Pages

Jumat, 10 Januari 2014

195. HADITS ARBAIN (40 HADITS)




Penulisan 40 Hadits.
Pengumpulan dan penulisan 40 Hadits sudah dilakukan ulama sejak abad ke 3 Hijriyah, ratusan bahkan mungkin hampir seribu ulama sejak dahulu sampai sekarang sudah melakukannya. Karena begitu banyaknya, maka tidak dapat dipastikan siapakah yang pertama-tama melakukan hal ini, namun jika dianggap benar, maka beberapa nama dibawah ini merupakan orang-orang yang pertama-tama mengumpulkan hadis dengan metode ini. Mereka itu sebagaimana disebutkan oleh al-Nawawi dalam muqaddimahnya ialah :
1. Abdullah Ibn al-Mubarak (w. 180 H)
2. Ibn Aslam al-Tsausi
3. Hasan ibn Sufyan al-Nasawi (w. 303 H)
4. Abu Bakar Muhammad ibn Husayn al-Ajiri (w. 360 H)
5. Abu Bakar Muhammad ibn Ibrahim al-Asfahani
6. Al-Daraqutni ( w. 363 H)
Selain ulama-ulama dari negara-negara Arab tersebut, beberapa ulama besar Indonesia pun menulis kitab al-Arba’in, mereka antara lain :
1. Syaikh Nawawi Banten (w. 1897 M)
2. Syaikh Mahfus Termas (w. 1920 M)
3. Syaikh Yasin Padang (w. 1990 M)
4. Syaikh Hasyim Asy’ari.(w. 1947 M)
Dasar Penulisan Arba’in
Menjadi pertanyaan banyak orang, kenapa para ulama banyak yang menulis Arba’in, bahkan dalam catatan penulis saja, tidak kurang dari 250 Arba’in yang sudah ditulis ulama. Barangkali apa yang disebutkan oleh Imam al-Nawawi dalam Arba’in nya, menjadi sandaran dan dasar yang sama yang dilakukan oleh para ulama. Bahkan di akhir muqoddimahnya beliau menjelaskan bahwa salah satu sebab beliau (Imam Nawawi) ikut menulis kitab Arba’in adalah karena mengikuti tradisi ulama-ulama yang shaleh yang sudah lebih dahulu melakukan hal yang positif ini.
Selain itu, faktor pahala bagi yang menghafal 40 hadits juga menjadi motivasi tersendiri untuk menyusun kitab Arba’in seperti ini.
Metode Arba’in
Tidak ada keseragaman dalam penulisan al-Arba’in. Bahkan cendrung berbeda, karena niat dan tujuan yang berbeda itulah isi kandungan hadits yang dipilih juga berbeda. Lihatlah beberapa judul Arba’in yang berbeda dan tentu saja hadits-haditsnya pun akan berbeda pula. Antara lain:
1. Kitaab al-Arba’iin ‘alaa mazhab al-mutahaqqiin minas suufiyyah : Karya Al-Asbahani, Abu Nu’aim Ahmad ibn Abdillah (w. 430 H)
2. Kitaab al-Arba’iin fi fadhl al-Du’aa’ wad daa’iin : Karya al-Maqdisi, Abi Hasan  Ali ibn Fadhl (w. 611 H)
3. Al-Arba’uun Hadistan fi qowaa’id mi al ahkam al-syar’iyyah wa fadaa’il al-a’maal waz zuhd : Karya al-Suyuti (w. 911 H)
4. Arba’un Hadistan fi madh al-sunnah wa zamm al-bid’ah : Karya Yusuf ibn Isma’il al-Nabhani (w. 1350 H)
5. al-Ahadits al-Arba’in fi Fadha’il Sayyidil Mursaliin saw : Karya Yusuf ibn Isma’il al-Nabhani (w. 1350 H)
6. Arba’un Hadistan fi fadhoo’ili Ahl Bait : Karya Yusuf ibn Isma’il al-Nabhani (w. 1350 H)
7. Arba’un Hadistan fadhoo’ili Abi Bakar : Karya Yusuf ibn Isma’il al-Nabhani (w. 1350 H)
8. Arba’un Hadistan fadhoo’ili Umur : Karya Yusuf ibn Isma’il al-Nabhani (w. 1350 H)
9. al-Ahadits al-Arba’in fi wujub to’at Amir al-Mu’minin : Karya Yusuf ibn  Isma’il al-Nabhani (w. 1350 H).
10. al-Ahadits al-Arba’in min amtsal afsah al-‘alamin saw. : Karya Yusuf ibn Isma’il al-Nabhani (w. 1350 H)
11. al-Ahadits al-Arba’in min amtsal afsah al-‘alamin saw. : Karya Yusuf ibn Isma’il al-Nabhani (w. 1350 H)
Dari judul-judul kitab di atas sudah nampak bahwa masing-masing kitab Arba’in bertujuan beda, karenanya hadis-hadis yang dimuat juga dengan tema berbeda seperti berikut :
Kitab Pertama: Hadits-hadits tentang Sufi
Kitab kedua: Hadits-hadits tentang doa dan orang yang berdoa
Kitab ketiga: Hadits-hadits tentang zuhud
Kitab ke empat: Hadits-hadits tentang sunnah dan bid’ah.
Kitab ke lima: Hadits-hadits tentang keutamaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Demikian seterusnya.
Jumlah Hadits Arba’in
Meski judulnya Arba’in yang berarti empatpuluh, namun tidak semua kitab-kitab tersebut berisi 40 Hadits. Sebagai contoh, al-Arba’in al-Nawawi yang merupakan kitab Arba’in yang paling populer dan paling banyak beredar di masyarakat muslim internasional, berisikan 42 Hadits, bukan 40 hadits.
Kitaab al-Arba’iin ‘alaa mazhab al-mutahaqqiin minas suufiyyah karya Abu Nu’aim Al-Asbahani (w. 430 H) memuat 60 hadits.
Keutamaan Menghafal Arbain (40 Hadits)
Beberapa hadits diriwayatkan oleh ulama mengisyaratkan keutamaan menghafal 40 Hadits, riwayat-riwayat tersebut ada yang berkatagori hadits dha’if, ada juga yang hasan. Beberapa diantaranya dinukil oleh Imam al-Nawawi dalam al-Arba’innya dengan menegaskan bahwa riwayatnya diriwayatkan dari beberapa orang sahabat: Ali, Ibn Mas’ud, Mu’adz, Abu Dzarr, Ibn Umar, Ibn Abbas, Anas, Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri. (Lihat Al-Nawawi, al-Arba’in al-Nawawi pada muqoddimah).
Riwayat yang disebutkan oleh Imam al-Nawawi dan ulama lain adalah :
I.  Menurut riwayat dari Mu’adz bin Jabal, Salman, Ali bin Abi Thalib, Abu Umamah, Anas bin Malik dan Nuwairah radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
Fadhilahnya :
Barangsiapa hafal 40 hadits dari perkara agamanya, Allah akan membangkitkan ia pada hari kiamat dalam kelompok fuqaha (ahli fiqh) dan ulama.
1. Hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu
Diriwayatkan oleh Al-Aajurriy (360H) dalam kitabnya “Al-Arba’uuna Haditsan” no.45, dan Ibnu ‘Asaakir dalam kitabnya “Al-Arba’uun Al-Buldaniyah” no.2:
عن مُحَمَّد بْن إِبْرَاهِيمَ السَّائِحُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَجِيدِ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ أَبِي رَوَّادٍ، عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ حَفِظَ عَلَى أُمَّتِي أَرْبَعِينَ حَدِيثًا مِنْ أَمْرِ دِينِهَا بَعَثَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي زُمْرَةِ الْفُقَهَاءِ وَالْعُلَمَاءِ»
“Barangsiapa yang menghafal untuk umatku 40 hadits tentang urusan agamanya maka Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat bersama golongan fuqaha dan ulama”
Hadits ini sangat lemah karena dalam sanadnya ada rawiy yang bernama Muhammad bin Ibrahim As-Saaih atau Asy-Syaamiy Ad-Dimasyqiy.
2. Hadits Salman radhiyallahu ‘anhu
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asaakir (571H) dalam kitabnya “Tarikh Dimasyq” 43/145:
عن محمد بن إبراهيم الشامي عن محمد بن يوسف الفريابي عن سفيان الثوري عن ليث عن مجاهد عن سلمان قال: سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم فقلت: يا رسول الله الأربعين حديثا الذي ذكرت؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من حفظها على أمتي دخل الجنة وحشره الله مع الأنبياء والعلماء .
Salman berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ya Rasulullah .. bagaimana dengan 40 hadits yang engkau sebutkan?
Rasulullah menjawab: Barangsiapa yang menghafalnya untuk umatku maka ia akan masuk surga dan Allah akan membangkitkannya di hari kiamat bersama para Nabi dan ulama.
Hadits ini sangat lemah karena dalam sanadnya ada rawiy yang bernama Muhammad bin Ibrahim Asy-Syaamiy (Lihat biografi Muhammad bin Ibrahim dalam kitab: Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 2/301, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 6/271, Adh-Dhu'afaa' karya Abu Nu'aim hal.144, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/38, Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 6/33, Al-Kasyf Al-Hatsits karya Ibnu Al-‘Ajamiy hal.214, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.466).
Ad-Dimasyqiy; Ibnu Hibban (354H) mengatakan: Ia seorang pemalsu hadits. Sedangkan Ad-Daraquthniy (385H) mengatakan: Ia seorang pembohong.
Adz-Dzahabiy (748H) mengatakan: Hadits ini adalah suatu kebohongan. [Miizaan Al-I’tidaal 3/155]
3. Hadits Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu
Diriwayatkan oleh Al-Bakriy (656H) dalam kitabnya “Al-Arba’uun” hal.29:
عن عبد الله بن أحمد بن عامر الطائي، حدثني أبي، حدثني علي بن موسى بن جعفر، حدثني أبي موسى ابن جعفر، حدثني أبي جعفر بن محمد، حدثني أبي محمد بن علي، حدثني أبي علي بن الحسين، حدثني أبي الحسين بن علي، حدثني أبي علي بن أبي طالب -رضي الله عنهم أجمعين- قال: قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -: ((من حفظ على أمتي أربعين حديثاً ينتفعون بها بعثه الله عز وجل يوم القيامة فقيهاً عالماً))
“Barangsiapa yang menghafal untuk umatku 40 hadits yang bermanfaat bagi mereka maka Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat sebagai seorang ahli fiqhi dan ulama”
Hadits ini sangat lemah karena dalam sanadnya ada rawiy yang bernama Abdullah bin Ahmad bin ‘Amir Ath-Thaaiy (Lihat biografi Abdullah bin Amir Ath-Thaaiy dalam kitab: Taariikh Bagdad 11/27, Taariikh Al-Islam karya Adz-Dzahabiy 7/490.)
Ibnu Al-Jauziy berkata: Ia meriwayatkan dari bapaknya hadits-hadits yang bathil (sangat lemah). [Al-‘Ilal Al-Mutanahiyah 1/119]
Adz-Dzahabiy menuduhnya sebagai pemalsu hadits.
4. Hadits Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu
Diriwayatkan oleh Ibnu Al-Jauziy dalam kitabnya “Al-‘Ilal Al-Mutanahiyah” 1/122 no.171:
عن علي بن الحسن قال أنا عبد الرزاق عن معمر عن أبي غالب عن أبي أمامة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من حفظ على امتي اربعين حديثا فيما ينوبهم وينفعهم في امر دينهم حشره الله يوم القيامة فقيها
“Barangsiapa yang menghafal untuk umatku 40 hadits yang bermanfaat bagi mereka dalam urusan agamanya maka Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat sebagai seorang ulama”
Hadits ini sangat lemah karena dalam sanadnya ada rawiy yang bernama Ali bin Al-Hasan Ash-Shaffaar (Lihat biografi Ali bin Al-Hasan dalam kitab: Miizaan Al-I'tidaal 5/148, Lisaan Al-Miizaan 5/517.)
Adz-Dzahabiy mengatakan: Ia dianggap sebagai pemalsu hadits ini.
5. Hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu
Diriwayatkan dengan beberapa sanad, di antaranya:
a. Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim (430H) dalam kitabnya “Akhbaar Ashbahaan” 1/206:
عن أبي إسحاق الحجازي ، عن المعلى ، عن السدي ، عن أنس بن مالك ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « من حمل من أمتي أربعين حديثا بعثه الله فقيها عالما »
“Barangsiapa yang menghafal 40 hadits dari umatku maka Allah akan membangkitkannya di hari kiamat sebagai seorang ahli fiqih dan ulama”
Sanad ini sangat lemah karena ada rawiy yang bernama Abu Ishaq Al-Hijaziiy (Lihat biografi Abu Ishaq Al-Hijaaziy dalam kitab: Al-Majruhiin 3/154, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/226, Diwaan Adh-Dhu’afaa’ karya Adz-Dzahabiy hal.451).
Ibnu Hibban mengatakan: Ia banyak meriwayatkan hadits-hadits mungkar yang sangat lemah, haditsnya tidak boleh dijadikan hujjah.
b. Diriwayatkan oleh An-Nasawiy dalam kitabnya “Al-Arba’uun” no.41:
عن حَفْص بْن جَمِيعٍ، عَنْ أَبَانَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ حَفِظَ عَلَى أُمَّتِي أَرْبَعِينَ حَدِيثًا مِمَّا يَحْتَاجُونَ إِلَيْهِ كَتَبَهُ اللَّهُ فَقِيهًا»
Sanad ini juga sangat lemah karena ada rawiy yang bernama Hafsh bin Jamii’ (Lihat biografi Hafsh bin Jamii’ dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' karya Abu Zur'ah Ar-Raziy 3/802, Al-Jarh wa At-Ta'diil 3/170, Al-Majruhiin 1/256, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/220, Miizaan Al-I'tidaal 2/317, Taqriib At-Tahdziib hal.172.)
Periwayatan haditsnya dilemahkan oleh Abu Hatim, Abu Zur’ah, Ibnu Hajar dan yang lainnya.
Sedangkan Abaan bin Abi ‘Ayyasy (Lihat biografi Abaan bin Abi ‘Ayyasy dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir hal.24, Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i hal.148 , Al-Jarh wa At-Ta'diil 2/295, Al-Majruhiin 1/96, Al-Kaamil 1/381, Adh-Dhu'afaa' karya Ad-Daraquthniy 1/258, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/19, Miizaan Al-I'tidaal 1/124, Taqriib At-Tahdziib hal.87.)
Ibnu Ma’in, Abu Hatim, An-Nasa’iy, Ad-Daraquthniy, dan Ibnu Hajar mengatakan: Haditsnya ditolak (matruuk).
c. Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy dalam kitabnya “Al-Kaamil” 5/55:
عن سليمان بن سلمة، حَدَّثَنا نَصْرُ بْنُ اللَّيْثِ، حَدَّثني عُمَر بن شاكر، قَالَ: سَمِعْتُ أَنَسٍ يَقُولُ: سَمعتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقُول: مَن حَمَلَ عَنْ أُمَّتِي أَرْبَعِينَ حَدِيثًا بَعَثَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقِيهًا عَالِمًا.
Sanad ini juga sangat lemah karena ada rawiy yang bernama Sulaiman bin Salamah Al-Khabaairiy (Lihat biografi Sulaiman bin Salamah dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i hal.186, Al-Jarh wa At-Ta'diil 4/121, Al-Kaamil 3/293, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/20, Miizaan Al-I'tidaal 3/297, Al-Kasyf Al-Hatsits hal.129, Lisaan Al-Miizaan 4/155.)
Abu Hatim megatakan: Haditsnya ditolak (matruuk). Sedangkan Ibnu Al-Junaid dan Al-Azdiy mengklaimnya sebagai pembohong.
Dan periwayatan hadits Umar bin Syakir (Lihat biografi Umar bin Syakir dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 6/115, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/210, Miizaan Al-I'tidaal 5/244, Taqriib At-Tahdziib hal.413.)
Ia dianggap lemah oleh Abu Hatim, Ibnu Hajar dan yang lainnya.
d. Disebutkan oleh Ibnu Al-Jauziy dalam kitabnya “Al-‘Ilal Al-Mutanahiyah” 1/125 no.182:
عن أبي داؤد الأعمى عن أنس أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: من حفظ على أمتي أربعين حديثا من أمر دينهم بعثه الله عز و جل يوم القيامة فقيها
Sanad ini juga sangat lemah karena ada rawiy yang bernama Abu Daud Al-A’maa nama aslinya Nufai’ bin Al-Harits (Lihat biografi Abu Daud Al-A’maa dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir hal.120, Al-Jarh wa At-Ta'diil 8/489, Al-Majruhiin 3/55, Al-Kaamil 7/59, Adh-Dhu'afaa' karya Ad-Daraquthniy 3/134, Adh-Dhu'afaa' karya Abu Nu'aim hal.152 , Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/165, Miizaan Al-I'tidaal 7/46, Taqriib At-Tahdziib hal.565.)
An-Nasa’iy, Ad-Daraquthniy dan Ibnu Hajar mengatakan: Haditsnya ditolak (matruuk). Sedangkan Qatadah dan Ibnu Ma’in mengatakan: Ia seorang pembohong.
6. Hadits Nuwairah radhiyallahu ‘anhu
Diriwayatkan oleh Al-Bakriy dalam kitabnya “Al-Arba’uun” hal.45:
عن عمر بن هارون، ثنا مغلس بن عبدة العجلي، عن خاله مقاتل بن حيان، عن قتادة، عن نويرة، صاحب النبي - صلى الله عليه وسلم - قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من حفظ على أمتي أربعين حديثاً في دينها حشر مع العلماء يوم القيامة))
“Barangsiapa yang menghafal untuk umatku 40 hadits tentang agamanya maka Allah akan mengumpulkannya bersama para ulama di hari kiamat”
Hadits ini sangat lemah karena dalam sanadnya ada rawiy yang bernama Umar bin Harun Al-Balkhiy (Lihat biografi Umar bin Harun Al-Balkhiy dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i hal.224 , Al-Jarh wa At-Ta'diil 6/140, Al-Majruhiin 2/90, Al-Kaamil 5/30, Adh-Dhu'afaa' karya Ad-Daraquthniy 2/164, Adh-Dhu'afaa' karya Abu Nu'aim hal.113, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/218, Miizaan Al-I'tidaal 5/275, Taqriib At-Tahdziib hal.417.)
An-Nasa’i dan Ibnu Hajar mengatakan haditsnya ditolak (matruuk). Sedangkan Ibnu Ma’in mengatakan: Ia seorang pembohong.
7. Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy (365H) dalam kitabnya “Al-Kaamil” 5/150:
عن عَمْرو بْن الْحُصَيْنِ، حَدَّثَنا ابْنُ علاقة، حَدَّثَنا خَصِيفٌ عَنْ مُجَاهِدٍ، عَن أَبِي هُرَيْرَةَ، قَال: قَال رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ حَفِظَ عَلَى أُمَّتِي أَرْبَعِينَ حَدِيثًا مِمَّا يَنْفَعُهُمْ مِنْ أَمْرِ دِينِهِمْ بُعِثَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْعُلَمَاءِ .
“Barangsiapa yang menghafal untuk umatku 40 hadits yang bermanfaat bagi mereka dalam urusan agamanya maka Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat sebagai seorang ulama”
Hadits ini sangat lemah, karena dalam sanadnya ada rawiy yang bernama ‘Amru bin Al-Hushain Al-‘Uqailiy (Lihat biografi ‘Amru bin Al-Hushain dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' karya Abu Zur'ah Ar-Raziy 2/512, Adh-Dhu'afaa' karya Ad-Daraquthniy 2/165, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/224, Miizaan Al-I'tidaal  5/306, Taqriib At-Tahdziib hal.420.)
Abu Hatim, Ibnu ‘Adiy, Ad-Daraquthniy, dan Ibnu Hajar mengatakan: Haditsnya ditolak (matruuk).
Adz-Dzahabiy mengatakan: Nampaknya hadits ini dipalsukan oleh Ibnu Al-Hushain. [Miizaan Al-I’tidaal 6/203]

II.   Menurut riwayat dari Abu Dardaa’, Ibnu Abbas, Abu Sa’id Al Khudriy, Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
Fadhilahnya :
Nanti pada hari kiamat, Aku (Muhammad)
akan memberinya  syafa’at dan kesaksian.
1. Hadits Abu Dardaa’ radhiyallahu ‘anhu
Diriwayatkan oleh Abu Bakr Asy-Syafi’iy (354H) dalam kitabnya Al-Fawaid no.389, dan Ibnu ‘Asaakir dalam kitabnya “Al-Arba’uun Al-Buldaniyah” no.1:
عن عَبْد الْمَلِكِ بْن هَارُونَ بْنِ عَنْتَرَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ حَفِظَ عَلَى أُمَّتِي أَرْبَعِينَ حَدِيثًا مِنْ أَمْرِ دِينِهَا بَعَثَهُ اللَّهُ تَعَالَى فَقِيهًا وَكُنْتُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَافِعًا وَشَهِيدًا»
“Barangsiapa yang menghafal untuk umatku 40 hadits tentang urusan agamanya maka Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat sebagai seorang ulama dan aku sebagai pembela dan saksi untuknya”
Hadits ini sangat lemah karena pada sanadnya ada rawiy yang bernama Abdul Malik bin Harun bin Antarah((Lihat biografi Abdul Malik bin Harun dalam kitab: Taariikh Ibnu Ma'in riwayat Ad-Duuriy 3/349, Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir karya Al-Bukhariy hal.77, Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i hal.209, Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 3/38, Al-Majruhiin 2/133, Al-Kaamil 5/304, Adh-Dhu'afaa' karya Abu Nu'aim hal.105, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/153, Miizaan Al-I'tidaal 4/414, Lisaan Al-Miizaan karya Ibnu Hajar 5/276.)
Dia dituduh sebagai pembohong dan pemalsu hadits oleh Ibnu Ma’in, Ad-Daraquthniy, Al-Jauzajaniy, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim rahimahumullah.
2. Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma
Diriwayatkan dengan beberapa sanad, di antaranya:
a. Diriwayatkan oleh Al-Hasan bin Sufyan An-Nasawiy (303H) dalam kitabnya “Al-Arba’uun” no.42:
عن إِسْحَاقُ بْنُ نَجِيحٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ حَفِظَ عَلَى أُمَّتِي أَرْبَعِينَ حَدِيثًا مِنَ السُّنَّةِ كُنْتُ لَهُ شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ»
“Barangsiapa yang menghafal untuk umatku 40 hadits dari As-Sunnah, maka aku akan menjadi pembelanya di hari kiamat”
Hadits ini sangat lemah karena dalam sanadnya ada rawiy yang bernama Ishaq bin Najiih Al-Mulathiy (Lihat biografi Ishaq bin Najiih dalam kitab: Taariikh Ibnu Ma'in riwayat Ibnu Mihraz 1/51, Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i hal.153, Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 1/105, Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim 2/235, Al-Kaamil 1/329, Adh-Dhu'afaa' karya Ad-Daraquthniy 1/257, Adh-Dhu'afaa' karya Abu Nu'aim hal.61, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/104, Miizaan Al-I'tidaal 1/354, Al-Kasyfu Al-Hatsiits hal.66, Taqriib At-Tahdziib hal.103.)
Ibnu Ma’in mengatakan: Ia seorang pembohong. Imam Ahmad mengatakan: Ia adalah orang yang paling pembohong. Al-Fallaas mengatakan: Ia seorang pemalsu hadits.
b. Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy dalam kitabnya “Al-Kaamil” 3/18:
عن خالد بن يزيد ثنا ابن جريج عن عطاء عن ابن عباس قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من حفظ على أمتي أربعين حديثا من السنة كنت له شهيدا يوم القيامة
“Barangsiapa yang menghafal untuk umatku 40 hadits dari As-Sunnah maka aku akan menjadi saksi untuknya pada hari kiamat”
Sanad ini juga sangat lemah karena ada rawiy yang bernama Khalid bin Yaziid Al-‘Umariy (Lihat biografi Khalid bin Yaziid dalam kitab: Taariikh Al-Kabiir karya Al-Bukhariy 3/184, Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 2/17, Al-Jarh wa At-Ta'diil 3/360, Al-Majruhiin 1/284, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/252, Miizaan Al-I'tidaal 2/431, Lisaan Al-Miizaan 3/345.)
Yahya bin Ma’in dan Abu Hatim mengatakan: Ia seorang pembohong. Dan Ibnu Hibban mengatakan: Ia meriwayatkan hadits-hadits pemalsu.
3. Hadits Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir dalam kitabnya “Al-Mu’jam” no.316 dan 715:
عن أبي الخير زيد بن عبد الله بن رفاعة الهاشمي حدثني علي بن شعيب البزاز بالرقة ثنا إسماعيل بن إبراهيم الأسدي ثنا عباد بن إسحاق ثنا عبد الرحمن بن معاوية عن الحارث مولى ابن سباع عن أبي سعيد الخدري قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: من حفظ على أمتي أربعين حديثا من سنتي أدخلته يوم القيامة في شفاعتي.
“Barangsiapa yang menghafal untuk umatku 40 hadits dari sunnahku maka aku akan memasukkannya pada hari kiamat pada golongan yang berhak mendapat syafa’atku”
Hadits ini sangat lemah karena di sanadnya ada rawiy yang bernama Abu Al-Khaer Zaid bin Abdillah bin Rifa’ah Al-Hasyimiy (Lihat biografi Abu Al-Khaer dalam kitab: Taariikh Bagdad karya Al-Khathiib 9/459, Miizaan Al-I'tidaal 3/152, Lisaan Al-Miizaan 3/554.)
Ia terkenal sebagai pemalsu hadits. Al-Khathiib mengatakan: Ia seorang pembohong.
4. Hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma
Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr (463H) dalam kitabnya “Jami’ Bayaan Al-‘Ilmi wa Fadhlihi” 1/193 no.205:
عن يعقوب بن إسحاق بن إبراهيم بن يزيد بن حجر العسقلاني بعسقلان، قال: حدثنا أبو أحمد حميد بن مخلد بن زنجويه، نا يحيى بن عبد الله بن بكير، قال: حدثنا مالك بن أنس، عن نافع مولى ابن عمر، عن ابن عمر، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " من حفظ على أمتي أربعين حديثًا من السنة حتى يؤديها إليهم كنت له شفيعًا أو شهيدًا يوم القيامة "
“Barangsiapa yang menghafal untuk umatku 40 hadits dari As-Sunnah sampai ia menyampaikannya kepada mereka maka aku akan menjadi pembela dan saksi untuknya di hari kiamat”
Hadits ini sangat lemah karena dalam sanadnya ada rawiy yang bernama Ya’quub bin Ishaq Al-‘Asqalaniy (Lihat biografi Ya’quub bin Ishaq Al-‘Asqalaniy dalam kitab: Miizaan Al-I'tidaal 7/274, Lisaan Al-Miizaan 8/525.)
Adz-Dzahabiy mengatakan: Ia seorang pembohong.
Diriwayatkan juga oleh Al-Bakriy dalam kitabnya “Al-Arba’uun” hal.34:
عن القاضي أبي نصر محمد بن علي بن عبيد الله بن ودعان، ثنا أبو سعيد الأذني، ثنا أبو محمد عبد الله بن أحمد القاضي، ثنا أبي، ثنا أبو علي الحسن بن الصباح البزار، ثنا سفيان بن عيينة، عن عمرو بن دينار، عن عبد الله بن عمر، قال: قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -: ((من نقل عني إلى من لم يلحقني من أمتي أربعين حديثاً كتب في زمرة العلماء وحشر في جملة الشهداء)) .
Sanad ini juga sangat lemah karena ada rawiy yang bernama Al-Qadhiy Abu Nashr Muhammad bin Ali bin ubaidillah bin Wad’aan (Lihat biografi Abu Nashr bin Wad’aan dalam kitab: Miizaan Al-I'tidaal 6/268, Al-Kasyf Al-Hatsits hal.242, Lisaan Al-Miizaan 7/381.)
III.   Menurut riwayat dari Abdullah bin Mas’ud dan Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
Fadhilahnya :
Dikatakan kepada mereka : Masuklah ke surga
dari pintu mana saja yang kamu suka.
1. Hadits Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asaakir dalam kitabnya “Al-Arba’uun Al-Buldaniyah” no.4 dan 5:
عن مُحَمَّد بْن حَفْصٍ الْحَرَّامِيُّ ثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مُحَمَّدٍ الأَسَدِيُّ ثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ حَفِظَ عَلَى أُمَّتِي أَرْبَعِينَ حَدِيثًا يَنْفَعُهُمُ اللَّهُ بِهَا قِيلَ لَهُ ادْخُلِ الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْت
“Barangsiapa yang menghafal untuk umatku 40 hadits, Allah memberi mereka manfaat dengan hadits-hadits tersebut maka akan dikatakan kepadanya pada hari kiamat: Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang engkau inginkan”
Adz-Dzahabiy rahimahullah mengatakan: Hadits ini adalah bathil (sangat lemah). [Miizaan Al-I’tidaal 4/315]
Pada biografi Muhammad bin Hafs, Adz-Dzahabiy juga berkata: Yang menyebabkan hadits ini sangat lemah adalah dia dan gurunya (yaitu Abdurrahman bin Muhammad Al-Asadiy). [Miizaan Al-I’tidaal 6/122]
2. Hadits Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhuma
Disebutkan oleh Ibnu Al-Jauziy dalam kitabnya “Al-‘Ilal Al-Mutanahiyah” 1/125 no.179:
عن شيبان بن فروخ عن مبارك عن الحسن عن جابر بن سمرة قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من ترك اربعين حديثا بعد موته فهو رفيقي في الجنة
“Barangsiapa yang mewariskan 40 hadits setelah ia wafat maka ia akan bersamaku di surga”
Hadits ini sangat lemah, Ibnu Al-Jauziy mengatakan: Perawi hadits ini banyak yang tidak diketahui identitasnya (majhuul).
IV.    Menurut riwayat dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma.
Fadhilahnya :
Dicatat dalam kelompok ulama,
dan dikumpulkan (di Mahsyar)
dalam kelompok para syuhada.
1. Hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma
Disebutkan oleh Ibnu Al-Jauziy dalam kitabnya “Al-‘Ilal Al-Mutanahiyah” 1/124 no.178:
عن محمد بن مضر عن بوري بن الفضل ولا يعرفان عن ابن المبارك عن اسماعيل بن رافع عن اسماعيل بن عبيدالله عن عبدالله بن عمرو بن العاص قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من كتب اربعين حديثا رجاء ان يغفر الله له غفر له وأعطاه ثواب الشهداء الذين قتلوا بعبادان وعسقلان
“Barangsiapa yang menulis 40 hadits mengharapkan ampunan dari Allah untuknya, maka Allah akan mengampuninya dan memberinya pahala syuhada yang terbunuh di perang ‘Abdan dan ‘Asqalaan”
Hadits ini sangat lemah karena dalam sanadnya ada rawiy yang bernama Muhammad bin Mudhar (Lihat biografi Muhammad bin Mudhar dalam kitab: Dzail Miizaan Al-I’tidaal karya Al-‘Iraqiy hal.186, Al-Kasyf Al-Hatsits hal.249, Lisaan Al-Miizaan 7/509) dan Buriy bin Al-Fadhl (Lihat biografi Buuriy bin Al-Fadhl dalam kitab: Miizaan Al-I'tidaal 2/74, Al-Kasyf Al-Hatsits hal.79, Lisaan Al-Miizaan 2/372). Adz-Dzahabiy mengatakan: Salah satu dari keduanya yang memalsukan hadits ini.
Kesimpulan:
Imam An-Nawawiy (676H) rahimahullah mengatakan: Hadits ini diriwayatkan dari beberapa sahabat Rasulullah dan semua sanadnya lemah. [Fatawa An-Nawawiy hal.248]. Namun, Imam al-Nawawi, menulis dalam muqaddimah arbain hadits dha’if boleh digunakan dalam fadha’il a’mal /keutamaan amalan.
Sebagian riwayat di atas diriwayatkan oleh al-Khatib al-Bagdadi dalam kitab Syaraf Ahlu al-Hadits, sedangkan Ibn Jauzi meriwayatkan hadits itu semua dalam kitab Al-Ilal a-Mutanahiah dari 13 orang sahabat, namun beliau menjelaskan bahwa kesemua jalurnya adalah dhaif. Ibn Mundzir dan Ibn Hajar telah menulis buku kecil tersendiri yang membahas hadits keutamaan menghafal 40 hadis ini dengan segala permasalahannya. Lihat Al-Khatib al-Bagdadi, Syaraf  Ahlu al-Hadits , hal. 30-31; Ibnu Jauzi,  Al-Ilal al-Mutanahiah, Jilid. I, hal.119-129 ; Ibn Hajar, Talkhish al-Habir, jilid. III, hal. 1085.
Hadits Shahih Mengenai Menghafal dan Menyampaikan Hadits.
Keutamaan menghafal dan menyampaikan hadits walaupun hanya satu diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثًا، فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ، فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ، وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيهٍ» [سنن أبي داود: صحيح]
“Allah memberi cahaya pada wajah (atau kenimatan) pada orang yang mendengar dariku suatu hadits kemudian ia menghafalnya untuk ia sampaikan kepada orang lain. Karena bisa jadi seorang yang menghafal suatu ilmu kemudian menyampaikannya kepada orang yang lebih paham darinya, dan bisa jadi orang yang menghafal suatu ilmu tapi ia tidak paham”. [Sunan Abu Daud: Sahih]
Maulana Muhammad Zakaria al Kandahlawi telah menulis di dalam Fadhaa-ilul A’maal :
رَجَاءَ الْحَشْرِ فِيْ سِلْكِ مَنْ قَالَ فِيْهِمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ حَفِظَ عَلَى اُمَّتِيْ اَرْبَعِيْنَ حَدِيْثًافِيْ اَمْرِدِيْنِهَابَعَثَهُ اللهُ فَقِيْهًاوَكُنْتُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَافِعًاوَشَهِيْدًا. قَالَ اَلْقَمِى اَلْحِفْظُ ضَبْطُ شَيْءِ وَمَنْعُهُ مِنَ الضِّيَاعِ فَتَارَةٌ يَكُوْنُ حِفْظُ الْعِلْمِ بِالْقَلْبِ وَاِنْ لَمْ يَحْفَظْهُ بِقَلْبِهِ فَلَوْ حَفِظَ فِى كِتَابٍ ثُمَّ نَقَلَ اِلَى النَّاسِ دَخَلَ فِى وَعْدِ الْحَدِيْثِ. وَقَالَ الْمُنَاوِى قَوْلُهُ مَنْ حَفِظَ اُمَّتِى اَيْ نَقَلَ اِلَيْهِمْ بِطَرِيْقِ التَّخْرِيْجِ وَالْاِسْنَادِ. وَقِيْلَ مَعْنَى حَفِظَهَا اَنْ يَنْقُلَهَا اِلَى الْمُسْلِمِيْنَ وَاِنْ لَمْ يَحْفَظْهَاوَلاَعَرَفَ مَعْنَاهَاوَقَوْلُهُ اَرْبَعِيْنَ حَدِيْثًا صِحَاحًاأَوْحِسَانًاقِيْلَ أَوْ ضِعَافًايُعْمَلُ بِهَافِى الْفَضَائِلِ.
“Saya melakukannya dengan harapan akan dibangkitkan bersama golongan orang yang dimaksudkan oleh Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya :
مَنْ جَفِظَ عَلَى اُمَّتِيْ اَرْبَعِيْنَ حَدِيْثًافِيْ اَمْرِ دِيْنِهَابَعَثَهُ اللهُ فَقِيْهًاوَكُنْتُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَافِعًاوَشَهِيْدًا
Barangsiapa yang memelihara untuk ummatku empat puluh hadits tentang agamanya, maka Allah akan membangkitkan dalam golongan orang-orang yang mengerti masalah agama (alim), dan aku akan menjadi pemberi syafaat dan menjadi saksi pada hari kiamat.
Al Qami rahmatullah ‘alaih berkata, “Maksud ‘memelihara’ adalah menjaga sesuatu dan memeliharanya dari kehilangan atau tersia-sia, baik menjaganya dengan jalan menghafalnya di dalam hati atau dengan cara menulis, walaupun tidak hafal. Dengan demikian, meskipun menjaganya di dalam tulisan kemudian menyebarkannya kepada manusia, itupun termasuk dalam golongan yang dijanjikan dalam hadits di atas.”
Al Munawi rahmatullah ‘alaih berkata bahwa, ‘memelihara untuk ummatku’ ialah meriwayatkan hadits disertai takhrij dan isnadnya. Ada juga yang mengatakan bahwa maksudnya adalah menyampaikan kepada kaum muslimin, walaupun tidak menghafalnya dan tidak mengetahui maknanya. Dan ‘perkataan empat puluh hadits’ itu termasuk hadits-hadits shahih, hasan atau hadits yang sedikit dhaif, yang dapat diamalkan karena fadhilahnya.” Allahu akbar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
نَضَّرَ اللهُ امْرَأً سَمِعَ مِنِّى شَيْئًافَبَلَّغَهُ كَمَاسَمِعَهُ...
“Semoga Allah memberi cahaya bagi seorang yang mendengar sabdaku kemudian ia menyampaikannya kepada orang orang lain seperti yang ia dengar...”
Jadi penulis blog ini belajar mengikuti Imam Nawawi dan Para Ulama yang jumlahnya ratusan bahkan bisa sampai seribu lebih ulama yang shaleh, ingin mendapat fadhilah menulis dan menyebarkan hadits-hadits arbain.
Taqabbalallaahu minnaa wa minkum, taqabbal yaa kariim
Silahkan yang mau mengikuti saya menulis dan menyebarkan 40 hadits (hadits arbain) dicopy dan sebarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar