmati Allah,
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman dalam
ayat 5 -6 surah Yunus,
هُوَ
الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ
لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا
بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ إِنَّ فِي اخْتِلَافِ
اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ
“Dialah yang menjadikan matahari
bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, agar kamu mengetahui bilangan tahun
dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan
dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui. Sesungguhnya
pada pergantian malam dan siang, dan segala apa yang
dijadikan oleh Allah di langit dan di bumi, ada tanda-tanda (kekuasan dan kebesaran Allah) kepada kaum yang bertaqwa.” (QS.
Yunus : 5-6)
Allah
subhanahu wa ta’ala Maha Berkuasa dan Maha Mengetahui akan segala apa
yang Ia ciptakan. Dialah yang menciptakan
apa yang ada di bumi seperti manusia, jin, tumbuh-tumbuhan dan hewan,
serta menjadikan apa yang ada di langit seperti bulan, matahari, bintang
dan sebagainya. Semua ciptaan itu sebagai bukti dan keterangan yang nyata
tentang kudrat, iradat, ilmu, kebijaksanaan serta karunia dan nikmat dari Allah
subhanahu wa ta’ala yang banyak dan luas. Hal ini mendorong supaya
makhluk-Nya memuji dan bersyukur serta mengabdikan diri sebagai hamba dengan
khusyu’ dan tawadu’ kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Umat
Islam percaya dengan penuh keyakinan
bahwa Allah subhanahu wa ta’ala pencipta dan pemelihara
seluruh alam. Segala peredaran cakrawala, bumi, bulan dan matahari di bawah
kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala, dan Allah
yang menggerakkannya. Peredaran bulan dan matahari yang teratur setiap hari
secara berganti-ganti, matahari beredar di waktu siang, dan bulan beredar di
waktu malam adalah atas kudrat dan iradat Allah subhanahu wa ta’ala dan Allah
mempunyai hikmah dan tujuan tersendiri. Maha Suci Allah, Pencipta
sekalian alam.
Muslimin
- muslimat yang diberkati
Allah,
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman dalam
Surah Ibrahim ayat 33,
سَخَّرَ
لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ
وَالنَّهَارَ
“Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari
dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan
bagimu malam dan siang.”
(QS. Ibrahim : 33)
Sesungguhnya
Allah menjadikan malam dan siang adalah sebagai tanda kekuasaan atau bukti
kekuasaan-Nya. Dengan pergantian malam dan
siang, akan mengakibatkan perubahan dan
perbedaan cuaca, masa dan waktu. Begitu juga
dengan kejadian gerhana, baik itu gerhana matahari ataupun gerhana bulan. Gerhana itu adalah suatu perubahan, suatu
kejadian, suatu keagungan dan kebesaran Allah yang terjadi pada matahari dan
bulan, di mana kejadian ini adalah suatu perkara yang amat mudah bagi Allah subhanahu
wa ta’ala melakukan-Nya.
Oleh
karena itu jika terjadi gerhana matahari atau bulan, hal ini bukan merupakan
suatu tanda akan timbul suatu kejadian yang aneh dan mengkhawatirkan, tetapi
gerhana itu terjadi atas sifat wajib bagi Allah subhanahu wa ta’ala yaitu
Allah Maha Berkehendak dan Maha Berkuasa atas segala sesuatu yang tidak dapat
dihalangi oleh apapun dan siapapun kekuatan di dunia ini, sebagaimana hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ
مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ،
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِىَ
”Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara
tanda-tanda kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena
kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat keduanya, berdo’alah pada
Allah, lalu shalatlah hingga gerhana tersebut hilang (berakhir).” (HR. Bukhari no.
1060 dan Muslim no. 904)
Muslimin
- muslimat yang diberkati Allah,
Apabila
terjadi gerhana, kita sebagai umat Islam adalah dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam supaya bersegera untuk melakukan perkara-perkara yang
menyebabkan Allah subhanahu wa ta’ala senang seperti berdoa, berdzikir, mengerjakan
shalat, bertakbir, bersedekah dan beristighfar. Sebagaimana hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ
مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ،
فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا
وَتَصَدَّقُوا) . رواه البخاري(.
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda
di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena
kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka
berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”
(HR. Bukhari no. 1044)
Dengan terjadinya gerhana matahari, bersegera
melaksanakan shalat, berdzikir dan berdoa karena timbul perasan khawatir dalam
diri Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, akan datangnya hari
kiamat. Inilah ciri-ciri orang yang
mempunyai iman dan taqwa yang sempurna. Dalam sebuah hadits disampaikan :
عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ خَسَفَتِ
الشَّمْسُ فِى زَمَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَامَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ حَتَّى أَتَى الْمَسْجِدَ
فَقَامَ يُصَلِّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ مَا رَأَيْتُهُ
يَفْعَلُهُ فِى صَلاَةٍ قَطُّ ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِى يُرْسِلُ اللَّهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ
وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ
فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ
وَاسْتِغْفَارِهِ
Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu
menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir
akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian
beliau mengerjakan shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum
pernah melihat beliau melakukan shalat sedemikian rupa. Nabi
shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda,”Sesungguhnya ini adalah
tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah
terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan
demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari
gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampun
kepada Allah.” (HR. Muslim,
Ibnu Hibban, Ibnu Khuzaimah).
Kita
sebagai ummat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, harus berusaha
dengan sungguh-sungguh untuk mengikuti dan mencontoh beliau dalam perkara ini
untuk melaksankn shalat, berdzikir dan berdoa. Timbulkan
juga perasaan khawatir bagaimana kalau datang hari kiamat. Hari kiamat adalah
hari yang amat dahsyat, dimana matahari dan bulan disatukan oleh Allah. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
يَسْأَلُ
أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ وَخَسَفَ الْقَمَرُ
وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ يَقُولُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ
الْمَفَرُّ كَلَّا لَا وَزَرَ إِلَىٰ رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ ) سورة
القيامة: (6 –
12
“Dia bertanya (secara mengejek):
“Bilakah datangnya hari kiamat itu?” Maka (jawabnya) : Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayanya, dan matahari dan bulan dikumpulkan, pada hari itu manusia berkata: "Ke mana
tempat lari?" Sekali-kali
tidak! Tidak ada tempat berlindung! Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah
dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.” (QS. Al Qiyamah : 6-12)
Oleh karena itu marilah kita melakukan
perkara-perkara yang baik dan menghindari melakukan
perkara-perkara mungkar dan maksiat serta perbuatan syirik yang bertentangan
dengan ajaran agama Islam. Mudah-mudahan kejadian gerhana matahari ini akan
menimbulkan kesadaran, menambah serta menguatkan keimanan dan ketaqwaan kita
kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman dalam
Surah Ali ‘Imran ayat 190 – 191:
إِنَّ فِي
خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ
لِأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا
وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Sesungguhnya
pada penciptan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang, ada tanda-tanda
kekuasaan, kebijaksanaan dan keluasan rahmat Allah bagi orang-orang yang
berakal : Yaitu orang-orang yang menyebut dan mengingat Allah ketika mereka
berdiri, duduk dan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi sambil berkata: Wahai Tuhan kami! Tidaklah engkau menjadikan semua ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau maka peliharalah kami dari adzab neraka.”
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ
تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ وَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ
لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الُمْسِلِمْينَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ
وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ فَيَا فَوْزَ المُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا
نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah
Kedua
اَسْتَغْفِرُاللهَ
الْعَظِيْمِ ×6 اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمِ الَّذِى لاَاِلَهَ اِلاَّهُوَ
الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ.
الحَمْدُ
ِللهِ الَّذِى خَلَقَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالقَمَرَ نُوْرًا , وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلهَ إِلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ
لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ , اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا
بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ اتَّقُوْا اللهَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ
بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ
إِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَااَّلذِيْنَ
آمَنُوْ ا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وعلى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِى العَالَمِيْنَ
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ
الأحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ وَقَاضِيَ الحَاجَاتِ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ
ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ , اللّهُمَّ لا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لايَخَافُكَ وَلا
يَرْحَمُنَا , اللّهُمَّ
انْصُرِ المُجَاهِدِيْنَ الَّذِيْنَ يُجَاهِدُوْنَ فِي سَبِيْلِكَ فِي كُلِّ
زَمَانٍ وَمَكَانٍ ,
اللّهُمَّ
أَعِزَّ الإسْلامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِّلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ
وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَانْصُرْ عِبَادَكَ المُؤْمِنِيْنَ رَبَّنَا
لاتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ
رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّاب رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ
اللهِ ! إِنَّ
اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإ حْسَانِ وَاِيْتَآءِ ذِيْ القُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
فَاذْكُرُوْا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا عَلَى نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكَمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Perhatian
:
Syaikh
Ali Syabramallisi berpendapat bahwa dibacakan istighfar sebagaimana Khutbah
Sunat Istisqa’ (Minta hujan) yaitu :
اَسْتَغْفِرُ
الله َ العَظِيْمَ الذي لاَ اله اِلاَّ هُوَ الحَيُّ القَـيُّومُ وَاَ تُوْبُ
اِلَيْهِ
9 kali pada awal
khutbah pertama dan 7 kali pada awal khutbah yang kedua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar