Pages

Senin, 24 Desember 2012

103. BAYAN PROF. SALMAN KHAN



ALIGARH UNIVERSITY, ELECTRO DEPT. ALIGARH, INDIA

 
Aligarh Muslim University, India
Kejayaan dan keberhasilan kehidupan dunia dan akherat hanya terletak pada Agama. Setiap orang mempunyai standard yang berbeda terhadap kesuksesan. Padahal standard kesuksesan seseorang ini telah Allah tetapkan, namun kita tidak mampu memikirkannya. Allah subhanahu wa ta’ala telah menjadikan sahabat dan kehidupan mereka sebagai model untuk ditiru. Walaupun secara teknis cara hidup mereka berbeda dengan kita sekarang. Kesuksesan itu hanya terjadi bila manusia ini dapat memasuki surganya Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran : 185)
Kesuksesan hidup di dunia adalah kehidupan yang dapat mengantar manusia ini ke surganya Allah subhanahu wa ta’ala. Jika kehidupan yang kita jalani ini tidak dapat mengantar kita ke Surganya Allah subhanahu wa ta’ala, maka ini bukanlah kehidupan yang sukses. Tetapi ini kehidupan yang akan mendatangkan kecelekaan, penderitaan, dan kemalangan lahir dan bathin, dunia dan akherat.
Sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in kehidupannya lapar berhari-hari sampai perutnya ditahan dengan batu, disiksa, baju tambalan, rumah kecil, tetapi justru mereka yang dinyatakan telah sukses oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al Qur’an. Sahabat dikejar-kejar musuh, meninggalkan keluarga, harta benda, dan perdagangannya semua dilakukan demi kepentingan Agama. Inilah kehidupan orang-orang yang telah Allah Ridhoi dan mereka Ridho kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Beda dengan musuh-musuh Allah :
1. Fir’aun dan Namrud hidup sebagai Raja yang besar pada jamannya
2. Qorun hidup sebagai pengusaha yang bergelimang harta
3. PM Hamman seorang perdana mentri yang sukses karir politiknya
4. Kaum Saba yang sukses dengan pertaniannya
5. Kaum Ad yang sukses dengan ilmu kesehatannya
6. Kaum Madyan yang sukses dengan perekonomiannya
7. Kaum Tsamud yang sukses dengan teknologi perumahannya.
Walaupun dari segi keduniaan mereka telah mencapai kejayaan dan kesuksesan tetapi mereka ini menurut Allah adalah orang-orang yang gagal. Mereka ini adalah orang-orang yang Allah hinakan di dunia dan di akherat. Ini karena mereka gagal mengikuti perintah Allah subhanahu wa ta’ala. Sahabat walaupun keduniaannya jauh dari keduniaan dan kesuksesan kaum-kaum terdahulu, tetapi mereka ini yang Allah telah nyatakan kesuksesannya.
Kekurangan pada diri kita bukanlah berarti kegagalan. Sahabat Amr bin Jamuh radhiyallahu ‘anhu, ia adalah seorang yang lemah dan cacat kakinya, tetapi ia telah sukses dunia dan akherat asbab pengorbanan yang dia lakukan untuk agama. Sahabat faham betul mengenai pentingnya Iman dan Amal. Bilal radhiyallahu ‘anhu secara status ia adalah seorang budak sebelum masuk Islam, dan banyak disiksa, tetapi setelah agama wujud dalam diri Bilal radhiyallahu ‘anhu, langkah kakinya saja dapat didengar oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di surga ketika Bilal radhiyallahu ‘anhu masih hidup. Ini baru yang namanya sukses dan jaya dunia dan akherat.
Sebelum mati seseorang tidak akan tahu apakah ia seorang yang sukses atau tidak. Seseorang akan mengetahui apakah dia telah sukses setelah dia mati. Saat ini setiap manusia harus berusaha jika ingin sukses dunia dan akherat. Tanpa usaha atas Iman dan Amal maka manusia akan celaka dunia dan akherat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَارًا كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُم بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا الْعَذَابَ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمًا. وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ لَّهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۖ وَنُدْخِلُهُمْ ظِلًّا ظَلِيلًا
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya selama-lamanya; mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.” (QS. An Nisa’ : 56-57)
Orang yang tidak beriman, ia tidak akan tahu cara mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan. Tetapi orang yang beriman tidak boleh tidak tahu cara mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan ini. Allah telah berikan cara kepada orang beriman untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan dunia dan akhirat. Zaman boleh berubah bahkan lebih maju, namun cara untuk mendapatkan kebahagiaan tidak pernah berubah dari pertama manusia diciptakan sampai manusia yang terkahir mati. Kalau ingin bahagia dari dulu hingga kini tetap sama, yaitu hanya dengan cara mengikuti kemauan Allah subhanahu wa ta’ala.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak dilahirkan di suatu kaum yang beradab dan mempunyai kebudayaan yang tinggi seperti di China, Persia, atau di Romawi. Ini karena Allah tidak letakkan kesuksesan dan kejayaan dalam peradaban. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak dilahirkan di zaman yang teknologi canggih seperti sekarang. Allah subhanahu wa ta’ala hanya meletakkan kejayaan dan kesuksesan hanya dalam mentaati perintah-perintahNya. Di jaman yang paling Jahil dan tidak beradab Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dilahirkan, dan membawa cahaya hidayah di tengah kegelapan dan kemasiatan. Sehingga apa yang diusahakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membawa perubahan pada peradaban dunia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiya’ : 107)
Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika itu berdakwah sendirian dari pintu ke pintu. Demi kerja dakwah ini beliau melewati banyak kesusahan dan penderitaan. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dimusuhi, diboikot keluarganya, dicaci maki, disakiti, namun ini tidak mengurangi kerja dakwah beliau. Bahkan beliau ketika perintah Dakwah turun dari Allah, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam katakan kepada istrinya bahwa kini sudah tidak ada waktu lagi untuk istirahat. Beliau pergi pagi dengan pakaian yang bersih lalu pulang sore dengan pakaian yang kotor. Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam faham tentang pentingnya kerja agama ini. Bahkan sampai-sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ditawarkan harta, jabatan, dan wanita oleh para petinggi Quraish untuk menghentikan kerja dakwah ini. Mereka beranggapan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sudah keluar dari cara hidup leluhur mereka. Tapi apa kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, walaupun mereka mampu memberikan bulan di tangan kanan dan matahari di tangan kirinya, maka itupun tidak akan bisa menghentikannya dari kerja dakwah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam faham bahwa kebahagiaan dan kesuksesan bukan datang dari kebendaan dan kekuasaan yang kita miliki, tetapi dari menjalankan perintah-perintah Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menafikan semua kebendaan demi usaha dakwah ini, sementara kini kita telah menafikan usaha dakwah ini demi kepentingan dunia.
Harta dan jabatan bukanlah standard ukuran keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam menjalani hidup ini. Keberhasilan dan kegagalan hidup hanya dapat dilihat dari sejauh mana manusia menjalankan perintah-perintah dan sejauh mana manusia mewujudkan cara hidup Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kehidupannya. Seluruh kebendaan dan kenikmatan dunia ini bukanlah tolak ukur kebahagiaan seseorang, tetapi 23 tahun kehidupan kenabian inilah satu-satunya tolak ukur kebahagiaan yang telah Allah tetapkan. Inilah aturan dan ketetapan yang Allah telah buat untuk manusia. Manusia kini sibuk bagaimana hidupnya dapat mempunyai nilai, tetapi Allah telah jadikan kehidupan Nabi selama 24 jam sebagai tolak ukur nilai kehidupan. Cara hidup selain yang dicontohkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak ada nilainya disisi Allah. Hanya apa yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang bernilai disisi Allah.
Seluruh kehidupan Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam selama 24 jam dapat di ikuti dan di ketahui. Tidak ada yang tersembunyi dari kehidupan Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam, semuanya dapat diketahui oleh semua sahabatnya sebagai pengajaran dan contoh untuk semua manusia. Seluruh anggota tubuh ini telah Allah berikan informasinya bagaimana menggunakannya dan untuk apa digunakan. Semuanya telah diberikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, cara dan standard penggunaan anggota tubuh ini sehingga dapat mendatangkan nilai disisi Allah. Segala aktifitas yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam walaupun itu cara berjalannya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah dihitung oleh Allah subhanahu wa ta’ala sebagai amal shaleh.
Dalam mencapai kebahagiaan dan kesuksesan dunia dan akherat, kita tidak perlu ilmu lain, selain yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ilmu-ilmu selain dari yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, hanya keperluan saja, bukanlah tujuan yang sebenarnya. Orang yang yakin akan bahagia dengan ilmu-ilmu selain yang telah diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, inilah mereka yang tertipu oleh dunia. Ilmu yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ilmu yang bisa membawa manusia kepada Allah dan Surganya. Selain Ilmu yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini bisa menjadi jebakan setan agar manusia cinta dunia dan segala perhiasannya sehingga meninggalkan Allah dan akheratnya. Dimata Allah tanpa Iman dan amal, dunia dan segala isinya tidak ada nilainya, walaupun hanya sebelah sayap nyamuk.
Dari Sahl bin Sa’id as-Sa’idi radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir” (HR. Tirmidzi, dan dia berkata: hasan sahih’)
Ilmu Dunia yang bernilai disisi Allah adalah yang digunakan untuk kepentingan agama dan Dakwah. Seperti menjadi dokter untuk dakwah dikalangan dokter, menjadi polisi untuk dakwah dikalangan polisi, menjadi pedagang untuk berdakwah dikalangan pedagang, dan lain-lain.
Saat ini manusia mengira mereka dapat menghasilkan sesuatu dengan jerih payah mereka. Mereka kira rizki akan bertambah asbab ilmu dan usaha mereka yang meningkat pula. Mereka menyangka seluruh kebendaan dan status yang mereka miliki adalah hasil dari pengorbanan dan usaha mereka. Seperti Qorun, seorang pedagang yang kaya raya, ketika ditagih untuk bayar zakat dia tidak mau. Musa ‘alaihis salam berkata bahwa seluruh kebendaan yang dia miliki semuanya datang dari Allah dan milik Allah. Qorun malah menentangnya dengan berkata, “Ini adalah hasil dari jerih payah saya dan karena kecerdasan saya.” Hari inipun jika kita melihat seseorang bertengkar karena harta maka jawaban seperti inilah yang keluar dari mereka.
Sahabat dahulu tidak meletakkan yakinnya pada asbab-asbab seperti kebendaan, perdagangan, dan status yang mereka miliki. Tetapi sahabat meletakkan yakinnya pada Allah Ta’ala, sebagai Rabbul Asbab bukan pada asbabnya. Allahlah yang memberi keuntungan bukan perdagangan. Hari ini yakin kita telah keliru, kita yakinnya pada toko kita, perdagangan kita, kantor kita, yang memberi kita hidup, tanpa itu bagaimana kita bisa hidup. Sehingga ketika kita diminta untuk berkorban di jalan Allah sulit sekali bagi kita untuk dapat meninggalkannya. Berbeda dengan sahabat, walaupun ketika sedang panen usaha mereka, namun ketika panggilan agama datang mereka langsung tinggalkan semua itu. Ini karena yakin mereka sudah benar. Kita lupa dengan toko yang sama, usaha yang sama, kantor yang sama, perdagangan yang sama, seseorang dapat Allah buat bangkrut dan celaka dunia dan akherat.
Keyakinan sahabat kepada Allah ini telah membuat mereka mampu menafikan segala hal yang mereka miliki. Sehingga keyakinan mereka ini dapat mendatangkan Qudratullah dalam kehidupan mereka. Seperti berjalan diatas air, menghalau lahar api kembali ke lubangnya, memerintahkan sungai nil, menghentikan gempa, mendatangkan hujan, menghidupkan keledai mati, dan menjewer singa, ini semua perkara yang biasa bagi sahabat. Do’a mereka sangat Ijabah sehingga mampu mendatangkan Qudratullah dan Nusratullah, ini karena level Iman dan Amal yang sampai di tingkat yang Allah mau. Bagaimana cara meningkatkan Iman sampai ke level para sahabat. Ini hanya bisa dilakukan jika ada usaha atas Iman dan Amal yaitu dengan menjalankan Usaha Dakwahnya Nabi. Ummat turun imannya karena meninggalkan kerja ini. Sahabat korbankan harta, keluarga, dan diri, seluruhnya untuk usaha ini. Sehingga karena ini Allah berikan kesuksesan pada mereka di dunia dan di akherat. Jika kita berbuat seperti Sahabat maka Allah akan berikan kita kesuksesan yang sama.
Jika kita sudah bisa meninggalkan hal-hal yang kita cintai untuk keluar di jalan Allah, barulah Allah akan berikan kita kesuksesan dan kefahaman agama seperti para sahabat. Setiap orang tidak akan sama tingkat kesuksesan dan kefahamannya karena ini tergantung pada pengorbanan setiap orang. Inilah cara Allah mendistribusikan kebahagiaan dan kesuksesan, tergantung pada Do’a dan pengorbanan kita yang sungguh-sungguh atas agama Allah.
Jangan takut atas perkara Rizki karena semua itu telah Allah atur dan Allah mempunyai caraNya sendiri dalam menyalurkan rizki itu. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya . Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hud : 6)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah telah menetapkan takdir semua mahluk sejak 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi“ (HR.Muslim).
Tidak ada hubungannya antara rizki dan usaha kita. Seperti kisah 2 orang murid lulus dari universitas dengan gelar dan nilai yang sama. Tetapi setelah lulus yang satu mendapat kerja dengan gaji yang tinggi dan yang satu pengangguran tidak ada penghasilan apa-apa. Jadi semuanya telah diatur Allah, gelar kita tidak dapat menjamin apa-apa selain apa yang Allah telah tetapkan. Inilah bukti bahwa keduniaan yang kita miliki tidak bisa menjamin rizki yang telah ditetapkan oleh Allah. Apakah mereka kedua-duanya bisa bahagia, tentu bisa asal mereka mau taat pada perintah Allah. Jika yang berpenghasilan tinggi dia tidak taat dan yang pengangguran dia bisa taat pada perintah Allah, maka yang berpengangguranlah yang akan bahagia dan Allah berikan kesuksesan dunia dan akherat. Karena tolak ukur kesuksesan dan kebahagiaan ini hanya pada ketaatan terhadap perintah-perintah Allah saja. Kebahagiaan akan datang kepada mereka yang mau taat pada perintah-perintah Allah, walaupun dia tidak punya gelar dan penghasilan apapun. Dan ini dapat dimulai dari keyakinan di hati terhadap agama.
Untuk mendapatkan keyakinan yang sempurna secara bertahap marilah kita belajar dengan pengorbanan dalam usaha dakwah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  dan sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Insya Allah bersedia 4 bulan di jalan Allah………………….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar