Pages

Minggu, 05 Januari 2014

188. MEMBERI NAMA ANAK SECARA ISLAMI




PEMBERIAN NAMA DALAM AL-QURAN
Pemberian nama manusia merupakan suatu perkara yang penting dalam Islam. Nama menunjukkan ciri atau tanda, maksudnya adalah orang yang diberi nama dapat mengenal dirinya atau dikenal oleh orang lain. Sebagaimana Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
إِذْ قَالَتِ الْمَلآئِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِّنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهاً فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ
"(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih 'Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)" (QS. Ali Imran : 45)
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
يَا زَكَرِيَّا إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ اسْمُهُ يَحْيَى لَمْ نَجْعَل لَّهُ مِن قَبْلُ سَمِيّاً
"Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan nama dia." (QS. Maryam : 7)
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
وَمُبَشِّراً بِرَسُولٍ يَأْتِي مِن بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ
"...dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." (QS. As-Shaff : 6)
Dan hakikat pemberian nama kepada anak adalah agar ia dikenal serta memuliakannya. Oleh sebab itu para ulama bersepakat akan wajibnya memberi nama kapada anak laki-laki dan perempuan. Oleh sebab itu apabila seseorang tidak diberi nama, maka ia akan menjadi seorang yang majhul yaitu tidak dikenal oleh masyarakat.
PEMBERIAN NAMA MENURUT NABI
Sebagaimana al-Quran, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga sangat memperhatikan dalam pemberian nama. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ولد لي الليلة غلام فسميته باسم أبي إبراهيم
"Pada malam ini aku mendapat anak dan aku namakan dengan nama moyangku yaitu Ibrahim." (HR. Muslim dan Abu Daud)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepada ummatnya agar memberi nama yang baik. Baginda Nabi  shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إنكم تدعون يوم القيامة بأسمائكم وأسماء آبائكم فأحسنوا أسمائكم
" Sesungguhnya kamu akan dipanggil dengan Nama mu dan Nama bapa kamu. Baguskanlah nama-nama kamu." (HR. Ibnu Hibban).
WAKTU PEMBERIAN NAMA
Berdasarkan sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang waktu pemberian nama, yaitu:
a) Memberikan nama kepada anak pada saat ia lahir.
b) Memberikan nama kepada anak pada hari ketiga setelah ia lahir.
c) Memberikan nama kepada anak pada hari ketujuh setelah ia lahir.
PEMBERIAN NAMA ANAK MERUPAKAN HAK BAPAK
Tidak ada perbedaan pendapat bahwasannya seorang bapak lebih berhak dalam memberikan nama kepada anaknya dan bukan kepada ibunya. Hal ini sebagaimana telah tsabit (tetap) dari para sahabat radhiyallahu ‘anhum bahwa apabila mereka mendapatkan anak maka mereka pergi kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam agar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nama kepada anak-anak mereka. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan bapak lebih tinggi daripada ibu.
NASAB ANAK KEPADA BAPAK BUKAN IBU
Sebagaimana hak memberikan nama kepada anak, maka seorang anakpun bernasab kepada bapaknya bukan kepada ibunya, oleh sebab itu seorang anak akan dipanggil: Fulan bin Fulan, bukan Fulan bin Fulanah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ) سورة الأحزاب    (5:
Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka…” (QS. Al-Ahzab : 5)
Oleh karena itu manusia pada hari kiamat akan dipanggil dengan nama bapak-bapak mereka: Fulan bin fulan. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam hadits dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam).
NAMA ABDULLAH ADALAH YANG TERBAIK
Disukai memberikan nama kepada seorang anak dengan dua suku kata, misal Abdullah, Abdurrahman. Kedua nama ini sangat disukai oleh Allah subhanahu wa ta’ala sebagaimana diterangkan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud dll. Kedua nama ini menunjukkan penghambaan kepada Allah ‘azza wa jalla.
عن عبدالله بن عمر رضي الله عنهما قال:قال رسول الله صلي الله عليه وسلم: ان احب اسمائكم الي الله عبد الله وعبد الرحمن
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Sesungguhnya nama yang paling disukai Allah ialah Abdullah dan Abdur Rahman”. (HR. Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi).
Dan sungguh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan nama kepada anak pamannya (Abbas radhiallahu ‘anhu), Abdullah radhiyallahu ‘anhuma. Dan nama anak dari kalangan Anshar yang pertama kali setelah hijrah ke Madinah Nabawiyah adalah Abdullah bin Zubair radhiyallahu ‘anhuma.
Ibnu Shalah menyebut bahwa terdapat 220 orang sahabat Nabi yang bernama Abdullah. al-'Iraqi pula menyebut bahwa terdapat 300 orang sahabat yang bernama Abdullah.
DISUNATKAN NAMA PARA NABI DAN ORANG SHALEH
Disukai memberikan nama kepada seorang anak dengan nama-nama para Nabi. Para ulama sepakat akan diperbolehkannya memberikan nama dengan nama para nabi.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
عن ابي وهب الجشمي قال :قال رسول الله صلي الله عليه وسلم: تَسَمَّوْا بِأَسْمَاءِ أَنْبِيَاءِ وَأَحَبُّ الْأَسْمَاءِ إِلَى اللهِ تَعِالَى:عَبْدُ اللهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَانِ وَأَصْدَقُهَا:حَارِثٌ وَهَمَّامٌ وَأَقْبَحُهَا:حَرْبٌ وَمُرَّةٌ.
"Namakan dengan nama para Nabi, dan nama yang paling disukai di sisi Allah ialah Abdullah dan Abdur Rahman dan yang paling tepat/benar ialah Harits (pekerja), Hammam (yang mempunyai keazaman/cita-cita tinggi) dan nama yang paling buruk ialah Harb (perang) Dan Murrah (pahit)” (HR. Abu Daud dan Nasai)
Diriwayatkan dari Yusuf bin Abdis Salam, ia berkata : ”Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nama kepadaku Yusuf (HR. Bukhari –dalam Adabul Mufrod-; At-Tirmidzi –dalam Asy-Syama’il-). Berkata Ibnu Hajar Al-Asqalaniy: Sanadnya Shohih.
Dan seutama-utamanya nama para nabi adalah nama nabi dan rasul kita Muhammad bin Abdillah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri meyuruh ummatnya untuk menamakan dengan namanya. Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
تَسَمَّوْا بِاسْمِيْ وَلَا تَكَنَّوْا بِكُنْيَتِيْ
"Berilah nama dengan namaku dan jangan beri gelaran kunyah dengan kunyah ku (Abul Qasim)" (HR. Bukhari dan Muslim)
Para ulama berbeda pendapat tentang boleh atau tidaknya penggabungan dua nama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan nama kunyahnya, Muhammad Abul Qasim.
Berkata Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah : ”Dan yang benar adalah pemberian nama dengan namanya (yakni Muhammad) adalah boleh. Sedangkan berkunyah dengan kunyahnya adalah dilarang dan pelarangan menggunakan kunyahnya pada saat beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup lebih keras dan penggabungan antara nama dan kunyah beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam juga terlarang”.
Telah tsabit dari hadits Mughiroh bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, ia bersabda:
أنهم كانوا يسمون بأسماء أنبيائهم والصالحين)رواه مسلم. (
Sesungguhnya mereka memberikan nama (pada anak-anak mereka) dengan nama-nama para nabi dan orang-orang shalih” (HR. Muslim).
Kemudian para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah penghulunya orang-orang shalih bagi umat ini dan demikian juga orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari akhir.
Para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memandang bahwa hal ini adalah baik, oleh karena itu sahabat Zubair bin ‘Awam radhiallahu ‘anhu memberikan nama kepada anak-anaknya –jumlah anaknya 9 orang- dengan nama-nama sahabat yang syahid pada waktu perang Badr, missal: Abdullah,’Urwah, Hamzah, Ja’far, Mush’ab, ‘Ubaidah, Kholid, ‘Umar, dan Mundzir.
SUNAT NAMA ABDUL (HAMBA) YANG DISANDARKAN KEPADA NAMA ALLAH
Disukai pula memberikan nama seorang anak dengan nama-nama penghambaan kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang indah (Asma’ul Husna), misal: Abdul Aziz, Abdul Ghoniy dll. Dan orang yang pertama yang menamai anaknya dengan nama yang demikian adalah sahabat Ibn Marwan bin Al-Hakim.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada seorang lelaki "Namakan anakmu dengan nama Abdur Rahman." (HR. Muslim)
Dalam hadits lain ada menyebutkan :
إذا سميتم فعبدوا
“Apabila engkau memberi nama hendaklah yang ada perkataan 'Abdu” (HR. Thabrani)
Imam Ibnu Hazm berkata: “Para ulama bersepakat bahwa disunatkan nama yang disandarkan kepada nama Allah seperti Abdullah dan Abdur Rahman.”
DILARANG NAMA YANG MEMBAWA KEPADA PENAFIAN PERKARA YANG BAIK
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عن عمر رضي الله عنه قال, قال رسول الله صلي الله عليه وسلم:لأنهين ان يسمى رافع وبركة ويسار.
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Aku mencegah untuk memberikan nama Rafi’ (ketinggian), Barakah (keberkatan), dan Yassar (senang)”. (HR. Tirmidzi (sanadnya kuat)).
Dalam hadits lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لا تسمين غلامك يسارا ولا رباحا ولا نجيحا ولا أفلح فإنك تقول أثم هو فلا يكون فيقول: لا
“Jangan namakan anakmu dengan nama senang, keuntungan dan kejayaan. Sebabnya adalah jika kamu bertanya adakah 'keuntungan' ada? Jika tidak ada, orang akan menjawab "Keuntungan tidak ada.” (HR. Muslim, Tirmidzi dan Abu Daud)
Imam Nawawi rahmatullah ‘alaih berkata: Ulama Madzhab Syafi’i berkata : “Dimakruhkan memberi nama dengan nama-nama ini dan apa yang membawa kepada sebab larangan ini. Larangan ini adalah hanya makruh tidak haram.”
LARANGAN NAMA YANG MEMUJI DIRI SENDIRI
Seorang wanita bernama Barrah (wanita yang sangat baik), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
لاَ تُزَكُّوْا أَنْفُسَكُمْ اَللهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ
“Janganlah kamu memuji diri kamu sendiri. Allah subhanahu wa ta’ala lebih mengetahui siapakah yang lebih baik dikalangan kamu.” Mereka bertanya: Apa yang kami hendak namakannya.” Baginda menjawab: “Zainab.” (HR. Muslim)
ANJURAN MENGUBAH NAMA YANG TIDAK BAIK
Nama tersebut dibangun dengan makna yang baik secara bahasa dan syari’at. Oleh karenanya dengan adanya syarat ini tidak boleh menggunakan nama-nama yang haram atau makruh baik dalam segi lafadz ataupun maknanya. Oleh karena itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam merubah nama-nama yang jelek menjadi nama-nama yang baik dari segi lafadz dan maknanya.
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menukar nama seorang wanita yang bernama Asiah عاصية(pemaksiat), lalu baginda bersabda, “Engkau adalah Jamilah.” (HR. Muslim dan Abu Daud)
NAMA-NAMA YANG DIHARAMKAN
a. Kaum muslimin telah bersepakat terhadap haramnya penggunaan nama-nama penghambaan kepada selain Allah Ta’ala baik dari matahari, patung-patung, manusia atau selainnya, misal: Abdur Rasul (hambanya Rasul), Abdun Nabi (hambanya Nabi) dll. Sedangkan selain nama Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, misal: Abdul ‘Izza (hambanya Al-‘Izza (nama patung/berhala), Abdul Ka’bah (hambanya Ka’bah), Abdus Syamsu (hambanya Matahari) dll.
b. Memberi nama dengan nama-nama Allah tabaraka wa ta’ala, misal: Rahim, Rahman, Kholiq dll.
c. Memberi nama dengan nama-nama asing atau nama-nama orang kafir.
d. Memberi nama dengan nama-nama patung/berhala atau sesembahan selain Allah Ta’ala, misal: Al-Latta, Al-‘Uzza dll.
e. Setiap nama yang memuji (tazkiyyah) terhadap diri sendiri atau berisi kedustaan.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
إن أخنع إسم عند الله رجل تسمى ملك الأملاك ) رواه البخاري؛ مسلم. (
Sesungguhnya nama yang paling dibenci oleh Allah adalah seseorang yang bernama Malakul Amlak (rajanya diraja)” (HR. Bukhori; Muslim).
f. Memberi nama dengan nama-nama Syaithan, misal: Al-Ajda’ dll.
NAMA-NAMA YANG DIMAKRUHKAN
a. Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama-nama orang fasiq, penzina dll.
b. Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama perbuatan-perbuatan jelek atau perbuatan-perbuatan maksiat.
c. Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama para pengikut Fir’aun, misal: Fir’aun, Qarun, Haman.
d. Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama-nama hewan yang telah dikenal akan sifat-sifat jeleknya, misal: Anjing, keledai dll.
e. Dimakruhkan memberi nama anak dengan Ism, mashdar, atau sifat-sifat yang menyerupai terhadap lafadz “agama” (الدين) , dan lafadz “Islam” (الإسلام), misal: Nurruddin, Dliyauddin, Saiful Islam dll.
Jalan keluar dari kedua hal ini adalah merubah nama-nama tersebut dengan nama-nama yang disukai (mustahab) atau yang diperbolehkan secara syar’i.
Sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam merubah nama-nama yang mengandung makna kesyirikan kepada Allah kepada nama-nama Islamiy, dari nama-nama kufur kepada nama-nama imaniyah.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يغير الإسم القبيح إلى الإسم الحسن) رواه الترمذي. (
Sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam merubah nama-nama yang jelek menjadi nama-nama yang baik” (HR. At-Tirmidzi).
Demikianlah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam merubah nama-nama yang jelek dengan nama-nama yang baik, seperti beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam merubah nama Syihab menjadi Hisyam dll. Demikian juga kita mesti merubah nama-nama yang buruk menjadi nama-nama yang baik, misal: Abdun Nabi menjadi Abdul Ghoniy, Abdur Rasul menjadi Abdul Ghofur, Abdul Husain menjadi Abdurrahman dll.
MEMBERIKAN NAMA KEPADA ORANG SHALEH
Sebaiknya bayi yang telah lahir itu dibawa kepada seorang Alim untuk ditahnik dan diberi nama. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata : “Aku membawa Abdullah bin Abi Thalhah al-Anshari yang baru dilahirkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Baginda bertanya : adakah kamu bawa kurma kering? Aku pun menjawab "Ada", lalu aku memberi beberapa biji buah tamar kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengunyah tamar itu dan membuka mulut Abdullah. Lalu baginda meletakkan kunyahan tamar ke mulut bayi. Lalu bayi itu memamahnya dan baginda bersabda:
حب الأنصار التمر
“Kesukaan orang anshar adalah tamar.” Lalu baginda menamakannya Abdullah." (HR. Muslim dan Abu Daud)
Imam Nawawi rahmatullah ‘alaih berkata : Disunatkan untuk menyerahkan pemberian nama kepada orang shaleh.”
Rujukan:
Minhaj oleh Imam Nawawi, Manhaj at Tarbiyah an-Nabawiyah li Tifl oleh Muhammad Nur Abdul hafiz Suwaid dan min Hadyin Nabawi : Adabut Tasmiah oleh Dr Said Said Ubadah.
Tasmiyah Al-Maulud, karya: Asy-Syaikh Bakr Abdullah Abu Zaid
Maratib Al-Ijma’, hal: 154. Oleh Ibn Hazm.
Shahih Bukhari, bab: Maa Yad’u An-Naas Bi abaihim.
Syarh Shahih Muslim 8/437. Imam An-Nawawi rahimahullah; Maratib Al-Ijma’, hal: 154-155.
Zaadul Ma’ad, 2/347. Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar