Pages

Kamis, 01 November 2012

71. KENAPA KITA HARUS DAKWAH? 3

 http://1.bp.blogspot.com/-So1hrMmal08/TuYYDban4sI/AAAAAAAAAes/M64LvsAecL8/s1600/dakwah-itu-cinta2.jpg
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُ‌وا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّـهِ وَالَّذِينَ آوَوا وَّنَصَرُ‌وا أُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَّهُم مَّغْفِرَ‌ةٌ وَرِ‌زْقٌ كَرِ‌يمٌ ﴿٧٤
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah (Muhajirin) serta berjihad/berjuang pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman (Anshar) dan memberi pertolongan (kepada orang-orang Muhajirin atau menjalin hubungan kerja sama antara Muhajirin dan Anshar (orang tempatan)), mereka itulah orang-orang yang beriman dengan Haq (benar-benar beriman). Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia." (QS. Al Anfal : 74)
Pembahasan :
Orang-orang yang beriman, mereka tidak ada keraguan dalam menjalankan perintah Allah dan mereka membuktikan dengan berkorban di jalan Allah. Allah subhanahu wa ta’ala memberitahu dengan firmanNya dan firmanNya adalah haq, yaitu bahwa ciri orang-orang yang beriman syaratnya adalah berhijrah dan berjihad/berjuang di jalan Allah dengan harta dan dirinya serta mau menjadi penolong (Anshor) terhadap orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah (Muhajirin).  Terhadap orang-orang yang telah berbuat demikian, maka Allah mengakui keimanannya sebagai keimanan yang haq, atau iman yang sebenarnya kepada Allah.
Kita tidak bisa mengklaim diri kita telah beriman dengan iman yang sebenar-benarnya manakala kita belum bisa membuktikan diri kita kepada Allah, bahwa kita mau berkorban di jalannya sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para Sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in dahulu telah membuktikan keimanan mereka dengan pengorbanan yang nyata di jalan Allah. Karena mereka semua telah membuktikan nya, maka Allah memberi tahu kita ummat akhir zaman agar mencontoh kehidupan mereka yang telah benar imannya kepada Allah, dengan jalan kita keluar di jalan Allah (menjadi Muhajirin) atau kalau kita sedang tidak keluar di jalan Allah, maka menjadi penolong bagi orang yang keluar di jalan Allah. Jaminan Allah bagi orang mau melaksanakannya adalah ampunan Allah dan akan diberi rezeki yang baik lagi mulia.

Seputar Jamaah tabligh
Dakwah adalah tulang punggung agama. Semua Nabi ‘alaihimush shalatu wassalam dihantarkan di dunia kepada ummat manusia untuk berdakwah. Dengan dakwah hidayah akan datang pada manusia dan awal wujudnya agama. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah mencontohkan perjuangannya dalam berdakwah, begitu pula para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Perjuangan dan pengorbanan beliau telah banyak di kisahkan dalam kitab-kitab. Hampir seluruh waktu, harta, bahkan diri mereka habis di gunakan untuk memperjuangkan agama.
Dengan sebab perjuangan dan pengorbanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang kemudian di lanjutkan para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in, Islam telah menjadi revolusi terbesar yang pernah ada dalam peradapan manusia. Revolusi tersebut meliputi berbagai bidang, termasuk revolusi akhlak dan moral sehingga menjadikan tatanan masyarakat terbaik yang pernah ada. Islam waktu itu telah menunjukkan wibawanya sehingga menjadi kaum yang paling di segani di seluruh dunia.
Al-quran dan hadist telah banyak menyebutkan tentang pentingnya dakwah dan tabligh. Tegaknya usaha dakwah sangat mempengaruhi kemajuan dan kemerosotan ummat. Banyak wilayah / negara yang dulu jaya dengan ajaran Islamnya kini tinggal bekasnya saja. Hal ini terjadi karena kurangnya kepedulian ummat untuk mengamalkan dan mengusahakan agama atau usaha dakwah meneruskan kerja Nabi telah dilalaikan/telah ditinggalkan.
Syaikh Muhammad Ilyas rahmatullah ‘alaih, salah satu tokoh yang memahami cita-cita dan perjuangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beserta para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum ajma’in merasakan kerisauan yang dalam atas ketidak pedulian ummat terhadap agama. Apalagi keadaan masyarakat Mewat (India) yang beliau saksikan waktu itu yang jauh dari agama. Hal itu semakin menambah kerisauan dan rasa nyeri di hati beliau yang kemudian berusaha mencari jalan keluar untuk mengubah suasana dan keadaan masyarakat Mewat atas dasar cinta beliau kepada Ummat Islam.
Beliau berusaha menegakkan kembali kepentingan usaha dakwah dan menanamkan kepahaman pada ummat tentang pentingnya dakwah untuk di usahakan sebagaimana yang telah di tuntut oleh agama, serta agar setiap individu memiliki rasa tanggung jawab untuk memajukan agama. Akhirnya beliau mengirim rombongan dakwah dari Mewat untuk di gerakkan dengan tujuan mempraktekkan kehidupan Islami dan membudayakan usaha dakwah serta usaha amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan masyarakat. Serta agar berlatih mengorbankan harta, diri dan waktu untuk agama.
Sejarah telah menjadi saksi betapa besar pengaruh gerakan dakwah yang di tegakkan kembali oleh Syaikh Muhammad Ilyas rahmatullah ‘alaih. Dan telah menjadi fakta yang tak terbantahkan andil gerakan dakwah dan tabligh serta usaha perbaikan ummat tersebut dalam meninggikan kalimat imaniyah di akhir abad ke-20 ini. Sehingga menjadi tinggilah kepentingan agama di atas kepentingan lainnya dan kepentingan usaha atas agama di atas usaha lainnya. Kemudian orang-orang berbondong-bondong untuk mengutamakan amal agama daripada mal (harta), menghidupkan sunnah-sunnah dan adab-adab nabawiyah serta menyiapkan diri untuk menjadi pejuang-pejuang agama, dengan mengorbankan harta dan diri mereka di jalan Allah (semata-mata mengharap keridhaa-Nya).
Karena taufik dan inayah dari Allah subhanahu wa ta’ala sajalah, usaha dakwah dan tabligh tersebut kini telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Allah-lah yang menolong usaha dakwah tersebut dan Allah kuasa untuk menghancurkanya. Pada saat ini dapat di lihat betapa banyaknya manusia yang berbondong-bondong keluar di jalan Allah ke setiap penjuru, bahkan ke setiap sudut perkampungan terpencil dengan semangat, niat, cara dan tujuan yang sama untuk menyebarkan agama, hidayah dan perdamaian. Setiap hari selalu ada jamaah atau rombongan dakwah yang terus di kirim ke berbagai wilayah. Mereka senantiasa mendakwahkan agama siang dan malam, mengingatkan ummat bahwa tidak ada jalan menuju kebahagiaan kecuali mengamalkan agama. Tujuan mereka yaitu untuk memperbaiki diri serta agar agama yang telah di turunkan Allah subhanahu wa ta’ala dengan sempurna ini bisa wujud dalam kehidupan ummat islam seluruh alam (khususnya pada diri pekerja dakwah itu sendiri). Sehingga seluruh kampung-kampung di seluruh alam bisa hidup sebagaimana Madinah Al-Munawarah pada jaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Masjid-masjid seluruh alam bisa hidup sebagaimana kehidupan masjid Nabawi pada jaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Serta agar manusia memahami pentingnya kerja atas agama melebihi kerja atas kebendaan.
Tidak ada satupun lapisan masyarakat yang tertinggal dalam menyambut seruan untuk dakwah tersebut, dari Ulama-ulama, Hufadz Qur’an, pelajar, orang awam, orang miskin, konglomerat, intelek, pengusaha, pejabat, orang kota, orang desa, sampai bekas preman. Serta telah di amalkan ummat di seluruh belahan dunia. Berkat usaha dakwah dan tabligh tersebut telah banyak orang yang hidupnya kelam mejadi terang, banyak orang kembali tobat dari kemaksiatannya. Dalam usaha ini seolah-olah perbedaan suku, bahasa, negara, status sosial menjadi kabur kemudian duduk rapat-rapat sebagai ummat akhir jaman yang mempunyai tanggung jawab untuk meneruskan risalah kenabian. Bersatu padu menyatukan fikir dan saling tolong-menolong dalam memperjuangkan agama yang sedang di timpa sakit yang parah ini. Ini juga bukti bahwa dakwah memang ampuh untuk memperkuat persatuan ummat dan menghindari perpecahan.
Amalan dakwah ini telah bergerak dan berkembang di Afrika seperti Maroko, Al-Jazair, Tunis, dan Libya. Amalan dakwah ini juga bergerak dan berkembang di Perancis, Belgia, Belanda, Albania, Inggris dan Amerika. Juga di Timur tengah seperti Mesir, Jordania, Syiria, Libanon, Yaman dan negara-negara Arab lainnya, di samping juga di negeri tempat asal mula usaha ini berkembang, yakni India. Saat ini lebih dari 240 negara telah hidup amalan dakwah ini.
Usaha dakwah dan tabligh tersebut bisa berkembang dengan baik meskipun di negara-negara barat yang sangat minoritas Islamnya (seperti Amerika, Eropa, Australia dll). Dengan sebab usaha dakwah di sana, panji-panji Islam semakin berkibar tinggi. Di sana orang-orang semakin berani untuk menampakkan ke-Islamannya. Orang semakin bangga untuk memakai atribut-atribut sunnah seperti sorban dan gamis. Bahkan banyak orang yang akhirnya masuk Islam asbab usaha dakwah tersebut.
Suatu usaha yang besar, berskala dunia dan berkaliber Internasional tentu mengundang reaksi yang besar pula. Berbagai sorotan dan kritikan datang dari segala arah, Ada yang mendukung, simpati, mendorong dan mencintainya. Ada juga yang membenci, dan menghalang-halangi. Hal ini wajar, hampir semua pembaharuan selalu di iringi pertentangan. Namun fakta membuktikan, siapapun yang terjun langsung dalam kerja dakwah tersebut maka akan timbul jazbah (semangat) untuk mengamalkan agama secara sempurna. Dan timbul semangat untuk mendakwahkan agama tersebut kepada orang lain.

Penamaan Jamaah Tabligh
Tentang asal nama "Jamaah Tabligh”, Pada dasarnya tidak ada penamaan resmi terhadap kerja dakwah ini, dan awal gerakan da’wah tersebut juga memang tidak ada nama khusus.  Munculnya nama "Jama’ah Tabligh" terwujud secara alami, sebagaimana jika orang menjual ikan maka orang-orang akan menyebutnya "Penjual Ikan" atau jika orang menjual buah-buahan maka orang-orang akan memanggilnya "tukang buah".
Di kisahkan bahwa Maulana Muhammad Ilyas rahmatullah ‘alaih ketika memulai kegiatan dakwah dan tabligh ini mengatakan, “aku tidak memberikan nama apa pun terhadap usaha ini. Tetapi, seandainya aku memberinya nama, tentu aku menamakannya ‘gerakan iman’”. Beliau menyadari bahwa memberikan satu nama khusus pada kegiatan ini berarti membuat pengelompokan baru pada ummat. Ada ummat yang anggota dan yang bukan anggota. Sedangkan dakwah dan tabligh adalah satu amal ibadah seperti shalat, puasa, dzikir, dan sebagainya. Sebagaimana dalam ibadah-ibadah lain tidak ada pengelompokkan dan keanggotaan (misalnya kelompok ahli shalat, ahli puasa, dan lain-lain) demikian pula halnya dengan dakwah dan tabligh. Selain hal itu, dakwah adalah tanggung jawab setiap individu ummat ini yang harus mereka tunaikan tanpa kecuali. Bila di bentuk satu kelompok dakwah, tentu akan timbul kesan bahwa dakwah adalah tugas anggota kelompok dakwah saja. Dengan berbagai pertimbangan itulah Maulana Ilyas tidak memberikan nama terhadap usaha dakwah tabligh.
Bahkan, di berbagai wilayah Indonesia orang-orang mempunyai sebutan yang berbeda-beda. Misalnya jamaah silaturahmi, jenggot, jaulah, khuruj, osamah, jama’ah tholib, bahkan ada yang menyebut jamaah kompor karena sering membawa kompor kemana-mana. Ada juga sejumlah aktivis da’wah yang kurang senang bila dirinya di sebut anggota jamaah tabligh. Dakwah dan tabligh adalah tanggung jawab seluruh ummat bukan tugasnya sekelompok orang tertentu. Namun yang menjadi kesalahpahaman besar, terutama di Indonesia adalah menganggap kerja tersebut hanya milik kelompok tertentu. Padahal di harapkan semua ummat ikut ambil bagian dalam kerja dakwah ini sekuat kemampuan yang bisa di berikan.
Azas (landasan) dari kerja dakwah tersebut adalah musyawarah yang berdasarkan ruang lingkupnya terbagi dalam beberapa tingkatan musyawarah. Tingkat yang paling besar adalah musyawarah dunia yang biasanya di adakan 2 tahun sekali. Musyawarah nasional biasanya di adakan 4 bulan sekali (Untuk Indonesia), kemudian di bagi lagi dalam wilayah-wilayah yang lebih kecil, misalnya musyawarah jawa tengah biasanya 2 bulan sekali, di bagi lagi dalam musyawarah halaqoh (kawasan) biasanya 1 minggu sekali. Sedangkan yang terkecil adalah musyawarah harian yang biasanya di adakan setiap hari di maholla (masjid) masing-masing. Setiap pekerja dakwah juga di anjurkan bermusyawarah setiap hari dengan keluarga di rumahnya masing-masing untuk kemajuan agama (setidaknya kemajuan agama dalam keluarga), sehingga ahli keluarga ikut ambil bagian dalam usaha dakwah. Selain itu juga masih banyak musyawarah-musyawarah lain yang belum di sebutkan di atas karena setiap kerja selalu di awali dengan musyawarah.
Dalam musyawarah dunia, perkembangan dakwah di evaluasi, serta di bicarakan terti-tertib yang akan di ambil dalam periode yang akan datang. Sehingga terkadang terjadi perubahan tertib setelah musyawarah dunia. Pembagian-pembagian wilayah dalam peta dakwah tabligh tersebut tidak terpengaruh oleh batas-batas formal  yang ada dalam pemerintah.
Berdasarkan tempat berdakwah terbagi menjadi dua, yaitu intiqoli dan maqomi. Intiqoli yaitu dakwah di tempat orang lain atau kampung lain dengan berpindah atau dengan melakukan perjalanan dengan masa tertentu. Orang di sekitar tempat yang di datangi di harapkan akan memberi bantuan untuk kerja dakwah sehingga terjalin kerjasama antara pendatang dengan orang tempatan, sebagaimana kerjasama yang terjalin antara Sahabat muhajirin dan anshor di Madinah pada jaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan maqomi adalah dakwah di tempatnya masing-masing. Setiap pekerja di anjurkan untuk meluangkan beberapa jam setiap harinya untuk bersilaturahmi dengan orang-orang di sekitar tempatnya masing-masing untuk mendakwahkan agama. Dalam berdakwah juga di kenal istilah amalan secara infirodi dan Ijtima’i. Infirodi yaitu amalan secara individu sedangkan ijtima’i secara berkelompok(berjamaah). Begitu pula dalam berdakwah juga bisa di lakukan secara infirodi maupun ijtima’i.
Pekerja dakwah di anjurkan untuk mengikuti tertib-tertib dan arahan-arahan yang di sepakati guna menjalankan dakwah, misalnya ketika keluar di jalan Allah (khuruj fi sabilillah) hendaknya memperbanyak da’wah ilallah, ta’lim wa ta’lum, dzikir wal ibadah,dan khidmat. Mengurangi masa makan dan minum, tidur dan istirahat, bicara sia-sia, keluar dari lingkungan masjid. Menghadapi segala kesulitan dengan sabar. Jangan menyinggung masalah politik, khilafiyah (perbedaan pendapat di kalangan ulama), status sosial, dan derma sumbangan dalam berdakwah (ketika keluar). (Tidak boleh menyinggung masalah politik dan khilafiyah karena membicarakan hal tersebut ketika keluar di jalan Allah bisa menimbulkan perdebatan dan perpecahan di antara jamaah). Dan masih banyak arahan-arahan lainnya.
Pada jaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, masjid Nabawi menjadi pusat kegiatan ummat, dari sana di bentuk jamaah / rombongan dakwah maupun jihad. Di sana juga sebagai pusat belajar-mengajar, pusat beribadah dan pusat melayani umat, Sehingga dalam usaha dakwah dan tabligh ini juga menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan dakwah. Berangkat dari masjid dan kembali lagi ke masjid. Untuk kawasan tertentu ada masjid yang di jadikan markaz (bahasa arab untuk kata centre/pusat). Di situlah biasanya para pekerja dakwah melakukan ijtima’ (pertemuan).
Dalam ijtima’ tersebut juga di bentuk jama’ah-jamaah yang akan di kirim ke berbagai tempat untuk berdakwah. Pada malam ijtima’ di adakan bayan (majelis penerangan untuk menerangkan maksud serta tujuan dakwah dan tabligh). Petugas bayan (mubayin) memberikan nasihat serta dorongan kepada para jamaah agar memikul tanggung jawab agama dengan cara mengorbankan sebagian dari harta, diri dan waktu, untuk keluar di jalan Allah. Bayan di akhiri dengan tasykil yaitu tawaran serta bujukan kepada para jamaah untuk mengorbankan sebagian harta, diri dan waktu untuk keluar di jalan Allah dengan masa tertentu dalam rangka mendakwahkan agama. Kemudian orang yang berniat untuk ikut keluar (khuruj fi sabilillah) mendaftarkan diri untuk di data. Di sana juga biasanya di bacakan kitab Hayatus-Shahabah yang berisi perjuangan dan pengorbanan para sahabat untuk agama, sehingga para jamaah bisa meneladani para sahabat radhiyallahu ‘anhum dalam mengamalkan dan memperjuangkan agama. Dengan begitu juga bisa dirasakan bahwa pengorbanan para jamaah belum ada apa-apanya di bandingkan pengorbanan para sahabat r.a dalam membela agama. Orang yang mendapat tugas membaca kitab Hayatus-Sahabah haruslah orang ‘Alim(berilmu).
Kelebihan mereka dalam berdakwah adalah kerelaan mereka mengorbankan keperluannya untuk kepentingan dakwah. Mereka rela mengorbankan sebagian harta, diri dan waktu mereka untuk mendakwahkan agama  sampai melewati batas pulau dan batas negara. Dalam berdakwah mereka siap di caci dan di maki, hal itu tidak akan menghentikan mereka. Hubungan antara pekerja dakwah ini sangat erat, mereka memiliki kesatuan hati yang sangat kuat, di dalamnya ada kasih sayang, dan semangat mengutamakan orang lain (itsar). Keindahan hubungan mereka dapat di lihat dari ijtima’-ijtima’ yang di adakan. Kasih sayang ini bukan hanya untuk sesama pekerja dakwah saja. Dalam berdakwah jamaah senantiasa berusaha menjalin hubungan dengan baik kepada orang-orang yang di temui. Dalam berdakwah di anjurkan menghindari perdebatan serta berdakwah dengan penuh hikmah dan bijak. Para Da’i di anjurkan menghadirkan sifat ikromul muslimin (memuliakan sesama muslim) terutama kepada Ulama yang di jumpai.
Tidak ada paksaan dalam menjalankan usaha dakwah ini. Walaupun para masyaikh  dan Syuro senantiasa memberi arahan-arahan dan nasihat dalam mengamalkan dakwah, tapi dalam pelaksanaanya apakah akan di amalkan atau tidak kembali kepada setiap individu. Namun alangkah baiknya jika semua orang bisa ikut ambil bagian dalam usaha ini. Usaha dakwah tersebut sangat terbuka, semua orang bisa ikut ambil bagian dalam usaha dakwah.
Para masyaikh (ulama) juga senantiasa mengingatkan kepada orang-orang yang bekerja di bawah usaha dakwah tersebut bahwa tujuan utama dalam mengamalkan dakwah tersebut adalah untuk memperbaiki diri (ishlah) agar mampu mengamalkan agama secara sempurna secara bertahap-tahap, sedangkan memperbaiki orang lain bukanlah tujun utama mereka dalam berdakwah.
Amalan dakwah yang telah di konsepkan sangat bagus dan mulia, tapi yang menjalankan dan mengamalkan juga manusia biasa yang datang dari berbagai latar belakang. Tidak mungkin bisa terhindar dari kesalahan. Jika di cari-cari kekurangan mereka, tentu akan banyak di temukan, hal ini wajar. Di antara mereka sudah ada yang bertugas untuk mengarahkan dan meluruskan.
Secara realita kondisi ummat saat ini pada umumnya sudah jauh dari apa yang di wasiatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Banyak masjid di bangun namun semakin sedikit yang memakmurkannya. Masjid sudah semakin megah namun semakin sepi dari amalan. Pemuda-pemuda kita lebih bangga menirukan gaya selebriti daripada Nabi kita. Kita sebagai Ummat Islam tidak sadar telah ikut terbawa budaya yahudi dan nasrani. Kini agama, satu-satunya yang menjadi sebab kebahagiaan, kemuliaan dan kejayaan dunia akhirat di anggap sesuatu yang tidak penting sehingga di abaikan begitu saja. Dengan memberi ummat kitab tebal kemudian kita cuma berharap agar ummat mengamalkanya sementara mereka belum memahami kepentingan agama merupakan perkara yang hampir mustahil.
Opini masyarakat terbentuk dari apa yang mereka lihat, masyarakat sudah kesulitan melihat kehidupan islam yang sesungguhnya. Cara bagaimana bermu’amalah, mu’asyarah, berakhlak yang dulu pernah di ajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kini telah hilang dari ummat Islam. Jika dulu ada yang bertanya bagaimana akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka bisa di jawab akhlak beliau adalah Al-quran. Namun saat ini kehidupan Islami seolah-olah hanya di dalam buku-buku saja......
Di jaman sekarang ini, budaya materialisme sudah sangat kental dalam kehidupan masyarakat, masih adanya sekelompok orang yang mau berkorban untuk mendakwahkan agama merupakan suatu rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala yang seharusnya kita tolong dan kita syukuri. Thola’albadru‘alaina mintsaniyatil wada’ wajaba syukru ‘alaina maada’a lillahida’. (Telah terbit purnama di atas kita muncul dari tsaniyatul wada’, wajib bersyukur atas kita selama masih ada Da’i yang mengajak kepada Allah)……

Kesimpulannya
·        Bahwa dengan kita ambil bagian dalam usaha dakwah dan tabligh, maka kita akan mengamalkan amalan intiqali dan amalan maqami.
·        Amalan intiqali adalah kita belajar berhijrah (menjadi orang muhajirin) dengan niat islah diri, niat memperbaiki diri agar hari demi hari hingga kita kembali kepada Allah (sampai mati) mampu mengamalkan agama secara kaffah (sempurna) sebagai diperintahkan oleh Allah dan dicontohkan (disunnahkan) oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
·        Dalam buat amalan intiqali, kita berjihad (bermujahadah, bersungguh-sungguh), dengan berkorban diri, waktu dan harta kita sendiri. Bukan harta karena wakil organisasi atau yayasan, tetapi dari hasil keringat sendiri dikorbankan untuk menegakkan agama Allah.
·        Dengan kita keluar di jalan Allah niat memperbaiki diri, bagaimana sehari semalam dalam setiap harinya berusaha selalu ingat kepada Allah dan menghidupkan amalan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,  sehingga semua gerak langkah dan hati kita bernilai ibadah disisi Allah subhanahu wa ta’ala, dan juga sekaligus sebarkan hidayah, mengajak orang lain agar juga memperbaiki dirinya untuk mengikuti sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
·        Dengan keluar di jalan Allah, dan bersilaturrahim kepada sesama muslim, secara langsung juga menjadikan orang yang belum  atau tidak keluar di jalan Allah, diajak bekerja sama untuk menjadi orang yang menolong orang muhajirin, sebagaimana perintah Allah agar menolong orang yang berhijrah, maka mereka dikatakan sebagai orang anshar atau orang yang menolong agama Allah. Orang anshar yang mau menerima dengan senang hati orang muhajirin dan bekerja sama untuk membuat usaha dakwah bersama-sama, akan menjadikan cepatnya hidayah tersebar. Hal ini merupakan pelajaran dari hijrahnya Nabi dan sahabat dari Makkah ke Madinah dan diterima dengan baik oleh orang Madinah, maka dengan cepat hidayah tersebar ke seluruh alam, sehingga disebut Madinah al Munawwarah (kota yang memancarkan cahaya hidayah ke seluruh alam (dulunya namanya Yastrib)).
·        Maka sampai hari kiamat, siapa saja yang meniru amalan orang muhajir dan anshar, pasti Allah akan mudahkan turunkan hidayah pada ummat, sehingga mudah pula menghidupkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
·        Usaha dakwah dan tabligh, dengan cara keluar di jalan Allah (hijrah/huruj) dan amal maqami, akan mudah pula menyatukan ummat, sehingga tidak lagi membedakan bangsa, bahasa, dan tempat tinggal dan wilayah. Merasa Allah sama, Nabi sama, agama sama dan yang ada kalimat syahadat dia itu saudara, saudara dunia akhirat.
·        Ummat yang bersatu dalam kalimat syahadat, saling kerjasama dalam agama, dengan timbulkan sifat kasih sayang, ini merupakan manusia-manusia syurga yang masih hidup dunia, masih makan minum dan berjalan-jalan. Karena kehidupan di syurga, tidak ada dendam, tidak ada iri hati-dengki, tidak ada pertengkaran atau menyakiti yang lain, yang ada hanyalah kehidupan dengan kasih sayang, yang hati dipenuhi dengan keindahan. Allahu akbar. Perlu juga disampaikan bahwa azas dari ajaran Islam adalah kasih sayang. Bahkan pekerjaan apapun yang dimulai tidak dengan menyebut Allah yang Maha kasih dan sayang, maka pekerjaan tersebut akan timpang atau tidak barakah.
·        Allah subhanahu wa ta’ala telah memutuskan dan memberikan ketetapan bahwa orang yang benar imannya sesuai dengan iman yang dikehendaki oleh Allah (bukan iman yang benar menurut keinginannya sendiri) adalah orang yang beriman kepada Allah, kemudian berhijrah dan berjihad di jalan Allah (dengan harta dan diri) dan orang yang mau membantu atau menolong orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah. Dan mereka pula orang yang mendapat ampunan dari Allah dan juga rezeki yang mulia.
·        Sebagaimana firman Allah :

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُ‌وا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّـهِ وَالَّذِينَ آوَوا وَّنَصَرُ‌وا أُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَّهُم مَّغْفِرَ‌ةٌ وَرِ‌زْقٌ كَرِ‌يمٌ ﴿٧٤

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah (Muhajirin) serta berjihad/berjuang pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman (Anshar) dan memberi pertolongan (kepada orang-orang Muhajirin atau menjalin hubungan kerja sama antara Muhajirin dan Anshar (orang tempatan)), mereka itulah orang-orang yang beriman dengan Haq (benar-benar beriman). Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia." (QS. Al Anfal : 74)

PERKEMBANGAN ISLAM DI EROPA

Islam Agama yang Berkembang Paling Pesat di Eropa
Selama 20 tahun terakhir, jumlah kaum Muslim di dunia telah meningkat secara perlahan. Angka statistik tahun 1973 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Muslim dunia adalah 500 juta. sekarang, angka ini telah mencapai 1,5 miliar. Kini, setiap empat orang salah satunya adalah Muslim. Bukanlah mustahil bahwa jumlah penduduk Muslim akan terus bertambah dan Islam akan menjadi agama terbesar di dunia. Peningkatan yang terus-menerus ini bukan hanya dikarenakan jumlah penduduk yang terus bertambah di negara-negara Muslim, tapi juga jumlah orang-orang mualaf yang baru memeluk Islam yang terus meningkat, suatu fenomena yang menonjol, terutama setelah serangan terhadap World Trade Center pada tanggal 11 September 2001. Serangan ini, yang dikutuk oleh setiap orang, terutama umat Muslim, tiba-tiba saja telah mengarahkan perhatian orang (khususnya warga Amerika) kepada Islam. Orang di Barat berbicara banyak tentang agama macam apakah Islam itu, apa yang dikatakan Al Qur'an, kewajiban apakah yang harus dilaksanakan sebagai seorang Muslim, dan bagaimana kaum Muslim dituntut melaksanakan urusan dalam kehidupannya. Ketertarikan ini secara alamiah telah mendorong peningkatan jumlah warga dunia yang berpaling kepada Islam. Demikianlah, perkiraan yang umum terdengar pasca peristiwa 11 September 2001 bahwa "serangan ini akan mengubah alur sejarah dunia", dalam beberapa hal, telah mulai nampak kebenarannya. Proses kembali kepada nilai-nilai agama dan spiritual, yang dialami dunia sejak lama, telah menjadi keberpalingan kepada Islam.
Hal luar biasa yang sesungguhnya sedang terjadi dapat diamati ketika kita mempelajari perkembangan tentang kecenderungan ini, yang mulai kita ketahui melalui surat-surat kabar maupun berita-berita di televisi. Perkembangan ini, yang umumnya dilaporkan sekedar sebagai sebuah bagian dari pokok bahasan hari itu, sebenarnya adalah petunjuk sangat penting bahwa nilai-nilai ajaran Islam telah mulai tersebar sangat pesat di seantero dunia. Di belahan dunia Islam lainnya, Islam berada pada titik perkembangan pesat di Eropa. Perkembangan ini telah menarik perhatian yang lebih besar di tahun-tahun belakangan, sebagaimana ditunjukkan oleh banyak tesis, laporan, dan tulisan seputar "kedudukan kaum Muslim di Eropa" dan "dialog antara masyarakat Eropa dan umat Muslim." Beriringan dengan berbagai laporan akademis ini, media massa telah sering menyiarkan berita tentang Islam dan Muslim. Penyebab ketertarikan ini adalah perkembangan yang terus-menerus mengenai angka populasi Muslim di Eropa, dan peningkatan ini tidak dapat dianggap hanya disebabkan oleh imigrasi. Meskipun imigrasi dipastikan memberi pengaruh nyata pada pertumbuhan populasi umat Islam, namun banyak peneliti mengungkapkan bahwa permasalahan ini dikarenakan sebab lain: angka perpindahan agama yang tinggi. Suatu kisah yang ditayangkan NTV News pada tanggal 20 Juni 2004 dengan judul "Islam adalah agama yang berkembang paling pesat di Eropa" membahas laporan yang dikeluarkan oleh badan intelejen domestik Prancis. Laporan tersebut menyatakan bahwa jumlah orang mualaf yang memeluk Islam di negara-negara Barat semakin terus bertambah, terutama pasca peristiwa serangan 11 September. Misalnya, jumlah orang mualaf yang memeluk Islam di Prancis meningkat sebanyak 30 hingga 40 ribu di tahun lalu saja.
Gereja Katolik dan Perkembangan Islam
Gereja Katolik Roma, yang berpusat di kota Vatican, adalah salah satu lembaga yang mengikuti fenomena tentang kecenderungan perpindahan agama. Salah satu pokok bahasan dalam pertemuan bulan Oktober 1999 muktamar gereja Eropa, yang dihadiri oleh hampir seluruh pendeta Katolik, adalah kedudukan Gereja di milenium baru. Tema utama konferensi tersebut adalah tentang pertumbuhan pesat agama Islam di Eropa. The National Catholic Reporter melaporkan sejumlah orang garis keras menyatakan bahwa satu-satunya cara mencegah kaum Muslim mendapatkan kekuatan di Eropa adalah dengan berhenti bertoleransi terhadap Islam dan umat Islam; kalangan lain yang lebih objektif dan rasional menekankan kenyataan bahwa oleh karena kedua agama percaya pada satu Tuhan, sepatutnya tidak ada celah bagi perselisihan ataupun persengketaan di antara keduanya. Dalam satu sesi, Uskup Besar Karl Lehmann dari Jerman menegaskan bahwa terdapat lebih banyak kemajemukan internal dalam Islam daripada yang diketahui oleh banyak umat Nasrani, dan pernyataan-pernyataan radikal seputar Islam sesungguhnya tidak memiliki dasar.
Mempertimbangkan kedudukan kaum Muslim di saat menjelaskan kedudukan Gereja di milenium baru sangatlah tepat, mengingat pendataan tahun 1999 oleh PBB menunjukkan bahwa antara tahun 1989 dan 1998, jumlah penduduk Muslim Eropa meningkat lebih dari 100 persen. Dilaporkan bahwa terdapat sekitar 13 juta umat Muslim tinggal di Eropa saat ini: 3,2 juta di Jerman, 2 juta di Inggris, 4-5 juta di Prancis, dan selebihnya tersebar di bagian Eropa lainnya, terutama di Balkan. Angka ini mewakili lebih dari 2% dari keseluruhan jumlah penduduk Eropa.
Kesadaran Beragama di Kalangan Muslim Meningkat di Eropa
Penelitian terkait juga mengungkap bahwa seiring dengan terus meningkatnya jumlah Muslim di Eropa, terdapat kesadaran yang semakin besar dalam menjalankan agama di kalangan para mahasiswa. Menurut survei yang dilakukan oleh surat kabar Prancis Le Monde di bulan Oktober 2001, dibandingkan data yang dikumpulkan di tahun 1994, banyak kaum Muslims terus melaksanakan sholat, pergi ke mesjid, dan berpuasa. Kesadaran ini terlihat lebih menonjol di kalangan mahasiswa universitas.Dalam sebuah laporan yang didasarkan pada media masa asing di tahun 1999, majalah Turki Aktüel menyatakan, para peneliti Barat memperkirakan dalam 50 tahun ke depan Eropa akan menjadi salah satu pusat utama perkembangan Islam.

Islam adalah Bagian Tak Terpisahkan dari Eropa
Bersamaan dengan kajian sosiologis dan demografis ini, kita juga tidak boleh melupakan bahwa Eropa tidak bersentuhan dengan Islam hanya baru-baru ini saja, akan tetapi Islam sesungguhnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Eropa. 
Eropa dan dunia Islam telah saling berhubungan dekat selama berabad-abad. Pertama, negara Andalusia (756-1492) di Semenanjung Iberia, dan kemudian selama masa Perang Salib (1095-1291), serta penguasaan wilayah Balkan oleh kekhalifahan Utsmaniyyah (1389) memungkinkan terjadinya hubungan timbal balik antara kedua masyarakat itu. Kini banyak pakar sejarah dan sosiologi menegaskan bahwa Islam adalah pemicu utama perpindahan Eropa dari gelapnya Abad Pertengahan menuju terang-benderangnya Masa Renaisans. Di masa ketika Eropa terbelakang di bidang kedokteran, astronomi, matematika, dan di banyak bidang lain, kaum Muslim memiliki perbendaharaan ilmu pengetahuan yang sangat luas dan kemampuan hebat dalam membangun.

Bersatu pada Pijakan Bersama: "Monoteisme"
Perkembangan Islam juga tercerminkan dalam perkembangan dialog antar-agama baru-baru ini. Dialog-dialog ini berawal dengan pernyataan bahwa tiga agama monoteisme (Islam, Yahudi, dan Nasrani) memiliki pijakan awal yang sama dan dapat bertemu pada satu titik yang sama. Dialog-dialog seperti ini telah sangat berhasil dan membuahkan kedekatan hubungan yang penting, khususnya antara umat Nasrani dan Muslim. Dalam Al Qur'an, Allah memberitahukan kepada kita bahwa kaum Muslim mengajak kaum Ahli Kitab (Nasrani dan Yahudi) untuk bersatu pada satu pijakan yang disepakati bersama:
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِن تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
“Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (QS. Ali 'Imran, 3: 64)
Ketiga agama yang meyakini satu Tuhan tersebut memiliki keyakinan yang sama dan nilai-nilai moral yang sama. Percaya pada keberadaan dan keesaan Tuhan, malaikat, Nabi, Hari Akhir, Surga dan Neraka, adalah ajaran pokok keimanan mereka. Di samping itu, pengorbanan diri, kerendahan hati, cinta, berlapang dada, sikap menghormati, kasih sayang, kejujuran, menghindar dari berbuat zalim dan tidak adil, serta berperilaku mengikuti suara hati nurani semuanya adalah sifat-sifat akhak terpuji yang disepakati bersama. Jadi, karena ketiga agama ini berada pada pijakan yang sama, mereka wajib bekerja sama untuk menghapuskan permusuhan, peperangan, dan penderitaan yang diakibatkan oleh ideologi-ideologi antiagama. Ketika dilihat dari sudut pandang ini, dialog antar-agama memegang peran yang jauh lebih penting. Sejumlah seminar dan konferensi yang mempertemukan para wakil dari agama-agama ini, serta pesan perdamaian dan persaudaraan yang dihasilkannya, terus berlanjut secara berkala sejak pertengahan tahun 1990-an.
Kabar Gembira tentang Datangnya Zaman Keemasan
Dengan mempertimbangkan semua fakta yang ada, terungkap bahwa terdapat suatu pergerakan kuat menuju Islam di banyak negara, dan Islam semakin menjadi pokok bahasan terpenting bagi dunia. Perkembangan ini menunjukkan bahwa dunia sedang bergerak menuju zaman yang sama sekali baru. Yaitu sebuah zaman yang di dalamnya, insya Allah, Islam akan memperoleh kedudukan penting dan ajaran akhlak Al Qur'an akan tersebar luas. Penting untuk dipahami, perkembangan yang sangat penting ini telah dikabarkan dalam Al Qur'an 14 abad yang lalu: 
يُرِيدُونَ  أَن يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَن يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ  هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS. At Taubah, 9: 32-33)
Tersebarnya akhlak Islami adalah salah satu janji Allah kepada orang-orang yang beriman. Selain ayat-ayat ini, banyak hadits Nabi kita SAW menegaskan bahwa ajaran akhlak Al Qur'an akan meliputi dunia. Di masa-masa akhir menjelang berakhirnya dunia, umat manusia akan mengalami sebuah masa di mana kezaliman, ketidakadilan, kepalsuan, kecurangan, peperangan, permusuhan, persengketaan, dan kebobrokan akhlak merajalela. Kemudian akan datang Zaman Keemasan, di mana tuntunan akhlak ini mulai tersebar luas di kalangan manusia bagaikan naiknya gelombang air laut pasang dan pada akhirnya meliputi seluruh dunia. Sejumlah hadits ini, juga ulasan para ulama mengenai hadits tersebut, dipaparkan sebagaimana berikut:
“Selama [masa] ini, umatku akan menjalani kehidupan yang berkecukupan dan terbebas dari rasa was-was yang mereka belum pernah mengalami hal seperti itu. [Tanah] akan mengeluarkan panennya dan tidak akan menahan apa pun dan kekayaan di masa itu akan berlimpah.” (Sunan Ibnu Majah)
“… Penghuni langit dan bumi akan ridha. Bumi akan mengeluarkan semua yang tumbuh, dan langit akan menumpahkan hujan dalam jumlah berlimpah. Disebabkan seluruh kebaikan yang akan Allah curahkan kepada penduduk bumi, orang-orang yang masih hidup berharap bahwa mereka yang telah meninggal dunia dapat hidup kembali.” (Muhkhtasar Tazkirah Qurtubi, h. 437)
“Bumi akan berubah seperti penampan perak yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan ...” (Sunan Ibnu Majah)
“Bumi akan diliputi oleh kesetaraan dan keadilan sebagaimana sebelumnya yang diliputi oleh penindasan dan kezaliman.” (Abu Dawud)
Keadilan akan demikian jaya sampai-sampai semua harta yang dirampas akan dikembalikan kepada pemiliknya; lebih jauh, sesuatu yang menjadi milik orang lain, sekalipun bila terselip di antara gigi-geligi seseorang, akan dikembalikan kepada pemiliknya… Keamanan meliputi seluruh Bumi dan bahkan segelintir perempuan bisa menunaikan haji tanpa diantar laki-laki. (Ibn Hajar al Haitsami: Al Qawlul Mukhtasar fi `Alamatul Mahdi al Muntazar, h. 23)
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, Zaman Keemasan akan merupakan suatu masa di mana keadilan, kemakmuran, keberlimpahan, kesejahteraan, rasa aman, perdamaian, dan persaudaraan akan menguasai kehidupan umat manusia, dan merupakan suatu zaman di mana manusia merasakan cinta, pengorbanan diri, lapang dada, kasih sayang, dan kesetiaan. Dalam hadits-haditsnya, Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa masa yang diberkahi ini akan terjadi melalui perantara Imam Mahdi, yang akan datang di Akhir Zaman untuk menyelamatkan dunia dari kekacauan, ketidakadilan, dan kehancuran akhlak. Ia akan memusnahkan paham-paham yang tidak mengenal Tuhan dan menghentikan kezaliman yang merajalela. Selain itu, ia akan menegakkan agama seperti di masa Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam, menjadikan tuntunan akhlak Al Qur'an meliputi umat manusia, dan menegakkan perdamaian dan menebarkan kesejahteraan di seluruh dunia.
Kebangkitan Islam yang sedang dialami dunia saat ini, serta peran Turki di era baru merupakan tanda-tanda penting bahwa masa yang dikabarkan dalam Al Qur'an dan dalam hadits Nabi kita sangatlah dekat. Besar harapan kita bahwa Allah akan memperkenankan kita menyaksikan masa yang penuh berkah ini.

A. Perkembangan Islam Di Jerman
1.   Sejarah Islam Di Jerman
Sebenarnya islam sudah dikenal oleh bangsa Jerman sejak zaman pendudukan Kekhalifahan Islam di Spanyol. Pada saat itulah kekuasaan dan kemajuan dunia islam disegani oleh bangsa-bangsa Eropa. Andalusia dijadikan pusat pengembangan ilmu pengetahuan dibawah Kekhalifahan Islam. Eropa mulai memasuki abad pertengahan, mereka menyebutnya sebagai zaman kegelapan atau The Dark Age. Memang tepat sekali sebutan tersebut bagi bangsa Eropa pada zaman itu. Ekspansi dan kemajuan besar-besaran Kekhalifahan Islam baik dibidang politik, ekonomi, budaya, dan ilmu pengetahuan jauh melampaui bangsa Eropa. Pada zaman perang salib, peperangan terjadi antara kaum muslim dengan bangsa Eropa, terutama Perancis, Jerman dan Inggris. Setelah perang salib berakhir, toleransi antar agama dan kebudayaan pun berlangsung. Di saat itulah bangsa Eropa termasuk Jerman mulai mengenal lebih jauh tentang Islam. Sastrawan nomor satu di Jerman, Wolfgang von Goethe, adalah seorang pengagum Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Harian Republika pernah memuat biografi tentang Wolfgang von Goethe pada rubrik dunia islam. Dikatakan pada tulisan tersebut bahwa von Goethe memasukan ajaran-ajaran islam pada hasil karyanya. Tulisan basmallah pun menghiasi buku-buku yang dibuatnya. Pada akhir khayatnya beliau mengucapkan dua kalimat syahadat. Hubungan antara Jerman dan Islam terus berlanjut. Seperti yang diungkap pada harian Medan Waspada, bahwa pada tahun 1739, raja Friedrich Wilhelm I mendirikan sebuah masjid di kota Potsdam untuk tentaranya yang beragama islam, mereka disebut dengan nama pasukan Muhammadaner. Mereka juga diberikan jaminan kebebasan beribadah. Pada Pebruari 1807 pasukan Muhammadaner membantu raja Wilhelm memerangi Napoleon dari Perancis. Bersama pasukan Jerman lainnya, mereka pun memerangi Rusia dan Polandia. Pada satu resimen bernama Towarczy, 1220 tentara beragama Islam dan 1320 tentara lainnya beragama kristen. Pada zaman itu, kaum muslim di Jerman selain menjadi tentara, mereka juga banyak yang menjadi pedagang, diplomat, ilmuwan, dan penulis. Pada saat Perang Dunia Pertama, Jerman kembali bersekutu dengan tentara muslim dari Kekhalifahan Turki. Hal ini membuat komunitas muslim di Jerman bertambah banyak dan makin menguatkan eksistensinya. Lembaga Muslim Jerman sudah berdiri pada tahun 1930. Antara 1933 dan 1945, tercatat lebih dari tiga ribu warga Jerman beragama Islam, dan tiga ratus di antaranya berdarah etnis Jerman.
Sayangnya, pada saat kepemimpinan Hitler dan perang dunia kedua, umat islam terpecah-pecah. Kebebasan beribadah terancam. Sebagian umat islam pergi melarikan diri ke negara balkan. Setelah perang dunia kedua berakhir dengan kekalahan besar yang didapatkan Jerman, hubungan antara Jerman dan umat islam kembali terjalin. Keberadaan Islam di Jerman meningkat pada tahun 1960-an. Akibat perang dunia, negara Jerman hancur berantakan. Jerman membutuhkan banyak tenaga kerja. Para pekerja berdatangan dari Italia, Turki dan Eropa Timur untuk membangun Jerman kembali. Setelah kontrak kerja mereka selesai, para pekerja ini menolak untuk pulang ke negara mereka, bahkan mereka mendatangkan keluarga-keluarganya untuk tinggal menetap di Jerman. Berlin menjadi kota dengan jumlah komunitas Turki terbesar setelah Istanbul. Umat muslim dari Yugoslavia dan Iran pun berdatangan dan menetap di Jerman. Hal-hal tersebut membuat jumlah penduduk yang beragama Islam di Jerman mencapai lebih dari dua juta jiwa pada awal tahun 1990.

2. Pembangunan Masjid Di Jerman
Islam dan aktivitas umat muslim Jerman pada publik, maka dibukalah sekitar delapan ratus (800) masjid di Jerman bagi kalangan non muslim untuk mengenal Islam dan kehidupan umat muslim Jerman.Yang menarik adalah, momentum yang dipakai umat muslim Jerman untuk membuka masjid bagi non muslim itu persis di hari dan bulan Oktober, hari dan bulan di mana diperingati bersatunya Jerman. Sebagai bukti bahwa umat muslim Jerman merupakan komunitas yang tidak terpisahkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara di wilayahnya.
Masjid-masjid memberi pelayanan dan pemanduan bagi para pengunjung non muslim. Dijelaskan juga kehidupan komunitas muslim warga negara Jerman, aktivitas ekonomi dan informasi-informasi tentang Islam.Tema yang sering ditanyakan oleh non muslim adalah seputar issu “terorisme” yang disematkan Barat terhadap Islam dan umatnya, perihal toleransi, juga tentang persoalan hijab atau menutup aurat bagi muslimah, sebagai identitas yang melekat pada jati dirinya. Dan pada momentum Ramadhan, dimanfaatkan umat muslim untuk mengenalkan bulan Ramadhan, perilaku dan aktivitas umat muslim secara umum dan khususnya pada bulan Ramadhan.

3. 90 Ribu Pengunjung
Marwan Azawi, selaku juru bicara atas nama Majelis Tinggi Umat Muslim mengatakan: “Dalam moment hari terbukanya masjid bagi non muslim itu, terhitung sekitar sembilan puluh ribu (90 000) pengunjung hadir di antara delapan ratus (800) masjid yang tersebar di seantero Jerman. Mereka adalah para pemerhati dan orang yang simpati dengan Islam.Masing-masing masjid menghadirkan pengenalan Islam dengan cara beragam sesuai yang dibutuhkan para pengunjung. Di antara kegiatan masjid-masjid itu adalah, pameran atau stand pengenalan ajaran Islam, dengan gambar atau alat peraga. Ada yang berupa keliling di masjid, melihat struktur bagunan fisik masjid. Ada yang mengenalkan tata cara shalat, dan kedudukan masjid dalam kehidupan seorang muslim.”
Dan pada momentum bulan suci Ramadhan, masih kata Azawi, masjid-masjid menyediakan ifthor bagi para pengunjung non muslim, dan bagi para shaimin umat muslim Jerman tentunya.”Masjid berfungsi selain untuk tempat peningkatan ruhani, juga berperan strategis bagi penyatuan dan kebersamaan komunitas muslim dengan masyarakat luas. Banyak aktivitas masjid yang mengenalkan kepada putra-putra Islan tentang sejarah bangsanya, menguatkan hubungan mereka dengan negara tempat mereka tinggal, juga pembelajaran bahasa Jerman.”
Di seantero Jerman ada sekitar dua ribu lima ratus (2 500) masjid dan mushalla. Mayoritas masjid dan mushalla itu pengelolanya dari keturunan Turki, yang memang menjadi komunitas muslim terbesar di Jerman.Tercatat, Islam mulai masuk ke Jerman pada tahun 1739 M. Sampai saat ini jumlah komunitas muslim Jerman berjumlah tiga koma dua (3,2) juta jiwa, dari total penduduk Jerman sebanyak delapan puluh dua koma empat (82,4) juta jiwa.Jumlah yang tidak sedikit, dan kualitas yang tidak bisa diremehkan tentunya.

4. Kongres Anti Islam Di Jerman
Agama Islam yang merupakan minoritas di Eropa kini terus berkembang pesat. Kemajuan perkembangan tersebut ditandai antara lain dengan akan dibangunnya sebuah masjid raya terbesar di Eropa,yang akan di dirikan di Jerman.Perkembangan Islam di Eopa dilihat semakin membahayakan oleh kelompok ekstrim kanan di Jerman. Mereka menentang kemajuan kaum minoritas dengan menyelenggarakan sebuah kongres antiIslam di Jerman. Tetapi kongres ini mendapat protes sekelompok orang lainnya yang menginginkan Islam bisa hidup berdampingan dengan damai di Eropa.
Sebanyak 500 orang ditangkap dalam aksi protes kelompok damai yang mengakibatkan pembatalan pawai kelompok kanan yang menentang pengaruh Islam di Eropa, kata pihak berwenang Jerman, Minggu. Bentrokan di jalan terjadi di sela-sela kongres dua hari yang diadakan orang-orang yang berhaluan ekstrim kanan mengenai dominasi minoritas muslim yang terus meningkat di Eropa dan pembangunan masjid terbesar Eropa di Jerman.Kekerasan yang berlangsung Sabtu malam itu membayang-bayangi protes damai yang akan dilakukan puluhan ribu orang untuk menentang kongres “anti-Islamifikasi”, kata kepala kepolisian Klaus Steffenhagen kepada wartawan.
Dengan membawa spanduk-spanduk yang bertuliskan “Kami penduduk Cologne — Bebaskan diri dari Nazi!”, pemrotes berkumpul di luar kathedral utama kota itu untuk menentang kongres tersebut, yang diadakan oleh kelompok ekstrim kanan setempat Pro-Koeln (Untuk Cologne).Penyelenggara mengatakan, sekitar 40.000 orang mengambil bagian dalam demokstrasi itu, yang menyerukan hidup berdampingan secara damai antara muslim dan non-muslim di Eropa. Seruan itu didukung oleh pemerintah Jerman dan pihak berwenang setempat di kota wilayah barat Jerman itu.Sementara itu, sekitar 150 bar di Cologne berhenti menjual bir lokal Koelsch kepada anggota-anggota Pro-Koeln, dan sejumlah supir taksi dan bis juga menolak mengangkut orang-orang yang akan mengukutikongrestersebut.Satu hotel bahkan membatalkan pemesanan yang dilakukan oleh “orang-orang yang tidak dikehendaki”. Seorang tokoh ternama partai Hijau, Volker Beck, menyambut baik “kemenangan masyarakat sipil terhadap kelompok kanan jauh”.Pro-Koeln memulai seminar dua hari Jumat dimana sekitar 300 peserta dari penjuru-penjuru Eropa mengecam “invasi imigran” muslim ke benua tersebut.
Sebelumnya Sabtu, polisi melarang pawai keliling yang diadakan oleh pengikut sayap kanan di Cologne, beberapa saat sebelum demonstrasi itu dimulai, setelah terjadi bentrokan-bentrokan keras dengan pemrotes tandingan. Pro-Koeln memliki lima wakil terpilih di dewan kota lokal dan berusaha mengincar posisi-posisi resmi lain di kawasan tersebut.

B. Perkembangan Islam Di Perancis
1. Sejarah Islam Di Perancis
Dalam perang dunia I dan II, umat Islam di Eropa tercatat turut menentang pendudukan Nazi. Keikut sertaan umat Islam dalam menentang pendudukan Nazi tersebut, menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah perjuangan kemerdekaan Perancis. Tahun 1922, Masjid Raja Yusuf didirikan. Di Paris pemerintah memberikan izin mendirikan sebuah masjid. Islam kini menjadi agama resmi yang diakui pemerintah. Sekarang jumlah muslim di perancis adalah 5 juta jiwa lebih, dengan jumlah tersebut negara Perancis adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di Eropa. Menyusul setelah Perancis adalah Jerman dengan penduduk muslim sebesar 4 juta jiwa lalu Inggris sebanyak 3 juta jiwa penduduk muslim. Pada tahun 1960-an Perancis menyaksikan hijrahnya para buruh arab besar-besaran yang datang dari negara-negaa Islam. Khususnya negara-negara arab Maghribi (Aljazair, Libya, Maroko, dan Mauritania). Peristiwa itu dikenal dengan nama imigrasi kaum buruh. Sebagai pengaruhnya, Islam mulai masuk ke pelosok Perancis ditengah-tengah masyarakat buruh.Semenjak itu jumlah umat Islam mengalami kenaikan, barisan bertambah kuat, mereka behasil mendirikan organisasi kekeluargaan, tetapi akhirnya penguasa Perancis melarangnya karena mereka tidak ingin membuka peluang akan akan terciptanya pengotakan-kotakan masyarakat kedalam beberapa kelompok etnik. Larangan menerima imigran arab pun diberlakukan. Meskipun begitu, minat untuk berpindah ke Perancis tidak menurun di kalangan muslim.
Pintu kearah sana semakin terbuka. Pada tahun 70-an kembali imigran muslim menyerbu negara kelahiran pencetus trias politica itu. Kali ini, bagian pelajar muslim yang bertolak ke Perancis untuk menuntu ilmu. Kedatangan para pelajar ini menjadi faktor penting yang mengambil peran besar dan penting dalam mendorong penyebaran Islam dan berkehidupan Islam di jantung negeri Napoleon Bonaparte ini. Tahun 1985, diselenggarakan konferensi besar Islam yang dibiayai Rabithah Alam Islami. Turut serta dalam konferensi itu 141 negara Islam, dengan keputusan mendirikan Federasi Muslim Perancis. Peristiwa besar ini tidak luput dari perhatian dunia, mengingat kehadiran umat Islam di salah satu negara Eropa selalu menjadi dilema bagi para penguasa setempat, masalah tenaga kerja dan kerentanan sosial yang lebih jauh. Dengan terbentuknya federasi tesebut yang mempersatukan 540 buah organisasi Islam di seluruh Perancis dan melindungi 1600 buah Masjid, lembaga-lembaga pendidikan Islam, ditambah gedung-gedung lain, shaf umat Islam nampaknya bertambah kokoh. Yang lebih menggembirakan lagi, anggota federasi yang menjalankan roda organisasi, kebanyakan justru berasal dari kaum muda-mudi muslim berkebangsaan Perancis sendiri. Tujuan federasi tersebut diantarannya agar federasi memiliki peran dalam berbagai kegiatan keislamam di Prancis.
Setelah bertahun-tahun mendapatkan legalisasi pemerintah, umat Islam Perancis akhirnya berhasil mendirikan suatu lembaga resmi. Lembaga tersebut mempunyai fungsi sebagai jembatan antara pemerintah dan umat Islam di sana terutama dalam menyuarakan kepentingan umat Islam. “Dengan kesepakatan ini, umat Islam punya hak yang sama enan umat Katholik, Yahudi, dan Protestan.“ Kata menteri dalam negeri Nicolas Sarkozy. Organisasi itu merupakan gabungan dari tiga organisasi besar Islam di Perancis, yakni Masjid Paris, Federasi Nasional Muslim dan Persatuan Organisasi Islam Perancis. Di negara mode ini pernah didera isu jilbab beberapa tahun lalu yaitu dimulai tahun 1989. Pelajar muslimah dikeluarkan dari kelas karena memakai jilbab, pekerja muslimah dipecat dari kantornya karena mengenakan jilbab. Namun mereka tidak diam menyerah begitu saja. Lalu umat Islam Perancis menggoyang Paris dengan aksi-aksi demo menuntut kebebasan. Akhirnya pemerintah meneluarkan kebijaksanaan pada tanggal 2 Nopember 1992 yang memperbolehkan para siswi muslimah untuk mengenakan jilbab di sekolah sekolah negeri. Sekarang tampilnya wanita-wanita berjilbab di Perancis menjadi satu fenomena keislaman yang sangat kuat di negeri tersebut. Mereka bukan hanya hadir di Masjid-masjid atau pusat-pusat keagamaan Islam lainnya, melainkan di juga di sekolah-sekolah negeri, perguruan tinggi negeri, dan tempat-tempat umum lainnya.

2. Di Prancis 3.600 Orang Masuk Islam Setahun
Perkembangan Islam di Prancis sangat pesat. Dalam kurun waktu setahun sebanyak 3.600 orang Prancis memeluk agama Islam. Perkembangan ini menjadi perhatian kaum non-Islam di Prancis belakangan ini. 
Pimpinan Departemen Agama Prancis Didier Yeshi menjelaskan, dalam waktu sehari tercatat 10 orang memeluk agama Islam. Dan, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir tercatat 60 ribu orang masuk Islam. 
Yeshi menambahkan, setelah terjadi migrasi besar-besaran di Benua Eropa, terjadi perubahan gen manusia dan suku bangsa pada benua ini. Begitu pula dengan agama, terjadi perubahan pemeluk agama. Itulah yang terjadi di Prancis yang merupakan salah satu negara terpenting di Eropa. Islam kini menjadi agama terbesar kedua di negara ini dalam masa sepuluh tahun. Di samping itu, sekarang Islam adalah agama yang paling cepat penyebarannya.

3. Pembangunan Masjid Di Perancis
Jumlah mesjid di Perancis terus meningkat. Sampai akhir tahun 2003, jumlah mesjid di seantero Perancis mencapai 1.554 mesjid, mulai dari yang berupa ruangan sewaan di bawah tanah, sampai gedung yang dimiliki oleh warga muslim dan dibangun tempat-tempat umum. Demikian salah satu hasil survey yang dilakukan kelompok Muslim Perancis baru-baru ini.
Perkembangan mesjid di Perancis juga ditulis oleh seorang wartawan Perancis, yang juga pakar tentang Islam, Xavier Ternisien dalam buku terbarunya. Ternisien menuliskan, di kawasan Saint Denis, sebelah utara Perancis, terdapat kurang lebih 97 mesjid. Sementara di selatan Perancis, terdapat 73 mesjid.
Dalam bukunya Ternisien juga menuliskan, mesjid-mesjid yang banyak berdiri di Perancis dengan kubahnya, menunjukkan bahwa Islam kini makin mengemuka di negara itu. Islam di Perancis bukan lagi agama yang dimasa lalu bergerak secara diam-diam. Mesjid-mesjid yang ada di Perancis, kini bahkan dibangun atas tanah milik warga Muslim sendiri, bukan lagi di tempat sewaan seperti pada masa lalu.
Seiring dengan perkembangan Islam di Perancis, jumlah mesjid di negara itu diperkirakan akan terus bertambah. Mesjid yang ada sekarang, terkadang tidak bisa menampung semua jamaah. Mesjid di kawasan Belle Ville dan Barbes misalnya, kalau sedang penuh, para jamaah di mesjid itu terpaksa harus sholat sampai ke pinggiran jalan.
Sejarah berdirinya mesjid-mesjid di Perancis, dipelopori oleh orang Pakistan, yang bekerja di pabrik-pabrik di Perancis. Mereka mengubah ruangan kecil tempat makan siang atau berganti pakaian, menjadi ruangan untuk sholat. Terkadang mereka menggunakan ruangan di asramanya sebagai sarana ibadah.
Jumlah Muslim di Perancis makin bertambah pada tahun 1980 an, setelah Perancis mengijinkan para pekerja asal Afrika Utara membawa keluarga mereka untuk tinggal di Perancis.
Banyak hal yang mempengaruhi perkembangan Islam di Perancis. Salah satunya Perang Teluk 1991, yang menyebabkan munculnya krisis identitas di kalangan kalangan anak muda muslim di Perancis. Kondisi ini, mendorong mereka lebih rajin datang ke mesjid. Gerakan Intifada di Palestina, juga mendorong makin banyaknya Muslim Perancis yang beribadah ke mesjid.
Meski perkembangannya cukup pesat, mesjid-mesjid di Perancis masih sering menjadi sasaran serangan yang berbau rasisme. Masa suram mesjid di Perancis terjadi pada tahun 2001. Sejumlah mesjid di Perancis pada saat itu, menjadi sasaran serangan dengan menggunakan bom molotov, bahkan ada mesjid yang dibakar. Bentuk serangan lainnya adalah menggambari dinding-dinding mesjid dan dinding rumah imam-imam mesjid dengan lambang swastika. Namun sejauh ini, belum ada organisasi hak asasi manusia maupun asosiasi Muslim yang mempersoalkan serangan-serangan itu.

C. Perkembangan Islam Di Inggris
1.   Inggris Khawatir Perkembangan Islam
Perkembangan Islam yang meningkat cukup drastis dan berdasarkan data nama Muhammad di akhir tahun adalah nama yang terbanyak dipakai di Inggris, koran dan majalah Inggris mulai menggerakkan isu menentang kaum muslimin. Majalah Time out terbitan London dalam nomor terbarunya mencetak covernya dengan bahasa Arab dengan nada tanya, Apakah masa depan London di tangan Islam? Isinya sendiri menunjukkan ketidaksetujuannya dengan pertambahan jumlah penduduk muslim di negara ini.
Gordon Thomson Pimred majalah ini berusaha memberikan alasan mengapa ia memilih tema ini. Menurutnya Islam salah satu agama terbesar di dunia. Dan di antara kelompok minoritas di ibu kota Inggris, kaum muslimin punya tingkat pertambahan penduduk paling tinggi. Oleh karena itu, perlu menggerakkan kalangan non muslim untuk menghadapi kaum muslimin.
Ia memberikan data bahwa pada tahun 2001 jumlah penduduk muslim di London adalah 607 ribu, saat ini lebih dari 1 juta setengah penduduk London adalah muslim dari berbagai ras dan dari negara-negara yang beragam. Ia mengingatkan bahwa peningkatan pertambahan penduduk ini membahayakan Inggris. Ia menambahkan, Kota London pada masa yang akan datang akan menjadi kota Islam. Ia meminta kepada non muslim agar melakukan aktivitas yang dapat menghambat lajunya pertambahan penduduk muslim ini.
Majalah ini dalam sebuah makalahnya yang mencoba menyentuh isu SARA dibuat judul seperti ini, “Mengapa London perlu Islam?” Dalam makalah ini diramalkan pada tahun 2021 akan terjadi revolusi Islam dan digambarkan suasana waktu itu. Gambaran London yang Islam pada tahun 2021 dibuat sedemikian rupa di mana ribuan orang sebelum revolusi itu terjadi di London berkumpul di depan Pusat Pendidikan Hukum Islam yang diresmikan beberapa Minggu kemarin oleh Pangeran Charles.
Penulis artikel itu menjelaskan bahwa Islam di Barat bukan sesuatu yang asing. Jumlah umat Islam setelah berakhirnya perang dunia ke dua sekitar 160 juta jiwa.Majalah ini dalam 4 halaman lainnya memuat sebuah artikel dengan judul “Agama masa depan”. Dalam tulisan ini dimuat pendapat 6 orang mengenai London di masa depan.
Berita seperti ini muncul setelah hari Rabu kemarin majalah mingguan Times London berdasarkan pusat data resmi pemerintah yang mengumumkan nama Muhammad berada diurutkan kedua dan akhir tahun ini diperkirakan berada diurutkan pertama.[infosyiah]
Pendeta Inggris, Michael, pada Sabtu (31/5), mengingatkan kepada kaum Nasrani di Inggris untuk mewaspadai perkembangan Islam yang sangat pesat. Karena, Islam adalah ancaman yang paling berbahaya bagi agama Nasrani. 
Dalam penjelasannya kepada majalah Daily Telegraf pada Kamis (29/5), Pendeta Michael, menyatakan, "Hari ini agama Nasrani mengalami banyak kemunduran. Agama Nasrani kurang memberi pengaruh kepada masyarakat, kurang bisa memberi solusi pada keluarga yang sedang rusak, dan sebagainya. Sedangkan Islam dapat menutupi kelemahan yang ada pada agama Nasrani. Sehingga, tak sedikit kaum Nasrani yang masuk Islam lantaran tidak mendapatkan solusi pada agama Nasrani. Hal ini harus diwaspadai oleh kaum Nasrani, karena ini adalah ancaman." 
Menteri Dalam Negeri Inggris, Jackie Smith, pada kunjungannya ke Pakistan pada bulan April yang lalu menegaskan, sedikitnya dua juta jiwa kaum muslimin di Inggris saat ini. 

2. Imam Besar Masjid Birmingham Ceramah di UMY
“Islam di Inggris berkembang sangatlah bagus. Islam agama yang damai, dan sejahtera tidak ada kata perkelahian, hingga pembunuhan di setiap ajarannya. Saat masyarakat Inggris ramai membicarakan tragedi 9 September (World Trade Center di Washington), yang mengaitkan agama Islam dengan terorisme. Alhamdulillah muslim di Inggris tidak dikaitkan dengan terorisme, masyarakat Inggris pada umumnya mengenal agama Islam adalah agama yang tidak pernah mengajarkan kekerasan, dan jauh dari pembunuhan”, kata Syeh Shouaib Ahmed, imam besar masjid Birmingham (Inggris), saat memberikan ceramah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada waktu yang lalu.
Shouaib Ahmed yang pertama kali datang ke Indonesia saat tragedi tsunami Aceh mengatakan, Islam mulai hadir di Inggris pada tahun 1982, yang sejarahnya sama dibawa oleh para pedagang saat berkunjung ke Inggris. 26 tahun Islam berkembang di Inggris, dua hingga tiga masjid dibangun oleh umat muslim di setiap tahunnya, tambahnya. UMY merupakan lokasi kunjungan keduanya di Indonesia. Tujuan Shouaib Ahmed datang ke UMY yang diundang resmi oleh Ma’arif Institute, adalah menjalin silaturahmi, dan membangun persatuan dan kesatuan antar umat muslim di seluruh negara. Shouaib mengatakan, kedatangannya ke Indonesia kembali ingin mengetahui seberapa besar umat Islam di Indonesia, lewat organisasi Muhammadiyah. Dia mengenal Muhammadiyah adalah organisasi terbesar di Indonesia, yang mengajarkan ajaran-ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Pria yang datang ke UMY, sekaligus menjadi imam pada Sholat Jum’at (7/11) di Masjid K. H. Ahmad Dahlan UMY memberikan informasi mengenai perkembangan Islam di Inggris saat ini, “muslim di Inggris sebesar 2,5 juta orang, terbagi kedalam beberapa profesi yang terkait langsung dengan hubungan kenegaraan, yaitu 2 menteri muslim yang menduduki menteri di kerajaan Inggris, 10% dokter di Inggris adalah muslim, 8% menjadi jaksa yang disegani oleh masyarakat Inggris, dll”. Terkait dengan Ahmadiyah yang menganggap bahwa ajarannya sesat, Dia mengatakan, setelah ada keputusan dunia bahwa Ahmadiyah itu sesat tidak ada yang mempermasalahkan ajaran Ahmadiyah tersebut, umat muslim di Inggris biasa-biasa saja menanggapi keputusan tersebut, kami saling menyapa, dan tebar senyum ke setiap orang.
Di akhir ceramah yang diikuti oleh semua karyawan, dan civitas akademika UMY, Shouaib Ahmed mengatakan dahulu Islam di Inggris terbagi menjadi empat golongan muslim, dan mereka sholat di masjid masing-masing golongan tersebut. Alhamdulillah sekarang ini sudah terbentuk Association Muslim of United Kingdom, tidak ada lagi perbedaan mengenai ajaran Islam, dan mereka dapat sholat bersama, ujarnya. Sebaiknya Islam di seluruh dunia bersatu untuk menciptkan kedamaian. Di Inggris, ketika satu orang muslim dianiaya, 100 orang muslim akan membantunya, hanya agama Islam yang mengajarkan kebersamaan, karena setap muslim adalah saudara, tambahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar