Pages

Senin, 31 Desember 2012

104. BAYAN MAULANA AHMAD LAT

Maulana Ahmad Lat

 Markaz Dakwah Banglawali Masjid Nizamuddin India
Bayan Subuh
Nizammuddin, New Delhi, India
Assalamu alaikum warahmatullah wabarakatuh
Alhamdulillah, Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, shalawat serta salam kita panjatkankan kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarganya yang mulia dan para sahabat yang agung, juga kepada pengikutnya yang setia hingga akhir zaman, bahwasanya kita semuanya masih diberikan kesehatan dan kesempatan pada hari ini untuk sama-sama melaksanakan perintah-Nya dan beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Segala sesuatu ada awalnya dan ada akhirnya, tetapi Allah adalah yang pertama yang tidak punya awal (The First that have no beginning) dan yang terakhir tetapi tidak punya pengakhiran (The last that have no end).1] Setiap ciptaan punya kehidupan dan kematian, tetapi Allah adalah yang hidup dan yang tidak pernah mati.2] Bahkan Allah yang menghidupkan, memberi kehidupan, dan yang mematikan, lalu membangkitkannya ciptaanNya.3]
Segala sesuatu yang mempunyai awal dan akhir telah dicatat di lauh mahfudz. Seseorang tidak dapat menghindari atau lari dari rizki sebagaimana mereka tidak dapat lari dari kematian. Perkara ini telah Allah tetapkan di dalam Lauh Mahfudz 50.000 tahun sebelum Allah ciptakan segala sesuatu.4] Mati akan datang kepada kita walaupun kita dilindungi oleh benteng yang paling kuat.5] Dan rizki akan datang kepada kita walaupun kita bersembunyi ditempat yang tidak diketahui manusia. Rizki dan Mati ini perkara yang tidak bisa dipisahkan. Tidak mungkin seseorang mati sebelum rizkinya habis. Mati ini akan datang setelah rizki kita habis. Tidak ada satu mahlukpun yang mati kekurangan rizki, mati dan rizki ini telah ditentukan. Mati ini ketentuan Allah, dan rizkipun ketentuan Allah, namun Allah berikan kita asbab-asbab kematian dan rizki untuk menguji keyakinan kita.6]
Allah Maha mengetahui segala kejadian, dan segala kejadian ini adalah hasil kerjanya Allah Ta’ala. Seluruh Alam ini bergerak atas Qudrat dan IradahNya, Kekuasaan dan KehendakNya. Tidak ada sesuatu yang dapat terjadi diluar izin Allah Ta’ala, semuanya harus ada izin Allah. Semua yang bergerak atas dasar ketaatan akan membawa Ridho Allah, dan semua yang bergerak atas kemaksiatan kepada Allah akan membawa murkanya. Semua yang terjadi dimasa lalu dan dimasa akan datang adalah perkara lama bagi Allah, bukan hal baru, semuanya telah Allah ketahui.7]
Pengorbanan disisi Allah tidak ada yang sia-sia, Allah akan berikan setiap pengorbanan, balasan yang baik dunia dan akherat. Allah akan gandakan setiap kebaikan yang kita buat sebanyak yang Allah mau nanti di akherat.8] Di dunia setiap kebendaan, harga diri, jabatan, harta yang kita korbankan untuk agama akan Allah gantikan dengan sesuatu yang lebih baik. Di dunia, Allah akan masukkan kedalam mereka Ketaqwaan dan Qonaah ketika hidup di dunia. Di dalam kehidupan mereka akan Allah hadirkan suasana sakinah penghuni surga. Di akherat mereka akan Allah berikan kenikmatan yang tidak pernah terbesit oleh hati, terlihat oleh mata, bahkan terpikirkan oleh akal.9] Allah akan beri kita satu amal saja dengan balasan di akherat yang nilainya 10 kali lipat langit dan bumi.10]
Di akherat nanti semua orang akan terkejut melihat semuanya yaitu kedahsyatan huru-hara di akherat. Semua mata waktu itu akan terbuka selebar-lebarnya. Ketika inilah penglihatan sebenarnya akan dibukakan Allah, segala sesuatu yang ghaib akan terlihat. Semua yang tadinya hanya terdengar sebagai cerita telah menjadi kenyataan. Ketika itu semua orang akan sepakat dan satu kata : “Ya Allah, kini kami bersaksi akan kebenaran ini, dan kami menyesal. Kembalikanlah kami kedunia, maka kami akan beramal shaleh.”11] Namun ketika ini segala penyesalan sudah tidak ada gunanya lagi. Semua orang akan menyematkan dirinya masing-masing. Bahkan seorang ibu yang rela mati didunia buat anaknya, tidak akan bisa atau mau menolong anaknya di akherat nanti.12]
Manusia ini sebenarnya buta, mereka tidak bisa melihat yang sebenarnya yaitu : kubur, makhsyar, shirat, surga, dan neraka. Padahal itu semua bukan cerita dongeng. Celakanya seorang yang buta bukan karena dia tidak bisa melihat, tetapi karena dia tidak mau mendengar orang yang bisa melihat. Sebagaimana para nabi yang telah melihat perkara yang ghaib memperingatkan kita yang buta tentang kehidupan sesudah mati. Para Nabi ‘alaihimush shalatu wassalam ini adalah orang-orang yang telah Allah perlihatkan kehidupan sesudah mati. Bagi mereka dari kubur hingga surga dan neraka bukan lagi sebagai cerita, tetapi kenyataan yang menunggu umat manusia. Para Nabi ‘alaihimush shalatu wassalam dapat melihat hal yang sebenarnya, sedangkan kita tidak. Celakanya kita sebagai orang tidak dapat melihat adalah tidak mau mendengar kata Nabi sebagai orang yang bisa dan telah melihat.13]
Segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini ada batasnya, seperti penglihatan, pendengaran, kesehatan, umur, bahkan kesenangan dan kesedihan sekalipun. Tetapi setelah masuk kubur sesuatu yang terbatas menjadi tidak terbatas seperti penglihatan, pendengaran, umur, rasa sakit dan rasa senang. Semua batas akan Allah angkat, sehingga segala yang ghaib menjadi nyata setelah kita mati.
Allah menguji kita :
1.    ketika kaya dan ketika miskin
2.    ketika sehat dan ketika sakit
3.    Ketika senang dan ketika susah
4.    Ketika disakiti dan ketika mampu menyakiti
5.    Ketika kita melihat kesenangan orang dan ketika kita melihat kesusahan orang.
Semua ini adalah ujian dari Allah, dan Allah catat semua perbuatan kita ini untuk dipertanggung jawabkan di pengadilan Allah. Allah telah uji Bani Israil ketika mereka dalam keadan susah, menjadi budak dan takut kepada Fir’aun. Lalu Allah keluarkan mereka dari budak Fir’aun menjadi budak Allah, dari rasa takut terhadap firaun menjadi takut kepada Allah. Kehidupan Bani Israil setelah itu membaik, tidak ada lagi rasa takut, yang ada rasa aman dan sejahtera. Namun celakanya Bani Israil ini adalah ketika mereka dalam keadaan senang ini mereka lalai dan kufur dari Nikmat Allah. Mereka durhaka kepada Allah, sehingga Allah hancurkan mereka sebagaimana Allah telah hancurkan Fir’aun. Allah hinakan mereka seperti Allah hinakan Fir’aun. Allah binasakan dan hinakan mereka yang durhaka dan kufur kepada Allah seperti Iblis, Qorun, Fir’aun, dan lain-lain.14]
Tragedi terbe]ar dalam kehidupan manusia adalah bukan ketika ekonomi dunia hancur, atau ketika manusia gagal pergi ke mars, atau rusaknya odzon, tetapi ketika dunia ini telah kehilangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kehadiran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini di dunia ini adalah sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin, Rahmat bagi seluruh Alam. (QS. Al-Anbiya, 21 : 107).15] Satu-satunya nama yang bersanding dengan nama Allah di arasyNya. Keberkahan beliau tidak hanya untuk manusia saja, tetapi untuk binatang, tumbuh-tumbuhan, juga para jin sekalipun. Awan selalu menaunginya dari panas matahari, batu-batuan memberi salam kepadanya, pohon-pohon membungkuk kepadanya, binatang mengadu kepadanya, asbabnya Jinpun masuk kedalam Islam. Inilah kemuliaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai rahmat Allah untuk seluruh alam.16] Karena beliau derajat ummat ini naik disisi Allah melebihi derajat ummat-ummat sebelumnya.17]
Seseorang ini akan dinilai oleh Allah, sejauh mana ia mampu menyempurnakan hidupnya seperti hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Hidupnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah kesempurnaan hidup yang telah Allah buat untuk manusia mengikutinya. Kesempurnaan Hidup yang dicontohkan oleh Nabi ini adalah Cara Hidup Islam.18] Islam ini adalah cara hidup Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam selama 24 jam. Setiap perbuatan dan perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah amal. Semua kehidupan selain kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mendatangkan nilai apapun disisi Allah Ta’ala.
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus sahabat untuk mengantar surat kepada seorang Raja untuk menawarkan Agama. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menulis : Lihatlah sahabatku dan segala prilakunya jika engkau ingin mempelajari Islam. Pendidikan keimanan yang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan kepada para sahabat hasilnya membuat kehidupan Sahabat sulit dibedakan dengan kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Inilah kesempurnaan Iman para sahabat sehingga Keberkahan Hidup yang Allah berikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga Allah berikan kepada sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Sahabat mengetahui tingginya nilai Iman dan Amal, sehingga segala sesuatu yang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lakukan, pasti mereka lakukan. Apapun yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi agama dan mendatangkan nilai disisi Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, dalam mahfum : “Berimanlah kamu seperti sahabat-sahabatku beriman.” (Al Hadits)
Sahabat mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melebihi cinta mereka kepada anaknya, ayahnya, istrinya, hartanya, bahkan jiwa mereka sekalipun.19] Mereka siap tidak mengakui anak mereka, orang tua mereka, harta mereka, kerabat mereka, jika itu semua dapat menjauhkan mereka dari nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Seorang sahabat, Zaid radhiyallahu ‘anhu, hendak dijemput oleh ayahnya yang telah terpisah bertahun-tahun. Tetapi Zaid radhiyallahu ‘anhu menolaknya karena ia ingin selalu dekat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.20] Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu pernah berkata kepada anaknya bahwa dia rela membunuh anaknya yang belum masuk islam di perang badr karena dia lebih mencintai Allah dan RasulNya. Sahabat tidak masalah hidup tidak berjumpa anak, istri, harta, dan orang tua mereka ketika hijrah ke Madinah, namun sahabat radhiyallahu ‘anhum tidurpun tidak bisa sebelum berjumpa dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam mahfum : “Tidak sempurna Iman kalian sebelum kalian mencintaiku melebihi hal-hal yang kalian cintai.”
Seseorang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Saya ini benar-benar Mukmin (beriman).” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Katakanlah saya ini muslim (Islam), bukan mengatakan saya ini mukmin (beriman).” Islam ini adalah cara hidup, sedangkan Iman adalah keyakinan yang sempurna dan mutlak kepada Allah. Jika kita sudah hidup dengan keyakinan yang sempurna maka hidup kita akan menjadi kehidupan yang penuh dengan karomah seperti kehidupan sahabat :
1. Suatu ketika Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu diminta untuk meminum Racun jika dia benar-benar yakin kepada Allah. Lalu Khalid radhiyallahu ‘anhu meminum racun itu seperti dia meminum air putih. Bukannya mati setelah meminum racun, tatapi asbab meminum racun itu penyakit yang dideritanya malah hilang.
2. Sahabat Saad radhiyallahu ‘anhu melintasi sungai dengan tentaranya tanpa air menyentuh telapak kaki kuda.
3. Sahabat hanya dengan sholat 2 rakaat dapat menyebabkan orang yang mati menjadi hidup kembali.
Ini semua dapat terjadi karena keimanan sahabat yang sempurna kepada Allah Ta’ala. Ketika seseorang menginjak semut apakah dia akan takut lalu menjerit ? tentu tidak karena semut itu kecil dimatanya. Inilah yang dilihat sahabat ketika menghadapi masalah seperti gempa, lahar gunung, tentara musuh, singa, racun, dan lain-lain. Mereka melihat masalah ini seperti mereka melihat semut kecil tadi. Semua masalah adalah mahluk Allah, mahluk tidak perlu ditakuti. Mahluk tidak dapat menyakiti tanpa seizin Allah.
Kelemahan dalam kehidupan manusia terjadi karena manusia tidak percaya dan tidak yakin pada Allah. Ini hanya menimbulkan kerugian dalam kehidupan mereka sendiri dan kehidupan setelah mati. Segala sesuatu dalam kehidupan manusia menjadi tidak beres bahkan mendatangkan mudharat kepada yang lain asbab manusia tidak yakin pada Allah. Jika semua manusia taat dan yakin pada Allah, maka tidak akan terjadi kerusakan dan kesedihan di dunia ini. Kerusakan dan penderitaan yang dihadapi manusia terjadi hanya karena mereka tidak mau taat dengan apa yang Allah bilang.
Agama akan datang dalam kehidupan kita jika kita ada fikir dan risau terhadap agama. Sebagaimana Agama datang kepada Ibrahim ‘alaihis salam setelah beliau ada fikir atas agama, fikir atas penciptaan dan penciptanya. Agama turun di mekah setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ada fikir dan risau atas agama dan umat. Jika kita mempunyai fikir dan risau seperti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kehidupan kita akan terbentuk seperti kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun untuk dapat mendapatkan fikir dan risau ini diperlukan latihan yang terus menerus.
Kita harus bisa merubah keyakinan kita terhadap kebendaan menjadi yakin pada Allah dan Amal. Kebendaan yang kita miliki ini tidak akan pernah dapat memberikan kebahagiaan atau manfaat kepada kita, selain dari yang Allah telah tetapkan. Seluruh kebahagiaan ini merupakan pemberian dari Allah dan karena IradahNya, keinginanNya. Jika kita mau bahagia, berdo’a, minta saja pada Allah. Setelah berdo’a baru kita tunaikan hak dari berdo’a yaitu dengan melengkapi asbab-asbabnya.
Sahabat dahulu orang yang jahil, namun karena mereka berkorban banyak untuk agama, sehingga Allah ridho pada mereka dan Allah ampuni dosa-dosa mereka. Penting kita tingkatkan perngorbanan kita sehingga sampai kepada level pengorbanan para sahabat seperti Bilal radhiyallahu ‘anhu, Kabab radhiyallahu ‘anhu, Umair radhiyallahu ‘anhu, dan lain-lain. Sahabat sampai disiksa karena mereka mempertahankan keyakinannya, sedangkan hari ini kita tidak ada yang menyiksa malah meninggalkan keyakinan kita. Inilah perbedaan keadaan kita sekarang dengan keadaan sahabat dulu. Allah akan sudi mengampuni kita dan mengangkat derajat kita di akherat, jika kita mau berkorban demi memperjuangkan agama Allah. Asbab pengorbanan dan ketabahan sahabat menghadapi penderitaan sehingga agama dapat wujud dalam diri mereka, keluarga mereka, dan umat di seluruh alam. Perlu kita tanamkan semangat dalam diri kita untuk melakukan pengorbanan yang sama dengan sahabat dalam mempertahankan agama Allah. Kemuliaan dan Kesuksesan yang di berikan Allah kepada sahabat radhiyallahu ‘anhum akan di berikan kepada umat ini jika umat ini mau melakukan pengorbanan seperti yang dilakukan oleh para Sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
Sahabat radhiyallahu ‘anhum dahulu tidak pernah mencari alasan untuk meninggalkan ketaatan kepada Allah. Bahkan dalam keadaan beralasan sekalipun, seperti ada udzur sakit sekalipun, sahabat tidak pernah meninggalkan ketaatan kepada Allah. Hari ini umat diajak untuk taat malah mencari alasan untuk meninggalkan ketaatan. Suatu hari ada jemaah yang pergi ke daerah orang miskin. Lalu ada seorang miskin yang tidak pernah ke mesjid, di datangi oleh jemaah. Si miskin minta di do’akan agar ia dapat kerja, sehingga ia bisa ke mesjid. Sebab kemiskinannya telah menyebabkan dia sibuk mencari kerja dan menjaga anak. Ia berkata, “Saya tidak ada waktu ke mesjid sedangkan keluarga saya hidup kelaparan !” Lalu seminggu kemudian, ada pabrik buka di daerah si miskin tadi. Akhirnya si miskin tadi bisa mendapat pekerjaan. Selang berapa lama, akhirnya ada rombongan berikutnya masuk ke daerah si miskin tadi. Namun kali ini setelah di ajak untuk ke mesjid, dia berkata, ”Saya tidak ada waktu untuk ke mesjid karena saya sibuk kerja di pabrik dan mengurus keluarga.” Lalu jemaah berkata, “Kalau begitu saya do’akan tuan agar bisa punya waktu untuk ke mesjid.” Namun orang itu malah berkata, “Jangan pabrik itu baru buka, kalau kamu do’akan biar saya punya waktu luang berarti pabrik itu harus tutup. Kalau pabrik tutup saya dan keluarga saya mau makan pakai apa?” Hari ini ummat di waktu yang luang dan waktu yang sempit tetap tidak bisa taat kepada Allah. Mau kehidupannya senang ataupun susah, tetap tidak dapat memberikan waktunya untuk Allah. Inilah ummat saat ini, bisanya hanya mencari alasan untuk tidak taat kepada Allah. Sungguh beda kehidupan kita dengan sahabat radhiyallahu ‘anhum.
Allah telah berikan agama kepada manusia untuk membedakan mereka dengan hewan. Jika kita lihat kehidupan hewan ini adalah kawin, melahirkan, makan, minum, kerja, cari makan, lalu mati. Tanpa agama, maka kehidupan kita tidak ada bedanya dengan kehidupan hewan yang hina dan rendah. Begitulah Allah memandang manusia yang tidak mau taat pada Allah, seperti manusia melihat binatang. Kehidupan yang tidak ada agama di mata Allah adalah seperti kehidupan hewan yang hina di mata manusia. Kini kehidupan manusia sudah seperti kehidupan binatang karena jauhnya kehidupan mereka dari agama. Bahkan kini manusia asbab mereka jauh dari agama, hal-hal yang binatang tidak mau lakukan malah dilakukan oleh manusia. Seperti : orang tua membunuh anaknya dengan aborsi atau anak membunuh orang tua demi warisan. Padahal hewan pun masih bisa menjaga kasih sayang di antara keluarganya. Tanpa Agama kehidupan manusia bisa jadi lebih rendah dibanding kehidupan binatang.22]
Agama itu adalah cara hidup manusia yang telah Allah siapkan untuk di ikuti. Allah akan berikan kepada orang yang taat terhadap aturanNya, kebaikan-kebaikan dunia dan akherat. Di balik perintah Allah ini ada janji-janji Allah dan ada pertolongan dari Allah. Janji Allah dalam setiap perintahNya ini lebih pasti dibandingkan dengan janjinya seorang manusia. Allah sudah tetapkan cara hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini sebagai satu-satunya cara yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan hidup di dunia dan di akherat. Segala prilaku nabi, pekerjaan nabi, pola hidup nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah Allah jadikan sebagai tolak ukur amal kebaikan yang mendatangkan pertolongan Allah. Sudah menjadi ketetapan Allah, selain dari kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hanya akan mendatangkan kesusahan dan penderitaan yang tidak terbatas. Semua cara hidup selain dari cara hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam akan mengantarkan manusia kepada kebinasaan. Satu-satunya jalan hidup yang mendatangkan nilai disisi Allah hanya jalan hidup nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Inilah yang di ikuti oleh para sahabat, dan inilah yang harus kita ikuti. Jika kita mau mengikuti kehidupan Nabi dan para Sahabat maka nanti Allah akan bangkitkan kita bersama mereka, bukannya bersama Fir’aun, Qorun, atau Hamman.
Dalam mahfum hadits: “Barang siapa yang mengikuti kehidupan suatu kaum maka Allah akan bangkitkan dia bersama kaum yang di ikuti tersebut”23] ( Al Hadits )
Akherat adalah kehidupan yang terbentuk dari amal yang kita lakukan di dunia. Apakah orang itu ketika hidup di dunia memilih hidup cara kekasih Allah atau cara Musuh Allah. Jalan kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah satu-satunya jalan hidup yang dapat menghantarkan kita kepada SurgaNya Allah Ta’ala. Inilah yang namanya jalan keselamatan atau Darrussalam. Para Nabi dan sahabat mengajak manusia kepada jalan keselamatan, sedangkan musuh-musuh nabi mengajak manusia kepada jalan kebinasaan. Allah beri kita kebebasan untuk memilih jalan hidup, jalan mana yang mau kita ambil. Salah ambil keputusan akibatnya adalah kesengsaraan yang tidak ada batasnya. Seseorang menjelang sakratul maut, maka Allah akan tampakkan kepadanya Surga dan Neraka sebagai tempat dia kembali. Kehidupan yang wujud amal-amal agama akan mengantarkan seseorang ke surgaNya Allah. Kehidupan yang tidak wujud amal-amal agama akan mengantarkan orang tersebut ke Neraka JahannamNya Allah.
Iman ini mempunyai rasa, sama seperti rasa buah-buahan, ada yang manis, ada yang hambar, dan ada yang asam. Namun Iman ini hanya bisa dirasakan oleh kita sendiri bukan orang lain. Ketika seseorang suka terhadap suatu makanan, tanpa disuruhpun orang tersebut akan memakannya lagi dan lagi. Begitu juga orang yang merasakan manisnya usaha Iman. Iman ini akan terasa manis sejauh mana kita mengenal Allah. Di mulai dari Allah adalah Rabb kita, yaitu pemelihara tunggal. Jika kita telah mengenal dan meyakini bahwa Allah adalah Rabb kita, maka kita akan menyibukkan diri kita hanya dengan ketaatan kepada Allah. Namun hari ini asbab manusia tidak yakin Allah sebagai pemelihara mereka, yang rizkinya adalah Allah yang menanggung, sehingga hari ini banyak manusia yang lari mencari pertolongan dari selain Allah. Rizki manusia ini seluruhnya datangnya dari Allah, berapa jumlahnya dan kapan habisnya ini hanya Allah yang tau. Rizki ini tidak harus berupa makanan dan kebendaan, tetapi bisa juga berupa ketaatan. Nanti akan datang suatu masa dimana sengan dzikir saja Allah akan berikan orang itu kekenyangan.
Jika Iman lemah maka ibadah-ibadah lain akan lemah, dan do’apun akan melemah. Do’a kita akan mempunyai kekuatan jika Iman kita kuat. Iman yang kuat akan membuat do’a menjadi efektif. Saat ini yang paling penting buat kita adalah bagaimana selama 24 jam ini kita pelihara dan tingkatkan Iman kita. Jadikan usaha atas Iman ini seperti kita menghirup udara, tidak mungkin kita stop menghirup udara. Jika kita keluar 4 bulan setiap tahun, itu baru 1/3 dari udara yang kita perlukan. Mengapa hari ini kita tidak bisa menikmati yang namanya Iman, ini karena kita tidak ada usaha atas Iman. Rasa dari suatu usaha akan timbul dari pengorbanan kita atas usaha tersebut.
Iman akan terasa manis ketika kita mengetahui dan mengenal Allah sebagai Rabb kita. Ketika ini kita akan lupakan pekerjaan kita, kita akan lupakan, perdagangan kita, kita akan lupakan pertanian kita, yang kita mau lakukan hanya menyenangkan Allah. Kita harus mempunyai keyakinan bahwa Allah adalah Rabb kita satu-satunya, pemelihara tunggal. Dari yakin yang kuat akan menghasilkan amal yang kuat. Amal yang berkeyakinan inilah yang Allah mau. Sejauh mana kita menyenangkan tuan kita, sejauh itu tuan kita akan memelihara kita dengan baik, seperti inilah antara Allah dengan hambanya. Jika Allah tunjukkan dirinya pada kita, maka segalanya akan berubah bagi kita di dunia ini. Kita akan melupakan dunia dan hanya mengabdi pada Allah. Mudah saja bagi Allah membuat manusia ini beriman, tetapi yang Allah mau adalah melihat manusia ini berkorban untuk perkara Iman. Allah sudah punya malaikat sebagai ahli ibadah yang dapat mengetahui langsung Allah sebagai Rabb seluruh alam. Inilah yang menyebabkan iman manusia lebih afdhol dibanding iman para malaikat.
Manusia mempunyai tradisi, namun jika agama sudah siap kita ambil sebagai pedoman hidup, maka yang namanya tradisi ini harus ditinggalkan. Dan Agama juga bukan tradisi atau sekedar ibadah-ibadah formalitas. Kita membuat agama menjadi tradisi dan formalitas karena kita tidak mengenal agama kita sendiri. Agama ini adalah solusi bagi seluruh masalah kita jika kita yakini dan kita jalani dengan benar. Masalahnya hari ini karena kelemahan Iman kita, sehingga kita jalani agama ini sebatas rutinitas ibadah dan formalitas. Untuk dapat menghilangkan tradisi adat istiadat dan ibadah formalitas, kita harus yakin dulu pada perintah Allah dan apa yang diucapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Jika kita tidak mau meninggalkan tradisi demi perintah Allah dan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka adzab Allah akan turun. Masalah akan datang jika kita tinggalkan perintah Allah dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan adzab Allah ini terjadi di dunia dan di akherat, di duniapun Allah akan adzab kita jika kita tidak mau taat.
Segala sesuatu yang kita lakukan ini di dunia telah tercatat oleh malaikat “Kiroman Katibin”, Malaikat pencatat.24] Ini adalah suatu kenyataan yang tidak bisa di pungkiri oleh orang yang mempunyai Iman. Semua alat tubuh kita dari tangan, kaki, mata, telinga, perut, hati, dan fikiran adalah alat untuk mendapatkan Iman. Jika ini tidak kita gunakan untuk Allah, maka kita akn gunakan untuk selain Allah, dan ini akan Allah hisab. Semuanya akan menjadi saksi atas amal baik dan amal buruk yang kita kerjakan. Peralatan tubuh ini dapat menjadi alat untuk mendapatkan Iman atau merusak Iman, semuanya tergantung pada kita. Kita akan di hisab oleh Allah untuk setiap waktu yang di gunakan, nikmat yang telah di berikan,amal yang telah di kerjakan, dan keburukan yang telah kita lakukan. Segala hasil yang kita terima di kehidupan Akherat akan dinilai dari kebaikan dan keburukan yang kita lakukan di dunia.
Perbedaan antara orang kafir dan orang beriman terletak pada keyakinan terhadap kehidupan sesudah mati. Hari ini kenapa kehidupan kita tidak jauh seperti orang kafir. Ini karena keyakinan kita terhadap kehidupan sesudah mati sama seperti mereka. Kalau kita mempunyai keyakinan terhadap kehidupan sesudah mati, maka seluruh nikmat dunia kita akan terasa hambar dan kita hanya akan memikirkan kehidupan akherat kita saja. Ketika kita berikrar :
1. Rodhiitubillaahi Rabba : Mengakui Allah sebagai Rabb kita
2. Wabil Islaami Diinaa : Mengakui Islam sebagai Cara Hidup kita
3. Wabi Muhammaddin Nabiyya wa Rasuulaa : Mengakui Muhammad sebagai Nabi dan Rasul
4. Wabil Qur’aani Imaamaa wa Hakaamaa : Mengakui Qur’an sebagai Imam dan sumber hukum
Jika ini sudah kita ikrarkan maka sudah seharusnya tugas kita tidak lain adalah menyenangkan Allah semata. Segala Imbalan yang Allah berikan kepada kita di dunia dan di akherat hanya bisa di dapat dengan Agama. Sejauh mana kita menjalankan ini secara sempurna, sejauh itu Allah akan memberikan kepada kita imbalan di dunia dan di akherat. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan hidupnya selama 24 jam kepada manusia untuk di ikuti, dan tidak ada yang dirahasiakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada manusia.
Dengan Dakwah maka akan tercipta suasana Imaniat dan suasana Amaliat. Jika suasana Agama terbentuk maka Iman kita akan terjaga dan terpelihara. Suasana Amal Madinah adalah salah satu sarana yang menyebabkan Iman para sahabat terpelihara dan terjaga. Sahabat berkata “Tuhanku adalah tuhan yang satu yaitu Allah dan Nabiku adalah Muhammad Rasullullah. Tiada cara hidup lain yang saya ikuti selain cara hidup Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hidupku hanya untuk Allah dan RasulNya semata. Seluruh yang aku miliki hanya untuk Allah dan Rasulnya semata.” Inilah keyakinan sahabat, sehingga berbagai penderitaan dan cobaan sanggup mereka lewati.
Iman sahabat adalah bukti Iman dan kehidupan yang sempurna. Kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah contoh kehidupan yang sempurna disisi Allah. Sahabat semuanya dapat mengikuti kehidupan yang telah di contohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Para kaum kafirin dengan siksaan yang telah mereka berikan kepada sahabat, berharap agar sahabat mau meninggalkan keimanan mereka. Namun apa yang terjadi, justru asbab penyiksaan para kaum kafirin, Iman sahabat jadi meningkat, tidak berkurang sedikitpun. Bilal radhiyallahu ‘anhu pernah di tanya kapan masa dia paling bahagia, dia menjawab, “Ketika aku disiksa oleh majikanku dan Abu Jahal ketika itu, di panggang dibawah terik matahari dan di tindih dengan batu yang besarnya melebihi bobotku.” Inilah asbab keimanan sahabat yaitu dengan pengorbanan dan bersusah payah untuk Iman.
Sahabat disiksa karena melakukan usaha atas Iman. Sahabat juga berdagang, hanya saja perdagangan mereka sering diganggu oleh kaum kafir asbab usaha dakwah yang mereka lakukan. Inilah pengorbanan sahabat buat agama. Untuk perkara ini kita perlu siapkan diri kita berkorban seperti Sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Tahap pertama adalah belajar berkorban keluar di jalan Allah untuk mendapatkan Iman.
Insya Allah bersedia 4 bulan di jalan Allah……….
Keterangan Bayan :
1]. Allah subhanahu wa ta'aala berfirman :
هُوَ الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin ; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Hadid : 3)
2]. Allah subhanahu wa ta'aala berfirman
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ  وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar Rahman : 26-27)

3]. Allah subhanahu wa ta'aala berfirman
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…” (QS. Ali Imran : 185)
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu di kembalikan” (QS. Al-Anbiyaa' : 35)
وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ ۚ وَمَا لَهُم بِذَ‌ٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ
“Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al Jatsiyah : 24)
فَانظُرْ إِلَىٰ آثَارِ رَحْمَتِ اللَّهِ كَيْفَ يُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ إِنَّ ذَ‌ٰلِكَ لَمُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ar Rum : 50)
وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَالْإِيمَانَ لَقَدْ لَبِثْتُمْ فِي كِتَابِ اللَّهِ إِلَىٰ يَوْمِ الْبَعْثِ ۖ فَهَـٰذَا يَوْمُ الْبَعْثِ وَلَـٰكِنَّكُمْ كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): “Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya).” (QS. Ar Rum : 56)
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنَادَوْنَ لَمَقْتُ اللَّهِ أَكْبَرُ مِنْ مَقْتِكُمْ أَنْفُسَكُمْ إِذْ تُدْعَوْنَ إِلَى الْإِيمَانِ فَتَكْفُرُونَ, قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada hari kiamat): "Sesungguhnya kebencian Allah (kepadamu) lebih besar daripada kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman lalu kamu kafir". Mereka menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?" (QS. Al Mu’min [40]: 11)
Ayat ini serupa dengan ayat,
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?” (QS. Al Baqarah [2]: 28)
Yang dimaksud dengan ayat ini ada beberapa pendapat di kalangan ulama. Penafsiran yang dianggap kuat oleh Ibnul Jauzi sebagai berikut: “Kematian pertama adalah ketika dalam bentuk nuthfah (air mani), ‘alaqoh (segumpal darah) dan mudghoh (sekerat daging). Selanjutnya adalah dihidupkan dalam rahim. Lalu dimatikan lagi setelah hidup di dunia. Lalu akan dihidupkan lagi ketika dibangkitkan pada hari kiamat.”
Penafsiran semacam ini dipilih oleh Ibnu ‘Abbas, Qotadah, Muqotil, Al Faro’, Tsa’lab, Az Zujaj, Ibnu Qutaibah, dan Ibnul ‘Ambari. (Lihat Zaadul Masiir, 1/39, Mawqi’ At Tafasir)
Asy Syaukani memberikan penjelasan sedikit berbeda. Beliau rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud dulu kalian dalam keadaan mati adalah waktu sebelum dicipta (belum ada). Karena boleh saja kita mengatakan mati pada sesuatu yang belum ada karena sama-sama tidak memiliki indera.”
Kemudian yang dimaksud kalian lalu dihidupkan adalah ketika diciptakan menjadi makhluk. Selanjutnya yang dimaksud kalian dimatikan kedua kalinya adalah ketika ajal kalian itu datang (dan dimasukkan dalam kubur).
Lalu yang dimaksudkan kalian dihidupkan kedua kalianya adalah ketika hari kiamat saat dibangkitkan.
Yang menafsirkan seperti ini adalah mayoritas sahabat dan ulama setelahnya. Ibnu ‘Athiyah mengatakan bahwa penjelasan ini adalah penafsiran yang dimaksudkan dalam ayat. (Fathul Qodir, 1/62, Mawqi’ Al Islam)
Adh Dhohak menyebutkan perkataan Ibnu ‘Abbas mengenai surat Al Mu’min ayat 11, Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Dulu kalian berasal dari tanah sebelum diciptakan. Inilah kematian pertama. Lalu kalian dihidupkan dan diciptakan. Inilah kehidupan pertama. Kemudian kalian dimatikan kembali dan masuk ke alam kubur. Inilah kematian kedua. Kemudian nanti kalian akan dibangkitkan pada hari kiamat. Inilah kehidupan kedua. Itulah dua kematian dan dua kehidupan.” Hal ini sama maknanya dengan surat Al Baqarah ayat 28.
Penafsiran semacam ini diriwayatkan dari As Sudi dengan sanadnya, dari Abu Malik, dari Abu Sholih, dari Ibnu ‘Abbas; juga diriwayatkan dari Murroh, dari Ibnu Mas’ud dan dari beberapa sahabat. Begitu pula diriwayatkan dari Abul ‘Aliyah, Al Hasan Al Bashri, Mujahid, Qotadah, Abu Sholihk, Adh Dhohak, ‘Atho’ Al Khurasani semacam ini pula. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 1/331-332, Muassasah Al Qurthubah)
4]. Allah subhanahu wa ta'aala berfirman
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَ‌ٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di Bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya" (QS. Al Hadid : 22)
Dan dari ayat di atas jelas Allah subhanahu wa ta'aala katakan bahwa takdir yang Allah subhanahu wa ta'aala berikan kepada setiap hambanya sudah ditentukan sebelum Allah subhanahu wa ta'aala menciptakan langit dan bumi.
Takdir ini telah Allah subhanahu wa ta’ala tentukan 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Allah telah menulis takdir-takdir seluruh makhluq (pada kitab lauh mahfudz) 50.000 (lima puluh ribu) tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” (HR. Al-Imam Muslim dari shahabat Abdullah ibn Amr ibn Al-Ash radhiyallahu ‘anhu)
Termasuk apakah ia menjadi ahli surga atau neraka, Allah subhanahu wa ta'aala sudah tentukan 50.000 tahun sebelum alam semesta ini diciptakan. Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Maka demi Allah, yang tiada tuhan yang haq disembah melainkan Dia, sesungguhnya seseorang diantara kamu beramal dengan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dia dan surga kecuali sehasta, namun telah terdahulu ketentuan (takdir) Tuhan atasnya, lalu ia mengerjakan perbuatan ahli neraka, maka ia masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya salah seorang diantara kamu beramal dengan amalan ahli neraka sehingga tidak ada jarak antara dia dan neraka kecuali sehasta, namun telah terdahulu ketentuan (takdir) Tuhan atasnya, lalu ia beramal dengan amalan ahli surga, maka ia masuk ke dalamnya" (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Pada hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah salah seorang dari kamu melainkan telah dituliskan tempat duduknya, apakah ia termasuk penduduk neraka atau penduduk surga" (HR. Imam Bukhari)
“Ketahuilah wahai saudara-saudaraku kaum muslimin bahwa apa yang harus menimpamu tidak akan luput darimu, dan apa-apa yang luput darimu tidaklah akan menimpamu.” (HR. Al-Imam At-Tirmidzi dari shahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu)
5]. Allah subhanahu wa ta'aala berfirman
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".” (QS. Al Jumu’ah: 8)
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati-pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…” (QS. An-Nisa : 78)
6]. Allah subhanahu wa ta'aala berfirman
ثُمَّ يَقُولُونَ هَل لَّنَا مِنَ الأَمْرِ مِن شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ يُخْفُونَ فِي أَنفُسِهِم مَّا لاَ يُبْدُونَ لَكَ يَقُولُونَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ مَّا قُتِلْنَا هَاهُنَا قُل لَّوْ كُنتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَى مَضَاجِعِهِمْ وَلِيَبْتَلِيَ اللّهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ وَلِيُمَحَّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَاللّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
“Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?" Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tanganAllah". Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini". Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.” (QS. Ali Imran : 154)
Oleh karena itulah, pada realitanya membuktikan bahwa orang-orang yang terbunuh karena lari dari peperangan lebih banyak daripada orang-orang yang terbunuh karena berani menghadapi peperangan.
Perkara rizki sama seperti perkara ajal, rizki apa yang dituliskan bagi seseorang akan pasti didiapatkannya. Allah subhanahu wa ta'aala berfirman :
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauh mahfudz).” (QS. Hud : 6)
Allah subhanahu wa ta'aala berfirman
وَفِي السَّمَاء رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ  فَوَرَبِّ السَّمَاء وَالْأَرْضِ إِنَّهُ لَحَقٌّ مِّثْلَ مَا أَنَّكُمْ تَنطِقُونَ
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikanitu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.” (QS. Al-Dzariyat : 22-23)
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya ruh kudus telah meniupkan di dalam jiwaku bahwa satu jiwa tidak akan mati sehingga dia mengambil rizkinya secara sempurna dan menyempurnakan ajal yang telah ditentukan baginya, takulah kepada Allah, bertindak baiklah dalam meminta, dan janganlah keterlambatan datangnya rizki mendorong sesorang untuk menuntutnya dengan cara bermaksiat, sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah tidak akan didapatkan kecuali dengan ketaatan kepada Allah”. (Hilyatul Auliya’: 10/27)
Maka rizki apa yang telah ditetapkan bagi seorang hamba pasti didapatkannya sebelum kematianya. Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seandainya manusia berlari menjauh dari rizkinya sama seperti dirinya menjauhi berlari menjauhi kematian maka dia pasti medapatkan rizkinya sebgaimana ajal menjemputnya”. (Hilyatul Auliya’: 7/90)
Renungkannah hadits ini, menjelaskan tentang adab berdo’a di mana dia menegaskan tentang hakekat ini.
Dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha berkata: “Ya Allah berikanlah kenikmatan bagi dengan suamiku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan dengan bapakku Abu Sufyan, dan dengan saudaraku  Mu’awiyah. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya: Sungguh dirimu telah meminta kepada Allah suatu ajal yang telah ditetapkan, jejak-jejak yang telah ditapaki dan rizki yang telah dibagi-bagi, janganlah salah seorang di antara kalian tergesa-gesa denganya sebelum waktunya tiba, dan jangan pulah berharap mengundurkannya setelah datang, dan seandainya engkau meminta kepada Allah agar terjaga dari api neraka dan azab kubur maka hal itu lebih baik”. (Shahih Muslim : 4/2051 no: 2663)
7]. Allah subhanahu wa ta'aala berfirman
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath Thalaq : 12)
Qudrat (ﻗﺪﺭﺓ) artinya Allah itu Dzat yang Kuasa. Dengan sifat itulah Allah mewujudkan atau meniadakan segala sesuatu yang dikehendaki, begitu pula Allah kuasa melenyapkan apa saja menurut kehendak- Nya. (Thahir Abdul Muin. Ikhtisar Ilmu Tauhid. Hlm. 20.) Allah subhanahu wa ta'aala berfirman :
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
”…Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al- Baqarah : 20)
Dalam firman Allah yang lain berbunyi :
إِن يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ  وَمَا ذَ‌ٰلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ
”Jika Dia kehendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian tidak sulit bagi Allah.” (QS. Fathiir : 16-17)
Diantara sifat yang wajib bagi Dzat Yang Wajib Ada itu adalah “Kuasa” (Qudrat). Ia adalah sifat yang dengannya, Dzat Yang Wajib itu mengadakan dan meniadakan apa yang dikehendaki- Nya. Bila telah jelas, bahwa  Dzat Yang Wajib itulah yang menciptakan alam semesta menurut kehendak Ilmu dan Iradat- Nya, maka tidak dapat diragukan lagi bahwa “ Ia Berkuasa” dengan pasti. Dan tidak lain makna Qudrat, kecuali Kekuasaan yang penuh dan mutlak seperti ini. Kekuasaan Allah adalah kekuasaan yang sempurna, tidak terbatas dan tidak ada kekuasaan  lain yang dapat menghalangi kekuasaan Allah. Seluruh alam yang luas dan kokoh kuat ini, mungkin hanya sebagian kecil dari alam yang sebenarnya. Mungkin ada berjuta- juta matahari, bumi dan bulan serta bintang- bintangnya pula, dan ilmu kita manusia masih sedikit dapat menyelidikinya. (Bey Arifin. Mengenal Tuhan. Hal. 51-52)
Iradat ( ﺇﺭﺍﺩﺓ ) artinya, Allah itu Berkehendak. Inilah sifat Allah, yang dengan sifat Iradah ini Allah menentukan segala sesuatu, baik waktu, tempat atau sebagainya, untuk diwujudkan atau ditiadakan. Allah subhanahu wa ta'aala berfirman :
إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ
 “…Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.”  (QS. Huud : 107)
Diantara sifat yang wajib bagi Dzat Yang Wajib Wujud, adalah “Iradat” (Kehendak). Ia adalah sifat yang dapat menentukan, untuk penciptaan alam ini dengan salah satu jalan- jalan- Nya yang mungkin. Firman Allah subhanahu wa ta'aala :
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَإِذَا قَضَىٰ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ
“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak untuk menciptakan sesuatu, maka Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia.” (QS. Al- Baqarah : 117)
Kejadian apa saja, baik kejadian besar seperti kejadian bumi dan matahari, atau kejadian kecil, misalnya pecahnya sebuah gelas, sobeknya sehelai kertas, matinya seekor nyamuk atau kuman, jatuhnya sebuah daun ke tanah, semua itu terjadi sesuai dengan Iradat atau kemauan Allah. Apa saja yang dimaui Allah pasti jadi atau terjadi. Dan apa yang tidak dimaui Allah, tidak mungkin akan terjadi. Dengan pengertian yang seluas- luasnya.
Seorang berhasil dapat mencuri barang orang lain, juga adalah dengan kemauan Allah, tetapi bukan Allah yang memerintahkan untuk mencuri itu. Allah malah melarang pencurian itu. Perlakuan manusia melanggar perintah Allah, melanggar larangan Allah pun adalah dengan kemauan Allah. Allah merdeka menjadikan seorang manusia menjadi manusia yang ingkar atau menjadi manusia yang taat, menjadi manusia jahat atau manusia baik, menjadi manusia muslim atau manusia kafir.
Keingkaran, kejahatan, atau kekafiran itu berlakunya dengan kemauan Allah, tetapi tidak atas keridhoan (kesukaan) Allah. Allah melarang manusia menjadi ingkar, jahat atau kafir. Begitu juga seorang yang taat, patuh dan ikhlas menjalankan perintah Allah, semuanya itu berlaku atas kemauan Allah, sedang Allah memerintahkan taat, patuh, dan ikhlas itu.
Karena ketentuan Iradah Allah itu gaib bagi kita, haruslah kita selalu berusaha menjadi orang yang taat, baik dan patuh. Kita mempunyai 100% kesempatan untuk menjadi orang yang patuh. Seluruh kejadian di langit dan bumi, kecil atau besar, penting atau tidak penting, semua terjadi karena Quradat dan Iradat Allah. Firman Allah subhanahu wa ta'aala :
قُلْ فَمَن يَمْلِكُ لَكُم مِّنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ نَفْعًا ۚ بَلْ كَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
“…Katakanlah: “ Maka siapakah yang dapat menghalangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al- Fath : 11)
8]. Allah subhanahu wa ta'aala berfirman
مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Siapakan yang mau memberi pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik? Allah akan melipatgandakan pahalanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah yang menyempitkan dan Yang melapangkan rizki. Dan kepa-Nya kalian dikembalikan.” (QS. Al- Baqarah : 245)
مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya pada jalan Allah seperti sebuah biji yang tumbuh menjadi tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai itu berbuah seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Allah mempunyai karunia yang luas, lagi maha mengetahui.” (QS. Al- Baqarah : 261)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلاَمَهُ ، فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ ، وَكُلُّ سَيِّئَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِمِثْلِهَا
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Jika seseorang memperbagus keislamannya, maka setiap kebaikan yang dilakukannya dituliskan 10 hingga 700 kali lipat, sedangkan setiap kejelekannya hanya ditulis sepertinya (satu saja)" (Shahih Bukhari no. 42)
9]. Dalam sebuah hadits dikatakan :
فى الجنه مالاعيـــــــــــن رأت ولااذن سمعـــــــت ولاخطر على قلب بشر
“…Sesungguhnya di dalam syurga itu berupa kenikmatan yang belum pernah di lihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga dan belum pernah terlintas oleh hati manusia.”
Ahli syurga bagaikan raja, bersenang-senang dengan penuh kenikmatan sedangkan umur mereka sekitar usia 33 tahun kekal selamanya yakni seusia ketika nabi Isa ‘alaihis salam saat di angkat ke langit. Tinggi ahli syurga setinggi nabi Adam ‘alaihis salam yakni setinggi 60 hasta dan lebarnya 7 hasta. Mereka bersuara sangat merdu, sebagaimana suaranya nabi Daud ‘alaihis salam. Mata mereka seakan bercelak, putih kulitnya, tiada berbulu badannya kecuali di kepala (berombak rambutnya), alis, kelopak mata dan kumis. Sedang janggut, ketiak dan kemaluan licin tidak berbulu. Mereka tidak kencing dan tidak buang air besar, tidak berludah dan tidak beringus dan keringat mereka berbau wangi kasturi. Bejana mereka dari emas dan perak, sisir rambut mereka dari emas, kayu bakar mereka dari kayu gaharu yang harum. Mereka senantiasa merasa aman dan senang penuh kegembiraan. Hati mereka senantiasa bersatu dan tidak pernah berselisih dan tidak saling iri sesama mereka.
Mereka diberi pakaian dari sutera halus yang hijau dan tebal lagi tidak akan lusuh selamanya. Di kepala mereka ada mahkota yang dapat menerangi antara timur dan barat. Mereka juga diberi pakaian 70 macam perhiasan yang berubah warnanya setiap saat, berbeda warna dengan perhiasan yang lain, sedang jari-jari mereka ada sepuluh cincin, terukir :
1.    Salamun alaikum bimaa shabartum (Selamat sejahtera kamu karena kesabaran kamu)
2.    Udkhuluhaa bisalaamin aaminiin (Masuklah ke syurga dengan selamat dan aman)
3.    Tilkal janatullatii uurits tumuuhaa bimaa kuntum ta'maluun (Itulah syurga yang diwariskan kepadamu karena amal perbuatanmu)
4.    Rufi'at ankumul ahzaana wal humum (Telah dihindarkan dari kamu semua risau dan dukacita)
5.    Albasakum alhuli wal hulal (Kami beri kamu pakaian dan perhiasan)
6.    Zawwajakumul hurul iin (Kami kawinkan kamu dengan bidadari)
7.    Walakum fihaa maa tasytahihil anfusu wa taladzzul a'yun wa antum fiiha khaaliduun (Untukmu dalam syurga segala keinginan dan menyenangkan pandangan matamu)
8.    Rafaqtumun nabiyyiina wash shiddiiqiin (Kamu telah berkumpul dengan para Nabi dan Siddiqin)
9.    Shirtum syababa laa tahramuun (Kamu menjadi muda dan tidak tua selamanya)
10.   Sakantum fi jiwaari man laa yu'dzil jiraan (Kamu tinggal dengan tetangga yang tidak mengganggu tetangganya)
Penglihatan mereka diluaskan sehingga ia memandang yang jauh-jauh seperti memandangnya dari jarak dekat. Terakhir kalinya orang yang masuk syurga dan paling rendah kedudukannya, diberi kerajaan sepanjang penglihatannya, sejauh jarak 100 tahun perjalanan. Dan didirikan bagi mereka kubah dari mutiara, zabarjat dan yakut. Lebarnya seperti antara Al-Jabiyah hingga Sana'a. Setiap pagi dan petang mereka diberi makan dengan 70.000 piring dari emas, sedangkan warna pada setiap piring tidak sama, sedang rasa makanan pada tiap suapan tidak sama, ditemukan rasa makanan pada suapan yang pertama tidak sama rasanya dengan rasa pada suapan terakhir. Semakin lama makan semakin enak dan tidak merasa eneg ataupun bosan.
Terdapat 70.000 kampung yang terdiri dari mutiara dan yakut. Setiap kampung ada 70.000 rumah sedangkan rumah-rumah itu tidak satupun yang akan rusak. Bangunan di syurga dibuat dari susunan bata dari emas dan bata dari perak. Bumi syurga dari perak, dan tanahnya dari misik atau za'faran, debu lantainya dari kasturi yang semerbak harum, dan kerikilnya mutiara serta yakut dan urat-urat pohonnya dari perak, sedang dahannya dari mutiara dan zabarjad, daun dan buahnya berada di bawah, maka seseorang tidak menghadapi kesukaran untuk makan walaupun dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Allah subhanahu wa ta’ala telah menciptakan wajah bidadari terdiri dari 4 warna ; putih, hijau, kuning dan merah. Dan tubuhnya diciptakan dari za'faran, misik dan kafur. Dan rambutnya diciptakan dari cengkeh. Bagian tubuhnya mulai dari kaki sampai lutut tercipta dari za'faran. Dari lutut sampai buah dada tercipta dari anbar. Dari leher sampai kepala tercipta dari kafur. Andaikata bidadari meludah ke dunia, maka ludahnya akan menjelma menjadi misik. Pada setiap dadanya tertulis nama suaminya dan nama dari nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala. Pada setiap tangannya mengenakan 10 gelang dari emas, memakai cincin sebanyak 10 pada jari-jarinya, memakai 10 perhiasan gelang kaki dari mutiara dan permata."
Iman yang paling lemah yang masuk ke dalam syurga diberikan 80.000 pelayan dan dikawinkan dengan 72 isteri bidadari. Mereka diberi kekuatan 100 orang ketika makan, minum dan senggama. Bidadari diciptakan secara langsung oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan bukan melalui proses kelahiran. Kejelitaannya digambarkan seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan. Yang senantiasa dara perawan yang sebaya umurnya, cantik, manja, rindu dan amat mencintai suaminya. Yang suci dari sebarang kotoran, haid, nifas, kencing dan air mani. Sopan menundukkan pandangan, tidak pernah disentuh oleh siapapun termasuk belum disentuh oleh jin atau manusia sebelum mereka. Sangat putih kulitnya. Bermata jeli, anak mata hitam pekat bagaikan mata bayi yang baru dilahirkan, bahkan lebih jernih dan lebih becahaya. Lebar matanya disertai bulu mata bagaikan sayap burung yang sedang terbang. Mempunyai betis yang tembus pandang, yang sangat indah sehingga bisa terlihat sumsum betis dari belakang dagingnya. Mempunyai kelembutan seperti lembutnya selaput telur di dalam telur yang melekat di kulit luar. Dikurniakan Allah subhanahu wa ta’ala cahaya pada wajah seperti bulan purnama. Cahaya serta bau harum semerbak pada tubuh mereka dapat memenuhi dunia antara langit dan bumi. Sedangkan tutup kepala bidadari itu lebih baik dari dunia dan seisinya.
Terdapat kemah-kemah dengan puluhan kamar dari mutiara yang berlubang. Ada kamar yang bagaikan taman yang luas yang dipenuhi pohon-pohon palm dan di kelilingi sungai yang mengalir, yang bagian pinggirnya ditumbuhi oleh bunga mawar, melati dan bunga yang tumbuh di lembah. Ketika angin bertiup ditaman bunga, seluruh taman dipenuhi bau harum semerbak. Di dalam kamar ada ruangan luas yang diperbuat dari kayu cendana dan pohon gaharu serta dilapisi dengan segala macam marmer berwarna. Berterbangan burung-burung seperti burung bul-bul, murai atau merpati yang bunyinya indah. Setiap kamar dihiasi dengan perhiasan dari zamrud, batu merah, batu delima merah jingga, serta emas dan perak. Di dalam kamar yang begitu indah inilah tempat tinggalnya bidadari itu. Mereka menantikan kedatangan suami mereka dengan menyanyikan lagu-lagu rindu bagaikan orang yang sedang mabuk cinta. Setiap kali mereka menyenandungkan lagu-lagu pujaan yang menyebut-nyebut suami mereka setiap itu pula bangkit nafsu kecemburuan mereka.
Hadits riwayat At-Tirmizi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : "Di sediakan tempat untuk berkumpulnya para bidadari, dan di sana mereka bernyanyi sangat merdu suara yang belum pernah didengar oleh manusia suara semerdu itu. Kamilah (bidadari) yang kekal dan tak akan rusak (berubah), kamilah selalu senang tak pernah susah, kamilah yang puas rela tak akan marah, sungguh bahagia orang yang untuk kami dan kami untuknya."
Ketika mereka yakni suami bidadari melintasi kawasan perkemahan di mana para bidadari berkumpul, maka para bidadari akan menyambut kedatangan suami mereka dengan sepenuh jiwa dan raga mereka kepadanya. Para bidadari akan melayani sebagaimana keinginan suaminya, bahkan menggoda supaya suaminya terus bermesraan dengannya. Para bidadari senantiasa menginginkan kehidupan di atas sprei sutera yang lembut, dengan cadar yang berilau-kilauan, senantiasa memegang erat tangan suaminya. Hubungan senggama bersama bidadari adalah hubungan kenikmatan tanpa merasakan letih, berkeringat maupun kotoran berupa air mani. Seorang suami bisa menggauli 100 bidadari dalam sehari.
Bagi mereka yang menduduki syurga 'Adn, mereka akan menduduki istana-istana yang dibuat daripada mutiara. Di dalam setiap istana terdapat 70 buah rumah dari permata yakut merah. Di dalam setiap rumah terdapat 70 buah kamar dari zamrut hijau. Di dalam setiap kamar terdapat ranjang. Setiap ranjang terdapat 70 permadani dalam berbagai warna, dan setiap permadani terdapat seorang bidadari. Mereka akan diberi hiasan gelang dari emas, berpakaian hijau dari sutera yang bersulam benang emas.
Ahli syurga akan lupa akan segala kenikmatan yang mereka alami di dalam syurga ketika mereka dikumpulkan dalam satu majlis yang agung. Majlis ini adalah puncak dari segala kenikmatan bagi penduduk syurga karena di dalam majlis ini, mereka dapat mendengar sendiri kalimat dari Allah subhanahu wa ta’ala, dapat melihat Dzat Allah subhanahu wa ta’ala, dapat ridha dari Allah subhanahu wa ta’ala dan dapat pengumuman langung bahwa mereka akan hidup kekal selamanya di dalam syurga oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Wallahu'alam.
10]. Dalam sebuah mafhum hadits disebutkan bahwa orang yang memiliki iman walaupun sebesar biji dzarrah, akan dibalas oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan surga yang luasnya/nilainya sepuluh kali lipat luas dunia. (HR. Ahmad, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dan Abu Sa`id radhiyallahu ‘anhuma)
11]. Allah subhanahu wa ta’ala  berfirman :
وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِندَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ
“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin". (QS. As Sajadah : 12)
12]. Allah subhanahu wa ta’ala  berfirman :
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az Zukhruf : 67)
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ   وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ  وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ  لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. Abasa : 34-37)
13]. Semua manusia dikatakan buta dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dikatakan melihat karena hanya Rasulullah yang telah diberi penglihatan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada yang ghaib, sebagaimana ketika Rasulullah diangkat ke langit pada peristiwa Isra’ Mi’raj, beliau diperlihatkan bagaimana kehidupan di syurga dan neraka dan alam ghaib lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam banyak memberitahu kita melalui sabdanya yang telah sampai kepada kita, yaitu berbagai Tahapan Perjalanan Manusia Menuju Hari Kebangkitan di Akhirat. Setiap manusia yang mati akan mengalami tahapan sebagai berikut :
Perintah berbaik sangka terhadap Allah ketika hampir mati
Hadis riwayat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Jika Allah menghendaki siksaan untuk suatu kaum, maka siksaan tersebut akan menimpa orang-orang yang ada di tengah-tengah mereka, kemudian mereka akan dibangkitkan sesuai dengan amalnya.” (Shahih Muslim No.5127)
Orang mati akan diperlihatkan tempatnya kelak di surga atau neraka, kepastian siksa kubur dan permohonan perlindungan dari siksa kubur
Hadis riwayat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu : Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya apabila seorang di antara kamu sekalian mati akan diperlihatkan tempatnya setiap pagi dan sore. Jika ia termasuk ahli surga, maka akan diperlihatkan surga, kalau termasuk ahli neraka, maka akan diperlihatkan neraka, lalu dikatakan: Inilah tempatmu nanti bila Allah telah membangkitkanmu di hari kiamat.” (Shahih Muslim No.5110)
Hadis riwayat Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar ketika matahari telah terbenam, kemudian beliau mendengar sebuah suara dan bersabda : “(Itu suara) orang Yahudi yang sedang disiksa di dalam kuburnya.” (Shahih Muslim No.5114)
Hadis riwayat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya seorang hamba jika telah diletakkan di dalam kuburnya dan teman-temannya sudah meninggalkannya, ia akan mendengar suara sandal mereka. Kemudian ia didatangi dua malaikat lalu mendudukkannya dan bertanya: Apa pendapatmu tentang lelaki ini (Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam)? Adapun orang mukmin, maka ia akan menjawab: Aku bersaksi bahwa dia adalah seorang hamba Allah dan utusan-Nya. Maka dikatakan kepadanya: Lihatlah tempatmu di neraka, Allah telah menggantinya dengan tempat di surga. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan sabdanya : Maka ia dapat melihat keduanya.” (Shahih Muslim No.5115)
Hadis riwayat Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu : Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau membacakan firman Allah: “Allah meneguhkan iman orang-orang mukmin dengan ucapan yang teguh. Kemudian beliau bersabda: Ayat ini turun mengenai siksa kubur. Ditanyakan kepada orang mukmin: Siapakah Tuhanmu? Ia menjawab: Tuhanku Allah dan nabiku Muhammad Shallallahu alaihi wassalam. Itulah yang dimaksudkan dengan firman Allah: Allah meneguhkan iman orang-orang mukmin dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan dunia dan akhirat.” (Shahih Muslim No.5117)
Alam Barzakh
Di alam barzakh ada adzab dan nikmat kubur (barzakh). Nikmat tersebut merupakan nikmat yang hakiki, begitu pula adzabnya. Pertanyaan (fitnah) kubur itu berlaku terhadap ruh dan jasad manusia baik orang mukmin maupun kafir. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu berlindung kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari siksa kubur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan sebagian dari pelaku maksiat yang akan mendapatkan adzab kubur, diantaranya mereka yang :
a.    Suka mengadu domba
b.    Suka berbuat ghulul
c.    Berbuat kebohongan
d.    Membaca Al Qur’an tetapi tidak melaksanakan apa yang diperintahkan dan yang dilarang dalam Al’Qur’an
e.    Melakukan zina
f.      Memakan riba
g.    Tidak bersuci setelah buang air kecil, sehingga masih bernajis
Adapun yang dapat menyelamatkan seseorang dari siksa kubur adalah Shalat wajib, shaum, zakat, Dan perbuatan baik berupa kejujuran, menyambung silaturahim, segala perbuatan yang ma’ruf dan berbuat baik kepada manusia, juga berlindung kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari adzab kubur.

Peristiwa di Alam Kubur

Diriwayatkan dari Anas radhiyallahu ‘anhu : Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Ketika manusia berbaring di dalam kuburnya dan para sahabatnya pulang, ia mendengar langkah kaki mereka. Dua malaikat datang kepadanya, menyuruhnya duduk dan bertanya kepadanya; apa yang pernah kau katakan tentang Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam? Ia akan berkata: aku bersaksi bahwa Ia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Kemudian akan dikatakan padanya, “lihatlah tempatmu di neraka, Allah telah menukarnya dengan dengan sebuah tempat di surga karena itu”. Kemudian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menambahkan, “orang itu akan melihat kedua tempat itu. Tetapi orang kafir atau munafik akan berkata kepada dua malaikat itu, “aku tidak tahu, tetapi aku mengatakan apa yang dikatakan orang-orang!”. Akan dikatakan kepadanya, “kau tidak tahu tetapi kau tidak mengambil petunjuk (dengan mengikuti Al Quran). Kemudian ia akan dipukuli dengan palu besi di antara dua telinga nya, ia akan menjerit dan jeritannya terdengar oleh apa pun yang ada di dekatnya, kecuali manusia dan jin.”
Nikmat Kubur
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, berjalan melewati salah satu kebun di kota Madinah, lalu Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mendengar suara dua orang yang sedang disiksa di dalam kubur, lalu Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Keduanya sedang disiksa, dan keduanya disiksa karena perbuatan dosa besar. Salah seorang dari keduanya tidak menjaga kebersihan dirinya dari air kencing dan yang lainnya senantiasa namimah ( mengadu domba ). H.R. Al Bukhari (no.216 dan no. 218) dengan lafadz “ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, melewati dua kuburan. “ Lihat Fathul Baari (I/ 317) dan Muslim (no. 292). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan ummatnya untuk senantiasa berdo’a memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala dari adzab kubur di setiap akhir tasyahud sebelum salam ketika shalat. Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari adzab jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah hidup dan mati, serta dari kejahatan fitnah al Masih ad Dajjal.” (H.R. Muslim (no. 588 (128)) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
'Aisyah radhiallahu anha menyatakan: "Sejak itu saya tidak melihat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam mengerjakan suatu shalat melainkan beliau pasti meminta perlindungan dari adzab kubur." (HR. Al-Bukhari)
Dalam Shahih Muslim, Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Kalau tidak karena kalian saling mengubur (orang yang mati) pasti aku memohon kepada Allah agar memperdengarkan siksa kubur kepada kalian yang saya mendengarnya”. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menghadapkan wajahnya seraya berkata : “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa
Neraka”.
Para sahabat berkata, “Kami memohon perlindungan kepada Allah dan siksa Neraka”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berkata lagi, “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur”. Para sahabat berkata, “Kami memohon perlindungan Allah dari siksa kubur.” Lalu beliau berkata lagi. “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari berbagai fitnah baik yang tampak
maupun yang tidak tampak”.
Para sahabat lalu berkata, “Kami memohon perlindungan kepada Allah dari berbagai fitnah baik yang tampak maupun yang tidak tampak”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata lagi. “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal”. Para sahabat berkata, “Kami mohon perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal”. [Hadits Riwayat Muslim]
Dari Al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu dikatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang orang mukmin jika dapat menjawab pertanyaan dua malaikat di dalam kuburnya. Sabdanya, “Ada suara dari langit, “Hamba-Ku memang benar. Oleh karenanya, berilah dia alas dari Surga” Lalu datanglah kenikmatan dan keharuman dan Surga, dan kuburnya dilapangkan
sejauh pandangan mata….” [Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud, dalam hadits yang panjang]
Sifat hari kiamat
Kehancuran dunia dan manusia kelak akan dikumpulkan di hari kiamat
Hadis riwayat Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Pada hari kiamat manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang dan tidak berkhitan. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, kaum wanita dan lelaki semuanya akan saling memandang satu sama lain? Beliau bersabda: Wahai Aisyah, keadaan saat itu lebih menegangkan sehingga mereka tidak akan saling memandang satu sama lain.” (Shahih Muslim No.5102)
Hadis riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu : Bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkhutbah dan berkata : “Sesungguhnya kalian akan menemui Allah dengan berjalan kaki, tidak beralas kaki, telanjang dan tidak berkhitan.” (Shahih Muslim No.5103)
Hadis riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu : Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda : “Manusia akan dikumpulkan dalam tiga kelompok yang penuh harap dan rasa takut dan dua orang di atas satu unta, tiga orang di atas satu unta, empat orang di atas satu unta serta sepuluh orang di atas satu unta. Dan sisa mereka akan dikumpulkan bersama api neraka di mana setiap siang, malam, pagi dan sore hari selalu bersama mereka di mana saja mereka berada.” (Shahih Muslim No.5105)
Hadis riwayat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu : Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang ayat : Yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta, beliau bersabda : “Seorang dari mereka berdiri dalam air keringatnya yang mencapai pertengahan kedua telinganya.” (Shahih Muslim No.5106)
Hadis riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu : Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada hari kiamat nanti air keringat akan mengalir di tanah sepanjang tujuh puluh depa dan akan menggenang setinggi mulut atau setinggi telinga mereka. Tsaur (perawi hadis) meragukan mana yang disebutkan Nabi.” (Shahih Muslim No.5107)
Peniupan Sangkakala
Sangkakala adalah terompet yang ditiup oleh malaikat Israfil yang menunggu kapan diperintahkan Allah subhanahu wa ta’ala. Tiupan yang pertama akan mengejutkan manusia Dan membinasakan mereka dengan kehendak Allah subhanahu wa ta’ala, seperti dijelaskan pada Al Qur’an :
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَن شَاءَ اللَّهُ ۖ...
“Dan ditiuplah sangkakala maka matilah semua yang di langit Dan di bumi, kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wa ta’ala …”( QS. Az Zumar : 68 ).
Tiupan ini akan mengguncang seluruh alam dengan guncangan yang keras dan hebat sehingga merusak seluruh susunan alam yang sempurna ini. Ia akan membuat gunung menjadi rata, bintang bertabrakan, matahari akan digulung, lalu hilanglah cahaya seluruh benda-benda di alam semesta. Setelah itu keadaan alam semesta kembali seperti awal penciptaannya.
Allah subhanahu wa ta’ala menggambarkan kedahsyatan saat kehancuran tersebut sebagaimana firman-Nya :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ  يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَىٰ وَمَا هُم بِسُكَارَىٰ وَلَـٰكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ
”Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangat keras” (QS.Al Hajj:1-2).
Sedangkan pada tiupan sangkakala yang kedua adalah tiupan untuk membangkitkan seluruh manusia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُم مِّنَ الْأَجْدَاثِ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يَنسِلُونَ
“Dan tiupan sangkakala (kedua), maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka.“ (QS. Yaa Siin : 51).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kemudian ditiuplah sangkakala, dimana tidak seorangpun tersisa kecuali semuanya akan dibinasakan. Lalu Allah menurunkan hujan seperti embun atau bayang-bayang, lalu tumbuhlah jasad manusia. Kemudian sangkakala yang kedua ditiup kembali, Dan manusia pun bermunculan (bangkit) Dan berdiri”. (HR. Muslim).
Hari Berbangkit
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوا ۚ أَحْصَاهُ اللَّهُ وَنَسُوهُ ۚ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Pada Hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakannya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu”. (QS. Al Mujadilah : 6).
Padang Mahsyar
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ ۖ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
“(Yaitu) pada Hari (ketika ) bumi diganti dengan bumi yang lain Dan (demikian pula) langit Dan mereka semuanya di padang Mahsyar berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”. (QS. Ibrahim : 48).
Hasr adalah pengumpulan seluruh mahluk pada Hari kiamat untuk dihisap dan diambil keputusannaya. Lamanya di Padang Mahsyar adalah satu Hari yang berbanding 50.000 tahun di dunia. Allah berfirman:
تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Malaikat-malaikat Dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya 50.000 tahun.” (QS. Al Maarij : 4).
Karena amat lamanya Hari itu, manusia merasa hidup mereka di dunia ini hanya seperti satu jam saja.
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَن لَّمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِّنَ النَّهَارِ
“Dan (ingatlah) akan Hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di Hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya sesaat saja di siang Hari…” (QS. Yunus : 45).
وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَا لَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ ۚ...
“Dan pada Hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, bahwa mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat saja…” (QS. Ar Ruum : 55).
Adapun orang yang beriman merasakan lama pada Hari itu seperti waktu antara dhuhur dan ashar saja. Subhanallah. Keadaan orang kafir saat itu sebagaimana firman-Nya.
يُبَصَّرُونَهُمْ ۚ يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ  وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ  وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْوِيهِ  وَمَن فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ يُنجِيهِ
”Orang kafir ingin seandainya ia dapat menebus dirinya dari adzab hari itu dengan anak-anaknya, dengan istri serta saudaranya, dan kaum familinya yang melindunginya ketika di dunia, dan orang-orang di atas bumi seluruhnya, kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya”. (QS. Al Ma’arij : 11-14).
Syafa’at
Syafaat ini khusus hanya untuk umat Muslim, dengan syarat tidak berbuat syirik besar yang menyebabkan kepada kekafiran. Adapun bagi orang musyrik, kafir dan munafik, maka tidak Ada syafaat bagi mereka. Syafaat ini diberikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umat Muslim (dengan izin dari Allah subhanahu wa ta’ala).
Hisab
Pada tahap (fase) ini, Allah subhanahu wa ta’ala menunjukkan amal-amal yang mereka perbuat dan ucapan yang mereka lontarkan, serta segala yang terjadi dalam kehidupan dunia baik berupa keimanan, keistiqomahan atau kekafiran. Setiap manusia berlutut di atas lutut mereka.
وَتَرَىٰ كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً ۚ كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَىٰ إِلَىٰ كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan kamu lihat tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya . Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Jatsiah : 28).
Umat yang pertama kali dihisab adalah ummat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita ummat yang terakhir tapi yang pertama dihisab. Yang pertama kali dihisab dari hak-hak Allah pada seorang hamba adalah shalatnya, sedang yang pertama kali diadili diantara manusia adalah urusan darah.
Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan kepada orang kafir :
وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ ۚ
“...Dan kamu tidak melakukan suatu pekerjaan melainkan Kami menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya”…(QS. Yunus : 61). Seluruh anggota badan juga akan menjadi saksi.
Allah bertanya kepada hamba-Nya tentang apa yang telah ia kerjakan di dunia :
فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ  عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Maka demi Rabbmu, kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang akan mereka kerjakan dahulu”. (QS. Al Hijr : 92-93).
Seorang hamba akan ditanya tentang hal : umurnya, masa mudanya, hartanya dan amalnya dan akan ditanya tentang nikmat yang ia nikmati.
Penghitungan amal perbuatan (hisab)
Hadis riwayat Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barang siapa yang dihisab pada hari kiamat, maka ia akan disiksa. Aku bertanya: Bukankah Allah berfirman: Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah. Beliau menjawab: Yang demikian bukanlah hisab, tapi itu hanyalah sekedar berdiri di hadapan Allah karena barang siapa yang diperiksa perhitungan amalnya di hari kiamat, maka ia akan disiksa.” (Shahih Muslim No.5122)
Pembagian Catatan Amal
Pada detik-detik terakhir hari perhitungan, setiap hamba akan diberi kitab (amal) nya yang mencakup lembaran-lembaran yang lengkap tentang amalan yang telah ia kerjakan di dunia. Al Kitab di sini merupakan lembaran-lembaran yang berisi catatan amal yang ditulis oleh malaikat yang ditugaskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Manusia yang baik amalnya selama di dunia, akan menerima catatan amal dari sebelah kanan. Sedangkan manusia yang jelek amalnya akan menerima catatan amal dari belakang dan sebelah kiri, seperti pada firman Allah berikut ini :
فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا  وَيَنقَلِبُ إِلَىٰ أَهْلِهِ مَسْرُورًا   وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ  فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا  وَيَصْلَىٰ سَعِيرًا
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan ia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka ia akan berteriak : “celakalah aku”, dan ia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”. (QS. Al Insyiqaq : 8-12).
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ  وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ  يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ  مَا أَغْنَىٰ عَنِّي مَالِيَهْ ۜ  هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ  خُذُوهُ فَغُلُّوهُ  ثُمَّ الْجَحِيمَ صَلُّوهُ
“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata:”wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.Telah hilang kekuasaanku dariku” (Allah berfirman) : “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya”, kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala”. (QS. Al Haqqah : 25-31).
Mizan
Mizan adalah apa yang Allah letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan hamba-hamba-Nya. Allah berfirman :
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا ۖ وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَاسِبِينَ
“Dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah seorang dirugikan walau sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya.Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan”. (QS. Al Anbiya : 47)
Setelah tahapan Mizan ini, bagi yang kafir, dan mereka yang melakukan perbuatan syirik akan masuk neraka. Sedangkan ummat muslim lainnya, akan melalui tahap selanjutnya yaitu Telaga
Telaga
Umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam akan mendatangi air pada telaga tersebut. Barang siapa minum dari telaga tersebut maka ia tidak akan haus selamanya. Setiap Nabi mempunyai telaga masing-masing. Telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih besar, lebih agung dan lebih luas dari yang lain, sebagaimana sabdanya : “Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai telaga dan sesungguhnya mereka berlomba untuk mendapatkan lebih banyak pengikutnya di antara mereka dan sesungguhnya Nabi Muhammad mngharapkan agar menjadikan pengikutnya yang lebih banyak.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Setelah Telaga, umat muslim akan ke tahap selanjutnya yaitu tahap Ujian Keimanan Seseorang. Perlu dicatat bahwa orang kafir dan orang yang berbuat syirik sudah masuk neraka (setelah tahap Mizan, seperti dijelaskan di atas).
Ujian Keimanan Seseorang
Selama di dunia, orang munafik terlihat seperti orang beriman karena mereka menampakkan keislamannya. Pada fase inilah kepalsuan iman mereka akan diketahui, diantaranya cahaya mereka redup. Mereka tidak mampu bersujud sebagaimana sujudnya orang mukmin. Saat digiring, orang-orang munafik ini merengek-rengek agar orang-orang mukmin menunggu dan menuntun jalannya. Karena saat itu benar-benar gelap dan tidak ada petunjuk kecuali cahaya yang ada pada tubuh mereka.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
يَوْمَ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ آمَنُوا انظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِن نُّورِكُمْ قِيلَ ارْجِعُوا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوا نُورًا فَضُرِبَ بَيْنَهُم بِسُورٍ لَّهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِن قِبَلِهِ الْعَذَابُ
”Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang beriman : “Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu”. Dikatakan (kepada mereka) : ”Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”.Lalu diadakan diantara mereka dinding yang mempunyai pintu.Di sebelah dalamnya ada rahmat da di sebelah luarnya dari situ ada siksa.” (QS. Al Hadid : 13).
Setelah ini umat muslim yang lolos sampai tahap Ujian Keimanan Seseorang ini, akan melalui Shirat.
Shirath
Shirath adalah jembatan yang dibentangkan di atas neraka jahannam, untuk diseberangi orang-orang mukmin menuju Jannah (Surga).
Beberapa Hadits tentang Shirath
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang Shirath, maka beliau bersabda :
“Tempat menggelincirkan, di atasnya ada besi penyambar dan pengait dan tumbuhan berduri yang besar, ia mempunyai duri yang membahayakan seperti yang ada di Najd yang disebut pohon Sud’an.” (HR. Muslim)
“Telah sampai kepadaku bahwasanya shirath itu lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang”. (HR. Muslim)
“Ada yang melewati shirath laksana kejapan mata dan ada yang seperti kilat, ada yang seperti tiupan angina, ada yang terbang seperti burung dan ada yang menyerupai orang yang mengendarai kuda, ada yang selamat seratus persen, ada yang lecet-lecet dan ada juga yang ditenggelamkan di neraka jahannam”. (HR. Bukhari Muslim)
Yang paling pertama menyebarangi shirath adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para pemimpin ummat beliau. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Aku dan umatku yang paling pertama yang diperbolehkan melewati shirath dan ketika itu tidak ada seorangpun yang bicara, kecuali Rasul Dan Rasul berdo’a ya Allah selamatkanlah, selamatkanlah.” (HR. Bukhari).
Bagi umat muslim yang berhasil melalui shirath tersebut, akan ke tahap selanjutnya jembatan
Jembatan
Jembatan disini, bukan shirath yang letaknya di atas neraka jahannam. Jembatan ini dibentangkan setelah orang mukmin berhasil melewati shirath yang berada di atas neraka jahannam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Seorang mukmin akan dibebaskan dari api neraka, lalu mereka diberhentikan di atas jembatan antara Jannah(surga) dan neraka, mereka akan saling diqhisash antara satu sama lainnya atas kezhaliman mereka di dunia. Setelah mereka bersih dan terbebas dari segalanya, barulah mereka diizinkan masuk Jannah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, seorang diantara kalian lebih mengenal tempat tinggalnya di jannah daripada tempat tinggalnya di dunia”. (HR. Bukhari).
Syurga 
Di surga terdapat sebatang pohon yang luas bayangannya tidak dapat ditempuh selama seratus tahun berkendaraan
Hadits riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda : Allah berfirman : “Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga serta tidak terbesit dalam hati manusia. Bukti kebenaran itu terdapat dalam Alquran: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Shahih Muslim No.5050)
Hadits riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu : Dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat sebatang pohon di mana seorang pengendara (harus) menempuh luas bayangannya selama seratus tahun.” (Shahih Muslim No.5054)
Hadits riwayat Sahal bin Saad radhiyallahu ‘anhu : Dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat sebatang pohon di mana (jika) seorang pengendara berjalan di bawah bayangannya selama seratus tahun, ia tidak dapat menempuhnya.” (Shahih Muslim No.5055)
Hadits riwayat Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu : Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda : “Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebatang pohon di mana (jika) seseorang menunggang kuda terlatih yang berlarinya selama seratus tahun tidak dapat menempuh luas bayangannya.” (Shahih Muslim No.5056)
Diturunkannya keridhaan Allah kepada penghuni surga, maka Dia tidak akan murka kepada mereka selamanya
Hadits riwayat Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu : Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya Allah berfirman kepada penghuni surga : Hai penghuni surga! Mereka menjawab: Kami penuhi seruan-Mu wahai Tuhan kami, dan segala kebaikan ada di sisi-Mu. Allah melanjutkan : Apakah kalian sudah merasa puas? Mereka menjawab: Kami telah merasa puas wahai Tuhan kami, karena Engkau telah memberikan kami sesuatu yang tidak Engkau berikan kepada seorang pun dari makhluk-Mu. Allah bertanya lagi: Maukah kalian Aku berikan yang lebih baik lagi dari itu? Mereka menjawab: Wahai Tuhan kami, apa yang lebih baik dari itu? Allah menjawab: Akan Aku limpahkan keridaan-Ku atas kalian sehingga setelah itu Aku tidak akan murka kepada kalian untuk selamanya.” (Shahih Muslim No.5057)
Penghuni surga saling melihat penghuni ghurfah (tempat yang tinggi di surga) seperti bintang yang terlihat di langit
Hadits riwayat Sahal bin Saad radhiyallahu ‘anhu : Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya penghuni surga akan melihat ghurfah (tempat yang tinggi) di surga sebagaimana kalian melihat bintang di langit.” (Shahih Muslim No.5058)
Rombongan yang pertama kali masuk surga itu seperti bulan purnama, sifat mereka dan pasangan mereka
Hadits riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Abul Qasim shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya rombongan yang pertama kali memasuki surga itu bagaikan bulan purnama, kemudian rombongan berikutnya seperti bintang yang terang-benderang di langit. Masing-masing mereka berpasangan dua orang yang sumsum betisnya terlihat dari dalam daging dan di dalam surga tidak ada seorangpun yang tidak berpasangan.” (Shahih Muslim No.5062)
Sifat kemah-kemah surga dan anggota rumah tangga orang mukmin di dalamnya
Hadits riwayat Abu Musa Al-Asy`ari radhiyallahu ‘anhu: Dari Nabi shallallahu alaihi wasaalam, beliau bersabda : “Sesungguhnya seorang mukmin mempunyai sebuah kemah di dalam surga yang terbuat dari satu mutiara yang berlubang, panjangnya enam puluh mil, dan orang seorang mukmin juga memiliki keluarga di dalamnya yang akan ia kunjungi padahal sebagian mereka tidak pernah melihat sebagian yang lain.” (Shahih Muslim No.5070)
Kaum yang akan masuk surga, hati mereka seperti hati burung
Hadis riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Allah menciptakan Adam dalam bentuknya setinggi enam puluh hasta. Setelah menciptakannya, Allah berkata : Pergilah dan ucapkanlah salam kepada kelompok itu, yaitu beberapa malaikat yang sedang duduk, dan dengarkanlah apakah jawaban mereka karena itulah ucapan selamat untukmu dan keturunanmu. Maka Adam pergi menghampiri lalu mengucapkan: “Semoga keselamatan menyertai kalian”. Mereka menjawab: “Semoga keselamatan dan rahmat Allah menyertai kalian”. Mereka menambahkan “rahmat Allah”. Maka setiap orang yang memasuki surga itu seperti bentuk Adam yang tingginya enam puluh hasta. Seluruh makhluk setelah Adam terus berkurang tingginya sampai sekarang.” (Shahih Muslim No.5075)
Neraka
Panas dan dalamnya neraka Jahanam serta bagian tubuh yang dibakar api neraka
Hadis riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu : Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Api kalian yang dinyalakan anak-cucu Adam adalah sepertujuh puluh dari panas api Jahanam. Para sahabat berkata: Demi Allah, bila sepanas ini saja sudah cukup wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda: Sesungguhnya panas api tersebut masih tersisa sebanyak enam puluh sembilan bagian, panas masing-masing sama dengan api ini.” (Shahih Muslim No.5077)
Neraka akan dihuni para penindas dan surga akan dihuni orang-orang yang lemah
Hadis riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Neraka dan surga saling berdebat, lalu neraka berkata: Aku dimasuki oleh orang-orang yang suka menindas dan sombong. Surga berkata: Aku dimasuki oleh orang-orang yang lemah dan miskin. Lalu Allah berfirman kepada neraka: Kamu adalah siksa-Ku, Aku menyiksa denganmu siapa yang Aku kehendaki. (Atau Allah berfirman: Aku menimpakan bencana denganmu kepada orang yang Aku kehendaki). Dan Allah berfirman kepada surga: Kamu adalah rahmat-Ku, Aku limpahkan rahmat berupa kamu kepada siapa yang Aku kehendaki. Dan masing-masing kamu memiliki penghuninya sampai penuh.” (Shahih Muslim No.5081)
Hadis riwayat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu: Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Neraka Jahanam selalu berkata: Apakah masih ada tambahan? Sehingga Allah Maha Suci lagi Maha Tinggi meletakkan telapak kaki-Nya, lalu Jahanam berkata: Cukup, cukup! Demi keagungan-Mu! Dan sebagiannya dikumpulkan kepada sebagian yang lain.” (Shahih Muslim No.5084)
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Pada hari kiamat, maut akan didatangkan seperti seekor biri-biri yang berwarna keputih-putihan. (Abu Kuraib dalam periwayatannya menambahkan: Lalu dihentikan di antara surga dan neraka. Kemudian keduanya sepakat tentang isi hadis selanjutnya.) Kemudian diserukan: Wahai ahli surga, apakah kalian mengenal ini? Lalu mereka menjulurkan leher untuk melihat ke arah sang penyeru, kemudian menjawab: Ya, itu adalah maut! Kemudian diserukan lagi: Wahai ahli neraka, apakah kamu sekalian mengenal ini? Lalu mereka menjulurkan leher untuk melihat dan menjawab: Ya, itu adalah maut! Kemudian diperintahkan agar maut (kambing) itu disembelih, lalu diserukan lagi: Wahai ahli surga, keabadian yang tidak akan ada kematian lagi! Wahai ahli neraka, keabadian yang tidak akan ada kematian lagi! Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. membacakan ayat: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, yaitu ketika segala perkara telah diputus dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak pula beriman. Kemudian beliau menunjuk dunia dengan tangan beliau.” (Shahih Muslim No.5087)
Hadis riwayat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu: Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Allah memasukkan ahli surga ke dalam surga dan ahli neraka ke dalam neraka, kemudian seorang penyeru berdiri di antara mereka dan berseru: Wahai ahli surga, tidak ada kematian. Wahai ahli neraka, tidak ada kematian. Masing-masing kekal abadi di tempatnya.” (Shahih Muslim No.5088)
Hadis riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Gigi geraham atau gigi taring orang kafir itu sebesar gunung Uhud dan kekasaran kulitnya adalah sejauh perjalanan tiga hari.” (Shahih Muslim No.5090)
Hadis riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Jarak antara kedua bahu orang kafir di neraka itu sejauh perjalanan tiga hari dengan kendaraan yang cepat.” (Shahih Muslim No.5091)
Hadis riwayat Haritsah bin Wahab radhiyallahu ‘anhu : Bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Maukah kalian aku beritahu tentang ahli surga? Para sahabat berkata: Mau. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. bersabda: Yaitu setiap orang yang lemah dan melemahkan diri, seandainya ia bersumpah demi Allah, pasti akan dilaksanakan. Kemudian beliau bertanya lagi: Inginkah kamu sekalian aku beritahukan tentang ahli neraka? Mereka menjawab: Mau. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Yaitu setiap orang yang kejam, bengis dan sombong.” (Shahih Muslim No.5092)
Hadis riwayat Abdullah bin Zam`ah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkhutbah lalu menyebut seekor unta (milik Nabi Saleh) dan menyebutkan orang yang menyembelihnya kemudian membaca ayat: “Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka. Yang bangkit untuk membunuh unta itu adalah seorang yang terhormat di kalangan kaumnya, perusak dan kejam terhadap keluarganya, seperti Abu Zam`ah. Kemudian beliau juga menyebutkan kaum wanita dan memberikan nasihat untuk menghadapi mereka dan bersabda: Untuk apa seorang di antara kalian memukul istrinya.” (Shahih Muslim No.5095)
Hadis riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Aku melihat Amru bin Luhai bin Qamaah bin Khindif, yakni nenek moyang Bani Kaab menarik ususnya di dalam neraka.” (Shahih Muslim No.5096)
Kita mengetahui bagaimana Allah telah memuliakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan memberitahukan kehidupan alam ghaib yang mana manusia tidak akan mengetahui selain dari apa yang diberitakan melalui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu tidak ada jalan lain untuk mengetahui kehendak Allah hanya dengan mengikuti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga kebahagian, kesuksesan dan kejayaan kita hanya dengan mencontoh 100 % kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
14]. Bangsa Israel dan Yahudi adalah berbeda. Israel adalah nama lain bagi Nabi Ya’kub ‘alaihis salam. Jadi keseluruhan keturunan Nabi Ya’kub ‘alaihis salam digelari Bani Israel. Makna 'Israel' dalam bahasa Ibrani artinya 'Hamba Allah' atau 'Tentara Allah'.
Yahudi adalah merupakan gelar yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala kepada orang-orang kafir Bani Israel yang memusuhi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Bangsa Yahudi memang ingin dikenali sebagai Bani Israel untuk membersihkan kesan dan sejarah kekufuran mereka. Hakikatnya, mereka hanya sekumpulan manusia yang terdiri daripada berbagai bangsa dan mengamalkan peradaban dan budaya Bani Israel.
Dari keturunan Nabi Ishak ‘alaihis salam inilah lahirnya keturunan Bani Israel. Di mana ia bermula dari keturunan Nabi Ya’kub ‘alaihis salam dan anak-anaknya sebanyak 12 orang yaitu : Rawbin, Syanum, Levi, Yahuda, Yasakir, Zabulon, Nabi Yusuf ‘alaihis salam, Bunyamin, Daan, Naftali, Jad dan Asin. Sedangkan dari keturunan Nabi Ismail ‘alaihis salam lahir keturunan Arab sampai kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dari keturunan Nabi Ya’kub ‘alaihis salam lahirnya nabi-nabi dan rasul diantaranya Nabi Yusuf ‘alaihis salam, Nabi Musa ‘alaihis salam, Nabi Harun ‘alaihis salam, Nabi Ilyas ‘alaihis salam, Nabi Ilyasa' ‘alaihis salam, Nabi Daud ‘alaihis salam, Nabi Sulaiman ‘alaihis salam, Nabi Zakaria ‘alaihis salam, Nabi Yahya ‘alaihis salam, Nabi Yunus ‘alaihis salam dan Nabi Isa ‘alaihis salam.
Penindasan dan Eksodus
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ أَنجَاكُم مِّنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ وَيُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ ۚ وَفِي ذَ‌ٰلِكُم بَلَاءٌ مِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Ingatlah ni'mat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari (Fir'aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu, membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhanmu". (QS. Ibrahim : 6)
Penindasan Fir’aun atas Bani Israel begitu hebat, hingga Allah sendiri menggunakan kalimat, “..mereka menyiksa kalian dengan siksa yang pedih…Pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhan” (QS. Ibrahim : 6)
Penindasan tidak hanya berupa fisik dengan menjadikan mereka budak tetapi juga berlanjut terhadap generasi mereka. Fir’aun dalam sejarah yang masyhur ia adalah Ramses II, juga memerintahkan untuk membunuh anak laki-laki Bani Israel dan para perempuannya dipermalukan. Dalam konteks modern, mempermalukan perempuan berarti dijadikan pelacur atau dijadikan obyek senonoh dalam bentuk tarian setengah telanjang atau dijadikan pelayan dengan pakaian setengah telanjang.
Itu semua dilakukan oleh Fir’aun tanpa ampun. Setelah lama menjadi budak, kira-kira hampir 400 tahun lamanya, Bani Israel pun akhirnya mendapatkan seorang penolong yang pernah menjadi anak angkat Fir’aun sendiri yaitu Musa. Nama Musa sendiri adalah dari bahasa Kopti tua, gabungan di antara dua kata, Mu dan Sa. Mu artinya air dan Sa artinya pohon. Jadi Musa berarti pohon air. Demikian yang penulis nukil dari tafsir Al Azhar milik ulama panutan penulis, Buya Hamka di juz ke-9.
Horus, salah satu Dewa Mesir. 
Kini dipakai menjadi simbol negara termasuk Indonesia
Beliau dinamai demikian (dengan nama Musa) sebab di waktu bayi beliau dilemparkan oleh ibunya ke sungai Nil dengan diletakkan di dalam sebuah peti kayu, lalu dipungut oleh puteri Fir’aun kemudian dipelihara yang oleh Allah menjadikan Musa “the enemy of Firaun’s enemy”. Singkat kata, setelah adu kekuatan antara sihir dan mukjizat Allah di hadapan seluruh rakyat Mesir, Fir’aun semakin gusar akan kehadiran Nabi Musa di Mesir dengan misinya : Pembebasan Bani Israel. Kegusaran Fir’aun bukan hanya terletak pada tiada artinya kekuasaanya di mata Nabi Musa akan halnya ia sebagai Tuhannya bangsa Mesir, tetapi juga akan tiadanya Bani Israel di tanah Mesir.
Apalah artinya seorang raja diraja tanpa budak belian yang hina? Tidak ada seorang pun yang jadi raja jika tidak ada yang menjadi budak. Prinsip sederhana ini merupakan alasan Fir’aun untuk tidak melepaskan Bani Israel dari tanah Mesir. Bani Israel dihina tapi juga dibutuhkan. Bani Israel ditindas tapi juga berguna atas nama pembangunan. Sebuah kisah klasik hingga di zaman modern: suatu bangsa ditindas akan hak-haknya tapi dibutuhkan dalam perekonomian atas nama Negara. Kita dapat melihatnya sekarang maka kaum buruh dengan upah yang murah tapi tidak diperhatikan akan hak-haknya. Meski demikian, para buruh tersebut sangat dibutuhkan untuk menggerakkan roda perekonomian Negara. Menjadi budak di Negara sendiri? Boleh jadi demikian.
Kembali ke nasib Bani Israel. Pembangunan piramid dan bangunan besar lainnya di Mesir pastilah membutuhkan tenaga yang banyak tapi murah dari ongkos kas negara. Dan itu jelas didapatkan dari tenaga Bani Israel. Sebuah bangsa yang begitu besar populasinya semenjak dinasti Hyksos. Maka Allah mengurus Nabi Musa ‘alaihis salam untuk membebaskan Bani Israel dari perbudakan. Pembaca yang budiman, pembebasan Nabi Musa ini meliputi dua hal. Yang pertama pembebasan secara fisik dari perbudakan. Dan yang kedua pembebasan secara spiritual dari budak hawa nafsu dengan bertauhid kepada Allah semata. Hanya Allah sajalah yang patut disembah dan dipuja.
Apis, dewa yang kemudian menjadi model sapi betina Samiri 
(lihat surat Al Baqarah)
Dengan petunjuk Allah, Nabi Musa ‘alaihis salam mulai melakukan manuver politik dengan menggalang kekuatan untuk siap-siap eksodus besar-besaran dari Mesir. Tetapi langkah Nabi Musa ‘alaihis salam ini pun mulai dikeluhkan oleh Bani Israel sendiri. Ibarat kata, mereka seperti anjing yang tercepit di pintu pagar. Tidak ditolong anjing tersebut kesakitan tetapi jika ditolong pun ia akan menggigit. Nah, Bani Israel megeluh akan perjuangan Nabi Musa ini direkam dalam Al Qur’an dalam surat ke-7 ayat 129,
قَالُوا أُوذِينَا مِن قَبْلِ أَن تَأْتِيَنَا وَمِن بَعْدِ مَا جِئْتَنَا ۚ قَالَ عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُهْلِكَ عَدُوَّكُمْ وَيَسْتَخْلِفَكُمْ فِي الْأَرْضِ فَيَنظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ
”Mereka (Bani Israel) berkata, ”Telah disakiti kami sebelum engkau datang kepada kami, dan sesudah engkau mendatangi kami. Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi (Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu .(QS. Al A’raf : 129)
Dengan keteguhannya dan dengan optimisme berlandaskan iman, Nabi musa menyakinkan Bani Israel bahwa ia akan membimbing mereka ke tanah yang dijanjikan, Kana’an, Palestina sekarang ini. Tetapi, pembaca yang budiman, ada hal yang perlu ditekankan akan hal ini. Tanah atau bumi yang dijanjikan oleh Allah melalui Nabinya hanyalah untuk hamba-hamba Allah siapa saja yang Dia inginkan. Dengan kata lain, hanya bangsa yang beriman kepada Allahlah maka bumi atau tanah di manapun berada untuk dihuni, digarap dan dijadikan tempat untuk beribadah kepada Allah. Dengan demikian tanah Palestina adalah tanah yang dijanjikan untuk semua bangsa yang beriman (bertauhid) kepada Allah. Bukan hanya untuk Bani Israel semata! Untuk mempertegas hal ini silakan buka surat ke-7 ayat ke-128 dan surat ke-21 ayat ke-41.
قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا ۖ إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۖ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa". (QS. Al A’raf : 128)
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِّن قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُم مَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
“Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa orang rasul sebelum kamu maka turunlah kepada orang yang mencemoohkan rasul-rasul itu azab yang selalu mereka perolok-olokkan.” (QS. Al Anbiya : 41)
Kembali ke kisah Nabi Musa, Nabi Musa ‘alaihis salam membawa misi untuk melepaskan Bani Israel dari penindasan Firaun juga membawa misi lain yaitu dakwah tauhid. Sudah bukan rahasia lagi kalau bangsa Mesir begitu percaya dengan dewa-dewa. Di samping percaya dengan dewa-dewa, mereka juga percaya dengan kekuatan sihir yang menurut mereka adalah bentuk pertolongan dari para dewa. Berkaitan dengan ini, maka Fir’aun meminta para ahli sihirnya untuk bertarung dengan kekuatan yang dibawa oleh Nabi Musa ‘alaihis salam. Maka terjadilah pertarungan terbuka antara Nabi Musa ‘alaihis salam dan para ahli sihir tersebut.
Illustrasi Nabi Musa dan ahli sihir di hadapan Fir'aun
Singkat kata, para ahli sihir tersebut kalah. Maka kalahlah pula Fir’aun atas kekuatannya yang diwakilkan kepada para ahli sihirnya. Perlu pembaca ketahui bahwa ahli sihir di zaman Fir’aun memiliki kedudukan lebih dekat daripada para jenderal perang atau pejabat besar lainnya. Ini diperkuat oleh Al Qur’an dalam surat ke-7 ayat ke-109-112 ketika Firaun meminta perintah kepada ahli sihir atas kekuatan yang dibawa Nabi Musa ‘alaihis salam berupa tongkat yang menjadi ular.
قَالَ الْمَلَأُ مِن قَوْمِ فِرْعَوْنَ إِنَّ هَـٰذَا لَسَاحِرٌ عَلِيمٌ   يُرِيدُ أَن يُخْرِجَكُم مِّنْ أَرْضِكُمْ ۖ فَمَاذَا تَأْمُرُونَ  قَالُوا أَرْجِهْ وَأَخَاهُ وَأَرْسِلْ فِي الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ  يَأْتُوكَ بِكُلِّ سَاحِرٍ عَلِيمٍ
“Pemuka-pemuka kaum Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang pandai, yang bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu". (Fir'aun berkata): "Maka apakah yang kamu anjurkan?" Pemuka-pemuka itu menjawab: "Beritangguhlah dia dan saudaranya serta kirimlah ke kota-kota beberapa orang yang akan mengumpulkan (ahli-ahli sihir), supaya mereka membawa kepadamu semua ahli sihir yang pandai". (QS. Al A’raf : 109-112)
Anubis, Dewa Kematian
Luar biasa! Fir’aun meminta perintah dari ahli sihir, bukan dirinya yang memberi perintah. Dapat Anda bayangkan betapa powerful-nya para ahli sihir tersebut di mata Fir’aun! Tapi apa yang terjadi ketika mereka kalah dihadapan Nabi Musa ‘alaihis salam? Ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Itulah yang terjadi pada Fir’aun. Ahli sihir yang sudah kalah tadi juga membelot secara ideologi. Tepat dihadapan Fir’aun!
Knum, Dewa Ram.
Dewa ini menjadi simbol organisasi rahasia Yahudi Firaun yang kekuatannya diwakilkan pada ahli sihir tercoreng dua kali secara beruntun. Kemarahan yang begitu besar pun terlontarkan. Dan ekses ini pun berlanjut ke Bani Israel. Bani Israel pun melontarkan marahnya kepada Nabi Musa ‘alaihis salam akan semuanya ini. Melihat hal ini, maka Allah memberi perintah kepada Nabi Musa ‘alaihis salam. Dan perintah dari Allah untuk ini hanya satu : Segera keluar dari tanah Mesir!


Eksodus terbesar dalam sejarah pun terjadi. Bani Israel dengan di bawah komando Nabi Musa ‘alaihis salam mulai keluar dari tanah Mesir. Ilustrasi Bani Israel sedang eksodus Sebuah eksodus Bani Israel yang sangat bersejarah dan sekaligus berbahaya ! Bersejarah, karena inilah langkah awal mereka mulai mengawali sebuah kehidupan baru hingga masa kini. Bersejarah, karena inilah awal mereka menjadi sebuah bangsa yang benar-benar memiliki sebuah tanah sendiri, bukan tanah bangsa lain. Dan tanah tersebut adalah Kana’an, Palestina. Bersejarah, karena inilah awal mereka menjadi sebuah bangsa yang mulai terkuak kedoknya yang pembangkang, penakut, sombong, tamak terhadap dunia, pembunuh, tukang adu domba dan sebagainya yang dapat kita rasakan hingga masa sekarang ini.
Osiris, salah satu dewa Mesir
Bersejarah karena inilah awal mereka akan terpecah menjadi dua kekuatan besar di masa sekarang ini selain agama Islam, Yahudi dan Nasrani. Bersejarah karena mereka menjadi bangsa yang merdeka. Bukan lagi menjadi budak hina. Berbahaya, karena mereka pasti diburu oleh tentara Fir’aun untuk dibunuh karena keluar dari Mesir. Berbahaya, karena mereka baru kali ini menggembara di belantara padang pasir tanpa pengalaman sama sekali hidup dalam dunia padang pasir. Berbahaya, karena mereka akan menghadapi semuanya, tanah yang dijanjikan, hidup bebas, ideologi tauhid dengan taruhan nyawa.
Tetapi Bani Israel tidak punya pilihan lain. Eksodus atau tidak sama sekali! Ingin membuat sejarah baru atau terkubur oleh sejarah itu sendiri di tanah Mesir. Nabi Musa ‘alaihis salam pun mulai mengantarkan mereka menuju tanah baru. Dan itu harus dimulai dengan menyeberangi laut merah. Ketika sampai di hadapan laut merah ini pun ada di antara mereka mulai menggerutu. Di depan laut terbentang luas sementara mereka tidak punya kapal atau perahu untuk menyeberang. Di belakang tentara Fir’aun siap menggorok leher mereka.
Kembali mereka menyalahkan Nabi Musa ‘alaihis salam atas tersudutnya keadaan mereka. Dan kembali, sejarah besar terjadi. Dan ini pun hanya sekali dalam hidup. Bila eksodus besar-besaran ini hanya terjadi dalam sekali di sejarah manusia, maka laut yang terbelah juga terjadi hanya sekali dalam sejarah. Memang kehidupan Bani Isarel penuh dengan sejarah besar. Eksodus, laut terbelah adalah bagian dari sejarah besar mereka. Dengan terbelahnya laut Merah atas pertolongan Allah dengan melalui ketukan tongkat musa, maka selamatlah Bani Israel dari kejaran Fir’aun.
Illustrasi terbelahnya laut Merah
Nasib Fir’aun sendiri? Mati secara menggenaskan di lautan yang ia akui di bawah kekuasaannya bersama seluruh tentaranya ketika mencoba melewati jalan yang sama ditempuh oleh Bani Israel. Dan mayatnya ini tetap diselamatkan oleh Allah sebagai bukti kekuasaan Allah atas manusia paling sombong yang pernah lahir di dunia.
Illustrasi Bani Israel sedang menyeberangi laut Merah
Menurut sejarah, hanya mayat Firaun Ramses II ini sajalah yang di paru-parunya terdapat bekas rendaman air laut. Adapun mumi yang lain tidak ditemui hal ini. Ini yang membuat para ahli sejarah Mesir Kuno menyakini jika Ramses II adalah Firaun yang mengejar Nabi Musa ‘alaihis salam.
Terlepas dari itu semua, sejarah kehidupan Bani Israel memasuki babak baru. Dan artikel ini akan menguak bagaimana watak asli mereka hingga mampu merubah wajah dunia ini menjadi baik dan buruk. Itu semua berawal dari eksodus mereka. Dan sejarah besar ini telah berawal di Mesir !
Keterangan Ringkas :
1. Asal Mula Bani Israel
Secara etimologi kata bani memiliki makna “anak-anak keturunan”, sedangkan Israel merupakan sebutan yang ditujukan kepada Nabi Ya’qub ‘alaihis salam putra Nabi Ishaq ‘alaihis salam yang merupakan putra Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dari istri pertamanya yaitu Sarah. Kata Israel berasal dari bahasa Ibrani dan merupakan gabungan dari kata Isra yang berarti hamba dan El atau Il yang berarti Tuhan sehingga, Israel bermakna hamba Tuhan. Selain itu, kata Isra juga dapat berarti perjalanan di waktu malam hari. Nabi Ya’qub ‘alaihis salam sering melakukan perjalanan di malam hari untuk menghindari perselisihan dengan saudara kembarnya, Ishu.
Nabi Ya’qub ‘alaihis salam memiliki dua belas orang anak dari dua orang istrinya (dalam sumber lain dikatakan bahwa Nabi Yaqub ‘alaihis salam memiliki empat orang istri). Dari istri pertama, Leah, Nabi Yaqub memiliki sepuluh orang anak yakni Rubin, Simon, Lawi, Yahuda, Zebulaon, Isakhar, Dann, Gad, Asyer, dan Naftali. Sedangkan dari istri keduanya, Rachel, ia mendapat dua orang anak yakni Yusuf, dan Benyamin. Anak keturunan Nabi Ya’qub ‘alaihis salam inilah yang kemudian disebut sebagai Bani Israel.
2. Israel dan Yahudi
Kata Yahudi berasal dari kata Al-Haud (Arab) atau Hada (Ibrani) yang berarti kembali atau taubat. Penamaan Yahudi kepada bangsa Israel ini muncul setelah mereka bertobat dari menyembah anak sapi. Namun, kata Yahudi ini juga dinisbatkan kepada anak keempat Yakub yang bernama Yehuda, pemimpin bagi sebelas anak Yakub lainnya. Kata Israel sering diidentikkan dengan Yahudi. Kebanyakan orang mengganggap bahwa orang Yahudi adalah bani Israel dan begitu pula sebaliknya. Meskipun memiliki korelasi yang sangat dekat, bani Israel dan Yahudi tidaklah sama. Seperti yang telah dijelaskan, bani Israel adalah sebutan bagi anak keturunan Nabi Yaqub ‘alaihis salam. Sedangkan istilah Yahudi dapat merujuk pada nama sebuah agama ataupun suku bangsa.
Yahudi sebagai agama adalah merujuk kepada umat agama Yahudi, baik itu keturunan Yahudi ataupun bukan. Menurut hukum-hukum agama Yahudi (Halakha), orang Yahudi adalah seorang yang beribu Yahudi dan juga seorang yang memeluk agama Yahudi menurut hukum-hukum Yahudi. Definisi ini adalah berdasarkan Talmud.  Jadi, seorang Yahudi belum tentu adalah keturunan bani Israel dan begitu pula sebaliknya tidak semua Bani Israel adalah pemeluk agama Yahudi
3. Karakteristik Bangsa Israel Menurut Al-Qur’an
Bani Israel adalah termasuk umat pilihan. Allah telah melebihkan mereka dari umat yang lain (pada masa itu). Banyak dari keturunan Israel yang diangkat menjadi Nabi seperti Nabi Musa ‘alaihis salam, Nabi Harun ‘alaihis salam, Nabi Daud ‘alaihis salam, Nabi Sulaiman ‘alaihis salam, Nabi Zakaria ‘alaihis salam, Nabi Yahya ‘alaihis salam, dan Nabi Isa ‘alaihis salam. Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menceritakan tentang kisah bani Israil. Sebagian besar dari kisah-kisah tersebut menceritakan bahwa kaum bani Israil memiliki watak yang tidak baik. Berikut adalah karakteristik bani Israel yang digambarkan dalam Al-Qur’an:
a) Ingkar janji
Bani Israel telah membuat perjanjian dengan Nabi Musa ‘alaihis salam untuk menyembah hanya pada Allah dan tidak lagi menyembah patung anak sapi. Akan tetapi mereka ingkar terhadap perjanjian itu. Hal ini seperti yang dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 93.
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُم بِقُوَّةٍ وَاسْمَعُوا ۖ قَالُوا سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَأُشْرِبُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ ۚ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُكُم بِهِ إِيمَانُكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!” Mereka menjawab: “Kami mendengar tetapi tidak mentaati.” Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah: “Amat jahat perbuatan yang telah diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat).” (QS. Al Baqarah : 93)
b) Pembangkang dan pengecut
Ketika bani Israel melarikan diri dari peinindasan Fir’aun di Mesir, Allah melalui Nabi Musa ‘alaihis salam menyuruh mereka untuk masuk ke Kanaan. Akan tetapi, bani Israel tidak mau menuruti perintah tersebut dan justru menyuruh Nabi Musa ‘alaihis salam untuk berperang bersama Tuhannya. Hal ini seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 20-26.
وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنبِيَاءَ وَجَعَلَكُم مُّلُوكًا وَآتَاكُم مَّا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِّنَ الْعَالَمِينَ  يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَىٰ أَدْبَارِكُمْ فَتَنقَلِبُوا خَاسِرِينَ  قَالُوا يَا مُوسَىٰ إِنَّ فِيهَا قَوْمًا جَبَّارِينَ وَإِنَّا لَن نَّدْخُلَهَا حَتَّىٰ يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِن يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنَّا دَاخِلُونَ  قَالَ رَجُلَانِ مِنَ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوا عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ  قَالُوا يَا مُوسَىٰ إِنَّا لَن نَّدْخُلَهَا أَبَدًا مَّا دَامُوا فِيهَا ۖ فَاذْهَبْ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ  قَالَ رَبِّ إِنِّي لَا أَمْلِكُ إِلَّا نَفْسِي وَأَخِي ۖ فَافْرُقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ  قَالَ فَإِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيْهِمْ ۛ أَرْبَعِينَ سَنَةً ۛ يَتِيهُونَ فِي الْأَرْضِ ۚ فَلَا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, ingatlah ni'mat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun di antara umat-umat yang lain". Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu , dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya." Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi ni'mat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman". Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja." Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu" Allah berfirman: "(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu." (QS. Al Maidah : 20-26)
c) Suka  mengolok-olok Nabi mereka
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ آذَوْا مُوسَىٰ فَبَرَّأَهُ اللَّهُ مِمَّا قَالُوا ۚ وَكَانَ عِندَ اللَّهِ وَجِيهًا
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah. (QS. Al-Ahzab 33 : 69)
d) Membunuh para Nabi
Selain suka mengolok-olok Nabi-Nabi, mereka juga tak segan membunuh para Nabi. Tercatat ada tiga belas orang Nabi yang dibunuh oleh bani Israel diantaranya adalah Nabi Yahya ‘alaihis salam, Nabi Zakaria ‘alaihis salam, dan Nabi Isa ‘alaihis salam. Akan tetapi, Nabi Isa as. diselamatkan oleh Allah dengan cara diangkat ke langit dan Allah juga merubah salah seorang diantara yang berniat membunuh Nabi Isa as menjadi seperti Nabi Isa, sehingga dialah yang kemudian disalib oleh bani Israel.
e) Gemar merubah Kitab Suci
أَفَتَطْمَعُونَ أَن يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِن بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?” (QS. Al-Baqarah 2 : 75)
فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَـٰذَا مِنْ عِندِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا يَكْسِبُونَ
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Baqarah 2 : 79)
f) Menyembah patung anak sapi
وَلَقَدْ جَاءَكُم مُّوسَىٰ بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِن بَعْدِهِ وَأَنتُمْ ظَالِمُونَ
Sesungguhnya Musa telah datang kepadamu membawa bukti-bukti kebenaran (mukjizat), kemudian kamu jadikan anak sapi (sebagai sembahan) sesudah (kepergian)nya, dan sebenarnya kamu adalah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Baqarah 2 : 92)
4. Perjalanan Bani Israel
Di atas telah disebutkan bahwa Nabi Yaqub ‘alaihis salam adalah putra dari Nabi Ishaq ‘alaihis salam sedangkan Ishaq adalah putra dari Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang merupakan kakek moyang dari bangsa-bangsa yang menghuni jazirah Arab. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam memiliki dua orang istri. Dari Istri pertama yang bernama Sarah, Ibrahim memiliki anak yakni Ishaq sedangkan dari istri keduanya, Hajar, Ibrahim memiliki anak yang bernama Ismail. Hajar dan Ismail tinggal di Mekkah. Dari Ismail ‘alaihis salam lahir anak keturunan yang disebut bani Quraisy yang dari garis keturunan inilah lahir Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sementara Sarah dan Ishaq dibawa oleh Ibrahim ‘alaihis salam tinggal di Kanaan, wilayah yang kini disebut Palestina.
Nabi Ya’qub ‘alaihis salam beserta anak-anaknya juga tinggal di daerah Kanaan. Diantara kedua belas putra-putranya, Yusuf ‘alaihis salam adalah yang paling disayang oleh Yaqub ‘alaihis salam. Hal ini kemudian menimbulkan kedengkian dari saudara-saudaranya yang lain kecuali Benyamin yang merupakan saudaranya seibu. Lalu, saudara-saudara Yusuf membuat makar untuk menyingkirkan Yusuf dengan cara menjatuhkannya ke dalam sebuah sumur kering. Namun nasib baik berpihak pada Yusuf, ia selamat karena ditolong oleh salah seorang musafir dan kemudian dijual sebagai budak pada salah seorang pejabat Mesir. Berkat kejujuran dan juga kepandaianya dalam menafsirkan mimpi ia lalu diangkat menjadi mentri urusan bahan pangan di Mesir kala itu. Ketika di Kanaan terjadi musim paceklik Yusuf ‘alaihis salam kemudian membawa keluarganya tinggal di Mesir.
Di Mesir, jumlah bani Israel menjadi banyak dan banyak diantara mereka yang menduduki pos-pos penting dalam pemerintahan. Hal ini kemudian menimbulkan kekhawatiran jika nantinya bani Israel akan menguasai Mesir. Ketika Mesir diperintah oleh Raja Menephthan (1232-1224 SM), bani Israel diperlakukan dengan sangat kejam. Mereka dijadikan budak dan bahkan suatu ketika diberlakukan perintah untuk membunuh setiap bayi laki-laki dari kaum bani Israel. Kemudian Allah mengutus Musa ‘alaihis salam, yang juga keturunan bani Israel, untuk membawa bani Israel keluar dari Mesir dan kembali ke Kanaan. Bani Israel pun keluar dari Mesir namun, mereka tidak mau memasuki wilayah Kanaan dikarenakan takut dengan bangsa Kanaan yang terkenal kuat dan kejam. Mereka justru menyuruh Musa untuk berperang sendiri bersama Tuhannya mengusir bangsa Kanaan. Karena sifat pengecut dan pembangkangan mereka inilah kemudian Allah menghukum bangsa Israel. Mereka diharamkan memasuki wilayah Kanaan (Baitul Maqdis) selama 40 tahun.  Kemudian, mereka hidup terlunta-lunta di Gurun Sinai. Setelah hidup di selama berpuluh-puluh tahundi gurun yang tandus, bani Israel kemudian berencana untuk merebut wilayah Kanaan yang subur itu. Kemudian mereka pun berperang melawan bangsa Kanaan dan akhirnya merka berhasil menumpas habis bangsa Kanaan. Mereka pun masuk ke Kanaan.
5. Bani Israil Pada masa Kekadhian
Setelah memasuki berhasil memasuki Kanaan, Yusya ‘alaihis salam membagi wilayah Kanaan menjadi dua belas bagian. Setiap suku dari Bani Israel mendapat satu bagian wilayah. Selain itu Yusya ‘alaihis salam juga mendirikan pemerintahan yang disebut dengan Pemerintahan Keqadhian dimana setiap wilayah dipimpin oleh seorang Qadhi .
Akan tetapi, bani Israel tidak menyukai sistem pemerintahan kekadhian tersebut dikarenakan sistem pemerintahan kekadhian membuat mereka lemah dan mudah diserang oleh musuh. Pada saat itu, mereka ditindas oleh orang-orang suku Ammon di Jabesh-Gilead. Oleh karena itu, bani Israel meminta pada Samuel (yang juga seorang Nabi) untuk memohon pada Allah agar mengangkat seorang pemimpin bagi mereka.
Kemudian Allah memilih salah seorang diantara bangsa Israel, yakni Thalut untuk menjadi pemimpin mereka melawan suku Ammon. Pada mulanya bani Israel tidak mau mengakui Thalut sebagai raja mereka karena Thalut berasal dari keturunan suku Benyamin. Dalam kepercayaan bani Israel saat itu yang berhak menjadi raja hanyalah keturunan suku Yahuda dan yang berhak menjadi Nabi adalah keturunan suku Lewi. Thalut adalah seorang yang kuat dan juga bijaksana. Thalut berhasil memimpin bani Israel dalam berperang melawan suku Ammon. Keberhasilan Thalut ini akhirnya membuat bani Israel percaya dan mengakui Thalut sebagai raja mereka.
6. Terbentuknya Kerajaan Bani Israel
Setelah berhasil mengalahkan suku Ammon, pada tahun 1020 SM bani Israel kemudian mendirikan kerjaan yang bernama Kerajaan Bani Israel dengan Thalut sebagai raja pertamanya. Dengan berdirinya Kerajaan Bani Israel maka berakhirlah masa pemerintahan Kekadhian dan wilayah bani Israel seluruhnya berada dibawah pemerintahan Raja Thalut.
Pada masa awal pemerintahannya Thalut berusaha memantapkan pemerintahan. Salah satunya yang dilakukan Thalut adalah memerangi kelompok-kelompok yang berusaha menyerang Kerajaan Bani Israel yakni orang-orang suku Amaliqah. Mereka dipimpin oleh seorang raja yang sangat kejam yang bernama Jalut. Thalut pun menyusun kekuatan untuk melawan pasukan Jalut tersebut dan pasukan Tahlut berhasil mengalahkan pasukan Jalut. Raja Jalut terbunuh oleh salah seorang tentara Thalut yang pada waktu itu usianya masih sangat muda yang bernama Daud. Atas jasanya membunuh Raja Jalut, Daud lalu dinikahkan dengan putri dari Raja Thalut yang bernama Mikyal. Pada tahun 1002 SM Raja Thalut meninggal, ia memerintah selama +/- 18 tahun.
7. Masa Kejayaan Bangsa Israel
Setelah Thalut meninggal, Daud ‘alaihis salam diangkat menjadi raja. Masa pemerintahan Daud ‘alaihis salam ibu kota kerajaan dipindahkan dari Hebron ke Yerussalem. Daud juga berhasil menaklukan bukit Zion yang pada waktu itu menjadi benteng kaum Yabus. Di dalam Bible disebutkan bahwa di bukit Zion itu Daud ‘alaihis salam membangun rumah peribadatan yang diberi nama Bandar Daud. Pada masa ini Daud juga berhasil memperluas perniagaan ke kota-kota di pantai Barat Benua Afrika, juga ke daerah Eropa dan Asia. Ini adalah masa awal kejayaan bagi Kerajaan Bani Israel.
Setelah Daud ‘alaihis salam meninggal, kerajaan kemudian diteruskan oleh salah seorang putranya yaitu Sulaiman ‘alaihis salam. Pada masa pemerintahan Sulaiman‘alaihis salam inilah puncak kejayaan dari bangsa Israel (961-922 SM). Wilayah kekuasaannya semakin meluas dan kerajaan-kerajaan disekitarnya segan terhadap pemerintahan Sulaiman dan bahkan Ratu Bilqis sang pemimpin negeri Saba pun tunduk kepadanya. Pada masa pemerintahan Sulaiman ‘alaihis salam dibangunlah sebuah rumah ibadah yang besar yang berada di Jerusalem yang disebut Haikal Sulaiman. Pembangunan ini merupakan wasiat dari Nabi Daud dimana sebelum meninggal ia berpesan untuk menyembah Tuhan (Allah).
8.  Runtuhnya Kerajaan Bani Israel
Meninggalnya Sulaiman ‘alaihis salam membawa perpecahan dikalangan umat Bani Israel. Mereka berselisih paham mengenai siapa yang berhak mewarisi tahta kerajaan sehingga akhirnya kerajaan Israel terpecah menjadi dua yakni kerajaan Yahuda dan kerajaan Israil. Kerajaan Yehuda dipimpin oleh anak Nabi Sulaiman ‘alaihis salam yang bernama Rahbi’am (Rehobo’am). Dari dua belas suku, hanya dua suku saja yang mengakui pemerintahan Rahbi’am yakni suku Yahuda dan suku Benyamin.
Kerajaan Yahuda berumur sekitar 335 tahun atau 135 tahun lebih lama dari kerajaan Israil (Palestina Utara). Kerajaan Yahuda berumur lebih lama dikarenakan banyak mendapat dukungan dari imam-imam. Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran pada masa pemerintahan Raja Mannasses (694-639 SM). Pada masa pemerintahan Raja Yahuyaqim, kerajaan Yahuda jatuh ke tangan Nebukadnezar dari kerajaan Babilonia Lama atau Khaldea.
1) Kerajaan Israil
Kerajaan Israil yang terletak di Palestina Utara. Kerajaan ini mendapat dukungan dari sepuluh suku bani Israel yakni suku Rubin, Simon, Lawi, Zebulaon, Isakhar, Dann, Gad, Asyer, Mannaseh dan Naftali. Meskipun didukung oleh banyak suku, Kerajaan Israil hanya memiliki umur yang pendek dibandingkan dengan Kerajaan Yahuda. Hal ini karena Kerajaan Israil terlibat dalam pertentangan antara Romawi dan Persia. Selain itu masyarakat di Kerajaan Israil juga mulai meninggalkan ajaran tauhid dan kembali menyembah berhala. Selain itu kondisi pemerintahan kerajaan Israil yang lemah menjadikannya mudah diserang oleh musuh.
Raja Tegalathphalazar II dari kerajaan Assyiria berhasil menaklukkan Kerajaan Israil. Kerajaan Israil berada dibawah pengawasan kerajaan Assyiria. Dan pada saat Assyiria dipimpin oleh Raja Sargon II, Kerajaan Israil ditumpas habis. Raja terakhir yang memerintah di Kerajaan Israil adalah Raja Husya yang kemudian ditawan oleh Assyiria dan bersama +/- 27.280 orang tawanan dari bani Israel, ia dibuang ke Assyiria.
2) Kerajaan Yahuda
Kerajaan Yehuda dipimpin oleh anak Nabi Sulaiman as yang bernama Rahbi’am (Rehobo’am). Dari dua belas suku, hanya dua suku saja yang mengakui pemerintahan Rahbi’am yakni suku Yahuda dan suku Benyamin.
Kerajaan Yahuda berumur sekitar 335 tahun atau 135 tahun lebih lama dari kerajaan Israil (Palestina Utara). Kerajaan Yahuda berumur lebih lama dikarenakan banyak mendapat dukungan dari imam-imam. Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran pada masa pemerintahan Raja Mannasses (694-639 SM). Pada masa pemerintahan Raja Yahuyaqim, kerajaan Yahuda jatuh ke tangan Nebukadnezar dari kerajaan Babilonia Lama atau Khaldea.
15]. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiya’ : 107)
16]. Sebuah batu memberi salam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum beliau di utus :
وحدثنا أبو بكر بن أبي شيبة. حدثنا يحيى بن أبي بكير عن إبراهيم بن طهمان. حدثني سماك بن حرب عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ. قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم “إِنِّي َلأَعْرَفُ حَجَرًا بِمَكَّةَ كَانَ يُسَلِّمُ عَلَيَّ قَبْلَ أَنْ أُبْعَثَ. إِنِّي َلأَعْرَفَهُ الآنَ”.
Hadits riwayat Jabir bin Samurah radhiyallahu ’anhu, ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda : “Sesungguhnya aku mengenal sebuah batu di Mekkah yang pernah memberi salam kepadaku sebelum aku di utus (menjadi Rasul). Sesungguhnya aku mengenalinya sampai sekarang.” (HR. Muslim No 2277-2)
Salam dari Batu dan Pohon kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Ibnu Ishaq berkata bahwa Abdul Malik bin Ubaidillah bin Abu Sufyan bin Al-Ala' bin Jariyah Ats-Tsaqafi berkata kepadaku dan ia mendengar dari beberapa orang berilmu, "Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam -ketika Allah berkehendak memuliakannya dan memberikan kenabian kepadanya- ingin keluar untuk buang hajat, beliau pergi ke tempat yang jauh hingga rumah-rumah tidak terlihat olehnya dan berhenti di syi'ab (jalan di antara dua bukit) Makkah, dan lembah-lembahnya. Setiap kali beliau berjalan melewati batu dan pohon, pasti keduanya berkata, 'As-Salaamu Alaika ya Rasulullah.' Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam menoleh ke sekitarnya; kanan, kiri, dan belakang, namun tidak melihat apa-apa kecuali pohon dan batu. Itulah yang terjadi pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dalam jangka waktu tertentu; bermimpi dan mendengar salam hingga Jibril datang kepada beliau dengan membawa kemuliaan dari Allah ketika beliau berada di Gua Hira' pada bulan Ramadhan."
Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : “Abu Thalib pergi ke Syam (untuk berdagang), dan Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam ikut bersama beberapa pemuka Quraisy. Tatkala mereka sampai di tempat Rahib, mereka singgah dan meletakkan perbekalan mereka. Kemudian Rahib itu keluar menemui mereka, padahal sebelumnya, ketika mereka lewat di situ, dia tidak pernah keluar menemui mereka. ” (Perawi) berkata, “Kemudian sang rahib berjalan di sela-sela mereka hingga sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam lalu memegang tangan beliau sembari berkata, ‘Inilah penghulu alam semesta, inilah utusan Rabb alam se­mesta, dia diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi alam semesta ini.’ Para pemuka kaum Quraisy bertanya kepadanya, ‘Apa yang Anda ketahui tentang hal ini?’ Dia menjawab, ‘Sesung­guhnya ketika kalian muncul dan naik dari perbukitan, tidak satu pun dari bebatuan ataupun pepohonan melainkan ber­sujud kepadanya, dan keduanya tidak akan bersujud kecuali kepada seorang Nabi. Sesungguhnya aku dapat mengetahui­nya melalui tanda kenabian yang terletak pada bagian bawah tulang rawan pundaknya yang bentuknya seperti apel.’ Kemudian sang Rahib kembali dan membuatkan makanan untuk mereka. Tatkala sang Rahib datang kepada mereka dengan membawa makanan tersebut, yang pada saat itu Nabi ber­ada bersama para penjaga unta, si Rahib berkata, ‘Kirimlah orang untuk memanggilnya.’ Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam datang dan di atas beliau ada awan yang menaungi beliau. Tatkala beliau mendekat kepada kerumunan orang, beliau mendapatkan mereka telah lebih dahulu mengambil tempat yang ternaungi oleh pohon di sana, tetapi ketika beliau duduk, naungan pohon itu beralih kepada beliau. Maka si Rahib berkata, naungan pohon ini pindah kepadanya.’ Lalu Rahib itu berkata, ‘Aku bertanya kepada kalian dengan Nama Allah, siapa di antara kalian yang menjadi walinya?’ Mereka berkata Abu Thalib.’ Dan si Rahib terus bertanya dengan Nama Allah, hingga Abu Thalib menjawabnya…. Si Rahib itu kemudian  membekali beliau dengan roti dan minyak.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, kitab al-Manaqib, Bab Ma Ja Ja’a fi Bad’I Nubuwwati an-Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, no.3624, dan at-Tirmidzi berkata, “Ini adalah hadits hasan gharib.” Dan al Albani berkata dalam Takhrij al-Misykat, 3/187, “Hadits shahih, para perawinya adalah orang-orang tsiqah.”)

Tangisan Sebatang Pohon Kurma

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, “Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam dahulu ketika Hari Jum’at, beliau berdiri (berkhutbah) di samping sebuah batang pohon atau pohon kurma. Lalu ada seorang wanita, atau laki-laki, dari Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, maukah kami buatkan mimbar untuk Anda?’ Beliau menjawab, ‘(Silahkan) jika kalian berkehendak.’ Lalu para shahabat pun membuatkan sebuah mimbar untuk beliau. Tatkala pada Hari Jum’at, beliau diminta untuk berdiri di mimbar, maka pohon kurma tersebut menjerit layaknya bayi yang menjerit. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wassalam turun dari mimbar dan memeluknya. Lantas pohon kurma itu merintih seperti rintihan bayi yang ditenangkan. Beliau bersabda, ’Pohon ini menangis karena mendengar nasihat yang biasa disampaikan disampingnya.”
Didalam riwayat lain darinya pula disebutkan, “Dahulu masjid Nabawi diatapi dengan bertiangkan batang pohon kurma. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam apabila berkhutbah, beliau berdiri pada salah satunya. Tatkala beliau dibuatkan mimbar dan beliau berkhutbah padanya, kami mendengar batang pohon kurma tersebut mengeluarkan suara seperti suara unta hamil. Hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam mendatanginya dan meletakkan tangan beliau padanya, maka ia pun diam. (HR.Bukhari, kitab Ahadits al-Anbiya, Bab Alamat an-Nubuwwah fi al-Islam, 4/168)
Dan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, “Pada awalnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah disamping sebatang pohon kurma. Tatkala dibuatkan mimbar, beliau berdiri padanya maka batang pohon kurma tersebut merintih. Lalu beliau mendatanginya dan mengusapkan tangan beliau padanya.” (HR.Bukhari)

17]. Kelebihan Ummat Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam :

Abu Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Muqathil bin Sulaiman berkata : Nabi Musa alaihis salam bermunajat :
Ya Rabb, saya mendapatkan dalam alwaah, ada suatu ummat yang dapat memberi syafa'at dan akan diterima syafa'at mereka. Jadikanlah mereka umatku? Jawab Allah : Mereka ummat Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ya Rabb, saya dapatkan juga ummat yang tebusan dosa mereka cukup dengan sembahyang lima waktu, jadikanlah mereka umatku. Jawab Allah : Mereka ummat Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ya Rabb, saya dapatkan juga ada ummat yang akan membasmi kesesatan sehingga mereka akan membunuh Dajjal yang bermata sebelah, jadikanlah mereka ummatku. Jawab Allah : Mereka ummat Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ya Rabb, juga saya dapatkan ada ummat yang kesucian mereka dengan air dan tanah, jadikanlah mereka ummatku. Jawab Allah : Mereka ummat Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ya Rabb, juga saya dapatkan ada ummat yang boleh menerima sedekah dan memakannya, padahal ummat yang dahulu harus dibakar dengan api. Jadikanlah mereka ummatku. Jawab Allah : Mereka ummat Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ya Rabb, juga saya dapatkan ada ummat yang bila seorang niat akan berbuat kebaikan dan tidak jadi berbuat dicatat satu hasanat (kebaikan), lalu bila dikerjakan dicatat sepuluh hasanat, dan dapat dilipatgandakan hingga tujuhratus lebih, dan bila niat kejahatan tidak ditulis, dan jika dikerjakan kejahatan itu ditulis hanya satu. Jadikanlah mereka ummatku. Jawab Allah : Mereka ummat Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ya Rabb, juga saya dapatkan pada ummat yang tujuh puluh ribu orang dari mereka akan masuk surga tanpa hisab, jadikanlah mereka ummatku. Jawab Allah : Mereka ummat Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ma'mar meriwayatkan dari Qatadah sama dengan ini dan ada tambahan :
Ya Rabb, juga saya dapatkan ada suatu ummat sebaik-baik ummat karena mereka melakukan amar ma'ruf (menyuruh pada kebaikan) dan nahi munkar (mencegah kemungkaran), jadikanlah mereka ummatku. Jawab Allah : Mereka ummat Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ya Rabb, juga saya dapatkan ada ummat yang terakhir masanya, tetapi terdahulu di hari kiamat. Jadikanlah mereka ummatku. Jawab Allah : Mereka ummat Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ya Rabb, juga saya dapatkan ada ummat yang kitab Allah itu di dalam dada mereka (hafal) tetapi mereka membacanya sambil melihat, jadikanlah mereka ummatku. Jawab Allah : Mereka ummat Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Sehingga nabi Musa ‘alaihis salam ingin menjadi ummat Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Lalu Allah menurunkan wahyu kepadanya : “Ya Musa, Aku telah memilih engkau dari semua manusia untuk menerima risalahKu dan firmanKu maka terimalah apa yang aku berikan kepadamu, dan jadilah golongan orang-orang yang bersyukur.” Dan dari ummat Musa ada orang-orang yang memimpin ummat ke jalan yang haq, dan dengan haq itu mereka berlaku adil. Maka puaslah Nabi Musa ‘alaihis salam dengan jawaban Allah ini dan ridho.
Muqatil bin Hayyaan berkata : Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Ketika saya dimi'rajkan ke langit, dibawa oleh Malaikat Jibril sehingga ke diding yang besar di sidratil muntaha, lalu jibril berkata: Majulah hai Muhammad. AKu jawab: Tidak, bahkan engkaulah yang maju. Jibril berkata: Ya Muhammad, tidak boleh seorang pun melampaui tempat ini kecuali engkau, dan engkau lebih mulia di sisi Allah daripadaku. Maka majulah Nabi Muhammad sehingga sampai ke suatu ranjang emas dengan seprei sutera dari surga, lalu Jibril berseru dari belakang: Ya Muhammad, Tuhan memuji padamu maka dengarkanlah dan taatlah, dan jangan gentar mendengar firman Allah. Maka segera aku memuji Allah dan membaca : Attahiyyaatu lillah wassholawaatu waththoyyibaat. Dijawab: Assalaamu alaika ayyuhannabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh. Lalu saya berkata: Assalaamu alainaa wa ala ibaadillaahish shaalihiin. Lalu disambut oleh Jibril : Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyyhadu anna muhammadan abduhu warasuluhu. Kemudian Alla berfirman : Aamanarrasuulu bimaa unzila ilaihi min rabbihii. Maka jawabku: BenarBenar aku percaya kepadaMu. Firman Allah : Wal mu'minuuna kullun aamana billaahi wamalaaikatihi wakutubihii warusulihi laa nufarriqu baina ahadin min rusulihi (Dan orang-orang mukmin semuanya percaya kepada ALlah, dan MalaikatNya, dan kitab-kitabNya, dan nabi-nabi utusanNya, dengan tidak membedakan antara seorang pun dari utusan-utusan itu.) Sebagaimana orang Yahudi yang membedakan antara Musa dengan Isa, juga orang Kristen membedakan antara keduanya.
Firman Allah: Laa yukallifullahu nafsan illaa wus'ahaa, lahaa maa kasabat wa'alaihaa maktasabat (Allah tidak memaksakan kepada seseorang kecuali menurut kekuatannya, ia pasti akan mendapat pahala amal kebaikannya, dan akan menanggung dosa kejahatannya). Kemudian dipersilakan untuk meminta dan akan diberi. (Mintalah engkau pasti akan diberi): Ghufraanaka rabbanaa wailaikal mashiir. (Ampunkan dosa-dosa kami ya Tuhan, dan kepadaMu kami akan kembali). Allah menjawab: Telah aku ampunkan bagimu dan umatmu yang bertauhid dan percaya kepadamu. Kemudian diperintah pula: Mintalah pasti akan diberi. Lalu meminta : Rabbana laa tuaahidzna innasiinaa au akhtho'na (Ya Tuhan kami, jangan menuntut kami bila kami lupa atau keliru. Dijawab olah Tuhan: Tidak akan Aku tuntut atas keluapaan dan kekeliruanmu, atau yang dipaksakan kepadamu sedang kamu tidak rela. Maka aku minta: Rabbana walaa tahmil 'alainaa ishron kama hamaltahuu 'alalladziina min qoblina (Ya Tuhan, jangan ditanggungkan atas kami yang berat-berat sebagaiman yang Engkau tanggungkan atas umat yang sebelum kami). Sebagaimana bani Israil jika berbuat salah lalu diharamkan oleh Allah beberapa makanan yang tadinya halal bagi mereka. Kemudian disuruh minta, lalu aku berkata : Rabbana walaa tuhammilna maa laa thaa qatalanaa bihi. (Ya Tuhan, jangan menanggungkan atas kami yang kami tidak kuat). Wa'fu 'anna waghfir lana warhamnaa anta maulaana fanshurnaa 'alal qoumil kaafiriin. (Dan maafkanlah kami, ampunkanlah kami, dan berikanlah kami rahmatMu, hanya Engkau Tuhan kami, dan tolonglah (menangkanlah) kami menghadapi kaum yang kafir). Jawab Tuhan: Semua itu Aku beri kepadamu, sehingga jika ada dari kamu duapuluh orang yang tabah hati dapat mengalahkan duaratus orang dari musuh." Wallaahu a'lam. Sumber: Tanbihul Ghafilin
18]. Allah subhanau wa ta’ala berfirman :


لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab :21)
19]. Allah subhanau wa ta’ala berfirman :
النَّبِيُّ أَوْلَىٰ بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنفُسِهِمْ ۖ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ ۗ
“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mu'min dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka…” (QS. Al Ahzab : 6)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس اجمعين
“Tidak sempurna iman seorang di antara kamu sebelum ia lebih mencintai aku daripada mencintai ibu-bapaknya, anaknya, dan semua manusia” (HR Bukhari no 15).

20]. Kisah Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu.

Satu-satunya shahabat yang namanya tercantum dalam Al-Qur'an
Bapaknya bernama Abdul Uzza bin Imri' Al-Qais, ibunya bernama Sa'di binti Tsa'laba. Ketika masih kecil, ia diajak ibunya menengok kampung. Tiba-tiba datang pasukan Bani Al-Qayn menyerang kampung tersebut. Mereka juga menawan serta membawa pergi Zaid. Kemudian ia dijual kepada Hakim bin Hizam, dengan harga 400 dirham, yang kemudian dihadiahkan kepada bibinya, Khodijah binti Khuwailid. Ketika Khodijah menikah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Zaid bin Haritsah dihadiahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Haritsah, bapak Zaid sedih kehilangan anaknya. Ketika beberapa orang dari Ka'ab menunaikan haji, mereka melihat dan mengenal Zaik sebagaimana Zaid mengenal mereka. Kepada mereka Zaid berkata : "Sampaikan beberapa bait syairku ini kepada keluargaku, karena sesungguhnya aku mengerti bahwa mereka sedih karena kehilanganku". Lalu ia melantunkan beberapa bait syairnya. Setelah Haritsah mengetahui kabar anaknya, ia berangkat ke Mekkah bersama Ka'ab bin Syarahil sebagai jaminan. Di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mengajukan permohonan agar anaknya, Zaid dibebaskan, dan ia akan memberikan Ka'ab bin Syarahil sebagai jaminannya. Oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dikatakan bahwa apabila Zaid memilih untuk ikut ayahnya, maka mereka tidak perlu memberikan jaminan. Tetapi seandainya Zaid memilih untuk ikut bersama Rasulullah, sungguh tidak ada paksaan untuk itu. Lalu dipanggillah Zaid. Dikatakan kepadanya : "Apakah kamu mengenal mereka?" "Ya, ini bapakku dan ini pamanku" jawabnya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : "Aku telah mengenalmu (Zaid), dan kau pun telah mengetahui kecintaanku kepadamu. Sekarang pilihlah, aku atau mereka berdua". Dengan tegas Zaid menjawab : "Aku sekali-kali tidak akan memilih orang selain Engkau (ya Rasulullah), Engaku sudah kuanggap sebagai bapak atau pamanku sendiri".
Setelah itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengumumkan kepada khalayak, bahwa Zaid diangkat sebagai anaknya. Ia mewarisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun mewarisinya. Setelah mengetahui demikian, bapak dan paman Zaid pergi dengan hati lapang. Zaid akhirnya masuk Islam, dan dinikahkan dengan Zainab binti Jahsy. Ketika Zainab dicerai Zaid, ia dipersunting oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka tersebarlah gunjingan orang-orang Munafiq, bahwa Muhammad telah menikahi anak perempuannya. Seketika itu turun ayat 40 surah Al-Ahzab yang membatalkan 'tabanni' (mengangkat anak angkat), sekaligus penjelasan bahwa anak angkat, secara hukum tidak bisa dianggap sebagai anak kandung.
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَـٰكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu , tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Ahzab : 40)
Anak angkat tidak bisa saling waris mewarisi dengan bapak angkatnya. Demikian pula, isteri yang telah dicerai halal untuk dinikahi bapak angkatnya. Dalam ayat tersebut tercantum langsung nama 'Zaid', yang dengan demikian, ia adalah satu-satunya shahabat yang namanya tercantum dalam Al-Qur'an.
Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu gugur sebagai syahid dalam perang Mu'tah, pada Jumadil Awwal 8 H. Pada waktu itu usianya 55 tahun.
21]. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Seseorang itu akan dihimpunkan bersama dengan orang yang dicintainya.”
Imam Nawawi telah meriwayatkan dalam Syarah Muslim tentang arti cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Abu Salamah al-Khaththaby. Dalam Syarah itu dikatakan, ”…Engkau tidak dikatakan benar-benar mencintaiku hingga dirimu binasa dalam taat kepadaku, dan engkau lebih mementingkan ridhaku daripada hawa nafsumu, meski engkau binasa karenanya.”
Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak sempurna keimanan seseorang dari kalian sampai ia mencintai aku melebihi kedua orang tuanya dan anaknya.” (HR. Bukhari no.14)
Penjelasan Hadits
قَالَ فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ
Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya
Rasulullah mengawali sabdanya dengan sumpah. Ini menunjukkan bahwa apa yang akan disampaikan beliau benar-benar sangat penting. Orang yang mendengar sumpah Rasulullah perlu memperhatikan dengan ekstra bahwa ada taklimat atau instruksi yang khusus dan istimewa. Termasuk dalam hadits ini. Ibnu Hajar berdalil dengan hadits ini untuk memperbolehkan sumpah terhadap sesuatu dengan niat menguatkannya.
Siapakah Dzat yang jiwa Rasulullah berada di tangan-Nya? Dzat itu tidak lain adalah Allah. Kadang kita jumpai terjemahan yang kurang tepat dalam bahwa Indonesia dengan mengartikannya menjadi “demi jiwaku yang berada dalam kekuasaan-Nya”. Padahal kita dilarang untuk bersumpah dengan selain Allah.
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ
tidak sempurna keimanan seseorang dari kalian
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits sebelumnya, arti kalimat ini adalah “tidak sempurnya keimanan seseorang”. Makna kesempurnaan iman lebih tepat dari pada sahnya iman. Sebab jika yang dimaksud hadits ini adalah sahnya iman, yang berarti hilangnya iman atau menjadi kafir ketika kecintaan kepada Rasulullah tidak sempurna maka sungguh sedikit orang yang beriman. Sebagian besar muslim dituduh kafir dengan kurangnya kecintaan kepada Rasulullah. Ini bisa menjadi sebab takfir yang berbahaya.
حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ
sampai ia mencintai aku melebihi kedua orang tuanya dan anaknya
Inilah cinta yang dituntut dari seorang mukmin agar keimanannya sempurna. Ia harus mencintai Rasulullah melebihi kecintaannya pada orang tua dan anak. Mengapa disebutkan orang tua dahulu baru anak? Ibnu Hajar Al-Asqalani berpendapat karena setiap orang pasti memiliki orang tua, namun tidak semua orang memiliki anak. Urutan penyebutan ini berbeda dengan hadit berikutnya. Pada hadits lainnya, anak didahulukan melebihi orang tua. “Karena,” kata Ibnu Hajar Al Asqalani melanjutkan, “umumnya orang lebih mencintai anak dari pada orang tua.”
Hadits ini singkat, tetapi sangat berat pengamalannya. Seorang mukmin harus mencintai Rasulullah melebihi orang tua dan anaknya. Jika cinta kepada orng tua melahirkan hormat serta bakti, dan cinta kepada anak berarti memenuhi permintaan-permintaannya, maka cinta kepada Rasulullah harus lebih hebat dari pada itu. Cinta kepada Rasulullah melebihi kecintaan kepada orang tua berarti mentaati Rasulullah melebihi kepatuhannya kepada orang tua. Pun demikian dengan cinta Rasulullah yang melebihi kecintaan kepada anak berarti menjalankan sunnah-sunnah Rasulullah melebihi bersegeranya ayah memenuhi permintaan anak-anaknya.
22]. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَـٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al A’raf : 179)
23]. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
وعن ابنِ عُمرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُما قالَ: قالَ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُو مِنْهُمْ)). أَخْرَجَهُ أبو داودَ، وصَحَّحَهُ ابنُ حِبَّانَ.
Barangsiapa meniru-niru suatu kaum, maka (pada dikumpulkan hari akherat) bersama kaum itu” (HR. Abu Daud, Shahih Ibnu Hibban)
24]. Allah subhanau wa ta’ala berfirman :
وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ  كِرَامًا كَاتِبِينَ  يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ
“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Infithar : 10-12)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar