Pages

Jumat, 15 Juli 2016

261. MENGENAL MAULANA MUHAMMAD ZAKARIYYA (7)

Foto Maulana Muhammad Zakariyya An Kandahlawi
7. MAULANA MUHAMMAD ZAKARIYYA DAN DARUL ULUM DEOBAND.
1. Darul Ulum, Al Azharnya India
Ilmu pengetahuan Islam, tidak hanya berkembang di Timur Tengah. Di India juga berkembang pesat. Perkembangan itu ditandai dengan berdirinya sebuah madrasah yang amat berpengaruh, Darul Ulum namanya. Lembaga ini menjadi kiblat pendidikan Islam di India, Pakistan, Bangladesh, Afghanistan hingga Afrika Selatan.
Para ulamanya dikenal memiliki ketinggian ilmu, sifat zuhud, tegas terhadap sekte-sekte sesat serta tidak segan-segan turun langsung dalam kancah pertempuran melawan penjajah Inggris. Para alumninya juga memiliki komitmen dan kiprah besar dalam memajukan Islam, baik di India maupun di luar negeri.
Seperti apa sebenarnya Darul Ulum dan bagaimana detailnya sifat-sifat para ulamanya?

2. Darul Ulum Deoband dan Sejarah Kebangkitan Islam di India-Pakistan.

Deobandi merupakan sebuah gerakan keagamaan yang lahir di 'Deoband' (Uttar Pradesh) India, bermula dari sebuah madrasah dengan nama Darul Ulum Deoband. Dengan banyaknya pengikut dan pengaruh madrasah ini maka tidak heran kalau akhirnya institusi seperti Deoband kemudian berkembang menjadi sebuah pergerakan religius yang besar dan menyebar hampir disetiap komunitas Muslim Sunni di Pakistan. Disamping para pengikut kelompok lainnya seperti Barelwi, Jama’ah Tabligh dll. Kendati demikian banyak kritik dan kecaman menentang ajaran-ajaran Deoband, tapi eksistensinya masih meluas hingga saat ini. Tidak diragukan lagi dengan kehebatan para ulama mereka, tercatat bahwa pendiri Barelwi, Tablighi Jamaat dll merupakan hasil didikan madrasah Darul Ulum Deoband. 
Berikut ini sedikit ikhtisar tentang sejarah, perkembangan dan kiprahnya dalam menegakkan Syariat Islam yang berpedoman pada Quran dan Sunnah, begitu juga dengan perjuangannya untuk kemerdekaan bangsa dari kolonialisme yang saat itu berekspansi di Sub-Continent. Disamping juga pertanyaan seputar Deobandisme 'sebuah kepercayaan atau sekte' serta eksistensi mereka sekarang ini, sedikit banyak juga akan dibahas disini. 
3. Darul-Ulum Deoband; Batu Pertama Revivalisme Islam
Darul Ulum Deoband didirikan pada 30 Mei 1867 di sebuah masjid kecil di kota Deoband oleh Maulwi Fadlur Rahman, Maulwi Zulkfikar Ali dan Maulwi Muhammad Mahmud. Murid pertama yang mengemban ilmu di madrasah ini adalah Syaikhul Hind Maulana Mahmud-ul-Hasan dan kemudian pada akhir tahun jumlahnya meningkat hingga 78 pelajar. Disebutkan bahwa sebenarnya cikal bakal berdirinya Darul Ulum Deoband merupakan buah pemikiran Maulana Muhammad Qasim Nanotwi (1833-1877), yang mana beliau berharap tidak adanya beban finansial bagi pelajar dan pengajarnya sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan penuh takwa dan ikhlas karena Allah subhanahu wa ta’ala. Kemudian pada tahun 1880 Maulana Muhammad Qasim meninggal dan posisinya digantikan oleh Maulana Rashid Ahmed Gangohi (1829-1905). 
Sekitar tahun 1867 Darul Ulum Deoband memulai belajar dari bawah pohon pada sebuah Masjid Chatta, dan ketika masjid ini tidak dapat menampung lagi jumlah pelajar yang semakin bertambah hari demi hari akhirnya dibangunlah masjid lainnya yang kemudian berpindah pada tahun 1874. Perkembangan pesat terjadi pada jumlah pelajar yang terus berdatangan di madrasah ini sehingga ia harus mulai mengepakkan sayapnya dengan pembangunan-pembangunan gedung dan penambahan fasilitas belajar seperti gedung fakultas Hadits yang telah diseleseikan pada tahun 1931 dan gedung fakultas Tafsir. Pada tahun 1940, Raja Zahir Shah Afghanistan telah membangun Gerbang madrasah yang kemudian diberi nama 'Baab-uz-Zahir'. 
Darul Ulum juga dikenal dengan sebutan Qasim-ul-Ulum yang diambil dari nama Maulana Muhammad Qasim Nanotwi sebagai pendirinya dan institusi ini merupakan institusi religius dengan sistem pendidikan yang bagus. Perlu diingat bahwa Deobandi adalah pengikut madzhab fiqih Abu Hanifa, sedangkan untuk aqidah mereka mengikuti Abu Mansur Maturidi. Sekitar seribu pelajar lebih mengemban pendidikan di madrasah ini sedangkan yang empat ratus nya mendapatkan fasilitas asrama. Pelajar yang berdatangan kesini bukan hanya berasal dari India tapi juga dari berbagai negara muslim lainnya seperti Afghanistan, Afrika Selatan dan Inggris. Jamiah Millia Nawakhali dan Madrasah Qasim-ul-Ulum Muradabad juga termasuk cabang dari institusi ini. 
Ada beberapa ajaran yang dipegang kuat oleh Deobandi dan dianggap sebagai elemen dasar mereka, yaitu :
(i)          Tauhid, konsep yang mereka fahami sebagai Abrahamic monotheism bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat menyerupai sifat-sifat Nya.
(ii)        Mengikuti Sunnah, yaitu menerapkan dan mengamalkan ajaran Rasulullah sallalluhu alaihi wassalam.
(iii)      Mencintai para Sahabat Rasulullah sallalluhu alaihi wassalam dengan mengikuti tindak-tanduk mereka.
(iv)       Taqlid wal Ittiba', memberikan preferensi kepada salah satu yurisprudensi Islam yang terdahulu.
(v)         Jihad fi Sabilillah, mengerjakan jihad yaitu berjuang di jalan Allah subhanahu wa ta’ala. 
Sedangkan metode pengajaran yang digunakan dalam madrasah ini yaitu mengikuti sylabus belajar-mengajar pada zaman Rasulullah sallallahu alaihi wassalam hingga abad ke-10 Hijriyah; yang menitikberatkan pada sistem belajar tradisional dalam Islam yaitu menghubungkan nalar rasionil dan ilmu tradisional (traditional science). Adapun buku-buku pokok yang diajarkan pada setiap kurikulumnya sekitar 11 buku hadits dan beberapa buku tambahan untuk materi-materi lainnya, sedangkan kurikulum lengkapnya mencapai 81 buku yang akan dipelajari. Dibawah kuasa Maulana Rashid Ahmad Gangohi institusi ini meniadakan mata pelajaran seperti ilmu logika dan filsafat seperti yang dilakukan oleh Syah Wali Allah pada Rahimiyah yaitu dengan menekankan belajar al-Qur'an, Hadits dan Fiqih. 
Rizvi memaparkan tiga metode yang mereka terapkan pada institusi ini :
(i)          primer (yaitu memahami kandungan isi buku),
(ii)        tingkat menengah (mengerti isi buku dan topik disamping juga naskah buku),
(iii)      tingkat tinggi (lebih menekankan pada diskusi dan pemahaman yang mendalam). 
Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Urdu, maka setiap pelajar harus mengerti dan bisa menggunakan bahasa tersebut baik dari dalam negri maupun luar negri. Dan disebutkan bahwa Deoband merupakan institusi pendidikan pertama kali di India yang tidak menarik biaya kepada pelajarnya selama lebih dari se-abad. Pada akhir abad ke-19 banyak madrasah-madrasah yang dikenal dengan Deoband dari Peshawar hingga Madras, dan mereka terdaftar mencapai 8934 madrasah, primer maupun tingkat lanjut, sampai sekarang-pun masih terus menyebar dengan satu karakteristiknya yaitu merupakan divisi utama bagi ulama sub-continent. 
4. Landasan dan Karakteristik Darul Ulum Deoband
Mereka biasa menyebut landasan utama tersebut dengan 'Maslak-e-Darul Uloom' yang mana ada tujuh pokok dasar pada ajaran mereka, yaitu: 
Pertama adalah pengetahuan Syariah yang didalamnya meliputi seluruh cabang-cabang iman dan kepercayaan yang terangkum pada enam rukun iman, kemudian ketaatan untuk melaksanakan Ibadah (lima rukun Islam) dan menjaga hubungan baik dengan hal-hal duniawi. Dengan pengetahuan ini diharapkan seorang muslim dapat menerapkannya pada setiap sisi kehidupan, paling tidak itu merupakan bekal agar bisa membedakan yang Haq dan yang Batil, yang Makruh dan yang Mandub, karena dengan demikian akan tercipta sebuah komunitas muslim yang egaliter dan meletakkan segala sesuatu secara proporsional dan efisien. 
Yang kedua adalah mengikuti jalan yang benar, yang mencakup pendidikan yang baik, penyucian diri dan spiritual traversing (Sulook-e-Batin). Dengan kata lain dimaksudkan untuk mengikuti jejak para Sufi sebagaimana mereka juga berpedoman pada Qur’an dan Sunnah, bukan hanya menjalankan rukun iman dan Islam tapi lebih daripada itu adalah bagaimana seorang muslim dapat mengerjakan Ihsan atau beribadah semaksimal mungkin, yaitu menerapkan Maqamat dan Ahwal seperti Taubat, Ridlo, dll. 
Yang ketiga adalah keselarasan dengan Sunnah, segala hal yang diperbuat hendaknya sesuai dengan Sunnah Rasulullah sallalluhu alaihi wassalam. baik perkataan maupun perbuatan. Sebelum mengerjakan sesuatu hendaknya kembali kepada ajaran Islam, disinilah peran pengetahuan tentang Shariah itu penting untuk dijadikan pedoman sehingga kita bisa membedakan mana yang benar dan yang salah. 
Yang keempat adalah mengikuti madzhab Imam Hanafi, hal-hal yang berkenaan dengan furu'iyat dan ijtihad dalam mengambil hukum merupakan bagian dari ilmu fiqh, para pendahulu Darul Ulum sebagian besar mereka pengikut madzhab Hanafi. 
Yang kelima adalah berdasarkan dialektika al-Maturidi, segala hal yang bersangkutan dengan kepercayaan dan cara pandang dengan nalar logika yang benar, khususnya masalah-masalah aqidah dan hukum, mereka mengikuti metode Ahlus Sunnah wal Jamaah yang direpresentasikan oleh Asy'ari dan al-Maturidi. 
Yang keenam adalah bertahan untuk melawan perbedaan, yaitu berusaha untuk membela yang benar dan menentang doktrin-doktrin yang mencoba untuk merusak akidah umat Islam. Didalamnya termasuk Amar Ma'ruf Nahi Munkar, dakwah kepada yang benar dari segala hal yang berbau kemusyrikan, dll. 
Yang ketujuh adalah ketaatan terhadap Qasim dan Rashed, sebagai pelajar Darul Ulum Deoband sudah selayaknya ikut merasakan dengan hati dan jiwa atas perjuangan para pendiri dan pendahulu Deoband dan hal ini biasa mereka sebut dengan istilah 'Mashrab' yaitu kecondongan, nature, sifat dan tingkah laku bagi pengikut Deoband. Sebagaimana ditetapkan dalam konstitusi mereka yang diresmikan pada tahun 1368 H : "Jalan yang dilampaui Darul Ulum adalah Deoband, yang mengikuti madzhab Hanafi yang selaras sengan Ahlus Sunnah wal Jamaah, dan berkarakter (Mashrab) seperti para pendirinya yang suci, Hazrat Maulana Muhammad Qasim Nanotwi dan Hazrat Maulana Rashid Ahmad Gangohi." 
Oleh karena itu, tujuh faktor diatas merupakan bagian yang paling esensial dimana pendidikan dan aktifitas Darul Ulum Deoband berdiri dan berjalan hingga sekarang. Mereka mengibaratkan ketujuh hal tersebut adalah tujuh benih dan dari setiap benih tersebut akan tumbuh seratus butir. Tujuh benih ini diekspresikan kedalam Syariah, Iman, Islam, Ihsan dan 'Idzhar al-Din', sebagaimana telah diriwayatkan dalam Hadits Jibril alaihis salam tentang Iman, Islam, dan Ihsan. 
Adapun beberapa karakterististik madrasah Deoband adalah :
(i)          mengikuti ajaran ahli sunah seperti yang diajarkan oleh Syah Wali Allah,
(ii)        mereka juga tidak menjauhkan wahyu dari akal namun juga tidak mengedepankan akal lebih dari segalanya, karena akal adalah salah satu alat untuk membuktikan kebenaran wahyu.
(iii)      ulama deoband kontemporer berapi-api menyebarkan ilmu pengetahuan Islami untuk melindungi aqidah Islam dari bid'ah dan khurafat. Dengan demikian mereka berusaha kritis untuk menumbangkan aqidah dan ajaran-ajaran yang melenceng, seperti yang dilakukan oleh Maulana Muhammad Yusuf Bannuri yang menentang Qadiyaniyah dan menganggap mereka keluar dari Islam, beliau juga mengkritik penjelasan ayat-ayat al-Quran (Quran Commentary) milik Sir Syed Ahmad Khan. 
5. Deobandi dan Kolonialisme Inggris 
Salah satu tujuan dari didirikannya Deoband yaitu sebagai reaksi dari kolonialisasi Inggris di India, para pendiri Deoband sama sekali tidak pernah bersahabat dan bahkan menentang kolonial Inggris pada perang kemerdekaan 1857, banyak dari pengikutnya yang mendekam di penjara atau hilang. Sebagai solusi dan kontribusi mereka dalam menangani masalah-masalah dalam negri tersebut maka mereka menitik beratkan pada kebangkitan agama (religious revival) dalam masyarakat muslim India. Tekanan tersebut nampaknya juga telah terklarifikasi pada awal mereka berdiri dengan landasan agama yang ingin membangkitkan lagi ruh keagamaan dikalangan masyarakat Muslim India khususnya. Bentuk kontribusi mereka sangat besar sekali terlihat pada pengaruh ideologi yang tersebar luas melalui masjid-masjid dan mimbar-mimbar untuk melawan pemerintahan Inggris.
Seperti halnya Indonesia dan beberapa negara lainnya, oknum agama juga berperan penting dalam kemerdekaan negara. Di Indonesia, pergerakan-pergerakan kelompok agama seperti Sarikat Islam dan beberapa organisasi lainnya juga telah ikut serta mengepakkan sayapnya untuk memperjuangkan negaranya dari kolonialisme Belanda. Di Sub-Continent, seperti Jamaatul Ulama Hind adalah organisasi yang didirikan oleh beberapa ulama Deoband yang kemudian masih berlanjut di Pakistan dengan nama Jamaatul Ulama-i-Islam hingga sekarang masih aktif dalam perpolitikan Pakistan.
Dengan berbekal ilmu pengetahuan dan moral baik mereka bergerak untuk mengabdi pada agama, masyarakat dan negara, dimana mereka selalu menitik beratkan ajaran-ajaran yang telah dibawa oleh Rasulullah sallalluhu alaihi wassalam. dalam Hadits-hadits yang mereka pelajari pada institusi ini. Sehingga semangat jihad dan mengabdi pada negara senantiasa mengalir begitu ringan karena Jihad itu sendiri merupakan komponen penting setelah Tauhid, Mengikuti Sunnah, Mencintai para Sahabat Rasulullah dan Taqlid wal Ittiba' seperti yang telah dipaparkan di atas, karena Jihad untuk bangsa juga merupakan Jihad fisablillah. 
Ikut berjuang melawan penjajah Inggris dan membela hak-hak umat Islam di India.
“Di India, tidak ada yang membuat mataku terpana, kecuali setelah menyaksikan madrasah Darul Ulum, yang kini dijuluki Al Azhar-nya India. Ini adalah cermin kebangkitan baru agama dan ilmu.”
Itulah beberapa patah kata yang terucap dari lisan Syaikh Muhammad Abduh, setelah mengunjungi sekolah yang didirikan tahun 1283 H ini. Apa yang diucapkan oleh penulis Tafsir Al Manar itu bukanlah hal yang berlebihan. Darul Ulum telah mencetak banyak ulama yang berpengaruh, dan mengeluarkan umat Islam India dari masa kelam.
Lahirnya madrasah ini sendiri merespon penjajahan Inggris dan runtuhnya dinasti Islam Mughal, yang berpusat di Delhi pada tahun 1274 H. Saat itu, perlawanan umat Islam terhadap penjajah Inggris mengalami kekalahan, karena besarnya kekuatan musuh. Banyak umat Islam gugur dalam peristiwa itu. Jalanan pun penuh dengan jasad para syuhada yang bergelimpangan. Para ulama dan cendekia juga menjadi korban, sebagian dari mereka digantung sedangkan lainnya diasingkan.
Sekolah-sekolah Islam dan bangunan yang diwaqafkan berada di bawah kekuasaan Inggris. Aktivitas belajar-mengajar vakum. Kondisi seperti ini berkelanjutan, hingga umat Islam terpuruk dalam kungkungan kebodohan. Situasi seperti ini menyebabkan sebagian umat Islam murtad, dan menjadi penganut Kristen.
Kondisi menyedihkan itu menggerakkan hati Syaikh Muhammad Qasim An Nanautawi (1287 H), seorang ulama terpandang di India saat itu. Beliau akhirnya berinisiatif untuk berunding bersama sejumlah kolega seperti Syaikh Rashid Ahmad Gangohi (1323 H), Syaikh Dzul Fiqar Ali Ad Deobandi (1322 H), Syaikh Abid Husain Ad Deobandi (1331 H), Syaikh Muhammad Ya’qub An Nanautawi (1302 H), serta Syaikh Fadhl Ar Rahman Al Utsmani (1325 H) mengenai rencana pembangunan sekolah Islam. Semua sepakat menggunakan sebuah masjid kecil di Deoband, sebuah desa di propinsi Uttar Pradesh untuk digunakan sebagai madrasah. Pada 15 Muharram 1283 H, dibukalah secara resmi sekolah itu. Saat itu pengajarnya hanya seorang, yakni Mulla Mahmud, dan murid satu-satunya adalah Mahmud Hasan, yang kelak dikenal dengan nama Syaikh Al Hindi.
6. Gerakan Deoband Musuhnya Inggris
Walau pada awalnya pelajar yang menuntut ilmu tidak banyak, dan usianya masih “seumur jagung”, akan tetapi kiprah perjuangan sekolah yang berjarak 150 km dari New Delhi ini cukup diperhitungkan. Itu karena sebelum madrasah Darul Ulum didirikan, para pencetusnya sudah bahu-membahu melakukan perlawanan terhadap Inggris tahun 1274 H. Mereka bergerak di bawah kepemimpinan Syaikh Muhammad Qasim An Nanautawi.
Saat Kongres Nasional dibentuk untuk menuntut kemerdekaan, Syaikh Rasyid Ahmad Al Gangohi juga mengeluarkan fatwa mengenai diperbolehkannya umat Islam bergabung dalam organisasi ini.
Pada tahapan selanjutnya, para ulama madrasah yang sebelumnya bernama Madrasah Al Islamiyah Al Arabiyah ini memilih berjuang sendiri, setelah melihat Kongres Nasional tidak bisa memenuhi harapan. Syaikh Mahmud Hasan, sang pemimpin berencana menggunakan cara fisik untuk melawan Inggris. Beliau akhirnya diasingkan ke Malta, setelah pihak penjajah mengetahui rencana itu.
Tidak hanya berperan aktif dalam mengusir penjajah. Di India, Darul Ulum juga memegang peran penting dalam kancah politik. Para ulama Deobandlah yang mendukung pemisahan Pakistan dari India, setelah sebelumnya ide tersebut tidak disetujui oleh banyak ulama. Dukungan diberikan setelah mereka yakin bahwa negara itu benar-benar bisa diwujudkan, dan menjadikan syariat Islam sebagai sumber perundang-undangan. Syaikh Shabbir Ahmad Al Utsmani, Maulana Dhafar Al Utsmani serta Ubaidullah As Sindi, termasuk mereka yang memberi dukungan.
7. Aktif Luar Dalam
Darul Ulum juga berperan memperkuat posisi umat Islam sebagai kelompok minoritas di negara itu. Posisi mereka semakin diperhitungkan dengan didirikannya Jam’iyah Ulama Al Hind, yang dirintis oleh Mufti Al Akbar Muhammad Kifayatullah, yang juga berasal dari Deoband.
Darul Ulum juga dipercaya oleh umat Islam India untuk mengawal hukum waris dan pernikahan bagi umat Islam India, setelah adanya percobaan untuk mengubahkan tahun 1392 H atau 1972 M. Kepercayaan itu berlanjut hingga saat ini.
Di parlemen, ulama Darul Ulum, Mufti Atiq Ar Rahman Al Ustmani mendirikan faksi Islam, guna menyatukan suara partai-partai Islam. Upaya itu dilakukan agar umat Islam India tetap memperoleh hak mereka.
Pada Juni 2009, Darul Ulum juga menyuarakan penolakan rencana penghapusan undang-undang pasal 377, yang menyatakan bahwa aktifitas homoseksual merupakan tindakan pidana. Ide legalisasi perbuatan bejat itu sendiri datang dari menteri hukum India saat itu.
Tidak hanya bergerak di dalam negeri, para alumnusnya yang tersebar di berbaga negara juga diperhitungkan kiprah mereka. Muhammad Syafi’ Al Utsmani, mufti besar Pakistan yang memiliki peran aktif “memerangi” Ahmadiyah adalah salah satu alumnusnya. Qari Muhammad Qasmi pemimpin gerakan Khatam Nubuwat Hongkong, Maulana Ilyas Al Kandahlawi perintis Jama’ah Tabligh, juga lahir dari “rahim” Darul Ulum.
Ada lagi alumnus lainnya yang aktif di dunia Arab, yakni Abu Hasan Ali An Nadwi. Beliau salah satu pendiri Rabithah Alam Islami, pernah ditunjuk sebagai penasehat Universitas Islam Madinah dan pendiri Universitas Nadwatul Ulama di Lucknow.
Sedangkan di Asia Tenggara, alumnus Darul Ulum yang kiprahnya tidak bisa dipandang sebelah mata adalah Nik Aziz Nik Mat, tokoh spiritual sekaligus pendiri partai PAS Malaysia. Saat ini, ulama yang akrab dipanggil dengan sebutan Tok Guru ini, masih menjabat sebagai Menteri Besar Kelantan.
Madrasah yang banyak merujuk madzhab Hanafi dalam fiqh-nya ini, kini menjadi model bagi madrasah-madrasah setelahnya, yang didirikan oleh para alumnusnya. Madrasah-madrasah sejenis adalah Nadwah Ulama di Lucknow India, Darul Hadits Al Asyrafiyah Lahore Pakistan, atau Madrasah Al In’amiyah di Camperdown Afrika Selatan. Bahkan sebagian sekolah di Afghanistan dan Bangladesh juga berkiblat kepadanya.
8. Sutera Kuning yang Ditakuti Inggris
Syaikh Mahmud membangun aliansi dengan Turki Utsmani dan Afghanistan serta suku-suku pedalaman guna melawan Inggris.
Saat itu, perang Dunia Pertama belum berkobar, namun Inggris sudah mulai melancarkan perang dingin terhadap Kehilafahan Utsmani. Perkembangan selanjutnya terus diikuti oleh Syaikh Mahmud Hasan, hingga akhirnya perang mengerikan pecah pada tahun 1333 H.
Saat itulah ulama yang dikenal dengan sebutan Syaikh Al Hindi ini mulai tampak gelisah. Gelisah, karena Kongres Nasional India tidak bisa melakukan apa-apa untuk menuntut kemerdekaan dari Inggris. Keadaan seperti ini memaksa Syaikh Hasan Mahmud membuat rencana menggulingkan pemerintahan Inggris yang mencengkeram negerinya saat itu.
Di saat Eropa mengeroyok Turki, pemimpin Darul Ulum generasi ke tiga ini menyiapkan rencana dengan skala besar yang terorganisir untuk menghabisi kekuatan Inggris di India. Sebagian besar murid beliau, baik yang tersebar di India maupun di luar negeri ikut andil dalam rencana ini.
Untuk masalah dalam negeri, Syaikh Mahmud mempercayakan kepada Maulana Muhammad Manshur Mian Anshari guna menanamkan ajaran jihad kepada suku-suku di wilayah tribal area. Sedangkan masalah luar negeri beliau sendiri yang melakukan perjalanan ke Hijaz untuk meminta dukungan dari Turki, yang saat itu masih menguasai wilayah tersebut. Muridnya yang lain, Ubaidullah As Sindi bertugas ke Kabul dengan missi khusus, yakni meminta bantuan persenjataan. Diharapkan kelak terjadi perlawanan sporadis di India, hingga Inggris tidak mampu mengatasinya.
Pada tahun 1333 Syaikh Mahmud sudah sampai di Hijaz. Beliau kemudian mengadakan pembicaraan dengan Ghalib Pasha, Gubernur Turki untuk wilayah itu dan Anwar Pasha Menteri Peperangan Turki. Rencananya, beliau akan kembali melalui via Baghdad dan Balukistan hingga bisa langsung bergabung dengan suku-suku tribal area. Melalui surat dengan media sutera kuning, komunikasi Syaikh Mahmud dengan para muridnya cukup lancar. Surat sutera kuning inilah yang disebut-sebut pihak Barat dengan “silk letter conspiracy”.
Namun, Allah Ta’ala menghendaki lain, pihak Inggris mengetahui rencana itu sebelum terlaksana. Saat Syaikh Mahmud Hasan hendak kembali, beliau ditangkap Sharif Husain, penguasa Makkah yang menentang Utsmani, dan menyerahkannya kepada Inggris. Peristiwa ini terjadi pada 23 Shafar 1335 H. Setelah itu, hampir sebulan Syaikh Hasan Mahmud mendekam di penjara di Jeddah. Setelah itu beliau dibawa dengan kapal menuju Suez dan diasingkan di Malta.
Syaikh Mahmud Hasan dan beberapa kawan beliau yang diasingkan menyebutkan beberapa hal yang ditanyakan di saat proses interogasi. Di antaranya adalah tujuan pertemuan beliau dengan Ghalib Pasha. Kemudian alasan mengapa beliau enggan menandatangani fatwa pengkafiran terhadap Turki, serta penjelasan rinci mengenai kegiatan murid beliau, Ubaidullah Shindi di Afghanistan.
Tiga seperempat tahun, putra Syaikh Dzul Fiqar Ali ini menghabiskan waktu di pengasingan. Pada 20 Ramadhan tahun 1338 H, beliau menginjakkan kaki di pantai Mumbai, kemudian singgah ke Darul Ulum, sebelum kembali ke rumah. Tak lama kemudian, beliau segera bergabung dengan gerakan Khilafat, dan memfatwakan wajibnya melakukan perlawanan terhadap Inggris. Fatwa itu disambut gegap gempita oleh umat Islam.
Gerakan Khilafat yang diperkuat dengan Jamiatul Ulama-e Hind semakin berpengaruh dalam bidang politik, di saat Kongres Nasional India tak memiliki peran yang berarti dalam memerdekakan India. Akhirnya, Ghandi menggabungkan Kongres Nasional dengan gerakan Khilafat, hingga gerakan nasional begitu kuat, dan kemerdekaan India bisa diraih lebih cepat. Dalam jangka 27 tahun India sudah memperoleh kemerdekaan. Namun, perjuangan Muslim dalam memerdekaan India sering kali dipandang sebelah mata.
Sejak tiba dari Malta, kesehatan Syaikh Mahmud Hasan sebenarnya sudah terganggu. Saat itu, walau sedang menderita sakit, beliau tetap melakukan aktivitas guna mendukung gerakan kemerdekaan. Saat mengunjungi Universitas Aligarh, guna meresmikan Universitas Milia Islamia, sakit beliau semakin parah, kemudian beliau dibawa ke Delhi untuk dirawat. Tepatnya, pada 18 Rabiul Awal 1339 H beliau akhirnya menghambuskan nafas terakhir. Jasad ulama pejuang ini dimakamkan di komplek Deoband.
Ulama alumnus pertama Darul Ulum ini meninggalkan beberapa karya. Yang paling tersohor adalah terjemah Al Qur`an berbahasa Urdu, yang selanjutnya ditafsiri oleh Syaikh Syabir Ahmad Al Utsmani, salah satu muridnya, yang kini populer dengan sebutan Tafsir Al Utsmani. Semoga Allah meridhai ulama-mujahid ini.
9. Deobandi; Sekte atau Keyakinan?
Qasimul Ulum adalah inti dari awal mula Darul Ulum Deoband didirikan, bahkan untuk pertama kalinya Deobandisme merupakan Waliyullahisme dan kemudian Qasimisme, yang mana keduanya bukanlah proses belajar-mengajar saja, atau dengan kata lain, Deoband bukan saja sebuah madrasah tapi ia adalah sebuah madzhab (school of thought).
Oleh karena itu ia menjadi jelas bahwasanya Deobandi lebih pas disebut sebagai sebuah madzhab atau keyakinan (creed) daripada disebut sebagai sekte, yang mana istilah ini tidak banyak diterima oleh masyarakat Pakistan khususnya. Muhammad Iqbal dalam syairnya mengatakan ketika seseorang bertanya tentang Deobandi, apakah ia sebuah keyakinan (creed) atau sekte? Kemudian Muhammad Iqbal menjawab ia bukanlah sebuah keyakinan dan bukan sebuah sekte, Deoband merupakan nama bagi para religious rationalits. 
10. Deobandi Kontemporer; antara Radikalisme dan Sufisme
Sekitar pertengahan April 2000, Pemerintah Pakistan telah memberikan izin selama tiga hari untuk mengadakan konferensi yang diselenggarakan oleh partai politik muslim Deobandi yaitu Jamiat Ulama Islami (JUI), beberapa pembicara yang hadir sepakat dan menentang deklarasi politik Barat. Karena pada dasarnya ajaran Deoband menentang hal-hal yang berbau Barat termasuk sistem pemerintahan Barat. Oleh karenanya mereka ingin mengembalikan Islam kepada ajaran-ajarannya yang suci dari kebobrokan yang berasal dari pengaruh Barat. 
Wal hasil, para ‘fundamentalis’ Deoband sedikit banyak telah memberi inspirasi kepada lahirnya kelompok Taliban yang kemudian meyebar luas dibandingkan dengan para fundamentalis muslim sendiri. Sebagian besar pemimpin Taliban mengikuti seminari Deobandi di Pakistan, karena pada dasarnya mereka memiliki kesamaan seperti mengikuti madzhab Hanafi yaitu Islam Sunni, yang mana selama 200an tahun Deoband merupakan ‘gambaran’ wajah Islam Sunni di India. Sedangkan minoritas pengikutnya dikenal dengan para Sufi. 
Walaupun mayoritas penduduk Muslim di Pakistan adalah Sunni pengikut madzhab Hanafi, para teologlah yang mendorong Pakistan menuju Islam radikal selama beberapa dekade, sebagaimana para pendiri Taliban yang disertai dengan retorika dan idealisme Wahabi. Aliran ini berasal dari para teolog madzhab Hanbali Saudi yang berimigrasi ke Pakistan sekitar abad ke-18 masehi, dengan maksud ingin membantu umat Muslim India dengan inspirasi teologi Hanbali melawan kolonialisme Inggris, dimana worldview Wahabi kemudian meningkat dan melebur bersama menyebarnya aliran Deobandi di Asia Selatan. 
Bagaimanapun, kontribusi Deoband dalam menjaga pertahanan Islam di Asia Selatan amat besar dengan jumlah mereka yang selalu meningkat, banyak usaha yang sudah mereka upayakan, meskipun dengan sumber finansial yang mereka miliki, tapi proses belajar mengajar tetap berjalan hingga sekarang, bahkan bisa dikatakan bahwa kemanapun para ulama Deoband pergi, prioritas utama mereka adalah mendirikan sebuah madrasah, mereka adalah para inisiator yang kemudian diikuti oleh para muslim lainnya di belahan dunia. 
Banyak dari ulama mereka sekarang berinisiatif untuk merubah sistem dan mengakomodasinya sesuai dengan perkembangan zaman dan dunia, bagaimanapun, 'ijtihad' dan mengikuti jejak sebelumnya tidaklah mudah bagi mereka yang 'taqlid' dari zaman ke zaman. 
11. JAGO MENSYARAH SHAHIH BUKHARI. 
Salah satu santri Darul Ulum yang cemerlang. Berfatwa sejak berumur 12 tahun, lebih memilih mengajar dengan gaji 50 rupee dan menolak gaji 1000 rupee.
Saat itu, Syaikh Mu’adzam Syah, secara rutin mengajarkan kepada putra laki-lakinya kitab Mukhtashar Al Quduri, rujukan fikih dalam madzhab Hanafi. Nyatanya, sang putra memang memiliki kecerdasan di atas rata-rata, banyak pertanyaan yang terlontar dari mulutnya di tengah-tengah proses belajar. Karena sulitnya menjawab pertanyaan si anak, pernah ulama Kashmir ini terpaksa harus menelaah kitab Al Hidayah, rujukan dalam madzhab Hanafi yang lebih tinggi, untuk menjawabnya. Belajar Bersungguh-sungguh
Mengetahui kelebihan si anak, ulama Kasymir yang dikenal sebagai ahli ibadah dan zuhud ini menyerahkan pendidikan anaknya kepada ulama lainnya. Tak lama kemudian, sang ayah mendengar keluhan dari sang guru, mengenai pertanyaan-pertanyaan sulit yang sering dilontarkan oleh putranya.
Pernah, Syaikh Mu’adzam Syah membawa putranya itu kepada seorang ulama ahli ibadah. Saat melihat putra beliau, ulama tersebut mengatakan, ”Anak ini akan menjadi orang yang paling alim di masanya.”
Bahkan Syaikh Mu’adzam memperoleh informasi dari beberapa ulama dimasanya, bahwa sang putra bakal menjadi Ghazali atau Ar Razi di masanya. Penilaian itu berdasarkan catatan-catatan berbobot dalam buku-buku pelajarannya, selama menuntut ilmu. Siapa si anak sebenarnya? Dia tidak lain adalah ulama yang memiliki nama Al Imam Al Muhaddits Anwar Syah Al Kasymiri.
Al Kashmiri, sebelum berumur 5 tahun sudah menguasai sastra Persia dan menelaah karya-karya Syaikh As Sa’di As Syairazi, An Nidzami, Al Jami serta Jalaluddin Ad Dawani serta sudah mengkhatamkan al-Qur`an.
Lantas beliau mempelajari disiplin ilmu yang lebih luas seperti, tafsir, ushul fikih, fikih, mantiq, dan lainnya. Tingginya kemampuan memahami apa yang diajarkan tidak membuat Al Kasymiri kecil terlena. Beliau tetap sungguh-sungguh dalam belajar, hingga tidak pernah tidur dalam keadaan berbaring, kecuali pada Jumat. Seluruh waktunya digunakan untuk belajar, sehingga di saat rasa kantuk tidak sanggup ditahan, ia tertidur sambil duduk.
Dengan izin Allah, Al Kasymiri akhirnya menjadi seorang faqih dan mufti di Kasymir. Beliau pertama kali berfatwa saat berumur 12 tahun dan fatwa-fatwa beliau dijadikan rujukan para ulama. Namun, beliau masih haus akan ilmu. Setelah banyak menghabiskan masa belajarnya Kasymir, khususnya di madrasah Hizarah, perjalanan mencari ilmu diteruskan menuju pusat ilmu pengetahuan Islam di India yakni, Darul Ulum.
12. Melawan Gerakan Qadiyaniyah
Di madrasah itu, Al Kashmiri bertemu dengan para ulama seperti Syaikh Mahmud Hasan Ad Deobandi, seorang musannid (ulama Hadits yang bersanad), yang menjadi guru bagi para ulama Arab maupun ‘ajam (non-Arab). Beliau juga berguru kepada Al Muhaddits Muhammad Ishaq Al Kasymiri. Dan kepada dua ulama ini beliau membaca Shahih Al Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Jami’ At Tirmidzi, Sunan An Nasa’i, serta Sunan Ibnu Majah.
Ulama yang lahir 1292 H ini akhirnya menyelesaikan belajarnya di Darul Ulum tahun 1313 H. Kemudian beliau mengajar di Abdu Arrab, New Delhi, dan mendirikan Madrasah Al Aminiyah di sana.
Setelah menilai bahwa madrasah yang dirintis sudah mulai sempurna, Al Kasymiri kembali ke kampung halaman, dan merintis sebuah madrasah yang diberi nama Al Faidh Al ‘Am. Namun beliau tinggal di sana hanya tiga tahun. Setelah itu, beliau melakukan perjalanan ke Makkah dan Madinah. Menimba ilmu masih terus dilakukan, hingga beliau bertemu dengan Syaikh Husain Al Jisr At Tharabulsi dan berguru kepadanya. Di dua kota suci itu pula Al Kasymiri bertemu dengan para ulama lainnya dan memperoleh ilmu dari mereka.
Saat itu, Al Kasymiri berniat untuk menetap di Tanah Haram, namun sebelum melaksanakannya, beliau ingin mendapatkan restu dulu dari guru beliau di Darul Ulum, yakni Syaikh Mahmud Hasan. Namun, sang guru menyarankan agar Al Kasymiri mengurungkan niatnya, dan malah memintanya untuk tetap tinggal di Darul Ulum.
Saat itu, Syaikh Mahmud Al Hasan berniat berangkat menuju Tanah Suci guna berhaji dan bertemu dengan gubernur Hijaz. Beliau lalu menyerahkan kepemimpinan Darul Ulum kepada beliau. Belakangan diketahui bahwa Syaikh Mahmud Hasan tidak bisa kembali karena ditahan Inggris dan diasingkan di Malta.
Sejak saat itu, Darul Ulum akhirnya dipimpin oleh Syaikh Anwar Syah Al Kasymiri. Di sekolah itu, beliau mengajarkan Hadits dalam kutub as sittah, serta kitab-kitab induk lainnya. Sebagai pemimpin Darul Ulum, beliau mendapat gaji 50 rupe. Gaji itu jauh lebih kecil dibanding tawaran-tawaran yang pernah datang kepada beliau.
Pernah sebuah sekolah tinggi di Kalkuta meminta beliau mengajar dengan gaji sebesar 900 rupee. Akan tetapi, beliau membalas tawaran itu dengan mengatakan, ”Cukup bagi saya apa yang ada, saya tidak membutuhkan hal di luar itu.” Bahkan, setelah tidak lagi mengajar di Darul Ulum, beliau diminta mengajar di Pakistan dengan gaji 1.000 rupee perbulan, namun beliau juga menolak.
Di masa menjalani kepemimpinan di Darul Ulum, beliau membangkitkan umat untuk melawan gerakan Qadiyaniyah, baik itu melalui ceramah, pengajaran, hingga penulisan buku-buku. Tidak kurang dari 5 buku beliau yang membahas kesesatan sekte ini. Di antaranya adalah Ikfar Al Mulhiddin fi Dhoruriyat Ad Din serta Sad’u An Niqab ‘an Jisasah Al Funjab. Saat itu, serentak para ulama, jurnalis dan cendekiwan ikut bangkit menghadapi faham sesat yang bersumber dari Mirza Ghulam Ahmad ini.
Jumlah keseluruhan kitab yang ditulis Al Kasymiri tidak kurang dari 34 buah. Dari jumlah itu, terdapat beberapa karya beliau yang berkenaan dengan syarah (penjelasan) Hadits. Faidh Al Bari adalah penjelasan bagi Shahih Al Bukhari, sedangkan Al Urf Asy Syadzi ‘ala Jami’ At Tirmidzi pejelasan untuk Jami’ At Tirmidzi.
Disamping itu, ada pula Amali ‘ala Sunan Abu Dawud, Amali ‘ala Shahih Muslim, serta Hasyiyah ‘ala Sunan Ibni Majah. Tentu, sangat jarang ada ulama yang memiliki banyak karya mengenai penjelasan kitab Hadits, lebih-lebih bagi mereka yang hidup di masa terakhir seperti beliau.
Setelah memimpin Darul Ulum, pada tahun 1346 H, Al Kasymiri menetap di Dabil, yang berjarak 150 mil dari Bombai dan mendirikan sebuah madrasah yang bernama Jami’ah Al Islamiyah serta penerbitan Al Majlis Al Ilmi
Lima tahun Al Kasymiri tinggal di Dabhel dengan aktivitas dakwah. Namun tak lama kemudian bilau diuji dengan penyakit bawasir yang kronis. Kemudian ulama ini kembali ke Darul Ulum. Penyakit yang beliau derita semakin parah, hingga akhirnya meninggal tepat pada waktu sepertiga malam, Senin, 13 Shafar tahun 1302 H. Semoga Allah Ta’ala merahmati beliau.
13. Penutup 
Melihat dari tenet dan dasar-dasar yang mereka ajarkan, Deoband tidak lain adalah sebuah gerakan yang berbasis Islam Sufi dengan memegang Syariah dan mengikuti jejak para Syaikhnya seperti Qasim Nanotwi dan Rashid Ahmad Gangohi. Bermula dari sebuah tempat belajar-mengajar yang kecil hingga kemudian meluas menjadi institusi besar dan terkenal. Hal ini merupakan kontribusi mengagumkan bagi Umat Islam dan muslim Sub-Continent khususnya. Berbagai cabang-cabang ilmu agama menjadi kurikulum pokok dalam kegiatan belajar di Darul Ulum Deoband, mulai dari ilmu Tafsir, ilmu Hadits, ilmu Fiqh hingga ilmu logika dan filsafat. 
Deoband juga mengepakkan sayapnya dalam pergerakan kemerdekaan dari belenggu kolonialisme Inggris, salah satunya dengan membentuk partai yang mereka sebut dengan Jamaatul Ulama Hind yang setelah partisi menjadi Jamaatul Ulama-i-Islam hingga sekarang.
Beberapa Darul Ulum di beberapa tempat :
·         Dar Al Uloom University, university in Saudi Arabia
·         Dar-ul-Uloom, Karachi, Islamic education university (Madrasa) in Karachi, Pakistan
·         Darul Uloom Deoband, Islamic school in India where the Deobandi Islamic movement was started
·         Faculty of Dar Al Uloom Cairo University
·         Darul-uloom Nadwatul Ulama, Lucknow, India
·         Darul Uloom Zakariyya, Lenasia, South Africa
·         Darul Uloom Birmingham, Birmingham, England
·         Darul Uloom London, London, England
·         Jamia Uloom ul Islamia, Karachi, Pakistan
·         Darul Uloom Haqqania, Akora Khattak, Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan
·         Darul Uloom Al-Madania, Buffalo, New York
·         Jamiah Arabia Ahsan-Ul-Uloom, Karachi, Pakistan
·         Jamiah Darul Uloom Zahedan, Zahedan, Iran
·         Al-Jamiatul Ahlia Darul Ulum Moinul Islam, Hathazari, Bangladesh
·         Darul Uloom Bolton, Bolton, England

14. Darul Ulum Deoband, Pemasok Sarjana Muslim di Hindustan

Sekolah ini didirikan di tengah ketidakberdayaan. Saat Inggris sudah menjarah segala sendi hidup rakyat India. Saat itulah Darul Ulum muncul. Sebagai simbol kebangkitan Islam.
Dream - Darul Ulum Deoband. Inilah sekolah Islam terbesar di India. Pusat pendidikan legendaris kaum muslim yang terletak di Negara Bagian Uttar Pradesh, India bagian utara.
Sekolah itu dibangun satu setengah abad silam. Saat Inggris masih mencengkeram Tanah Hindustan. Pendirinya adalah tokoh-tokoh kondang di India bagian utara di bawah pimpinan Imam Muhammad Qasim Nanotwi.
Sekolah ini didirikan di tengah ketidakberdayaan. Saat itu Inggris sudah menjarah segala sendi hidup rakyat India. Bahadur Shah Zafar, raja terakhir Kerajaan Mughal yang berkuasa, sudah tak punya daya. Tentara kerajaan di India bagian utara itu pun sudah putus asa. Saat itulah Darul Ulum muncul. Sebagai simbol kebangkitan Islam.
Mulanya, Darul Ulum dibangun hanya untuk menyelamatkan budaya Islam. Dan juga memberbaiki pendidikan anak-anak kaum muslim. Namun peran itu berkembang. Darul Ulum turut ambil bagian dalam perjuangan India meraih kemerdekaan.
Banyak ulama Darul Ulum yang menjadi pemimpin pergerakan. Selain untuk kemerdekaan India, mereka juga menentang upaya pembuatan undang-undang anti-Islam oleh Inggris.
Ulama-ulama Darul Ulum menjadi penentang utama saat Muhammad Ali Jinnah mengusulkan pemisahan Islam dan non-Islam saat akan mendirikan India. Mereka tak sepakat pendirian negara berdasar sektarian. Namun sebagian kalangan menuding ulama Darul Ulum tak mendukung Jinnah karena ingin mendirikan negara Islam di India.
Terlepas dari sejarah itu, nama Darul Ulum semakin kondang. Banyak santri yang datang dari luar India. Antara lain datang dari Pakistan, Afghanistan, Malaysia, Indonesia, Turki, Afrika hingga Eropah.
Salah satu yang unik adalah kurikulum yang diterapkan. Selama lebih dari seabad, kurikulum di Darul Ulum menerapkan silabus abad tujuh belas bernama Dars Nizamiyah. Garis besar kurikulum itu sesuai Alquran serta tafsirnya dan juga hadits-hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kurikulum tersebut mengajarkan berbagai macam disiplin ilmu agama dan ilmu umum seperti Fiqh, Syariah, Tafsir, Tasawwuf, literatur Arab, dan ilmu lainnya.
Darul Ulum pun menjadi model panutan sekolah-sekolah muslim di dunia. Tak hanya di India, sejumlah sekolah Islam di Bangladesh, Pakistan, Afghanistan, Inggris, Amerika Serikat, Afrika Selatan, hingga Malaysia, Indonesia,Thailand dan Birma, juga berafiliasi ke Darul Ulum Deoband ini.
Lebih dari lima belas ribu lulusan Darul Ulum berserak di Asia Selatan untuk menyebarkan Islam. Lulusan Darul Ulum Deoband sangat keras dalam penegakan tauhid dan penerapan sunnah. Kebanyakan dari lulusan sekolah ini menjadi tokoh-tokoh penting di India dan Pakistan.
Pendidikan di Darul Ulum Deoband ditempuh dalam delapan tahun, mulai dari Arabi Awwal hingga Daura e Hadits. Jika di sekolah umum, lulusan pendidikan ini setara dengan pendidikan pascasarjana. Murid yang lulus pendidikan delapan tahun itu akan mendapat gelar Alim atau Maulvi.
Kelas terakhir Daura e Hadits selalu digelar di basement Masjid Rasheed, yang dibangun memyerupai Taj Mahal. Tahun lalu ada 1.063 yang masuk ke kelas ini.

Hampir seperempat pelajar di Daurae Hadits mampu bertahan meneruskan pendidikan mereka untuk mempelajari 14 spesialisasi. Lulusannya setara dengan Ph.D. Kebanyakan mereka mengambil bidang fikh, sastra Arab, dan hadits.

Hingga saat ini institusi Deoband telah banyak melahirkan ulama-ulama hebat seperti Maulana Husein Ahmed Madani, Maulana Ashraf Ali Tanawi, Maulana Muhammad Ilyas Kandahlawi, Maulana Ubaidullah Sindhi, Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi, dll. 
15. Referensi
A. Buku
Ali Riaz, Faithful education; Madrassahs in South Asia, Rutgers University Press, New Jersey, 2008.
Barbara D. Metcalf, Islamic Revival in British India: Deoband, 1860–1900, Princeton University Press, New Jersey, 1982.
Bernard Lewis, CH. Pellat dan J. Schacht (ed), Brill Encyclopedia of Islam, vol.II, Brill, Leiden, 1991
Farish M noor, Sikander dan Bruinessen (ed) The Madrasa In Asia; The Madrasa in Asia; Political Activism and Transnational Linkages, Amsterdam University Press, Amsterdam, 2008. 
Fazale Kareem, Sir Syed Ahmed Khan; Reformer and First Protagonist of Muslim Nationalism, Compusing Centre, Karachi, 1987
MM Sharif (ed), A History of Muslim Philosophy, Rutgers University Press, Weisbaden, 1966.
Mohammad Qasim Zaman, The Ulama in Contemporary Islam, Princeton University Press, New Jersey, 2002
__________, Ashraf Ali thanawi, Oneworld, Oxford, 2007.
New Cambridge history of India; Socio-Religious Reform Movements in British India, Vol III.1, Kenneth W Jones, Cambridge university Press, New york, 2006
Usha Sanyal, Ahmad Riza khan Barelvi, Oneworld, Oxford, 2005. 
Wilfred Cantwell Smith, Modern Islam in India, London, 1962. 
B. Jurnal
History of Darul Uloom Deoband, Vol.1, 1980
C. Internet
http://darululoom-deoband.com/english/aboutdarululoom/the_tack.htm
http://www.hindu.com/2006/04/18/stories/2006041805780800.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar