Pages

Kamis, 15 November 2012

80. BAYAN MUFTI MUHAMMAD LUTHFI AL BANJARI 2



CARA MENDATANGKAN NUSHRATULLAH (PERTOLONGAN ALLAH)



http://www.fadhilza.com/wp-content/uploads/2012/02/berdoa.jpg

Ada dua kiat menghadirkan nusrotullah (pertolongan Allah), karena tidak ada satupun yang bisa kita selesaikan tanpa pertolongan Allah. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak dzikir bacaan “Laa Haula Walaa Quwwata Illaa Billaah” (tidak ada daya dan kekuatan selain kekuatan Allah). Ini maksudnya apa ? Maksudnya adalah tidak ada satu kekuatan kita untuk melakukan ketaatan ataupun menghindari kemaksiatan selain dari pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala. Begitu pula kita sebagai hamba, yang sangat berhajat kepada pertolongan Allah, diwajibkan atas kita membaca doa berikut sebanyak 17 kali dalam satu hari “Iyyaakana Budu wa Iyyaaka Nashta’iin” (KepadaMulah kami menyembah dan kepadaMulah kami memohon pertolongan).
Allah menjanjikan kepada siapa Nusrotullan / pertolongan Allah itu akan diberikan :
1.    Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7)
2.    Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
وَاللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَادَامَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ اَخِيْهِ
 “Allah akan menolong hamba-Nya selama ia mau menolong saudaranya.” (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu)
Ada 2 kerja yang bisa mendatangkan pertolongan Allah tersebut :
1. Membantu Agama Allah
2. Membantu Saudara Kita
Waktu Ijtima’ di Pakistan, datanglah seorang pemain cricket yang terkenal diantara Negara-negara Commonwealth (jajahan Ingris), namanya Imron. Pemain kaya karena hasil olah raganya. Imran ini pergi menghadap Maulana Saad rahmatullah ‘alaih, sampai akhirnya ditasykil oleh Maulana Saad rahmatullah ‘alaih untuk pergi di jalan Allah. Namun si pemain cricket ini mengatakan bahwa dia tidak punya waktu dikarenakan kesibukannya. Sebaliknya dia mengatakan bahwa walaupun dia tidak mempunyai waktu tapi dia sudah banyak menyisihkan hartanya di sedekahkan untuk pembangunan mesjid, madrasah, dan panti asuhan yatim piatu, dan sebagainya. Jadi dia merasa harta yang dia dapatkan sudah dia sisihkan untuk kebaikan ummat Islam. Lalu apa jawabnya Maulana Saad rahmatullah ‘alaih : “Wahai Imron kamu sudah berbuat membantu ummat Islam tapi kamu belum membantu agama Islam”
Ini beda antara “Membantu ummat Islam” dan “Membantu agama Islam”, contohnya :
1. Panti Asuhan Yatim Piatu ini dibangun untuk memelihara ummat Islam
2. Mesjid dibuat bagus-bagus, pasang kipas, kasih karpet ini agar ummat Islam nyaman ibadahnya. Padahal Mesjid Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri cuman terbuat dari pelepah kurma dan pasir tidak ada kipas dan karpet. Sebenarnya tanpa mesjidpun kita bisa shalat. Di Sudan Mesjid cuman dipatok dengan batu. Untuk apa ada mesjid ini untuk Ummat Islam.
3. Madrasah dibangun agar bisa memberi kenyamanan bagi ummat Islam untuk belajar. Dijaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka belajar dibawah-bahan pohon, karena tidak ada madrasah di jaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Inilah yang menjadi pertanyaan bagi Maulana saad rahmatullah ‘alaih : “Kamu memang sudah membantu ummat Islam namun apa yang sudah kamu kerjakan untuk agama Islam ?”
Mendapatkan pertanyaan seperti ini si Imron ini terkejut, karena baru kali ini ada ulama yang bertanya seperti itu. Sekarang banyak orang yang sudah merasa membantu agama Islam padahal belum, ini dikarenakan yang mereka lakukan adalah untuk membantu ummat Islam, bukan agama Islam. Kita tidak boleh menafikan apa yang orang sudah lakukan untuk ummat Islam, karena semuanya juga berpahala apa yang dilakukan. Dari membangun mesjid, madrasah, panti asuhan, semuanya ini mendatangkan pahala.
Namun Janji Allah adalah :
إِنْ تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ
“…jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu…(QS. Muhammad : 7)
Janji Allah yang pertama ini adalah bagi yang membantu agama Allah baru Allah akan bantu kita. Bagaimana membantu agama Allah ini adalah dengan dakwah yaitu berangkat 3 hari, 40 hari, dan 4 bulan fisabilillah, dengan harta dan diri sendiri.
Kita berkumpul disini dari seluruh propinsi untuk memikirkan kepentingan dakwah atau agama. Kita berkumpul disini tidak untuk bermusyawarah memikirkan bagaimana membangun mesjid, ataupun membangun madrasah, ataupun membangun panti asuhan, ataupun kita angkat senjata untuk membantu temen kita berperang disana, tidak ini bukan tujuan kita bermusyawarah disini. Itu nanti musyawarah lain. Tapi yang kita pikirkan disini adalah “Membantu agama Allah” yaitu bagaimana agama wujud, agama dapat tersebar, dan rombongan-rombongan dakwah dapat diberangkatkan.
Untuk memahami ini jangankan kita diantara para sahabatpun juga terjadi perbedaan yang cukup menyolok untuk memahami perkara ini. Terjadi perbedaan yang keras antara satu orang sahabat melawan argument seluruh sahabat. Apalagi kita-kita ini yang berusaha untuk memahami. Menjelang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal dunia satu hari sebelumnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan bayan hidayah kepada rombongan Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu, untuk menghadapi tentara Romawi yang akan menyerang kota Madinah. Berangkat petang itu juga, sebelumnya berkemah di tempat namanya al Jurk. Namun beberapa hari kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam wafat. Atas permintaan Ummu Aiman radhiyallahu ‘anha, ibu daripada Usamah radhiyallahu ‘anhu, maka rombongan di tarik balik untuk menghadiri pemakaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Setelah Khalifah baru diangkat 3 hari, setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal, terdengar kabar bahwa :
1.  Pasukan Romawi di perbatasan sudah siap untuk menyerang
2.  Nabi Palsu dengan bala tentaranya 40.000 orang juga akan menyerang Madinah.
3.  Orang Munafiq mulai menentang kebijakan-kebijakan yang ada
4.  Orang Yahudi mulai menghasut di dalam kota Madinah
5.  Munculnya banyak orang murtad sebanyak 100.000 orang (padahal ulama-ulama besar dan sahabat-sahabat masih ada)
6.  Orang tidak mau membayar zakat
Apa keputusan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu sebagai khalifah baru yaitu :
1.  Rombongan Usamah radhiyallahu ‘anhu segera diberangkatkan untuk menghadapi Romawi
2.  Menyiapkan Rombongan Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu dan Wahsyi radhiyallahu ‘anhu untuk menghadapi Nabi palsu.
3.  Memerintahkan Umar radhiyallahu ‘anhu membawa rombongan bergerak sekeliling Madinah
Sehingga yang tertinggal hanya Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu sendiri di Madinah tanpa penjagaan. Para sahabat bingung, karena kok aneh betul ini caranya. Pemikiran para sahabat radhiyallahu ‘anhum, kalau Madinah kosong, nanti bisa dibunuh istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bayi-bayi juga juga bisa dibunuh, serigala-serigala yang biasa datang di malam hari bisa memakan bangkai-bangkai mereka nanti. Maka mereka semua tidak paham perintah amirul mukminin, di otak mereka kita harus mempertahankan Madinah bukan membahayakannya. Tapi apa kata Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, “Tidak, saya tidak akan merubah daripada perintah Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Usamah tetap harus berangkat.” Inilah perbedaan yang terjadi diantara sahabat radhiyallahu ‘anhum.
Mayoritas sahabat radhiyallahu ‘anhum ini yakin dengan hidupnya ummat Islam ini yaitu ummatnya dijaga, istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dijaga, bayi-bayi penerus generasi dijaga, maka Islam akan mudah dikembangkan dan Islam pasti akan terpelihara. Tapi Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu justru pemikirannya berbeda. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu berkeyakinan jika Islam ini di jaga maka ummat islam akan terjaga, tetapi para Sahabat radhiyallahu ‘anhum berpikir jika ummat Islam dijaga maka Islam akan terpelihara.
Note dari Penulis :
Ketika itu yang orang-orang fikirkan adalah keselamatan orang-orang islamnya, padahal yang harus dirisaukan adalah bagaimana menyelamatkan agamanya terlebih dahulu. Begitu pula yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika perang Badr, bahkan sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa untuk kemenangan karena jika ummat Islam hancur di peperangan Badr ini maka habislah Islam dari muka bumi. Inilah yang difikirkan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu yaitu mengirimkan seluruh rombongan untuk menyelamatkan islam. Inilah perbedaan fikir yang mencolok antara satu orang sahabat ini melawan fikir sahabat-sahabat yang lain. Disini ada perbedaan pendapat diantara sahabat yang dapat menjadi pelajaran bagi kita semuanya.
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menyelesaikan masalah dengan menggunakan 2 prinsip :
1. Prinsip Taqwa :
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu berkata,“Saya tidak rela agama berkurang di jaman kekhalifahan saya ini walaupun itu hanya seutas tali yang mengikat di leher hewan qurban.”
Takwa ini maksudnya adalah Sempurna Amal. Jadi atas dasar prinsip ini, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu tidak rela dijamannya agama ini berkurang sedikitpun walaupun itu hanya seutas tali yang mengikat leher hewan korban. Fikirnya Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu ini adalah bagaimana agama dapat sempurna diamalkan oleh ummat Islam ketika itu. Inilah prinsip yang digunakan untuk menghadapi orang-orang Islam yang tidak mau membayar zakat. Jadi mereka diancam akan diberantas jika mereka tidak mau membayar zakat.
2. Prinsip Tawakkal :
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Keluarkan semua laki-laki untuk pergi di jalan Allah. Nanti biar Allah yang menjaga Ummul Mukminin, keluarga nabi, bayi-bayi, dan wanita-wanita di Madinah.”
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu lebih rela melihat keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam bahaya, dibanding harus melihat agama dalam bahaya. Jadi bagi Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, derajat Agama ini lebih utama dibanding keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan ummat Islam itu sendiri. Ini sama dengan percakapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan Malaikat Jibril ‘alaihis salam. Ketika itu Jibril ‘alaihis salam bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ”Wahai Muhammad, lebih mulia mana aku atau dirimu ?” Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Lebih mulia aku karena engkau diutus untuk aku.” Benar kata Jibril ‘alaihis salam, lalu Jibril ‘alaihis salam bertanya lagi, “Lebih mulia mana engkau atau agama Islam ?”, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Lebih mulia Islam, karena aku ditus untuk Islam.” Agama lebih penting untuk diselamatkan dibandingkan ummat itu sendiri. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, mengirimkan semua laki-laki keluar dijalan Allah dan berserah diri kepada Allah atas keadaan di Madinah. Inilah tawakkalnya Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Prinsip ini yang digunakan untuk menghadapi orang murtad, nabi palsu, dan musuh Islam yang mau menyerang Madinah dari luar.
Bahkan Umar radhiyallahu ‘anhu yang terkenal pemberani karena perbedaan pendapat ini, dimarahi oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. “Wahai Umar, kenapa kamu menjadi seorang pemberani seperti ketika masih kafir dan sekarang setelah dalam islam kamu menjadi seperti seorang pengecut.” Maka digebuk umar oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Jika Umar radhiyallahu ‘anhu seorang pemberani berpikir seperti seorang pengecut bagaimana jadinya dengan yang lain, akan makin banyak pengecut-pengecut yang lain.
Note Mubayin :
Percuma jadi karkun, sebelum jadi karkun kelihatan berani, tapi setelah jadi karkun lebih banyak pembenarannya : “Kita harus hikmah” katanya. Ini pengecut namanya.
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu marah ketika itu, melihat Umar radhiyallahu ‘anhu “Apa kamu ini Umar pemberani dijaman Jahiliah tetapi pengecut dijaman Islam”. Jika Umar radhiyallahu ‘anhu seperti ini bagaimana sahabat-sahabat radhiyallahu ‘anhum yang lain menyikapinya. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu tidak ingin Umar radhiyallahu ‘anhu menjadi seorang pengecut. Serasa digampar ketika itu Umar radhiyallahu ‘anhu oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Namun karena tempelengan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu ini berdasarkan Taqwa, tiba-tiba terhenyak Umar radhiyallahu ‘anhu seperti orang baru terjaga dari mimpi. Umar radhiyallahu ‘anhu dari tempelengan tersebut seakan-akan melihat cahaya, Umar radhiyallahu ‘anhu tersentak dan berkata,“benar engkau wahai Abu Bakar”, langsung pergi dia dengan rombongannya.
Ketika Islam dijaga, maka pertolongan Allah akan datang :
1. Pasukan Romawi mengundurkan diri
2. Nabi palsu bisa dibunuh oleh Wahsyi radhiyallahu ‘anhu (dengan lembing yang sama membunuh paman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu Hamzah radhiyallahu ‘anhu) ketika itu Wahsyi sujud syukur karena bisa membayar dosa dengan lembing yang sama.
Begitulah Wahsyi radhiyallahu ‘anhu dengan kebanggaan dapat membayar dengan lembing yang sama membunuh orang yang paling Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam cintai yaitu Hamzah radhiyallahu ‘anhu, dia juga membunuh orang yang dibenci Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu Nabi Palsu, Musailamah Al Kadzab laknatullah alaih. Maka kita juga harus seperti itu, dulu sebelum jadi karkun/pekerja agama suka main judi dan mabuk-mabukan, maka setelah jadi karkun kita datang ke tempat yang sama ajak teman-teman yang dulu kepada Allah. Kita harus berani dan dan bangga seperti Wahsyi radhiyallahu ‘anhu menebus kesalahannya yang dulu. Jangan seperti orang yang dulu berani sebelum ikut dakwah, kelahi dimana-mana buat kebathilan, sekarang setelah jadi karkun malah loyo alasannya “Hikmah”. Ini percuma jadi karkun.
Jadi ketika Pasukan Usamah radhiyallahu ‘anhu berangkat untuk menghadang, rombongan Khalid radhiyallahu ‘anhu dan Wahsyi radhiyallahu ‘anhu juga berangkat, lalu rombongan Umar radhiyallahu ‘anhu keliling Madinah, apa yang terjadi ? Pasukan Romawi ketakutan, mereka berpikir andaikata sedemikian banyak rombongan yang diberangkatkan berarti yang didalam kota Madinah lebih banyak lagi. Akhirnya pasukan Romawi tidak berani menyerang Madinah.
Catatan Penulis :
Disinilah terdapat 2 perbedaan pemikiran yang menyangkut kepada masalah keimanan. Dimana Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu yakin jika semua pergi di jalan Allah, maka nanti Allah akan selesaikan semua masalah : orang murtad, nabi palsu, yang tidak mau bayar zakat, dan pasukan Romawi yang sudah siap menyerang. Hanya dalam waktu tempo beberapa hari saja setelah semua pergi di jalan Allah akhirnya masalah terselesaikan : Madinah tetap aman, 100.000 orang murtad masuk Islam lagi, orang membayar zakat lagi, Nabi palsu dapat ditumpas, dan Pasukan Romawi mundur. Jadi risaunya Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu ini adalah Islamnya atau Agamanya dulu, bukan orang-orang Islamnya.
Hari ini ada pemikiran seperti yang terjadi ketika sahabat berbeda pendapat dahulu. Sekarang kebanyakan kita ini risaunya adalah orang-orang islamnya, seperti orang Islam ada yang dibunuh, diperkosa, diperangi, hak-haknya dirampas, kekurangan makan, miskin keadaannya, pengungsi-pengungsi, ini boleh saja. Tetapi seharusnya yang lebih penting lagi adalah risau atas Islamnya. Akibat Islamnya tidak dijaga, sehingga Allah tidak menjaga ummat Islam. Ini karena Islam itu sendiri sudah diacuhkan oleh orang Islam.
Kita lihat hari ini orang Islam kebanyakan tidak shalat, mesjid kosong. Shalat berjamaah di masjid sudah tidak diacuhkan oleh ummat saat ini. Lalu sunnah-sunnah Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah ditinggalkan oleh orang Islam, bahkan dianggap aneh bagi yang mengamalkannya. Kehidupan orang Islam sudah seperti kehidupan orang Yahudi dan Nasrani, tidak ada bedanya dengan cara-cara atau kehidupan orang kafir, sulit dibedakan mana yang beriman dan mana yang kafir. Semua kehidupan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sudah ditinggalkan oleh ummat Islam itu sendiri. Tetapi begitu terjadi musibah, semua orang berpikir sama, “Apa dosa saya ? Kenapa ini bisa terjadi, musibah seperti ini ? Kenapa Allah tidak tolong kita ?”. Ummat Islam diusir, dibunuh, dijajah, diperkosa hak-haknya, tetapi fikirnya hanya diri mereka sendiri saja (“Apa dosa saya ?”). Padahal jemaah-jemaah dakwah sudah datang mengajak kepada sunnah, kembali kepada amal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, amalkan Islam, taat pada perintah Allah. Walaupun perkara-perkara ini sudah didengar berkali-kali, tetapi tetap saja sama tidak ada peningkatan amal. Ditasykil, diminta untuk keluar di jalan Allah tidak mau, maka itulah akibatnya, musibah banyak datang. Tetapi fikirnya “Apa dosa saya ?”. Islamnya sudah kita tinggalin, kita acuhkan, tetapi ketika musibah tiba-tiba datang tidak terpikir amal-amal kita yang buruk, bahkan bertanya, “Kenapa Allah tinggalkan kita ? kenapa Allah tidak tolong kita ?”
Inilah perbedaan antara pergerakan kita dengan pergerakan-pergerakan lainnya. Gerak kita ini adalah gerakan untuk membantu agama Allah. Sedangkan organisasi-organisasi dunia ini kita tidak boleh menafikan perjuangan mereka. Mereka juga bergerak memberikan manfaat untuk membantu ummat Islam, sedangkan kita bergerak untuk membantu agama Islam. Kita harus yakin ketika Islam kita bantu untuk ditegakkan maka ummat Islam akan dijaga oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Inilah maksud kedatangan kita kemari dari seluruh propinsi yaitu kita bermusyawarah bagaimana membantu agama Allah :
1. Kita duduk disini untuk berfikir bersama-sama bagaimana mengeluarkan rombongan sebanyak-banyaknya untuk membantu agama Allah. Kita dengar kargozary, kita bentangkan takazanya, lalu kita siapkan diri kita untuk ambil bagian. Pertolongan Allah akan datang kepada saya ketika saya bantu agama Allah, maka saya keluar berangkat.
2. Kita berfikir dan bermusyawarah bagaimana kita membantu saudara kita. Apa yang kita bantu ? keperluan dan kebutuhannya itu baik, tapi yang penting bagaimana kita bisa bantu dia mendekatkan diri kepada Allah. Syekh Abdul Wahab, Masyeikh Pakistan, katakan : ”Orang yang cinta kepada Allah tapi dia tidak mau membantu saudaranya untuk cinta kepada Allah, dan mengusahakan agar bagaimana Allah cinta pada saudaranya tersebut, maka Allah tidak akan cinta kepada dia. Walaupun orang ini adalah seorang ahli dzikir dan ahli ibadah”
Contoh :
Untuk itu kita bantu saudara kita dari daerah-daerah lain. Alhamdullillah saat ini makasar sedang mengalami peningkatan dan kemajuan dalam amalan Dakwah. Justru kalau kawan-kawan di Makasar hanya berpikir untuk daerahnya saja maka Allah tidak akan bantu. Di Manado begitu juga sedang mengalami kemajuan, kalo hanya memikirkan daerah saja tidak mau memikirkan daerah lain, maka pertolongan Allah tidak akan datang ke Menado. Justru Allah akan bantu suatu propinsi jika propinsi itu membantu daripada kerja agama di propinsi yang lain. Allah akan bantu saya kalau saya bantu saudara saya, maka saya akan bantu saudara saya. Begitu juga mengenai mushalla saya. Saya ingin mushola saya makmur, maka kita harus bantu mushalla-mushalla disekitar tempat saya. Ketika kita dan orang-orang maqomi ditempat kita memikirkan bagaimana memakmurkan mushalla-mushalla disekitar maqomi kita untuk hidup 5 amalan dan keluar 3 hari ataupun 40 hari, maka Allah akan bantu memakmurkan mushalla kita. Begitu juga dengan negara kita, kalu kita ingin maqomi di Indonesia ini maju maka kita harus memikirkan dan mengirimkan rombongan ke negara lain, maka nanti Allah akan bantu maqomi di negara Indonesia ini.
Allah berjanji dalam Al Quran :
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu (wahai Nabi) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS. Al Anfal : 33)
1. Tidak akan disiksa selama masih ada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diantara mereka penduduk tempatan
2. Tidak akan disiksa selama mereka masih ada istighfar
Jadi Allah tidak akan mengirimkan bala, musibah, bencana kepada suatu kaum selama masih ada Rasul ditengah-tengah mereka, atau mereka mau mengucapkan istighfar. Kekuatan yang bisa mengantisapasi bala dan musibah jika ada orang-orang tertentu yang mumpunyai kedekatan khusus dengan Allah subhanahu wa ta’ala. Cukup dengan doa mereka bisa mendatangkan hujan, menghancurkan suatu wilayah, dan lain-lain. Namun ini hanya orang-rang tertentu saja, pribadi-pribadi perorangan, seperti para Anbiya ‘alaihimush shalatu wassalam dan para Waliullah, sedikit sekali. Namun secara umum untuk hamba Allah berikan kekuatan kerja yaitu istighfar, inipun juga mampu menahan Bala atau Musibah yang akan turun. Istighfar ummat ini, tobat yang utama, di dalam Al Quran dijelaskan adalah tobat ketika meninggalkan kerja dakwah.
Beberapa orang datang ke Syaikh Maulana Ilyas rahmatullah ‘alaih, mereka berkata kepada Maulana Ilyas, “Syaikh antum ini wali.” Ini asbab hebatnya kerja dan gerak beliau dalam Dakwah. Namun apa kata Maulana Ilyas rahmatullah ‘alaih, “Bukan, saya ini bukan wali, tetapi yang wali itu adalah kerja dakwah ini.” Jadi Maulana Ilyas tidak ingin membawa ummat ini kepada pengkultusan, tetapi lebih ingin mengarahkan ummat ini kepada kerja dakwah. Kita tidak menafikan adanya orang-orang tertentu yang mempunyai level kedekatan dengan Allah seperti para Aulia, tetapi ini sedikit sekali, tidak semua orang bisa mencapai level ketaatan seperti itu. Itulah namanya orang-orang pilihan Allah. Namun untuk yang secara umum agar ummat ini dapat menjadi dekat dengan Allah, maka Allah berikan ummat ini kerja dakwah yang bisa membuat ummat ini diwalikan semua oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Di dalam tarekat-tarekat, mereka mempunyai mursyid yang mempunyai kelebihan-kelebihan tersendiri dalam doa. Namun dalam kerja dakwah ini tidak ada yang seperti itu, yang paling utama dalam kerja dakwah ini adalah kerja itu sendiri.
Satu rombongan didalamnya ada ulama, hafidz quran, yang didalamnya ada mantan perampok, pemabok, dan penjudi. Ketika keluar semuanya pakai sorban dan gamis. Ketika sampai di Madura, semuanya dipeluk orang, diciumin tangannya. Si ulama ketika makan dapat ayam panggang, maka si preman yang satu rombongan tadi dapat juga. Kenapa mereka sama-sama dimuliakan padahal yang satu ulama dan yang satu lagi preman ? Ini asbab kerja dakwah, di dalam kerja ini mereka di muliakan. Bukan karena pribadi-pribadi mereka, kalau karena pribadi na’udzubillah pribadi si preman. Tetapi asbab kerja dakwah inilah ada preman dimuliakan. Sebaliknya jika datang masyeikh kita, misalnya Maulana Saad, ke jakarta untuk urusan dunia, bisnis misalnya, beli batu bara. Kira-kira apakah mereka akan mendapat perlakuan yang sama ? tidak mungkin. Jadi dalam kerja ini bukan pribadinya yang dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, tetapi kerjanya dalam dakwah. Kalau kita letakkan diri kita ini dalam kerja dakwah, maka kita akan di muliakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Namun jika kita lepas dari kerja ini maka tidak ada kemuliaan.
Meiji Mehrob, masyeikh Pakistan, almarhum, pernah berkata kepada orang-orang ketika di jalan Allah, “Kalian tahu di Nizamuddin itu ada seorang wali, kalian datang kesana dan minta doa kepada dia.” Ini karena di daerah tersebut pengkultusan terhadap seorang wali untuk minta air agar di doakan dan diberi kesembuhan dan keberkahan suatu hal yang biasa. Singkat cerita puluhan orang tertasykil untuk datang ke Markaz Nizamuddin bertemu syekh Ilyas. Sampai di Nizamuddin, melihat orang-orang datang, yang dipikir syekh Ilyas untuk berangkat fisabilillah. Ternyata setelah ditafakkud oleh syekh Ilyas, para tasykilan Meiji Mehrob ini hanya terseyum dan tertawa kecil saja, karena tujuan mereka datang untuk minta doa saja kepada syekh Ilyas. Mendengar hal ini seperti Syekh Ilyas marah lalu memanggil Meiji Mehrob. Syekh Ilyas berkata kepada Meiji Mehrob, “Kamu ini telah merusak kerja dakwah pada hari ini, kamu telah mengarahkan mahluk kepada mahluk.” Jadi arahkan orang-orang ini kepada kerja bukan kepada pribadi-pribadi.
Contoh : “Mari pak kita ke Banjarmasin, disana ada ustadz Luthfi, itu pembesar dakwah.” Atau “Mari pak kita ke Temboro, disana ada Kyai Udzairon, itu pembesar dakwah”. Ini yang mentasykil orang dengan cara seperti ini adalah pengrusak-pengrusak dakwah.
Kita tidak mentasykil orang kepada pribadi tetapi pada kerja, apalagi jadi jurkam, ini lebih goblok lagi. Mentasykil kepada ulama dan orang shaleh aja tidak boleh dalam kerja ini apalagi dalam pribadi-pribadi lain daripada itu.
Syekh Ilyas katakan azas kerja dakwah ini ada 3 :
1. Ikhlas
2. Ijtimaiyat
3. Musyawarah
Jika kita jaga asas ini ada dalam diri kita maka Allah akan pelihara kita. Jadi orang yang kerja karena keikhlasan ini enak. Kenapa ini karena Ikhlas. Apa itu ikhlas ? ketika dipuji dia tidak bangga dan ketika dihina dia tidak kecil hati. Dulu waktu awal kerja dakwah ini yang datang ke markaz hanya 10 orang. Sehingga pada waktu itu semangat untuk mentasykil orang masih terjaga. Ujian keikhlasan mulai datang ketika orang berbondong-bondong ambil bagian dalam kerja dakwah ini. Sekarang di malam markaz yang hadir sekitar 3000 orang. Maka asbab banyaknya orang yang hadir, sekarang orang ke markaz ada yang mau cari calon mertua, ada yang mau jual topi, ada yang buka travel, dan lain-lain. Orang ikhlas ini terjaga, jika dia terjaga maka kerja inipun akan terjaga. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : yang artinya : “sesuatu yang diniatkan karena Allah akan berlanjut (tersambung terus dan tidak akan terputus) dan sesuatu yang dikerjakan karena selain Allah maka akan terputus (lepas begitu saja).”
Kekuatan dalam kerja dakwah ini bukan terletak pada pribadinya tetapi pada ijtimaiyat (bersama-sama). Contoh : Lidi ini terbuat dari pelepah kelapa bukan dari emas. Namun jika lidi ini bersatu bisa memberikan manfaat, seperti membersihkan. Namun jika lidi ini dari emas tapi tidak bersatu, kira-kira bisa nggak membersihkan ruangan yang kotor ? tidak mungkin. Walaupun kita kasih satu minggu untuk bersihkan ruangan tidak akan bisa. Walaupun lidi ini dari pelepah kelapa tapi karena bersatu bersama-sama maka dalam satu jam ruangan ini bisa dibersihkan.
Dalam falsafah Fiqih, air ini ada 3 macam :
1. Air Mutlak : air yang suci dan mensucikan, bisa untuk diminum dan untuk wudhu
2. Air Musta’mal : air kurang dari 2 Qulah/216 Ltr, suci, bisa diminum tapi tidak bisa untuk wudhu
3. Air Mutannajis : air kena najis atau kena kotoran, tidak bisa diminum, dan tidak suci.
Air yang kena percikan wudhu ini jadi musta’mal, jika kena kotoran jadi mutannajis. Namun jika air musta’mal ini dikumpulkan dalam jumlah besar hingga melebihi dua qullah, sehingga air musta’mal ini menjadi air mutlak kembali. Bahkan air mutlak jika cuman satu gelas maka untuk kebersihan paling hanya bisa digunakan untuk kencing saja, tetapi jika untuk membersihkan ketika buang air besar tidak cukup. Musta’mal jika dikumpulin dalam jumlah besar maka bisa digunakan untuk membersihkan sekian banyak kotoran. Bahkan air mutannajis satu ember dikencingin anaknya, mau dibuang nggak ada air lagi, diminum juga gak bisa. Akhirnya orang ini membawa air ini ke bak yang besar melebihi dua qullah dituangkan lalu diambil lagi satu ember, maka air ini jadi apa ? air tersebut jadi mutlak lagi. Bahkan ketika air musta’mal ini digabungkan dalam jumlah besar dipakai mandi dicempulingin santri-santripun masih mutlak jatuhnya.
Air mutlak satu gelas ini seperti satu orang hafidz atau ustadz, hafal hadits-hadits, tapi karena dia bergerak sendirian, untuk bisa menyadarkan satu orang bencong aja, atau pemabuk, atau penjudi, ini susah. Beda dengan kita-kita ini yang musta’mal, kadang-kadang siwak nabi, lain waktu pakai siwak Fir’aun (rokok), kadang-kadang baca Quran, tapi lain waktu kebanyakan baca koran, seperti musta’mal. Namun jika yang musta’mal ini dikumpulkan bersama-sama secara Ijtimaiyat, maka hasilnya bisa dahsyat.
Suatu ketika Maulana Yusuf diejek-ejek ulama-ulama, “Maulana kenapa kerja dakwah ini banyak melibatkan orang-orang bodoh, mantan penjahat, dan mantan ahli maksiat.” Lalu Maulana Ilyas tantang ulama ini, “Tuan disitu ada bencong dan pemabuk lagi kumpul-kumpul coba kamu ajak ke mesjid.” Ketika ulama ini datangin mereka, responnya hanya tertawa terkekeh kekeh saja orang-orang itu. Intinya ulama ini gagal mengajak mereka ke mesjid. Lalu Maulana Yusuf panggil rombongan khuruj kumpulan orang-orang mewat yang musta’mal ini untuk mentasykil tongkrongan bencong-bencong dan pemabuk ini ke mesjid. Apa yang terjadi ? ternyata setelah di targhib mereka semua yang ditongkrongan itu berangkat masuk mesjid. Baru ulama ini faham tentang faedah orang-orang musta’mal ini jika berkumpul dalam rombongan dakwah. Bahkan diantara kita ada yang mutannajis, mungkin dulunya ada yang pernah membunuh, namun karena bergabung bisa membersihkan daripada teman-temannya yang lain. Ada rombongan diminta untuk mentasykil tongkrongan penjudi, sampai disana langsung dipeluk, targhib sebentar semuanya akhirnya masuk mesjid. Bahkan yang mutannajis bisa juga memberikan manfaat jika bergabung. Ini pentingnya Ijtimaiyat.
Sama seperti daun, jika daun ada hubungan dengan ranting, ranting berhubungan dengan cabang, lalu cabang berhubungan dengan batang, dan batang berhubungan dengan akar, dan akar berhubungan tanah, maka walaupun matahari yang menyinari daun tidak akan layu, kena angin tidak akan jatuh, kena air jadi bersih. Ini karena apa ? karena ada hubungan ijtimaiyat. Namun jika daun ini terpisah dari ijtimaiyat, terputus dari ranting, batang, akar, dan tanah, maka kena matahari akan jadi layu, kena angin jadi terbang, kena air hujan jadi busuk. Kalau pribadi-pribadi per orangan ini punya hubungan dengan mahalah tiap hari, lalu dari mahalah aktif di halaqoh, dari halaqoh hadir di malam markaz, dan malam ijtimaiyat lainnya seperti musyawarah propinsi, musyawarah indonesia, lalu dia hadir di musyawarah Indonesia tiap 2 tahun di Nizamuddin, bahkan kalu dia ada rejeki dia juga hadir di haji kumpul bersama masyeikh tiap 2 tahunnya. Walaupun ada hujan, matahari panas, akan tetap kuat dia selama dalam ijtimaiyat. Namun jika dia bergerak sendiri-sendiri, bahkan jadi jurkam, maka akan kacau dan rusak dia.
Musyawarah, yang terakhir. Kita jauh-jauh kemari untuk musyawarah. Banyak orang hadir dalam ijtimaiyat, hadir dalam musyawarah Temboro, hadir di markaz, tapi tidak mau musyawarah, gerak sendiri, ini rusak. Justru dengan musyawarah akan membuat dia kuat. Keberhasilan dalam musyawarah bukan karena usulnya diterima, bukan, tetapi keberhasilan dalam musyawarah ketika kita mau menerima keputusan dari musyawarah. Dalam gerakan lain partai-partai berhasil ketika usulnya diterima, tetapi di gerakan kita tidak seperti itu, melainkan ketika kita siap menerima daripada hasil keputusan musyawarah. Ketika kita bermusyawarah dengan Masyaikh kita, Maulana Ahmad Lath beliau katakan untuk menjaga keutuhan markaz dalam setiap musyawarah hilangkan tiga perkara dalam diri kita di setiap markaz :
1. Keluarkan Ghoirullah dari hati kita contoh : gubernur atau presiden datang ke markaz, silahkan kita terima dan kita harus senang. Tapi kalau gubernur atau presiden pelukannya masuk hati ini kacau. Begitu juga Jibril datang, senang kita tapi jibril masuk hati ini kacau. Jangan ada perasaan takut dalam hati kita. Sekalipun itu jin ifrit, ataupun preman sekalipun silahkan saja datang, asal jangan sampai masuk hati. Suatu ketika seorang preman datang hendak mau membunuh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian Umar radhiyallahu’anhu tangkap preman itu dan bahkan sudah hampir mau dibunuh oleh Umar radhiyallahu’anhu, tapi apa kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Umar lepaskan dia, dekatkan dia kepada saya.” Asbab ini si preman tadi masuk Islam. Jadi jangan ada perasaan takut ataupun kesan di hati kita.
2. Hilangkan kepentingan pribadi dalam dakwah, yang ada kepentingan Ijtimaiyat. Contoh : musyawarah kepindahan markaz, dalam musyawarah si fulan menolak dengan alasan markaz sekarang berkah kalu pindah bisa menghilangkan keberkahan. Namun masalahnya bukan karena markaznya tapi dia punya kepentingan tokonya ada disebelah markaz yang sekarang, kalau pindah bisa bankrut tokonya. Ini kacau namanya. Begitu juga sebaliknya mendukung kepindahan markaz karena di markaz yang baru tokonya udah siap berdiri. Ini namanya konflik kepentingan, ini bisa mengacaukan.
3. Hilangkan su’udzon setelah selesai musyawarah. Ketika sudah diputuskan dalam musyawarah kita jaga husnudzon, kita terima semua hasil keputusan musyawarah dengan baik. Insya Allah jika ketiga perkara ini ada Allah akan pelihara kita dalam kerja ini.
Demikian yang harus kita lakuan disini, bahwa kita berniat bermusyawarah secara Ijtimaiyat untuk kepentingan agama Islam. Bagaimana kehadiran kita disini dapat membantu agama Islam. Insya Allah kita niat amalkan. 4 bulan di jalan Allah…..Sedia, Insya Allah 4 bln?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar